Makalah SEPSIS
Makalah SEPSIS
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Saat ini sepsis telah menjadi sindroma penyakit yang dapat dijumpai
secara luas dibelahan bumi manapun. Oleh karena itu selain pengenalan dini
dan penanganan secepat mungkin. Maka memperkirakan prognosis mejadi
salah satu hal yang tidak dapat dipisahkan dalam penanganan pasien sepsis.
Dengan demikian diperlukan sarana pemeriksaan yang dapat menunjang usaha
prognostik tersebut. Apalagi bila pemeriksaan tersebut dapat dilakukan dengan
uji yang lebih sederhana dan dapat dilakukan sekalipun di rumah sakit perifer.
Disamping pemeriksaan yang lebih dulu digunakan sebagai prediktor
mortalitas, dalam hal ini kadar asam laktat dan penilaian defisit basa.
B. Rumusan Masalah
PEMBAHASAN
A. Sepsis
1. Definisi
2. Etiologi
4. Diagnosis
Tindakan tes diagnostik pada pasien dengan sindrom sepsis atau
dicurigai sindrom sepsis memiliki dua tujuan. Tes diagnostik digunakan
untuk mengidentifikasi jenis dan lokasi infeksi dan juga menentukan
tingkat keparahan infeksi untuk membantu dalam memfokuskan terapi
(Shapiro et.al,2010). Bila pasien mengalami penurunan kesadaran, sebelum
evaluasi diagnostik dimulai lakukan penilaian awal dari pasien yang sakit
perhatikan jalan nafas (perlu untuk intubasi), pernapasan (laju pernafasan,
gangguan pernapasan, denyut nadi), sirkulasi (denyut jantung, tekanan
darah, tekanan vena jugularis, perfusi kulit), dan inisiasi cepat resusitasi
(Russell, 2012). Kemudian dilakukan anamnesis riwayat penyakit dan juga
beberapa pemeriksaan fisik untuk mencari etiologi sepsis.
a. Nonfarmakologi
b. Sepsis Akut
c. Sepsis kronis
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Sepsis merupakan respon sistemik pejamu terhadap infeksi dimana patogen
atau toksin dilepaskan ke dalam sirkulasi darah sehingga terjadi aktivasi
proses inflamasi.
2. Dari hasil kultur darah ditemukan bakteri dan jamur 20-40% kasus dari
sepsis. Bakteri gram negatif dan gram positif merupakan 70% dari
penyebab infeksi sepsis berat dan sisanya jamur atau gabungan beberapa
mikroorganisme.
3. Tanda dan gejala sepsis adalah normo-atau hipotermia, tidak ada demam
paling sering terjadi pada neonatus, pada pasien lansia, dan pada orang
dengan uremia atau alkoholisme (Munford, 2008). Pasien dalam fase awal
sepsis sering mengalami cemas, demam, takikardi, dan takipnea
(Dasenbrook & Merlo, 2008). Tanda-tanda dari sepsis sangat bervariasi.
Berdasarkan studi, demam (70%), syok (40%), hipotermia (4%), ruam
makulopapular, petekie, nodular, vesikular dengan nekrosis sentral (70%
dengan meningococcemia), dan artritis (8%). Gejala ringan, takikardia dan
takipnea menjadi satu-satunya petunjuk
4. Tes diagnostik digunakan untuk mengidentifikasi jenis dan lokasi infeksi
dan juga menentukan tingkat keparahan infeksi untuk membantu dalam
memfokuskan terapi (Shapiro et.al,2010). Bila pasien mengalami
penurunan kesadaran, sebelum evaluasi diagnostik dimulai lakukan
penilaian awal dari pasien yang sakit perhatikan jalan nafas (perlu untuk
intubasi), pernapasan (laju pernafasan, gangguan pernapasan, denyut nadi),
sirkulasi (denyut jantung, tekanan darah, tekanan vena jugularis, perfusi
kulit), dan inisiasi cepat resusitasi (Russell, 2012). Kemudian dilakukan
anamnesis riwayat penyakit dan juga beberapa pemeriksaan fisik untuk
mencari etiologi sepsis.
5. Penatalaksanaan pada pasien sepsis dapat dibagi menjadi:
a. Nonfarmakologi, dengan mempertahankan oksigenasi ke jaringan
b. Sepsis Akut, dengan menjaga tekanan darah dengan memberikan
resusitasi cairan IV dan vasopressor
c. Sepsis kronis, dengan terapi antibiotik minimal selama 2 minggu.
B. Saran
1.