Anda di halaman 1dari 49

KODE ETIK DAN TATA LAKU PROFESI

1
UMUM
 Etika merupakan bagian dari filsafat, sebagai ilmu etika mencari kebenaran
dan sebagai filsafat ia mencari keterangan (benar) yang sedalam-dalamnya.

 Yang dicari etika adalah baik buruk bagi tingkah laku manusia, jadi ada
hubungan dengan tingkah laku manusia. Tingkah laku mana yang baik, atau
ukuran mana yang susila

 Manusia itu dinilai oleh manusia lain dalam tindakannya. Kalau tindakan itu
diambil seluas-luasnya, maka ada beberapa macam penilaian: seorang dokter
menilai seseorang dari kesehatannya, yaitu sehat atau kurang sehat.
Adakalanya seorang menilai gerak-gerik seseorang dari segi keindahannya,
jalannya indah, nyanyiannya merdu, lenggang lenggoknya indah dan
sebagainya.

 Kalau tindakan (tingkah laku) manusia dinilai adalah tindakan yang diwujudkan
oleh manusia, dilakukan dengan sadar atas pilihan yaitu dengan sengaja.
Penilaian atas tindakan yang sengaja tersebut (baik/buruk) disebut penilaian
estetis. Tindakan yang sengaja adalah ada pengetahuan dan pilihan dari orang
yang bertindak tersebut.

 Yang menjadi obyek material dari etika adalah manusia, obyek formalnya
ialah tindakan manusia yang melakukannya dengan sengaja
2
KEHENDAK BEBAS
 Manusia berbuat sengaja karena pilihannya
sendiri. Pilihan tersebut berdasarkan adanya
penentuan dari pihak manusia sendiri untuk
bertindak atau bertindak. Penentuan
manusia bagi tindakannya itu disebut
kehendak atau kemauan. Jadi peniliaian etis
haruslah ada kehendak yang dapat memilih
atau kehendak bebas

 Apakah ada kehendak bebas? Artinya


dapatkah manusia mempunyai kehendak
bebas, yaitu ia sungguh-sungguh memilih
secara bebas, kalau ia melakukan tindakan
3 tanpa pengaruh dari luar dirinya.
ALIRAN YANG MENGINGKARI KEHENDAK
BEBAS
 Dalam filsafat ada aliran yang mengingkari
adanya kehendak bebas, aliran tersebut dikenal
dengan nama determinisme

 Ada dua golongan aliran determinisme:


 Determinisme materialistis, berdasarkan material
 Determinisme religius, berdasarkan pendapat
agama tertentu

4
Determinisme materialistis
 Determinisme materialistis, materialisme bermacam-macam
coraknya, tetapi semuanya menerima materi sebagai sungguh-
sungguh ada. Yang dimaksud dengan metaeri adalah yang
selalu berubah-ubah dan tidak tetap. Benda-benda alam ini
dalam pembebanannya semua tertentukan oleh hukum alam.

 Hukum alam itu hukum yang ada pada benda alam demi
kodratnya, merupakan kebiasaan atau tabiat tertentu dalam
siatuasi tertentu. Misalnya setiap benda akan jatuh kebawah
(ke bumi). Manusia itu sesuatu yang ada di dunia dan
merupakan penghuni alam, maka termasuk benda alam, oleh
karena itu ia pun mematuhi hukum alam yang telah ditentukan
dalam semua tindakannya

 Jadi manusia ternyata hanya akan mentaati hukum alam


tertentu, tidak ada daya padanya untuk memilih atau tak ada
padanya kehendak bebas.

 Penganut aliran ini ialah Darwin (1809-1882), P Lamettrie


5 (1709-1751), Feunbach (1804-1872
Determinisme religius
 Tuhan itu Mahakuasa, tidak terbatas kekuasaan ataupun
kehendaknya, juga tidak dapat dibatasi oleh kekuasaan dan
kemauan manusia. Segala tingkah laku manusia sudah ditentukan
oleh Tuhan seperti semua kejadian di dunia ini ditentukan oleh
Nya

 Menurut aliran ini manusia dapat memilih, tetapi kebebasan ini


tertentu dan terbatas dan ketentuan tetap pada Tuhan YME,
jadi kehendak bebas itu tetap tidak ada

 Manusia itu dalam tindaknnya dibatasi kodratnya, yaitu


kemanusiaanya. Ia tidak dapat melampaui batas itu. Ia
mempunyai sifat yang sama dengan benda alam, yaitu terikat
dengan hukum alam, misalnya hukum gravitasi, dan ia akan
bertindak vegetatif dan sensitif seperti benda-benda alam yang
timbul yang hidup sensitif

 Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan, sehingga ada manusia


tergantung pada Tuhan, maka tindaknnya itupun akan tergantung
dari Tuhan itu juga. Semua tindakan manusia tidak mungkin
terwujud tanpa kehendak Tuhan. Jadi inilah penentuan kebebasan
kehendak dari luar (Tuhan) atau penentuan dari luar.
6
SIFAT KEBEBASAN
 Yang dimaksud dengan kehendak bebas disini adalah sifat
kebebasan, yaitu bebas dari sesuatu.

 Jadi ditekankan dalam kebebasan ini adalah pada manusia


kehendak yang mungkin atau adalah kesengajaan pada manusia

 Dalam tindakan sehari-hari tindakan sengaja atau tidak


sengaja perlu sekali dibedakan, karena mempunyai penilaian
yang berbeda. Tindakan-tindakan tersebut baik diri sendiri
(kerjapan mata atau dengan bersuara) berhubungan dengan
orang lain (mengambil barang)

 Setiap tindakan tersebut dinilai oleh masyarakat (pejabat)


apakah sengaja atau tidak sengaja. Kalau manusia melakukan
tindakan dengan sengaja, maka ia dapat memilih, jadi ada
padanya kehendak bebas

7
Ukuran baik buruk
 Dalam manusia bertindak dengan sengaja,
karena dapat memilih berhubung ada kehendak
bebas yang dicari tentu yang baik. Karena
masalah etika ini masalah filsafat, maka ada
beberapa pendapat tentang tindakan baik
tersebut

 Aliran tersebut adalah: hedonisme, utilitanisme,


vitalisme, sosiolisme, religiosisme, humanisme

8
Hedonisme
 Aliran ini termasuk yang amat tua (Yunani). Menurut aliran
ini ukuran tindakan baik ialah hedone (kenimatan dan
kepuasan rasa). Tindakan manusia banyak terdorong untuk
kecenderungan mencapai kepuasan

 Para ahli psikologi berpendapat bahwa semua tindakan itu


berdasarkan pada kecenderungan yang tak disadari ialah
cenderung untuk mencapai kepuasan semata (libido
sekssualis, S.freud) atau cenderung untuk mencapai
kepuasan dalam memiliki kekuasaan (Addler)

 Teori-teori ini saat sekarang banyak ditentang oleh para


ahli psikologi, tetapi dalam kenyataan sekarang kita
masihmelihat bahwa orang bertindak yang didorong oleh
faktor kepuasan (bukan satu-satunya faktor), kenyataan
ini banyak terlihat dalam kehidupan masyarakat (seks) atau
negara (kekuasaan)

 Dari aliran hedonisme juga timbul bermacam-macam dan


sifat-sifat kepuasan, kepuasan manakah yang dijadikan
9 ukuran baik belum terjawab
Utilitanisme
 Ukuran baik bagi lairan ini ialah yang berguna
(utilis). Dalam abad sekarang ini dengan
tekniknya yang serba guna langsung
mendengungkan bahwa kegunaanlah yang
menentukan segala-galanya.

 Dalam bidang politik kegunaan ini sering


dipraktekan, yaitu asal berguna untuk mencapai
tujuan, fitnah, bohong, khianat, kekuasaan dan
paksaan boleh. Jadi semua macam cara boleh
dilakukan asal tujuan tercapai itu baik

 Untuk perorangan, yang berguna (baik) bagi


orang lain, jadi ukuran ini (guna) untuk umum
tidak mudah
10
Vitalisme
 Yang baik menurut aliran ini adalah mencerminkan
kekuatan dalam hidup manusia. Kekuatan dan
kekuasaan yang menaklukan orang lain yang lemah
itu ukuran baik. Manusia yang kuasa itulah yang
baik

 Keanekaragaman dalam aliran ini nampak, sebab


tidak berlaku umum, mengingatkan kita pada
binatang, dimana siapa yang menang itulah yang
baik

 Dalam sejarah menunjukan banyak orang yang


kuat mempraktekan serta menonjolkan penindasan
dan perkosaan serta penghisapan terhadap
manusia lain atas dalili untuk kebaikan (karena ia
berkuasa), misalnya feodalisme, kolonialisme
11
serta diktator menganut pendapat ini.
Sosiolisme
 Masyarakat terdiri dari manusia, sehingga aliran
ini berpendapat yang menentukan baik-buruknya
tindakan manusia adalah masyarakat dimana
manusia itu menjadi anggotanya

 Aliran ini secara ilmiah tidak dapat dipertanggung


jawabkan (kurang memuasakan), tetapi
mengandung kebenaran

 Perbedaan antara adat istiadat bangsa barat dan


timur, serta antara suku di Indonesia dapat
dijadikan contoh, yaitu baik bagi masyarakat
barat belum tentu baik bagi masyarakat timur,
atau baik dari suatu suku di Kalimantan belum
tentu baik bagi suatu suku di Jawa. Jadi ukuran
12 ini masih mengandung kelemahan-kelemahan.
Religiosisme
 Aliran ini paling terkenal dan yang paling baik dalam
praktek ialah berpendapat yang baik ialah yang sesuai
dengan kehendak Tuhan, sedangkan yang buruk yang tidak
sesuai dengan kehendak Tuhan. Apa yang kehendak Tuhan,
tentu masing-masing agama (teologi) menjabarkannya dan
disampaikan melalui pengikutnya

 Kesulitan yang timbul dalam aliran ini adalah karena


masing-masing agama mempunyai ukuran baik, dan belum
tentu sama untuk semua agama. Jadi tidak ukuran yang
umum. Misalnya perkawinan antara masing-masing
mempunyai pengertian, cara, dan hakekatnya sendiri-
sendiri

 Satu hal yang sama dalam aliran ini adalah percayanya


manusia pada agama dan Tuhan yang menciptakannya

13
Humanisme
 Baik dan buruk sesuai dengan kodrat manusia, yaitu
kemanusiaan. Dalam aliran ini tindakan konkrit diukur dari
manusia konkrit pula, yaitu pikiran, rasa, situasi seluruh
dirinya akan ikut menentukan baik buruknya tindakan
konkrit itu.

 Penentuan dari baik buruknya tindakan yang konkrit adalah


kata hati orang yang bertindak.

 Yang diutarakan humanisme adalah ukuran abstrak,


obyektif terlepas dari subyek yang melakukan tindakan itu.

 Maka baik menurut aliran ini dapat dirumuskan: tindakan


yang baik ialah tindakan yang sesuai dengan derajat
manusia, jadi mengurangi atau menentang kemanusiaan

 Apa yang sesuai dengan kodrat manusia, menurut aliran ini


ialah baik, sebab tidak ada sesuatu yang negatif. Negatif,
buruk jika sekiranya mempunyai atau menentang kodrat
manusia
14
Kodrat manusia
 Menurut nampak lahiriahnya manusia tidak seberapa beda
dengan binatang. Binatang mengalami evolusi, juga manusia,
seperti alam mengalami evolusi. Manusia menurut
nampaknya memang bermateri seperti binatang dalam dalam
itu merupakan benda alam yang tunduk akan hukum alam
sepenuhnya seperti benda-benda lainnya

 Dala beberapa hal manusia tidak sama dengan binatang,


yaitu tentang tingkah lakunya. Dalam hal ini manusia
memilih, daya pilih ini yang kita sebut kehendak (bebas)

 Inilah aspek yang khas dari manusia dan dalam hal itu pula
ia lain dari binatang. Aspek lain yang ada pada manusia
ialah untuk memilih, manusia harus tahu yang akan dipilih
itu.

 Jadi orang baru berkehendak (mau) memilih kalau ia tahu


apa yang akan dipilihnya. Jadi mau dan tahu ada hubungan
15 erat (tak dapat dipisahkan) dalam memilih.
Kodrat manusia (cont)
 Pada manusia disebutkan ada daya untuk tahu. Daya untuk
tahu disebut akal atau budi. Orang yang tahu atau
mempunyai pengetahuan tentang sesuatu, ialah jika ia
mengatakan sesuatu tentang sesuatu itu. “Mengatakan”
tidak perlu dengan ucapan atau komunikasi lain, mungkin
juga ia hanya memikirkan saja

 Tahu sesuatu ada hubungan mental seseorang dengan


sesuatu itu, misalnya gunung itu tinggi, rumah itu indah,
bangunan itu roboh, saya tidak suka dan sebagainya. Dari
contoh itu hubungan itu mungkin positif atau negatif

 Jika hubungan itu sesuai dengan realitas yang diketahuinya,


maka pengetahuan itu benar. Jika tidak demikian, masalah
pengetahuan itu: orangnya disebut keliru

 Cita-cita manusia dalam tahunya ialah mencapai kebenaran.


Tak seorangpun cinta pada kekeliruan. Dengan perkataan
lain obyek sebenarnya dari tahu ialah kebenaran. Jika
orang tahu, bahwa pengetahuannya itu tidak benar, maka
diusahakannya supaya ia mencapai kebenaran
16
Kodrat manusia (cont)
 Manusia mungkin tidak hanya ingin mencapai kebenaran
saja, melainkan ingin mencoba hendak mengetahui seluruh
obyek dengan segala aspeknya. Hal seperti ini tidak dapat
dilakukan oleh binatang. Manusia selama ia belum dapat
menggunakan budinya hanya mempunyai pengetahuan
reseptif saja, belum ia tahu sebenarnya sama seperti
binatang

 Tahu sebenarnya itulah keistimewaan manusia, yaitu


membedakannya dari binatang. Mempunyai budi ialah sifat
khas manusia. Budi tidak dapat menentukan pilihan tetapi
sebagai juru penerang amat penting tugasnya. Budilah yang
mempunyai yang benar tentang baik dan buruk. Itulah
sebabnya perlu pendidikan mentah, membantu anak didik
supaya selalu berusaha dan kemudian mencapai kebenaran,
pun kebenaran tentang baik dan buruk, karena manusia
mempunyai kehendak.

 Jadi kekhususan manusia, yaitu yang memanusiakan manusia


ialah daya tahu (budi) dan daya pilih (kehendak). Budi dan
kehendaknya (yang bebas) ialah dasar kemanusiaan.
17
Kodrat manusia (cont)
 Dikatakan juga bahwa manusia yang susila (yang hendak
bertindak menurut kemanusiaannya) ialah orang yang selalu
memilih tindakan yang menurut keyakinannya (penerangan
budinya) adalah baik. Manusia disebut juga sebagai pribadi
yaitu seseorang itu merupakan keseluruhan yang lain dari
yang lain.

 Pribadi ialah individu yang berbudi dan berkehendak itu.


Manusia yang berkepribadian etis ialah manusia yang dalam
tindakannya selalu memilih yang baik sesuai dengan
penerangan budinya, maka manusia yang berkepribadian
etis samalah dengan manusia susila.

 Ada sesuatu daya yang menarik manusia untuk berbuat


tidak baik, daya ini disebut hawa nafsu, yaitu nafsu yang
memperbudak manusia sehingga berbuat yang tidak baik.
Manusia susila adalah manusia yang bertingkah laku baik,
bertanggung jawab kepada kata hatinya
18
Etika dan moral
 Istilah etika berasal dari bahasa Yunani kuno, yaitu etos yang
dalam bentuk tunggal dapat diartikan: kebiasaan, adat,
akhlak, watak, perasaan, sikap atau daya pikir. Dalam bentuk
jamak disebut ta etha mempunyai arti adat kebiasaan. Latar
belakang terbentuknya etika yang oleh Aristoteles (384-322
SM) sudah dipakai untuk menunjuk filsafat moral

 Moral berasal dari bahasa Latin mores yang berarti “sila” atau
“pengaturan hidup”. Yang memuat pandangan-pandangan
tentang nilai-nilai dan norma-norma moral yang terdapat pada
kemlompok manusia. Nilai ini didapat melalui: ajaran-ajaran,
wejangan-wejangan, khotbah-khotbah, patokan-patokan,
kumpulan peraturan dan ketetapan baik lisan maupun tertulis,
tentang bagaimana manusia harus hidup dan bertindak dengan
baik

 Dengan demikian moral merupakan sebuah pranata seperti


halnya agama, politik dan bahasa yang diwariskan secara turun
temurun. Sebaliknya etika merupakan sikap kritis setiap
pribadi dan kelompok masyarakat dalam merealisasikan
moralitas tersebut. Dengan demikian tidak mengherankan
moralitas bisa sama tetapi sikap etis berbeda
19
Etika dan etiket
 Kata etiket berasal dari bahasa Prancis etiquette yang berarti
kartu undangan yang lazim dipakai dikalangan raja-raja
Prancis. Didalam undangan tersebutsudah tertera aturan-
aturan yang sering sangat berbelit-belit mengenai cara
mengikuti pesta yang dilaksanakan. Kata etiket berkembang
artinya menjadi kumpulan cara atau sikap bergaul yang baik di
antara orang-orang yang beradab

 Etiket mempunyai hubungan yang erat dengan etika. Menilai


moral seseorang antara lain juga melihat etiket pergaulannya.
Jadi etiket dapat digunakan sebagai salah satu cara untuk
mengukur moral seseorang

 Dengan menjalankan etiket yang baik, maka akan membantu


orang untuk mencapai moral yang baik, ada empat perbedaan
antara etiket dan etika:
 Etiket adalah cara, sedangkan etika adalah niat
 Etiket adalah formalitas, sedangkan etika adalah nurani
 Etiket bersifat relatif, sedangkan etika bersifat mutlak
 Etiket adalah lahiriah, sedangkan etika adalah bathiniah
20
Sistematika etika
Etika umum

Etika Etika individual


Etika terhadap Biomedis
sesama
Bisnis
Etika khusus Etika keluarga
Hukum
Etika profesi
Etika sosial Ilmu
Etika politik Pengetahuan

Lain-lain
Etika lingkungan
hidup

Etika ideologi

21
Etika bisnis konstruksi
 Etika bisnis konstruksi dalam banyak hal perlu menelaah teori-
teori etika. Hal ini disebabkan etika terapan bersangkut paut
dengan pencarian alasan-alasan moral yang meyakinkan bagi
kepercayaan dan tindakan, yang berlawanan dengan sikap
menerima begitu saja tanpa sikap kritis. Prinsip-prinsip moral
dasar yang menjadi acuan alasan ini secara eksplisit maupun
implisit langsung terkait dengan teori etika.

 Dalam konteks negosiasi kontrak, tindakan tertentu dikatakan


salah karena sama dengan menerima suap, dan suap akan
mempengaruhi penilaian dan pengambilan keputusan.

 Nilai-nilai yang ada pada UU nomor 18 tentang Jasa Konstruksi,


Peraturan pemerintah nomor 29 tahun 2000, Kepress 80 tahun
2003, memberikan nuansa yang jelas bagaimana nilai-nilai moral
yang menjadi rujukan etika tertulis.

22
Konteks isu moral dalam bisnis konstruksi
Lingkungan
global
Keluarga
(masyarakat
dan alam) Rekayasa
wan

keluarga keluarga

Organisasi
Industri
Organisasi Klien atau
(perusahaan-
Profesi konsumen
perusahaan lain)
kerekayasaan

Hukum, pemerintah
Dan instansi
Instansi publik

23
Peningkatan keterampilan otonomi moral
1. Kemahiran mengenali masalah dan isu moral dalambisnis konstruksi mencakup
kemampuan membedakan maupun mengaitkan diri dengan masalah dan isu moral
dalam hukum, ekonomi, ajaran agama, atau deskripsi sistem-sistem fisik

2. Keterampilan memahami, menjelaskan, dan secara teknis mengkaji argumen-argumen


atas segi-segi yang berlawanan dengan isu-isu moral

3. Kemampuan untuk membentuk sudut pandangan yang konsisten dan komprehensif


berdasarkan pertimbangan atas fakta-fakta yang relevan

4. Keadaan imajinatif tentang berbagai respon alternatif terhadap isu-isu


bersangkutan dan pemecahan kreatif atas kesulitan-kesulitan praktis

5. Kepekaan terhadap kesulitan dan kepelikan sesungguhnya. Ini mencakup kesediaan


mengalami dan mentoleransi ketidak pastian dalam membuat penilaian atau keputusan
moral yang merisaukan

6. Peningkatan ketepatan dalam menggunakan bahasa etika yang lazim, yang diperlukan
untuk dapat dengan baik mengungkapkan dan membela pandangan moral seseorang
terhadap orang lain

7. Meningkatkan penghargaan baik terhadap kemungkinan penggunaan dialog rasional


dalam memecahkan konflik-konflik moral maupun perlunya toleransi terhadap
perbedaan-perbedaan perspektif dikalangan orang-orang yang secara moral cukup
baik

8. Bangkitnya desakan akan pentingnya integrasi antara hidup profesional dengan


keyakinan personal atau pentingnya mempertahankan integritas
24
Tingkat perkembangan moral
Fokus diri sendiri Fokus orang lain Fokus umat manusia

Tingkat pascakonvensional

Tahap 6: orientasi prinsip


etika universal
Tingkat konvensional
Tahap 5: orientasi kontrak
Tahap 4: orientasi hukum sosial legalitas
dan ketertiban

Tingkat prakonvensional Tahap 3: orientasi kesepakatan


antar pribadi
Tahap 2: orientasi hukuman
dan kepatuhan

Tahap 1: orientasi relativisme


instrumental

25
Kewajiban-kewajiban (W. David Rose)
1. Kewajiban kesetiaan: kita harus menepati janji yang dibuat dengan bebas

2. Kewajiban ganti rugi: kita harus melunasi hutang moril dan materil

3. Kewajiban terima kasih: kita harus berterima kasih kepada orang yang
berbuat baik terhadap kita

4. Kewajiban keadilan: kita harus membagikan hal-hal yang menyenangkan


sesuai dengan jasa orang-orang yang bersangkutan

5. Kewajiban berbuat baik: kita harus membantu orang lain yang


membutuhkan bantuan kita

6. Kewajiban mengembangkan diri: kita harus mengembangkan dan


meningkatkan bakat kita di bidang keutamaan, intelegensi, dan
sebagainya

7. Kewajiban untuk tidak merugikan: kita tidak boleh melakukan sesuatu


yang meruugikan orang lain
26
Pengertian profesi
 Profesi berasal dari kata latin yaitu professus yang berarti
pengakuan iman, pernyataan, kesungguhan hati, atau janji
dimuka umum. Apabila melanggar maka itu berarti telah
menodai kesucian profesi tersebut. Dengan kata lain istilah
profesi bermakna yang suci, karena apabila seseorang setia
akan profesinya, ia tidak akan mengkhianati profesi itu.

 Istilah profesi kemudian dirumuskan sebagai pekerjaan


yang dilakukan sebagai kegiatan pokok yang mengandalkan
suatu keahlian untuk menghasilkan nafkah hidup.

 Seorang profesional adalah orang yang melakukan suatu


pekerjaan purnawaktu dan hidup dari pekerjaan itu dengan
mengandalkan keahlian tertentu, sementara orang lain
melakukan hal yang sama sebagai sekedar hobi, untuk
senang-senang, atau untuk mengisi waktu luang.
27
Jenis profesi
 Profesi khusus, yaitu para profesional yang
melaksanakan profesinya secara khusus untuk
mendapatkan nafkah atau penghasilan. Contohnya
Arsitek Lansekap, Penasehat Hukum,
Wirasawastawan, Ekonom, dsbnya. (kembangkan
contohnya)

 Profesi luhur, yaitu para profesional yang


melaksanakan profesinya bukan lagi untuk
mendapatkan nafkah, tetapi sudah merupakan
pengabdian atau pelayanan kepada masyarakat,
karena kebutuhan nafkah bukan motivasi
utamanya. Contohnya dokter, ulama, negarawan,
dosen, dan guru. (kembangkan contohnya)
28
Ciri-ciri profesi

 Pengetahuan khusus
 Standar moral
tinggi
 Pengabdian
masyarakat
 Izin khusus
 Anggota organisasi
profesi

29
Prinsip etika profesi
 Tanggung jawab, yaitu berupa:
 tanggung jawab terhadap pelaksanaan pekerjaan dan hasilnya,
 tanggung jawab terhadap kehidupan orang lain atau masyarakat

 Keadilan, para profesional menghargai hak orang lain sesuai


dengan peran dan keahliannya sebagaimana ia sendiri juga
mengharapkan orang lain menghargai profesinya

 Kebebasan, seorang profesional memiliki hak otonomi dalam


menjalankan profesinya, dan yang bersangkutan berhak untuk
mengembangkan profesinya seluas-luasnya dalam rangka
meningkatkan kemampuan dan keahlian.

 Tanpa pamrih, dalam memberikan pelayanan para profesional


wajib membaktikan keahliannya semata-mata kepada kepentingan
yang ia layani tanpa menghitung untung ruginya sendiri, artinya
kepentingan klien didahulukan dari pada kepentingan pribadi

 Kesetiaan, etika profesi luhur menuntut agar setiap profesional


setia paa cita-cita luhur profesinya walaupun tindakan itu
30 bertentangan dengan kepentingan kliennya.
Kriteria profesional
 Kriteria umum:
 Memiliki pengetahuan dan keterampilan tertentu yang diperoleh
melalui pendidikan dan latihan dalam mendukung tugas profesinya
 Memeiliki standar kerja untuk mengemban tugas profesional yang
digunakan sebagai tolok ukur prestasi para profesional
 Memilki organisasi profesi untuk menampung dan sebagai wadah
anggota profesi yang menentukan standar etika profesi
 Memiliki tanggung jawab moral terhadap masyarakat, klien, kolega,
dan bawahan sebagai bagian dari kewajiban profesional mereka,
seperti tertuang dalam kode etik profesinya.

 Kepribadian, tercermin dalam tindakan sehari-hari sebagai:


 Manusia individu
 Manusia sosial
 Manusia negara
 Manusia budaya
 Manusia karya
 Manusia usaha

 Pengabdian, setiap kegiatan bisnis tujuan utama adalah mencari


keuntungan finansial, namun hal itu diimbangi dengan pengabdian
yang tinggi terhadap masyarakat, karena pengabdian merupakan
jantungnya profesional
31
Bisnis konstruksi TANPA ETIKA
 Bisnis konstruksi itu adalah persaingan
 Bisnis konstruksi itu asosial
 Bisnis konstruksi campur moral akan tersingkir
 Bisnis konstruksi mencari keuntungan belaka
 Bisnis konstruksi hanya berkonsentrasi pada
pekerjaan
 Bisnis konstruksi itu memakan biaya
 Bisnis konstruksi harus disertai kekuatan
 Bisnis konstruksi memerlukan keterampilan khusus
 Bisnis konstruksi tidak memiliki hati nurani

32
Bisnis konstruksi DENGAN ETIKA
 Bisnis konstruksi mempertaruhkan segala-galanya
 Bisnis konstruksi menyangkut hubungan antara manusia
 Bisnis konstruksi adalah persaingan yang bermoral
 Bisnis konstruksi harus mengikuti kemauan masyarakat (klien)
 Bisnis konstruksi harus disertai kewajiban moral
 Bisnis konstruksi harus menghargai keterbatasan sumber daya
 Bisnis konstruksi harus menjaga lingkungan sosial
 Bisnis konstruksi menjaga keseimbangan tanggung jawab sosial
 Bisnis konstruksi harus menggali sumber daya yang berguna
 Bisnis konstruksi memberikan keuntungan jangka panjang

33
PRINSIP-PRINSIP ETIKA BISNIS KONSTRUKSI
 Prinsip sikap baik

 Prinsip otonomi

 Prinsip kejujuran

 Prinsip keadilan

 Prinsip hormat
terhadap diri sendiri
34
SASARAN BISNIS KONSTRUKSI

 Keuntungan
(profitability)

 pertumbuhan
(growth)

 Citra (Image)

35
Karakteristik kode etik
 Kode etik merupakan produk etika terapan
 Kode etik dapat brubah dan diubah seiring
dengan perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi
 Kode etik akan effektif bila dibuat oleh
kalangan profesi itu sendiri
 Kode etik harus menjadi hasil pengaturan
diri (self regulation) dari profesi
 Kode etik akan berhasil dengan baik
apabila pelaksanaannya diawasi terus
menerus

38
PERANAN KODE ETIK
 Memberi tuntunan dan inspirasi

 Memberi dukungan

 Membina disiplin

 Mendidik

 Mendukung citra profesi

 Melindungi status quo

 Mempromosikan kepentingan bisnis


39
Keterbatasan kode etik
 Rumusan-rumusan yang umum dan
kabur

 Bukan sebagai kata akhir

 Tidak ada sarana pemaksa yang


efektif

 Harapan yang terlalu tinggi

 Versi yang bermacam-macam


40
Kekuatan etis organisasi
 Maksud, misi organisasi sebagai nilai-nilai yang membimbing
kearah harapan dan visi membantu menentukan apa yang
dimaksud perilaku yang dapat diterima dan yang tidak dapat
diterima

 Kebanggaan, bangga dengan diri dan organisasi dan dalam


keadaan ini dapat menolak godaan untuk berperilaku tidaketis

 Kesabaran, percaya bahwa dengan berpegang pada nilai-nilai


etis akan membawa kepada keberhasilan jangka panjang. Ada
usaha untuk mempertahankan keseimbangan antara perolehan
hasil dan perhatian bagaimana memperoleh hasil tersebut

 Ketetapan hati, kita mempunyai komitmen untuk hidup


berdasarkan prinsip-prinsip etis, terikat dengan komitmen itu,
dan memastikan tindakan-tindakan sesuai dengan komitmen
yang sudah disepakati

 Sudut pandang, para manajer dan karyawan perlu istirahat


sejenak dan berpikir dalam-dalam, memeriksa dimana kita
berada, menilai kemana kita akan melangkah, dan menentukan
bagaimana cara mencapainya

41
Ikrar seorang Insinyur / Sarjana Teknik
 Aku seorang insinyur/ sarjana teknik, profesi yang aku sandang
dengan penuh kehormatan, dan kebanggaan tetapi tanpa rasa
takabur, kehormatan yang membuahkan kewajiban-kewajiban yang
secara tulus akan aku tunaikan

 Sebagai insinyur/ sarjana teknik, aku berpartisipasi dalam kegiatan-


kegiatan yang jujur, kepada mereka yang aku layani, rekan atau
pemberi tugas, aku janjikan kecakapan, kejujuran dan kesetiaan
lugas

 Bila masyarakat memerlukan, keterampilan dan pengetahuan yang


ada padaku, kupersembahkan tanpa batasan, nikmat ilmu yang aku
miliki, harus kusyukuri dengan pengabdian kepada kemanusiaan dan
kebenaran sebagai tanggung jawabku kepada si Pemberi nikmat
Tuhan Yang Maha Esa

 Dengan kecemburuan seorang ibu aku juga reputasi mulia dan baik
profesi insinyur/ sarjana teknik yang telah aku pilih, dengan
kesetiaan seorang sahabat aku juga kepentingan dan nama baik dari
rekan insinyur/ sarjana teknik yang aku tahu pantas dimilikinya,
akan tetapi aku tidak gentar kalau kewajiban memanggil untuk
memaparkan kebenaran tentang sesuatu atau seseorang rekan yang
tindak tanduknya terbukti tidak bertanggung jawab
42
Ikrar seorang Insinyur / Sarjana Teknik
(cont)
 Semenjak zaman batu, kemajuan manusia hanya mungkin terjadi
karena kepiawaian nenek moyangku sang insinyur/ sarjana teknik,
ditangan mereka sumber alam, materi dan energi berubah menjadi
hal-hal yang bermanfaat bagi kemanusiaan. Di tangan mereka prinsip
ilmu pengetahuan dan revelasi teknologi telah berubah menjadi hal-
hal yang praktis dan berguna. Berkat akumulasi pengalaman
merekalah aku mungkin meniti kemajuan. Karena aku baktikan diriku
untuk penyebaran pengetahuan keinsinyuran yang aku miliki,
terutama bagi rekan-rekan yang lebih muda, muda usia dan muda
pengalaman

 Dan kepada rekan-rekan setaraku daku menjanjikan dan menuntut


pula sikap adil dan penuh integritas. Sikap toleransi dan penuh
respek. Dalam menghayati dan menjaga kehormatan profesi ini.
Sadar selalu bahwa mengabdikan profesi kepada masyarakat
sekeliling, pada generasi yang akan datang, pada lingkungan hidup
yang lebih baik, pada hati nurani yang bersih adalah merupakan
manifestasi pengabdian kepada Sang Pencipta-Tuhan Yang Maha Esa
 Demikian ikrarku

43
KODE ETIK dan TATALAKU PROFESI ARSITEK LANSEKAP
MUKADIMAH:
Sebagai warga negara Republik Indonesia yang sadar akan panggilan, kewajiban,
pemeliharaan, perkembangan dan pertumbuhan kebudayaan Bangsa, dengan usaha
dalam batas kemampuannya, maka Arsitek Lansekap mengabdikan pengetahuan, ilmu
dan kecakapannya dengan cara-cara, pemikiran-pemikiran dan pendekatan-pendekatan
yang positif ilmiah yang sesuai dengan hakekat kemanusiaan, etika lingkungan alami
dengan penuh rasa tanggung jawab kepada Tuhan Yang Maha Esa, umat manusia,
nusa, bangsa dan diri pribadi.

Dalam segala tata lakunya Arsitek Lansekap Bersertifikat Indonesia berpegang teguh
pada Mukadimah ini dengan keyakinan bahwa penyimpangan dari kode Tata Laku
Profesi adalah mencemarkan kehormatan jabatan, kedudukan, integritas dan martabat
Arsitek Lansekap.

Pokok yang diuraikan dalam pasal-pasal berikut ini sungguhpun pada hakekatnya tiada
meliputi segala kemungkinan dan tiada pula sempurna sepatutnya ditafsirkan dan
dilakukan sesuai dengan Mukadimah tersebut diatas.
Arsitek Lansekap Bersertifikat Indonesia diwajibkan mentaati syarat-syarat Kode Tata
44
Laku Profesi yang dimuat dalam 14 pasal sebagai berikut :
Pasal 1
Dalam menunaikan tugas yang dipercayakan kepadanya, mengerahkan segala keahlian
dan pengalaman yang ada padanya sesuai dengan kaidah keilmuan, kepatuhan dan
kejujuran intelektual (UUJK Pasal 11/2) untuk kepentingan pihak pemberi tugas, tanpa
mengabaikan kepentingan umum, keamanan masyarakat dan sedapat mungkin harus
dijaga bahwa kepentingan ini tidak mengakibatkan gangguan pada sistem dan proses
ekologi serta ekosistem setempat serta tidak melanggar Kode Tata Laku Profesi Arsitek
Lansekap.
Pasal 2
Tidak menerima tugas/pekerjaan dimana terdapat pertentangan-pertentangan akibat
kepentingan pribadi yang berlawanan dengan tanggung jawab serta kewajiban dari pada
Profesi Arsitek Lansekap.
Pasal 3
Tidak menerima lain imbalan jasa, kecuali gaji dalam hubungan kerja sebagai staf ahli, atas
honorarium dari pengajuan biaya menurut ketentuan peraturan imbalan jasa, yang
dinyatakan berlaku oleh Ikatan Arsitek Lansekap Indonesia dalam hubungan kerja sebagai
Arsitek Lansekap atau Konsultan Perencana dan Perancang Lansekap, Badan Pelaksana
atau Pengelolaan Lansekap.
Pasal 4
Tidak bersaing secara tidak sehat terhadap sesama Rekan Arsitek Lansekap, sesama
Badan Usaha Pelaksanaan atau Pengelolaan Lansekap dengan imbalan jasa yang lebih
rendah dari standar pada peraturan imbalan jasa yang dinyatakan berlaku oleh Ikatan
Arsitek Lansekap Indonesia.

45
Pasal 5
Tidak mencoba merebut pekerjaan yang sedang dalam taraf perundingan antara pemberi
tugas dengan sesama Rekan Arsitek Lansekap atau antara sesama Badan Usaha
Pelaksana/Pengelolaan Lansekap, terkecuali pemberi Tugas telah menyatakan aturan-
aturan lain secara tertulis sebelumnya.
Pasal 6
Tidak menerima pekerjaan yang dimaksud dalam pasal 4, jika belum ada kepastian
mengenai putus hubungan kerja disertai penyelesaian segala kewajiban pemberi tugas
kepada sesama Rekan Arsitek Lansekap termaksud.
Pasal 7
Tidak menawarkan jasa-jasanya melalui iklan dan lain-lain cara yang lazim dalam dunia
perdagangan, demi menjaga etika dan martabat profesi maupun Arsitek Lansekap yang
bersangkutan.
Pasal 8
Sebagai Arsitek Lansekap tidak mengadakan kerja sama dalam bentuk asosiasi
(“Partnership”) dengan lain macam bidang usaha, kecuali dengan Profesi yang sejiwa
dalam hubungan interdisiplin, seperti Perencana Kota (Planner) Arsitek, Arsitek Interior,
Perancang Pekerjaan Seni (Art designer), Konstruktor Perancang sistem elektrikal dan
mekanikal dan Konsultan-konsultan ahli lainnya.
Pasal 9
Tidak turut dalam Sayembara Perencanaan/Perancangan Lansekap diluar aturan
sayembara yang telah disetujui oleh Ikatan Arsitek Lansekap Indonesia.

46
Pasal 10
Tidak menandatangani gambar-gambar rencana/perancangan maupun uraian pekerjaan
dan spesifikasi teknik hasil karya orang lain guna mendapatkan ijin
pelaksanaan/pengelolaan atau legalitas hukum lainnya, kecuali dalam suatu hubungan
kerja langsung.
Pasal 11
Tidak mencemarkan atau mengganggu nama sesama Rekan Arsitek Lansekap/Badan
Usaha atau Badan Pengelolaan Lansekap melainkan menyampaikan segala macam
pengaduan kepada IALI apabila terdapat perselisihan.
Pasal 12
Tidak menggunakan atau mengakui hasil rancangan dari sesama Rekan Arsitek
Lansekap sebagai karyanya kecuali dalam suatu persetujuan kerjsama yang telah
disepakati.
Pasal 13
Bersikap dan bertindak loyal terhadap sesama Rekan Arsitek Lansekap mengusahakan
sedapat mungkin agar Rekan-rekan Muda yang bekerja dibawah pimpinannya
memperoleh kedudukan yang sesuai dengan kecakapan, bakat dan pengabdiannya
dalam bekerja.
Pasal 14
Bersikap dan bertindak adil antara Pemberi Tugas, kontraktor pelaksana atau pengelola
lansekap dan lain pihak yang ada sangkut pautnya dalam pelaksanaan pekerjaan yang
dipercayakan kepadanya.

47
PERSYARATAN ADMINISTRATIF
ARSITEK LANSEKAP PROFESIONAL

1. MEMILIKI IJAZAH
PENDIDIKAN
(S1 atau S2 atau S3)

48
2. MEMILIKI KTP

3. MEMILIKI NPWP
(NOMOR POKOK WAJIB PAJAK

4. MEMILIKI BUKTI
PEMBAYARAN PAJAK

49
5. MEMILIKI SKA
(SERTIFIKAT KEAHLIAN)
Dengan Level Tertentu

6. MEMILIKI REFERENSI
KERJA DARI PEMBERI TUGAS

50
SELAMAT BELAJAR
SEMOGA SUKSES

51

Anda mungkin juga menyukai