PENDAHULUAN
Prevalensi DM menurut WHO di Indonesia meningkat dari 8,4 juta pada tahun
2000menjadi 21,3 juta pada tahun 2030. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS),
jumlahpasien Diabetes meningkat dengan prevalensi 14,7 % untuk daerah urban dan 7,2%
untukdaerah rural (Persi, 2011).
Sedangkan menurut Federasi Diabetes Internasional (IDF),Indonesia masuk dalam
urutan ketujuh negara dengan prevalensi diabetes tertinggi(Aditama, 2013). DM yang
tidak tertangani dengan baik akan menimbulkan komplikasi, baik akut maupunkronik.
Salah satu komplikasi kronik yang serius dan sering terjadi pada DM adalah gangrene
diabetes (Waspadji, 2005). Pasien DM mempunyai resiko terja dinya gangrene50 kali lebih
mudah dari pada pasien yang tidak terkena DM. Ini disebabkan karena pasien DM mudah
sekali terkena infeksi. Luka diabetes merupakan komplikasi diabetes yang membutuhkan
perawatan optimal di Rumah sakit akibat infeksi dan dapat mengalami amputasi
(Dubsky et al, 2012).
Menurut Pakar Diabetes EM Munir, di Indonesia ulkus diabetic merupakan kasus yang
paling banyak dirawat di rumah sakit. Angka kematian yang disebabkan ulkus
dibatik berkisar sebanyak 17-23%, sedangkan angka amputasi 15-30%(PdPersi, 2011). Data
di RSCM pada tahun 2003 menunjukkan bahwa masalah ulkus diabetik merupakan masalah
serius, dimana menyebabkan sebagian besar pasien diabetes harus dirawat.Angka
kematian dan angka amputasi masih cukup tinggi, masing-masing sekitar 32,5%dan 23,5%.
Secara substansial ulkus dan amputasi mengurangi kualitas hidup dan enyebabkan
tingginya angka kematian (Turns, 2013).
Menurut Hana (2009), prevalensi terhitung tinggi pada penduduk daerah tropis seperti di
Indonesia. Pernyataan tersebut selaras dengan data yang menunjukan bahwa prevalensi DM
di Indonesia tiap tahun semakin meningkat. Tahun 2000 jumlah penderita DM di Indonesia
meningkat tajam menjadi 8,4 juta orang dan di Jakarta dan daerah Depok tahun 2001
diperkirakan menjadi minimal 2,8% dari keseluruhan penduduk DKI Jakarta, sedangkan
prevalensi diabetes mellitus di Jawa Tengah pada tahun 2005 diperkirakan mencapai 2,3%.
Data Depkes menyebutkan jumlah penderita DM menjalani rawat inap dan rawat jalan
menduduki urutan ke I di rumah sakit dari keseluruhan pasien Penyakit Dalam
(Perdanakusuma, 2007).
Decroli dkk (2008) menjelaskan bahwa komplikasi kaki diabetik seperti kejadian ulkus
merupakan penyebab tersering amputasi berdasarkan kejadian non traumatik.Resiko
amputasi 15-40 kali lebih sering pada pasien DM dibandingkan non DM,
2
sehingga menyebabkan lama rawat menjadi lebih panjang. Studi klinis yang
dilakukan oleh Pecoraro pada tahun 1990 menunjukkkan tingginya kejadian luka
diabetes dengan presentase 84% yang mengalami amputasi ektremitas non
traumatik pada individu diabetes (Turns, 2013).Pencegahan yang dilakukan untuk
menghindari timbulnya luka DM salah satunya adalah dengan melakukan perawatan kaki.
Perawatan kaki merupakan upaya pencegahan primer terjadinya luka diabetes. Tindakan
yang harus dilakukan pada perawatan kaki untuk mengetahui adanya kelainan kaki secara
dini dengan cara memotong kuku dengan benar,pemakaian alas kaki yang baik, menjaga
kebersihan kaki dan senam kaki. Hal yang tidak boleh dilakukan adalah mengatasi
sendiri bila ada masalah pada kaki atau dengan penggunaan alat-alat atau benda
yang tajam. Pasien perlu mengetahui perawatan kaki diabetes dengan baik sehingga kejadian
luka diabetes dan amputasi dapat dihindarkan(Tambunan, 2011).
Penelitian yang dilakukan oleh Miftakhul (2012) di RSUD Dr. Moewardi didapatkan luka
diabetes adalah salah satu komplikasi DM yang paling serius dan mengancam
kehidupan.Dari hasil penelitian diketahui bahwa responden berdasarkan jenis kelamin laki-
laki ada 26 orang (48,1%) dan responden jenis kelamin perempuan ada 28 orang (51,9%),
serta responden berdasarkan usia 41 sampai 50 tahun ada 7 orang (13,0%), usia 51 sampai
60tahun ada 36 orang (66,7%), dan usia >60 tahun ada 11 orang (20,4%).
Menurut penelitian yang dilakukan S. Eko Ch. Purnomo . Hasil: Dari hasil analisa data
menggunakan Mann-Whitney U test dengan taraf signifikan dalam penyembuhan luka
gangrene DM di RSU Kota Semarang. Perbaikan luka ulkus dengan hydrogel mengalami
3
penurunan mean 10-13 poin sedangkan penggunaan NaCl 0,9% hanya menurun mean 2-3
poin dalam 9 hari (Skala Bates-Jansen). Kesimpulan: Disimpulkan bahwa kompres hydrogel
pada luka ulkus diabetikum 3x lebih efektif/baik daripada menggunakan NaCl 0,9%
Berdasarkan data yang peneliti peroleh dari Rekam medik Rumah Sakit Haji Jakarta,
Pasien gangren Diabetes Mellitus yang di rawat dari bulan Januari hingga Maret ad 66
orang. Berdasarkan pengalaman peneliti sebagai perawat poli luka yang menangani
pasien luka diruang rawat inap RSHJ, pasien DM yang luka dengan komplikasi yang
terjadi ketika sudah terkena luka, Masih sedikit dan terbatasnya perawatan luka dengan
menggunakan modern dressing terutama pemakaian hydro gel..
Teknik perawatan luka saat ini sudah mengalami perkembangan yang sangat pesat, dimana
perawat luka sudah menggunakan modern dressing. Produk perawatan luka modern
memberikan kontribusi yang sangat besar untuk perbaikan pengelolaan perawatan luka
khususnya pada luka kronis seperti luka diabetes. Prinsip dari produk perawatan luka modern
adalah menjaga kehangatan dan kelembaban lingkungan sekitar luka untuk meningkatkan
penyembuhan luka dan mempertahankan kehilangan cairan jaringan dan kematian sel (De
Laune, 1998 dalam Peter Sheehan, 2003).
Dari hasil penelitian balutan lembab, peneliti pertama kali dilakukan oleh Winter (1962)
dalam Peter Sheehan (2003) berpendapat bahwa luka yang ditutup dengan balutan lembab
mempunyai laju epitelisasidua kali lebih cepat dari pada luka yang dibiarkan kering. Rowel
(1970) dalam Peter Sheehan (2003) menguatkan bahwa lingkungan lembab meningkatkan
migrasi sel epitel ke pusat luka sehingga luka lebih cepat sembuh. Bahkan Thomson (2000)
mengambil kesimpulan bahwa tingkat kejadian infeksi pada semua jenis balutan lembab
sebesar 2,5%, sedangkan balutan kering memiliki tingkat kejadian infeksi 9% (Peter
Sheehan, 2003).
Beberapa penelitian sebelumnya telah diketahui kemampuan balutan modern lebih baik
dalam debridement jaringan nekrotik, penurunan nyeri saat penggatian balutan, pengendalian
4
infeksi, dan penutupan luka. Namun belum dilihat efektifitas balutan modern secara
keseluruhan dalam proses penyembuhan luka diabetik. Maka peneliti akan melakukan
penelitian perbedaan kedua metode balutan tersebut terhadap penyembuhan luka khususnya
luka diabetes millitus.
1.3. Tujuan
1.1.3. Tujuan Umum
Mengetahui keefektifitasan penyembuhan luka dengan hydrogel dan nacl 0,9 % pada
gangrene diabetes mellitus di Rumah Sakit Haji Jakarta.
5
1.1.4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi Rumah Sakit,
Pendidikan Keperawatan, dan bagi peneliti selanjutnya.
1.1.1. Manfaat Bagi Rumah Sakit
Hasil Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi tenaga
kesehatan,khususnya di Rumah Sakit Haji Jakarta mengenai pengetahuan Perawatan
luka modern luka DM, sehingga Asuhan Keperawatan sesuai dengan kebutuhan
pasien.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
6
Diabetes Melitus (DM) adalah kelainan metabolik yang ditandai hiperglikemia kronis
dandapat mempengaruhi metabolisme karbohidrat, protein dan lemak (Gibney, 2009).
DiabetesMellitus merupakan sekelompok penyakit metabolik yang ditandai dengan
peningkatan kadarglukosa dalam darah karena kemampuan tubuh untuk bereaksi
terhadap insulinmenurun,gangguan sekresi insulin dan bisa terjadi keduanya(Smeltzer
et.al,2010). Menurut American Diabetes Association (2010) diabetes mellitus merupakan
suatu kelompok penyakitmetabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena
kelainan sekresi insulin,kerja insulin atau kedua-duan2.2.Etiologi Diabetes Melitus (DM)
Diabetes terjadi karena produksi insulin yang kurang (defisiensi insulin) atau insulin yang
tidak efektif (insulin yang resisten).Fungsi insulin adalah memasukkan glukosa ke dalam sel
tubuh sehingga bisa diubah menjadi energi.Ketika insulin tidak mampu
memasukkan glukosa ke dalam sel maka jumlah glukosa di dalam darah akan meningkat
yang nantinya akan menyebabkan hiperglikemia (Leslie et.al, 2012).
Diabetes tipe spesifik lain dapat terjadi karena gangguan genetik pada fungsi sel β,
gangguan genetik pada kerja insulin, penyakit eksokrin pankreas (seperti cystic fibrosis),
dan yangdipicu oleh obat atau bahan kimia (seperti dalam pengobatan
HIV/AIDS atau setelah transplantasi organ).
7
2.2.4. Gestational Diabetes Mellitus
Konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi dapat menyebabkan ginjal tidak.
Dapat menyerap kembali glukosa yang tersaring keluar, glukosa yang berlebihan
diekskresikan kedalam elektrolit yang dinamakan diuresis osmotik. Kehilangan cairan yang
8
berlebihan akanmengalami peningkatan berkemih (poliuri) dan rasa haus (polidipsi).
Defisiensi insulin juga mengganggu metabolisme protein dan lemak yang
menyebabkan penurunan berat badan. Klien dapat mengalami peningkatan selera makan
(polifagia) akibat menurunnya simpanan kalori dan gejala lainnya mencakup kelelahan dan
kelemahan (Smeltzer et al, 2010)
Faktor Resiko DM
Proses timbulnya penyakit diabetes disebabkan oleh berbagai faktor yang dipengaruhi oleh
komponen genetik dan lingkungan yang memberikan kontribusi sama kuatnya
terhadapmunculnya penyakit tersebut. Sebagian faktor tersebut dapat dimodifikasi melalui
perubahangaya hidup, sementara sebagian yang lainnya tidak dapat dirubah (Gibney
et.al,2009) Menurut Gibney, et.al (2009); Yusra (2012), berikut faktor resiko yang dapat
menyebabkan munculnya DM :
Faktor Genetik
DM dapat diturunkan dari keluarga sebelumnya yang juga menderita DM.Hal
tersebut menyebabkan kelainan gen yang mempengaruhi produksi insulin. Komponen
genetik turut memberikan pengaruh terhadap timbulnya penyakit diabetes.Hal tersebut dapat
terlihat dari prevalensi DM yang tinggi pada anak-anak yang diturunkan dari orang tua yang
menderita diabetes, dan prevalensi DM yang tinggi pada kelompok etnis tetentu.
Faktor Usia
Perubahan fisiologis yang menurun dengan cepat pada umumnya terjadi sejalan
dengan pertambahan usia. Penurunan tersebut dapat terjadi setelah usia 40 tahun. DM sering
munculsetelah usia lanjut terutama setelah berusia 45 tahun.
2.8.1. Faktor Kegemukan/ObesitasFaktor kegemukan yang ikut andil dalam kejadian DM:
2.8.1.1. Perubahan gaya hidup dari tradisional ke gaya hidup barat
Stres kronik cenderung membuat seseorang untuk mengkonsumsi makanan
yang manis dan berlemak tinggi untuk meningkatkan kadar serotonin
otak. Serotonin memberikan efek penenang sementara untuk menurunkan
9
stres, namun gula dan lemak yang berlebihan dapat berakibat fatal dan
beresiko terjadinya DM
2.8.1.2. Makan berlebihan
Obesitas disebabkan oleh kebiasaan mengkonsumsi makanan yang manis dan
kaya lemak,serta mengkonsumsi makanan yang terlalu banyak karena jumlah
yang disimpan didalamtubuh terlalu banyak dan berlebihan.
2.8.1.3. Faktor Demografi
2.8.1.4. Jumlah penduduk meningkat
2.8.1.5. Urbanisasi
2.8.1.6. Penduduk berusia diatas 40 tahun meningkat
2.8.1.7. Kurang gizi
2.8.1.8. Jarang melakukan aktivitas fisik
2.8.1.9. Faktor-faktor makanan atau nutrisi
.5. Diagnosis DM
Diabetes ditandai dengan jumlah atau konsentrasi glukosa di dalam darah melebihi
keadaannormal.Konsentrasi gula darah dikatakan normal, bila dalam keadaan puasa pagi
hari tidakmelebihi 100 mg/dl (Soegondo dan Sukardji, 2008).
Gibney, et.al (2009) menjelaskan standarisasi kriteria untuk penegakan diagnosis
dan klasifikasi DM yang diusulkan oleh the National Diabetes Data Group of the USA
(NDDG)dan komite pakar WHO menghasilkan keseragaman hingga taraf tertentu
bagiberbagai penelitian global terhadap kelainan metabolik tersebut.
Cara Penegakan Diagnosis DM adalah :
2.7.1. Gejala DM seperti Poliuria, Polidipsia dan Polifagia serta hasil
pemeriksaan glukosa sewaktu ≥200mg/dl(11,1 mmol/l)
2.7.2. Glukosa plasma puasa (FPG)≥126mg/dl(7,0 mmol/l)
2.7.3. Glukosa plasma 2 jam setelah makan (2 jam pp)≥200mg/dl(11,1 mmol/l)
selama pelaksanaan TTGO (Test Toleransi Gula Oral).
2.7.4. Untuk keperluan skrining pada populasi dapat digunakan kriteria kadar glukosa puasa
atau 2 jam pp sesudah pemberian peroral 75 gram glukosa.
11
.6. Komplikasi Diabetes Mellitus (DM)
Hiperglikemia yang terjadi berkepanjangan dapat menyebabkan komplikasi mikrovaskular
kronis seperti nefropati, retinopati dan neuropati. Diabetes Mellitus juga
mengakibatkan peningkatan komplikasi penyakit makrovaskular seperti infark miokard,
stroke dan penyakit vaskular perifer (Smeltzer et al, 2010).
Komplikasi jangka panjang yang dapat terjadi pada kedua tipe diabetes adalah
pada pembuluh darah, ginjal, mata dan syaraf. Diabetes melitus merusak sistem syaraf
perifer,termasuk komponen sensorik dan motorik divisi somatik dan otonom. Dimana
komplikasi tersebut merupakan penyebab utama kesakitan dan kematian (Corwin,
2009; Leslieet.al.2012).
Gambar 1.Fase penyembuhan luka dan Gambar 2. Fase Inflmasi Awal (A) dan Lanjut (B)
Terjadi mulai dari hari ke 8 hingga bulanan, Pada fase ini, dimulai penyusunan
kembali komponen kolagen dengan cara degradasi kolagen oleh matriks
13
metaloproteinase sehingga terjadi keseimbangan antara sintesis dan lisis dari kolagen.
terjadi pula pergeseran komposisi matriks sehingga menjadi dominan fibril yang
menyebabkan kekuatan dari jaringan bertambah, dan kemudian akan menjadi
lukayang matur (avaskular dan aselular).
Terjadi mulai dari hari ke 8 hingga bulanan, Pada fase ini, dimulai penyusunan
kembali komponen kolagen dengan caradegradasi kolagen oleh matriks
metaloproteinase sehingga terjadi keseimbangan antara sintesis dan lisis dari kolagen.,
terjadi pula pergeseran komposisi matriks sehingga menjadi dominan fibril yang
menyebabkan kekuatan dari jaringan bertambah, dan kemudian akan menjadi luka
yang matur (avaskular dan aselular).
2.8.4. Epitelisasi
14
Proses ini dimulai dari migrasi sel basal sehingga luka yang terbuka akan
terjembatani, kemudian diikuti dengan migrasi dan proliferasi dari sel epitel dan
kemudian akan terjadi keratinisasi dari lapisan paling atas (gambar 3).
15
Hidrogel merupakan metode perawatan yang mengandung air dalam gel yang tersusun dari
struktur polymer yang berisi air dan berguna untuk menurunkan suhu hingga 5ºC.
Kelembaban dipertahankan pada area luka untuk memfasilitasi proses autolisis dan
mengangkat jaringan yang telah rusak. Indikasi penggunaan dari hydrogel dressing ini
adalah menjaga kandungan air padaluka kering, kelembutan, dan sebagai pelembab serta
mengangkat jaringan nekrotik. Keuntungan yang lain adalah bisa dipakai bersamaan dengan
antibakterial topikal.Gel sangat baik menciptakan dan mempertahankan lingkungan
penyembuhan luka yang moist/lembab dan digunakan pada jenis luka dengan drainase yang
sedikit. Gel diletakkan langsung diatas permukaan luka, dan biasanya dibalut dengan balutan
sekunder (foam atau kasa) untuk mempertahankan kelembaban sesuai level yang dibutuhkan
untuk mendukung penyembuhan luka.
Hidrogel tersedia dalam bentuk lembaran, seperti serat kasa, atau gel. Gel akan memberi
rasasejuk dan dingin pada luka, yang akan meningkatkan rasa nyaman pasien.Perawat
dituntut untuk mempunyai pengetahuan dan keterampilan yang adekuat terkait dengan
proses perawatan luka yang dimulai dari pengkajian yang komprehensif, perencanaan
intervensi yang tepat, implementasi tindakan, evaluasi hasil yang ditemukan selama
perawatan serta dokumentasi hasil yang sistematis. Isu yang lain yang harus dipahami oleh
perawat adalah berkaitan.
16
Kandungan dalam larutan NaCl 3% (513 mEq/L)
b. NaCl 0,5%
Kandungan dalam larutan NaCl 5% (855 mEq/L)
c. NaCl 0,9 %
Cairan NaCl 0.9% juga merupakan cairan fisiologis yang efektif untuk perawatan
luka karena sesuai dengan kandungan garam tubuh
3.0.2. Manfaat
Normal salin atau NaCl 0,9% merupakan larutan isotonis aman untuk tubuh, tidak
iritan, melindungi granulasi jaringan dari kondisi kering, menjaga kelembaban sekitar
luka dan membantu luka menjalani proses penyembuhan. Perawat menggunakan
cairan normal salin untuk mempertahankan permukaan luka agar tetap lembab
sehingga dapat meningkatkan perkembangan dan migrasi jaringan epitel.
17
BAB III
Variable adalah simbol atau lambang yang menunjukkan nilai atau bilangan
darikonsep. (Prof.Dr.Soekidjo Notoatmodjo,2012).
Tabel 3.1.
Kerangka Konsep
Responden
1.1. Adanya efektifitas perawatan luka menggunakan hydro gel terhadap proses
1.2. Adanya efektifitas perawatan luka menggunakan Nacl 0,9 % terhadap proses
1.3. Adanya perbedaan efektifitas perawatan luka menggunakan duo derm gel dan Nacl
Definisi Operasional adalah uraian tentang batasan variabel yang dimaksud, atau tentang
Tabel 3.2
Tabel Definisi Operasional
Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
19
hari sekali.
BAB IV
METODE PENELITIAN
penelitian dan mengantisipasi beberapa kesulitan yang mungkin timbul selama proses
penelitian, hal ini penting karena desain penelitian merupakan stretegi untuk mendapatkan
data yang dibutuhkan untuk keperluan pengujian hipotesis atau untuk menjawab pertanyaan
penelitian dan sebagai alat untuk megontrol variabel yang berpengaruh dalam peneliatian
(Sugiyono, 2010)
Dalam rancangan ini perlakuan atau intervensi telah dilakukan pengukuran (observasi) atau
(X) yang diikuti dengan pengukuran kedua atau observasi. Hasil observasi kemudian
dibandingkan dengan hasil observasi kelompok lain. Dalam hal ini menggunakan pendekatan
rancangan perbandingan kelompok statis (statis group comparison or posttest only with
noequivalen groups) menurut Notoatmodjo (2012). Dalam hal ini peneliti mengidentifikasi
efektifitas perawatan luka dengan menggunakan hydro gel dibandingkan nacl 0,9 %..
20
Kelompok pertama intervensi akan diberikan dengan melakukan peraawatan luka dengan
menggunakan hydro gel tiga hari sekali selama 30 menit dalam 14 hari, demikian juga
kelompok ke dua intervensi akan di berikan dengan melakukan perawatan luka dengan
menggunakan Nacl 0,9 % tiga hari sekali selama 30 menit dalam 14 hari, kemudian dilihat
perubahan kondisinya.
Tabel 4.1
Rancangan praeksperimen dengan perbandingan kelompok statis
(postest only with nonequivalen groups).
Perlakuan Postest
Grup A X1 01
Grup B X2 02
Keterangan :
Grup A : grup intervensi dan kontrol pasien luka gangrene diabetes mellitus yang di
Grup B : grup intervensi dan kontrol pasienluka gangrene diabetes mellitus yang di
01 : post hasil setelah dilakukan intervensi dan kontrol pada pasien luka gangrene
02 : post hasil setelah dilakukan intervensi dan kontrol pada pasien luka gangrene
21
4.2. Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Haji Jakarta dengan pertimbangan angka kasus ulkus
atau luka gangrene diabetes mellitus yang banyak dan adanya tindakan amputasi pada
beberapa pasien dengan luka gangrene, juga pertimbangan peneliti bekerja di rumah sakit
Populasi Penelitian adalah Keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti
(Notoatmodjo,2012).
Populasi pada penelitian ini adalah Seluruh pasien diabetes mellitus dengan luka
ulkus atau gangrene yang dirawat di Rumah Sakit Haji. Dalam kurun waktu bulan
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi
22
Pengambilan sampel menggunakan random sampling dimana tehnik pengambilan
sampel yang semua individu dalam populasi baik secara sendiri sendiri atau bersama
sama diberi kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai anggota sampel.
Sampel pada penelitian ini adalah pasien dengan luka ulkus atau gangrene pada
diabetes mellitus yang dirawat di Rumah Sakit Haji yang memenuhi kriteria inklusi
( n−1 ) x (t−1)≥ 15
t = banyaknya kelompok
( n−1 ) x (t−1)≥ 15
( n−1 ) x (2−1)≥15
( n−1 ) x (1)≥ 15
( n−1 ) ≥ 15
( n ) ≥ 15+1
= 16
23
4.4.3. Kriteria Inklusi Penelitian
Kriteria Inklusi adalah kriteria atau ciri-ciri yang perlu dipenuhi oleh setiap anggota
populasi yang dapat diambil sebagai sampel. Pada penelitian ini kriteria inklusi
a. Klien dirawat dengan diagnosa Diabetes mellitus dengan ulkus atau gangrene .
b. Klien dan keluarga bersedia menjadi responden tanpa paksaan dan mampu
c. Rentang usia dimulai dari lansia awal yaitu mulai usia 46 tahun.
Kriteria eksklusi adalah ciri-ciri anggota populasi yang tidak dapat diambil sebagai
a. Pasien Diabetes mellitus yang sudah membawa luka ulkus atau gangrene dari rumah
Sebelum melakukan penelitian, terlebih dahulu mengurus surat izin penelitian dari Fakultas
bidang keperawatan. Setelah mendapatkan persetujuan dari rumah sakit, barulah penelitian
bisa dilakukan dengan berpegang teguh pada etika keperawatan sebagai berikut:
24
a. Right to self determination (tanpa paksaan)
gel dan Nacl 0,9 %. responden untuk terlibat dalam kegiatan penelitian. Responden
d. Confidentiality (kerahasiaan)
Kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti hanya kelompok data tertentu
dengan cara mencegah dan menjaga responden terhadap bahaya baik fisik maupun
25
emosional. Peneliti juga meyakinkan bahwa informasi yang responden berikan tidak
Peneliti juga memaksimalkan manfaat dan meminimalkan resiko atau kerugian untuk
seluruh responden.
Peneliti berprinsip untuk tidak merugikan pihak manapun, baik pihak klien atauun pihak
tempat penelitian yang mengakibatkan kerugian dalam bentuk material ataupun non
materil.
1. Lembar observasi
2. Aplikasi tentang penggunaan perawatan luka dengan menggunakan hydro gel dan
2. Memilih responden yang memenuhi kriteria yang akan dilakukan perawatan luka
26
4. Memberikan perawatan luka dengan menggunakan hydro gel dan Nacl 0,9 %,
Pengolahan data merupakan salah satu langkah yang diperlukan untuk mengolah data yang
diperoleh langsung dari penelitian, sehingga dapat disajikan sebagai hasil yang berarti dan
Editing adalah merupakan kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan isian formulir atau
a. Apakah lembar observasi lengkap, dalam arti semua pertanyaan sudah terisi.
b. Apakah jawaban atau tulisan masing-masing pertanyaan cukup jelas atau terbaca.
Setelah semua lembar observasi diedit atau disunting, selanjutnya dilakukan pengkodean
atau coding, yakni mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka atau
Setelah semua kuesioner terisi penuh dan benar, serta sudah melewati pengkodean, maka
langkah selanjutnya peneliti memproses data agar data yang sudah di entry dapat
dianalisis.
Data yang telah diolah dengan baik, baik pengolahan secara manual maupun menggunakan
komputer tidak akan ada maknanya tanpa dianalisis. Keluaran akhir dari analisis data harus
memperoleh makna atau arti dari hasil penelitian tersebut. Tujuan analisa data sendiri adalah:
a. Memperoleh gambaran dari hasil penelitian yang telah dirumuskan dalam tujuan
penelitian
masing masing variabel yang diteliti (Hastono, 2004). Analisa ini digunakan
f
P= × 100 %
N
Dimana:
28
P =besar persentase
f = frekuensi
N = jumlah populasi
Setelah diketahui karakteristik masing masing variabel dapat diteruskan analisa lebih
luka dengan menggunakan hydro gel dan Nacl 0,9 % dengan menggunakan uji T.
( na−1 ) sa −(nb−1) sb
2 2
sp2=
na+ nb−2
Keteterangan :
df = na+nb-2
29
30