Anda di halaman 1dari 27

Konsep Bermain dan Jenis Terapi Bermain

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Anak
Dosen pembimbing : Puji Nurfauziatul Hasanah,S.Kep.,Ners.,M.Kep

Disusun Oleh :
Kelompok 3
Aa Ananda Diana (1810105323)
Anis Nur Mahmudah (1810105328)
Halimah Mulyawati (1810105340)
Neng Ega Selinda (1810105363)
Rohman Nugraha (1810105378)
Salfa Alya Nabilah (1810105380)
Wida Widiawati (1810105393)

STIKES SEBELAS APRIL SUMEDANG


PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
SUMEDANG
2020
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan rahmat serta petunjuk-Nya
sehingga tersusunlah makalah ini yang berjudul Konsep Bermain dan Jenis Terapi Bermain.
Dengan segala kerendahan hati kami menyadari dan mengakui, bahwa isi dalam makalah ini
masih jauh dari kesempurnaan, karena masih dalam proses pembelajaran.

Tidaklah akan terwujud dalam penyusunan makalah ini tanpa bantuan dan bimbingan dari
berbagai pihak yang membantu kami. Oleh karena itu, pada kesempatan ini kami mengucapkan
terima kasih, selaku pengajar mata kuliah Keperawatan Anak atas bimbingan yang telah
diberikan kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Akhirnya, harapan kami semoga Allah SWT. membalas kebaikan-kebaikan semua pihak
yang telah memberikan bimbingan serta bantuan dalam pembuatan makalah ini. Semoga
makalah ini bermanfaat bagi rekan-rekan kami khususnya mahasiswa.

Sumedang, Maret 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................... i
DAFTAR ISI....................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................. 2
1.3 Tujuan................................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi Bermain................................................................................................ 3
2.2 Terapi Bermain.................................................................................................. 3
2.3 Jenis Permainan................................................................................................. 4
2.4 Manfaat Bermain............................................................................................... 8
2.5 Tujuan Terapi Bermain...................................................................................... 9
2.6 Kategori Terapi Bermain................................................................................... 9
2.7 Tahapan Perkembangan Bermain Anak............................................................ 10
2.8 Fungsi Bermain.................................................................................................. 11
2.9 Faktor Yang Mempengaruhi Aktivitas Bermain............................................... 12
2.10 Nilai-Nilai Bermain......................................................................................... 14
2.11 Fase Pelaksanaan Bermain............................................................................... 15
2.12 Terapi Bermain Pada Anak Yang Dihospitalisasi........................................... 16
2.13 Macam-Macam Pendekatan Terapi Bermain.................................................. 17
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan........................................................................................................ 20
3.2 Saran.................................................................................................................. 20
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................... 21

ii
1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Anak adalah sebagai individu yang unik dan mempunyai kebutuhan sesuai dengan tahap
perkembangan, bukan ordes mini, juga bukan merupakan harta atau kekayaan orang tua
yang dapat dinilai secara sosial ekonomi, melainkan masa depan bangsa yang berhak atas
pelayanan kesehatan secara individual. Anak membutuhkan lingkungan yang dapat
memfasilitasi dalam memenuhi kebutuhan dasarnya dan untuk belajar mandiri. Anak
sebagai orang atau manusia yang mempunyai pikiran, sikap, perasaan dan minat yang
berbeda dengan orang dewasa dengan segala keterbatasan.

Bagi anak bermain merupakan seluruh aktivitas anak termasuk bekerja, kesenangannya
dan merupakan metode bagaimana mereka mengenal dunia. Bermain tidak sekedar mengisi
waktu, tetapi merupakan kebutuhan anak seperti halnya makanan, perawatan, cinta kasih,
dll. Bermain adalah unsur yang penting untuk perkembangan anak baik fisik, emosi, mental,
intelektual, kreativitas dan sosial.

Beberapa ahli mengatakan bahwa bermain pada anak merupakan sarana untuk belajar.
Bermain dan belajar untuk anak merupakan suatu kesatuan dan suatu proses yang terus
menerus terjadi dalam kehidupannya. Bermain merupakan tahap awal dari proses belajar
pada anak yang dialami hampir semua orang. Melalui kegiatan bermain yang
menyenangkan, seorang anak berusaha untuk menyelidiki dan mendapatkan pengalaman
yang banyak. Baik pengalaman dengan dirinya sendiri, orang lain maupun dengan
lingkungan di sekitarnya. Melalui bermain anak dapat mengorganisasikan berbagai
pengalaman dan kemampuan kognitifnya dalam upaya menyusun kembali gagasan yang
cemerlang. Bermain adalah pekerjaan anak. Dalam bermain anak mempraktekkan secara
kontinu proses hidup yang rumit dan penuh stress,komunikasi, dan mencapai hubungan yang
memuaskan dengan orang lain. Di situlah mereka belajar tentang diri mereka sendiri dan
dunia mereka, misalnya bagaimana menghadapi lingkungan objek, waktu, ruang, struktur,

2
dan dan orang di dalamnya. Berdasarkan latar belakang tersebut, kelompok membuat
makalah yang bejudul Komsep Bermain dan Jenis Terapi Bermain.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa definisi bermain?
2. Apa itu terapi bermain?
3. Apa saja jenis permainan?
4. Apa saja manfaat bermain?
5. Apa saja tujuan terapi bermain?
6. Apa kategori terapi bermain?
7. Apa saja tahapan perkembangan bermain anak?
8. Apa fungsi bermain?
9. Apa faktor yang mempengaruhi aktivitas bermain?
10. Apa nilai-nilai bermain?
11. Bagaimana fase pelaksanaan bermain?
12. Bagaimana terapi bermain pada anak yang dihospitalisasi?
13. Apa saja Macam-macam Pendekatan Terapi Bermain?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi bermain
2. Untuk mengetahui tentang terapi bermain
3. Untuk mengetahui jenis permainan
4. Untuk mengetahui manfaat bermain
5. Untuk mengetahui tujuan terapi bermain
6. Untuk mengetahui kategori terapi bermain
7. Untuk mengetahui tahapan perkembangan bermain anak
8. Untuk mengetahui fungsi bermain
9. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi aktivitas bermain
10. Untuk mengetahui Nilai-nilai bermain
11. Untuk mengetahui fase pelaksanaan bermain
12. Untuk mengetahui terapi bermain pada anak yang dihospitalisasi
13. Untuk mengetahui macam-macam pendekatan terapi bermain

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Bermain

Bermain merupakan aktifitas yang menyenangkan yang dilakukan atas dasar suatu
kesenangan dan tanpa mempertimbangkan hasil akhir dan dilakukan secara suka rela dengan
tahapan perkembangan dimulai dari tahapan manipulative, simbolis, eksplorasi, eksperiment
dan tahapan dapat dikenal.

Hurlock dalam Tadkiroatun Musfiroh (2008 : 1) mengemukakan bahwa bermain adalah


kegiatan yang dilakukan atas dasar suatu kesenangan dan tanpa mempertimbangkan hasil
akhir. Kegiatan tersebut dilakukan secara suka rela, tanpa paksaan atau tekanan dari pihak
luar.

Bermain merupakan kegiatan mengekspresikan diri tanpa paksaan dengan perasaan


senang. Pada anak usia dini, bermain dapat memberikan banyak manfaat terhadap
perkembangannya.

Bermain menurut Piaget (1951) merupakan kegiatan yang dilakukan berulang-ulang


demi kesenangan. Sedangkan menurut term psikologi, didefinisikan oleh Joan Freeman dan
Utami Munandar (1991) bahwa bermain adalah suatu aktifitas yang membantu anak
mencapai perkembangan yang utuh baik segi fisik, moral, intelektual, sosial dan emosional.

Menurut teori Kognitif oleh Bruner/Sutton-Smith Singer -Peran bermain dalam


perkembangan anak adalah untuk Memunculkan fleksibilitas perilaku dan berpikir, imajinasi
dan narasi. Juga untuk Mengatur kecepatan stimulasi dari dalam dan dari luar

2.2 Terapi Bermain

Terapi permainan merupakan terapi kejiwaan namun dalam pelaksanaannya faktor


ekspresi-gerak menjadi titik tumpuan bagi analisa terapeutic dengan medianya adalah
bentuk-bentuk permainan yang dapat menimbulkan kesenangan, kenikmatan dan tidak ada

4
unsur paksaan serta menimbulkan motivasi dalam diri sendiri yang bersifat spontanitas,
sukarela dan mempunyai pola atau aturan yang tidak mengikat.

Secara umum terapi bermain adalah sebuah kegiatan bermain bersama anak dalam
rangka membentuk perilaku anak menjadi lebih baik..

Terapi bermain adalah terapi yang menggunakan alat-alat permainan dalam situasi yang
sudah dipersiapkan untuk membantu anak mengekspresikan perasaannya, baik senang,
sedih, marah, dendam, tertekan, atau emosi yang lain.

Terapi bermain adalah pemanfaatan permainan sebagai media yang efektif oleh terapis
untuk membantu klien mencegah atau menyelesaikan kesulitan-kesulitan psikososial dan
mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang optimal, melalui kebebasan eksplorasi dan
ekspresi diri.

Beberapa contoh kasus anak yang beermasalah yang memerlukan terapi adalah:

1. Anak yang agresif, suka menyerang orang lain, agresif muncul karena gangguan
emosional yang dialami anak. Mungkin anak diperlakukan terlalu keras oleh orang
tuanya sehingga merasa marah, memberontak
2. Anak yang mempunyai kebiasaan mencabut rambutnya sampai botak sebagian atau
seluruhan. Menggigit kuku sampai luka-luka, menahan buang air besar, mengompol
walaupun usianya sudah tiga tahun ke atas, cemas atau phobia sekolah yang bisa
ditandai dengan munculnya gangguan ke tubuh seperti mual, sakit perut, muntah-
muntah menjelang pergi sekolah.
3. Anak yang sulit bergaul kurang percaya diri secara berlebihan sehingga menghambat
perkembangannya. Anak yang tidak mau berbicara dengan orang lain selain anggota
keluarga terdekat.
2.3 Jenis Permainan Menurut Pakar
1) Aspek Perkembangan yang dinilai
Ada 4 sektor perkembangan yang dinilai antara lain sebagai berikut :
a. Personal Social (perilaku sosial)
Aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri, bersosialisasi dan
berinteraksi dengan lingkungannya.

5
b. Fine Motor Adaptive (gerakan motorik halus)
Aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengamati sesuatu,
melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu dan dilakukan
otot-otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang cermat.
c. Language (bahasa)
Kemampuan untuk memberikan respons terhadap suara, mengikuti perintah dan
berbicara spontan.
d. Gross motor (gerakan motorik kasar)
Aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh

PERMAINAN NORMAL
USIA MOTORIK MOTORIK BAHASA PERILAKU
KASAR HALUS SOSIAL
4 Bulan Mainan gantung Mainan Mainan yang
gantung mengeluarkan cilukba, kiss-bye,
suara mata genit
8 Bulan Mainan yang Mainan yang Mainan yang
dapat dipegang dapat dipegang mengeluarkan
dan digerakkan dan digerakkan suara
12 Bermain Bermain
Bukan Melewati Menara Menyanyi lagu Bermain puzzle
terowongan balok / jelly sederhana sederhana
(berwarna-
warni)
18 Bulan Bermain dengan Bermain Menebak nama-
benda yang dapat membentuk nama Bermain petak
ditarik dan di Playdough hewan dan benda umpet
dorong (pada gambar
atau
video interaktif)

24 Bulan Bermain bola Mewarnai dan Membacakan Lomba memakai

6
(dapat ditendang menggambar buku pakaian dan sikat
dan dilempar) cerita gigi

3 Tahun Menari dengan Bermain Bermain drama Bermain drama


musik anak - dengan imajinatif dengan imajinatif dengan
anak kertasberwarna orangtua / teman orangtua / teman
(menggunting,
melipat)
4 Tahun Bersepeda Menggambar Bercerita Bermain
atau rumahrumahan
melukis / masakmasakan
/
5 Tahun Pemandangan
berdagang
dan
manusia

USIA ABNORMAL
Terapi Okupasi Fisioterapi Terapi Wicara Terapi perilaku
0-8 Berenang dengan Pijat bayi Mendengarkan Berkomunikasi
Bulan pelampung lagu dan
anak - anak Mengajak
1-2 Konseling dengan Streching dengan Melihat video
tersenyum, dan
Tahun menggunakan bak menggunakan percakapan
tertawa
pasir bola besar anakanak
3 Tahun Streching mulut Bermain rumah -
4 Tahun
Konseling dengan Berjalan digaris (bermain rumahan,
menggunakan lurus gelembung, masakmasakan,
tanah liat meniup lilin) berdagang
Tebak gambar
atau
benda miniatur
5-6 Melempar bola Bermain di bernyanyi Bermain dan

7
Tahun kedalam lubang trampoline berkenalan
dengan
oranglain / teman

2) Permainan sebagai Terapi


a. Fisioterapi
Dalam fisioterapi melakukan analisis dan menetapkan program stimulasi dini dan
intervasi perkembangan motorik kasar. Fisioterapi dilakukan untuk
mengembangkan dan memulihkan gerak dan fungsi tumbuh, kemampuan
fungsional tersebut diantaranya Tidur miring, Berguling, Merayap, Merangkak,
Duduk, Berdiri.
b. Terapi Wicara
Secara klinis banyak faktor yang dapat menghambat anak terlambat atau sulit
berbicara seperti pekembangan otot yang lambat, kurangnya interaksi dengan orang
lain, bahasa non verbal yang lebih dahulu berkembang, harapan / ekspetasi orang
tua yang terlalu rendah, dan tidak banyak waktu untuk berbicara. Terapi wicara
melakukan analisis dan menetapkan program stimulasi dini dan intervasi
perkembangan bicara, terapi ini dapat dilakukan dengan berbagai macam cara
diantaranya yaitu : Mengajak anak berbicara sejak lahir, atau dengan Melatih
stimulasi alat oral salah satunya dengan melakukan gerakan lidah dan mulut seperti
berdecak, mengecap, menggetarkan bibir.
c. Terapi Okupasi
Terapi okupasi dibutuhkan untuk anak - anak yang mengalami keterlambatan
keterampilan motorik halus, terapi okupasi melakukan analisis dan menetapkan
program stimulasi dini dan intervasi perkembangan motorik halus. Terdapat 2
bentuk aktivitas yang dilakukan diantaranya ADL (Activity Day Learning) yaitu
memberikan keterampilan hidup mandiri misalnya dengan latihan menali sepatu,
mengancingkan baju dan lain sebagainya, yang berikutnya Permainan yaitu terapi
yang berbentuk bermain untuk memberikan kesenangan dan sosialisasi yang baik.
Misalkan bermain lempar bola, menggambar, memotong dan melipat kertas, dan
menyusun puzzle.

8
2.4 Manfaat Terapi Bermain
Berikut ini 9 manfaat bermain bagi anak menurut buku 'Games Therapy untuk
Kecerdasan Bayi dan Balita' yang ditulis oleh Psikolog Effiana Yuriastien dan kawan-
kawan.
1. Memahami diri sendiri dan mengembangkan harga diri
2. Menemukan apa yang dapat mereka lakukan dan mengembangkan kepercayaan diri.
3. Melatih mental anak
4. Meningkatkan daya kreativitas dan membebaskan anak dari stres kreativitas anak akan
berkembang melalui permainan. Ide-ide yang orisinil akan keluar dari pikiran mereka,
walaupun kadang terasa abstrak untuk orangtua.
5. Mengembangkan pola sosialisasi dan emosi anak dalam permainan kelompok, anak
belajar tentang sosialisasi. Anak mempelajari nilai keberhasilan pribadi ketika berhasil
memasuki suatu kelompok. Ketika anak memainkan peran 'baik' dan 'jahat', hal ini
membuat mereka kaya akan pengalaman emosi. Anak akan memahami perasaan yang
terkait dari ketakutan dan penolakan dari situasi yang dia hadapi.
6. Melatih motorik dan mengasah daya analisa anak melalui permainan, anak dapat belajar
banyak gal. Di antaranya melatih kemampuan menyeimbangkan antara motorik halus
dan kasar. Hal ini sangat memengaruhi perkembangan psikologisnya.
7. Penyaluran bagi kebutuhan dan keinginan anak kebutuhan dan keinginan yang tidak
dapat dipenuhi dengan cara lain, seringkali dapat dipenuhi dengan bermain. Anak yang
tidak mampu mencapai peran pemimpin dalam kehidupan nyata, mungkin akan
memperlohen pemenuhan keinginan itu dengan menjadi pemimpin tentara saat bermain.
8. Standar moral walaupun anak belajar di rumah dan sekolah tentang apa yang dianggap
baik dan buruk oleh kelompok, tidak ada pemaksaan standar moral selain dalam
kelompok bermain.
9. Mengembangkan otak kanan anak bermain memiliki aspek-aspek yang menyenangkan
dan membuka kesempatan untuk menguji kemampuan dirinya berhadapan dengan
teman sebaya serta mengembangkan perasaan realistis akan dirinya. Dengan begitu,
bermain memberi kesempatan pada anak untuk mengembangkan otak kanan,
kemampuan yang mungkin kurang terasah baik di sekolah maupun di rumah.

9
Catatan: Berikanlah pujian kepada anak dengan menggunakan kalimat yang positif dan
mampu menjadi penyemangatnya dalam melakukan sesuatu dengan lebih baik lagi. Contoh,
saat anak diminta mengambil spidol warna merah, awali dengan kata 'tolong'. Jika anak
berhasil mengambilnya, berikan pujian dan ucapkan terimakasih.

Demikian juga ketika ia tidak berhasil menemukannya, ucapkanlah kalimat positif yang
tidak mematahkan semangatnya. Tetap ucapkan terimakasih atas hasil jerih payahnya.
Misalnya saja, "Makasih ya adik sudah mencarikan spidolnya. Spidolnya ada di dekat buku
gambar adik."

2.5 Tujuan Terapi Bermain


Adapun tujuan terapi bermain adalah untuk menunjang beberapa aspek dibawah ini :
1. Keterampilan mengurus diri sendiri (Self help skills)
2. Kemampuan untuk melakukan kegiatan tertentu,kemampuan sensorik motorik kasar dan
halus (psycho-motor performance).
3. Penyesuaian diri terhadap lingkungannya (social adaptation).
4. Keterampilan diri bagi kesiapan kerja di masyarakat (prevocational skills).
5. Meningkatkan kemampuan berpikir.
6. Meningkatkan kemampuan berkomunikasi.
7. Meningkatkan kemampuan sosial-emosional.
8. Meningkatkan dan mengembangkan percaya diri.
9. Meningkatkan dan mengembangkan kemandirian.
10. Meningkatkan dan mengembangkan perasaan seni.
11. Memperbaiki penyimpangan perilaku.
12. Meningkan dan mengembangkan pengindraan
2.6 Kategori Media Bermain
1. Bermain aktif
Yaitu anak banyak menggunakan energi inisiatif dari anak sendiri.
Contoh : bermain sepak bola.
2. Bermain pasif

Energi yang dikeluarkan sedikit,anak tidak perlu melakukan aktivitas (hanya melihat)

Contoh : memberikan support.

10
Rasmussen dan Cunningham (dalam Thompson dan Henderson, 2007 : 437-438)
menyatakan dalam strategi penggunaan media bermain harus pulamempertimbangkan
karakteristik anak, masalah dan kebutuhan anak, serta tahapan dalam proses terapi atau
konseling.

1. Menurut Bradley dan Gould (dalam Thompson & Henderson, 2007 : 473) yaitu :
Real Life Toys ; rumah boneka, boneka-boneka, baju-baju boneka, kereta-keretaan,
keluarga boneka, mainan alat-alat rumah tangga, mobil-mobilan, dll.
2. Acting Out and Agressive Release Toys ; borgol, bola, pistol-pistolan, pisau karet,
topeng, mainan yang dapat dipukul dengan aman, dll.
3. Creative Expression and Emotional Release Toys ; kapur warna, penghapus, box pasir,
lem, gunting, kain atau handuk bekas, boneka tangan, kertas perekat, dll.
2.7 Tahapan Perkembangan Bermain Anak

Secara umum tahapan perkembangan bermain anak menurut Hurlock dapat di amati
perkembanganya sejak lahir , adapun tahapan perkembangan bermain adalah sebagi berikut :

1. Tahap Eksplorasi
Hingga bayi berusia 3 bulan permainan mereka terdiri atas melihat orang dan
benda serta untuk melakukan usaha acak untuk menggapai benda yang diacungkan di
hadapannya. Selanjutnya, mereka dapat mengendalikan tangan sehingga cukup
memungkinkan bagi mereka untuk mengambil. Memegang, dan mempelajari benda
kecil. Setelah mereka dapat merangkak atau berjalan mulai memperhatikan apa saja
yang berada dalam jarak jangkauaanya
2. Tahap Permainan
Bermain barang mainan dimulai pada tahun pertama dan mencapai puncak pada
umur 5-6 tahun. Pada mulanya anak hanya mengeksprolasi mainannya. Antara 2 atau 3
tahun mereka membayangkan bahwa mempunyai sifat hidup dapat bergerak, berbicara
dan merasakan. Dengan berkembangnya kecerdasan anak mereka tidak lagi mengangap
benda mati sebagai sesuatu yang hidupdan hal ini mengurangi minatnya pada barang
mainan. Factor lain yang mendorong penyusutan minat dengan barang mainan adalah
bahwa barang mainan adalah sifatnya menyendiri sedengakan anak menginginkan
teman.

11
3. Tahap Bermain
Setelah masuk sekolah jenis permainan mereka sangat beragam. Semula mereka
meneruskan bermain dengan barang mainan terutama bila sendirian selain itu mereka
merasa tertarik dengan permainan, olahraga,hobi dan bentuk permainan lainnya.
4. Tahap Melamun
Semakin mendekati masa puber mereka mulai kehilangan minat dalam permainan
yang sebelumnya disenangi dan banyak menghabiskan waktunya dengan melamun.
Melamun yang merupakan ciri khas anak remaja adalah saat berkorban saat mereka
mengangap dirinya tidak diperlukan dengan baik dan tidak di dimengarti oleh siapapun.

Prosedur Dalam Terapi Bermain. Menurut Bradley dan Gould (dalam Thompson &
Henderson, 2007 : 435) meliputi 3 tahap yaitu :

1. Membangun relasi, dimana terapis memusatkan perhatian pada bentuk-bentuk emosi


yang muncul saat anak bermain dan harus memberikan respon yang tepat dalam hal
tersebut.
2. Menentukan bentuk permainan secara spesifik, dimana hubungan semakin terbentuk
dengan baik dan terapis secara asertif mengarahkan permainan bagi anak
3. Konfrontasi untuk mengatasi masalah dimana terapis secara aktif lebih mendekatkan
diri dalam struktur kegiatan bermain untuk membantu mendorong dan membesarkan
hati anak dalam menghhadapi dan menyelesaikan masalah
2.8 Fungsi Bermain
Fungsi dan manfaat bermain meliputi seluruh aspek perkembangan anak seperti diuraikan
berikut :
1. Perkembangan Bahasa
Aktivitas bermain adalah ibarat laboratorium bahasa anak, yaitu memperkaya
perbendaharaan kata anak dan melatih kemampuan berkomunikasi anak.
2. Perkembangan Moral
Bermain membantu anak untuk belajar bersikap jujur, menerima kekalahan, menjadi
pemimpin yang baik, bertenggang rasa dan sebagainya.
3. Perkembangan Sosial

12
Bermain bersama teman melatih anak untuk belajar membina hubungan dengan
sesamanya. Anak belajar mengalah, memberi, menerima, tolong menolong dan
berlatih sikap sosial lainnya.
4. Perkembangan Emosi
Bermain merupakan ajang yang baik bagi anak untuk menyalurkan
perasaan/emosinya dan ia belajar untuk mengendalikan diri dan keinginannya
sekaligus sarana untuk relaksasi. Pada beberapa jenis kegiatan bermain yang dapat
menyalurkan ekspresi diri anak, dapat digunakan sebagai cara terapi bagi anak yang
mengalami gangguan emosi.
5. Perkembangan kognitif
Melalui kegiatan bermain anak belajar berbagai konsep bentuk, warna, ukuran dan
jumlah yang memungkinkan stimulasi bagi perkembangan intelektualnya. Anak juga
dapat belajar untuk memiliki kemampuan ‘problem solving’ sehingga dapat
mengenal dunia sekitarnya dan menguasai lingkungannya.
6. Perkembangan Fisik
Bermain memungkinkan anak untuk menggerakkan dan melatih seluruh otot
tubuhnya, sehingga anak memiliki kecakapan motorik dan kepekaan penginderaan.
7. Perkembangan Kreativitas
Bermain dapat merangsang imajinasi anak dan memberikan kesempatan kepada anak
untuk mencoba berbagai ideanya tanpa merasa takut karena dalam bermain anak
mendapatkan kebebasan.
2.9 Faktor Yang Mempengaruhi Aktivitas Bermain
Menurut Elizabeth Hurlock, jika diamati secara cermat, ada berbagai variasi kegiatan
bermain yang dilakukan anak, dan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai berikut :
1. Kesehatan
Anak yang sehat cenderung akan memilih berbagai jenis kegiatan bermain aktif
daripada pasif, karena banyaknya energi yang dimiliki anak, membuatnya lebih aktif
dan ingin menyalurkan energinya tersebut. Sementara anak yang kurang sehat akan
mudah lelah ketika bermain sehingga lebih menyukai bermain pasif karena tidak
membutuhkan banyak energi.
2. Perkembangan Motorik

13
Kegiatan bermain aktif lebih banyak menggunakan keterampilan motorik terutama
motorik kasar. Sedangkan bermain pasif kurang melibatkan keterampilan dan
koordinasi motorik. Dengan demikian anak yang memiliki keterampilan motorik yang
baik akan lebih banyak memilih kegiatan bermain aktif dan begitu pula sebaliknya anak
yang kurang terampil motoriknya cenderung memilih kegiatan bermain yang pasif.
3. Inteligensi
Anak yang memiliki inteligensi yang baik (pandai/cerdas) cenderung akan menyukai
baik kegiatan bermain aktif maupun pasif. Karena biasanya anak yang pandai akan lebih
aktif daripada anak yang tidak pandai. Anak yang pandai juga akan lebih kreatif dan
penuh rasa ingintahu, sehingga mereka suka dengan permainan yang membutuhkan
kemampuan problem solving (misal puzzle) melibatkan daya fantasi dan imajinasi
(drama), permainan konstruktif (lego, balok) juga permainan membaca buku, dan musik
4. Jenis Kelamin
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa terdapat kecenderungan perbedaan antara
anak laki-laki dan anak perempuan dalam memilih kegiatan bermain. Perbedaan ini
terjadi karena secara alamiah dan ditentukan secara genetik. Tetapi juga dapat muncul
juga karena adanya perbedaan perlakuan yang diterima oleh anak laki-laki dan anak
permpuan sejak mereka bayi. Anak laki-laki cenderung menyukai kegiatan bermain
aktif tetapi anak perempuan menyukai permainan konstruktif dan permainan lainnya
yang bersifat ‘tenang’. Berbagai kecenderungan ini bersifat umum dan belum tentu
terjadi pada setiap anak, karena pasti akan terjadi perbedaan-perbedaan pada setiap
individu mengingat manusia adalah mahluk yang unik.
5. Lingkungan dan taraf sosial ekonomi
Lingkungan dan taraf sosial ekonomi akan mempengaruhi jenis kegiatan bermain dan
alat permainan yang digunakan oleh anak. Anak kota dengan anak desa menggunakan
alat permainan yang berbeda , misal anak kota biasa bermain dengan mobil-mobilan
bertenaga baterai, komputer dan video games, sedangkan anak desa bermain dengan
mobil-mobilan yang terbuat dari kulit jeruk bali, serta bermain dengan daun, ranting
kayu, kerikil dan bahan alam lainnya.
6. Alat permainan

14
Ketersediaan berbagai alat permainan yang dimiliki anak mempengaruhi jenis kegiatan
bermain. Perlu kiranya disediakan berbagai variasi alat permainan anak sehingga
memungkinkan anak untuk bermain dengan berbagai cara dan jenis permainan. Hal ini
akan berdampak positif bagi semua aspek perkembangannya.
2.10 Nilai-Nilai Bermain
Selain itu, kegiatan bermain memiliki berbagai nilai, yaitu :
1. Nilai Fisik, dengan bermain aktif, anak dapat mengembangkan otot, melatih bagian
tubuh, menyalurkan energi yang berlebihan, meregangkan ketegangan, memberikan
kesempatan kepada anak untuk mengontrol diri dan sekaligus mengembangkan sel-
sel otaknya.
2. Nilai terapi, Mengingat bermain merupakan kesempatan untuk mengekspresikan
emosinya, dan demikian anak mampu melepaskan kegiatan maka dibawah bantuan
psikolog anak dapat mengikuti terapi bermain.
3. Nilai pendidikan, Melalui bermain anak dapat mengembangkan berbagai
keterampilan yang dapat mengembangkan berbagai keterampilan yang bermamfaat
untuk mengusai dunianya.
4. Nilai kreatif. bermain memberi kesempatan pada anak untuk mengembangkan
kreativitasnya di luar sekedar pengembangan kecerdasannya saja. hal tersebut di atas
tergantung pula pada orangtua alat mainan apa yang diberikan kepada anaknya.
5. Nilai pengenalan diri, Melalui bermain dengan orang lain, anak akan lebih mengenal
dirinya sendir kekuatan maupun kekurangannya.
6. Nilai sosial, Dengan bermain bersama orang lain, anak akan belajar bagaimana
membina hubungan sekaligus dalam memecahkan masalah dalam bersosialisasi.
7. Nilai moral, Bermain memberikan sumbangan dalam pembentukan pelatihan moral,
karena bermain anak-anak dapat belajar bersikap jujur, menerima kekalahan serta
mengendalikan diri.

2.11 Fase Pelaksanaan

1. Child Directed Interaction (CDI)


Tujuan : memperbaiki dan meningkatkan kualitas hubungan antara orang tua dengan
anak.

15
 Fase ini dibentuk sedemikian rupa sehingga anak bebas memilih berbagai mainan,
permainan dan aktivitas yang akan dilakukan bersama orang tua.
 Fase ini menekankan pada pembentukan hubungan pengasuhan yang penuh kasih
sayang dan ikatan yang aman.
 Selama fase CDI orang tua dan terapis diinstruksikan tidak memberikan hukuman
dan mengabaikan perilaku negatif anak yang tidak membahayakan orang lain
maupun dirinya.
 Pusat perhatian adalah perilaku positif anak yang akan diberikan penguatan-
penguatan positif.
 Orang tua diarahkan dan dibimbing oleh terapis untuk tidak menggunakan kata-
kata negatif (“tidak”, “jangan” dan “tidak boleh”),serta tidak bertanya secara
negatif.
 Kata-kata atau kalimat negatif yang mengandung ancaman hanya akan
memperburuk perilaku anak, apalagi jika disertai dengan hukuman fisik.
 Tindakan-tindakan negatif orang tua akan menjadi model perilaku negatif (fisil
maupun verbal) bagi anak.
 Fase CDI diarahkan untuk memberikan pekerjaan rumah bagi orang tua melatih
setiap keterampilan baru yang diperolehnya selama 5 sampai 10 menit (setiap
hari) bersama anaknya.

Keterampilan dalam pelaksanaan CDI yaitu :

 Praise (penghargaan), orang tua menyediakan berbagai hadiah atau ganjaran baik
dalam bentuk pujian maupun sistem token
 Reflection(refleksi), orang tua mengulangi atau merangkai kembali kata-kata yang
telah disampaikan anaknya. Hal ini menunjukkan bahwa orang tua telah
mendengarkan dan memberikan perhatian, sehingga dapat mendorong komunikasi
yang baik dengan anak.
 Description(penjelasan), orang tua menjelaskan aktivitas bermain apa yang sedang
dilakukan anak. Tujuannya untuk menunjukkan perhatian orang tua terhadap anak
dan mengembangkan perbendaharaan kata pada anak.

16
 Entusiasm(ketertarikan), orang tua menunjukkan ketertarikan dan rasa senang
terhadap kegiatan bermain yang sedang dilakukan anak.
2. Parent Directed Interaction
Tujuan : memusatkan perhatian orang tua terhadap pembentukan struktur dan
konsistensi penerapan disiplin.
 Orang tua memberikan instruksi secara jelas dan langsung pada anak, serta
memberikan konsekuensinya yang konsisten.
 Selain pemberian pujian atau token pada perilaku positif anak, senyuman dan
sentuhan di kepala /bahu anak juga akan memberikan dampak yang lebih baik.
 Jika perilaku negatif ditampilkan maka anak diberikan tanda berupa bulatan
hitam/lingkaran, sedangkan jika perilaku positif yang ditampilkan maka anak
diberikan tanda bintang atau token (pada buku hariannya).
 Pada saat anak tidak mematuhi perintah orang tua maka dapat diberlakukan
“setrap‟yaitu dengan memindahkan anak untuk duduk pada tempat atau area
hukuman, yang mudah diawasi orang tua.

2.12 Terapi Bermain Pada Anak Yang Dihospitalisasi

Setiap anak meskipun sedang dalam perawatan tetap membutuhkan aktivitas


bermain. Bermain dapat memberikan kesempatan kepada anak untuk menyelesaikan
tugas perkembangan secara normal dan membangun koping terhadap stres, ketakutan,
kecemasan, frustasi dan marah terhadap penyakit dari hospitalisasi (Mott, 1999).

Bermain juga menyediakan kebebasan untuk mengekspresikan emosi dan


memberikan perlindungan anak terhadap stres, sebab bermain membantu anak
menanggulangi pengalaman yang tidak menyenangkan, pengobatan dan prosedur invasif.
Dengan demikian diharapkan respon anak terhadap hospitalisasi berupa perilaku agresif,
regresi dapat berkurang sehingga anak lebih kooperatif dalam menjalani perawatan di
rumah sakit.

Ada banyak manfaat yang bisa diperoleh seorang anak bila bermain dilaksanakan di
suatu Rumah Sakit, antara lain:

1. Memfasilitasi situasi yang tidak familiar

17
2. Memberi kesempatan untuk membuat keputusan dan kontrol
3. Membantu untuk mengurangi stres terhadap perpisahan
4. Memberi kesempatan untuk mempelajari tentang fungsi dan bagian tubuh
5. Memperbaiki konsep-konsep yang salah tentang penggunaan dan tujuan peralatan
dan prosedur medis
6. Memberi peralihan dan relaksasi
7. Membantu anak untuk merasa aman dalam lingkungan yang asing
8. Memberikan cara untuk mengurangi tekanan dan untuk mengekspresikan perasaan,
9. Menganjurkan untuk berinteraksi dan mengembangkan sikap-sikap yang positif
terhadap orang lain
10. Memberikan cara untuk mengekspresikan ide kreatif dan minat
11. Memberi cara mencapai tujuan-tujuan terapeutik (Wong ,1996).

Prinsip bermain di RS :

1. Tidak banyak mengeluarkan energi, singkat dan sederhana.


2. Mempertimbangkan keamanan dan infeksi silang.
3. Kelompok umur yg sama.
4. Permainan tidak bertentangan dgn pengobatan
5. Semua alat permaianan dpt dicuci
6. Melibatkan ortu.

2.13 Macam-macam Pendekatan Terapi Bermain

LaBauve, dkk (dalam Alice Zellawati, 2011) macam-macam model dalam terapi bermain
adalah:

1. Model Adlerian
Model ini menggunakan dasar teori Psikologi Individual Adler, dengan dasar filosofi
yaitu kehidupan sosial perlu untuk dimiliki, perilaku adalah tujuannya, melihat hidup
secara subyektif dan hidup adalah sesuatu yang khusus dan kreatif. Model ini
digunakan untuk anak dengan kegagalan dalam berinteraksi sosial dan salah dalam
mempercayai gaya hidupnya.
2. Model Terapi Client-Centered

18
Teori yang mendasari adalah teori Rogers, yang berpandangan bahwa motivasi
internal yang dimiliki anak-anak mendorong pertumbuhan dan aktualisasi diri. Terapi
bermain dengan pendekatan Client Centered Non Directive (terapi yang berpusat
pada anak secara tidak langsung), ini sesuai untuk anak-anak yang mengalami
ketidaksesuaian antara kejadian hidup dengan dirinya.
3. Model Kognitif-Behavioral
Model ini berpandangan bahwa anak memiliki pikiran dan perasaan yang sama
seperti orang dewasa yaitu ditentukan melalui bagaimana anak berfikir tentang diri
dan dunianya. Model ini digunakan untuk menangani anak dengan kepercayaan
irrasional yang membawanya keluar dari perilaku maladaptif.
4. Model Ekosistemik
Dasar yang digunakan adalah teori dari terapi realitas, yang mempunyai pandangan
bahwa berada dalam interaksi terhadap lingkungan dapat mempengaruhi
perkembangan.
5. Model Eksistensialisme
Memiliki pandangan bahwa anak-anak adalah manusia berguna, unik, ekspresi diri
dan pertolongan terhadap diri sendiri mendorong aktualisasi diri. Pendekatan ini
menangani anak-anak yang mengalami kesulitan untuk berkembang sesuai dengan
keunikannya yang melemahkan pertumbuhandirinya sehingga mengalami penolakan
dalam menjalin hubungan dengan teman-temannya.
6. Model Gestalt
Model Gestalt melihat manusia secara total, dilahirkan dengan fungsi utuh.
Pendekatan ini untuk terapi anak yang mengalami kesulitan bertumbuh secara alami,
anak yang mencoba untuk memenuhi kebutuhan dengan cara yang tidak biasa, dan
memiliki pengalaman luka baik secara fisik maupun psikologis.
7. Model Jungian,
Didasarkan pada teori analitik Jung, yang melihat bahwa psikis terdiri dari ego,
ketidaksadaran diri, dan ketidaksadaran kolektif, kekuatan menyembuhkan adalah
bawaan. Pendekatan ini biasanya digunakan untuk membantu anak yang mengalami
ketidakseimbangan psikis, ego tidak dapat menjebatani antara dunia luar dan dalam
dirinya.

19
8. Model Psikoanalitik
Pendekatan ini menggunakan teori psikoanalisa tradisional, yang memiliki dasar
filosofi tentang anak yaitu anak memiliki rasa takut, memerlukan rasa aman,
berusaha berhubungan dengan tuntutan lingkungan. Pendekatan ini sesuai untuk anak
yang mengalami konflik internal, kekawatiran, represi, hambatan perkembangan, dan
agresivitas. Terapi bermain mempunyai akar dalam model psikoanalisis tradisional.
Pioner-pioner awal seperti Melanie Klein dan Anna Freud menginterpretasikan
bermain sebagai simbol dari konflik anak.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

20
Bermain adalah kegiatan yang dilakukan atas dasar suatu kesenangan dan tanpa
mempertimbangkan hasil akhir, kegiatan tersebut dilakukan secara suka rela, tanpa paksaan
atau tekanan dari pihak luar. Bagi anak bermain merupakan seluruh aktivitas anak termasuk
bekerja, kesenangannya dan merupakan metode bagaimana mereka mengenal dunia.
Bermain tidak sekedar mengisi waktu, tetapi merupakan kebutuhan anak seperti halnya
makanan, perawatan, cinta kasih, dll. Bermain adalah unsur yang penting untuk
perkembangan anak baik fisik, emosi, mental, intelektual, kreativitas dan sosial.
Beberapa ahli mengatakan bahwa bermain pada anak merupakan sarana untuk belajar.
Bermain dan belajar untuk anak merupakan suatu kesatuan dan suatu proses yang terus
menerus terjadi dalam kehidupannya. Bermain merupakan tahap awal dari proses belajar
pada anak yang dialami hampir semua orang. Melalui kegiatan bermain yang
menyenangkan, seorang anak berusaha untuk menyelidiki dan mendapatkan pengalaman
yang banyak.
3.2 Saran
Mudah-mudahan dengan makalah ini kita dapat lebih memahami dan mengetahui
tentang konsep bermain dan jenis terapi bermain pada anak. Karena pada dasarnya bermain
sangat penting bagi tumbuh kembang anak sehingga diharapkan kita bisa lebih
memperhatikan dan mendampingi anak saat bermain.

DAFTAR PUSTAKA

Pratiwi, W. (2017). Konsep Bermain Pada Anak Usia Dini. Jurnal Manajemen Pendidikan Islam.
5(2) : 106-117

21
Priyanto, A. (2014). Perkembangan Aktivitas pada Anak Usia Dini Melalui Aktivitas Bermain.
Jurnal Ilmiah Guru. 2 : 41-47
Rohmah, N. (2016). Bermain dan Pemanfaatannya dalam Perkembangan Anak Usia Dini. Jurnal
Tarbawi. 13(2) C 29-35
Wahyuni, E.G., & Wukiratun, E.R. (2017). Aplikasi Menentukan Jenis Permainan untuk
Perkembangan Anak Usia 0-6 Tahun. 22(2) : 101-114
Annisa, A.B.E. (2019). Pengertian Bermain dan Permainan. Diakses dari
https://www.kompasiana.com/amany09483/5c94b56d3ba7f7282c020f74/pengertian-bermain-
dan-permainan.
Putri, R.M. (2012). Terapi Bermain. Diakses dari
http://rachmimaulanaputri.blogspot.com/2012/12/normal-0-false-false-false-in-x-none-x.html?
m=1
Rachman, F. (2017). Mengenal Terapi Bermain untuk Anak Usia Dini. Diakses dari
https://sahabatkeluarga.kemdikbud.go.id/laman/index.php?r=tpost/xview&id=4407
Novianti, D. (2016). Tugas Psikoterapi Terapi Bermain. Diakses dari
https://dellanovianti22.blogspot.com/2016/04/tugas-psikoterapi-terapi-bermain.html?m=1
Putra, M.A. (2017). Terapi Bermain. Diakses dari
https://muhammadwahyuputra69.blogspot.com/2017/07/terapi-bermain.html?m=1
Setyawan, H. (2016). Terapi Bermain (Play Therapy). Diakses dari
https://handokosetyawan212.wordpress.com/2016/06/18/terapi-bermain-play-therapy/
One, B. (2009). Terapi Bermain. Diakses dari https://b11nk.wordpress.com/2009/08/22/terapi-
bermain/amp/
Harfiah, V. (2014). Makalah Terapi Bermain. Diakses dari
http://harfiahh.blogspot.com/2014/12/makalah-terapi-bermain.html
Nurfadilllah. (2016). Ciri Nilai dan Kiat-Kiat Bermain pada Anak Usia Dini. Diakses dari
http://anggunpaud.kemdikbud.go.id/index.php/berita/index/20161226224728/Ciri-Nilai-dan-
Kiat-kiat-Bermain-pada-Anak-Usia-Dini
Aini, S. Terapi Bermain. Diakses dari https://www.academia.edu/17450695/terapi_bermain
Aanfien. (2012). Konsep Bermain pada Anak. Diakses dari
https://aanfien.wordpress.com/2012/11/10/konsep-bermain-pada-anak/
Putri, P. (2016). Bermain dan Terapi Bermain. Diakses dari
http://pantiwilasa.com/majalahkasih/detailpost/bermain-terapi-bermain
Fitria. (2020). Mengenal Play Therapy, Terapi Bermain untuk Mengatasi Masalah Psikologis
Anak. Diakses dari https://parenting.orami.co.id/magazine/mengenal-play-therapy/

22
Muslikhah, S.A. (2017). Terapi Bermain, Solusi Permasalahan pada Anak. Diakses dari
https://www.mungilmu.com/post/2017/02/07/terapi-bermain-solusi-permasalahan-anak
Ikhbal, M.B. (2014). Terapi Bermain pada Anak di Rumah Sakit. Diakses dari
http://bayuikhbal06.blogspot.com/2016/11/terapi-bermain-pada-anak-di-rumah-sakit.html?m=1
Oktavianti, E. (2015). Teraoi Bermain. Diakses dari
https://erlindaoktaviantiblog.wordpress.com/2015/06/04/terapi-bermain/

23
N NAMA TUGAS
O
1 Aa Ananda Diana Mencari sumber referensi materi definisi
bermain dan terapi bermain
2 Anis Nur Mahmudah  Mencari sumber referensi materi jenis
permainan dan macam-macam
pendekatan terapi bermain
 Mengetik keseluruhan makalah
3 Halimah Mulyawati Mencari sumber referensi materi manfaat
bermain dan tujuan terapi bermain
4 Neng Ega Selinda Mencari sumber referensi materi kategori
terapi bermain dan tahapan perkembangan
bermain anak
5 Rohman Nugraha Mencari sumber referensi materi fungsi
bermain dan faktor yang mempengaruhi
aktivitas bermain
6 Salfa Alya Nabilah Mencari sumber referensi materi nilai-nilai
bermain, dan membantu proses pengeditan
makalah
7 Wida Widiawati Mencari sumber referensi materi fase
pelaksanaan bermain dan terapi bermain pada
anak yang dihospitalisasi

24

Anda mungkin juga menyukai