Anda di halaman 1dari 14

DESKRIPSI PENELITIAN EFEKTIFITAS PEMBELAJARAN

MATEMATIKA MENGGUNAKAN E-LEARNING

PROPOSAL

OLEH

MOH. AFDAL BAU

NIM : 411416076

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN MATEMATIKA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
2020
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Matematika merupakan ilmu yang sangat bermanfaat bagi kehidupan

manusia, oleh karena itu perlu untuk dipelajari, dipahami dan ditumbuh kembangkan

agar peran dari matematika sebagai bagian dari science menjadi lebih tinggi

manfaatnya. Banyak ilmuwan yang menyatakan bahwa matematika merupakan

bagian dari ilmu pengetahuan (science), apakah berkaitan dengan bilangan-bilangan,

titik, garis, ruang, abstraksi, besaran-besaran dan lain sebagainya. Haryono (2016 :

59). Hal ini menunjukan bahwa pentingnya peranan matematika dalam

perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) di era 4.0.

Efektif atau tidaknya proses pembelajaran, dapat dilihat melalui peningkatan

hasil belajar. Menurut Purwanto (2011 : 45) hasil belajar merupakan perolehan dari

proses belajar siswa sesuai dengan tujuan pengajaran (ends are being attained).

Peningkatan hasil belajar tentu saja tidak bisa dicapai dengan dan mudah. Bagi

seorang guru/dosen pelajaran matematika membutuhkan waktu, tenaga dan pikiran

yang banyak agar bisa di pahami oleh peserta didik. Seorang guru/ dosen harus

mampu menterjemahkan bahasa matematika agar bisa di terima oleh peserta didik

dengan baik. Pemilihan materi pembelajaran yang akan disampaikan juga merupakan

faktor yang harus diperhatikan oleh guru/dosen, penyampaian materi yang terlalu luas
atau sempit akan menyebabkan peserta didik kebingungan dalam belajar. Hal ini

mengakibatkan tidak terjadinya kemajuan dalam penyampaian materi belajar. Selain

itu, keterbatasan waktu dalam proses pembelajaran juga akan membuat guru/dosen

tidak sepenuhnya meyampaikan materi. Kondisi fisik yang bisa saja terganggu dari

guru/dosen membuat pembelajaran pada saat itu tertunda. Belum lagi kendala yang

saat ini di hadapi oleh Indonesia adalah adanya wabah pandemi virus corona

(COVID-19) yang telah melumpuhkan sebagian aktifitas masyarakat Indonesia dan

menimbulkan banyak korban jiwa. Hal ini juga membuat adanya pembatasan aktifitas

(Social Distancing) dan penerapan protocol kesehatan yang berisikan himbauan

kesehatan seperti; mencuci tangan pakai sabun, memakai masker ketika keluar

rumah, tidak bersalaman dengan orang lain, tidak mengadakan kegiatan yang

melibatkan banyak orang, rajin berolahraga, makan sayur dan buah dan lain

sebagainya agar dapat terhindar dari virus corona. Oleh karena itu, peralihan system

pembelajaran konvensional (tatap muka) ke system pembelajaran daring (dalam

jaringan)

System pembelajaran daring (dalam jaringan) merupakan proses pembelajaran

tanpa tatap muka yang dilakukan melalui video conference, e-learning dan

sebagainya. System pembelajaran daring (dalam jaringan) merupakan solusi yang

tentunya dapat mempermudah siswa maupun mahasiswa untuk terus memperoleh

informasi belajar baik itu mata pelajaran atau mata kuliah dari guru atau dosen

dimana saja dan kapan saja tanpa dibatasi ruang kelas.


Perkembangan teknologi yang semakin pesat membuat tingginya kebutuhan

akan informasi terutama matematika. Hal inilah yang akan mendorong manusia untuk

terus mengambangkan kemampuan dirinya, dalam hal ini adalah ilmu pengetahuan.

oleh karena itu, guru dan dosen dituntut untuk senantiasa mengembangkan

kemampuan dan kreatifitas mereka. Dengan adanya perkembangan teknologi

informasi dan komunikasi, mampu mempermudah guru atau dosen untuk

merealisasikan amanat PP No. 19 tahun 2005 tentang standar nasioanl pendidikan

pasal 1 ayat 8 mengenai standar sarana dan prasarana yang diperlukan termasuk

penggunaan teknologi informasi dan komunikasi. Hal ini tentunya membuat

guru/dosen tidak harus melakukan proses pembelajaran secara konvensional (tatap

muka) yang sewaktu-waktu bisa saja terganggu. Salah satu bentuk realisasinya adalah

penerapan e-learning dalam proses pembelajaran terutama matematika

E-learning dalam arti luas bisa mencakup pembelajaran yang dilakukan di

media elektronik (internet) baik formal muapun informal. E-learning informal

biasanya pembelajaran dengan kurikulum, silabus, mata pelajaran dan tes yang telah

diatur dan disusun berdasarkan jadwal yang telah disepakati pihak-pihak terkait

(pengelola e-learning dan pembelajara sendiri). Pembelajaran seperti ini biasanya

tingkat interaksinya tinggi dan diwajibkan perusahaan ada karyawanya atau

pembelajaran jarak jauh yang dikelola oleh perguruan tinggi dan perusahaan –

perusahaan (biasanya perusahaan konsultan) yang memang bergerak di bidang

penyediaan jasa e-learning untuk umum (Haris, Riani, 2016 : 2 – 3).


E-learning juga bisa dilakukan secara informal dengan interaksi yang lebih

sederhana misalnya melalui sarana mailing list, e-newsletter,atau website pribadi

organsasi dan perusahaan yang ingn mesosialisasikan jasa, program, pengetahuan

atau keterampilan tertentu pada masyarakat luas (biasanya tanpa memungut biaya)

(Haris, Riani , 2016 : 3).

Berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan terhadap 15 penelitian

efektivitas pembelajaran pembelajaran matematika menggunakan e-learning

BAB II

KAJIAN TEORI
2.1 Belajar dan Pembelajaran

2.1.1 Pengertian Belajar

Belajar merupakan aktivitas terencana untuk mendapat pengetahuan dan

wawasan, agar perilaku seseorang berubah menuju kedewasaan. Pemahaman yang

telah didapat menjadi sumber nilai yang mempengaruhi seseorang dalam berpikir,

bertindak dan berperilaku (Musfiqon, 2012 :6). Dari penjelalasan tersebut dapat

diketahui bahwa belajar merupakan perubahan tingkah yang terjadi pada individu,

yang ditandai perubahan pola pikir dan perilaku.

Menurut Dimyati dan Mujiono (2006 : 7) Belajar merupakan tindakan dan

perilaku siswa yang kompleks. Sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh

sisw sendiri. Siswa adalah penentu terjadinya atau tidak terjadnya proses belajar.

Proses belajar berkat siswa memperoleh sesuatu yang ada dilingkungan sekitar.

Lingkungan yang dipelajari oleh siswa, berupa keadaan alam, benda-benda, hewan,

tumbuhan-tumbuhan, manusia atau hal-hal yang dijadikan bahan belajar.

Berdasarkan pendapat diatas dapat diketahui bahwa belajar yang dikemukakan

lebih kepada kegiatan yang dilakukan oleh siswa dalam hal ini, adalah siswa adalah

orang yang menjadi pemeran utama dalam proses belajar.

Menurut Winataputra (2016 : 4) untuk memahami konsep belajar secara utuh

perlu digali dulu bagaimana pakar psikologi dan pakar pendidikan konsep belajar.

Pandangan kedua kelompok pakar tersebut sangat penting karena perilaku belajar

merupakan ontology atau bidang telaah dari kedua keilmuan itu. Pakar psikologis

melihat perilaku belajar sebagai proses psikologis individu dalam interaksinya,


dengan lingkungan secara alami. Sedangkan pakar psikologi pendidikan sebagai

psikologis-pedagogis yang ditandai dengan adanya interaksi individu dengan

lingkungan belajar yang sengaja diciptakan.

Berdasarkan pendapat di atas dapat diketahui bahwa pengertian belajar memiliki

berbagai pandangan dari beberapa pakar yang memandang pengertian belajar

berdasarkan keilmuan mereka. Sehingga pengertian belajar memiliki berbagai macam

pengertian sangat luas tergantung bagaimana mereka memandangya.

Berdasarkan pendapat dari ketiga ahli di atas dapat diketahui bahwa belajar

merupakan proses perubahan menuju ke arah baik atau buruk, yang terjadi pada diri

seseorang baik itu pikiran, perasaan dan perbuatan yang di peroleh melalui interaksi

dengan lingkunganya.

2.1.2 Konsep Pembelajaran

Menurut Winataputra (2016 : 18) pembelajaran merupakan kegiatan yang

dilakukan untuk menginisiasi, memfasilitasi dan meningkatkan intensitas dan kualitas

belajar pada diri peserta didik. Pembelajaran dalam konteks pendidikan formal, yakni

pendidikan disekolah sebagian besar terjadi di kelas dan lingkungan sekolah.

Sebagian kecil pembelajaran terjadi juga di lingkungan masyarakat, misalnya pada

saat kegiatan ko-kurikuler (kegiatan di luar kelas dalam rangka tugas suatu mata

pelajaran, extra-kurikuler (kegiatan di luar mata pelajaran, diluar kelas) dan

extramural (kegiatan dalam rangka proyek belajar atau kegiatan kurikulum yang

diselenggarakan diluar kampus sekolah seperti kegiatan perkemahan sekolah).


Dengan demikian maka proses belajar dapat terjadi di kelas, dalam lingkungan

sekolah dalam kehidupan masyarakat termasuk didalamnya interaksi social-kultural

melalui media masa dan jaringan. Dalam konteks pendidikan nonformal, justru

sebaliknya proses pembelajaran sebagian besar terjadi dalam lingkungan masyarakat,

termasuk dunia kerja, media massa dan jaringan internet. Hanya sebagian kecil saja

pembelajaran terjadi di kelas dan lingkungan pendidikan nonformal seperti pusat

kursus. Yang lebih luas adalah belajar dan pembelajaran dalam konteks pendidikan

terbuka dan jarak jauh, yang karena karakteristik peserta didiknya dan paradigma

pembelajarannya, proses belajar dan pembelajaran bisa terjadi di mana saja, dan

kapan saja tidak dibatasi oleh jarak, ruang, dan waktu.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat diketahui bahwa pembelajaran adalah usaha-

usaha untuk menigkatkan kualitas belajar baik itu formal atau nonformal bergantung

pada karakteristik peserta didiknya dan paradigma pembelajaranya. Proses belajar

dan pembelajaran dapat terjadi kapan saja, dimana saja, kepada siapa saja tanpa

dibatasi oleh ruang dan waktu.

Menurut Budimansyah (dalam Haryati, 2017 : 2) pembelajaran sebagai perubahan

dalam kemampuan, sikap atau perilaku siswa yang relative permanen sebagai akibat

pengalaman atau pelatihan. Perubahan kemampuan yang hanya berlangsung sekejab

dan kemudian kebali keperilaku semula menunjukan belum terjadi proses

pembelajaran, walaupun mungkin terjadi pengajaran.


Berdasarkan pendapat di atas dapat kita simpulkan bahwa pembelajaran

merupakan perubahan tingkah laku dan pola pikir yang relative permanen karena

adanya interaksi dengan lingkungan belajarnya.

Menurut Dimyati (2006 : 286 ) banyak ahli yang mngemukakan bahwa

pembelajaran merupakan implementasi kurikulum, tapi banyak juga yang

mengemukakan bahwa pembelajaran itu sendiri merupakan kurikulum sebagai

aksi/kegiatan. Hakikat pembelajaran diantaranyaadalah:

i. Kegiatan yang dimaksudkan untuk membelajarkan pebelajar.

ii. Program pembelajaran yang dirancang dan diimplementasikan sebagai suatu

system

iii. Kegiatan yang dimaksudkan untuk memberikan pengalaman belajar kepada

pebelajar.

iv. Kegiatan yang mengarahkan pebelajara ke arah pencapaian tujuan

pembelajaran

v. Kegiatan yang melibatkan komponen-komponen tujuan, isi pelajaran, system

penyajian, dan system evaluasi dalam realisasinya.

Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran merupakan sistem yang dirancang sedemikian rupa yeng berisi

komponen-komponen tujuan, isi pelajaran, system penyajian dan system evaluasi


pembelajaran sebagai implementasi untuk meningkatkan kualitas belajar pada peserta

didik sehingga mampu mencapai tujuan pembelajaran.

2.2 Tujuan Belajar dan Pembelajaran

Menurut Al-Gazali (dalam Dangnga dan Muis, 2015 : 4) proses pembelajaran

sebenarnya terjadi eksplorasi pengetahuan sehingga menghasilkan perubahan-

perubahan perilaku. Dalam proses ini anak didik akan mengalami proses mengetahui

yaitu proses abstraksi.

Menurut Musfiqon (2012 : 8) tujuan belajar adalah menemukan makna,

pengetahuan, keterapilan,dan sikap melalu pesan yang diberikan pengajar, sumber,

dan pengelaman hidup. Dengan harapan terjadi perubahan positif pada diri anak

sebagai hasil belajar tersebut. Dari pendapat tersebut dapat diketahui bahwa tujuan

belajar mengarah kepada tingkah laku dan pola pikir yang diharapkan lebih baik dari

sebelumnya selama proses pembelajaran.

Menurut Gunarto (2017 : 5) tujuan belajar adalah interaksi antara pendidik dan

peserta didik yang dilakukan secara sadar, terencana baik di dalam maupun diluar

ruangan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik baik perubahan kemampuan

intelektual (kognitif), kemampuan minat atau emosi (afektif) dan kemampuan

motorik halus tau kasar (psikomotor) pada peserta didik.

Berdasarkan pendapat ahli di atas dapat diketahui bahwa tujuan dari belajar

adalah untuk meningkatkan kemampuan peserta didik yang meliputi tiga ranah yaitu
kemampuan intelektual (kognitif), kemampuan minat atau emosi (afektif) dan

kemampuan motorik halus atau kasar (psikomotor).

Sedangkan menurut Percivall dan Elington (dalam Uno, 2010 : 66) bahwa tujuan

pembelajaran merupakan suatu pernyataan yang jelas dan menunjukan penampilan

atau keterampialn siswa tertentu yang diharapakan dapat dicapai sebagai hasil belajar.

Berdasarkan pendapat dari ketiga ahli di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan

belajar dan pembelajaran merupakan interaksi antara pengajar dan pembelajar dalam

hal ini pengajar (guru) menggunakan system yang telah disusun untuk proses

pembelajaran yang berisi bahan ajar dan siswa mengalami proses internal yang

meliputi tiga ranah yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik.

2.2 Efektivitas Pembelajaran Matematika

Efektifitas pembelajaran merupakan suatu ukuran keberhasilan dari proses

interaksi dalam situasi edukatf untuk tujuan pembelajaran. Dilihat dari aktivitas

selama pembelajaran, respond dan penguasaan konsep (Rohmawati : 2015).

Sehubungan dengan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa efektifitas

pembelajaran matematika merupakan proses dari kegiatan pembelajaran yang

mengarah kepada tujuan dari proses pembelajaran. Dilihat dari keaktifan peserta

didik selama pembelajaran, kemampuan guru dan hasil belajar.

Kegiatan pembelajaran dikatakan efektif bila kegiatan tersebut dapat diselesaikan

pada waktu yang tepat dan mecapai tujuan yang diinginkan (Susilo, 2013). Dari
penjelasan tersebut dapat diketahui bahwa kegiatan akan dikatakan efektif jika

mampu selesai tepat wktu dan mampu mencapai tujuan pembelajaran yang telah

dibuat sebelumnya.

Suatu proses pembelajaran dapat dikatakan efektif jika seluruh komponen yang

berpengaruh saling mendukung, yaitu; a). Peserta didik, b). kurikulum, c). pendidik,

d). metode, e). sarana dan prasarana dan f). lingkungan. Diantara komponen-

komponen yang berpengaruh terhadap efektifitas pembelajaran tersebut, komponen

pendidik lebih menentukan karena ia akan mempengaruhi komponen lain sehingga

dapat meningkatkan efektifitas pembelajaran (Rahman, 2018 : 11)

Berdasarkan penjelasan ahli di atas dapat diketahui bahwa pembelajaran akan

efektif jika factor pendidik menjadi pengendali dari factor yang lain dengan

kemampuanya dalam meningkatkan kualitas pembelajaran.

Pembelajaran yag efektif dalam bahasa inggris disebut Effectve Teaching. Kata

teaching dalam bahasa inggris di terjemahkan dengan pengajaran. Akan tetapi sesuai

dengan kepentingan dan kondisi pendidika yang berkembang saat ini. Penulis

menggunakan kata pengajaran sebagai ganti kata pembelajaran. Diharapkan

pergantian kata dari pengajaran kepada pembelajaran terjadi dalam setip akttivitas

dan proses pembelajaran yang dilaksanakan guru. Yang pnting dari penulisan kata

tersebut tidak hanya berhenti pada pengucapan belaka tetapi harus terwujud dan

terimplementasi dalam setiap kegiatan belajar (Haidir & Salim, 2012: 45-46).

Menurut (Haidir & Salim, 2012:46) inti pokok dari proses pembelajaran adalah

bagaimana peserta didik belajar. Inilah yang menjadi kunci dari pembelajaran efektif.
Secara konsepsional teoritis defines pembelajaran efektif sangat beragam dan sulit

untuk disamakan. Akan tetapi dapat dikemukakan beberapa cirri pembelajaran efektif

yaitu; terjalinya membangun hubungan positif yang melibatkan peserta didik,

terjadinya pembimbingan dan pengasuhan, terkondisikanya lingkungan pembelajaran

untuk mengoptimalkan kemampuan peserta didik, terciptanya kasih saying dan

teraktualkanya energy belajar peserta didik.

Ciri pembelajaran efektif tersebut sejalan dengan yang dikemukakan Arends

(dalam Haidir & Salim, 2012 : 46) yang memberikan definisi pembelajaran efektif

sebagai berikut;

….who can establish rapport with students and a nurturing, caring environment

for personal development

….has a love for learning a superior comman of a particular academic subject

and transmits his or her subject effectively to student.

….who can activate energy to work toward a more just and human social order.

Yang memiliki arti bahwa “ yang dapat menjalin hubungan dengan siswa dan

lingkungan yang peduli dan peduli untuk pengembangan pribadi

… .Memiliki kecintaan untuk mempelajari komandan superior dari subjek

akademik tertentu dan mentransmisikan subjeknya secara efektif kepada siswa.

.... yang dapat mengaktifkan energi untuk bekerja menuju tatanan sosial yang

lebih adil dan manusiawi.

Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa efektifitas

pembelajaran sangat di pengaruhi oleh guru yang menjadi pengendali dalam


proses pembelajaran karena guru harus mampu mengetahui karakter setiap siswa

dan memilih metode yang saat proses pembelajaran berlangsung. Guru juga

harus mampu menguasai bahan ajar yang telah disusun sedemikaian rupa sesuai

dengan kurikulum. Jadi guru adalah kunci jalanya proses pembelajaran.

Anda mungkin juga menyukai