Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN

GAGAL NAFAS

DISUSUN OLEH :

GALUH NILA MELINDA

2019040718

PRODI PROFESI NERS

UNIVERSITAS AN NUUR PURWODADI

2019/2020
KONSEP DASAR PENYAKIT

A. Definisi
Gagal nafas adalah ketidakmampuan sistem pernafasan untuk mempertahankan
oksigenasi darah normal (PaO2), eliminasi karbon dioksida (PaCO2) dan pH yang adekuat
disebabkan oleh masalah ventilasi difusi atau perfusi (Susan Martin T, 1997)
Gagal nafas adalah kegagalan system pernafasan untuk mempertahankan pertukaran
O2 dan CO2 dalam tubuh yang dapat mengakibatkan gangguan pada kehidupan (Heri
Rokhaeni, dkk, 2001)
Gagal nafas terjadi bilamana pertukaran oksigen terhadap karbondioksida dalam
paru-paru tidak dapat memelihara laju konsumsi oksigen dan pembentukan karbon dioksida
dalam sel-sel tubuh. Sehingga menyebabkan tegangan oksigen kurang dari 50 mmHg
(Hipoksemia) dan peningkatan tekanan karbondioksida lebih besar dari 45 mmHg
(hiperkapnia). (Brunner & Sudarth, 2001).
Gagal Nafas adalah kondisi ketidakmampuan sistem respirasi untuk memasukan
oksigen yang cukup dan membuang karbondioksida, yang disebabkan oleh kelainan sistem
pernafasan dan sistem lainnya. (Jurnal.Kedokteran Syiah Kuala, Volume 13 Nomor
3/Desember 2013)

B. Klasifikasi
1. Tipe I : Disebut gagal nafas normokapnu hipoksemia : PaO2 rendah dan PCO2
normal. Gagal napas hipoksemia (tipe I) ditandai dengan menurunnya tekanan arterial
oksigen (Pa O2) hingga di bawah 60 mm Hg dengan tekanan arterial karbon dioksida
yang normal atau rendah (Pa CO2). Ini merupakan bentuk paling umum dari gagal
napas dan dapat diasosiasikan dengan segala bentuk penyakit paru yang akut, yang
secara menyeluruh melibatkan pengisian cairan pada unit alveolus atau kolaps dari
unit alveolus. Beberapa contoh dari gagal napas tipe I adalah edema paru kardiogenik
atau nonkardiogenik, pneumonia, dan perdarahan pulmoner.
2. Tipe II : Disebut gagal nafas Hiperkapnu hipoksemia : PaO2 rendah dan PCO2
Tinggi. Gagal napas hiperkapnia (tipe II) ditandai dengan meningkatnya
PaCO2melebihi 50 mm Hg. Hipoksemia biasa terjadi pada pasien dengan gagal napas
tipe ini yang bernapas dengan udara ruangan. Keasaman atau pH bergantung pada
kadar bikarbonat, yang kembali lagi bergantung pada durasi hiperkapnia. Etiologi
umum termasuk overdosis obat, penyakit neuromuskular, abnormalitas dinding dada,
dan gangguan jalan napas berat (contohnya padaasma dan PPOK/penyakit paru
obstruktif kronis).
C. Etiologi
1. Depresi sistem saraf pusat
Mengakibatkan gagal nafas karena ventilasi tidak adekuat. Pusat pernafasan yang
mengendalikan pernapasan, terletak dibawah batang otak (pons dan medulla)
sehingga pernafasan lambat dan dangkal
2. Kelainan neurologis primer
Akan memperngaruhi fungsi pernapasan. Impuls yang timbul dalam pusat pernafasan
menjalar melalui saraf yang membentang dari batang otak terus ke saraf spinal ke
reseptor pada otot-otot pernafasan. Penyakit pada saraf seperti gangguan medulla
spinalis, otot-otot pernapasan atau pertemuan neuromuslular yang terjadi pada
pernapasan akan sangat mempengaruhi ventilasi.
3. Efusi pleura, hemotoraks dan pneumothoraks
Merupakan kondisi yang mengganggu ventilasi melalui penghambatan ekspansi paru.
Kondisi ini biasanya diakibatkan penyakti paru yang mendasari, penyakit pleura atau
trauma dan cedera dan dapat menyebabkan gagal nafas
4. Trauma
Disebabkan oleh kendaraan bermotor dapat menjadi penyebab gagal nafas.
Kecelakaan yang mengakibatkan cidera kepala, ketidaksadaran dan perdarahan dari
hidung dan mulut dapat mengarah pada obstruksi jalan nafas atas dan depresi
pernapasan. Hemothoraks, pnemothoraks dan fraktur tulang iga dapat terjadi dan
mungkin menyebabkan gagal nafas. Flail chest dapat terjadi dan dapat mengarah pada
gagal nafas. Pengobatannya adalah untuk memperbaiki patologi yang mendasar.
5. Penyakit akut paru
Pnemonia disebabkan oleh bakteri dan virus. Pnemonia kimiawi atau pnemonia
diakibatkan oleh mengaspirasi uap yang mengritasi dan materi lambung yang bersifat
asam. Asma bronkial, atelektasis, embolisme paru dan edema paru adalah beberapa
kondisi lain yang menyababkan gagal nafas
Penyebab gagal nafas bersdasrkan lokasi adalah :
1. Penyebab sentral
a. trauma kepala : contusio cerebri
b. radang otak : encephaliti
c. gangguan vaskuler : perdarahan otak , infark otak
d. Obat-obatan : narkotika, anestesi
2. Penyebab perifer
a. Kelainan neuromuskuler : GBS, tetanus, trauma cervical, muscle
relaxans
b. Kelainan jalan nafas : obstruksi jalan nafas, asma bronchiale
c. Kelainan di paru : edema paru, atelektasis, ARDS
d. Kelainan tulang iga/thoraks: fraktur costae, pneumo thorax,
haematothoraks
e. Kelainan jantung : kegagalan jantung kiri
D. Manifestasi Klinis
1. Gejala umum: Lelah, berkeringat, sulit tidur dan makan, sakit kepala.
2. Gejala kardiovaskular: takikardia dan vasodilatasi perifer.
3. Gangguan pernapasan: takipnea, retraksi otot bantu pernapasan, hipoventilasi, apnea,
suara napas tambahan seperti stridor, mengi, ronki basah. (Boedi
Swidarmoko,2010:264)
4. Gejala klinis dari gagal napas adalah nonspesifik dan mungkin minimal, walaupun
terjadi hipoksemia, hiperkapnia dan asedemia yang berat. Tanda utama dari gagal
napas adalah penggunaan otot bantu napas takipnea, takikardia, menurunya tidal
volum, pola napas iregular atau terengah – engah (gasping) dan gerakan abdomen
yang paradoksal (terkait dengan flail chest).
5. Hiperkapnia yaitu penurunan kesadaran (PCO2)
6. Hipoksemia yaitu takikardia, gelisah , berkeringat atau sianosis (PO2 menurun)
E. Patofisiologi
Gagal nafas ada dua macam yaitu gagal nafas akut dan gagal nafas kronik dimana
masing masing mempunyai pengertian yang bebrbeda. Gagal nafas akut adalah gagal nafas
yang timbul pada pasien yang parunyanormal secara struktural maupun fungsional sebelum
awitan penyakit timbul. Sedangkan gagal nafas kronik adalah terjadi pada pasien dengan
penyakit paru kronik seperti bronkitis kronik, emfisema dan penyakit paru hitam (penyakit
penambang batubara).Pasien mengalalmi toleransi terhadap hipoksia dan hiperkapnia yang
memburuk secara bertahap. Setelah gagal nafas akut biasanya paru-paru kembali kekeasaan
asalnya. Pada gagal nafas kronik struktur paru alami kerusakan yang ireversibel.
Indikator gagal nafas telah frekuensi pernafasan dan kapasitas vital, frekuensi
penapasan normal ialah 16-20 x/mnt. Bila lebih dari20x/mnt tindakan yang dilakukan
memberi bantuan ventilator karena “kerja pernafasan” menjadi tinggi sehingga timbul
kelelahan. Kapasitasvital adalah ukuran ventilasi (normal 10-20 ml/kg).
Gagal nafas penyebab terpenting adalah ventilasi yang tidak adekuatdimana terjadi
obstruksi jalan nafas atas. Pusat pernafasan yang mengendalikan pernapasan terletak di
bawah batang otak (pons dan medulla). Pada kasus pasien dengan anestesi, cidera kepala,
stroke, tumor otak, ensefalitis, meningitis, hipoksia dan hiperkapnia mempunyai
kemampuan menekan pusat pernafasan. Sehingga pernafasan menjadi lambat dan dangkal.
Pada periode postoperatif dengan anestesi bisa terjadi pernafasan tidak adekuat karena
terdapat agen menekan pernafasan denganefek yang dikeluarkanatau dengan meningkatkan
efek dari analgetik opiood. Pnemonia atau dengan penyakit paru-paru dapat mengarah ke
gagal nafas akut.
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemerikasan gas-gas darah arteri
Hipoksemia
a. Ringan : PaO2 < 80 mmHg
b. Sedang : PaO2 < 60 mmHg
c. Berat : PaO2 < 40 mmHg
2. Pemeriksaan rontgen dada
Melihat keadaan patologik dan atau kemajuan proses penyakit yang tidak diketahui
hemodinamik
Tipe I : peningkatan PCWP
EKG : Mungkin memperlihatkan bukti-bukti regangan jantung di sisi kanan Disritmia
G. Penatalaksanaan
1. Terapi oksigen Pemberian oksigen kecepatan rendah : masker Venturi atau nasal
prong
2. Ventilator mekanik dengan tekanan jalan nafas positif kontinu (CPAP) atau PEEP
3. Inhalasi nebuliser
4. Fisioterapi dada
5. Pemantauan hemodinamik/jantung
6. Pengobatan Brokodilator Steroid
7. Dukungan nutrisi sesuai kebutuhan
H. PHATWAY GAGAL NAFAS
- Trauma
- depresi system saraf pusat
- penyakit akut paru
- kelainan neurologis
- efusi pleura,hemotokrat dan pneumotorka

Gg saraf pernafasan dan otot pernafasan

↑ permeabilitas membrane alveolan kafiler

Gg evitalium slveolar gg endothalium


↓ kapiler
Odema paru→ ↓
kelebiham
↓ volume cairan cairan masuk ke intertisial
↓comlain paru ↓
↓ ↑ tahanan jalan nafas
↓ cairan surfaktan ↓
↓ kehilangan fungsi silia sal pernafasan
Gg pengembangan paru ↓
Kolap alveoli Ketidakefektifan bersihan jalan nafas tidak efektif
↓ ekspansi paru
Ventilasi dan perfusi ↓
Tidak seimbang Ketidakefektifan pola nafas

Terjadi hipoksemia/hiperkapnia
Gangguan pertukaran gas

↓O2 dan CO2→ dyspenia,sianosis → ↓curah jantung→ gangguan perfusi jaringan


Sumber : ((harsono, 1996)\
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Konsep Kasus
1. Pengkajian
a. Identitas
b. Pengkajian Primer
1) Airway
2) Breathing
3) Circulation
4) Disability
5) Exposure
6) Folley catheter
7) Gastric tube
8) Hearth monitor
c. Pengkajian Sekunder
1) Pemeriksaan head to toe
2) Vital sign
3) Finger in every orifice
4) Anamnesa KOMPAK
5) Pemeriksaan penunjang
6) Persiapan rujuk ke RS atau ruangan
2. Diagnosa Keperawatan

No Hari/Tanggal Diagnosa Keperawatan Tanggal TTD


Teratasi
1 Senin, 08 Kelebihan Volume Cairan GALUH
Juni 2020 (00026)
2 Senin, 08 Ketidakefrektifan Pola GALUH
Juni 2020 Nafas (00032)
3. Intervensi Keperawatan
NO. TUJUAN & KRITERIA HASIL NIC RASIONAL TTD

MAYOR DISARANKAN

1 Setelah dilakukan asuhan Fluid balance Fluid management 1. Untuk mengetahui vital GALUH
keperawatan selama 1X8 jam 1. Monitor vital sign sign klien
diharapkan masalah keperawatan 2. Pertahankan catatan intake 2. Untuk mengetahui intake
Kelebihan Volume Cairan klien dan output output klien
dapat berkurang dengan kriteria
3. Kaji lokasi edema 3. Untuk mengetahui lokasi
hasil :
1. Terbebas dari edema 4. Kolaborasi pemberian edema
2. Bunyi nafas bersih cairan IV diuretik 4. Untuk pemberian cairan
3. Terbebas dari kelelahan 5. Kolaborasi dengan dokter IV
5. Agar klien mendapat
terapi yang tepat sesuai
advis dokter

2 Setelah dilakukan asuhan 1. Respiratory Airway Management 1. agar pasien bisa bernafas
keperawatan selama 1x8 jam
status : 1. buka jalan nafas dengan secara bebas/tidak sesal
diharapkan masalah keperawatan
Ketidakefektifan Pola Nafas klien ventilation teknik chin lift atau jaw 2. agar ventilasi pasien bisa
dapat teratasi dengan kriteria hasil :
2. Respiratory thrust maksimal
1. mampu mendemonstrasikan
status : 2. posisikan pasien untuk 3. untuk mengeluarkan
batuk efektif dan suara nafas
airway memaksimalkan ventilasi dahak dan agar pernafasan
yang bersih
paten 3. lakukan fisioterapi dada bila pasien normal
2. menunjukkan jalan nafas
perlu 4. untuk pemberian terapi
yang paten
4. kolaborasi dengan tim medis yang tepat sesuai kondisi
3. tanda-tanda vital dalam
rentang normal lain pasien
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. (2001). Keperawatan Medikal Bedah (edisi 8). Jakarta : EGC

Bulechek, G.M., Butcher, H.K., Dochterman, J.M., & Wagner, C.M. (2013). Nursing
interventions classification (NIC). USA: Elsevier.

Moorhead, S., Johnson, M., Maridean, M., & Swanson, E. (2013). Nursing outcomes
classification (NOC). USA: Elsevier.

Nanda Internasional. (2015). Diagnosis keperawatan 2015-2017. EGC : Jakarta.

Price, S.A & Wilson. L.M. (2006). Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit
Edisi 6 vol 2. Jakarta: EGC.

Wanhari, M.A. (2008). Asuhan Keperawatan Stroke


(http://askepsolok.blogspot.com/2008/08/stroke.html).

Anda mungkin juga menyukai