Anda di halaman 1dari 26

TUGAS MATA KULIAH

KEPERAWATAN ANAK

Asuhan Keperawatan Dengue Haemoragic Fever (DHF)

Disusun Oleh:
Kelompok 8 (Delapan)

1. Alvin Desviyan : P0 0320118 038


2. Desi Sekarsari : P0 0320118 045
3. Wahyu Ismail Siagian : P0 0320118 073

Tingkat 2B Keperawatan

Dosen Pembimbing:
Ns. Misniarti, M.Kep
NIP. 197703112001122001

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES BENGKULU
PRODI DIII KEPERAWATAN CURUP
T.A 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan
Tugas Mata Kuliah Keperawatan Anak yang berjudul “Asuhan Keperawatan
Dengue Haemoragic Fever (DHF)”
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan sesuai dengan waktunya.
Diharapkan Makalah ini dapat membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami
harapkan. Sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini,
supaya kedepannya dapat lebih baik.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga
Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.

Curup, 10 Februari 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................ii
DAFTAR ISI......................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.......................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................5
1.3 Tujuan Penulisan....................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi....................................................................................................6
2.2 Etiologi....................................................................................................7
2.3 Patofisiologi ............................................................................................7
2.4 Manifestasi Klinis....................................................................................7
2.5 Pathway...................................................................................................8
2.6 Klasifikasi................................................................................................8
2.7 Pemeriksaan Penunjang...........................................................................9
2.8 Penatalaksanaan......................................................................................10
2.9 Komplikasi.............................................................................................10
2.10 Konsep Dasar Keperawatan Dengue Haemorrhagic Fever ( DHF )....12
A. Pengkajian......................................................................................12
B. Diagnosa.........................................................................................15
C. Intervensi........................................................................................16
D. Implementasi..................................................................................20
E. Evaluasi..........................................................................................22
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan...............................................................................................25
3.2 Saran.........................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) atau Demam Berdarah Dengue
(DBD) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan
ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes aegypti (Nursalam, dkk, 2008).
Penyakit ini dapat menyerang semua orang dan dapat mengakibatkan
kematian, terutama pada anak. Penyakit ini juga sering menimbulkan kejadian
luar biasa atau wabah (Nursalam, dkk, 2008).
Penyebab penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue
Haemorrhagic Fever (DHF) adalah virus dengue (Nursalam, dkk, 2008).
Demam Berdarah Dengue (DBD) ditandai oleh empat manifestasi klinis
utama, yaitu demam tinggi, fenomena hemoragik, sering dengan
hepatomegali, dan pada kasus berat, terjadi tanda – tanda kegagalan sirkulasi
(WHO, 1999).
Menurut WHO (1999), pada tahun 1996, 2500 – 3000 juta orang
tinggal di area yang secara potensial beresiko terhadap penularan virus
dengue. Setiap tahun, diperkirakan terdapat 20 juta kasus infeksi dengue yang
mengakibatkan kira – kira 24 juta kematian (WHO, 1999).
Penyakit ini mempunyai pola epidemik berdasarkan musiman dan
siklus dengan wabah besar terjadi pada interval 2 – 3 tahun. Selama periode
1960 – 1970, 1.070.207 kasus dan 42.808 kematian dilaporkan dan sebagian
besar adalah anak – anak (WHO, 1999). Selama hampir sepanjang tahun
1980-an, pada negara – negara endemik, seperti Cina, Indonesia, Malaysia,
Myanmar, Filipina, Thailand, dan Vietnam, DHF / DSS menyebar secara
perifer dan menyerang daerah pedesaan. Wabah yang sangat luar biasa besar
yang terjadi di Vietnam (354.517 kasus pada tahn 1987) dan Thailand
(174.285 kasus pada tahun 1987). Jumlah total orang yang terjangkit dan
meninggal karena DHF / DSS dilaporkan di semua negara Pasifik Barat dan
Asia Tenggara selama dekade 1980 – an diperkirakan 1.946.965 dan 23.793.

4
5

Dari data – data di atas, maka penulis mencoba menyusun makalah


tentang Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan DHF sehingga diharapkan
mahasiswa/i dapat lebih memahami tentang penyakit DHF dan pada akhirnya
dapat menurunkan angka kejadian penyakit DHF di Indoensia.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian dengue haemoragic fever (DHF)?
2. Apa saja manifestasi klinis dengue haemoragic fever (DHF)?
3. Apa pathway dengue haemoragic fever (DHF)?
4. Bagaimana etiologi dengue haemoragic fever (DHF)?
5. Bagaimana patofisiologi dengue haemoragic fever (DHF)?
6. Bagaimana pemeriksaan penunjang dengue haemoragic fever (DHF)?
7. Bagaimana penatalaksanaan dengue haemoragic fever (DHF)?
8. Bagaimana konsep dasar keperawatan dengue haemorhagic fever (DHF)?
9. Bagaimana askep keperawatan anak dengan dengue haemorhagic fever
(DHF)

1.3 Manfaat Penulisan


1. Mengetahui pengertian dengue haemoragic fever (DHF).
2. Mengetahui Manifestasi Klinis dengue haemoragic fever (DHF).
3. Mengetahui pathway dengue haemoragic fever (DHF).
4. Mengetahui manifestasi klinis dengue haemoragic fever (DHF).
5. Mengetahui etiologi dengue haemoragic fever (DHF).
6. Mengetahui patofisiologi dengue haemoragic fever (DHF).
7. Mengetahui pemeriksaan penunjang dengue haemoragic fever (DHF).
8. Mengetahui penatalaksanaan dengue haemoragic fever (DHF).
9. Mengetahui konsep dasar keperawatan dengue haemorhagic fever
(DHF).
10. Mengetahui askep keperawatan anak dengan dengue haemorhagic fever
(DHF).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Dengue Haemoragic Faver adalah penyakit yang menyerang anak dan
orang dewasa yang disebabkan oleh virus dengan manifestasi berupa demam
akut, pendarahan, nyeri otot, dan sendi. Dengue adalah suatu infeksi arbovirus
(Artro Born Virus) yang akut ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypti atau
Aedes Aerobupictus.
Demam dengue (dengue fever, selanjutnya di singkat DF) adalah
penyakit yang terutama terdapat pada anak remaja atau dewasa, dengan tanda-
tanda klinis demam, nyeri otot dan/atau nyeri sendi yang disertai leucopenia,
dengan/tanpa ruam (rash) danlimfadenopati, demam bifasik, sakit kepala, yang
hebat, nyeri pada pergerakan bola mata, rasa pengecap yang terganggu,
trombositopenia ringan dan bintik-bintik perdarahan (petekie) spontan.
(Hendarwanto, 2000 :417)
Demam berdarah dengue adalah suatu penyakit demam berat yang
sering mematikan, disebabkan oleh virus, ditandai oleh permeabilitas kapiler,
kelainan hemostasis dan pada kasus berat, sindrom syok, kehilangan protein.
(Nelson, 2000 : 1134)
Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit demam akut, dengan
ciri-ciri demam manifestasi perdarahan, dan bertendensi mengakibatkan
renjatan yang dapat menyebabkan kematian.
(Mansjoer, 2000 : 419)
Dengue hemoregic fever merupakan penyakit yang disebabkan
oleh virus dengue yang termasuk golongan arbovirus melalui gigitan nyamuk
aedes aegypti betina. Penyakit ini di kenal dengan sebutan Demam Berdarah
Dengue (DBD).

6
7

2.2 Etiologi
Penyebab ppenyakit Demam Berdarah Dengue afalah virus dengue.
Di Indonesia, virus tersebut sampai saat ini telah diisolasi menjadi 4 serotipe
virus Dengue yang termasuk dalam group B arthopediborne viruses
(arboviruses), yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4, Virus Dengue
dibawa oleh nyamuk Aedes Aegypi masuk ke tubuh manusia melalui gigitan
nyamuk (Mansjoer, 2000 : 419)

2.3 Patofisiologi
Virus Dengue yang dibawa oleh nyamuk Aedes Aegypti masuk ke
tubuh manusia, infeksi yang pertama kali dapat memberikan gejala sebagai
demam dengue. Apabila orang itu dapat infeksi berulang oleh virus Dengue
yang berlainan maka akan menimbulkan reaksi yang berbesa, terutama
konsistensi Retikoloindotel dan kulit secara Hemogen, tubuh akan membentuk
Kompleks virus antibodi dalam sirkulasi darah sehingga akan mengaktifasi
system komplemen yang berakubat dilepaskannya Anapilaktoksin sehingga
permebilitas dinding pembuluh darah. (Hendarwanto, 2000 : 420)

2.4 Manifestasi Klinik


Masa inkubasi Dengue antara 3-15 hari, rata-rata 5-8 hari dengan gejala
klinis:
1. Demam akut yang tetap tinggi (2-7 hari) disertai gejala tidak spesifik
seperti anoreksia, malaise.
2. Manifestasi pendarahanL Uji Turniquet Positif atau Rumble Leed positif,
pendarahan gusi, ptechiase, epistaksis, hema temetemesis atau melana.
3. Pembearan hati, nyeri tekan tanpa ikterus.
4. Terjadi renjatan atau tidak
5. Kenaikan nilai hemokonsentrasi yaitu sedikitnya 205 dan penurunan nilai
trombosit (trombitopenia 100.00/mm atau kurang).
6. Pada foto rontgen: pulmonari vaskuler congestion dan plural effusion pada
paru kanan.
8

2.5 Pathway

2.6 Klasifikasi
Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) diklasifikasikan berdasarkan derajat
beratnya penyakit, secara klinis terbagi menjadi : ( WHO, 1986 )
a. Derajat I : Demam, mual, muntah, anorexia, tanpa perdarahan
spontan, uji torniquet positif, trombositopenia, dan hemokonsentrasi.
b. Derajat II : Derajat I disertai perdarahan spontan pada kulit atau
tempat lain.
c. Derajat III : Ditemukan kegagalan sirkulasi, nadi cepat dan lemah,
tekanan darah lemah dan rendah, gelisah, sianotis di sekitar mulut,
hidung, dan ujung jari (tanda dini renjatan).
9

d. Derajat IV : Renjatan berat dengan nadi tidak teraba dan tekanan darah
tidak dapat diukur. Yang disertai dengan Dengue Shock Sindrom

2.7 Pemeriksaan Penunjang


1 Leukosit : Dapat normal atau menurun. Mulai hari ke-3 dapat ditemui
limfositosis relative (>45% dari total leukosit) disertai adanya limfosit
plasma biru (LPB) >15% dari jumlah total leukosit yang pada fase syok
akan meningkat.
2 Trombosit : Umumnya terdapat trombositopenia pada hari ke 3-8.
3 Hematokrit : Kebocoran plasma dibuktikan dengan ditemukannya
peningkatan hematokrit ≥ 20% dari hematokrit awal, umumnya dimulai
pada hari ke-3 demam.
4  Hemostasis : Dilakukan pemeriksaan PT,APTT.Fibrinogen, D-Dimer,
atau FDP pada keadaan yang dicurigai terjadi perdarahan atau kelainan
pembekuan darah.
5  Protein/Albumin : Dapat terjadi hipoproteinemia akibat kebocoran
plasma.
6 SGOT/SGPT : Dapat meningkat.
7 Ureum, Kreatinin : Bila didapatkan gangguan fungsi ginjal.
8 Elektrolit : Sebagai parameter pemantauan pemberian cairan.
9 Golongan darah dan cross match (uji cocok serasi) : Bila akan diberikan
transfusi darah atau komponen darah.
10 IgM : Terdeteksi mulai hari ke 3-5, meningkat sampai minggu ke-3,
menghilang setelah 60-90 hari.
11  IgG : Pada infeksi primer, IgG mulai terdeteksi pada hari ke-14, pada
infeksi sekunder IgG mulai terdeteksi hari ke-2.
12 Uji HI : Dilakukan pengambilan bahan pada hari pertama serta saat
pulang dari perawatan uji ini digunakan untuk kepentingan surveilans.
                                                                                               (Sudoyo,
2006:1710)
10

2.8 Penatalaksanaan
a. DHF tanpa Rajatan
Rasa haus dan dehidrasi timbul kerena demam tinggi, anoreksia dan
muntah, klien harus banyak minum kurang lebih 1,5 liter/24 jam, dapat
berupa air the, sirup atau oralit, panas yang diberi kompres es atau alcohol
70%, pemnerian infus dilaksanakan pada klien apabila:
1) Muntah, sulit makan per oral, muntah mengancam dapat terjadinya
dehidrasi dan asidosis
2) Nilai hematoktit tinggi
b. DHF dengan Rejatan
Prinsip: Mengatasi rejatan dengan penggantian volume cairan yaitu cairan
RL
c. Pengobatan bersifat simtomatis dan supportif.

2.9 Komplikasi
a. Ensefalopati Dengue
Pada umumnya ensefalopati terjadi sebagai komplikasi syok yang
berkepanjangan dengan pendarahan, tetapi dapat juga terjadi pada DBD
yang tidak disertai syok. Gangguan metabolik seperti hipoksemia,
hiponatremia, atau perdarahan, dapat menjadi penyebab terjadinya
ensefalopati. Melihat ensefalopati DBD bersifat sementara, maka
kemungkinan dapat juga disebabkan oleh trombosis pembuluh darah –
otak, sementara sebagai akibat dari koagulasi intravaskular yang
menyeluruh.
Dilaporkan bahwa virus dengue dapat menembus sawar darah-
otak. Dikatakan pula bahwa keadaan ensefalopati berhubungan dengan
kegagalan hati akut (Hadinegoro,1999)
b. Kelainan ginjal
Gagal ginjal akut pada umumnya terjadi pada fase terminal, sebagai
akibat dari syok yang tidak teratasi dengan baik. Dapat dijumpai sindrom
uremik hemolitik walaupun jarang. Untuk mencegah gagal ginjal maka
11

setelah syok diobati dengan menggantikan volume intravaskular, penting


diperhatikan apakah benar syok telah teratasi dengan baik. Diuresis
merupakan parameter yang penting dan mudah dikerjakan untuk
mengetahui apakah syok telah teratasi.
Diuresis diusahakan > 1 ml / kg berat badan/jam. Oleh karena bila
syok belum teratasi dengan baik, sedangkan volume cairan telah dikurangi
dapat terjadi syok berulang. Pada keadaan syok berat sering kali dijumpai
acute tubular necrosis, ditandai penurunan jumlah urin dan peningkatan
kadar ureum dan kreatinin
c. Edema paru
Edema paru adalah komplikasi yang mungkin terjadi sebagai akibat
pemberian cairan yang berlebihan. Pemberian cairan pada hari sakit ketiga
sampai kelima sesuai panduan yang diberikan, biasanya tidak akan
menyebabkan edema oleh karena perembesan plasma masih terjadi.
Tetapi pada saat terjadi reabsorbsi plasma dari ruang
ekstravaskuler, apabila cairan diberikan berlebih ( kesalahan terjadi bila
hanya melihat penurunan hemoglobin dan hematokrit tanpa
memperhatikan hari sakit), pasien akan mengalami distress pernafasan,
disertai sembab pada kelopak mata, dan ditunjang dengan gambaran
Edema paru pada foto rontgen dada.
12

2.10 Konsep Dasar Keperawatan Dengue Haemorrhagic Fever ( DHF )


A. Pengkajian
a. Identitas Pasien
Nama, umur (pada DHF, paling sering menyerang anak – anak
dengan usia kurang dari 15 tahun), jenis kelamin, alamat, pendidikan,
nama orang tua, pendidikan orang tua, dan pekerjaan orang tua.

b. Keluhan Utama
Alasan / keluhan yang menonjol pada pasien DHF untuk datang
ke rumah sakit adalah panas tinggi dan anak lemah.

c. Riwayat Penyakit Sekarang


Didapatkan adanya keluhan panas mendadak yang disertai
menggigil dan saat demam, kesadaran compos mentis. Turunnya panas
terjadi antara hari ke – 3 dan ke – 7, dan anak semakin lemah. Kadang
– kadang disertai dengan keluhan batuk pilek, nyeri telan, mual,
muntah, anoreksia, diare / konstipasi, sakit kepala, nyeri otot dan
persendian, nyeri ulu hati dan pergerakan bola mata terasa pegal, serta
adanya manifestasi perdarahan pada kulit, gusi (grade III, IV), melena
atau hematemesis.

d. Riwayat Penyakit Yang Pernah Diderita


Penyakit apa saja yang pernah diderita. Pada DHF, anak bisa
mengalami serangan ulangan DHF dengan tipe virus yang lain.

e. Kondisi Lingkungan
Sering terjadi di daerah yang padat penduduknya dan
lingkungan yang kurang bersih, seperti air yang menggenang dan
gantungan baju di kamar.
13

f. Pola Kebiasaan
1) Nutrisi dan metabolisme : frekuensi,
jenis, pantangan, nafsu makan berkurang, dan nafsu makan
menurun.
2) Eliminasi alvi (buang air besar).
Kadang – kadang anak mengalami diare / konstipasi. Sementara
DHF grade III – IV bisa terjadi melena.
3) Eliminasi urine (buang air kecil)
perlu dikaji apakah sering kencing, sedikit / banyak, sakit / tidak.
Pada DHF grade IV sering terjadi hematuria.
4) Tidur dan istirahat. Anak sering
mengalami kurang tidur karena mengalami sakit / nyeri otot dan
persendian sehingga kuantitas dan kualitas tidur maupun
istirahatnya kurang.
5) Kebersihan. Upaya keluarga untuk
menjaga kebersihan diri dan lingkungan cenderung kurang
terutama untuk membersihkan tempat sarang nyamuk aedes
aegypti.
6) Perilaku dan tanggapan bila ada
keluarga yang sakit serta upaya untuk menjaga kesehatan.

g. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik, meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi, dan
perkusi dari ujung rambut sampai ujung kaki. Berdasarkan tingkatan
(grade) DHF, keadaan fisik anak adalah sebagai berikut :
a. Grade I : kesadaran compos mentis, keadaan umum lemah,
tanda – tanda vita dan nadi lemah.
b. Grade II : kesadaran compos mentis, keadaan umum lemah, ada
perdarahan spontan : ptekie, perdarahan gusi dan
telinga, serta nadi lemah, kecil, dan tidak teratur.
14

c. Grade III : kesadaran apatis, somnolen, keadaan umum lemah,


nadi lemah, kecil, dan tidak teratur, serta tensi
menurun.
d. Grade IV : kesadaran coma, tanda – tanda vital : nadi tidak
teraba, tensi tidak terukur, pernapasan tidak teratur,
ekstremitas dingin, berkeringat, dan kulit tampak biru.

1) Sistem Integumen
Adanya ptekie pada kulit, turgor kulit menurun, dan muncul
keringat dingin, dan lembab. Kuku sianosis / tidak.

2) Kepala dan leher


Kepala terasa nyeri, muka tampak kemerahan karena
demam (flusy), mata anemis, hidung kadang mengalami
perdarahan (epsitaksis) pada grade II, III, IV. Pada mulut
didapatkan bahwa mukosa mulut kering, terjadi perdarahan gusi,
dan nyeri telan. Sementara tenggorokan mengalami hiperemia
pharing dan terjadi perdarahan telinga (pada grade II, III, IV).
3) Dada
Bentuk simetris dan kadang – kadang terasa sesak. Pada
foto thorax terdapat adanya cairan yang tertimbun pada paru
sebelah kanan (efusi pleura), rales +, ronchi + yang biasanya
terdapat pada grade III dan IV.
4) Abdomen
Mengalami nyeri tekan, pembesaran hati (hepatomegali) dan asites.
5) Ekstremitas
Akral dingin, serta terjadi nyeri otot, sendi, dan tulang.

h. Pemeriksaan Laboratorium
Pada pemeriksaan darah pasien DHF akan dijumpai :
1) Hb dan PCV meningkat (≥ 20 %)
15

2) Trombositopenia (≤ 100.000 / ml)


3) Leukopenia (mungkin normal atau
leukositosis)
4) Ig D Dengue positif
5) Hasil pemeriksaan kimia darah
menunjukkan : hipoproteinemia, hipokloremia, dan hiponatremia.
6) Ureum dan pH darah mungkin
meningkat
7) Asidosis metabolik : pCO2 < 35 – 40
mmHg dan HCO3 rendah
8) SGOT / SGPT mungkin meningkat

B. Diagnosa Keperawatan
NO.
Tanggal Ditemukan Diagnosa
DX
1. Rabu, 12 Februari Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi virus
2020 dengue
2. Rabu, 12 Februari Resiko defisit nutrisi berhubungan dengan Penurunan
2020 nafsu makan (anoreksia)
3. Rabu, 12 Februari Intoleransi aktivitas berhubungan dengan
2020 peningkatan kebutuhan metabolisme sekunder
terhadap infeksi virus
16

C. Intervensi Keperawatan
Nama : An. B No. RM : 091179
Umur : 7 Tahun Diagnosa : DHF
No Tanggal/Har Diagnosa NOC NIC Rasional
. i
1. Rabu, 12 Dx1 Setelah dilakukan Aktivitas-aktifitas: 1. Tanda vital merupakan acuan
Februari 2020 Hipertermia tindakan 1. Monitor tanda-tanda untuk mengetahui keadaan
berhubungan dengan keperawatan selama vital umum pasien
proses infeksi virus x24 jam diharapkan 2. Hentikan aktivitas fisik 2. Supaya suhu tubuh pasien
dengue. masalah 3. Jauhkan pasien dari dapat normal
DS: Hipertermia dapat sumber panas, 3. Supaya sirkulasi darh tidak
Klien mengatakan teratasi dengan pindahkan ke terlambat
badan terasa panas kriteria hasil: lingkungan yang lebih 4. dapat membantu mengurangi
dan kepala terasa 1. Hipertermia dingin demam, digunakan untuk
pusing. tidak ada (5) 4. Longgarkan atau mengurangi demam umunnya
DO: 2. Peningkatan lepaskan pakaian lebih besar 39.5-40oC pada
– Suhu Tubuh: suhu kulit tidak 5. Lakukan pendinginan waktu terjadi kerusakan atau
38oC ada (5) eksternal (mis. selimut gangguan pada otak
– Nadi: 128x/menit 3. Berkeringat saat hipermia atau kompres 5. tindakan darurat untuk
17

– Respirasi: panas tidak ada dingin pada dahi, memperbaiki


40x/menit (5) leher, dada, abdomen ketidakseimbangan cairan atau
– Klien tampak dan aksila elektrolit
gelisah dan 6. Berikan cairan IV, 6. Untuk menurunkan temperatur
lemah gunakan cairan yang suhu tubuh menjadi normal
didinginkan sesuai
kebutuhan
2. Rabu, 12 Dx2 Setelah dilakukan Aktivitas-aktivitas: 1. Makan sedikit-sedikit
Februari 2020 Resiko defisit nutrisi tindakan 1. Anjurkan kepada ibu memberikan kesempatan pada
berhubungan dengan keperawatan selama klien untuk lambung utuk mengosongkan
Penurunan nafsu x24 jam diharapkan memberikan makanan sehingga tidak terjadi perasaan
makan (anoreksia) masalah dalam porsi kecil tapi penuh pada lambunguntuk
DS: Hipertermia dapat sering. mengetahui input dan output
Klien mengatakan teratasi dengan 2. Identifikasi adanya nutrisi pada pasien
tidak mau makan. kriteria hasil: alergi atau intoleransi 2. Untuk mengetahui apakan
DO: 1. Mengunyah makanan yang pasien mempunyai riwarat
- BB: 16,5 Kg makakan tidak dimiliki pasien alergi atau tidak
- Makanan yang terganggu (5) 3. Sajikan makanan yang 3. dilatasi gaster dapat terjadi bila
disediakan hanya 2. Menelan masih dalam keadaan pemberian makan terlalu cepat
18

makan 1-2 sendok makanan tidak hangat,dan sesuai setelah periode puasa
makan terganggu (5) dengan diet tang 4. menimbang berat badan untuk
- Klien tampak 3. Menelan ditentukan (ahli gizi) mengetahui apakah klien sudah
lemah minumam tidak 4. Berikan pilihan kecukupan nutrisi atau tidak
terganggu (5) makanan sambil 5. Makanan yang hangat dan
4. Menghabiskan mewarkan bimbingan bervariasi dapat
makanan tidak terhadap pilihan menbangkitkan nafsu makan
terganggu (5) makanan yang lebih klien
sehat, jika diperlukan
3. Rabu, 12 Dx3 Setelah dilakukan Aktivitas-aktivitas: 1. Menunjukan perubahan
Februari 2020 Intoleransi aktivitas tindakan 1. Kaji status fisiologis neurologi karena difisiensi
berhubungan dengan keperawatan selama pasien yang vitamin B12 mempengaruhi
peningkatan x24 jam diharapkan menyebabkan keamanan pasien atau resiko
kebutuhan masalah Intoleransi kelelahan sesuai cidera
metabolisme aktivitas dengan dengan konteks usia 2. Mengetahui respon pasien
sekunder terhadap kriteria hasil: dan perkembangan terhadap penyakit yang di
infeksi virus 1. Kekuatan 2. Anjurkan pasien alaminya
DS: tubuh bagian mengungkapkan 3. Mengetahui asupan nutrisi
Klien mengatakan atas tidak perasaan secara yang masuk pada pasien
19

tidak bias duduk, terganggu (5) verbal mengenai 4. Mempertahankan tingkat


mandi, jalan dan 2. Kekuatan keterbatasan yang energi dan meningkatkan
ketoilet tubuh bagian dialami regangan pada system jantung
DO: bawah tidak 3. Monitor dan pernapasan
- Klien berbaring terganggu (5) intake/asupan nutrisi 5. Untuk membantu dalam
ditempat tidur 3. Frekuensi nadi untuk mengetahui memenuhi kebutuhan dasar
- Saat beraktivitas ketika aktivitas sumber energi yang klien
dibantu ibunya tidak adekuat
- Terpasang infus RL terganggu (5) 4. Monitor dan catat
11tts/m 4. Frekuensi waktu dan lama
- Klien masih terlihat pernafasan istirahat/tidur pasien
lemah tidak 5. Bantu klien bangun
terganggu (5) dari tempat tidur,
kekamar mandi,
toilet, duduk,makan
atau minum
20

D. Implementasi
Nama : An. B No. RM : 091179
Umur : 7 Tahun Diagnosa : DHF
No
. Tanggal Waktu Implementasi Respon Hasil Paraf
DX
1. Rabu, 12 10.00 1. Memonitor tanda-tanda 1. Suhu Tubuh: 38oC
Februari vital Nadi: 128x/menit
2020 10.10 2. Menjauhkan pasien dari Respirasi: 40x/menit
sumber panas, pindahkan 2. Pasien keliatan lebih
ke lingkungan yang lebih tenang
dingin 3. Pasien merasa nyaman
10.20 3. Melonggarkan atau terhadap pakaian yang
lepaskan pakaian dilonggarkan
11.00 4. Melakukan pendinginan 4. Pasien terlihat lebih
eksternal (mis. selimut rileks belum adan tanda
hipermia atau kompres penurunan suhu tubuh
dingin pada dahi, leher,
dada, abdomen dan aksila 5. Memasang cairan infus
11.10 5. Memberikan cairan IV, RL 11 tts/m.
gunakan cairan yang
didinginkan sesuai
kebutuhan 6. Pasien terlihat lebih
6. Memerikan Antipiretik tenang dan suhunya
Parasetamol sedikit berkurang
2. Rabu, 12 10.10 1. Memonitor asupan dan 1. –
Februari keluarnya makanan dan
2020 cairan serta kebutuhan
kalori
2. Mengidentifikasi adanya 2. tidak ditemukan alergi
10.35 alergi atau intoleransi pada pasien terhadap
21

makanan yang dimiliki makanan yang


pasien diberikan
3. Menimbang Berat badan 3. 16,5 Kg
10.50 pasien

4. Klien mengerti dan


4. Memberikan pilihan
menghabiskan
11.00 makanan sambil menarkan
makanan yang
bimbingan terhadap
diberikan perawat
pilihan makanan yang
lebih sehat, jika
diperlukan

3. Rabu, 12 9.30 1. Mengkaji status fisiologis 1. Klien terlihat lemas dan


Februari pasien yang menyebabkan tubuhnya panas
2020 kelelahan sesuai dengan
konteks usia dan
perkembangan

9.40 2. Menganjurkan pasien 2. Klien mengatakan


mengungkapkan perasaan bahwa tubuhnya panas
secara verbal mengenai dan lemas
keterbatasan yang dialami
10.00 3. Memonitor intake/asupan 3. –
nutrisi untuk mengetahui
sumber energi yang
adekuat
4. Memonitor dan catat 4. Pasien istirahat disiang
12.20 waktu dan lama hari dikarenakan
istirahat/tidur pasien demam
5. Bantu klien bangun dari 5. Klien masih kesusahan
12.32 tempat tidur, kekamar dalam berdiri dan
22

mandi, toilet, berjalan


duduk,makan atau minum

5. Evaluasi
Nama : An. B No. RM : 091179
Umur : 7 Tahun Diagnosa : DHF
Hari/ NO.
Evaluasi TTD
Tanggal DX
Rabu, 12 1 S: Klien mengatakan badan masih terasa panas dan Wahyu
Februari kepala terasa pusing.
2020 O: - Suhu Tubuh: 38oC
- Nadi: 115x/menit
- Respirasi: 40x/menit
- Klien masih tampak gelisah dan lemah
A: Masalah belum teratasi

NO Kriteria 1 2 3 4 5
.
1 Hipertermia ✔
2 Peningkatan ✔

suhu kulit
3 Berkeringat ✔

saat panas
P: Intervensi dilanjutkan no. 1, 5 dan 6

2. S: Klien masih mengatakan tidak mau makan. Desi


O:
- BB: 16,5 Kg
- Makanan yang disediakan hanya makan 1-2
sendok makan
- Klien tampak lemah
23

A: Masalah belum teratasi


NO Kriteria 1 2 3 4 5
.
1 Mengunyah ✔

makakan
2 Menelan ✔

minumam
3 frekuensi ✔

makan
4 Menghabiskan ✔

makanan
Intervensi dilanjutkan no. 1 dan 3
3. S: Klien mengatakan tidak bisa duduk, mandi,jalan dan Alvin
ketoilet
O:
- Klien berbaring ditempat tidur
- Saat beraktivitas dibantu ibunya
- Terpasang infus RL 11tts/m
- Klien masih terlihat lemah
A: Masalah belum teratasi

NO Kriteria 1 2 3 4 5
.
1 Kekuatan ✔

tubuh bagian
atas
2 Kekuatan ✔

tubuh bagian
bawah
3 Frekuensi nadi ✔

ketika aktivitas
4 Frekuensi ✔
24

pernafasan
aktivitas
menurun
P: Intervensi dilanjutkan no. 1, 3 dan 5
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dengue Haemoragi Fever (DHF) adalah penyakit yang
disebabkanoleh virus dengue sejanis virus yang tergolong arbovirus dan
masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes agypty dan
alborictus. Nyamuk ini banyak berkembang biak pada tempat-tempat yang
tergenang air dan tempat lembab. Penyakit DHF dapat menyerang siapa saja
terutama pada anak-anak sampai dewasa serta seringkali menyebabkan
kematian bagi penderita.adapun tanda dan gejala: Sakit kepala,Tanda tanda
renjatan (sianosis, kulit lembab dan dingin, tekanan darah menurun, gelisah,
nadi cepat dan lemah),Mual, muntah, tidak ada nafsu makan, diare konstipasi,
nyeri otot, tulang sendi, abdomen dan ulu hati.

3.2 Saran
Semoga dengan adanya makalah ini bisa bermanfat dan dapat
diaplikasikan terutama pada perawat yang masih belajar asuhan keperawatan
anak dengan dengue haemoragi fever (DHF).

25
DAFTAR PUSTAKA

Aziz. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta: Penerbit Salemba


Medika
Nursalam, Rekawati, Sri. 2005. Asuhan Keperawatan Bati dan Anak (Untuk
Perawat dan Bidan). Jakarta: Penerbit Salemba Medika
Nursalam, Rekawati. 2013. Asuhan Keperawatan Anak dan Bayi. Jakarta:
Penerbit Salemba Medika
Suriadi. 2010. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Jakarta: CV.Saggung Seto
Sue, Marion, Meridian, Elisaberth. 2013. Nursing Intervention Classification
(NIC) E5.
Sue, Marion, Meridian, Elisaberth. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC)
E5.
Sony. 2010. Asuhan Keperawatan Klien Dengan DHF (Dengue Haemoragic
Fever). Diambil di https://www.scribd.com/document/28127274/asuhan-
keperawatan-klien-dengan-dhf-dengue-haemoragic-fever. Diakses Pada 10
Februari 2020 Pukul 22.30 WIB.
Titik. 2016. Asuhan Keperawatan Anak. Yogjakarta: Nuha Medika

Anda mungkin juga menyukai