Anda di halaman 1dari 60

POLITEKNIK NEGERI

PONTIANAK TEKNIK PERAWATAN Hal. - 59

BAB. I K O P L I N G

HASIL PEMBELAJARAN

Tujuan Umum

Setelah membaca isi bab ini diharapkan mahasiswa dapat merawat elemen mesin yaitu

Kopling, khususnya kopling tetap sesuai dengan prosedur perawatan.

Tujuan Khusus

Setelah mempelajari bab ini diharapkan mahasiswa:

- Mengetahui jenis-jenis kopling khususnya kopling tetap

- Mengetahui jenis dan tanda penyimpangan pada kopling

- Mengetahui cara perawatan dan perbaikan kopling.

JURUSAN TEKNIK MESIN Program Studi Teknik Mesin


POLITEKNIK NEGERI
PONTIANAK TEKNIK PERAWATAN Hal. - 59

1.1 Gambaran Umum Kopling

Kopling digunakan sebagai elemen mesin


pemindah putaran atau daya dari suatu
poros yang digerakan, dimana kondisi
sumbu poros tersebut :
a. Satu sumbu

b. Sejajar

c. Menyudut

Beberapa kopling selain digunakan untuk


memindahkan daya atau putaran dirancang
juga untuk dapat beroperasi dan menerima
kondisi seperti :
a. Penyimpangan kesatusumbuan
yang relatif kecil.

JURUSAN TEKNIK MESIN Program Studi Teknik Mesin


POLITEKNIK NEGERI
PONTIANAK TEKNIK PERAWATAN Hal. - 59

b. Pergeseran arah aksial akibat


pemuaian panas.
c. Hentakan dan getaran.

1.2 Jenis Kopling Tetap


1. “Sleeve coupling” atau Fixed bush
coupling”
Kopling ini digunakan untuk memindahkan
beban yang ringan pada putaran rendah dan
biasanya pada poros berukuran kecil.
Untuk memindahkan beban digunakan
pena, pasak atau baut pengikat. Kualitas
dari permukaan lubang mempengaruhi
masa penggunaan.

2. “Split sleeve coupling”


Kopling ini lebih mudah pemasangan dan
pelepasannya dibandingkan “Sleeve
coupling”. Kopling ini menekan poros
melalui baut atau ring tirus sehingga
momen punter dipindahkan melalui
gesekan .
3. “Flanged coupling”
Bentuk permukaan dari sisi kopling ini
bermacam-macam, diantaranya berbentuk
lingkaran, elips, segitiga ujung radius. Dan lain-

JURUSAN TEKNIK MESIN Program Studi Teknik Mesin


POLITEKNIK NEGERI
PONTIANAK TEKNIK PERAWATAN Hal. - 59

lain. Sumbu diantara poros pada kopling ini harus satu sumbu. Untuk meneruskan daya atau
perputaran digunakan baut.

4. “Gear coupling”
Untuk memindahkan perputaran atau daya pada
poros digunakan sepasang rodagigi yang
berpasangan, yaitu; rodagigi luar dan roda gigi
dalam. Sifat flesibel didapat dari hubungan
rodagigi.
5. “Disc coupling”
Sebagai perantara diantara permukaan setengah
kopling digunakan piringan yang mempunyai
beberapa lubang sebagai dudukan pena. Kopling
ini terdapat pula dengan “Flexibel disc”.

6. “Jaws coupling”
Rahang pada permukaan kopling mempunyai
sesuaian dan pembagian sudut yang teliti
sehingga beban terbagi secara merata pada
bagian sisi samping dari rahang. Kopling jenis
ini terdapat juga dalam konstruksi yang
fleksibel.

7. “Spacer coupling”
Kopling ini digunakan apabila jarak diantara
poros penggerak dan yang digerakkan jauh.
Sebagai patokan apabila “Gap” kopling lebih
besar dari diameter kopling lebih besar dari
diameter kopling maka kita sebut sebagai
“Spacer coupling”.

JURUSAN TEKNIK MESIN Program Studi Teknik Mesin


POLITEKNIK NEGERI
PONTIANAK TEKNIK PERAWATAN Hal. - 59

8. “Floating shaft coupling”


Pada kondisi tertentu poros penggerak atau yang digerakan menerima beban atau pergerakan
arah axial secara pasti, untuk mengatasi
permuaian axial akibat panas yang tinggi
digunakan “Floating shaft coupling”.

9. “Chain coupling”
Kopling ini digunakan untuk meredam hentakan
pada putaran awal. Penutup pada kopling
digunakan untuk menghindari debu dan
mempermudah perawatannya. Penyimpangan
menyudut yang diijinkan ½ dan penyimpangan
pararel sebesar 0,01 sampai 0,02 inchi.

10. “Pin and rubber bush coupling”.


Pada saat digunakan pemasangan harus sesuai
dengan instruksi pabrik pembuat, seperti posisi
bagian setengah kopling yang mana dipasangan
pada poros penggerak.

11. “ Forst elastic pin coupling”


Untuk memindahkan putaran atau daya
pengguna pena elastis baja pegas. Fungsi utama
kopling ini untuk meredam getaran rotasi,
pembatas momen punter, tetapi tidak dapat

JURUSAN TEKNIK MESIN Program Studi Teknik Mesin


POLITEKNIK NEGERI
PONTIANAK TEKNIK PERAWATAN Hal. - 59

mengatasi penyimpangan kesumbuan yang besar. Kopling ini mempunyai fungsi yang sama
dengan “elastic axien coupling”.
12. “Rubber tyre coupling”
Karet penghubung berbentuk ban yang melingkar penuh atau terbagi dua. Kopling ini dapat
menerima ; penyimpangan kesumbuan menyudut dan pararel, pergesaran axial poros dan
dapat merdam getaran. Kopling lain yang dapat
menyerupai kopling ini adalah: “High elastic
ring coupling“ dan “Kaurman-kegelfex-
perbunan-coupling”.
13. “Flexibel bush coupling”
Kopling ini mempunyai “Sleeve coupling” untuk
memindahkan putaran atau daya pada poros
digunakan “Flexible bush” yang terikat pada
dudukan kopling.

14. “Spider coupling”


Elemen perantara diantara dua bagian kopling
berbentuk sepeti laba-laba yang terbuat dari
bahan flesibel seperti karet. Kopling ini sejenis
dengan “Flexible jaw coupling”.

15. “Vee belt groove coupling”


Untuk memindahkan momen punter yang rendah
digunakan kopling jenis ini. Untuk menjaga
“Vee belt” pada posisinya digunakan “Sleeve”.

16. “Steel grid flexible coupling”


Pegas yang berbentuk pita ( biasa terbagi
menjadi tiga bagian) digunakan untuk meredam

JURUSAN TEKNIK MESIN Program Studi Teknik Mesin


POLITEKNIK NEGERI
PONTIANAK TEKNIK PERAWATAN Hal. - 59

beban hentakan pada putaran awal. Kopling ini dapat menerima penyimpangan pararel atau
menyudut.

17. “Pocket for helical spring coupling”


Tempat untuk “Helical Spring” dibuat pada
bagian kopling. Kopling ini dapat memindahkan
momen puntir yang besar dan lebih baik bila
dibandingkan “Steel grid flexible coupling”,
kopling ini sejenis dengan “Elastic voith
coupling”.

18. “Resilient bush coupling”


“Bush” yang berfungsi sebagai pegas digunakan
untuk meredam geteran yang terjadi. Kopling ini
biasanya digunakan pada baling-baling
penggerak kapal laut. Kopling ini sejenis dengan
“Elastic deli-coupling”.

19. “Geislinger visco-elastic coupling”


Tipe B90 kopling dapat menerima
penyimpangan pararel sebesar 0,3 mm dan
penyimpangan menyudut sebesar 0,1o. Sebagai
penerus putaran atau daya pada baling-baling
kapal laut digunakan susunan pegas.

20. “Holset type RB flexible rubber block


coupling”
Kopling ini banyak digunakan pada poros
baling-baling kapal. Karet yang berbentuk

JURUSAN TEKNIK MESIN Program Studi Teknik Mesin


POLITEKNIK NEGERI
PONTIANAK TEKNIK PERAWATAN Hal. - 59

selinder selain sebagai komponen penerus putaran atau daya, juga berfungsi sebagai peredam
hentakan.

21. “Vulcan compressed air coupling”


Udara bertekanan di dalam “Below” dapat diatur
sesuai dengan momen puntir yang akan
dipindahkan. Kopling ini dapat menerima
penyimpangan menydut sebesar 5 o.

Udara dimasukkan kedalam “Bellows” melalui


katup.

22. “Barrel tyre coupling”


Karet yang memindahkan daya atau putaran
diikat pada kedua bagian kopling dengan
menggunakan teknik rekat vulkanisir. Karet
berfungsi juga sebagai isolator terhadap panas
dan rambatan arus listrik.

23. “Toothed coupling”

JURUSAN TEKNIK MESIN Program Studi Teknik Mesin


POLITEKNIK NEGERI
PONTIANAK TEKNIK PERAWATAN Hal. - 59

Kopling ini mempunyai rodagigi luar dan rodagigi dalam yang dapat mengatasi
penyimpangan kesumbuan pada poros, dan disebut juga “Self aligning coupling”.

24. “Oldham’s coupling”


Kopling ini dapat mengatasi penyimpangan
kesumbuan pararel. Pada waktu berputar
piringan perantara akan, bergerak-gerak
melingkar sesuai dengan besar penyimpangan
yang terjadi.

25. “Oil filled coupling”


a. “Impeller type”
Kopling yang memiliki “Impeller” pada
rumahnya yang diikat pada poros penggerak
dan “Impller” yang diikat pada poros yang
digerkakkan. Oil berfungsi sebagai fluida
pemindah putaran atau daya berdasarkan
gaya sentrifugal.
b. “Bucket wheel type”
kopling ini memindahkan gerakan dengan
halus, dan pada kecepatan putar tertentu.

Pada saat rumah berputar, roda mengkuk


berputar dan oli tertarik ke permukaan rumah
kopling. Perputaran kopling akan menyebabkan

JURUSAN TEKNIK MESIN Program Studi Teknik Mesin


POLITEKNIK NEGERI
PONTIANAK TEKNIK PERAWATAN Hal. - 59

oli menahan roda mangkok. Rodagigi kemudian memutar poros yang digerkakkan bersama
dengan rumah penggerak.

26. “Powder filled coupling”


Sejumlah baja kecil berbentuk “Spherical”
digunakan untuk memindahkan putaran atau
daya berdasarkan gaya sentrifugal.

27. “Shear pin coupling”


Kopling ini berfungsi sebagai pengaman
terhadap “Overload”. “Shear Pin” akan patah
pada saat terjadi “Overload”.

28. “Savety ball coupling”


Pegas baja daapt diatur sesuai dengan beban
yang dibutuhkan. Pada saat terjadi “Overload”
kopling akan slip berputar melalui bola baja.

29. “Hook joint coupling”


Kopling ini digunakan untuk memindahkan
putaran atau daya pada poros-poros yang

JURUSAN TEKNIK MESIN Program Studi Teknik Mesin


POLITEKNIK NEGERI
PONTIANAK TEKNIK PERAWATAN Hal. - 59

menydut atau sejajar sumbunya. Pada kopling ini terdapat bantalan jarum yang berfungsi
memperkecil gesekan pada palang.

30. “Ball joint coupling”


Sebagai penguhubung antara poros digunakan
bola yang mempunyai alur bersilangan.
Kemungkinan adanya titik mati (“dead point”)
lebih sedikit dibandingkan “hook joint
couping”.

31. “Constan velocity joint coupling”


Kopling ini digunakan untuk memindahkan
daya dan putaran yang konstan. Bola berfungsi
sebagai perantara untuk meneruskan daya.
Keuntungan kopling ini dibandingkan
“universal coupling” yang lainnya adalah dapat
memindahkan daya yang besar walaupun
posisinya menyudut.
1.3 Jenis Penyimpangan Kesumbuan Pada
Kopling
1. Penyimpangan menyudut vertical
Penyimpangan ini terjadi apabila antara sumbu
poros penggerak dan yang digerakkan
menyudut. Perbaikan dilakukan dengan
menaikkan atau menurunkan sumbu poros.

2. Penyimpangan kesejajaran vertical

JURUSAN TEKNIK MESIN Program Studi Teknik Mesin


POLITEKNIK NEGERI
PONTIANAK TEKNIK PERAWATAN Hal. - 59

Sumbu diantara dua poros sejajar, untuk memperbaiki kondisi tersebut sumbu poros
dinaikkan atau diturunkan dengan besar yang sama.

3. Penyimpangan menyudut horizontal


Untuk memperbaiki kondisi sumbu poros
menyudut maka sumbu poros harus digeser
kearah kiri atau kekanan dengan besar yang
berbeda.

4. Penyimpangan kesejajaran horizontal


Sumbu diantara dua poros sejajar, untuk
memperbaiki kondisi tersebut sumbu poros
harus digeser kearah kiri atau kekanan dengan
besar yang sama.

1.4 Tanda Terjadinya Penyimpangan


Kopling
1. Pada saat mesin beroperasi :
a. Terjadi getaran yang tidak normal di sekitar
komponen, terutama pada poros dan timbul
suara yang tidak normal.

JURUSAN TEKNIK MESIN Program Studi Teknik Mesin


POLITEKNIK NEGERI
PONTIANAK TEKNIK PERAWATAN Hal. - 59

b. Poros beserta kopling terlihat mengayun, terutama apabila jarak poros penggerak dan
digerakkan jauh.

c. Terjadi panas yang berlebihan pada bantalan


atau kopling.

2. Pada saat mesin diam :


a. Kerusakan atau keausan pada elemen
kopling.

b. Kerusakan pada bantalan

c. Kerusakan pada poros.

JURUSAN TEKNIK MESIN Program Studi Teknik Mesin


POLITEKNIK NEGERI
PONTIANAK TEKNIK PERAWATAN Hal. - 59

1.5 Metode Pemeriksaan Penyimpangan


Kesumbuan Pada Kopling

1.5.1 Menggunakan “straightedge” dan “feeler


gauge”.
“Straightedge” digunakan untuk memeriksa
kerataan suatu permukaan (a) dan “feeler
gauge” untuk mengukur celah atau ruang antara
(b).

Untuk memeriksa Penyimpangan pararel


digunakan digunakan “straightedge” pada
permukaan diameter luar kopling. Besar
penyimpangan yang terjadi diukur dengan
“Feeler gauge”.
Untuk memeriksa penyimpangan menyudut
digunakan “feeler gauge” pada jarak diantara
permukaan disisi kopling. Kedalaman “feeler
gauge” pada empat posisi harus sama.

1.5.2 Menggunakan jangka sorong dan mistar


baja

JURUSAN TEKNIK MESIN Program Studi Teknik Mesin


POLITEKNIK NEGERI
PONTIANAK TEKNIK PERAWATAN Hal. - 59

Mistar baja digunakan untuk memeriksa penyimpangan pararel dan sebagai pengganti dari
“straightedge”.

Pada kopling yang memiliki jarak antara


permukaan sisi kopling yang agak besar, untuk
memeriksa penyimpangan menyudut digunakan
jangka sorong pada empat posisi dengan
kedalam yang sama.

1.5.3 Menggunakan “dial indicator”


“Dial Indicator” digunakan untuk memeriksa
penyimpangan pararel dan menyudut secara
bersamaan. Arah putaran jarum pada “dial
indicator” menunjukkan posisi penyimpangan
sumbu kopling.

1.5.3.1 Metode “Face and rim”


Metode ini sangat teliti apabila dilakukan pada
kopling dimana jarak diantara permukaan
kopling (“gap”) lebih kecil dari diameter
kopling.

JURUSAN TEKNIK MESIN Program Studi Teknik Mesin


POLITEKNIK NEGERI
PONTIANAK TEKNIK PERAWATAN Hal. - 59

Apabila “dial indicator” tidak dapat dipasang pada kopling, sepasang alat bantu harus dibuat
dan dipasang pada poros.

Hasil pengukuran didapat pada empat posisi (0o,


90o, 180o dan 270o ) untuk masing-masing “dial
indicator”. Hasil tersebut akan menentukan
posisi penyimpangan pararel dan menyudut
(horizontal dan vertical).

Apabila konstruksi mesin menggunakan


“Journal bearing” atau “bush” (memungkinkan
poros bergeser kearah axial), maka poros harus
dikuncim, sehingga tidak bergeser kearah axial
yang akan mempermudah pemeriksaan posisi
menyudut.

1.5.3.2 Metode “Reverse Indicator”


Metode ini sesuai digunakan pada kondisi
dimana jarak diantara permukaan sisi kopling
(“gap”) lebih besar dari diameter kopling dan
kedua poros dapat diputar secara bersamaan.

JURUSAN TEKNIK MESIN Program Studi Teknik Mesin


POLITEKNIK NEGERI
PONTIANAK TEKNIK PERAWATAN Hal. - 59

Hasil pengukuran pada kedua permukaan diameter kopling akan menggambarkan posisi
penyimpangan pararel dan menyudut secara bersamaan dalam arah vertikal dan horisontal.

Karena alat bantu yang digunakan cukup


panjang, berat dari peralatan tersebut akan
mempengaruhi hasil pemeriksaan (“bracket
sag”).
Untuk perhitungan selanjutnya “bracket sag”
harus diperhatikan.

Pada pengukuran “bracket sag”, neraca kecil


dibutuhkan untuk menentukan besar gaya
pencapaian posisi horisontal.
Mesilkan hasil pengukuran neraca kecil sebesar
5 N untuk mencapai posisi horisontal,
kemudian pindahkan pemegang “dail
indicator” ke poros.

Atur “dail indicator” pada posisi “O”,


kemudian lepaskan neraca kecil, apabila
penyimpangan pembacaan pada “dial
indicator” sebesar (-0,1) mm berarti besar
penyimpangan total adalah (-2).(-0,1) = + 0,2
mm.

Apabila “gap” kopling lebih besar dari


diameter kopling dan metode pemeriksaan yang
digunakan “face and rim”, maka akan

JURUSAN TEKNIK MESIN Program Studi Teknik Mesin


POLITEKNIK NEGERI
PONTIANAK TEKNIK PERAWATAN Hal. - 59

didapatkan hasil pemeriksaan yang kurang teliti. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan
memasang “dial indicator” pada permukaan diameter luar kopling lainnya.

1.5.3.3 Metode “face to face distance”.


Metode ini digunakan apabila jarak antara
permukaan kopling jauh dan jenis kopling yang
digunakan “spacer coupling” atau “floating
shaft coupling”.

1.5.4 Metode “Optical alignment”


Proses ini menggunakan perlengkapan peralatan
secara khusus, dan hasil pemeriksaannya lebih
teliti dibandingkan dengan proses lainnya.
Peralatan ini dilengkapi dengan sistem
“Computerized”.

1.6 Menghitung Besar Penyimpangan Pada


Kopling
1. Menggunakan
“Straightedge” dam “feeler gauge” atau
mistar baja dan jangka sorong.
Dari suatu pemeriksaan didapat data pada empat
posisi.

Dengan menggunakan sinus segitiga (dua


segitiga yang sebangun) maka akan didapat
bahwa k1 harus dinaikkan sebesar 0,7 mm dan

JURUSAN TEKNIK MESIN Program Studi Teknik Mesin


POLITEKNIK NEGERI
PONTIANAK TEKNIK PERAWATAN Hal. - 59

k2 harus dinaikkan sebesar 0,5 mm. Besar penyimpangan dapat juga ditentukan dengan cara
grafis.

2. Menggunakan “Dial indicator”


a. Metode “face and rim”
“Dial indicator” 1 digunakan untuk mengetahui
besar penyimpangan pararel dan “dail indicator”
2 digunakan untuk mengetahui penyimpangan
menyudut.

Untuk menentukan besar pergeseran


(penyimpangan horisontal) lihat “dial indicator”
1 dan 2 pada posisi 90o dan 270o. untuk
memperbaiki kondisi tersebut maka k1 digeser
sebesar 0,68 mm dan k2 harus digeser sebesar
0,36 mm kearah 270o. Lihat lampiran 27,
menggunakan cara grafis.
Untuk menentukan besar penaikan atau
penurunan (penyimpangan vertikal) lihat “dial
indicator” 1 dan 2 pada posisi 0 o dan 180o.
Untuk memperbaiki kondisi tersebut k1
dinaikkan sebesar 0,67 mm dan k2 dinaikkan
sebesar 0,35 mm.

b. Metode “reverse indicator”

JURUSAN TEKNIK MESIN Program Studi Teknik Mesin


POLITEKNIK NEGERI
PONTIANAK TEKNIK PERAWATAN Hal. - 59

“Dial indicator” 1 dan 2 digunakan untuk mengetahui besar penyimpangan pararel dan
menyudut dalam posisi vertikal dan horisontal.

Untuk menentukan besar penaikan atau


penurunan lihat “dial indicator” 1 dan 2 pada
posisi 0o dan 180o. Untuk memperbaiki kondisi
tesebut maka k1 harus dinaikan sebesar 0,425
mm dan k2 harus dinaikan sebesar 0,675 mm.
Lihat lampiran 28, menggunakan cara grafis.

Untuk menentukan besar pergeseran lihat “dial


indicator” 1 dan 2 pada posisi 900 dan 270o.
Untuk memperbaiki kondisi tersebut maka k1
harus digeser sebesar 0,125 mm dan k2 harus
digeser sebesar 0,175 mm kearah 270o.

c. Metode “face to face distance”


“Dial indicator” 1 dan 2 digunakan untuk
mengetahui besar penyimpangan pararel dan
menyudut dalam posisi vertikal dan horizontal.

Untuk menentukan besar penaikan atau


penurunan lihat “dial indicator” 1 dan 2 pada

JURUSAN TEKNIK MESIN Program Studi Teknik Mesin


POLITEKNIK NEGERI
PONTIANAK TEKNIK PERAWATAN Hal. - 59

posisi 0o dan 180o. Untuk memperbaiki kondisi tersebut maka k1 harus dinaikan sebesar 0,3
mm dan k2 harus dinaikan sebesar 0,1 mm.
Lihat lampiran 29, menggunakan cara grafis.

Untuk menentukan besar pergesaran lihat “dial


indicator” 1 dan 2 pada posisi 90 o dan 270o.
Untuk memperbaiki kondisi tersebut maka k1
harus digeser sebesar 0,9 mm dan k2 harus
digeser sebesar 1,1 mm kearah 90o.

1.7 Perbaikan Penyimpangan Pada Kopling

Untuk memperbaiki penyimpangan vertikal,


kaki-kaki pada mesin harus dinaikan atau
diturunkan sesuai dengan perhitungan, sebagai
pengganjal digunakan “shim”.
“Shim” dibuat sedikit lebih besar dari lebar kaki
mesin dan terbuat dari metarial yang kaku.
Hindari penggunaan beberapa buah “shim” yang
ditumpuk menjadi satu karena memungkinkan
“shim” bersifat seperti pegas.

Untuk memperbaiki penyimpangan horizontal,


kaki-kaki pada mesin harus digeser sesuai

JURUSAN TEKNIK MESIN Program Studi Teknik Mesin


POLITEKNIK NEGERI
PONTIANAK TEKNIK PERAWATAN Hal. - 59

perhitungan. Untuk mengetahui besar pergeseran, digunakan sepasang “dial indicator” pada
kaki-kaki mesin.

Pada saat memperbaiki penyimpangan pada


kopling, lakukan terlebih dahulu perbaikan
menyudut (pendekatan) dengan jaln mengatur
“gap” pada empat posisi. Kemudian perbaikan
secara teliti dilakukan.

Untuk mencegah pergeseran mesin pada saat


dijalankan dan pemasangan ulang setelah proses
perawatan mein, digunakan pena sebagai
penepat dan pengamanan mesin.

1.8 Hal-hal Yang Berhubungan Dengan


Kopling
1. Dudukan dan pondasi mesin
Komponen bergerak dan yang digerakkan pada
saat datang dari pabrik pembuat ada yang
dipasang dalam satu dudukan rata disebut
“steel baseplates”.

Hindari pemasangan komponen mesin secara


langsung pada lantai di pabrik. Gunakan “base

JURUSAN TEKNIK MESIN Program Studi Teknik Mesin


POLITEKNIK NEGERI
PONTIANAK TEKNIK PERAWATAN Hal. - 59

pad” agar kaki-kaki dari komponen mesin dapat duduk dengan rata dan ketelitian perbaikan
dapat dicapai.

Pada suatu kondisi tertentu suatu kondisi tertentu pemasangan bertingkat dapat juga
dilakukan, seperti pada mesin yang memiliki
“frame work”. Untuk pemasangan digunakan
pelat penyangga yang dapat menumpu
komponen. Pelat penyangga akan menambah
kekuatan susunan dan memberi keseimbangan
pondasi. Tebal minimum pelat penyangga
sebesar diameter baut yang digunakan

2. Penentuan reference pemasangan


Sebelum melakukan pemeriksanaan dan
perbaikan, kita harus menentukan sebuah
komponen yang akan dijadikan sebagai
referensi terhadap komponen lainnya.
Komponen tersebut harus di “Leveling” terlebih
dahulu.
Komponen yang dijadikan referensi adalah
komponen yang sukar digeser/dipindahkan atau
apabila pemindahan dilakukan akan
mengganggu instalasi yang sudah terpasang.
Pada pemasangan majemuk (melalui “Speed
reducer”) arah penyetelannya dari pompa ke
motor.
3. Pemeriksanaan beberapa elemen
a. Bantalan
Agar mesin dapat bekerja dengan maksimal,
bantalan harus diperiksa terhadap batas
toleransi yang diijinkan. Pemeriksaan arah

JURUSAN TEKNIK MESIN Program Studi Teknik Mesin


POLITEKNIK NEGERI
PONTIANAK TEKNIK PERAWATAN Hal. - 59

radial dilakukan dengan menekan poros seperti pada gambar. Batas toleransi yang diijinkan
0,003”(0,075 mm) TIR (“total indicating reading”).

Pemeriksaan poros arah axial dilakukan dengan menarik dan mendorong poros. Batas
toleransi yang diijinkan 0,001” ÷ 0,004”(0,025
÷ 0,1 mm) TIR.

b. Poros
Salah satu penyebab rusaknya komponen mesin
pada saat operasi adalah poros yang bengkok.
Lakukan perbaikan sedapat mungkin, apabila
tidak memungkinkan ganti poros tersebut.

c. Kopling
Dimensi kopling mempunyai batas toleransi
seperti selinderitas dan ketegaklurusan sisi
kopling dengan sumbu pusat. Pada rpm < 3600:
1. ø Kopling < 12” (304 mm) toleransi
maksimum 0,0006” (0,15 mm) TIR.
2. ø Kopling > 12” toleransi maksimum =
0,008” (0,02 mm) TIR
Pada rpm > 3600 toleransi maksimum = 0,004”
(0,1 mm) TIR.
4. Pemeriksaan kaki-kaki komponen
mesin.
Pada saat meisn duduk diatas “base plates”.
Periksa kondisi tersebut dengan menggunakan
“feeler gauge”.

JURUSAN TEKNIK MESIN Program Studi Teknik Mesin


POLITEKNIK NEGERI
PONTIANAK TEKNIK PERAWATAN Hal. - 59

Untuk pemeriksaan yang teliti digunakan “dial indicator” yang dipasang pada kaki mesin.
apabila terjadi regangan pegas pada laki-laki motor gunakan “shim” untuk mengganjal kaki-
kaki mesin.

5. Toleransi penyimpangan
Toleransi penyimpangan menyudut dan pararel
yang diijinkan tergantung dari jenis kopling dan
rekomendasi pabrik pembuat. Untuk kondisi
umum (kasar) dapat dijadikan patokan sebagai
berikut :
- rpm <3600 ; TIR = 0,004” (0,1 mm)
- rpm >3600 ; TIR = 0,002” (0,05 mm)

Toleransi “gap” kopling didapat dari


rekomendasi pabrik pembuat. Pada saat
memesan kopling mintalah data spesifikasinya
agar tidak terjadi kesalahan pada saat
penggunaan kopling.

Toleransi ketinggian dari sumbu poros terhadap


landasannya harus diperhatikan dan hubungan
dengan penyimpangan pararel. Lihat lampiran
32 mengenai table batas ketinggian
penyimpangan sumbu poros terhadap
landasannya.

JURUSAN TEKNIK MESIN Program Studi Teknik Mesin


POLITEKNIK NEGERI
PONTIANAK TEKNIK PERAWATAN Hal. - 59

6. Keselamatan Kerja.
Pada saat beroperasi kopling yang berputar dapat menyebabkan kecelakaan bagi manusia
yang berada di sekitarnya. Untuk menghindari hal tersebut harus dibuat tutup pelindung.

Pada saat dilakukan pemeliharaan atau perawatan pada kopling, gunakan peralatan atau alat
angkat yang sesuai untuk menghindari kerusakan pada sistem yang digunakan dan
menghindari kecelakaan teknisi pemeliharaan.

7. Pemeliharan Kopling
Gunakan pelumas yang sesuai pada kopling.
Jenis dan jumlah pelumas yang digunakan
harus sesuai dengan rekomendasi pabrik
pembuat. Lakukan pemeliharaan secara berkala
sesuai dengan jadwal. Lihat lampiran 33 dan
34, mengenai kartu pemeriksaan kopling.

Pada saat anda akan mengganti kopling yang


lama dengan yang baru anda harus
memperhatikan beberapa faktor, seperti; ukuran
dimensi kopling, bahan material kopling, rpm
kopling, besar daya yang mampu diterima
kopling yang digunakan.

Gunakan kopling yang telah di “balancing”


pekerjaan yang sulit dan halus. Proses akan
dijelaskan pada bagian akhir.

JURUSAN TEKNIK MESIN Program Studi Teknik Mesin


POLITEKNIK NEGERI
PONTIANAK TEKNIK PERAWATAN Hal. - 59

BAB. II PULI DAN SABUK PENGGERAK

HASIL PEMBELAJARAN

Tujuan Umum

Setelah membaca isi bab ini diharapkan mahasiswa dapat merawat elemen mesin yaitu

Kopling, khususnya kopling tetap sesuai dengan prosedur perawatan.

Tujuan Khusus

Setelah mempelajari bab ini diharapkan mahasiswa:

- Mengetahui jenis-jenis puli dan sabuk

- Mengetahui jenis dan tanda kerusakan pada puli dan sabuk

- Mengetahui cara perawatan dan perbaikan pada puli dan sabuk

JURUSAN TEKNIK MESIN Program Studi Teknik Mesin


POLITEKNIK NEGERI
PONTIANAK TEKNIK PERAWATAN Hal. - 59

2.1 Jenis Puli dan Sabuk Penggerak

1. Puli dan sabuk penggerak “vee”.


Untuk memindahkan daya dan putaran
diperlukan koefisien gesek yang baik diantara
puli dan sabuk penggerak.

Bagian dalam dari sabuk penggerak “vee” terdiri


dari :
a. Karet sebagai pembungkus.
b. Tenunan atau kawat dari material mampu
regang yang menerima beban utama.
c. Material mampu tekan yang menahan
tekanan pada dinding sisi.
d. Lapisan mampu regang yang menahan
lenturan berulang.
Sabuk penggerak “vee” mempunyai ukuran
standar dan simbol tertentu sesuai dengan
penggunaannya, seperti pada; industri, pertanian
dan automotif.

Simbol umum sabuk penggerak “vee” .


a. Industri :
- Konstruksi berat A, B, C, E, 3V, 5V,
8V.
- Konstruksi ringan 2L, 3L, 4L, 5L.

JURUSAN TEKNIK MESIN Program Studi Teknik Mesin


POLITEKNIK NEGERI
PONTIANAK TEKNIK PERAWATAN Hal. - 59

b. Pertanian : HA, HB, HC, HD, HE.


c. Automotof : 0,38”, 11/16”, 3/4”, 7/8”, 1”.

Beberapa jenis penggerak “vee” dirancang agar :


- Tahan terhadap oli dan panas
- Dapat menghantar arus listrik
- Tahan terhadap debu/kotoran

Pemilihan sabuk penggerak didasari oleh


kecepatan putar (rpm) dan besar daya yang akan
dipindahkan. Pada saat penggantian sabuk
penggerak, perhatikan bahwa nomor seri sabuk
pengganti harus sama dengan nomor seri sabuk
yang diganti.

Dimensi puli yang digunakan harus sesuai


dengan dimensi sabuk yang digunakan, sebagai
contoh untuk alur sabuk jenis A, B, C, D dan E
sudut alur yang digunakan. 36o, 34o, atau 32o.

Pada kondisi tertentu sabuk penggerak “vee”


dipasang dalam jumlah lebih dari satu. Pada saat
anda mengganti, anda harus memesan jenis
sabuk dalam satu set untuk pemasangan
majemuk. Ganti semua sabuk walaupun
kerusakan hanya terjadi pada satu buah.

JURUSAN TEKNIK MESIN Program Studi Teknik Mesin


POLITEKNIK NEGERI
PONTIANAK TEKNIK PERAWATAN Hal. - 59

Sebuah motor dengan kecepatan putar 1750 rpm dan daya sebesar 0,5 HP menggerakkan
mesin bor dengan kecepatan putar spindel sebesar 1200 rpm.
Jarak diantara sumbu poros motor dengan sumbu spindel sebesar 20 inchi (perkiraan).
Tentukan jenis sabuk “vee” dan potongan silang
beserta panjang sabuk yang digunakan.

Berdasarkan kecepatan putar 1750 rpm dan


daya sebesar 0,5 HP akan diperoleh :
- Diameter luar puli terkecil (pada
motor) 2,75 inchi.
- Potongan silang sabuk penggerak
“vee” =1/2” x 5/16”(type A)

Diameter luar puli yang digerakkan, ditentukan


oleh kecepatan putar motor pengerak = 1750
rpm, diameter luar puli penggerak = 2,75 inchi
dan kecepatan putar spindel sbesar 1200 rpm.
Dari data terdapat diameter luar puli yang
digerakkan sebesar 4,0 inchi.

Berdasarkan jumlah kedua buah diameter luar


puli, akan diperoleh :
- Jarak diantara sumbu poros motor
dengan sumbu spindel sebesar 20,4 inchi.
Panjang sabuk penggerak “vee” = 52 inchi.

JURUSAN TEKNIK MESIN Program Studi Teknik Mesin


POLITEKNIK NEGERI
PONTIANAK TEKNIK PERAWATAN Hal. - 59

2. Puli dan sabuk Penggerak Datar


Sabuk penggerak datar memindahkan daya atau putaran berdasarkan gesekan pada jarak
diantara dua sumbu poros maksimum = 10 m,
kecepatan maksimum = 30 m/det, dan daya
maksimum = 500 HP.
Bahan sabuk penggerak datar bermacam-
macam, seperti :
a. Kulit
b. Karet atau tali tenunan
c. Plastik
d. Kain tenunan
Pemilihan bahan sabuk penggerak berdasarkan
besar daya yang dipindahkan dan kondisi kerja.

Penyambungan sabuk penggerak dapat


dilakukan dengan metode :
a. Vulkanisir
b. Renda kawat

c. Jahitan
d. Perekat

JURUSAN TEKNIK MESIN Program Studi Teknik Mesin


POLITEKNIK NEGERI
PONTIANAK TEKNIK PERAWATAN Hal. - 59

e. Jepitan Pelat

Bentuk ujung sabuk penggerak datar terbagi ke


dalam dua jenis, yaitu:
a.Ujung miring, digunakan pada putaran
tinggi.
b.Ujung bertingkat, digunakan pada putaran
rendah.

Puli untuk sabuk penggerak datar terbagi dua


jenis :
a.Puli Datar
b.Puli Mahkota

Sabuk Penggerak datar dapat digunakan secara


luas, seperti :
a.Posisi sumbu sejajar
b.Posisi sumbu menyudut.

JURUSAN TEKNIK MESIN Program Studi Teknik Mesin


POLITEKNIK NEGERI
PONTIANAK TEKNIK PERAWATAN Hal. - 59

3. Puli dan sabuk penggerak positif (“timing belt”)


Putaran atau daya dipindahkan berdasarkan hubungan antara gigi yang berpasangan pada
puli dan sabuk penggerak positif.

Pada saat beputar, sabuk pengerak akan tertuju


pada salah satu sisi puli. Untuk menentukan
posisi sabuk penggerak positif pada sisi puli,
perhatikan arah putaran dari motor penggerak.
a. Searah jarum jam

b. Berlawanan arah jarum jam.

Puli yang digunakan mempunyai “flange”


kedua sisinya. Pemasangan yang tebalik akan
menyebabkan sabuk penggerak positif terlepas
dari puli pada saat beroperasi.

2.2 Jenis Penyimpangan Pada Puli dan


Sabuk Penggerak

JURUSAN TEKNIK MESIN Program Studi Teknik Mesin


POLITEKNIK NEGERI
PONTIANAK TEKNIK PERAWATAN Hal. - 59

1. Penyimpangan menyudut sumbu poros arah vertikal.


Penyimpangan terjadi karena salah atu poros atau kedua poros tidak “level” terhadap bumi
dan membentuk sudut.
2. Penyimpangan diakibatkan karena
sumbu poros arah horisontal.
Penyimpangan diakibatkan karena sumbu kedua
poros tidak sejajar dan membentuk sudut, pada
kondisi tertentu kondisi kedua poros “level”
terhadap bumi.

3. Penyimpangan kesebarisan puli.


Kedua puli tidak sebaris sehingga akan
mengakibatkan sabuk penggerak terpasang
tidak sesuai pada arus puli, dan sumbu kedua
poros dalam keadan pararel.

2.3 Tanda Terjadinya Penyimpangan Pada


Puli dan Sabuk Penggerak.

Pada saat mesin beroperasi, terjadinya


penyimpangan ditunjukkan dengan terpuntirnya
sabuk penggerak pada puli atau terlepasnya
sabuk penggerak dari puli.

Pada saat mesin tidak beroperasi, terjadinya


penyimpangan terlihat dari posisi sabuk

JURUSAN TEKNIK MESIN Program Studi Teknik Mesin


POLITEKNIK NEGERI
PONTIANAK TEKNIK PERAWATAN Hal. - 59

penggerak yang terpasang tidak pas pada puli, dan terjadinya keausan pada “flange” sabuk
penggeak positif.

2.4 Pemeriksaan Penyimpangan Pada Puli


dan Sabuk Penggerak

Penyimpangan sumbu poros arah vertikal dapat


diketahui dengan menggunakan “Spirit level”
atau “clinometer”.

Untuk mengetahui penyimpangan kesejajaran


sumbu poros arah horisontal pada poros yang
sudah di “Level”, digunakan mistar atau batang
pengukur.

Penyimpangan kesebarisan puli dapat diperiksa


denga menggunakan mistar perata. Pada
kondisi dimana jarak antara sumbu poros yang
jauh, benang atau kawat dapat digunakan untuk
memeriksa penyimpangan yang terjadi.

2.5 Perbaikan Pada Puli dan Sabuk


Penggerak
Untuk memperbaikan perbaikan sumbu poros
arah vertikal, kaki-kaki dari sistem penggerak
diganjal dengan mengggunakan “shim”. Pada

JURUSAN TEKNIK MESIN Program Studi Teknik Mesin


POLITEKNIK NEGERI
PONTIANAK TEKNIK PERAWATAN Hal. - 59

kondisi tertentu landasan sistem penggerak dapat diturunkan dengan menggerinda atau
mengikisnya.

Penyimpangan kesejajaran sumbu poros arah


horisontal dapat dilakukan dengan jalan
menggeser kaki-kaki komponen sistem
penggerak.

Puli yang tidak sebaris dapat diperbaiki dengan


jalan menggeser puli tersebut terhadap porosnya
atau menggeser sistem penggerak secara
keseluruhan.

2.6 Mengatur Tegangan Sabuk Penggerak

Pengaturan tegangan sabuk penggerak akan


mempengaruhi efisiensi pemindahan daya atau
putaran. Gambar disamping menunjukkan
perbedaan diantara tegangan sabuk penggerak
yang benar dan yang salah.

JURUSAN TEKNIK MESIN Program Studi Teknik Mesin


POLITEKNIK NEGERI
PONTIANAK TEKNIK PERAWATAN Hal. - 59

Untuk mengatur tegangan sabuk penggerak yang sesuai, pengaturan tegangan dapat
dilakukan dengan beberapa cara sesuai dengan kondisi jarak sumbu poros, seperti:
a. Dapat diatur
b. Tetap
Pada kondisi ini, pengaturan tegangan dapat
dilakukan dengan menggunakan “idler” yang
sesuai dengan jenis puli.

Besar tegangan sabuk yang diijinkan untuk jenis


sabuk penggerak berbeda-beda. Untuk jenis
sabuk penggerak yang sama, tetapi buatan
pabrik yang berbeda, besar tegangan akan
berbeda juga. Mintalah selalu daftar
rekomendasi dai pabrik pembuat.

Untuk mendapatkan defleksi yang sesuai, besar


gaya yang diberikan pada sabuk penggerak
harus sesuai dengan rekomendasi pabrik
pembuat. Untuk mengetahui besar gaya yang
diberikan digunakan neraca pegas pengukur
gaya.

Secara umum, besar defleksi pada sabuk


penggerak “vee” adalah: 1” setiap 64” jarak
antara pusat sumbu poros. Besar defleksi
tersebut berlaku juga untuk sabuk penggeak

JURUSAN TEKNIK MESIN Program Studi Teknik Mesin


POLITEKNIK NEGERI
PONTIANAK TEKNIK PERAWATAN Hal. - 59

positif. Perhatikan gaya yang diperlukan untuk mendapatkan defleksi tersebut. Setiap pabrik
pembuat mengeluarkan nilai tersendiri.

Defleksi pada sabuk penggerak datar harus


sesuai dengan rekomendasi pabrik pembuat.
Misalkan panjang sabuk yang terbuat dari nylon
dan bahan kawat inti : 25” akan dipasang pada
regangan akan sesuai pada saat panjang sabuk
25,75” melalui pengaturan jarak 25,75” melalui
pengaturan jarak sumbu poros.

Tegangan dari sabuk penggerak harus diperiksa


secara teratur. Keausan yang terjadi pada sabuk
penggerak akan merubah tegangan menjadi
lebih longgar.

Untuk mempermudah pengaturan tegangan dan


menjaga tegangan sabuk penggerak, gunakanlah
baut pengatur tegangan. Apabila
memungkinkan lakukan modifikasi pada sistem
penggerak untuk mempermudah proses
pengaturan tegangan.

JURUSAN TEKNIK MESIN Program Studi Teknik Mesin


POLITEKNIK NEGERI
PONTIANAK TEKNIK PERAWATAN Hal. - 59

BAB. III RODA GIGI

HASIL PEMBELAJARAN

Tujuan Umum

Setelah membaca isi bab ini diharapkan mahasiswa dapat merawat elemen mesin yaitu

Kopling, khususnya kopling tetap sesuai dengan prosedur perawatan.

Tujuan Khusus

Setelah mempelajari bab ini diharapkan mahasiswa:

- Mengetahui jenis-jenis Roda Gigi

- Mengetahui jenis dan tanda kerusakan pada Roda Gigi

- Mengetahui cara perawatan dan perbaikan pada Roda Gigi

3.1 Jenis Roda Gigi


1. “Spurgear”
Rasio maksimum rodagigi adalah 10 : 1, dan
efisiensi untuk memindahkan tenaga mencapai
99%. Suhu kerja dibawah beban tidak melebihi
180o F. jenis rodagigi ini adalah :
a. “External”

JURUSAN TEKNIK MESIN Program Studi Teknik Mesin


POLITEKNIK NEGERI
PONTIANAK TEKNIK PERAWATAN Hal. - 59

b. “Internal”
Rasio kecepatan tinggi dan besar tenaga yang
dipindahkan mulai dari HP yang kecil sampai
20.000 HP.

2. “Helical Gear”
Keuntungan rodagigi ini adalah :
- Gerakan putaran lebih halus
- Faktor suaian yang tinggi
- Bentuk gigi yang kuat sehingga dapat
menerima beban yang besar

Pada dua sumbu poros yang pararel rasio


maksimum medekati 10 : 1, dan pada dua
sumbu poros yang tidak pararel rasio
maksimum mendekati 20 : 1. pada reduksi
kecepatan yang tinggi diperlukan beberapa
susunan rodagigi. Sumbu dua poros pada
rodagigi disamping saling bersilangan dan
tegak lurus.
Perbedaan sudut helix pada dua rodagigi akan
mengakibatkan terjadinya sudut diantara sumbu
poros, dimana :
a. Sudut kurang dari 90o dan arah helix
sama pada kedua rodagigi.
b. Sudut kurang dari 90o dan arah helix
berbeda. Sudut helix pada salah satu
rodagigi lebih besar dari sudut diantara
sumbu poros.

JURUSAN TEKNIK MESIN Program Studi Teknik Mesin


POLITEKNIK NEGERI
PONTIANAK TEKNIK PERAWATAN Hal. - 59

“Herringbone gear” adalah salah satu jenis dari


“Helical gear”. Rodagigi ini digunakan pada
konstruksi yang besar dan berat. Tiga jenis gigi
pada rodagigi ini adalah :
- Gigi yang berkelanjutan
- Gigi yang mempunyai “gap”
- Gigi yang berurutan

3. “Bevel gear”
Rodagigi ini digunakan untuk memindahkan
tenaga pada sumbu poros yang saling menyudut
atau bersilangan. Rasio maksimum diantara
pinion dan “crown wheel” sebesar 7 : 1. A[abila
rasio diantara pinion dan “crown wheel” sebesar
1 : 1, Rodagigi ini disebut “mitre gear”.

Selain bentuk gigi yang lurus, tersedia juga


bentuk gigi yang helical. Ketiga jenis rodagigi
tersebut adalah :
a. “Zerol gear”
Sudut helical rodagigi ini 0o dan bekerja lebih
tenang dan tahan lama jika dibanding dengan
yang bergigi lurus.

b. “Spiral bevel gear”


Keuntungan rodagigi ini adalah :
- Suaian antar gigi yang lebih halus
- Pengoperasian yang lebih tenang
- Lebih kuat
- Kecepatan pengoperasian yang lebih
tinggi

JURUSAN TEKNIK MESIN Program Studi Teknik Mesin


POLITEKNIK NEGERI
PONTIANAK TEKNIK PERAWATAN Hal. - 59

Secara umum sudut spiral berkisar antara 30o sampai 35o.

c. “Hypoid gear”
Sumbu diantara poros rodagigi ini tidak
berpotongan. Rodagigi ini umumnya digunakan
pada poros belakang penggerak otomotif,
disebabkan penggunaannya yang akan
memungkinkan pusat grafitasi kendaraan
menjadi lebih rendah.
4. “Worm gear”
Rasio umum pada rodagigi ini adalah 100 : 1,
dan digunakan pada :
- “Reducing gear unit” antara motor
penggerak kecepatan tinggi dan poros lurus.
- Perlengkapan pembagi pada alat
bantu mesin.
- Penggerak belakang mobil.
Pada saat pengoperasiannya, rodagigi ini halus
dan tenang.
Untuk menambah kemampuan menerima beban,
dibuat “cone drive worm gear” yang merupakan
pengembangan “worm gear”. Kemampuan
tersebut disebabkan jumlah kontak antar gigi
yang lebih besar pada setiap waktu.

5. “Rock and pinion gear”


Rodagigi ini digunakan untuk merubah gerakan
rotasi menjadi linier atau sebaliknya, dan sering
dijumpai pada mesin perkakas bagian
perlengkapan mekanik pemakanan.

JURUSAN TEKNIK MESIN Program Studi Teknik Mesin


POLITEKNIK NEGERI
PONTIANAK TEKNIK PERAWATAN Hal. - 59

3.2 Jenis Penyimpangan Roda Gigi


1. Penyimpangan rodagigi pada poros.
Penyimpangan ini terjadi karena proses
pembuatan bakal rodagigi yang tidak sempurna,
dimana lobang dudukan poros rodagigi tidak
tegak lurus terhadap bagian sisi rodagigi.

2. Penyimpangan pada posisi antara


rodagigi.
Penyimpangan ini disebabkan karena posisi
antara sumbu poros yang tidak teliti, akibat gigi-
gigi pada rodagigi memindahkan beban yang
tidak sempurna dan rodagigi akan cepat rusak.

3.3 Tanda Penyimpangan Pada Roda Gigi

Pada saat beroperasi ditandai dengan :


- Bengkok atau rusaknya rodagigi.
- Rusaknya rodagigi.

Pada saat rodagigi tidak beroperasi,


penyimpangan ditandai dengan keausan yang
tidak merata sepanjang permukaan gigi pada
diameter tusuk rodagigi.

JURUSAN TEKNIK MESIN Program Studi Teknik Mesin


POLITEKNIK NEGERI
PONTIANAK TEKNIK PERAWATAN Hal. - 59

3.4 Pemeriksaan Penyimpangan Pada Roda


Gigi
Untuk memeriksan penyimpangan rodagigi pada
poros digunakan penyiku. Apabila terjadi
penyimpangan ganti rodagigi tersebut, karena
akan cepat rusak dan tidak berfungsi dengan baik.

Penyimpangan posisi diantara rodagigi dapat


diketahui melalui beberapa cara :
1. Menggunakan tinta pemeriksa.
Perhatikan tinta pemeriksa pada permukaan gigi
rodagigi. Terhapusnya tinta pemeriksa pada salah
satu sisi menunjukkan terjadinya penyimpangan.

2. Menggunakan “feeler gauge”


Cara ini digunakan untuk memeriksa susunan
rodagigi yang mempunyai “blackslash” yang
besar. Perbedaan total “feeler gauge “ pada kedua
sisi menunjukkan terjadinay penyimpangan.

3. Menggunakan mistar perata


Cara ini digunakan pada rodagigi berukuran
kecil. Penyimpangan diketahui dengan
terlihatnya celah diantara mistar perata dan
bagian ssi rodagigi.

JURUSAN TEKNIK MESIN Program Studi Teknik Mesin


POLITEKNIK NEGERI
PONTIANAK TEKNIK PERAWATAN Hal. - 59

Penyimpangan posisi diantara rodagigi dapat


diperbaiki dengan jalan menggeser sumbu salah
satu poros setelah kedua poros terlebih dahulu di
“leveling”.

Pada saat proses “leveling”, “shim” digunakan


untuk mengganjal kaki-kaki sistem penggerak.

3.5 Mengatur “BACKLASH” Pada Roda Gigi

Setiap susunan rodagigi memiliki besar


“Backlash” tertentu, yang berfungsi untuk
mengatasi pemuaian panas yang terjadi pada
rodagigi. Besar “backlash” untuk setiap jenis
rodagigi dan ukuran rodagigi berbeda.

“X” = “width of tooth space”


“Y” = “thickness of enganging tooth”

“Backlash” pada susunan rodagigi dapat diukur


pada beberapa tempat, hasil akhir merupakan
rata-rata dari pengukuran pada beberapa tempat.

JURUSAN TEKNIK MESIN Program Studi Teknik Mesin


POLITEKNIK NEGERI
PONTIANAK TEKNIK PERAWATAN Hal. - 59

Untuk mengukur “backlash” digunakan alat pengukur atau alat bantu lainnya, seperti :
1. Menggunakan “feeler gauges”.
Alat ini digunakan untuk mengukur “Blacklash”
pada rodagigi ukuran besar. Pengukuran
dilakukan pada saat bagian yang bepasangan
berada pada garis sumbu pusat atau poros.

2. Menggunakan lembaran material


dengan ketebalan yang diperlukan.
Material yang tipis dapat digunakan dengan jalan
menempatkannya pada bagian belakang salah
satu gigi pada rodagigi, kemudian susunan
rodagigi yang diputar untuk melewatkan material
melalui hubungan rodagigi. Apabila material
tidak rusak, “blacklash” yang terjadi lebih besar
dari ketebalan material.
3. Menggunakan material lunak mampu
tempa.
Untuk mengukur “blacklash” dengan teliti,
material sepeti timah yang berbentuk lembaran
atau kawat dapat digunakan. Material lain dapat
digunbkan asalkan lebih lunak daripada rodagigi.
Jepit material tersebut pada permukaan belakang
salah satu gigi, dan putar susunan rodagigi
untuik melewatkannya pada hubungan antar
rodagigi.
Setelah material melewati hubungan antar
rodagigi, ketebalan material pada suatu bagian

JURUSAN TEKNIK MESIN Program Studi Teknik Mesin


POLITEKNIK NEGERI
PONTIANAK TEKNIK PERAWATAN Hal. - 59

akan berubah atau terdeformasi. Ukur ketebalan material tersebut menggunakan jangka
sorong atau micrometer.

4. Menggunakan “dial indicator”


Ketelitian pengukuran “blacklash” tergantung
pada ketelitian “dial indicator” yang digunakan,
tempatkan jarum “dial indicator” pada diameter
tusuk rodagigi.

Jepit rodagigi pinion agar tidak bergerak,


kemudian putar rodagigi pasangannya pada dua
arah yang berlawanan.

Besar “backlash” yang terjadi adalah perbedaan


diantara pembacaan maximum dam minimum
pada “dial indicator”.

3.6 Hal-hal lain yang berhubungan dengan


Roda Gigi
1. Ketebalan rodagigi.
Tebal rodagigi memerlukan toleransi tertentu
yang harus diperhatikan. Toleransi tersebut
diberikan karena :
- Pada suatu saat rodagigi teesebut
harus diganti.

JURUSAN TEKNIK MESIN Program Studi Teknik Mesin


POLITEKNIK NEGERI
PONTIANAK TEKNIK PERAWATAN Hal. - 59

- Mengatasi pemuaian akibat panas yang terjadi.


Untuk mengukur tebal rodagigi digunakan alat ukur khusus. Dengan menggunakan jangka
sorong rodagigi, tinggi kepala gigi dan lebar gigi
dapat diukur. Untuk menentukan besarnya ,
digunkan rumus.

2. Toleransi dimensi rodagigi


Diameter luar rodagigi mempunyai toleransi :
- DP < 24 : 0 smapai -0,003”
- DP > 24 : 0 samapi -0,0005”
Toleransi kesumbuan sebesar 0,002”. Periksa
juga diameter dalam rodagigi dan bandingkan
dengan toleransi sesuaiannya.
3. Pemeliharaan rodagigi.
Susunan rodagigi dapat rusak diakibatkan terjadi
kontak metal antara permukaan gigi, karena
faktor pelumas dan pelumasan. Faktor tersebut
diantaranya :
- Kkentalan peluman tidak sesuai.
- Jumlah pelumas tidak memadai.
- Sistem pelumasan tidak efektif.
- Kontaminasi pelumas oleh debu atau
kotoran.
Lingkungan disekitar pengoperasian susunan
rodagigi harus dijaga agar tetap bersih.
Lingkungan yang kotor akan mengakibatkan
pelumas pada rodagigi terkontaminasi oleh
kotoran atau debu. Apabila memungkinkan
sediakan tutup pelindung yang berfungsi
melindungi rodagigi dari kotoran dan
kemungkinan kecelakaan yang terjadi.

JURUSAN TEKNIK MESIN Program Studi Teknik Mesin


POLITEKNIK NEGERI
PONTIANAK TEKNIK PERAWATAN Hal. - 59

Lakukan pemeriksanaan susunan rodagigi secara


berkala mengikuti suatu jadwal,, karena
kerusakan yang serius dapat dihindarkan dengan
melihat tanda-tanda awal yang terjadi. Ganti
pelumas dan lakukan penyetalan apabila
diperlukan.

Uji jalan pada unit rodagigi terbuka dilakukan


selama 24 jam dibawah beban penuh. Setelah itu
bersihkan pelumas dari permukaan gigi, dan
amati bentuk keausan yang terjadi pada
permukaan gigi. Setelah kondisi baik, operasikan
susuna tersebut.
Pada saaat bekerja pada unit rodagigi, perhatikan
keselamatan kerja, seperti :
- Buka tutup pelindung, hanya pada
saat mesin tidak beroperasi dan sumber
penggerak dalam keadaan terkunci.
- Jaga jarak sejauh mungkin dari
pengoperasian rodagigi terbuka.
- Jangan mengunakan dasi atau pakaian
longgar.
- Gunakan alat angkat untuk roda gigi
berukuran besar.

JURUSAN TEKNIK MESIN Program Studi Teknik Mesin


POLITEKNIK NEGERI
PONTIANAK TEKNIK PERAWATAN Hal. - 59

BAB. IV RANTAI PENGGERAK DAN “SPROCKET”

HASIL PEMBELAJARAN

Tujuan Umum

Setelah membaca isi bab ini diharapkan mahasiswa dapat merawat elemen mesin yaitu

Kopling, khususnya kopling tetap sesuai dengan prosedur perawatan.

Tujuan Khusus

Setelah mempelajari bab ini diharapkan mahasiswa:

- Mengetahui jenis-jenis pada Rantai Penggerak dan “Sprocket”

- Mengetahui jenis dan tanda kerusakan pada Rantai Penggerak dan “Sprocket”

- Mengetahui cara perawatan dan perbaikan pada Rantai Penggerak dan “Sprocket”

4.1 Pengenalan

Rantai penggerak dapat digunakan pada kondisi


dimana jarak anatara sumbu poros terlalu besar
bagi rodagigi dan menghindari terjadinya “slip”.

JURUSAN TEKNIK MESIN Program Studi Teknik Mesin


POLITEKNIK NEGERI
PONTIANAK TEKNIK PERAWATAN Hal. - 59

Ukuran dari rantai penggerak bermacam-mcam sehingga dapat digunakan untuk


memindahkan tenaga mulai yang kecil sampai yang besar.

Rodagigi rantai merupakan pasangan dari rantai


penggerak yang harus memiliki jenis dan tipe
yang sama. Keuntungan penggunaan rodagigi
rantai:
- Dapat digunakan pada temperatur relative
tinggi.
- Mudah dalam pemasangan.
- Tidak memerlukan tegangan awal.

Untuk menghindari tenaga yang besar digunakan


beberpa susunan rantai pengerak. Rodagigi rantai
yang digunakan sesuai dengan rantai penggerak.

Panjang dari rantai penggerak dapat diatur


dengan jalan memasang atau melepas rantai,
melalui sambungan serupa :
a. Kelingan
b. Ring
c. Pena belah
d. Mur

Untuk mengatur tegangan dan mengatasi keausan


yang normal pada rantai penggerak, digunakan

JURUSAN TEKNIK MESIN Program Studi Teknik Mesin


POLITEKNIK NEGERI
PONTIANAK TEKNIK PERAWATAN Hal. - 59

“idler sprocket ”. pengaturan tegangan dapat dilakukan secara manual atau gaya pegas pada
“idler sprocket ”.

4.2 Posisi Pemasangan Rantai Penggerak

1. Horisontal
Posisi garis yang menghubungkan titik pusat
sumbu poros mendekati posisi horisontal.
Susunan ini digunakan, dimana jarak diantara
sumbu pusat poros lebih panjang dari biasanya.

2. Vertikal dengan “idler sprocket”


Pada rantai penggerak posisi vertikal biasanya
dilengkapi dengan “idler sprocket” yang
berfungsi mengatasi keausan normal yang
terjadi. Posisi pemasangan”idler sprocket” ;
a. Di luar rangkaian rantai pengerak. “Idler
sprocket” dipasang lebih dekat kepada
rodagigi rantai terkecil.

b. Di dalam rangkaian rantai pengerak.


“Idler sprocket” dipasang lebih dekat pada
rodagigi rantai terbesar.

3. Vertikal tanpa “idler sprocket”


Salah satu poros tidak boleh berada tepat diatas
poros yang lainnya. Sudut diantara poros yang
terjadi tidak lebih dari 60o. Pada sudut yang lebih
besar, berat dari rantai pengerak cenderung

JURUSAN TEKNIK MESIN Program Studi Teknik Mesin


POLITEKNIK NEGERI
PONTIANAK TEKNIK PERAWATAN Hal. - 59

tertuju pada rodagigi rantai yang lebih rendah, yang akan mengurangi efisiensi pemindahan
tenaga.

4. Majemuk
Sistem pemasangan ini sering dijumpai pada
mesin tenun, yang mempunyai beberapa poros.
Perawatan pada sistem pengerak ini lebih sulit
dibandingkan dengan ketiga sistem sebelumnya.

4.3 Jenis Penyimpangan Pada Roda Gigi


Rantai dan Rantai Pengerak

1. Penyimpangan kesejajaran sumbu poros


vertikal
Penyimpangan sumbu poros vertikal terjadi
karena sistem penggerak tidak di “Level”
terlebih dahulu. Gunakan “shim” untuk
memperbaiki posisi tersebut.
2. Penyimpangan kesejajaran sumbu
poros horizontal.
Untuk memperbaiki penyimpangan yang tejadi,
kaki-kaki sistem penggerak harus digeser.

3. Penyimpangan kesebarisan rodagigi


rantai.
Posisi rodagigi rantai yang tidak sebaris dapat
dicapai dengan menggeser salah satu rodagigi
rantai terhadap porosnya.

JURUSAN TEKNIK MESIN Program Studi Teknik Mesin


POLITEKNIK NEGERI
PONTIANAK TEKNIK PERAWATAN Hal. - 59

4.4 Pemeriksaan Penyimpangan Pada Roda Gigi Rantai dan Rantai Penggerak
Penyimpangan kesejajaran sumbu poros vertikal
dapat diperiksa dengan menggunakan “spirit
level” atau “clinometer” pada kedua buah poros.

Pemeriksaan penyimpangan kesejajaran sumbu


poros horisontal dapat dilakukan dengan
menggunakan mistar perata pada dua posisi
yang berbeda pada poros.
Apabila jarak pusat sumbu poros terlalu besar,
penyimpangan dapat diketahui melalui
pengukuran jarak diantara diameter luar pada
beberapa posisi.

Penyimpangan kesebarisan rodagigi rantai


diperiksa dengan menempatkan mistar perta
secara melintang pada bagian sisi rodagigi
rantai.

4.5 Mengatur Tegangan Rantai


Penggerak

JURUSAN TEKNIK MESIN Program Studi Teknik Mesin


POLITEKNIK NEGERI
PONTIANAK TEKNIK PERAWATAN Hal. - 59

Tegangan rantai penggerak pada saat beroperasi mempunyai nilai tertentu agar dapat
beroperasi secara efisien. Gunakan mistar perata dan penggaris untuk mengukur tegangan
yang terjadi.

Besar defleksi pada saat pengukuran ditentukan


oleh jarak antara sumbu poros. Secara umum
besar defleksi sebesar 2 % dari jarak antara
sumbu poros. Pada saat membeli rantai
pengerak, mintalah rekomendasi dari pabrik
pembuat mengenai besarnya defleksi.

Pada saat beroperasi, rantai bagian atas


sebaiknya lebih tegang daripada rantai bagian
bawah. Apabila sisi bagian atas longgar,
kemungkinan pada suatu saat akan menggesek
sisi bagian bawah pada saat beroperasi.

Gunakan “idler sprocket” atau lakukan


penggeseran sistem penggerak untuk
mendapatkan besar defleksi yang diijinkan.

4.6 Tanda Terjadinya


Penyimpangan Pada Roda Gigi Rantai
Penggerak

JURUSAN TEKNIK MESIN Program Studi Teknik Mesin


POLITEKNIK NEGERI
PONTIANAK TEKNIK PERAWATAN Hal. - 59

Pada saat beroperasi penyimpangan dapat diketahui melalui tanda-tanda seperti :


- Bergetarnya sistem penggerak.
- Suara yang gaduh.
- Kenaikan temperatur dengan cepat.

Pada saat tidak beroperasi penyimpangan dapat


diketahui melalui keausan yang terjadi pada
rodagigi rantai dan rantai penggerak.

4.7 Pelumasan Roda Gigi Rantai dan


Rantai Penggerak
Penyebab kerusakan pada rantai penggerak
kebanyakan karena kekurangan atau tidak
tepatnya pelumas yang digunakan. Pada setiap
pengoperasian, pelumas harus masuk ke dalam
setiap hubungan antar elemen untuk mengatasi
beban yang dibawa oleh permukaan elemen
tersebut.
Pelumas untuk rantai penggerak biasanya oli,
tetapi pada saat kondisi tertentu digunakan
gemuk. Pemilihan jenis pelumas ditentukan oleh
suhu operasi dan tingkat kepresisian ranati
penggerak.
Tabel disamping merupakan anjuran oli untuk
pelumasan rantai penggerak secara umum.
METODE PELUMASAN
1. Tipe Pelumasan I
Metode pelumasan secara manual, dan
digunakan pada rantai penggerak kecepatan
rendah. Pembeian oli pada rantai penggerak

JURUSAN TEKNIK MESIN Program Studi Teknik Mesin


POLITEKNIK NEGERI
PONTIANAK TEKNIK PERAWATAN Hal. - 59

menggunakan kuas atau sikat. Pastikan bahwa oli masuk ke ruangan antara “slide plate”
sehingga dapat masuk ke sambungan rantai penggerak.
2. Tipe Pelumasan II
Metode pelumasan menggunakan tetesan oli. Oli
diteteskan melalui pipa ke rentangan rantai
penggerak. Jumlah tetesan 10 : 20 per menit, dan
tergantung dari kecepatan penggerak. Sikat
berfungsi untuk membersihkan kotoran yang
terbawa.

3. Tipe Pelumasan III


Metode pelumasan menggunakan percikan oli
melalui rendaman oli di dalam rumah pelindung
rantai penggerak. Bagian rantai paling bawah
yang terendam oli seharusnya 1/2 inchi.

4. Tipe Pelumasan IV
Metode pelumasan menggunakan pompa oli
pada rumah pelindung rantai penggerak.
Kapasitas pompa seharusnya 1 galon permenit.
Metode ini akan menjaga oli terhadap udara
yang masuk ke dalam aliran dan mencegah
terjadinya busa pada kecepatan tinggi.

Pemilihan tipe pelumasan mempertimbangkan


faktor :
- Batas HP
- Nomor rantai penggerak
- Rpm
- Jumlah gigi rodagigi rantai kecil.
Sebagai contoh ; no. 50 rantai penggerak
“roller”, beroperasi pada 500 rpm, dan jumlah

JURUSAN TEKNIK MESIN Program Studi Teknik Mesin


POLITEKNIK NEGERI
PONTIANAK TEKNIK PERAWATAN Hal. - 59

gigi pada rodagigi rantai terkecil 21, akan memindahkan daya 7,15 HP. Maka tipe pelumasan
yang digunakan tipe II.
4.8 Hal-hal Lain Yang Berhubungan Dengan roda Gigi Rantai dann Rantai Penggerak

1. Rumah Pelindung
Untuk mencegah masuknya kotorsan ke rantai
penggerak karena lingkungan yang kotor, maka
sediakanlah rumah atau tutup pelindung .

2. Pengujian Jalan
Apabila memungkinkan, lakukan pengujian
jalan tanpa beban selama beberapa menit (tidak
memerlukan pelumas karena tanpa beban).
Dengar suara pukulan atau hentakan karena
benturan, dan periksa bahwa ranti tidak melecut
atau slip.

Setelah itu matikan penggerak, dan periksa


bentuk keausan pada rantai penggerak.
Cari penyebab keausan yang tidak sempurna
melalui proses penyebarisan.

Setelah pelumas tersedia, lakukan pengujian


jalan dengan kondisi beban penuh. Dengarkan
bunyi tidak normal yang terjadi, dan periksa
rembesan oli yang bocor melalui “seal:. Setelah
pengujian dengan beban penuh dilakukan
selama beberapa menit, lakukan lagi
pemeriksaan rantai penggerak pada saat mesin
mati.

JURUSAN TEKNIK MESIN Program Studi Teknik Mesin


POLITEKNIK NEGERI
PONTIANAK TEKNIK PERAWATAN Hal. - 59

3. Penyimpangan rantai penggerak


Jaga rantai penggerak di gudang agar tidak
kotor dan rusak dengan jalan membungkusnya.
Rantai penggerak yang terbuka akan cepat
rusak karena terkontaminasi dengan debu atau
kotoran.

4. Pemeliharaan pencegahan
Pemeliharaan rantai penggerak dilakukan
sesuai jadwal secara berkala. Lakukan
pemeriksaan terhadap ;
- Kualitas dan Kuantitas pelumas.
- Tegangan rantai penggerak.
- Keausan pada elemen penggerak
- “Alignment” sistem pengerak.

5. Keselamatan Kerja
- Sebelum mulai bekerja, matikan
sumber penggerak dan dikunci.
- Jangan menggunakan baju
berlengan terlalu panjang dan longgar.
- Sediakan alat perkakas dan alat
angkat yang sesuai dengan pekerjaan.
- Pelihara agar area kerja bersih dan
bebas dari tumpahan oli
- Sebelum melakukan pengujian
jalan, pastikan semua bagian terkunci
dengan kuat.

JURUSAN TEKNIK MESIN Program Studi Teknik Mesin


POLITEKNIK NEGERI
PONTIANAK TEKNIK PERAWATAN Hal. - 59

JURUSAN TEKNIK MESIN Program Studi Teknik Mesin

Anda mungkin juga menyukai