PENDAHULUAN
1
2
most complex aspects of that subject, while those with low aptitude would
be able to learn only the most basic elements. When aptitude is viewed in this
way, children are seen as either good learners (high aptitude) or poor learners
(low aptitude) with regard to the subject. Bakat siswa itu secara tradisional
dipandang sebagai tingkat yang dapat dicapai seorang anak pelajari subjek
tertentu. Anak-anak dengan bakat tinggi akan mampu mempelajari aspek paling
kompleks dari subjek itu, sementara mereka yang memiliki bakat rendah hanya
dapat belajar paling banyak elemen dasar. Ketika bakat dilihat dengan cara ini,
anak-anak dipandang sebagai pelajar yang baik (bakat tinggi) atau pelajar yang
buruk (bakat rendah) sehubungan dengan subjek.
Carroll (1991:724-725) berpendapat, however, that student aptitude more
accurately reflects an indicator of learning rate. That is, all children have the
potential to learn quite well, but differ primarily in terms of the time they require
to do so. Some children are able to learn a subject very quickly while others may
take much longer. When aptitude is viewed as an indicator of learning rate,
children are seen not simply as good and poor learners, but rather as fast and
slow learners. if each child was allowed the time needed to learn a subject to
some criterion level, and if the child spent that time appropriately, then the child
probably would attain the specified level of achievement. Bagaimanapun, bakat
siswa lebih akurat mencerminkan indikator tingkat pembelajaran. Yaitu, semua
anak-anak memiliki potensi untuk belajar dengan cukup baik, tetapi berbeda
terutama dalam ketentuan waktu yang mereka butuhkan untuk melakukannya.
Beberapa anak mampu untuk mempelajari suatu subjek dengan sangat cepat
sementara yang lain mungkin membutuhkan banyak hal lebih lama. Jika masing-
masing anak diberikan waktu yang dibutuhkan untuk mempelajari subjek ke
tingkat kriteria tertentu, dan jika anak tersebut menghabiskan waktu itu dengan
tepat, maka anak itu mungkin akan mencapai tingkat pencapaian yang ditentukan.
Berdasarkan hal tersebut maka diperlukan sebuah model pembelajaran
yang berpusat pada siswa dengan kata lain model pembelajaran yang dapat
membuat siswa turut berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran serta sesuai
dengan permasalahan sehari-hari sehingga dipilih dua model pembelajaran yaitu
3
Problem Based Learning dan Project Based Learning. Menurut Arends (dalam
Trianto, 2007) PBL merupakan suatu pendekatan pembelajaran dimana siswa
dihadapkan pada masalah autentik (nyata) sehingga diharapkan mereka dapat
menyusun pengetahuannya sendiri menumbuhkembangkan keterampilan tingkat
tinggi dan inkuiri, memandirikan siswa, dan meningkatkan kepercayaan dirinya.
PBL merupakan model pembelajaran yang menantang siswa untuk “belajar
bagaimana belajar”, bekerja secara kelompok untuk mencari solusi dari
permasalahan dunia nyata (Amir, 2009:27). Sedangkan Model pembelajaran
berbasis proyek merupakan model pembelajaran yang bertujuan untuk
memfokuskan peserta didik pada permasalahan kompleks yang diperlukan dalam
melakukan investigasi (Mulyasa, 2015:145). Kareteristik pembelajaran berbasis
proyek adalah siswa menyelidiki ide-ide penting dan bertanya, siswa menemukan
pemahamans dalam proses menyelidiki, menyimpulkan materi, serta
mnghubungkan dengan masalah nyata (otentik dan isu-isu).
Dari pendapat ahli diatas, model pembelajaran Problem Based Learning
dan Project Based Learning memiliki tujuan yang sama yaitu menjadikan
keaktifan kelompok siswa dalam belajar serta mengutamakan pencapain hasil
individu.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Hipotesis Penelitian
E. Manfaat Penelitian
5
Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Dapat digunakan oleh guru dalam memilih model pembelajaran yang
sesuai dengan karateristik SMK.
2. Dengan pemilihan model pembelajaran yang tepat dapat meningkatkan
hasil belajar siswa.
3. Dapat digunakan pihak sekolah dalam mengetahui hasil belajar siswa
apabila ditinjau dari penggunaan model pembelajaran yang diterapkan,
sehingga kedepannya mampu diterapkan dan dikembangkan untuk
mencapai keberhasilan bersama.
F. Asusmsi Penelitian
G. Keterbatasan Penelitian
H. Defenisi Operasional
6
3. Keaktifan kelompok
Keaktifan kelompok adalah keaktifan sebuah grup yang
didalamnya terdapat beberapa siswa yang berpartisipasi aktif dalam
proses belajar di kelas.