Anda di halaman 1dari 8

Standar Operasional Prosedur Fisioterapi Dada

Dosen Pembimbing :
Chandra Buana,Mph

Disusun Oleh:

1. Andari Annisa Ramadanti


2. Fahmi Habibullah
3. Intan Permata sari
4. Vreciosa Nopitabela
5. Yuliana

Tingkat 2B keperawatan

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLTEKKES KEMENKES BENGKULU

PRODI KEPERAWATAN CURUP

TAHUN AJARAN 2018/2019


A. DEFINISI FISIOTERAPI DADA
Fisioterapi dada adalah salah satu dari pada fisioterapi yang sangat berguna bagi
penderita penyakit respirasi baik yang bersifat akut maupun kronis. Fisioterapi dada ini
dapat digunakan untuk pengobatan dan pencegahan pada penyakit paru obstruktif
menahun, penyakit pernafasan restriktif termasuk kelainan neuromuskuler dan penyakit
paru restriktif karena kelainan parenkim paru seperti fibrosis dan pasien yang mendapat
ventilasi mekanik.
Fisioterapi dada adalah suatu rangkaian tindakan keperawatan yang terdiri atas
perkusi dan vibrasi, postural drainase, latihan pernapasan/napas dalam, dan batuk yang
efektif. Tujuan: untuk membuang sekresi bronkial, memperbaiki ventilasi, dan
meningkatkan efisiensi otot-otot pernapasan.

B. TUJUAN FISIOTERAPI DADA (FTD)


Tujuan pokok fisioterapi pada penyakit paru adalah:
1. Mengembalikan dan memelihara fungsi otot-otot pernafasan
2. Membantu membersihkan sekret dari bronkus
3. Untuk mencegah penumpukan sekret, memperbaiki pergerakan dan aliran sekret
4. Meningkatkan efisiensi pernapasan dan ekspansi paru
5. Klien dapat bernapas dengan bebas dan tubuh mendapatkan oksigen yang cukup
6. Mengeluarkan sekret dari saluran pernapasan.
Fisioterapi dada ini dapat digunakan untuk pengobatan dan pencegahan pada
penyakit paru obstruktif menahun, penyakit pernafasan restriktif termasuk kelainan
neuromuskuler dan penyakit paru restriktif karena kelainan parenkim paru seperti
fibrosis dan pasien yang mendapat ventilasi mekanik. Fisioterapi dada ini meliputi
rangkaian : postural drainage, perkusi, dan vibrasi.
Kontra indikasi fisioterapi dada ada yang bersifat mutlak seperti kegagalan jantung,
status asmatikus, renjatan dan perdarahan masif, sedangkan kontra indikasi relatif seperti
infeksi paru berat, patah tulang iga atau luka baru bekas operasi, tumor paru dengan
kemungkinan adanya keganasan serta adanya kejang rangsang.

C. KONSEP FISIOLOGIS FISIOTERAPI DADA.


1. Clapping/ Perkusi Dada
a. Pengertian
Perkusi atau disebut clapping adalah tepukkan atau pukulan ringan pada
dinding dada klien menggunakan telapak tangan yang dibentuk seperti mangkuk,
tepukan tangan secara berirama dan sistematis dari arah atas menuju
kebawah.Selalu perhatikan ekspresi wajah klien untuk mengkaji kemungkinan
nyeri. Setiap lokasi dilakukan perkusi selama 1-2 menit.

(ilustrasi tangan saat melakukan clapping)


Cupping adalah menepuk-nepuk tangan dalam posisi telungkup.
Clupping menepuk-nepuk tangan dalam posisi terbuka.
Tujuan untuk menolong pasien mendorong / menggerakkan sekresi didalam
paru-paru yang diharapkan dapat keluar secara gaya berat, dilaksanakan dengan
menepuk tangan dalam posisi telungkup.
b. Tujuan:
Perkusi dilakukan pada dinding dada dengan tujuan melepaskan atau
melonggarkan secret yang tertahan.
c. Indikasi Klien Yang Mendapat Perkusi Dada
Perkusi secara rutin dilakukan pada pasien yang mendapat postural drainase,
jadi semua indikasi postural drainase secara umum adalah indikasi perkusi.

2. Vibrasi
a. Pengertian
Vibrasi adalah kompresi dan getaran kuat secara serial oleh tangan yang
diletakan secara datar pada dinding dada klien selama fase ekshalasi
pernapasan.Vibrasi dilakukan setelah perkusi untuk meningkatkan turbulensi
udara ekspirasi sehingga dapat melepaskan mucus kental yang melekat pada
bronkus dan bronkiolus. Vibrasi dan perkusi dilakukan secara bergantian.
(ilustrasi vibrasi pada fisioterapi dada)
Vibrasi dilakukan hanya pada waktu pasien mengeluarkan nafas. Pasien
disuruh bernafas dalam dan kompresi dada dan vibrasi dilaksanakan pada puncak
inspirasi dan dilanjutkan sampai akhir ekspirasi. Vibrasi dilakukan dengan cara
meletakkan tangan bertumpang tindih pada dada kemudian dengan dorongan
bergetar. Kontra indikasinya adalah patah tulang dan hemoptisis.
b. Tujuan
Vibrasi digunakan setelah perkusi untuk meningkatkan turbulensi udara ekspirasi
dan melepaskan mukus yang kental. Sering dilakukan bergantian dengan perkusi.
c. Indikasi Klien Yang Mendapat Vibrasi
Kontra indikasinya adalah patah tulang dan hemoptisis yang tidak diobati.
3. Postural Drainase
Postural drainase adalah pengaliran sekresi dari berbagai segmen paru dengan
bantuan gravitasi. Postural drainase menggunakan posisi khusus yang memungkinkan
gaya gravitasi membantu mengeluarkan sekresi bronkial. Sekresi mengalir dari
bronkiolus yang terkena ke bronki dan trakea lalu membuangnya dengan
membatukkan dan pengisapan.

(ilustrasi posisi postural drainase)


Tujuan postural drainase adalah menghilangkan atau mencegah obstruksi
bronkial yang disebabkan oleh akumulasi sekresi. Dilakukan sebelum makan (untuk
mencegah mual, muntah dan aspirasi ) dan menjelang/sebelum tidur.
4. Batuk efektif
Batuk efektif adalah suatu teknik batuk yang benar. Tujuannya agar pasien atau klien
dapat dengan mudah mengeluarkan dahak dan secret, mengeluarkan sputum (lendir
dan materi lainnya yang dibawa dari paru-paru, bronkus dan trakea yang mungkin
dibatukkan dan dimuntahkan atau ditelan) untuk pemeriksaan laboratorium,
mengurangi sesak nafas karena akumulasi secret. Cara ini juga dapat menghemat
energi klien agar klien tidak mudah lelah.
Indikasi batuk efektif
Biasanya batuk efektif dilakukkan pada klien dengan penyakit pulmonary kronik, pada
kondisi demikian sebaiknya klien dimotivasi untuk nafas dalam dan batuk paling
kurang tiap 2 jam , jika keadaannya sadar dan tiap 2 atau 3 jam jika tidur sampai fase
akut dari produksi mucus akhir.
DAFTAR TILIK TINDAKAN KEPERAWATAN FISIOTERAPI DADA (CLAPPING)

NAMA : ………………………….

TINGKAT : …………………………

NILAI KET
NO. TINDAKAN
0 1 2
I PERSIAPAN
1. Informed Consent
a. Menyapa klien
b. Menjelaskan tujuan
c. Menjelaskan keuntungan dan kerugian
tindakan
d. Menjelaskan resiko yang mungkin terjadi
selama tindakan
e. Pastikan keluarga atau klien mengerti
dengan penjelasan yang telah diberikan
f. Persetujuan tindakan.
2. Alat
a. Sputum pot berisi cairan desinfektan lisol
2%.
b. Kertas tissue.
c. Bengkok.
d. Tabung oksigen dan perlengkapannya.
e. Suction (Bila diperlukan).
f. Handuk.
g. Masker.
3. Pasien
a. Atur posisi pasien duduk.
4. Perawat
a. Cuci tangan.
b. Pasang masker.
5. Lingkungan
a. Memasang sampiran.
b. Mengatur pencahayaan.
c. Menciptakan suasana ruangan yang
nyaman.

II PROSEDUR TINDAKAN
1. Tangan dibentuk seperti mangkuk dengan
merefleksikan jari dan meletakkan ibu jari
bersentuhan dengan jari telunjuk,kedua tangan
penolong menepuk punggung dan dada pasien
secara bergantian.
2. Lakukan cara ini selama 3-5 menit preposisi
(lobus dan tempat secret menumpuk.)
3. Bila ada rangsangan batuk pasien dianjurkan
untuk membatukkan lendir dan
mengeluarkannya dengan ditampung dalam pot.
4. Bila lendir sulit dibatukkan,isap dengan
menggunakan suction.
5. Bila pasien tampak sesak beri oksigen.
6. Ulangi sampai sputum bersih dan pasien merasa
lega.
7. Rapikan pasien.
8. Bereskan alat-alat.

III DEKONTAMINASI
1. Lepaskan sarung tangan dan meletakan pada
tempat sampah medis.
2. Cuci tangan.
IV EVALUASI DAN DOKUMENTASI
1. Mencatat jumlah dan jenis sekresi.
2. Mencatat waktu pelaksanaan tindakan.
3. Mencatat respon klien selama prosedur.

Ket :
1 : Tidak di lakukan.
2 : Dilakukan tidak sempurna.
3 : Dilakukan sempurna.
Jumlah nilai : ………………….
Komentar penguji :
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
Curup,………….
Mahasiswa praktikum Penguji

(…………………..) (……………….)
Nim……………… Nip…………….

Anda mungkin juga menyukai