“RESILIENT CITY”
DOSEN PENGAMPU:
ASHRI PRAWESTHY D.,S.T., M.SiP.
KELOMPOK 14
ZAHRIA SARAH DEVY 4118210108
TAUFAN BARKAH G. 4118210112
DAFFA SCUDERIA 4118210114
FENINDA AURORA J. 4118210116
FEBRIANI YOLANDA 4118210118
2. Melbourne, Australia
Kota ini berhasil dinobatkan sebagai “Kota diperingkat ke-4 yang paling
nyaman untuk ditinggali”, menurut Majalah Global Affairs, Monocle kurang lebih di
tahun 2016.
Sebelumnya, pada tahun 2009 di wilayah Victoria dan Australia Selatan telah
terjadi sebuah peristiwa kebakaran hutan yang dipicu oleh gelombang panas sekitar
40 derajat hingga menghanguskan sekitar 450.000 hektare lahan dan 2029 rumah
yang akhirnya peristiwa itu dijuluki dengan “Black Saturday”. Dari peristiwa itu telah
memakan korban sebanyak 173 orang meninggal, 414 orang terluka, serta
diperkirakan satu juta hewan liar dan hewan peliharaan pun ikut menjadi korban.
Namun dari peristiwa tersebut, membuat masyarakat lebih aktif ikut
berpartisipasi salah satu contohnya adalah berkesadaran untuk mulai rutin menanam
pohon-pohon baru dimulai dari lingkungan tempat tinggal mereka. Maka secara
perlahan kota Melbourne kembali menjadi kota yang rindang dan asri, dan berhasil
dikenal dengan “Kota Tangguh karena Fokus pada Kekuatan Komunitas”.
Sumber: https://hai.grid.id/read
3. Kyoto, Jepang
Kyoto memiliki sejarah panjang ketahanan dalam menghadapi gempa bumi
dan telah melakukan penelitian untuk memodelkan dampak guncangan gempa bumi.
Kerusakan infrastruktur dan asset budaya akan menimbulkan tantangan jangka
panjang bagi stabilitas kota. Untuk mengatasi tantangan ini, Kyoto sedang berupaya
menuju kerja sama yang lebih besar antara pemerintah kota, perusahaan swasta, dan
masyarakat untuk menghasilkan program ketahanan yang komprehensif. Kota ini
telah mendirikan pusat evakuasi dan membuat manual dan program pelatihan untuk
mempersiapkan warga jika terjadi gempa. Jepang juga melakukan perbaikan pada
fasilitas yang terkena bencana dan mulai meningkatkan standar keamanan gedung-
gedung dengan ketahanan anti gempa.