Anda di halaman 1dari 2

SIMON, PETRUS DAN YESUS

Petrus, sebuah nama yang singkat namun memiliki arti yang kuat. Ketika Petrus lahir orang tuanya
mungkin mendapatkan suatu ilham sehingga mereka memberikannya nama salah seorang tokoh besar
dalam Alkitab, atau karena Petrus adalah nama orang Kristen umumnya atau mungkin nama Petrus
pernah digunakan salah seorang keluarganya. Petrus tidak mengetahui mengapa ia dinamai demikian.

Sudah tiga tahun ini Petrus merantau ke kota Merauke, ia berasal dari pulau karang nun jauh di
sana. Setahun yang lalu ia menyelesaikan Pendidikan di bangku SMA, tingga bersama saudara yang juga
pas-pasan tidak memungkinkan bagi Petrus untuk melanjutkan ke bangku kuliah, maka ia kemudian
bekerja menjadi cleaning service di sebuah kantor bank swasta. Setiap hari libur yakni hari sabtu dan
minggu ia pergi menjaring ke laut Bersama saudara-saudaranya.

Setiap hari Petrus harus bangun pada pukul 4 pagi. Sebelum matahari menampakan diri Petrus
telah bersiap pergi untuk menjalankan tugasnya membersihkan gedung tiga lantai bersama petugas
kebersihan lainnya. Di siang hari ia lebih santai, ia hanya bertugas jika para karyawan bank meminta
dibuatkan minuman atau jika mereka memerlukan sesuatu dan pada sore hari ia harus kembali bekerja;
menyapu, mengepel, membersihkan meja dan kaca jendela serta merapikan beberapa barang kemudian
pada pukul 5 sore dengan letih Petrus mengayunkan kedua kakinya untuk kembali ke rumah yang letaknya
cukup jauh dari tempatnya bekerja.

Minggu pagi setelah menebarkan jala, Petrus duduk di pinggir pantai. Ia menatap matahari yang
akan terbit, sebuah pemandangan luar biasa yang dapat mengurangi keletihannya. Ia memandang ke arah
laut yang bermandikan cahaya jingga nan menawan sembari merenungkan kehidupannya. Pikirannya
menerawang jauh kemudian mengingat salah seorang tokoh dalam Alkitab darimana namanya berasal.
Simon Petrus lebih dari dua ribu tahun yang lalu mungkinkah juga ketika menjala di danau Galilea
menantikan pengharapan cahaya ilahi pada hidupnya yang terombang ambing oleh gelombang air?
Apakah ia bahkan pernah menyangka pertemuannya dengan seorang asing yang tiba-tiba menaiki
kapalnya, membuat ikan-ikan terpikat pada jaringnya dan tanpa sadar juga telah memikat hati Simon
Petrus membawanya menemukan jawaban atas kekosongan dalam hidupnya yang bahkan tidak dapat di
isi oleh berlimpahnya air di danau Galilea? Ia bertanya dalam hati. Sebenarnya tidak banyak tokoh Alkitab
yang Petrus ketahui karena ia jarang membaca Alkitab ataupun pergi ke gereja. Ia hanya tertarik kepada
Simon Petrus karena mereka memiliki nama yang serupa.

Entah darimana, di kejauhan Petrus mendengar suara pukulan yang indah, tertata dalam ketukan
ketukan yang bergema dengan indah. Itu adalah bunyi lonceng gereja. Petrus tersentak dari lamunannya.
Saudara-saudaranya berlari ke arah laut yang mulai surut, menarik jalag yang tadi mereka tebar. Setelah
mereka mengumpulkan ikan-ikan dalam jala itu, hasilnya cukup banyak, ada juga beberapa udang yang
tersangkut di jala itu. Bunyi lonceng terdengar lagi, kali ini Petrus berlari ke arah sumber lonceng tersebut.
Setibanya di depan pintu gereja, ia menghentikan langkah kakinya. Tersadar bahwa kakinya tak beralas,
badannya basah serta dipenuhi lumpu dan pasir. Petrus sesaat bingung dan malu untuk masuk ke dalam
gereja tetapi ketika akan berbalik untuk pulang seseorang yang tadi membunyikan lonceng itu
memenggilnya. Rupanya sedari tadi orang itu memperhatikan Petrus berdiri mematung dengan
penampilan yang berantakan di depan pintu gereja. Tadinya ia hendak mengusir Petrus karena ia mengira
Petrus sedang mabuk tetapi setelah memperhatikannya, sebuah suara dalam hatinya menggerakannya
untuk berbicara dengan anak itu.
‘’adik bikin apa, mau masuk ke dalam ka?’’ tanya orang itu. Petrus hanya diam tanpa suara. Seakan
mengerti, orang tadi pun membawa Petrus ke belakang gereja. Ia kemudian memberikan Petrus sebuah
handuk dan sabun serta menyuruhnya membersihkan diri. Tak lama kemudian ia memberikan beberapa
pakaian bersih untuk Petrus kenakan,

‘’kalau mau masuk gereja, Tuhan memang lihat hati bukan penampilan tapi manusia lihat
penampilan jadi ko harus pakai ini ya’’ kata orang itu kepada Petrus. Hari itu setelah sekian tahun lamanya
sejak merantau ke Merauke, Petrus akhirnya kembali menginjakan kaki di gereja.

Sejak hari itu, setiap hari minggu Petrus tidak pernah absen beribadah. Ia bahkan mulai mengikuti
bimbingan katekisasi, Petrus juga mulai aktif terlibat dalam persekutuan pemuda di gereja tersebut.
Ibadah pemuda diadakan setiap kamis malam jadi setiap kamis, seusai bekerja Petrus langsung pulang ke
rumah untuk bersiap mengikuti ibadah. Awalnya Petrus merasa sedikit canggung sebab ia belum terbiasa
dengan orang-orang dalam persekutuan tersebut namun mereka sangat baik, mereka menjemput dan
mengantarkan Pertus yang tidak memiliki kendaraan untuk datang ke tempat ibadah. Terkadang ketika
hari sudah malam jalan menuju rumahnya gelap dan sepi, mereka beramai-ramai kompak mengantar
Petrus pulang. Tidak memiliki handphone bukan halangan bagi Petrus untuk tetap berpartisipasi dalam
kegiatan pelayanan. Ia sangat senang mengikuti kegiatan natal, paskah maupun kemah rohani, berbagi
kasih kepada orang yang kurang mampu atau mengunjugi orang sakit ataupun orang yang sudah tua.
Terkadang ketika memiliki masalah dalam kehidupan mereka dapat berkumpul, berbagi dan saling
mendoakan. Kini meskipun berada dalam perantauan Petrus memiliki saudara-saudara rohani tempat ia
dapat berbagi cerita dan saling mendoakan. Tuhan yang sama yang telah memanggil Simon Petrus untuk
mengikutinya juga kini telah memanggil Petrus, meletakannya di tengah-tengah jemaatnya. Seperti Simon
Petrus mengikut Yesus demikian Petrus mengikut Yesus dan percaya kepada-Nya.

Tak terasa tahun telah berlalu, Petrus dipanggil pulang ke kampung halamannya oleh orang
tuanya. Petrus pulang ke kampung halaman dengan menumpang sebuah kapal. Di atas kapal ia
memandang ke arah lautan luas, mengucapkan selamat tinggal pada kota rantaunya, mengenang kembali
pelayanannya saudara-saudara rohaninya, si pemukul lonceng yang memberinya pakaian bersih,
gerejanya dan laut tempatnya menjala. Kembali ia melayangkan pikirannya pada lautan dan saudaranya
yang hidup lebih dari dua ribu tahun yang lalu. Dua ribu tahun yang lalu, Simon Petrus yang adalah kepala
gereja berlayar jauh melampaui danau Galilea, mengarungi lautan dan tiba di Roma tempat di mana ia
kemudian membuktikan diri menjadi pahlawan kristus dengan mati di salib terbalik. Simon Petrus dalam
kecintaanya kepada Allah telah meninggalkan rumahnya di Galilea dan pergi ke negeri asing di mana
sedikit ia ketahui bahwa ia tak akan pernah kembali Galilea. Kini dua ribu tahun kemudian Petrus
mengarungi lautan, meninggalkan perantauannya menuju ke kampung halamannya di sebuah pulau
karang di timur Indonesia, berharap berjumpa kembali dengan keluarga tercinta dan melanjutkan
sekolahnya untuk menjadi penerus Simon Petrus dalam mengemban amanat agung Yesus Kristus.

Anda mungkin juga menyukai