Anda di halaman 1dari 10

TUGAS ILMU SOSIAL BUDAYA DASAR

PERBANDINGAN PENYAKIT DIABETES MILITUS

DI WILAYAH PACITAN DAN COLOMADU

Disusun oleh :

D-IV OKUPASI TERAPI

POLITEKNIK KESEHATAN SURAKARTA

TAHUN AJARAN 2019/2020


KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami. Sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tentang
perbedaan penyakit diabetes militus di berbagai wilayah.

Makalah ini telah kami susun dengan sungguh-sungguh dan semaksimal mungkin. Serta
mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini.
Untuk itu kami meyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah bekerjasama
dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya sebagai manusia yang tidak
sempurna bahwa masih ada kekurangan dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh
karena itu, saran dan kritik dari pembaca yang bersifat membangun sangat kami butuhkan demi
penyususnan makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang perbedaan penyakit diabetes militus
di berbagai wilayah ini, dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap permbaca.

Karanganyar, 25 Agustus 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

COVER

KATA PENGANTAR...................................................................................... i

DAFTAR ISI.................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................. 2
C. Tujuan................................................................................................... 2
BAB II ISI
1. Konsep Kesehatan................................................................................. 3
2. Konsep Kecacatan................................................................................. 4
3. Konsep Penyakit.................................................................................... 5
4. Praktik Pengobatan................................................................................ 6
5. Perilaku Masyarakat.............................................................................. 8
BAB II PENUTUP
A. Kesimpulan........................................................................................... 10
B. Saran..................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut WHO, sehat merupakan suatu keadaan ideal, dari sisi biologis, psiologis, dan sosial
sehingga seseorang dapat melakukan aktifitas secara optimal. Definisi sehat yang dikemukakan
oleh WHO mengandung 3 karakteristik yaitu :

1. Merefleksikan perhatian pada individu sebagai manusia


2. Memandang sehat dalam konteks lingkungan internal dan ektersnal.
3. Sehat diartikan sebagai hidup yang kreatif dan produktif.
Konsep “sehat”, World Health Organization (WHO) merumuskan dalam cakupan yang sangat
luas, yaitu “keadaan yang sempurna baik fisik, mental maupun sosial, tidak hanya terbebas dari
penyakit atau kelemahan/cacat”. Dalam definisi ini, sehat bukan sekedar terbebas dari penyakit
atau cacat. Orang yang tidak berpenyakit pun tentunya belum tentu dikatakan sehat. Seseorang
yang sehat semestinya dalam keadaan yang sempurna, baik fisik, mental, maupun sosial.

UU No.23,1992 tentang kesehatan menyatakan bahwa kesehatan adalah keadaan sejahtera dari
badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Dalam
pengertian ini maka kesehatan harus dilihat sebagai satu kesatuan yang utuh terdiri dari unsur –
unsur fisik, mental dan sosial dan di dalamnya kesehatan jiwa merupakan bagian integral
kesehatan.

Sakit yaitu seseorang dikatakan sakit apabila ia menderita penyakit menahun (kronis), atau
gangguan kesehatan lain yang menyebabkan aktivitas kerja/kegiatannya terganggu. Walaupun
seseorang sakit (istilah sehari -hari) seperti masuk angin, pilek, tetapi bila ia tidak terganggu
untuk melaksanakan kegiatannya, maka ia di anggap tidak sakit

Diabetes adalah penyakit kronis serius yang terjadi karena pankreas tidak
menghasilkan cukup insulin (hormon yang mengatur gula darah atau glukosa), atau ketika
tubuh tidak dapat secara efektif menggunakan insulin yang dihasilkannya. Diabetes adalah

1
masalah kesehatan masyarakat yang penting, menjadi salah satu dari empat penyakit tidak
menular prioritas yang menjadi target tindak lanjut oleh para pemimpin dunia. Jumlah
kasus dan prevalensi diabetes terus meningkat selama beberapa dekade terakhir. (WHO
Global Report, 2016).

Kriteria diagnosis Diabetes Melitus (DM) menurut pedoman American Diabetes


Association (ADA) 2011 dan konsensus Perkumpulan Endokrinologi Indonesia
(PERKENI) 2011: 1. Glukosa plasma puasa ≥126 mg/dl dengan gejala klasik penyerta; 2.
Glukosa 2 jam pasca pembebanan ≥200 mg/dl; 3. Glukosa plasma sewaktu ≥200 mg/dl bila
terdapat keluhan klasik DM seperti banyak kencing (poliuria), banyak minum (polidipsia),
banyak makan (polifagia), dan penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan
penyebabnya. Kriteria diagnosis DM (konsensus PERKENI 2015) : 1. Pemeriksaan
glukosa plasma puasa ≥126 mg/dl. Puasa adalah kondisi tidak ada asupan kalori minimal 8
jam, atau 2. Pemeriksaan glukosa plasma ≥200 mg/dl 2 jam setelah Tes Toleransi Glukosa
Oral (TTGO) dengan beban glukosa 75 gram, atau 3. Pemeriksaan glukosa plasma sewaktu
≥200 mg/dl dengan keluhan klasik (poliuria, polidipsia, polifagia dan penurunan berat
badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya), atau 4. Pemeriksaan HbA1c ≥6,5% dengan
menggunakan metode yang terstandarisasi oleh National Glycohaemoglobin Standarization
Program (NGSP).

B. Rumusan Masalah

1. Apa perbedaan dari konsep kesehatan pada penyakit diabetes Milituas di wilayah
Pacitan dan Colomadu ?

2. Bagaimana penyakit diabetes militus dapat dikatakan cacat pada wilayah Pacitan dan
Colomadu ?

3. Bagaimana penyakit diabetes milituasdapat dikatakan suatu penyakit pada wilayah


Pacitan dan Colomadu?

4. Bagaimana praktik pengobatan pada penyakit diabetes militus yang dilakukan


masyarakat dari wilayah Pacitan dan Colomadu ?

2
5. Bagaimana perilaku masyarakat dari wilayah Pacitan dan Colomadu terhadap
kesembuhan penyakit Diabetes Militus?

C. Tujuan

1. Mampu mengetahui perbedaan penyakit diabetes militus dari wilayah Pacitan dan
Colomadu melalui konsep kesehatan.

2. Mampu mengetahui kecacatan pada penyakit diabetes militus di wilayah Pacitan dan
Colomadu.

3. Mampu mengetahui penyakit diabetes militus yang dapat dikatakan sebagai suatu
penyakit dari wilayah Pacitan dan Colomadu.

4. Mampu mengetahui dan membedakan praktik pengobatan yang biasa dilakukan


masyarakat dari wilayah Pacitan dan Colomadu.

5. Mampu membedakan perilaku masyarakat terhadap kesembuhan penyakit diabetes


militus dari wilayah Pacitan dan Colomadu.

3
BAB II

ISI

Kondisi Penyakit Diabetes militus di Wilayah Pacitan dan Colomadu.

WILAYAH WILAYAH TEORI


KOMPONEN PRINGKUKU COLOMADU
PACITAN
Konsep Penyakit Diabetes
Kesehatan Melitus diawali dengan
panas dan lemas serta
pusing. Dapat
didefinikasikan tubuh
sedang tidak sehat.
Akan tetapi menurut
orang sekitar ( si
mbah ) penyakit
tersebut bukan penyakit
serius karena mereka
menganggap ketika
masih bisa melakukan
aktivitas seperti
biasanya seperti ke
sawah, hutan ( cari
kayu bakar ) dan ke
pasar tidak dianggap
sebagai penyakit.
Konsep Gangguan pada fungsi .
Kecacatan kerja ginjal selagi tidak
menyebabkan

4
kehilangan fungsi tubuh
oleh masyarakat
Pringkulu tidak
dianggap sebagai
bentuk kecacatan.
Namun pada kasus
diabetes yang
menyebabkan amputasi
maka dianggap sebagai
kecacatan karena akan
menyebabkan hendaya
pada aktivitas sehari-
hari.
Konsep  Badan terasa .
Penyakit lemah dan
mudah lelah.
 Munculnya luka
yang tidak
terasa namun
susah sembuh.

Praktik  Melakukan
Pengobatan pengobatan
medis di rumah
sakit terdekat.
 Meminum obat
yang diberikan
oleh dokter.
 Sesekali
melengkapi

5
pengobatan
dengan ramuan
tradisional
(jamu).
Perilaku Dianggap sudah
Masyarakat sembuh dan sehat,
apabila luka pada orang
dengan DM sudah
mengering dan
masyarakat di sekitar
akan menjauh dan akan
disuruh di dalam rumah
dan tidak boleh keluar
rumah apabila luka
tersebut belum kering.
Apabila diamputasi
maka masyarakat akan
menyarankan untuk
orang tersebut
menyeleseikan
pengobatan hingga
mampu melakukan
aktivitas fungsional
kembali.

6
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Anda mungkin juga menyukai