Anda di halaman 1dari 29

JAWABAN UUK RIDAYANTI

Instalasi Farmasi Rumah Sakit adalah suatu unit di rumah sakit yang

merupakan fasilitas penyelenggaraan kefarmasian di bawah pimpinan seorang

Apoteker dan memenuhi persyaratan secara hukum untuk mengadakan,

menyediakan, dan mengelola seluruh aspek penyediaan perbekalan kesehatan di

rumah sakit

Instalasi farmasi di rumah sakit adalah instalasi di rumah sakit yang dipimpin

oleh seorang apoteker dan dibantu oleh beberapa orang apoteker, tenaga ahli

madya farmasi (D-3) dan tenaga menengah farmasi (AA) yang memenuhi

persyaratan peraturan perundang-undangan yang berlaku, dan merupakan tempat

atau fasilitas penyelenggaraan yang bertanggung jawab atas seluruh pekerjaan

serta pelayanan kefarmasian yang terdiri atas pelayanan paripurna, mencakup

perencanaan, pengadaan, produksi, penyimpanan perbekalan kesehatan,

dispensing obat, pengendalian mutu dan pengendalian distribusi dan penggunaan

seluruh perbekalan kesehatan di rumah sakit serta pelayanan farmasi klinik

Menurut PerMenKes Nomor 58 Tahun 2014 tentang standar pelayanan

kefarmasian di Rumah Sakit, Tugas Instalasi Farmasi Rumah Sakit yaitu:

1. Menyelenggarakan, mengkoordinasikan, mengatur dan mengawasi seluruh

kegiatan Pelayanan Farmasi Klinis yang optimal dan profesional serta sesuai

prosedur dan etik profesi.

2. Melaksanakan pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan


Medis Habis Pakai yang efektif, aman, bermutu dan efisien.

3. Melaksanakan pengkajian dan pemantauan penggunaan Sediaan Farmasi, Alat

Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai guna memaksimalkan efek terapi

dan keamanan serta meminimalkan risiko.

4. Melaksanakan Komunikasi, Edukasi dan Informasi (KIE) serta memberikan

rekomendasi kepada dokter, perawat dan pasien.

5. Berperan aktif dalam Tim Farmasi dan Terapi.

6. Melaksanakan pendidikan dan pelatihan serta pengembangan Pelayanan

farmasi klinis.

7. Memfasilitasi dan mendorong tersusunnya standar pengobatan dan

formularium Rumah Sakit.

Pemilihan sediaan farmasi, alkes, dan BMHP ini berdasarkan

1. formularium rumah sakit berdasarkan formularium nasional

2. cost efektiveness

3. pola penyakit di rumah sakit ( penyakit yang paling umum/yang sering

ditangani )

4. pemilihan sediaan oleh tim TFT

5. E-Katalog

Fungsi instalasi farmasi, menurut PMK nomor 72 tahun 2016 meliputi :

1. Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai

a. memilih Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai

sesuai kebutuhan pelayanan Rumah Sakit.


b. merencanakan kebutuhan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan

Medis Habis Pakai secara efektif, efisien dan optimal.

c. mengadakan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis

Pakai berpedoman pada perencanaan yang telah dibuat sesuai ketentuan

yang berlaku.

d. memproduksi Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis

Pakai untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan di Rumah Sakit.

e. menerima Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai

sesuai dengan spesifikasi dan ketentuan yang berlaku.

f. menyimpan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai

sesuai dengan spesifikasi dan persyaratan kefarmasian.

g. mendistribusikan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis

Pakai ke unit-unit pelayanan di Rumah Sakit.

h. melaksanakan pelayanan farmasi satu pintu.

i. melaksanakan pelayanan Obat “unit dose”/dosis sehari.

j. melaksanakan komputerisasi pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan,

dan Bahan Medis Habis Pakai (apabila sudah memungkinkan).

k. mengidentifikasi, mencegah dan mengatasi masalah yang terkait dengan

Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai.

l. melakukan pemusnahan dan penarikan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan,

dan Bahan Medis Habis Pakai yang sudah tidak dapat digunakan.

m. mengendalikan persediaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan

Medis Habis Pakai.

n. melakukan administrasi pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan


Bahan Medis Habis Pakai.

2. Pelayanan farmasi klinik.

a. mengkaji dan melaksanakan pelayanan Resep atau permintaan Obat.

b. melaksanakan penelusuran riwayat penggunaan Obat.

c. melaksanakan rekonsiliasi Obat.

d. memberikan informasi dan edukasi penggunaan Obat baik berdasarkan Resep

maupun Obat non Resep kepada pasien/keluarga pasien.

e. mengidentifikasi, mencegah dan mengatasi masalah yang terkait dengan

Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai.

f. melaksanakan visite mandiri maupun bersama tenaga kesehatan lain.

g. memberikan konseling pada pasien dan/atau keluarganya.

h. melaksanakan Pemantauan Terapi Obat (PTO).

1. Pemantauan efek terapi Obat.

2. Pemantauan efek samping Obat.

3. Pemantauan Kadar Obat dalam Darah (PKOD).

i. melaksanakan Evaluasi Penggunaan Obat (EPO).

j. melaksanakan dispensing sediaan steril

1) Melakukan pencampuran Obat suntik.

2) Menyiapkan nutrisi parenteral.

3) Melaksanakan penanganan sediaan sitotoksik.

4) Melaksanakan pengemasan ulang sediaan steril yang tidak stabil.

k. melaksanakan Pelayanan Informasi Obat (PIO) kepada tenaga kesehatan lain,

pasien/keluarga, masyarakat dan institusi di luar Rumah Sakit.


l. melaksanakan Penyuluhan Kesehatan Rumah Sakit (PKRS).

Obat-obatan esensial, yang definisikan oleh World Health Organization

(WHO) adalah obat-obatan yang memenuhi prioritas kebutuhan pelayanan

kesehatan penduduk. Ini adalah obat-obatan yang dapat diakses setiap saat dalam

jumlah yang cukup. Secara umum seharusnya memiliki harga yang terjangkau.

E-katalog yaitu pembelian atau belanja secara elektronik

E-Purchasing adalah tata cara pembelian Barang/Jasa melalui sistem katalog

elektronik.

Daftar Obat Esensial Nasional Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN)

merupakan daftar yang berisikan obat terpilih yang paling dibutuhkan dan

diupayakan tersedia di unit pelayanan kesehatan sesuai dengan fungsi dan

tingkatnya

Obat-obatan esensial, yang definisikan oleh World Health Organization

(WHO), adalah obat-obatan yang memenuhi prioritas kebutuhan pelayanan

kesehatan penduduk. Ini adalah obat-obatan yang dapat diakses setiap saat dalam

jumlah yang cukup. ... Lebih dari 150 negara telah mempublikasikan secara

resmi obat-obatan esensial.
Obat esensial merupakan obat terpilih yang paling dibutuhkan untuk pelayanan

kesehatan, yang dapat dilihat melalui surat edaran yang di berikan oleh tim TFT

kepada tim medik dan seluruh staff medik fungsional

Cost effectiveness adalah suatu bentuk analisis ekonomi yang membandingkan

biaya dengan hasil (efek) dari dua atau lebih tindakan

Cost Ratio (Benefit Cost Ratio) merupakan suatu ukuran perbandingan antara

pendapatan dengan Total Biaya produksi (Cost = C)

Cost efektif yaitu pemilihan obat mana yang lebih efektif, tapi beda golongan

Dasar perencanaan untuk pengadaan obat

a. Anggaran yang tersedia, dalam merencanakan anggaran biasanya staf farmasi

melibatkan bagian keuangan, dan farmasi menetapkan item dan jumlah anggaran

dalam kurun waktu tertentu, ataupun dengan cara anggaran ditetapkan terlebih

dahulu baru kemudian dibelanjakan sesuai kebutuhan, dan cara terakhir ini yang

sering dan banyak digunakan oleh beberapa rumah sakit.

b. Penetapan prioritas, banyak teori untuk memperhitungkan dan memprioritaskan

perbekalan farmasi mana saja yang direncanakan untuk diadakan, diantara teori

yang ada adalah toeri VEN ( Vital, Essensial dan Non Essensial ) serta ABC

( Analisis Better Control ).

c. Sisa persediaan, dalam merencanakan pembelian diperhitungkan sisa sediaan,

bila masih banyak maka bisa jadi pengadaan sedikit ataupun tidak perlu

mengadakan dan sebaliknya bila persediaan tinggal sedikit maka diadakan ulang,
bahkan bila persediaan sudah habis di gudang persediaan maka segera

direncanakan untuk sesegera mungkin dilakukan pengadaan

d. Data pemakaian periode yang lalu, ini diperlukan untuk antisipasi pengulangan

pola penyakit yang dimungkinkan masih sama, sehingga direncanakan untuk

mengadakan perbekalan yang sama

e. Waktu tunggu pemesanan, waktu tunggu pemesanan untuk daerah perkotaan

mungkin tidaklah menjadi masalah, ini menjadi masalah bila keberadaan rumah

sakit sangatlah jauh dari perkotaan atau jauh dari distributor obat, dimana

perbekalan farmasi perlu berhari-hari baru diterima, sehingga perlu perhitungan

waktu yang memungkinkan perbekalan farmasi tepat waktu dalam penerimaan

f. Rencana pengembangan, pengembangan ini diperlukan bila pelayanan rumah

sakit bertambah, misal penambahan tempat tidur pasien atau bangsal, penambahan

unit pelayanan atau penunjang, adanya pengembangan pelayanan misal dari

spesialistik dasar menjadi bertambah dengan adanya sub spesialistik, dan

sebagainya.

Tata cara penerimaan sediaan farmasi di rumah sakit

Pengiriman barang disertai faktur (memuat nama PBF, tanggal, jenis dan jumlah

barang), kemudian dicocokkan/pengecekan (ED, keadaan fisik obat, sesuai

dengan permintaan jenis dan jumlah obat). Jika sesuai maka faktur ditandatangani

Apoteker /AA (nama terang, SK, cap apotek), dan faktur asli akan diperoleh jika

sudah melunasi pembayaran obat. Obat yang diperoleh dicatat di buku

penerimaan/ED, menyangkut nama PBF yang mengirim barang, harga barang,


dan no.batch. No.batch penting karena sewaktu-waktu BPOM bisa menarik obat

tertentu dengan no.batch tertentu

Pengadaan di apotek dapat dilakukan dengan beberapa cara, di antaranya

1) Pengadaan dalam jumlah terbatas

Pengadaan dilakukan sesuai dengan kebutuhan dalam jangka pendek, misalnya

satu atau dua minggu. Pengadaan ini dilakukan apabila modal yang tersedia

terbatas dan distributor atau Pedagang Besar Farmasi (PBF) berada di dalam kota,

sehingga selalu siap melayani dan barang dapat segera dikirim.

2) Pengadaan secara spekulasi

Pengadaan ini dilakukan dalam jumlah yang lebih besar dari kebutuhan. Untuk

mengantisipasi akan adanya kenaikan harga dalam waktu dekat atau karena ada

diskon atau bonus untuk pembelian besar dalam jumlah tertentu.

3) Pengadaan terencana

Cara pengadaan ini berkaitan dengan pengendalian persediaan barang yang

dilakukan dengan cara membandingkan jumlah pengadaan dengan penjualan tiap

kurun waktu.

4) Pengadaan secara intuisi

Cara ini dilakukan pada sediaan farmasi yang diperkirakan akan mengalami

peningkatan permintaan dalam kurun waktu tertentu, misalnya karena adanya

pengaruh wabah penyakit seperti demam berdarah.

5) Konsinyasi

Pengadaan dengan cara konsinyasi yaitu pemilik barang menitipkan barang

kepada apotek. Apotek hanya membayar barang yang terjual, sedangkan sisanya
dapat dikembalikan atau diperpanjang masa konsinyasinya. Cara seperti ini

biasanya dilakukan pada produk baru. Berdasarkan cara pembayaran yang

dilakukan, maka pengadaan barang dapat dikelompokkan menjadi

a) Pengadaan secara tunai (cash on delivery) pembayaran dilakukan secara

langsung.

b) Pengadaan secara kredit, pembayaran dilakukan setelah faktur jatuh tempo.

First In First Out (FIFO) adalah penyimpanan obat berdasarkan obat yang

datang lebih dulu dan dikeluarkan lebih dulu.

First Expired First Out (FEFO) adalah penyimpanan obat berdasarkan obat

yang memiliki tanggal kadaluarsa lebih cepat maka dikeluarkan lebih dulu.

ketentuan almari narkotika ini saya ambilkan dari penggabungan antara

Permenkes 3 Tahun 2015 tentang PEREDARAN, PENYIMPANAN,

PEMUSNAHAN, DAN PELAPORAN NARKOTIKA, PSIKOTROPIKA, DAN

PREKURSOR FARMASI (klik untuk download filenya) dan Peraturan Menteri

Kesehatan RI No. 28 tahun 1978 tentang Penyimpanan Narkotika. Permenkes

kedua yang saya sebut mungkin bisa dibilang agak obselete, tapi menurut hemat

saya aturan ini masih relevan untuk dipakai.

Ada 2 pasal yang saya ambil pada Permenkes No. 3 tahun 2015 yang merupakan

regulasi terbaru, yakni pasal 25 dan 26. Dalam Pasal 25 ayat 1 disebutkan

bahwa tempat penyimpanan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi dapat

berupa gudang, ruangan, atau lemari khusus. Dalam Pasal 26 ayat 2 disebutkan
bahwa ruang khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (1) harus

memenuhi syarat sebagai berikut :

a. dinding dan langit-langit terbuat dari bahan yang kuat;

b. jika terdapat jendela atau ventilasi harus dilengkapi dengan jeruji besi;

c. mempunyai satu pintu dengan 2 (dua) buah kunci yang berbeda;

d. kunci ruang khusus dikuasai oleh Apoteker penanggung jawab/Apoteker yang

ditunjuk dan pegawai lain yang dikuasakan; dan

e. tidak boleh dimasuki oleh orang lain tanpa izin Apoteker penanggung

jawab/Apoteker yang ditunjuk.

Pada Ayat 3 disebutkan bahwa Lemari khusus sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 25 ayat (1) harus memenuhi syarat sebagai berikut :

a. terbuat dari bahan yang kuat;

b. tidak mudah dipindahkan dan mempunyai 2 (dua) buah kunci yang berbeda;

c. harus diletakkan dalam ruang khusus di sudut gudang, untuk Instalasi Farmasi

Pemerintah;

d. diletakkan di tempat yang aman dan tidak terlihat oleh umum, untuk Apotek,

Instalasi Farmasi Rumah Sakit, Puskesmas, Instalasi Farmasi Klinik, dan

Lembaga Ilmu Pengetahuan ; dan

e. kunci lemari khusus dikuasai oleh Apoteker penanggung jawab/Apoteker yang

ditunjuk dan pegawai lain yang dikuasakan. Ada 2 pasal yang saya ambil pada

Permenkes No. 3 tahun 2015 yang merupakan regulasi terbaru, yakni pasal 25 dan

26. Dalam Pasal 25 ayat 1 disebutkan bahwa tempat penyimpanan Narkotika,

Psikotropika, dan Prekursor Farmasi dapat berupa gudang, ruangan, atau lemari

khusus.
Dalam Pasal 26 ayat 2 disebutkan bahwa ruang khusus sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 25 ayat (1) harus memenuhi syarat sebagai berikut :

a. dinding dan langit-langit terbuat dari bahan yang kuat;

b. jika terdapat jendela atau ventilasi harus dilengkapi dengan jeruji besi;

c. mempunyai satu pintu dengan 2 (dua) buah kunci yang berbeda;

d. kunci ruang khusus dikuasai oleh Apoteker penanggung jawab/Apoteker yang

ditunjuk dan pegawai lain yang dikuasakan; dan

e. tidak boleh dimasuki oleh orang lain tanpa izin Apoteker penanggung

jawab/Apoteker yang ditunjuk.

Pada Ayat 3 disebutkan bahwa Lemari khusus sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 25 ayat (1) harus memenuhi syarat sebagai berikut :

a. terbuat dari bahan yang kuat;

b. tidak mudah dipindahkan dan mempunyai 2 (dua) buah kunci yang berbeda;

c. harus diletakkan dalam ruang khusus di sudut gudang, untuk Instalasi Farmasi

Pemerintah;

d. diletakkan di tempat yang aman dan tidak terlihat oleh umum, untuk Apotek,

Instalasi Farmasi Rumah Sakit, Puskesmas, Instalasi Farmasi Klinik, dan

Lembaga Ilmu Pengetahuan ; dan

e. kunci lemari khusus dikuasai oleh Apoteker penanggung jawab/Apoteker yang

ditunjuk dan pegawai lain yang dikuasakan.

Penyimpanan suhu beku (-20° dan -10° C) yang umumnya digunakan untuk

menyimpan vaksinPenyimpanan suhu dingin (2° – 8° C)Penyimpanan suhu sejuk

(8° – 15° C), danPenyimpanan suhu kamar (15° – 30° C)


berdasarkan PERMENKES (Peraturan Menteri Kesehatan) Republik

Indonesia No. 3 Tahun 2015 Tentang Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan,

dan Pelaporan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi, menetapkan

bahwa untuk Apotek dan Farmasi sebagai penyedia obat-obatan untuk kebutuhan

Rumah Sakit, Klinik, Puskesmas , Pelayanan Kesehatan Masyarakat lainnya

maupun untuk umum, mewajibkan seluruh Apotik dan Farmasi menyediakan

Lemari Khusus Obat Narkotik/ Psikotropik yang memiliki pelindung pengamanan

khusus yang hanya bisa dikeluarkan atas seizin Dokter Penanggung Jawab Apotik

dan Farmasi atau Assisten Apoteker yang memiliki wewenang khusus yang sering

disebut ” LEMARI NARKOTIKA DAN PSIKOTROPIKA “. Lemari Obat

Khusus Narkotika dan Psikotropika ini harus terbuat dari bahan yang kuat seperti

plat baja atau stainless steel agar tidak mudah dibongkar atau dicuri dengan

dilengkapi dengan kunci pengaman yang hanya boleh dipegang oleh orang-orang

yang bertanggungjawab atas penggunaan obat-obatan narkotik/ psikotropik

tersebut. Dengan alasan supaya tidak adanya penyalahgunaan obat-obatan yang

mengandung bahan-bahan narkotika dan psikotropika diluar keperluan

pengobatan medis.

High-Alert Medication atau obat dengan kewaspadaan tinggi adalah obat-

obat yang secara signifikan berisiko membahayakan pasien bila digunakan dengan

salah atau pengelolaan yang kurang tepat


obat yang paling sering menyebabkan ROTD dan sentinel event adalah

insulin, opium dan narkotik, injeksi potassium chloride (phospate) concentrate,

intravenous anticoagulants (hepari) dan sodium chloride solution lebih besar dari

0,9%.

Lokasi Penyimpanan sediaan High alert

1. Ditempelkan stiker obat high alert

2. Stiker high alert pada setiap ampul obat high alert yang akan diserahkan kepada

perawat

3. Dipisahkan obat high alert dengan obat lain ( dalam lemari khusus)

4. Obat sitostatika disimpan terpisah dan diletakkan di wadah berwarna ungu dan

diberi stiker cytotoxic dan stiker high alert Simpan Obat Narkotika secara terpisah

dalam lemari terkunci double.

6. Perawat memberikan obat high alert lakukan double check kepada perawat lain

untuk memastikan memastikan 6 benar (pasien, obat, dosis , rute,

frekuensi,dokumentasi)

7. Obat hig alert dalam infus: cek kecepatan dan ketepatan pompa infus, tempel

stiker label nama obat berwarna merah pada botol infus.

LASA (Look Alike Sound Alike) adalah obat-obat yang digolongkan

dalam obat yang perlu di waspadai (high-alert medication) karena sering

menyebabkan terjadi kesalahan serius (sentinel event) dan Obat yang berisiko

tinggi menyebabkan Reaksi Obat yang Tidak Diinginkan (ROTD)..LASA (Look

Alike Sound Alike) merupakan obat-obat yang terlihat mirip atau terdengar mirip.
LASA menjadi satu penyebab terjadinya medication errors khususnya pada fase

dispensing. Dengan harapan untuk menurunkan angka kejadian medication errors.

LASA atau merupakan kepanjangan dari Look Alike Sound Alike atau (Nama

Obat Rupa dan Ucapan Mirip/NORUM) adalah obat yang memiliki kemasan

yang terlihat mirip atau obat yang memiliki nama yang terdengar mirip.

Obat yang terindikasi merupakan LASA harus menjadi perhatian khusus terutama

pada saat dispensing obat karena bisa saja terjadi kesalahan dalam pengambilan

obat yang dapat berakibat fatal bagi pasien.

Contoh LASA

Look a like ( Rhinofed sirup dan Rhinos jr sirup )

Sound a like ( CefotaXIME dan CefiXIME)

PROSEDUR penyimpanan LASA

1. Obat LASA disimpan pada tempat yang jelas perbedaannya, terpisah / diantarai

dengan 1 (satu) item / obat lain

2. Beri label dengan tulisan obat yang jelas pada setiap kotak penyimpanan obat

dan menampilkan kandungan aktif dari obat tersebut

3. Obat LASA diberi stiker warna biru dengan tulisan LASA warna hitam dan

ditempelkan pada kotak obat

4. Jika obat LASA sama memiliki 3 (tiga) kekuatan berbeda maka : - Obat LASA

kekuatan besar diberi stiker biru - Obat LASA kekuatan sedang diberi stiker

kuning - Obat LASA kekuatan kecil diberi stiker hijau


5. Jika obat LASA (nama sama) hanya ada 2 kekuatan yang berbeda maka : - Obat

LASA dengan kekuatan besar diberi stiker biru - Obat LASA dengan kekuatan

kecil diberi stiker hijau

6. Farmasis membaca resep yang mengandung obat LASA dengan cermat dan jika

tidak jelas dikonfirmasikan kembali kepada penulis resep. Farmasis menyiapkan

obat sesuai dengan yang tertulis pada resep

8. Sebelum menyerahkan obat pada pasien, farmasis mengecek ulang / membaca

kembali kebenaran resep dengan obat yang akan diserahkan

9. Perawat membaca etiket obat sebelum memberikan kepada pasien

10. Etiket obat harus dilengkapi dengan : - Tanggal resep - Nama, tanggal lahir

dan nomor RM pasien - Nama obat - Aturan pakai - Tanggal kadaluarsa obat

Perlu pemisahan bagian susunan obat yang agar mudah diidentifikasi buk🙏🏻

LASA Captopril

LASA/NORUMLASA (Look Alike Sound Alike)/NORUM (Nama Obat Rupa

Ucapan Mirip) untuk menghindari terjadinya kesalahan pengambilan karena

rupa/ucapan hampir sama antara satu obat dengan obat lainnya. Stikernya

berbentuk persegi panjang berwarna hijau. Contohnya: captopril 12,5,captopril 25,

captopril 50, acyclovir 200 mg, acyclovir 400 mg , karena buk captopril memiliki

banyak macam dosis dan sama nama obat sehingga beda dosis beda efek yg di

hasilkan
Obat di Troli Emergency

3A+2D

Adrenalin

Atropin Sulfat

Aminofilin

Dextrose

Dexametasone

Arus U dan L

Dengan menggunakan layout arus “U” , arus barang berbentuk “U”. Proses keluar

masuk barang melalui lorong atau gang yang berkelok-kelok sehingga proses

penyimpanan dan pengambilan barang relatif lebih lama. Lokasi barang yang akan

disimpan dibedakan antara barang yang bersifat fast moving dan slow moving.

Barang yang bersifat fast moving disimpan dilokasi yang dekat dengan pintu

keluar sebaliknya barang yang bersifat slow moving disimpan dilokasi yang dekat

dengan pintu masuk

Dengan menggunakan layout arus “L”, arus barang berbentuk “L”. Proses keluar

masuk barang melalui lorong atau gang yang tidak terlalu berkelok-kelok

sehingga proses penyimpanan dan pengambilan barang relatif cepat. Lokasi

barang yang akan disimpan dibedakan antara barang yang bersifat fast moving

dan slow moving. Barang yang bersifat fast moving disimpan dilokasi yang dekat

dengan pintu keluar sebaliknya barang yang bersifat slow moving disimpan

dilokasi yang dekat dengan pintu masuk layout dengan arus “L”
Keuntungan Penempatan rak yang tepat dan menggunakan palet akan dapat

meningkatkan sirkulasi udara dan perputaran stok perbekalan farmasi

1) Sirkulasi udara dari bawah dan perlindungan terhadap banjir

2) Peningkatan efisiensi penangan stok

3) Dapat menampung perbekalan farmasi lebih banyak

4) Palet lebih murah daripada rak

Jarak antara palet dengan lantai 10-25 cm

Jarak antara palet dengan plafon 30 cm

Jarak antara palet dengan dinding min 5 cm

MSDS adalah kependekan dari material safety data sheet memuat informasi

mengenai sifat-sifat zat kimia, hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengunaan

zat kimia, pertolongan apabila terjadi kecelakaan, penanganan zat yang

berbahaya.

MSDS sendiri memuat informasi tentang :

1.Informasi umum tentang bahan.

2.Informasi Komponen Berbahaya.

3.Reaktivitas Bahan.

4Sifat Mudah terbakarnya bahan.

5.Sifat Fisika Bahan.

6.Sifat Kimia Bahan.

7.Dampak Kesehatan.

8.Pertolongan Pertama.
9.Penyimpanan.

Penerimaan dan penyimpanan beracun di instalasi farmasi yaitu

1. petugas gudang farmasi menerima bahan berbahaya dan beracun dari

distributor, dilengkapi dengan surat pengantar barang atau faktur.

2. petugas gudang farmasi memeriksa wadah dan kemasan bahan berbahaya dan

beracun. Kemasan harus tersegel serta tidak bocor.

3. petugas gudang farmasi memperhatikan tanda peringatan dan petunjuk

penyimpanan pada kemasan atau wadah.

4. petugas gudang farmasi menyimpan sediaan farmasi sesuai dengan tanda

peringatan dan dilengkapi dengan alat yang sesuai unruk mencegah dan

menanggulangi bahaya yang mungkin timbul.

5. petugas gudang farmasi mencatat pemasukan dan pengeluaran bahan berbahaya

dan beracun pada kartu stock

1) ONE Unit Dose Dispensing (OUDD), yaitu obat diberikan per unit obat

2) One Dailing Dose Dispensing (ODDD), yaitu obat diberikan per hari

Setelah pendistribusian, Pemusnahan dan Penarikan Sediaan Farmasi, Alat

Kesehatan,

dan Bahan Medis Habis Pakai

Pemusnahan dilakukan untuk Sediaan Farmasi, Alat


Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai bila:

a. produk tidak memenuhi persyaratan mutu;

b. telah kadaluwarsa;

c. tidak memenuhi syarat untuk dipergunakan dalam pelayanan

kesehatan atau kepentingan ilmu pengetahuan; dan/atau

d. dicabut izin edarnya.

Tahapan pemusnahan terdiri dari:

a. membuat daftar Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis

Pakai yang akan dimusnahkan;

b. menyiapkan Berita Acara Pemusnahan;

c. mengoordinasikan jadwal, metode dan tempat pemusnahan kepada pihak

terkait;

d. menyiapkan tempat pemusnahan; dan

e. melakukan pemusnahan disesuaikan dengan jenis dan bentuk sediaan serta

peraturan yang berlaku.

Menurut KEMENKES RI tahun 2016, Tujuan pengendalian persediaan

Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai adalah

untuk:

a. penggunaan Obat sesuai dengan Formularium Rumah Sakit;

b.penggunaan Obat sesuai dengan diagnosis dan terapi; dan

c. memastikan persediaan efektif dan efisien atau tidak terjadi kelebihan dan

kekurangan/kekosongan, kerusakan, kadaluwarsa, dan kehilangan serta


pengembalian pesanan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis

Pakai.

Cara untuk mengendalikan persediaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan,

dan Bahan Medis Habis Pakai adalah:

a. melakukan evaluasi persediaan yang jarang digunakan (slow moving);

b. melakukan evaluasi persediaan yang tidak digunakan dalam waktu tiga bulan

berturut-turut (death stock);

c. Stok opname yang dilakukan secara periodik dan berkala.

Pengkajian dan pelayanan Resep  

Kegiatan pengkajian Resep meliputi administrasi, kesesuaian farmasetik dan

pertimbangan klinis.

Kajian administratif meliputi:

1. nama pasien, umur, jenis kelamin dan berat badan;

2. nama  dokter,  nomor  Surat  Izin  Praktik  (SIP),  alamat,  nomor  telepon dan

paraf; dan

3. tanggal penulisan Resep.

Kajian kesesuaian farmasetik dan klinis meliputi:

1. bentuk dan kekuatan sediaan;

2. stabilitas; dan

3. kompatibilitas (ketercampuran Obat).


Pertimbangan klinis meliputi:

1. ketepatan indikasi dan dosis Obat;

2. aturan, cara dan lama penggunaan Obat;

3. duplikasi dan/atau polifarmasi;

4. reaksi  Obat  yang  tidak  diinginkan  (alergi,  efek  samping  Obat, manifestasi

klinis lain);

5. kontra indikasi; dan

6. interaksi.

Jika  ditemukan  adanya  ketidaksesuaian  dari  hasil  pengkajian  maka Apoteker

harus menghubungi dokter penulis Resep.

Penelusuran riwayat penggunaan Obat merupakan proses untuk mendapatkan

informasi mengenai seluruh Obat/Sediaan Farmasi lain yang pernah dan sedang

digunakan, riwayat

pengobatan dapat diperoleh dari wawancara atau data rekam medik/pencatatan

penggunaan Obat pasien.

Tahapan penelusuran riwayat penggunaan Obat:

a. membandingkan riwayat penggunaan Obat dengan data rekam

medik/pencatatan penggunaan Obat untuk mengetahui perbedaan informasi

penggunaan Obat;

b. melakukan verifikasi riwayat penggunaan Obat yang diberikan oleh tenaga

kesehatan lain dan memberikan informasi tambahan jika diperlukan;


c. mendokumentasikan adanya alergi dan Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki

(ROTD);

d. mengidentifikasi potensi terjadinya interaksi Obat;

e. melakukan penilaian terhadap kepatuhan pasien dalam menggunakan Obat;

f. melakukan penilaian rasionalitas Obat yang diresepkan;

g. melakukan penilaian terhadap pemahaman pasien terhadap Obat yang

digunakan;

h. melakukan penilaian adanya bukti penyalahgunaan Obat;

i. melakukan penilaian terhadap teknik penggunaan Obat;

j. memeriksa adanya kebutuhan pasien terhadap Obat dan alat bantu kepatuhan

minum Obat (concordance aids);

k. mendokumentasikan Obat yang digunakan pasien sendiri tanpa sepengetahuan

dokter;

l. mengidentifikasi terapi lain, misalnya suplemen dan pengobatan alternatif yang

mungkin digunakan oleh pasien.

Rekonsiliasi obat merupakan salah satu rangkaian kegiatan dari Standar

Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit. Rekonsiliasi obat adalah kegiatan

membandingkan instruksi penggunaan obat dengan obat yang diperoleh pasien.

Proses ini dapat menjadi salah satu tahap untuk mencegah adanya medication

error seperti adanya obat yang tidak diberikan, dosis obat yang tidak sesuai,

duplikasi obat, interaksi antar obat ataupun kontraindikasi obat. Rekonsiliasi dapat

dilakukan setiap adanya perpindahan pelayanan kesehatan, seperti


Saat pasien masuk rumah sakitPasien mengalami perpindahan bangsal atau unit

layanan lain dalam suatu instansi rumah sakit yang sama (contoh: dari bangsal

rawat inap menuju ke Intensive Care Unit; dari UGD menuju bangsal rawat

inap)Perpindahan dari rumah sakit menuju rumah atau rumah sakit lain.

Tujuan dilakukannya rekonsiliasi, yaitu :

1. Memastikan informasi yang akurat tentang obat yang digunakan pasien

2. Mengidentifikasi ketidaksesuaian akibat tidak terdokumentasinya instruksi

dokter

3. Mengidentifikasi ketidaksesuaian akibat tidak terbacanya instruksi dokter

PIO bertujuan untuk:

a. menyediakan informasi mengenai Obat kepada pasien dan tenaga kesehatan di

lingkungan Rumah Sakit dan pihak lain di luar Rumah Sakit;

b. menyediakan informasi untuk membuat kebijakan yang berhubungan dengan

Obat/Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai, terutama

bagi Komite/Tim Farmasi dan Terapi;

c. menunjang penggunaan Obat yang rasional.

Perbedaan Konseling dan PIO

Kegiatan dalam konseling Obat meliputi:

a. membuka komunikasi antara Apoteker dengan pasien;

b. mengidentifikasi tingkat pemahaman pasien tentang penggunaan Obat melalui

Three Prime Questions;


c. menggali informasi lebih lanjut dengan memberi kesempatan kepada pasien

untuk mengeksplorasi masalah penggunaan Obat;

d. memberikan penjelasan kepada pasien untuk menyelesaikan masalah

pengunaan Obat;

e. melakukan verifikasi akhir dalam rangka mengecek pemahaman pasien; dan

f. dokumentasi.

Kegiatan PIO meliputi:

a. menjawab pertanyaan;

b. menerbitkan buletin, leaflet, poster, newsletter;

c. menyediakan informasi bagi Tim Farmasi dan Terapi

sehubungan dengan penyusunan Formularium Rumah Sakit;

d. bersama dengan Tim Penyuluhan Kesehatan Rumah Sakit

(PKRS) melakukan kegiatan penyuluhan bagi pasien rawat jalan dan rawat inap;

e. melakukan pendidikan berkelanjutan bagi tenaga kefarmasian dan tenaga

kesehatan lainnya; dan

f. melakukan penelitian.

Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam PIO:

a. sumber daya manusia;

b. tempat; dan

c. perlengkapan.

Kriteria Pasien yang harus di konseling

a. pasien kondisi khusus (pediatri, geriatri, gangguan fungsi ginjal, ibu hamil dan

menyusui);
b. pasien dengan terapi jangka panjang/penyakit kronis (TB, DM, epilepsi, dan

lain-lain);

c. pasien yang menggunakan obat-obatan dengan instruksi khusus (penggunaan

kortiksteroid dengan tappering down/off);

d. pasien yang menggunakan Obat dengan indeks terapi sempit (digoksin,

phenytoin);

e. pasien yang menggunakan banyak Obat (polifarmasi); dan

f. pasien yang mempunyai riwayat kepatuhan rendah

(Three Prime Questions) yang dapat digunakan oleh apoteker dalam membuka

sesi konseling untuk pertama kalinya pada pasien dengan resep dokter. Pertanyaan

tersebut adalah sebagai berikut:

1. Apa yang telah dokter katakan tentang obat anda?

2. Apa yang dokter jelaskan tentang harapan setelah minum obat ini?

3. Bagaimana penjelasan dokter tentang cara minum obat ini?

Tujuan visite

Visite merupakan kegiatan kunjungan ke pasien rawat inap yang dilakukan

Apoteker secara mandiri atau bersama tim tenaga kesehatan untuk mengamati

kondisi klinis pasien secara langsung, dan mengkaji masalah terkait Obat,

memantau terapi Obat dan Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki, meningkatkan

terapi Obat yang rasional, dan menyajikan informasi.


S-O-A-P dilaksanakan pada saat dokter menulis penilaian ulang terhadap pasien

rawat inap atau saat visit pasien. S-O-A-P di tulis dicatatan terintegrasi pada status

rekam medis pasien rawat inap, sedangkan untuk pasien rawat jalan S-O-A-P di

tulis di dalam status rawat jalan pasien. Cara menulis metode S-O-A-P adalah

sebagai berikut :

SUBJECTIVE (S):

Lakukan anamnesa untuk mendapatkan keluhan pasien saat ini, riwayat penyakit

yang lalu, riwayat penyakit keluarga. Kemudian tuliskan pada kolom S

Contoh :

S :sesak nafas sejak 3 jam yang lalu, riwayat astma bronchiale sejak 5 tahun lalu

OBJECTIVE (O) :

Lakukan pemeriksaan fisik dan kalau perlu pemeriksaan penunjang terhadap

pasien, tulis hasil pemeriksaan pada kolom O.

Contoh :

O : Keadaan umum gelisah, Tensi…..,Nadi…….. …….. ronki -/-……………….

Wheezing +/+…… dst

ASSESSMENT (A) :

Buat kesimpulan dalam bentuk suatu Diagnosis Kerja, Diagnosis Differensial,

atau suatu penilaian keadaan berdasarkan hasil S dan O. Isi di kolom A

Contoh :

A : WD/ Status Astmatikus ; DD/ ALO ……dst

PLAN (P):

Tuliskan rencana diagnostik, rencana terapi / tindakan, rencana monitoring, dan

rencana edukasi.
Contoh :

Rencana Diagnostik ( D ) : Lakukan foto Ro thorax ap/lat; periksa GDP dan 2 jam

pp

Tujuan ESO

a. menemukan Efek Samping Obat (ESO) sedini mungkin terutama yang berat,

tidak dikenal, frekuensinya jarang;

b. menentukan frekuensi dan insidensi ESO yang sudah dikenal dan yang baru

saja ditemukan;

c. mengenal semua faktor yang mungkin dapat menimbulkan/mempengaruhi

angka kejadian dan hebatnya ESO;

d. meminimalkan risiko kejadian reaksi Obat yang tidak dikehendaki; dan

e. mencegah terulangnya kejadian reaksi Obat yang tidak dikehendaki.

Evaluasi Penggunaan Obat (EPO)

Evaluasi Penggunaan Obat (EPO) merupakan program evaluasi penggunaan Obat

yang terstruktur dan berkesinambungan secara kualitatif dan kuantitatif. Tujuan

EPO yaitu:

a. mendapatkan gambaran keadaan saat ini atas pola penggunaan Obat;

b. membandingkan pola penggunaan Obat pada periode waktu tertentu;

c. memberikan masukan untuk perbaikan penggunaan Obat; dan

d. menilai pengaruh intervensi atas pola penggunaan Obat.

Kegiatan praktek EPO:

a. mengevaluasi pengggunaan Obat secara kualitatif; dan


b. mengevaluasi pengggunaan Obat secara kuantitatif.

Faktor-faktor yang perlu diperhatikan:

a. indikator peresepan;

b. indikator pelayanan; dan

c. indikator fasilitas.

Dispensing sediaan steril harus dilakukan di Instalasi Farmasi dengan teknik

aseptik untuk menjamin sterilitas dan stabilitas produk dan melindungi petugas

dari paparan zat berbahaya serta menghindari terjadinya kesalahan pemberian

Obat.

Dispensing sediaan steril bertujuan:

a. menjamin agar pasien menerima Obat sesuai dengan dosis yang dibutuhkan;

b. menjamin sterilitas dan stabilitas produk;

c. melindungi petugas dari paparan zat berbahaya; dan

d. menghindari terjadinya kesalahan pemberian Obat.

Kegiatan dispensing sediaan steril meliputi :

1) mencampur sediaan intravena ke dalam cairan infus;

2) melarutkan sediaan intravena dalam bentuk serbuk

dengan pelarut yang sesuai; dan

3) mengemas menjadi sediaan siap pakai.

Faktor yang perlu diperhatikan:

1) ruangan khusus;

2) lemari pencampuran Biological Safety Cabinet; dan

3) HEPA Filter
Central Sterile Supply Departement (CSSD) adalah instalasi yang melayanni

pelayanan sterilisasi dengan fasilitas untuk menerima, mendesinfeksi,

membersihkan, mengemas, mensteril, menyimpan dan mendistribusikan alat-alat

(baik yang dapat dipakai berulang kali dan alat yang sekali pakai), sesuai dengan

standar prosedur

Anda mungkin juga menyukai