ISI
A. HASIL PRAKTIKUM
Jenis Spesimen Antikoagulan/
Pemeriksaan Jenis Jumlah Pengawet Wadah Stabilitas
HEMATOLOGI
Suhu kamar (2
Hematokrit Darah 2 ml EDTA G/P
jam)
K2/K3-EDTA 1- Suhu kamar (2
LED Darah 2 ml G/P
1,5 jam)
mg/ml darah
B. PEMBAHASAN
Suatu penyakit dapat ditegakkan dengan cara pemeriksaan fisik, anamnesa, serta
dengan cara pemeriksaan spesimen. Terdapat berbagai macam jenis spesimen, diantaranya
darah, urin, feses, sputum, dan lain sebagainya. Perlakuan pada setipa jenis sampel tentunya
berbeda dalam setiap pemeriksaan, perbedaan tersebut dapat ditemukan pada pengelolaan
bahkan pada penggunaan antikoagulan/pengawet pada suatu jenis spesimen. Cara pengelolaan
spesimen yang baik yaitu sebagai berikut.
1. Pengambilan spesimen
Secara umum, sebelum melakukan pengambilan spesimen, hal yang dilakukan adalah
persiapan seperti berikut ini :
1) Persiapan pasien.
Persiapan secara umum, seperti : puasa selama 8-10 jam sebelum pengambilan
spesimen (untuk pemeriksaan glukosa darah puasa, profil lipid, profil besi), tidak
melakukan aktifitas fisik yang berat, tidak merokok, tidak minum alkohol, dsb.
2) Peralatan sampling
Secara umum, peralatan yang diperlukan untuk pengambilan specimen adalah wadah
spesimen, label dan lain sebagainya. Penting untuk diperhatikan bahwa semua
peralatan memenuhi persyaratan sebagai berikut bersih, kering, tidak mengandung
detergent atau bahan kimia, terbuat dari bahan yang tidak mengubah zat-zat dalam
spesimen, steril, apalagi jika spesimen akan diperiksa biakan (kultur) kuman, sekali
pakai buang (disposable), wadah spesimen tidak retak atau pecah, mudah dibuka atau
ditutup rapat, besar/ukurannya sesuai dengan volume spesimen yang diambil.
3) Antikoagulan
Antikoagulan adalah bahan kimia yang dipergunakan untuk mencegah pembekuan
darah. Macam-macam jenis antikoagulan yang biasa digunakan dalam pemeriksaan
laboratorium yaitu sebagai berikut.
a. EDTA (ethylenediaminetetraacetic)
EDTA merupakan antikoagulan yang ideal digunakan dalam pemeriksaan
hematologi, hal tersebut dikarenakan EDTA tidak mempengaruhi selsel darah.
Terdapat 3 macam EDTA yaitu dinatrium EDTA (Na2EDTA), dipotassium EDTA
(K2EDTA) dan tripotassium EDTA (K3EDTA). Dari ketiga jenis EDTA, K2EDTA adalah
yang paling baik dan dianjurkan oleh ICSH (International Council for
Standardization in Hemtology) dan CLSI (Clinical and Laboratory Standards
Institute)
b. Trisodium Citrate Dihidrat
Antikoagulan jenis ini direkomendasikan untuk pengujian koagulasi dan agresi
trombosit, dimana penggunaannya menggunakan perbandingan 1 bagian citrate
dengan 9 bagian darah
c. Heparin
Antikoagulan jenis ini bekerja dengan cara menghentikan pembentukan trombin
dari prothrombin sehingga menghentikan pembentukan fibrin dari fibrinogen.
Terdapat 3 macam jenis heparin yaitu ammonium heparin, lithium heparin dan
sodium heparin. Dari ketiga heparin tersebut, lithium hepariun yang paling banyak
digunakan karena tidak mengganggu analisa beberapa ion dalam darah.
d. Oksalat
Terdapat 2 jenis antikoagulan oksalat yaitu natrium oksalat dan kalium oksalat.
Natrium oksalat biasanya digunakan dalam pemeriksaan hemostasis, sedangkan
kalium oksalat biasanya digunakan untuk pemeriksaan glukosa darah.
2. Penyimpanan Spesimen
Penyimpanan spesimen dilakukan jika pemeriksaan ditunda atau spesimen akan dikirim ke
laboratorium lain. Lama penyimpanan harus memperhatikan jenis pemeriksaan, wadah
dan stabilitasnya. Untuk jenis pemeriksaan yang menggunakan spesimen plasma atau
serum, maka plasma atau serum dipisahkan dulu baru kemudian disimpan, serta memberi
bahan pengawet pada spesimen. Waktu penyimpanan spesimen dan suhu yang
disarankan:
1) Kimia klinik : 1 minggu dalam refrigerator
2) Imunologi : 1 minggu dalam refrigerator
3) Hematologi : 2 hari pada suhu kamar
4) Koagulasi : 1 hari dalam refrigerator
5) Toksikologi : 6 minggu dalam refrigerator
6) Blood grouping : 1 minggu dalam refrigerator
3. Pengiriman Spesimen
Sebelum mengirim spesimen ke laboratorium, pastikan bahwa spesimen telah memenuhi
persyaratan seperti yang tertera dalam persyaratan masing-masing pemeriksaan dan
pengiriman spesimen disertai formulir permintaan yang berisi data yang lengkap. Spesimen
hendaknya secepatnya dikirim ke laboratorium. Penundaan pengiriman spesimen ke
laboratorium dapat dilakukan selambat-lambatnya 2 jam setelah pengambilan spesimen.
Penundaan pengiriman specimen terlalu lama akan menyebabkan perubahan fisik dan
kimiawi yang dapat menjadi sumber kesalahan dalam pemeriksaan. Pengiriman sampel
juga sebaiknya menggunakan wadah khusus, misalnya berupa kotak atau tas khusus yang
tebuat dari bahan plastik, gabus (styro-foam) yang dapat ditutup rapat dan mudah dibawa.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa manajemen spesimen laboratorium
meliputi bagaimana cara pengolahan specimen yang baik dan benar, mulai dari jenis sampel
yang digunakan hingga pelakuan terhadap sampel yang telah didapat sehingga meminimalisir
kesalahan pada tahap pra analitik. Oleh karena itu, manajemen spesimen merupakan salah satu
kegiatan yang memiliki pengaruh besar terhadap hasil pemeriksaan.