Anda di halaman 1dari 12

JEMIS VOL. 4 NO.

1 TAHUN 2016 e-ISSN 2477-6025

ANALISIS PERANCANGAN ALAT BANTU MATERIAL HANDLING


PRODUKSI GENTENG MENGGUNAKAN METODE AXIOMATIC
HOUSE OF QUALITY (AHOQ)
(Studi Kasus di IKM Genteng Talangsuko, Turen, Kabupaten Malang)

Muhammad Dian Putra1), Ishardita Pambudi Tama2), Debrina Puspita Andriani3)


Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya1,2,3)

Abstract IKM genteng Talangsuko is a roof tile producers that was founded in 1980. They can produce 300-
350 roof tile in each day. However, the accumulation of material happens frequently due to the limited
capacity of drying space. This problem causes the production process to be obstructed, so they need an
equipment that can increase the production capacity of the roof tile. Accordingly, the purpose of this research
are to determine the design and spesification of the equipment and to determine whether the equipment could
increase the production capacity of roof tile. This rearch proposes design of the equipment using the AHOQ
method. The result of this research is the specification of the equipment that consist of three components
which are rack body, wheels, and the last part is slope arranger for each level of rack. The design of material
handling equipment is in the form of multilevel racks with wheels. This equipment may increase the
production capacity of roof tile in IKM Genteng Talangsuko especially for the drying process to 2 times from
300-350 to ± 750 roof tiles.

Key Words Axiomatic House of Quality, Material Handling, Product Design, Roof Tile, Voice of Customer.

1. Pendahuluan IKM Genteng Talangsuko merupakan


Di era sekarang ini seiring meningkatnya produsen genteng yang berdiri sejak tahun
persaingan khususnya dibidang industri 1980. IKM ini terletak di Desa Talangsuko,
manufaktur menuntut setiap perusahaan untuk Turen, Kabupaten Malang. IKM ini mampu
meningkatkan produktivitas perusahaan, dan memproduksi sebanyak 300 sampai 350
hal tersebut tentunya didukung dengan semakin genteng dalam sehari. Bahan utama dalam
efektif dan efisiennya suatu proses produksi pembuatan genteng ini sendiri adalah tanah liat
sebuah perusahaan. Menurut Hidayat, yang dipasok dari berbagai kota di Jawa Timur.
efektivitas adalah suatu ukuran yang Proses produksi dimulai dari proses
menyatakan seberapa jauh target pencampuran bahan baku yang terdiri dari
(kuantitas,kualitas dan waktu) telah tercapai [1]. tanah liat dan tanah berpasir. Selanjutnya
Dimana makin besar persentase target yang penggilingan tanah yang sudah dicampurkan
dicapai, makin tinggi efektivitasnya. Banyak pada proses sebelumnya. Setelah itu, tanah liat
hal yang dapat dilakukan untuk meningkatkan yang halus tadi dibawa ke tempat percetakan,
efektivitas dan efisiensi suatu proses produksi, dimana percetakan menggunakan alat cetak
salah satunya dilihat dari penggunaan sarana yang dioperasikan secara manual oleh tenaga
dan prasarana dalam proses produksi. Menurut manusia. Setelah dicetak genteng ditata di rak
Ukrich dan Eppinger, perancangan alat bantu selama kurang lebih 2 hari gunanya untuk
dalam proses produksi dapat menghasilkan mengurangi kadar air yang mengendap di
manfaat yang cukup signifikan [2]. Oleh karena dalam genteng yang sudah dicetak. Setelah itu
itu, perancangan alat bantu kerja yang sesuai genteng dikeluarkan dari rak dan dijemur
dengan kebutuhan dari sisi proses produksi dibawah terik matahari selama 2 hari.
untuk menunjang kualitas, kuantitas dan waktu, Perpindahan dari rak ke tempat penjemuran
perlu dilakukan dalam upaya meningkatkan dilakukan secara manual oleh tenaga manusia
efektivitas dan efisiensi. dan ditata di tanah secara satu per satu seperti
ditunjukan oleh Gambar 1.
Setelah dilakukan penjemuran, terakhir
* Corresponding author. Email : mdianputra17@gmail.com1, adalah proses pembakaran genteng di dalam
kangdith@ub.ac.id2, debrina@ub.ac.id3
tungku besar dengan kapasitas tungku sekitar
Published online at http://Jemis.ub.ac.id
Copyright ©2016 JTI UB Publishing. All Rights Reserved 6000-7000 genteng. Setelah dibakar genteng
disimpan di dalam tempat penyimpanan.

DOI: 19
JEMIS VOL. 4 NO. 1 TAHUN 2016 e-ISSN 2477-6025

Permasalahan yang terjadi adalah pada proses Pada perancangan pembuatan alat bantu
percetakan genteng dan proses penjemuran ini akan dilakukan menggunakan metode
genteng. Dimana proses ini sama-sama quality function deployment (QFD) sebagai
membutuhkan banyak ruang untuk meletakan acuan dalam perancangan alat bantu agar sesuai
genteng, akan tetapi karena keterbatasan tempat dengan fungsi dan spesifikasi yang diharapkan
atau keterbatasan kapasitas yang tersedia oleh pekerja genteng. Dalam perancangan alat
menyebabkan seringnya terjadi penumpukan bantu ini yang akan bertindak sebagai customer
genteng pada salah satu proses tersebut. adalah para pekerja. Menurut Cohen, House of
Kapasitas yang dimiliki saat ini yaitu 700 Quality (HOQ) adalah suatu kerangka kerja atas
genteng pada rak percetakan, 300-350 genteng pendekatan dalam mendesain manajemen yang
pada proses penjemuran dengan luas area ± 25 dikenal sebagai Quality Function Deployment
m2, dan 6000-7000 genteng pada proses (QFD) [3]. Manchulenko mengungkapkan
pembakaran. bahwa dalam pembuatan HOQ membutuhkan
waktu serta biaya yang berlebihan, terlebih lagi
spesifikasi produk tidak sesuai dengan Voice Of
Customer (VOC) [4]. Sehingga diperlukan
adanya penggunaan metode yang diharapkan
lebih baik dalam perancangan dan
pengembangan sebuah produk agar spesifikasi
produk sesuai dengan VOC.
Axiomatic Design (AD) merupakan
sebuah alat atau metode desain yang bertujuan
Gambar 1. Proses Penjemuran Genteng untuk mendefinisikan dasar pengembangan
produk dengan menyediakan mapping
Selain itu penumpukan juga disebabkan technique antara fungsi kebutuhan produk dan
karena cuaca yang kurang mendukung dan parameter desain. Berdasarkan penelitian
mengakibatkan proses penjemuran terhambat, terdahulu menunjukkan bahwa AD dapat
sehingga pada proses penjemuran menjadi lebih membantu agar perancangan dan
lama. Secara normal proses penjemuran pengembangan sebuah produk lebih terstruktur,
membutuhkan waktu 2-3 hari, bila cuaca logical, dan mengembangkan HOQ dengan
kurang mendukung proses penjemuran fokus pada design yang sesuai dengan fungsi
membutuhkan waktu 5-7 hari. produk. Integrasi HOQ dan AD dalam proses
Penumpukan yang terjadi mengakibatkan pengembangan produk akan dapat mengurangi
pada proses produksi yang terakhir yaitu proses waktu dan biaya, metode ini disebut dengan
pembakaran menjadi terhambat. Jika pada Axiomatic House of Quality (AHOQ) [4].
umumnya proses pembakaran dapat dilakukan 1 AHOQ dapat mengartikan VOC dengan lebih
kali selama 1 bulan, namun dengan terjadinya terstruktur dan membantu dalam
penumpukan menyebabkan proses pembakaran pengembangan desain menggunakan kebutuhan
hanya dapat dilakukan 1 kali selama 2 bulan fungsional dari kostumer. Kebutuhan tersebut
atau lebih. akan independen antara satu dengan yang lain,
Permasalahan lainnya yang terjadi yaitu mengizinkan perubahan desain tanpa
adanya keluhan dari para pekerja, keluhan ini memberikan pengaruh terhadap kebutuhan
didasari karena kelelahan yang diterima para desain yang lain.
pekerja pada saat proses percetakan dan proses Berdasarkan penjelasan diatas maka
penjemuran. Pada proses percetakan, selain dilakukan perancangan alat bantu dengan
mencetak genteng para pekerja juga harus menggunakan model integrasi antara AD dan
memindahkan genteng ke rak genteng. HOQ. Harapannya dengan perancangan alat
Pemindahan genteng dilakukan dengan bantu ini dapat memberikan desain yang sesuai
membawa genteng satu per satu setelah dengan spesifikasi yang diinginkan oleh pekerja
mencetak sebanyak 9 genteng. Selain itu, dan dapat mengurangi jumlah antrian material
pemindahan genteng juga dilakukan dari rak yang menumpuk pada salah satu stasiun proses
genteng ke tempat penjemuran, proses inilah produksi dan meningkatkan efisiensi pada
yang dirasa oleh para pekerja sebagai pekerjaan kegiatan pemindahan genteng.
terberat dan berpotensi menimbulkan cedera 2. Metode Penelitian
otot bagi para pekerja. Menurut Sugiyono, terdapat beberapa

DOI: 20
JEMIS VOL. 4 NO. 1 TAHUN 2016 e-ISSN 2477-6025

jenis metode penelitian yang dikelompokkan 2. Merumuskan Masalah


sebagai metode untuk karya ilmiah, yaitu Setelah mengidentifikasi masalah dengan
metode eksperimental, metode deskriptif, dan seksama, lalu dilanjutkan dengan
metode evaluatif [5]. Penelitian ini merumuskan masalah sesuai dengan
menggunakan metode penelitian evaluatif. kenyataan di lapangan.
Penelitian evaluatif adalah suatu penelitian 3. Menentukan Tujuan dan Manfaat
yang diupayakan untuk mengevaluasi proses uji Penelitian
coba pengembangan suatu produk. Peneilitian Tujuan penelitian ditentukan berdasarkan
evaluatif dimaksudkan untuk mengukur perumusan masalah yang telah
keberhasilan suatu program, produk atau dijabarkan. Hal ini berfungsi untuk
kegiatan tertentu. Objek dari penelitian ini menentukan batasan yang perlu dipahami
adalah IKM Genteng Talangsuko yang terletak dalam pengolahan data dan analisis
di Desa Talangsuko, Turen, Kabupaten Malang. pembahasan pada penelitian. Manfaat
Tahap-tahap dalam penelitian ini adalah sebagai penelitian adalah sesuatu yang
berikut. didapatkan setelah tujuan tercapai.

2.1 Tahap Penelitian Pendahuluan 2.3 Tahap Pelaksanaan dan Analisis


Tahap penelitian pendahuluan yang Penelitian
dilakukan adalah sebagai berikut: Tahap pelaksanaan dan analisis penelitian
1. Studi Literatur yang dilakukan adalah sebagai berikut:
Studi literatur diperlukan untuk mencari 1. Mengumpulkan data
informasi guna menunjang penelitian Data yang dikumpulkan adalah data
yang dilaksanakan. Studi literatur yang internal yang didapatkan dari observasi
digunakan berasal dari buku, jurnal, langsung dan penyebaran kuesioner
artikel, internet, dan pustaka lain yang terbuka kepada para pekerja di IKM
menunjang penelitian ini. Sehingga genteng Talangsuko. Selanjutnya
dengan studi literatur ini, diperoleh mengumpulkan data eksternal berupa
secara teori mengenai metode yang tepat data historis yang merupakan arsip atau
untuk pemecahan permasalahan / topik dokumen perusahaan yang berhubungan
yang dibahas. dengan penelitian.
2. Studi Lapangan 2. Mengidentifikasi kebutuhan pelanggan,
Metode ini digunakan dalam Dari hasil kuisoner terbuka didapatkan
pengumpulan data, dimana peneliti beberapa kebutuhan yang didapatkan dari
secara langsung terjun pada proyek responden kemudian direkap menjadi
penelitian. Studi lapangan bermanfaat Customer attribute (CA), yaitu domain
bagi peneliti karena dapat memberikan yang menampung kebutuhan dari sudut
gambaran jelas tentang objek penelitian. pandang pengguna.
Cara-cara yang dipakai dalam studi 3. Menetapkan spesifikasi dan target
lapangan pada penelitian ini adalah Pada tahap ini menentukan spesifikasi
interview, observasi, dan dokumentasi dan target dimulai dengan menambahkan
functional requirements, menambahkan
2.2 Tahap Perencanaan Penelitian ukuran dari customer attribute dan desain
Tahap perencanaan penelitian yang parameter.
dilakukan adalah sebagai berikut: 4. Menyusun model integrasi antara house
1. Melakukan Identifikasi Masalah of quality dan axiomatic design
Identifikasi masalah dilakukan Dalam menyusun model terdapat
berdasarkan studi lapangan terhadap beberapa langkah yaitu:
objek penelitian dan studi literatur a. Merumuskan desain matriks antara
tentang permasalahan yang dihadapi. FR dan DP.
Pengamatan di lapangan dan wawancara b. Mengkorelasikan antar DP.
dengan pihak pemilik IKM dan pekerja c. Menambahkan constraints dan
di IKM Genteng Talangsuko. Kemudian bagaimana hubungannya terhadap
dari studi literatur akan dipilih metode DP.
yang bisa digunakan untuk memecahkan d. Mengevaluasi model Axiomatic
masalah sesuai dengan keadaan yang ada. House of Quality (AHOQ) yang

DOI: 21
JEMIS VOL. 4 NO. 1 TAHUN 2016 e-ISSN 2477-6025

sudah dirangkai dari hasil tahap- wuwung yang ditawarkan di Talangsuko


tahap sebelumnya. berkisar antara Rp750,00 hingga Rp1.500,00
5. Mengembangan konsep desain produk per unit.
Mengembangkan konsep desain artinya
membuat beberapa konsep desain sesuai 3.2 Proses Produksi
dengan spesifikasi dan target yang sudah Alur atau proses produksi sebelumnya
ditentukan pada model integrasi antara sudah sedikit diulas pada bab latar belakang,
house of quality dan axiomatic design untuk lebih detailnya akan dijelaskan pada bab
selain itu juga dibantu dengan mencari ini. Berikut merupakan alur atau proses
informasi mengenai produk, kemudian produksi IKM Genteng Talangsuko:
membuat morphology chart. 1. Pencampuran
6. Memilih konsep desain produk Tahap pertama dalam proses produksi
Dalam memilih konsep produk kita genteng adalah pencampuran bahan baku
membandingkan beberapa konsep desain yang terdiri dari tanah liat dan tanah
produk yang sudah ditentukan kemudian berpasir.
membuat matriks screening method dan 2. Penggilingan
matriks scoring method. Tahap yang kedua adalah proses
7. Menguji konsep produk penggilingan tanah yang sudah dicampur.
Mengumpulkan respon langsung Penggilingan ini dilakukan untuk
terhadap deskripsi konsep produk kepada memadatkan campuran tanah sehingga
pihak terkait terhadap konsep desain campuran tanah selanjutnya dapat
yang telah dipilih pada tahap yang dibentuk sesuai dengan bentuk genteng
sebelumnya. yang diinginkan.
8. Menentukan desain dan spesifikasi akhir 3. Press
Menetapkan spesifikasi dan desain akhir Setelah dilakukan penggilingan
konsep produk dan membuat perbaikan selanjutnya dilakukan proses press untuk
desain jika diperlukan. membentuk genteng atau wuwung sesuai
9. Analisis dan pembahasan dengan bentuk yang diinginkan. Pada
Melakukan analisis terhadap desain yang proses press ini terdapat kegiatan
sudah terpilih dengan hasil pengujian pemindahan genteng, dimana
konsep yang sudah didapatkan. pemindahan genteng dilakukan secara
manual dengan membawa satu per satu
2.4 Tahap Kesimpulan dan Saran genteng setelah mencetak sebanyak 9
Dari hasil pengolahan data, analisa dan genteng.
pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat 4. Penjemuran
diambil kesimpulan dari penelitian ini. Hal ini Proses selanjutnya adalah penjemuran.
mengacu pada tujuan yang telah ditetapkan Proses ini dilakukan dengan menata
sebelumnya, sekaligus saran yang akan genteng pada halaman terbuka untuk
diberikan untuk penelitian selanjutnya. mendaparkan panas sinar matahari
dengan lebih optimal.
3. Hasil dan Pembahasan 5. Pembakaran
Pada bab ini akan dijelaskan hasil dan Proses yang terakhir adalah pembakaran
pembahasan pada penelitian ini. menggunakan tungku dengan bahan
3.1 Gambaran Umum IKM Genteng bakar kayu sengon. Proses ini
Talangsuko membutuhkan waktu kurang lebih 10-12
Sentra IKM Genteng Talangsuko jam.
merupakan suatu klaster industri yang
memproduksi genteng dan wuwung dari bahan 3.3 Pengumpulan Data
tanah liat. Inisiasi pendirian sentra IKM 3.3.1 Observasi Langsung dan Wawancara
Genteng Talangsuko dilakukan oleh Ayah dari Dari hasil observasi dan wawancara yang
Pak Edy pada tahun 1983. Sampai saat ini, dilakukan peneliti kepada pihak-pihak yang
produk yang dihasilkan oleh Sentra IKM terkait pada penelitian ini menunjukkan bahwa
Genteng Talangsuko tidak terbatas pada terdapat beberapa kebutuhan terhadap proses
genteng, melainkan juga wuwung bulat dan produksi genteng yang saat ini biasa dilakukan,
wuwung kotak. Harga produk genteng dan khususnya pada kegiatan penanganan genteng

DOI: 22
JEMIS VOL. 4 NO. 1 TAHUN 2016 e-ISSN 2477-6025

saat akan dijemur. Kebutuhan tersebut didapat attribute merupakan bentuk interpretasi
dari permasalahan yang dialami oleh para pernyataan pelanggan yang sebelumnya
pekerja. Berikut ini merupakan hasil observasi didapatkan dari hasil observasi langsung dan
dan wawancara yang didapatkan: wawancara serta dari hasil kuesioner terbuka.
1. Kegiatan pemindahan genteng
merupakan kegiatan yang paling Tabel 1. Rekap Hasil Kuesioner
menguras tenaga No Jawaban Frek
2. Perubahan cuaca mempengaruhi proses Seadanya atau seperti yang sudah
5
pembuatan genteng dilakukan orang tua terdahulu
3. Kapasitas yang bisa ditampung pada Pemindahan genteng saat ini sangat
menguras tenaga karena semua
tempat penjemuran terbatas 3
1. dilakukan dengan mengangkat
4. Mungkin alat bantu yang dirancang genteng ke tempat penjemuran
nantinya memiliki roda sehingga Pemindahan secara manual
memudahkan untuk para pekerja 7
memakan banyak waktu
Membutuhkan tempat yang luas 2
3.3.2 Penyebaran kuesioner terbuka Mudah dilakukan 4
Penyebaran kuesioner ini sendiri Semua dilakukan menggunakan
dilakukan untuk mengidentifikasikan kebutuhan 2.
tenaga/manual, jadi tidak perlu 9
pelanggan dalam hal ini para pekerja. Jumlah mengeluarkan biaya
kuesioner yang dibagikan sebanyak 13 rangkap Menguras tenaga (capek) 9
yang dibagikan kepada para pekerja IKM Resiko kerusakan genteng lebih
1
genteng Talangsuko. Kuesioner yang dibagikan banyak
berupa kuesioner terbuka yang berisi Jika terjadi mendung, lama dalam
3
pertanyaan untuk mengetahui pendapat atau 3. pengangkatan genteng
kebutuhan para pekerja atau pemilik IKM Memakan waktu yang cukup banyak
saat pemindahan ke tempat 7
terhadap proses produksi genteng saat ini.
penjemuran genteng
Berikut merupakan pertanyaan yang ada pada Sedikit lebih rumit 3
kuesioner terbuka: Yang membantu memperingan
1. Bagaimana menurut pendapat anda pekerjaan produksi dalam hal ini 5
mengenai kondisi yang ada sekarang pengeringan
pada kegiatan pemindahan genteng? Kami berharap pemindahan genteng
6
2. Apa yang menjadi kelebihan dari dapat dilakukan dengan cepat
4.
kegiatan pemindahan genteng saat ini? Mengurangi kerusakan saat
1
3. Apa yang menjadi kekurangan dari pemindahan genteng
kegiatan pemindahan genteng saat ini? Tidak begitu menguras tenaga 7
4. Apa perbaikan yang anda harapkan ada Dibutuhkan alat yang praktis saat
3
untuk dapat membantu kegiatan menjemur
pemindahan genteng yang saat ini biasa
dilakukan? Namun tidak harus semua hasil dari observasi
Setelah menyebarkan kuesioner, langsung dan wawancara diinterpretasikan
selanjutnya adalah merekap hasil kuesioner menjadi Customer Attribute. Berikut
terbuka tersebut. Rekap hasil kuesioner merupakan pernyataan pelanggan dan hasil
ditunjukan pada Tabel 1. interpretasinya menjadi customer attribute.
Tabel 2 merupakan CA pada penelitian ini.
3.4 Identifikasi Kebutuhan Pelanggan Alat bantu dapat meringankan pekerjaan
Proses identifikasi kebutuhan pelanggan disini maksudnya alat bantu dirancang sehingga
merupakan bagian yang integral dari proses kegiatan pemindahan genteng tidak dilakukan
pengembangan produk, dan merupakan tahap secara manual dengan memindahkan genteng
yang mempunyai hubungan erat dengan proses satu per satu. Alat bantu mudah untuk
penurunan konsep, seleksi konsep, dan dipindahkan disini maksudnya adalah untuk
menetapkan spesifikasi produk. Indentifikasi menghilangkan proses pemindahan tambahan
kebutuhan pelanggan ini dilakukan untuk yang dilakukan oleh para pekerja ketika cuaca
mengumpulkan apa saja yang menjadi kurang mendukung dan untuk kemudahan
kebutuhan pelanggan yang dalam hal ini para dalam mobilitas alat bantu itu sendiri.
pekerja terhadap obyek penelitian. Customer

DOI: 23
JEMIS VOL. 4 NO. 1 TAHUN 2016 e-ISSN 2477-6025

Tabel 2. Customer Attributes Alat bantu dapat


No Customer Attribute meningkatkan
1 Alat bantu dapat meringankan pekerjaan kapasitas tempat
2 Alat bantu mudah untuk dipindahkan penjemuran 1. Menampung banyak
3 Alat bantu dapat meningkatkan kapasitas Alat bantu dapat genteng
tempat penjemuran mempercepat
4 Alat bantu dapat mempercepat kegiatan kegiatan pemindahan
pemindahan genteng genteng
5 Alat bantu mudah untuk dioperasikan Alat bantu mudah 2. Mudah untuk
6 Alat bantu dapat menjaga kualitas genteng untuk dipindahkan dipindahkan
Alat bantu dapat
Alat bantu dapat meningkatkan kapasitas meringankan
pekerjaan
tempat penjemuran berarti kapasitas yang dapat
Alat bantu mudah
ditampung pada tempat penjemuran dapat 3. Mudah dioperasikan
untuk dioperasikan
meningkat. Alat bantu dapat
Alat bantu dapat mempercepat kegiatan menjaga kualitas
pemindahan genteng berarti dengan adanya genteng
alat bantu ini kegiatan pemindahan genteng
menjadi lebih cepat. Lebih cepat disini memang Ketiga FR yang harus terpenuhi dan
tidak diukur menggunakan waktu, akan tetapi masing-masing fungsi sebisa mungkin terpisah
lebih cepat disini dijelaskan dengan banyaknya antara satu dengan yang lainnya. Masing-
genteng yang dapat dipindahkan dalam sekali masing functional requirements harus dapat
angkut dengan alat bantu. Selanjutnya alat diukur keberhasilannya. FR1 (menampung
bantu mudah dioperasikan disini menjelaskan banyak genteng) dapat diukur dari kapasitas
kebutuhan para pekerja yang mengharapkan genteng yang dapat ditampung alat bantu itu
alat bantu yang dirancang tidak memiliki sendiri. FR2 (mudah untuk dipindahkan) dapat
mekanisme khusus dalam penggunaannya nanti. diukur dari waktu yang dibutuhkan untuk
Terakhir alat bantu menjaga kualitas genteng memindahkan sejumlah genteng. FR3 (mudah
disini bukan menjaga kualitas secara kekuatan dioperasikan) dapat diukur dari jumlah genteng
dan kekerasan genteng, akan tetapi menjaga yang rusak/cacat ketika menggunakan alat
kualitas genteng disini adalah untuk bantu tersebut. Apabila dari fungsi-fungsi
mengurangi intensitas seringnya genteng tersebut terdapat keambiguan, maka
disentuh oleh tangan manusia. dekomposisi perlu dilakukan untuk
memperjelas tujuan desain yang hendak dicapai
3.5 Penetapan spesifikasi dan target menjadi functional requirements, seperti
3.5.1 Penentuan functional requirements penjabaran dibawah ini:
Setelah rekap data customer attribute, FR1 = Alat bantu menampung banyak
selanjutnya adalah membuat domain functional genteng
requirements. Functional requirements FR11 = Alat bantu meningkatkan
merupakan domain yang menampung semua kapasitas tempat penjemuran
fungsi yang ingin dicapai dari suatu desain atau
produk. Domain ini didapatkan berdasarkan 3.5.2 Penentuan Constraints
pernyataan pada domain customer attribute. Penentuan constraints merupakan tahap
Pada bab Axiomatic Design dijelaskan bahwa terpenting dari semua tahap pengembangan
terdapat 2 aksioma, aksioma pertama adalah produk, karena berfungsi sebagai kontrol. Baik
independensi fungsi. Maksudnya adalah model AD maupun HOQ samasama
idealnya suatu perubahan pada suatu desain menggunakan constraints sebagai kontrolnya
parameter yang spesifik hanya memiliki efek walaupun cara mendapatkannya berbeda. Pada
pada satu fungsi saja, atau dalam bahasa yang penelitian ini menggunakan limits constraints,
lebih mudah dipahami maksudnya setiap dimana pada buku Ulrich disebutkan sebagai
functional requirements terpisah antara satu nilai marginal. Berikut merupakan identifikasi
dengan yang lainnya. Tabel 3 merupakan FR constraints dari beberapa functional
berdasarkan CA yang telah dibuat sebelumnya. requirements:
FR1 = Alat bantu menampung banyak
Tabel 3. Functional Requirement genteng
Customer Attribute Functional Requirement

DOI: 24
JEMIS VOL. 4 NO. 1 TAHUN 2016 e-ISSN 2477-6025

Berdasarkan hasil diskusi dengan


koordinator IKM genteng Talangsuko, jumlah 3.5.4 Penyusunan Axiomatic House Of
genteng yang diharapkan dapat ditampung Quality
dalam alat bantu sebanyak 42 genteng. Jumlah AHOQ dapat mengartikan Voice of
itu didapatkan dengan mempertimbangkan luas Customer (VOC) dengan lebih terstruktur dan
area pada tempat penjemuran agar jumlah yang membantu dalam pengembangan desain
dapat ditampung pada tempat penjemuran menggunakan kebutuhan fungsional dari
memenuhi kebutuhan pemilik IKM genteng dan kostumer. Kebutuhan yang dimaksud tersebut
dapat meminimalisir penumpukan material akan independen antara satu dengan yang lain
yang sering terjadinya pada proses penjemuran. dan mengizinkan perubahan desain tanpa
memberikan pengaruh terhadap kebutuhan
3.5.3 Penentuan Parameter Desain desain yang lainnya.
Setelah menentukan constraints, langkah 1. Perumusan matriks desain
selanjutnya adalah menentukan desain Matriks desain digunakan untuk
parameter (DP). Agar memenuhi aksioma menggambarkan hubungan antara Desain
pertama, maka sebisa mungkin setiap FR Parameters (DPs) dan Functional
diselesaikan dengan 1 DP. Tujuan dari DP Requirements (FRs) secara visual dan
adalah untuk mempresentasikan elemen fisik perhitungannya. Identifikasi dari
atau variabel desain yang memenuhi FR yang hubungan tersebut dibutuhkan untuk
telah ditentukan. Pada Tabel 4 disebutkan DP memastikan bahwa tidak ada pelanggaran
dari FR alat bantu material handling produksi terhadap independensi fungsi.
genteng. Metodologi yang digunakan pada matriks
desain mengikuti metodologi yang
Tabel 4. Design Parameters digunakan pada model Axiomatic Design,
No FR No DP dimana FRs dan DPs dapat digambarkan
FR11 Alat bantu DP11 Rak menggunakan bentuk vector. Tabel 5
meningkatkan bertingkat merupakan maktiks hubungan antara DP
kapasitas tempat dan FR.
penjemuran
FR 2 Alat bantu mudah DP2 Roda Tabel 5. Matriks Desain
untuk dipindahkan
FRs/DPs DP11 DP2 DP3
FR 3 Alat bantu mudah DP3 Sistem tuas
FR11 1 0 0
dioperasikan
FR2 0 1 0
FR3 0 0 1
DP11 menjelaskan bahwa untuk dapat
memenuhi FR11 dibutuhkan luas area pada alat
2. Korelasi antar desain parameter
bantu sehingga dapat menampung sejumlah
Pada model HOQ, korelasi matriks
genteng namun tidak menghabiskan banyak
digunakan untuk menggambarkan
luas area pada tempat penjemuran. DP 2 dipilih
hubungan antar technical requirements
untuk memenuhi FR2 karena alat bantu yang
pada suatu model. Namun dalam model
diharapkan nantinya memiliki kemampuan
AHOQ, hal ini dilakukan lebih untuk
mobilitas yang tinggi. Selain digunakan pada
mengetahui dependensi antar DPs, jika
proses penjemuran, alat bantu ini juga
terdapat dependensi, maka penting untuk
diharapkan dapat digunakan sebagai tempat
menentukan dependensi tersebut
meletakan genteng setelah proses mencetak
merupakan dependensi positif atau
genteng. Tujuannya adalah untuk
dependensi negatif. Gambar 2 merupakan
memaksimalkan kapasitas genteng yang dapat
korelasi antar desain parameter.
ditampung pada tempat penyimpanan genteng
sementara. DP3 merupakan elemen fisik yang
digunakan untuk memenuhi FR3. Sistem tuas
disini maksudnya adalah pengatur kemiringan
genteng yang dibutuhkan pada proses
pengeringan agar para pekerja tidak perlu untuk
membolak-balik genteng. Kegiatan membolak-
balik genteng bertujuan untuk meratakan
tingkat kekeringan genteng.
DOI: 25
JEMIS VOL. 4 NO. 1 TAHUN 2016 e-ISSN 2477-6025

+ +

FRs/DPs DP11 DP2 DP3


FRs/DPs DP11 DP2 DP3
FR 11 1 0 0
FR 11 1 0 0
FR 2 0 1 0
FR 2 0 1 0 FR 3 0 0 1

FR 3 0 0 1 Const raints
Gambar 2. Korelasi Antar Desain Parameter M en amp u ng
4 2 g en te ng Y N N
Gambar 3. Constraints
Korelasi yang terdapat dalam Gambar 2
merupakan dependensi positif antara rak a. Matriks desain yang merupakan
bertingkat (DP11) dengan sistem tuas uncoupled design atau matriks
pada masing-masing tingkat rak (DP3), ideal, maksudnya masing-masing
dimana jumlah tuas tergantung dengan FRs hanya memiliki 1 hubungan
seberapa banyak jumlah tingkat pada rak. terhadap DPs.
selain hubungan depedensi antara DP11 b. Korelasi antar desain parameter
dan DP3 sudah tidak ada lagi hubungan merupakan depedensi positif,
antar DP yang menunjukkan depedensi maksudnya ketergantungan yang
desain. terjadi antar DPs memiliki
3. Penambahan constraints pengaruh positif pada masing-
Pada tahap sebelumnya, CAs masing DPs.
diidentifikasikan sebagai constraints dan c. constraints yang ada tidak
tidak dimasukkan ke dalam model pada mempengaruhi desain parameter
saat perumusan matriks desain. Pada pada model desain yang telah ada.
tahap ini constraints tersebut dimasukkan
ke dalam model untuk mengetahui 3.6 Pengembangan Konsep Desain Produk
pengaruh constraints yang ada terhadap Pada tahap ini akan dilakukan studi
desain parameter. Penambahan spesifikasi dari konsep dan alternatif konsep.
constraints dalam model AHOQ terletak Rancangan alternatif konsep dapat dilihat pada
dibawah daftar FRs. Satu-satunya morphological chart dalam Tabel 6 berikut:
constraints pada Gambar 3 dalam model
ini adalah kapasitas ideal dari alat bantu. Tabel 6. Morphological Chart
Constraints tersebut tidak memiliki N Alternatif Konsep
pengaruh terhadap Roda 360 derajat FR
o A B C
(DP2) dan sistem tuas pada masing- 1. Alat bantu
masing tingkat rak (DP3). Constraints meningkatka
tersebut memiliki pengaruh terhadap rak n kapasitas
bertingkat (DP11), namun pengaruh tempat
tersebut dapat diterima. Maksudnya DP11 penjemuran
yang berupa rak bertingkat nantinya 2. Alat bantu
harus dapat menampung sebanyak 42 mudah
untuk
unit genteng.
dipindahkan
4. Evaluasi model AHOQ
Evaluasi ini dilakukan untuk memastikan 3. Alat bantu Sistem Handle -
bahwa setiap kebutuhan customer mudah Katrol Tuas
terpenuhi dalam desain yang akan dibuat. untuk
Dari model akhir dapat dilihat bahwa dioperasikan
model tidak memerlukan perbaikan
model desain. Hal ini dibuktikan dengan:

DOI: 26
JEMIS VOL. 4 NO. 1 TAHUN 2016 e-ISSN 2477-6025

Kombinasi yang mungkin dapat


dilakukan adalah sebanyak 18 alternatif konsep.
Ulrich menjelaskan dalam bukunya jumlah
minimal untuk dijadikan sebagai alternatif
konsep adalah sebanyak 3 alternatif konsep.
Pada penilitian ini dipilih 4 alternatif konsep
yang mungkin dapat direalisasikan. Gambar 4,
Gambar 5, Gambar 6, dan Gambar 7 merupakan
alternatif konsep dari morphological chart.

Gambar 7. Konsep 4

3.7 Pemilihan konsep desain produk


Seleksi konsep merupakan proses
pemilihan konsep dengan pertimbangan
kebutuhan pelanggan dan kriteria lainnya,
membandingkan kekuatan dan kelemahan
konsep dan memilih satu atau lebih konsep
Gambar 4. Konsep 1 untuk penyelidikan atau pengembangan lebih
lanjut. Terdapat 2 tahapan metodologi
pemilihan konsep, tahapan pertama disebut
screening method. Screening method
merupakan penyempitan serangkaian alternatif
konsep yang sedang dipertimbangkan. Tahapan
yang kedua disebut scoring method, scoring
method disini merupakan sebuah analisis
konsep untuk memilih salah satu konsep yang
memungkinkan untuk membawa kesuksesan
pada sebuah produk. Kriteria yang digunakan
untuk dijadikan dasar penilaian dalam
pemilihan konsep sesuai dengan kebutuhan
pelanggan pada CAs yang telah ada. Tabel 7
merupakan matriks screening method.

Gambar 5. Konsep 2 Tabel 7. Matriks Screening Method

Gambar 6. Konsep 3

DOI: 27
JEMIS VOL. 4 NO. 1 TAHUN 2016 e-ISSN 2477-6025

Setelah dilakukan pemilihan alternatif Berdasarkan scoring method diatas


konsep menggunakan pugh method diharapkan diketahui konsep yang terpilih adalah alternatif
terdapat salah satu konsep yang terpilih yang konsep 4 dengan total nilai bobot sebesar 3.4.
nantinya akan digunakan sebagai realisasi
produk. Pugh method memiliki bebeberpa 3.8 Pengujian konsep produk
kriteria nilai penilainnya. Kriteria penilaian Pengujian konsep dilakukan dengan
tersebut diantaranya adalah nilai + yang mengumpulkan respon langsung terhadap
mengartikan bahwa lebih baik, 0 yang deskripsi konsep produk dari calon para pekerja
mengartikan sama dengan, - mengartikan lebih genteng dan pemilik IKM genteng Talangsuko.
buruk. Nilai-nilai tersebut kemudian Pengujian konsep bertujuan untuk mengetahui
dijumlahkan untuk mengetahui kelanjutan dari tanggapan apakah desain yang dibuat telah
masing-masing alternatif konsep. Alternatif sesuai dengan keinginan dari customer. Setelah
konsep 1 merupakan base konsep yang dilakukan pengujian konsep, hasilnya dapat
berfungsi sebagai pembanding dengan alternatif dijadikan sebagai pertimbangan tim untuk
konsep yang lainnya. Penilaian tersebut didapat melakukan perubahan atau perbaikan terhadap
dengan meminta pendapat dari pihak IKM konsep yang telah dibuat. Gambar 8 merupakan
genteng Talangsuko yang terkait. Hasil pugh konsep desain alat bantu yang terpilih.
method menunjukkan bahwa konsep 1, 2, dan 4
akan dilanjutkan untuk dikembangkan,
sedangkan konsep 3 tidak dilanjutkan untuk
dikembangkan.
Setelah screening method dilakukan,
selanjutnya adalah tahap penilaian atau biasa
disebut dengan scoring method. Pada scoring
method, diberikan penilaian terhadap konsep
yang lolos pada tahap penyaringan. Pada tahap
ini, hal pertama yang dilakukan adalah
memberikan bobot relatif untuk setiap kriteria
seleksi dan memfokuskan pada hasil
perbandingan yang lebih baik dengan
penekanan pada setiap kriteria. Bobot dan
rating ini sendiri diberikan oleh pihak IKM
genteng Talangsuko. Tabel 8 merupakan tabel
scoring method. Nilai NB (nilai beban) Gambar 8. Konsep Desain Alat Bantu
merupakan penilaian dari persentase bobot
dikalikan dengan nilai R (rating). Gambar 8 merupakan konsep desain alat
bantu material handling proses produksi
Tabel 8. Scoring Method genteng yang dikomunikasikan dengan pihak
IKM genteng Talangsuko. Setelah dilakukan
komunikasi konsep, didapatkan hasil bahwa
konsep desain yang telah dibuat masih memiliki
kekurangan. Perbaikan atau saran yang
diberikan pihak IKM genteng Talangsuko yang
pertama berupa penambahan jenis kayu yang
akan digunakan pada badan rak genteng. Hal ini
perlu untuk dijadikan pertimbangan ketika akan
membuat alat bantu tersebut, mengingat alat
bantu ini akan digunakan untuk proses
penjemuran yang berarti alat bantu akan sering
berada dibawah terik matahari dalam waktu
yang lama.
Perbaikan atau saran yang kedua adalah
mengganti jenis roda yang dipilih untuk konsep
alat bantu. Pertimbangan yang diberikan ini
karena melihat kondisi lintasan yang akan

DOI: 28
JEMIS VOL. 4 NO. 1 TAHUN 2016 e-ISSN 2477-6025

dilewati oleh alat bantu selama proses produksi merancang alat bantu material handling proses
membutuhkan roda yang lebih kuat dan produksi genteng.
berukuran sedang atau besar. Pertimbangan
lainnya adalah untuk memastikan roda kuat
atau dapat digunakan dalam waktu yang lama
terhadap total beban dari genteng yang
ditampung oleh alat bantu.
Perbaikan atau saran yang terakhir adalah
menambahkan pegangan pada alat bantu untuk
memudahkan para pekerja ketika
menggunakannya. Perbaikan atau saran yang
diberikan akan dilakukan peninjauan kembali
apakah dapat dimasukkan pada model desain
yang telah ada. Jika dirasa dapat dimasukkan ke
dalam model desain maka akan ditambahkan ke Gambar 9. Desain Akhir Alat Bantu
dalam spesifikasi dan desain akhir.
Dimensi ukuran desain akhir alat bantu
3.9 Spesifikasi dan Desain Akhir disesuaikan dengan ukuran genteng yang
Pada tahap ini, perbaikan atau perubahan diproduksi pada IKM genteng Talangsuko.
dari hasil pengujian konsep dimasukkan untuk Ukuran genteng yang dicetak pada IKM
menetapkan spesifikasi dan desain akhir alat genteng Talangsuko adalah berukuran 30x20
bantu material handling proses produksi cm dengan tebal genteng 2 cm. Total tinggi rak
genteng. Perbaikan atau perubahan desain adalah 177 cm dengan tinggi roda 7 cm dan
dalam model AHOQ diizinkan, karena masing- jarak antar tingkat rak 30 cm. Lebar rak 30 cm
masing desain parameter (DPs) menjawab 1 dan panjang rak 160 cm. Pada desain alat bantu,
functional requirements (FRs). Jadi ketika salah terdapat tambahan bagian berupa bantalan
satu DPs mengalami perbaikan atau perubahan, genteng yang berfungsi sebagai tempat
perbaikan atau perubahan tersebut tidak akan meletakkan genteng agar dapat menjaga
mempengaruhi FRs yang lain. kualitas genteng sesuai dengan kebutuhan pada
Sesuai dengan hasil dari tahap pengujian CAs. Gambar 10 merupakan gambar bantalan
konsep, pemilihan jenis kayu yang digunakan genteng yang digunakan sebagai tempat
pada badan rak genteng akan ditambahkan. meletakan genteng.
Alternatif jenis kayu yang disarankan terdapat 3
jenis, yaitu kayu waru, kayu kamper, dan kayu
ulin. Ketiga jenis kayu tersebut merupakan
jenis-jenis kayu yang biasa digunakan untuk
perabotan rumah dengan harga yang terjangkau.
Namun lebih disarankan menggunakan jenis
kayu ulin, karena jenis kayu ulin lebih tahan
terhadap perubahan suhu dan kelembaban.
Selanjutnya adalah pemilihan roda, untuk
memastikan roda kuat atau dapat digunakan
dalam waktu yang lama terhadap total beban
dari genteng yang ditampung oleh alat bantu Gambar 10. Bantalan Genteng
dan sesuai dengan kondisi lintasan yang akan
dilewati oleh alat bantu selama proses produksi. Alat bantu ini akan digunakan untuk
Perbaikan yang terakhir yaitu penambahan membantu para pekerja pada proses produksi
pegangan pada desain alat bantu agar genteng, lebih khususnya dalam kegiatan
memudahkan para pekerja ketika pemindahan genteng dan proses penjemuran
menggunakannya. genteng. Alat bantu ini dapat menampung
Gambar 9 merupakan desain akhir sebanyak 42 genteng, sesuai dengan constraints
produk alat bantu material handling proses yang ada pada model AHOQ. Pada proses
produksi genteng. Pada gambar juga terdapat mencetak genteng, para pekerja dapat mencetak
dimensi ukuran yang akan digunakan untuk genteng sebanyak 42 genteng, setelah itu

DOI: 29
JEMIS VOL. 4 NO. 1 TAHUN 2016 e-ISSN 2477-6025

meletakan genteng ke alat bantu. Kemudian pada kegiatan penjemuran genteng


setelah itu alat bantu dipindahkan ke tempat sebanyak 2 kali lipat dari 300-350 menjadi
terbuka untuk dilakukan proses penjemuran. ± 750 genteng. Meningkatnya kapasitas
Pada proses penjemuran, masing-masing genteng yang dapat ditampung pada
tingkat rak dimiringkan menghadap matahari tempat penjemuran pada kondisi normal
sekitar 45º. Setelah waktu menunjukan lewat minimal genteng siap bakar dalam 30 hari
tengah hari, masing-masing tingkat rak menjadi 9000 genteng dan itu berarti
dimiringkan ke arah sebaliknya. Tujuannya agar dalam 1 bulan IKM genteng Talangsuko
seluruh genteng keringnya rata pada setiap sisi minimal dapat melakukan 1 kali proses
genteng. Keringnya genteng dilihat dari kadar pembakaran genteng. Selain itu dengan
air yang masih terdapat didalam genteng. Jadi adanya alat bantu ini kegiatan pemindahan
selain panas yang ditimbulkan cahaya matahari, genteng dapat dilakukan tanpa harus
keringnya genteng juga dapat dibantu oleh mengangkat genteng satu per satu,
tiupan angin panas pada siang hari. Setelah kegiatan pemindahan genteng dilakukan
kadar air dalam genteng dirasa cukup, baru dengan membawa alat bantu yang memuat
kemudian genteng dibawa ketempat proses sebanyak 42 genteng. Sehingga gerakan
pembakaran untuk dilakukan pengasapan membungkuk yang biasa dilakukan ketika
genteng. menyusun genteng di tempat penjemuran
tidak perlu dilakukan dan aktivitas yang
4. Penutup dilakukan para pekerja tidak melelahkan
Berikut adalah kesimpulan pada seperti kegiatan yang dilakukan saat ini.
penelitian yang dilakukan:
1. Spesifikasi dan desain alat bantu material Daftar Pustaka
handling proses produksi genteng dapat
diketahui berdasarkan hasil pengolahan [1] Hidayat. 1986. Teori Efektifitas Dalam
data kebutuhan customer dari kuesioner Kinerja Karyawan. Gajah Mada
yang dibagikan kepada para pekerja IKM University Press. Yogyakarta
genteng Talangsuko. Spesifikasi alat yang
[2] Ulrich, Karl T. & Eppinger, Steven D.
akan digunakan terdiri dari 3 komponen
2001, Perancangan dan Pengembangan
yaitu bagian badan rak dengan material
produk, ed.2,-: Salemba Teknika
kayu ulin, bagian roda menggunakan roda
jenis TPE Castor Wheel, dan terakhir [3] Cohen, L. 1995. Quality Function
bagian pangatur kemiringan untuk masing- Development: How to Make QFD Work
masing tingkat rak menggunakan tuas for You. Singapore: Addison-Wesley
handle. Desain alat bantu dapat dilihat Publishing Company
pada Gambar 9 pada laporan ini. Desain [4] Manchulenko, Noel. 2001. Applying
alat bantu material handling proses Axiomatic Design Principles to the
produksi genteng berupa rak bertingkat House of Quality, Unpublished Thesis,
dengan roda. Ontario: University of Windsor
2. Jumlah kapasitas yang dapat ditampung
alat bantu ini sebanyak 42 genteng. [5] Sugiyono. 2009. Metode Penelitian
Adanya alat bantu ini nanti dapat Kuantitatif Kualitatif dan R&D.
meningkatkan kapasitas produksi genteng Bandung: Alfabeta.
pada IKM genteng Talangsuko khususnya

DOI: 30

Anda mungkin juga menyukai