1
UMUM
Etika merupakan bagian dari filsafat, sebagai ilmu etika mencari kebenaran
dan sebagai filsafat ia mencari keterangan (benar) yang sedalam-dalamnya.
Yang dicari etika adalah baik buruk bagi tingkah laku manusia, jadi ada
hubungan dengan tingkah laku manusia. Tingkah laku mana yang baik, atau
ukuran mana yang susila
Manusia itu dinilai oleh manusia lain dalam tindakannya. Kalau tindakan itu
diambil seluas-luasnya, maka ada beberapa macam penilaian: seorang dokter
menilai seseorang dari kesehatannya, yaitu sehat atau kurang sehat.
Adakalanya seorang menilai gerak-gerik seseorang dari segi keindahannya,
jalannya indah, nyanyiannya merdu, lenggang lenggoknya indah dan
sebagainya.
Kalau tindakan (tingkah laku) manusia dinilai adalah tindakan yang diwujudkan
oleh manusia, dilakukan dengan sadar atas pilihan yaitu dengan sengaja.
Penilaian atas tindakan yang sengaja tersebut (baik/buruk) disebut penilaian
estetis. Tindakan yang sengaja adalah ada pengetahuan dan pilihan dari orang
yang bertindak tersebut.
Yang menjadi obyek material dari etika adalah manusia, obyek formalnya
ialah tindakan manusia yang melakukannya dengan sengaja
2
KEHENDAK BEBAS
Manusia berbuat sengaja karena pilihannya
sendiri. Pilihan tersebut berdasarkan adanya
penentuan dari pihak manusia sendiri untuk
bertindak atau bertindak. Penentuan
manusia bagi tindakannya itu disebut
kehendak atau kemauan. Jadi peniliaian etis
haruslah ada kehendak yang dapat memilih
atau kehendak bebas
4
Determinisme materialistis
Determinisme materialistis, materialisme bermacam-macam
coraknya, tetapi semuanya menerima materi sebagai sungguh-
sungguh ada. Yang dimaksud dengan metaeri adalah yang
selalu berubah-ubah dan tidak tetap. Benda-benda alam ini
dalam pembebanannya semua tertentukan oleh hukum alam.
Hukum alam itu hukum yang ada pada benda alam demi
kodratnya, merupakan kebiasaan atau tabiat tertentu dalam
siatuasi tertentu. Misalnya setiap benda akan jatuh kebawah
(ke bumi). Manusia itu sesuatu yang ada di dunia dan
merupakan penghuni alam, maka termasuk benda alam, oleh
karena itu ia pun mematuhi hukum alam yang telah ditentukan
dalam semua tindakannya
7
Ukuran baik buruk
Dalam manusia bertindak dengan sengaja,
karena dapat memilih berhubung ada kehendak
bebas yang dicari tentu yang baik. Karena
masalah etika ini masalah filsafat, maka ada
beberapa pendapat tentang tindakan baik
tersebut
8
Hedonisme
Aliran ini termasuk yang amat tua (Yunani). Menurut aliran
ini ukuran tindakan baik ialah hedone (kenimatan dan
kepuasan rasa). Tindakan manusia banyak terdorong untuk
kecenderungan mencapai kepuasan
13
Humanisme
Baik dan buruk sesuai dengan kodrat manusia, yaitu
kemanusiaan. Dalam aliran ini tindakan konkrit diukur dari
manusia konkrit pula, yaitu pikiran, rasa, situasi seluruh
dirinya akan ikut menentukan baik buruknya tindakan
konkrit itu.
Inilah aspek yang khas dari manusia dan dalam hal itu pula
ia lain dari binatang. Aspek lain yang ada pada manusia
ialah untuk memilih, manusia harus tahu yang akan dipilih
itu.
Moral berasal dari bahasa Latin mores yang berarti “sila” atau
“pengaturan hidup”. Yang memuat pandangan-pandangan
tentang nilai-nilai dan norma-norma moral yang terdapat pada
kemlompok manusia. Nilai ini didapat melalui: ajaran-ajaran,
wejangan-wejangan, khotbah-khotbah, patokan-patokan,
kumpulan peraturan dan ketetapan baik lisan maupun tertulis,
tentang bagaimana manusia harus hidup dan bertindak dengan
baik
Lain-lain
Etika lingkungan
hidup
Etika ideologi
21
Etika bisnis konstruksi
Etika bisnis konstruksi dalam banyak hal perlu menelaah teori-
teori etika. Hal ini disebabkan etika terapan bersangkut paut
dengan pencarian alasan-alasan moral yang meyakinkan bagi
kepercayaan dan tindakan, yang berlawanan dengan sikap
menerima begitu saja tanpa sikap kritis. Prinsip-prinsip moral
dasar yang menjadi acuan alasan ini secara eksplisit maupun
implisit langsung terkait dengan teori etika.
22
Konteks isu moral dalam bisnis konstruksi
Lingkungan
global
Keluarga
(masyarakat
dan alam) Rekayasa
wan
keluarga keluarga
Organisasi
Industri
Organisasi Klien atau
(perusahaan-
Profesi konsumen
perusahaan lain)
kerekayasaan
Hukum, pemerintah
Dan instansi
Instansi publik
23
Peningkatan keterampilan otonomi moral
1. Kemahiran mengenali masalah dan isu moral dalambisnis konstruksi mencakup
kemampuan membedakan maupun mengaitkan diri dengan masalah dan isu moral
dalam hukum, ekonomi, ajaran agama, atau deskripsi sistem-sistem fisik
6. Peningkatan ketepatan dalam menggunakan bahasa etika yang lazim, yang diperlukan
untuk dapat dengan baik mengungkapkan dan membela pandangan moral seseorang
terhadap orang lain
Tingkat pascakonvensional
25
Kewajiban-kewajiban (W. David Rose)
1. Kewajiban kesetiaan: kita harus menepati janji yang dibuat dengan bebas
2. Kewajiban ganti rugi: kita harus melunasi hutang moril dan materil
3. Kewajiban terima kasih: kita harus berterima kasih kepada orang yang
berbuat baik terhadap kita
Pengetahuan khusus
Standar moral
tinggi
Pengabdian
masyarakat
Izin khusus
Anggota organisasi
profesi
29
Prinsip etika profesi
Tanggung jawab, yaitu berupa:
tanggung jawab terhadap pelaksanaan pekerjaan dan hasilnya,
tanggung jawab terhadap kehidupan orang lain atau masyarakat
32
Bisnis konstruksi DENGAN ETIKA
Bisnis konstruksi mempertaruhkan segala-galanya
Bisnis konstruksi menyangkut hubungan antara manusia
Bisnis konstruksi adalah persaingan yang bermoral
Bisnis konstruksi harus mengikuti kemauan masyarakat (klien)
Bisnis konstruksi harus disertai kewajiban moral
Bisnis konstruksi harus menghargai keterbatasan sumber daya
Bisnis konstruksi harus menjaga lingkungan sosial
Bisnis konstruksi menjaga keseimbangan tanggung jawab sosial
Bisnis konstruksi harus menggali sumber daya yang berguna
Bisnis konstruksi memberikan keuntungan jangka panjang
33
PRINSIP-PRINSIP ETIKA BISNIS KONSTRUKSI
Prinsip sikap baik
Prinsip otonomi
Prinsip kejujuran
Prinsip keadilan
Prinsip hormat
terhadap diri sendiri
34
SASARAN BISNIS KONSTRUKSI
Keuntungan
(profitability)
pertumbuhan
(growth)
Citra (Image)
35
Karakteristik kode etik
Kode etik merupakan produk etika terapan
Kode etik dapat brubah dan diubah seiring
dengan perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi
Kode etik akan effektif bila dibuat oleh
kalangan profesi itu sendiri
Kode etik harus menjadi hasil pengaturan
diri (self regulation) dari profesi
Kode etik akan berhasil dengan baik
apabila pelaksanaannya diawasi terus
menerus
38
PERANAN KODE ETIK
Memberi tuntunan dan inspirasi
Memberi dukungan
Membina disiplin
Mendidik
41
Ikrar seorang Insinyur / Sarjana Teknik
Aku seorang insinyur/ sarjana teknik, profesi yang aku sandang
dengan penuh kehormatan, dan kebanggaan tetapi tanpa rasa
takabur, kehormatan yang membuahkan kewajiban-kewajiban yang
secara tulus akan aku tunaikan
Dengan kecemburuan seorang ibu aku juga reputasi mulia dan baik
profesi insinyur/ sarjana teknik yang telah aku pilih, dengan
kesetiaan seorang sahabat aku juga kepentingan dan nama baik dari
rekan insinyur/ sarjana teknik yang aku tahu pantas dimilikinya,
akan tetapi aku tidak gentar kalau kewajiban memanggil untuk
memaparkan kebenaran tentang sesuatu atau seseorang rekan yang
tindak tanduknya terbukti tidak bertanggung jawab
42
Ikrar seorang Insinyur / Sarjana Teknik
(cont)
Semenjak zaman batu, kemajuan manusia hanya mungkin terjadi
karena kepiawaian nenek moyangku sang insinyur/ sarjana teknik,
ditangan mereka sumber alam, materi dan energi berubah menjadi
hal-hal yang bermanfaat bagi kemanusiaan. Di tangan mereka prinsip
ilmu pengetahuan dan revelasi teknologi telah berubah menjadi hal-
hal yang praktis dan berguna. Berkat akumulasi pengalaman
merekalah aku mungkin meniti kemajuan. Karena aku baktikan diriku
untuk penyebaran pengetahuan keinsinyuran yang aku miliki,
terutama bagi rekan-rekan yang lebih muda, muda usia dan muda
pengalaman
43
KODE ETIK dan TATALAKU PROFESI ARSITEK LANSEKAP
MUKADIMAH:
Sebagai warga negara Republik Indonesia yang sadar akan panggilan, kewajiban,
pemeliharaan, perkembangan dan pertumbuhan kebudayaan Bangsa, dengan usaha
dalam batas kemampuannya, maka Arsitek Lansekap mengabdikan pengetahuan, ilmu
dan kecakapannya dengan cara-cara, pemikiran-pemikiran dan pendekatan-pendekatan
yang positif ilmiah yang sesuai dengan hakekat kemanusiaan, etika lingkungan alami
dengan penuh rasa tanggung jawab kepada Tuhan Yang Maha Esa, umat manusia,
nusa, bangsa dan diri pribadi.
Dalam segala tata lakunya Arsitek Lansekap Bersertifikat Indonesia berpegang teguh
pada Mukadimah ini dengan keyakinan bahwa penyimpangan dari kode Tata Laku
Profesi adalah mencemarkan kehormatan jabatan, kedudukan, integritas dan martabat
Arsitek Lansekap.
Pokok yang diuraikan dalam pasal-pasal berikut ini sungguhpun pada hakekatnya tiada
meliputi segala kemungkinan dan tiada pula sempurna sepatutnya ditafsirkan dan
dilakukan sesuai dengan Mukadimah tersebut diatas.
Arsitek Lansekap Bersertifikat Indonesia diwajibkan mentaati syarat-syarat Kode Tata
44
Laku Profesi yang dimuat dalam 14 pasal sebagai berikut :
Pasal 1
Dalam menunaikan tugas yang dipercayakan kepadanya, mengerahkan segala keahlian
dan pengalaman yang ada padanya sesuai dengan kaidah keilmuan, kepatuhan dan
kejujuran intelektual (UUJK Pasal 11/2) untuk kepentingan pihak pemberi tugas, tanpa
mengabaikan kepentingan umum, keamanan masyarakat dan sedapat mungkin harus
dijaga bahwa kepentingan ini tidak mengakibatkan gangguan pada sistem dan proses
ekologi serta ekosistem setempat serta tidak melanggar Kode Tata Laku Profesi Arsitek
Lansekap.
Pasal 2
Tidak menerima tugas/pekerjaan dimana terdapat pertentangan-pertentangan akibat
kepentingan pribadi yang berlawanan dengan tanggung jawab serta kewajiban dari pada
Profesi Arsitek Lansekap.
Pasal 3
Tidak menerima lain imbalan jasa, kecuali gaji dalam hubungan kerja sebagai staf ahli, atas
honorarium dari pengajuan biaya menurut ketentuan peraturan imbalan jasa, yang
dinyatakan berlaku oleh Ikatan Arsitek Lansekap Indonesia dalam hubungan kerja sebagai
Arsitek Lansekap atau Konsultan Perencana dan Perancang Lansekap, Badan Pelaksana
atau Pengelolaan Lansekap.
Pasal 4
Tidak bersaing secara tidak sehat terhadap sesama Rekan Arsitek Lansekap, sesama
Badan Usaha Pelaksanaan atau Pengelolaan Lansekap dengan imbalan jasa yang lebih
rendah dari standar pada peraturan imbalan jasa yang dinyatakan berlaku oleh Ikatan
Arsitek Lansekap Indonesia.
45
Pasal 5
Tidak mencoba merebut pekerjaan yang sedang dalam taraf perundingan antara pemberi
tugas dengan sesama Rekan Arsitek Lansekap atau antara sesama Badan Usaha
Pelaksana/Pengelolaan Lansekap, terkecuali pemberi Tugas telah menyatakan aturan-
aturan lain secara tertulis sebelumnya.
Pasal 6
Tidak menerima pekerjaan yang dimaksud dalam pasal 4, jika belum ada kepastian
mengenai putus hubungan kerja disertai penyelesaian segala kewajiban pemberi tugas
kepada sesama Rekan Arsitek Lansekap termaksud.
Pasal 7
Tidak menawarkan jasa-jasanya melalui iklan dan lain-lain cara yang lazim dalam dunia
perdagangan, demi menjaga etika dan martabat profesi maupun Arsitek Lansekap yang
bersangkutan.
Pasal 8
Sebagai Arsitek Lansekap tidak mengadakan kerja sama dalam bentuk asosiasi
(“Partnership”) dengan lain macam bidang usaha, kecuali dengan Profesi yang sejiwa
dalam hubungan interdisiplin, seperti Perencana Kota (Planner) Arsitek, Arsitek Interior,
Perancang Pekerjaan Seni (Art designer), Konstruktor Perancang sistem elektrikal dan
mekanikal dan Konsultan-konsultan ahli lainnya.
Pasal 9
Tidak turut dalam Sayembara Perencanaan/Perancangan Lansekap diluar aturan
sayembara yang telah disetujui oleh Ikatan Arsitek Lansekap Indonesia.
46
Pasal 10
Tidak menandatangani gambar-gambar rencana/perancangan maupun uraian pekerjaan
dan spesifikasi teknik hasil karya orang lain guna mendapatkan ijin
pelaksanaan/pengelolaan atau legalitas hukum lainnya, kecuali dalam suatu hubungan
kerja langsung.
Pasal 11
Tidak mencemarkan atau mengganggu nama sesama Rekan Arsitek Lansekap/Badan
Usaha atau Badan Pengelolaan Lansekap melainkan menyampaikan segala macam
pengaduan kepada IALI apabila terdapat perselisihan.
Pasal 12
Tidak menggunakan atau mengakui hasil rancangan dari sesama Rekan Arsitek
Lansekap sebagai karyanya kecuali dalam suatu persetujuan kerjsama yang telah
disepakati.
Pasal 13
Bersikap dan bertindak loyal terhadap sesama Rekan Arsitek Lansekap mengusahakan
sedapat mungkin agar Rekan-rekan Muda yang bekerja dibawah pimpinannya
memperoleh kedudukan yang sesuai dengan kecakapan, bakat dan pengabdiannya
dalam bekerja.
Pasal 14
Bersikap dan bertindak adil antara Pemberi Tugas, kontraktor pelaksana atau pengelola
lansekap dan lain pihak yang ada sangkut pautnya dalam pelaksanaan pekerjaan yang
dipercayakan kepadanya.
47
PERSYARATAN ADMINISTRATIF
ARSITEK LANSEKAP PROFESIONAL
1. MEMILIKI IJAZAH
PENDIDIKAN
(S1 atau S2 atau S3)
48
2. MEMILIKI KTP
3. MEMILIKI NPWP
(NOMOR POKOK WAJIB PAJAK
4. MEMILIKI BUKTI
PEMBAYARAN PAJAK
49
5. MEMILIKI SKA
(SERTIFIKAT KEAHLIAN)
Dengan Level Tertentu
6. MEMILIKI REFERENSI
KERJA DARI PEMBERI TUGAS
50
SELAMAT BELAJAR
SEMOGA SUKSES
51