Anda di halaman 1dari 17

Pengembangan Media Film Dalam Rangka Memberi Kesadaran Bagi Bumil Untuk

Melakukan Tes AIDS


Abstrak
Berdasarkan data statistik yang diedarkan oleh WHO, menjelaskan bahwasanya terbilang
sangat banyak balita yang diperkirakan menghidapi AIDS. Balita tersebut dikatakan setiap
tahunnya ada kasus infeksi AIDS balita dengan nominal terbilang tidak sedikit yakni 2000
balita setiap harinya. Kasus ini dikatakan berdasarkan fakta yang konkrit bahwasanya balita
tersebut terinfeksi AIDS dikarenakan oleh ibunya sendiri yang pada hakikatnya sudah
menghidapi AIDS dan diturunkan ke anaknya tersebut. Ibu-ibu hamil diperkirakan sangat
awam terkait penegakan diagnosis infeksi AIDS yang dimana padahal dapat dilakukan tes
AIDS tersebut dengan mudah melalui fasilitas kesehatan yang ada. Informasi terkait
penegakan diagnosis infeksi AIDS tersebut terbilang sangat minim dan terbilang susah untuk
didapatkan informasinya apalagi di era mdoern ini yang mengandalkan teknologi digital.
Berdasarkan fakta, penggunaan media audiovisual terbialng sangat efisien dalam menjadi
penghubung bagi masyarakat untuk mendapatkan informasi dari sesebuah kelompok dan
pada konteks ini adalah pemerintah sendiri demi mensejahterakan bumil dari infeksi AIDS.
Media audiovisual yang menjadi sorotan untuk penghubung bagi masayrakat terkait
pentingnya melakukan pengecekan atau tes AIDS oleh bumil adalah melalui media film yang
diperkirakana akan menjadi suatu hal yang menarik dan dapat menarik perhatian dan
sorotan kalangan ibu. Maka dari itu, ada pula tujuan yang diangkat dari penelitian ini, yakni
adalah untuk mengembangkan media audio visual film dalam konteks kesehatan demi
meberikan kesadaran dan pemahaman kepada bumil terkait kepentingan melakukan
pengecekan atau tes AIDS demi kebaikan balitanya sendiri. Ada beberapa tahapan yang
diapliaksikan dalam penelitian ini yakni pengembangan media audiovisual dan juga
sekaligus analisis kepentingan media informasi. Di samping itu, peneliti menggunakan
metode review literatur pada penganalisian tersebut yang mencakup penelitian, buku,
bacaana ilmiah, jurnal dan lainnya. Wawancara mendalam juga dilakukan oleh peneliti
sendiri dalam rangka mendapatkan informasi aktual dari bumil yang diperkirakan tinggi
tingkat persentase penularannya dengan aspek-aspek yang telah diperkirakan oleh peneliti
pastinya. Melalui pengaplikasian film media audiovisual, sesebuah film yang berisikan
cerita pendek terkait pemahaman dalam melakukan tes AIDS serta kepentingannya dengan
menampilkan alur cerita yang berisikan nilai-nilai yang dapat merangkul hati penonton
khususnya bumil, akan dapat diciptakan dan disebarluaskan ke institusi kesehatan atau
rumah sakit yg ada di indoensia.
Kata Kunci: Media, Audio visual, Film, Tes AIDS, Bumil

Abstract
Based on statistical data released by WHO, it explains that there are quite a lot of children
under five who are estimated to have AIDS. The toddler is said to have a toddler AIDS
infection case every year with a nominal not less than 2000 toddlers every day. This case is
said to be based on concrete facts that the toddler is infected with AIDS due to his own
mother who in fact has AIDS and passed on to her child. Pregnant women are thought to be
very ordinary in terms of establishing a diagnosis of AIDS infection, which can be easily
carried out through existing health facilities. Information related to the diagnosis of AIDS
infection is very minimal and difficult to obtain information especially in this modern era that
relies on digital technology. Based on the facts, the use of audiovisual media is very efficient
in connecting people to get information from a group and in this context is the government
itself for the welfare of pregnant women from AIDS infection. Audiovisual media that
becomes the spotlight for a contact for the community related to the importance of carrying
out checks or AIDS tests by pregnant women is through film media which is expected to be
an interesting thing and can attract the attention and attention of mothers. Therefore, there is
also a purpose raised from this research, which is to develop audio-visual media in a health
context in order to provide awareness and understanding to pregnant women related to the
importance of carrying out an AIDS check or test for the good of their own toddlers. There
are several stages implemented in this study, namely the development of audiovisual media
and also at the same time analyzing the importance of information media. In addition,
researchers use the method of literature review in the analysis which includes research,
books, scientific reading, journals and others. In-depth interviews were also conducted by
the researchers themselves in order to obtain actual information from pregnant women who
are estimated to have a high percentage of transmission rates with aspects that had been
estimated by the researcher for sure. Through the application of audiovisual media films, a
film that contains short stories related to understanding in conducting AIDS tests and their
interests by presenting a storyline that contains values that can embrace the hearts of the
audience, especially pregnant women, will be created and disseminated to existing health
institutions or hospitals. in Indonesia.
Keywords: Media, audio visual, film, AIDS test, pregnant women
Bab I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Berdasarkan fakta yang konkrit yang telah diriliskan oleh organisasi terpecaya yakni
WHO, AIDS dikatakan sebesar 90% ditularkan kepada balita oleh ibu kandung mereka
sendiri yang dimana penularan tersebu terjadi sewaktu proses kehamilan sang ibu dan
spesifiknya adalah pada proses persalinan dan serta sekaligus penyusuan balita oleh ibunya.
Pada haekkatnya penularan tersebut tidaklah semasif yang diperkirakan, mengingat nominal
pada umumnya adalah hanyak sebatas 30%, namun berdasarkan fakta yang reliable dan valid,
persentase virus yang terdapat di dalam tubuh seseorang tersebut adalah faktor utama
peningkatan resiko terjadinya AIDS pada diri seseorang dan tidak dipungkiri lagi virus yang
terkandung dalam diri bumil akan ditularkan kepada balita nya yang dalam kondisi rentan
akan virus seperti tersebut. WHO juga mengeluarkan fakta konkrit dengan menyatakan
bahwasanya balita yang diperkirakan terinfeksi AIDS itu tidaklah sedikit dengan nominal
sebanyak 1,600 balita yang terinfeksi virus AIDS setiap harinya. Ini menjadi hal yang paling
ketara terkait penularan virus AIDS yang dimana sering terjadi pada balita yang dikandung
ibunya yang menghidapi AIDS tanpa disadari pada umumnya.
Fase perinatal merupakan fase yang paling rentang yang dapat membuat balita terinfeksi
virus AIDS langsung dari ibunya. Hal ini jelas merupakan sebuah kerugian dan hal yang
patut diprihatinkan mengingat sosok balita tersebut yang terinfeksi yang seharusnya
berpeluang hidup untuk menjadi contoh yang dapat membanggakan nusa dan bangsa
indonesia sehingga menjayakan negeri tercintanya tersebut dan tidak terhenti hanya di proses
kelahiran dikarenakan oleh virus mematikan yakni AIDS. Dengan ketiadaan pemahaman oleh
bumil akan diri mereka yang terinfeksi AIDS, hal itu akan sangat merbahayakan diri mereka,
anaknyaserta sekaligus juga bagi negara indonesia sendiri. Besarnya nominal ibu hamil yang
menghidapi virus AIDS, sekaligus akan meningkatkan juga besarnya nominal balita yang
dilahirkan yang dimana juga menghidapi virus AIDS tersebut. Banyaknya ibu hamil yang
terinfeksi AIDS terbilang cukupbanyak persentase nya didalam data statistik individu-
indivudu masyarakat indonesia yang terinfeksi AIDS. Seperti disebutkan sebelumnya,
bahwasanya proses perintal merupakan proses yang paling rentan menginfeksikan balita
dengan virus AIDS tersebut dan hal ini sudah didatakan oleh pemerintah sejak tahun 2006
dengan tingkat statistik yang terbilang tidak sedikit bumil yang menularkan anaknya dengan
virus AIDS tersebut.
Kasus penginfeksian AIDS terus menerus meningkat secara signifikan sehingga membuat
pemerintah pusat harus berfikir keras dalam langkah penanggulangannya yang efisien. Hal ini
dapat difokuskan pada bumil yang rentan terinfeksi virus AIDS. Wanita pada kenyataannya
adalah sosok yang mudah terinfeksi virus AIDS khususnya dalam konteks ibu hamil yang
sedang diperbicarakan. Terlepas dari itu, penginfeksian virus AIDS juga terbilang banyak
terjadi kasusnya pada mereka yang melakukan hubungan seks. Meskipun hubungan seks
tersebut melibatkan dua gender, yakni laki-laki dan perempuan, namun secara statistik,
perempaun adalah sosok gender yang rentan terkena infeksi virus AIDS berbanding laki-laki.
Di samping itu, tidak hanya hubungan seks yang membuat perwudukan infeksi virus AIDS
ini, namun ada juga penggunaan jarum suntik yang tidak steril oleh pihak tenaga media di
fasilitas kesehatan atau secara individual sendiri. Maka dari itu, wanita menjadi sorotan
pemerintah dalam menanggulangi virus AIDS tersebut mengningat sosok gender iniah yang
harus difokuskan terlebih dahulu berbandinglaki-laki mengingat perempuan adalan sosok
gender yang paling rentang menghidapi virus AIDS berbanding laki-laki. Dengan penerapan
intrvensi dalam penanggulangan resiko penginfeksian AIDS melalui perintal semakin
difokuskan oleh semua pihak khususnya pada ibu hamil yang menghidap virus AIDS.
Penerapan tersebut terbukti berkesan dalam menanggulangi penginfeksian virus AID dari
ibu hamil terhadap balita yang telah dilakukan oleh negera asing menggunakan kebijakan
yang efisien di negara mereka sendiri yang dikira layak dan sesuai berdasarkan budaya
kuktural mereka. Para ahli berpendapat bahwasanya, pencegahan selain penerapan intervensi
dalam penanggulangan resiko penginfeksian virus AIDS melalui perital ada banyak, yakni
seperti mengonsumsi sejenis bahan kimia yang direkomendasikan oleh dunia kesehatan,
yakni ARV selama waktu atau periode kehamilan ibu tersebut, melakukan proses bersalin
dengan operasi caesar sekaligus menggantikan susu asi ibu kandung dengan susu formula
khusus bayi yang sudah direkomendasikan oleh dokter kandungan. YPI atau disebut juga
sebagai Yayasan Pelita Ilmu menyatakan bahwasanya terdapat hanya segelintir bumil yang
melakukan pengecekan infeksi virus AIDS dari tahun ke tahun yang dimana terbilang sangat
sedikit berbanding bumil yang ada pada setiap tahunnya. Kurangnya pemahaman atau sikap
apatis bumil lah yang menyebabkan mereka tidak giat dalam melakukan pengecekan tersebut
mengingat mereka tidak tahu terkait virus ini sendiri. Orgaisasi terpecaya lainnya yakni
adalah UNICEF juga menyatakan bahwasanyabumil berikap acuk tak acuh dan apatis terkait
penularan infeksi vrus AIDS dikalangan bumil pada anaknya.
Pemahaman mereka-mereka terbilang sangat minim dan hampir sekian persen sahaja
yang mempunyai paham dan pengetahuan terkait infeksi AIDS tersebut dikalangan ibu hamil.
Kenyataannya, pemahaman yang minim tersebut terkait penularan infeksi virus AIDS
hendaklah difasilitasi oleh pihakberwenang sesegera mungkin agar pahamn tersebut dapat
disampaikan dengan segera pada ibu hamil supaya dapat dicegah penularan virus AIDS
tersebut dengan sinifikan dan efektif pastinya. Penerus bangsa yang terinfeksi virus AIDS
sangatlah diprihatinkan dan seharusnya dilakukan pencegahan sebelum semuanya menjadi
terlambat dengan membangun dan menciptakan sebuah pemahaman dalam segi pengetahuan
terkait infeksi AIDS pada ibu hamil demi kelangsungan hidup anaknya. Melalui promosi
kesehatan, diharapkan agar dapat bagi ibu hamil mempunyai ilmi-ilmu terkait
penanggulangan penularan infeksi virus AIDS. Promosi ini justru akan mudah ditanggapi
oleh masyarakat sekiranya disosialisasikan melalui media audio visual yang dimana pada
hakekatnya menampilkan paparan yang menarik perhatian dan dapat menjadi sorotan publik
dalam rangka menyampaikan pesan tertentu ke pemikiran penerima paparan visual tersebut.
Media audio visual ini sendiri adalah hal yang krusial untuk digunakan dan diaplikasikan
dalam pengantar informasi mengingat kemampuannya dalam memudahkan proses
penyampaian informasi tersebut sehingga penerima pesan akan dapat menangkap makna dari
paparan visual tersebut dengan maksimal dan jelas tanpa ada terjadinya kesalahpahaman pada
informasinya yang berujung kepada kesalahpahaman dalam pengertiannya. Mengingat
langkah pemerluasan informasi terkait penanggulanan infeksi virus AIDS, perlu diperkirakan
jugasega aspek yakni seperti media dan sarananya yang layak dan sesuai sekaligus juga
metode yang tepat supaya dapat tersalurkan informasi tersebut dengan efisien. Fakta juga
menjelaskan bahwasanya wanita indonesia pada umumnya menghabiskan waktunya dengan
media audio visualseperti televisi di kediamannya mereka dengan durasi dan waktu yang
terbilangkup lama berbanding kegiatan seharian mereka lainnya, apalagi ibu hamil yang tidak
mampu melakukan aktifitas lainnya melainka beristirahat dan melakukan pekerjaan rumah
yang ringan.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dari penelitian ini, dapat disimpulkan beberapa rumusan masalah yakni
seperti berikut:
1. Apakah media audio visual film membantu menyalurkan informasi terkait
penangulanggan infeksi AIDS kepada bumil dengan lebih baik?
2. Bagaimana media audio visual film dapat membantu menyalurkan informasi terkait
penangulanggan infeksi AIDS kepada bumil dengan lebih baik?
3. Apakah faktor yang menyatakan media audio visual film adalah sarana yang sesuai?
1.3 Metode Penelitian
Peneliti mengaplikasikan action research pada penelitian ini yang dimana merupakan
sebuah penerapan teori dalam menciptakan media promosi bersifat kesehatan bagi ibu hamil.
Penelitian ini juga mencakup dua buah tahapan yang tidak kalah pentingnya, yakni tahap
identifikasi kebutuhan media audio visual dalam menyampikan informasi. Selain itu, tahap
lainnya adalah tahap pengembangan media audio visual tersebut. Di samping itu, terdapat
langah pemerolehan data, yakni secara review literatur dengan berlandaskan pada literasi
ilmiah yang berkaitan dengan judul penelitian.
Bab II
Tinjauan Pustaka
2.1 Komunikasi
Komunikasi berarti kebersamaan atau persatuanyang menghubungkan sesuatu
melalui usaha dan kerja. Komunikasi adalah suatu kerja membagi sesuatu kepaa
seseorang atau menyampaikan informasi sehingga dapat bersifat seperti pemberitahuan,
pembicaraan sekaligus hubungan. Komunikasi juga dikatakan sebagai transfer informasi
yang mengirimkan pesan sebagai komunikator dari satu orangke orang yang lain sehingga
mereka dapat dikatakan terlibat dalam proses komunikasi. Dapat disimpulkan,
komunikasi adalah transaksi dalam interaksi demi suatu tujuan dalam proses sosial yang
juga dapat diaplikasikan menggunakan simbol dan makna berdasarkan lingkungan
tertentu. Komunikasi sendiri mempunyai arti dimana ia adalah sebuah kegiatan yang
terdiri tahapan-tahapan dalam kaitan berhubungan. Hal yang kita perlakukan dengan
inisiatif untuk menyampaikan pesan tertentu agar lawan bicara mendapatkan informasi
yang ingin disapaikan mau itu lewat verbal atau mon verbal mengingat komunikasi tidak
hanya terbatas pada pembicaraan lewat mulut. Ketika kita mempresentasikan hasil kerja,
kita akan memperagakan bicara kitak hanya terbatas di percakapan, namun juga gestur
tangan dan mata diikuti pergerakan tumbuh dengan tujuan agar informasi yang ingin
ditransferkan kepada penonton terssmpaikan. Komunikasai itu sendiri sangatlah
mendasar bagi siapapun itu mengingat komunikasi merupakan sebuah benang yang
menghubungkan kita langsung dengan lawan bicara dalam rangka berinteraksi atau
berkomunikasi untuk tujuan tertentu. Terlebih lagi, komunikasi bersifat sangat krusial
bagi publik khusunya yang mempunyai jiwa sosial yang tinggi dan juga yang sering
berhadapan dengan khayalak ramai seperti mahsiswa yang harus berkomunikasi dalam
rangka untuk berhubung secara terus menerus. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya,
komunikasi membutuhkan lawan bicara gar kegiatan pemberian dan penerimaan pesan
dapat berlangsung dengan efisien. Di samping berkomunikasi langsung, ada juga
berkomunikasi secara tidak langsung yang dimana pembicara akan berinteraksi dengan
lawan bicara melewati teknologi berbasis komunikasi yang pada umumnya bersifat
media.
2.2 Tujuan dari komunikasi
Aktifitas komunikasi sendiri bertujuan untuk mendapatkan dukungan, pengertian
dan pengaruh dari tindakan. Maka dari itu, tujuan dari komunikasi itu sendiri dapat
dibedakan menjadi tujuan instruksi, persuasi dan informasi pastinya. Terlepas dari itu, ada
beberapa tujuan komunikasi, yakni adalah mengubah sikap, mengubah perilaku dan opini
serta mengubah masyarakat itu sendiri.
2.3 Prinsip dasar komunikasi
Adapula beberapa prinsip dasar dari komunikasi menurut ahli, yakni:
a. Komunikasi merupakan proses
Komunikasi merupakan proses yang dimana secara terus menerus berubah-ubah tanpa
ada permulaan maupun akhirannya.
b. Komunikasi merupakan sistem
Komunikasi didasari dari komponen-komponen yang mempunyai tugasnya masing-
masing sehingga saling berkaitan dalam rangka menciptakan suatu komunikasi.
c. Komuniaksi mencakup interaksi dan transaksi
Interaksi yang dimaksudkan adalah penukaran komunikasi yang dilakukan sehari-hari
sehingga terjadiproses pengiriman pesan dan komunikasi yang ini merupakan
transaksi.
d. Komunikasi adalah kerja yang sengaja dan tidak sengaja
Komunikasi dapat diakukan dengan sengaja sekiranya dilakukan komunikasi dengan
maksud tertentu dan dapat diterima oleh orang lain.
2.4 Proses Penyampaian Komunikasi
Proses komunikasi merupakan komunikator yang menciptakan pesan sekaligus
menyampaikannya melalui aluran khusus kepada orang lain selaku penerima . Proses
komunikasi terbagi menjadi 2 aspek, yakni:
a. Proses komunikasi primer
Proses komunikasi perimer merupakan proses transfer pemikiran dan perasaan kepada
orang lain selaku penerima yang dapat ditandai dengan simbol dan media. Pesan dan
pesan non verbal merupakan media primer dalam proses komunikasi sehingga dapat
menghubungkan komunikator dengan komunikan. Komunikasi tersebut dapat terjadi
dengan adanya sinkronisasi antara komunikator dengan komunikan. Ia merupakan
proses memformulasikan pemikiran dan perasaan ke dalam bentuk bahasa dengan
tujuan agar dapat dimengerti oleh komunikan. Selanjutnya, komunikan akan
menerjemahkan komunikasi yang disampaikan agar dapat dicerna dan dipahami.
Dengan pengertian dan pengalaman yang signifikan oleh komunikan, maka pesan dari
komunikator akan dapat diserap dengan efisien.
b. Proses komunikasi sekunder
Proses komunikasi sekunder mengandalkan alat atau sarana sebagai penghubung
dalam komunikasi yang bersifat sebagai lambang. Komunikator membutuhkan media
sekunder dalam menyampaikan pesan yang berjarak jauh dengan beberapa media
yakni seperti majalah, radio, televisi, telepon dan lain lainnya. Proses komunikasi
sekunder dapat dikatakan sebagai media massa dan juga media nirmassa.
2.5 Unsur-Unsur Komunikasi
Dari pengertian yang telah dipahami terkait komunikasi, dapat kita perhatikan
bahwasanya komunikasi membawa peran dalam membantu manusia berinteraksi dalam
rangka mneyampaikan sesebuah pesan yang bermakna dan pada umumnya hanya dapat
dilakukan dengan perantara yang layak seperti media dan penerima pesan tersebut atau
disebut lawan bicara. Semua hal yang berkaitan dengan komunikasi pada umumnya pasti
mengaitkan kepada sumber yang dimana sebagai pola dalam perawalan dari sesebuah
komunikasi. Sehingga komunikasi tidak dapat berdiri sendiri tanpa ada yang menerima
sumber yang ditransferkan oleh sang pembicara. Manakala pesan yang ditransferkan
merupakan bagian dari komunikasi dalam rangka pencapaian terjadinya interaksi dalam
komunikasi. Pesan sendiri dapat diciptakan berdasarkan cara penyampaian kita, yaitu
seperti tatap antar muka sehingga isi pesan dapat berisi informasi terkait apapun khusus
buat si penerima pesan tersebut. Ada pula media yang dapat dikatakan sebagai alat dalam
memindahkan pesan secara mentransfer pesan itu lalu diterima oleh penerima atau lawan
bicara. Media sendiri dapat berbentuk macam-macam seperti telepon dan surat menyurat.
Penerima, efek, umpan balik dan lingkungan adalah sekian unsur yang terdapat di dalam
komunikasi.
2.6 Dimensi Komunikasi
Komunikasi itu sendiri terdiri dari beberapa dimensi seperti komunikasi sebagai
proses yang menjelaskan terkait komunikasi dianggap sebuah sebuah aktifitas yang
terjadi secara dinamis dan tidak statis. Kedua ada komunikasi sebagai simbolik yang
menjelaskan bahwasanya interaksi yang ada dalam komunikasi didasari oleh lambang
atau simbol sehingga dapat menyampaikan sesebuah pesan. Ketiga, komunikasi sebagai
sistem yang menjelaskan dimana dalam komuniaksi harus ada sistem yang mencakup hal
seperti kesatuan dan komponen dalam sesebuah komunikasi. Keempat ada komunikasi
sebagai transaksional yang diaan komunisa didefinisikan sebagai hal yang selalu
melibatkan lebih dari satu pihak dalam berinteraksi. Kelima komunikasi sebagai aktivitas
sosial yang dimana komukasi itu adalah jembatan penyambung anata satu saa lain
sehingga segala kebutuhan sesama pihak tersebut dapat ter[enuhi berkat pembicaraan
yang dilakukan melalui komunikasi. Terakhir adalah komunikasi sebagai
multidimensional yang dimana komunikasi mempunyai beberapa tingkatan sehingga
elemen dalam k0omunikasi seperti saluran pembicaraan, sumber, pesan dan penerima
sekaligus.
2.7 Proses Komunikasi
Proses komunikasi terdiri dari proses komunikasi secara primer dan secara
sekunder. Proses komunikasi secara primer menjelaskan dimana prosedur penyampaian
pesan melalui interaksi harus menggunakan lambang agar pesan dapat tersampaikan.
Media yang dimaksudkan mencakup hal seperti getur, tubuh, bahasa dan gambar. Proses
komunikasi secara sekunder pula adalah penyampaian pesan kepada sang lawan bicara
berdasarkan sarana sebagai pengganti media.
2.8 Teknologi Komunikasi
Teknologi seperti diketahui dapat terus menerus berubah-ubah seiring waktu dan
peredaran jaman sehingga peningkatan dalam komunikasi sangat signifikan dan terkini.
Kecepatan dalam komunikasid apat membuatkan sehingga pembicara dapat
menyampaikan pesannya bersmaan dengan lawan bicara membalas sehingga tiak ada
pembata dari pemnyampain pesan tersebut dan bersifat tidak terbatas. Berkat komunikasi
yang terbilang sangat cepat kemapuannya, maka pesan yang disampaikan juga akan
tersampaikan tepat waktu dan pengiriman pesan-pesan seperti fail atau dokumen tidak
akan mengalami kelemotan.
Teknologi yang hadir berbarengan dengan sistem komunikasi benar-benar
membantu manusia dalam melakukan kegiatan seharinya khususnya bagi mereka yang
membutuhkan peran komunikasi dalam pengiriman pesan dan berinteraksi lewat media
seperti telepon mengingat tidak semua orang berada secara terus menrus berdekatand
dengan kita. Teknologi sendiri dapat kita artikan sebgai pemeruasan dari media yang
dimana mempunyai fungsi khususnya seperti perluasan kemampuan komunikasi dengan
cara yang bervariasi sehingga media dalam teknologi komunkasi ini dapat dikata sebagai
sebuah sistem yang mandiri yang dapat berdiri sendiri dan yang lain mengandalkannya
untuk aktif. Teknologi komuniaksi sendiri dapat diartikan sebagai perangkat dalam
menjalankan sesebuah kegiatan dengan mengadopsi nilai-nilai tertentu sehingga teknologi
tersebut akan mengumpulkan dan memproses pesan nya tersebut agar dapat dikirimkan
ke lawan bicara. Teknologi komunikasi mencakup hal-hal lainnya seperti peralatan,
struktur ekonomi dan sosial serta perangkat keras dalam penggunaan komunikasi. Di era
mdoern ini, masyarakat sangat membutuhkan teknologi komunikasi dalam menjalin
interaksi sesama mereka sehingga teknologi ini secara terus menerus berkembang dengan
pesat.
2.9 Komunikasi Massa
Komunikasi interpersonal merupakan sebuah proses penyampaian informasi dari
komunikator kepada komunikan. Manakala, komunikasi massasedikit berbeda yakni ia
merupakan sebuah proses yang menyampaikan informasi dari komunikator kepada
komunikan dengan menggunakan media lainnya seperti televisis, radio filem dan lainnya.
Komunikasi massa adalah suatu hal yang terbilang rumit mengingat ia dilakukan secara
massal dengan tujuan kepada massa melalui media massa. Ia adalah suatu proses
komunikasi dari 1 individu kepada lebih dari 1 individu yang pada umumnya melalui
media massa. Media massa dapat menciptakan beragam stimulus yang membuat
penerima memberikan respon yang terbilang beragam juga.
2.10 Media Baru
Media baru atau juga disbeut new media merupakan sesebuah fasilitator yang
mempermudahkan komunikasi dan hal bersifat transaksional dalam masyarakat sehingga
media baru ini berkaitan erat dengan aspek digital seperti komputer dan teknologi
informasi. Teknologi pada umumnya merupakan sistem yang menggunakan media baru
dalam pelaksanananya sehingga ia dapat dimanipulasi sedemikian rupa untuk membantu
pembicara dalam berinteraksi melalui media tersebut yang sederhanaya adalah seperti
menggunakan komputer dan telepon disertakan dengan koneksi jaringan internet sebagai
pendukung media baru ini. Media baru ini sendiri berlandaskan sistem pengiriman dan
penyampaian sesebuah pesan atau interaksi melalui sebuah media. Media baru ini sendiri
dapat memfasilitasi penggunanya dengan hal yang terkini dan cepat dalam pengaksesan
informasi sehingga dapat memeprmudah segala urusan dalam mendapatkan informasi dan
juga berhubungan dengan siapapun dimanapund dengan bantuan peraangkat berbais
internet.
Pada kenyatannya, media baru ini adalah sebuah teknologi yang mengaitkan
dengan hal-hal lainnya seperti sistem berkabel maupun non kabel seperti online dan
menerapkan sistem penyimpanan agar dapat menyimpan informasi-informasi sesebuah
sistem. Sistem baru tersebut adalah digitalisasi dari konsep perkembangan zaman terkait
teknologi sehingga ia bersifat futuristik dan semua hal yang rumit dapat diubah menjadi
ringkas. Ada pula perbedaan signifikan dari media baru dan lama seperti aspek interaktif
yang bermaksud inisiatif pengguna dalam pemberian pesan. Ada juga kehadiran sosial
yang dimana menjadi jembatan bagi pengguna dalam melakukan kajian atau aktiftas
berbasis internet. Selain itu ada otonomi yang dimana seorang pengguna akan merasakan
kendali dalam penggunan sumber teknologi informasi tersebut tanpa batasan. Namun
teknologi ini sendiri dapat dipergunakan hanya sebatas sebagai penghibur. Terakhir ada
personalisasi yang melakukan peningkatan dalam isi sehingga penguna akan merasakan
keunikan dari teknologi tersebut. Pengadaan sistem filter juga merupakan ciri utama dari
media baru ini sehingga mempunyai kemampuan yang tinggi dalam memberi pengnataran
informsi secara berkabel ataupun online yang dapat melangkahi hambatan dalam
berkomunikasi sesam orang jauh.
Seiring peredaran zaman, teknologi informasi terus menerus berkembang dan
tidak saja mendatangkan kebaikan namun juga menghadirkan segumpalan permasalahan
seperti inequality dimana media baru tidak cocok untuk dilakukan penempatan mengingat
pengaruh informasi yang tidak stabil. Ada juga social integration yang mengasumsi
bahwasanya media baru itu merupakan sebuah kelebihan dalam pelaksanaan kegiatan
sosial dalam masyarakat. Selanjutnya adalah social change yang dimana media baru itu
adalah perubah sektor ekonomi sehingga dapat dikatakan sebgai pengendali pesan dan
pemberi.
Bab III
Hasil dan Pembahasan

Dalam rangka mengaplikasikan promosi dalam konteks kesehatan, akan dibuthkan


pemahaman terkait target dengan jelas. Tujuan dari pengadaan film berbasis media audio
visual ini adalah untuk memaparkan pesan-pesan tersirat dan tersurat yang menyatakan
betapa pentingnya mengetahui tentang penanggulangan infeksi virus AIDS pada masa
kehamilan ibu. Banyak penelitian yang mengatakan bahwasanya ibu hamil terbilang sangat
termotivasi untuk memberikan yang terbaik kepada anak mereka apalagi sejak dini demi
kesehatannya dan pendidikannya juga untuk usia tua nya kedepannya sehingga anak mereka
merupakan kunci bagi kebahagiaan mereka sebagai ibu yang melahirkan. meskipun sudah
menjadi rahsia umum dimana kekayaan juga terbialng sebagai kunci kebahagiaan seseorang,
namun pada koteks ini,sosok seorang anak pada ibunya adalah prioritas sehingga apa pun
yang terjadi, ibu pasti akan melakukan yang terbaik kepada anaknya. Melalui riset yang
khusus dilakukan oleh para ahli dimana menyatakan bahwasanya wanita khususnya ibu hamil
mendapatkan pemahaman dan pengetahuan terkait penanggulangan penularan infeksi virus
AIDS melalui media televisi tersebut dengan persentase yang terbilang tidak sedikit. Media
audio visual sangat direkomendasikan oleh berbagai pihak agar diterapkan penggunaanya
dalam promosi kesehatan mengingat kemampuan media audio visual yang dapat
meyampaikan pengetahuan dengan sangat efisien dan lancar sekaligus sangat menarik hingga
dapat menarik sorotan ibu hamil untuk menontonny a. Tontonan melalui media audio visual
bersifat santai dan rileks yang dimana sangat dianjurkan bagi ibu hamil demim mengelak dari
tekanan terlalu banyak pada mental mereka. Promosi melaui media audio visual berbentuk
film telah banyak diapikasikan oleh organisasi-organisasi yang berkepentingan. Terbukti
bahwasanya langkah penggunaan media audio visual sangat efisien dan telah digunakan
secara masif oleh masyarakat dalam melakukan promosi atau penyampaian informasi.
Di samping itu, sosok seorang ibu sangatlah menyukai tontonan visual yang menarik
dan memaparkan sifat positif seperti hiburan sekaligus juga harus mudah dicerna oleh mereka
atau istilahnya tidak berbelit-belit dan membosankan untuk ditonton. Tambahan, ibu-ibu
juga cenderung menikmati tontonan visual yang di dalam tontonan tersebut disematkan sosok
anak-anak kecil yang membuat ibu-ibu menjadi senang sembari menunggu kehadiran bayinya
dilahirkan. Akan lebih menarik sorotan ibu-ibu hamil ketika tontonan tersebut diperankan
oleh mereka yang terbilang terkenal seperti artis dalam maupun luar negeri. Maka dari itu,
keempat unsur yang telah disebutkan sebelumnya dijadikan pedoman bagi mereka yang ingin
menciptakan iklan bagi ibu-ibu hamil. Terlepas dari keempat unsur yang telah disebutkan
sebelumnya, aspek-aspek yang lainnya yang juga harus diperhatikan adalah seperti tontonan
yang menerapkan sifat kependidikan dan kekeluargaan serta logis sehingga mempunyai alur
cerita yang enak ditonton oleh ibu-ibu hamil. Pada hakikatnya, bumil hendaklah berinisiatif
untuk melakukan pengecekan infeksi virus AIDS supaya dapat dicegah penularan virus AIDS
tersebut kepada kandungannya sekiranya ibu hamil tersebut terinfeksi virus AIDS.
Berdasarkan alasan tersebut, maka dari itu media audio visual yang bersifat mempromosikan
tentang penanggulangan dan pengetahuan terkait infeksi virus AIDS harus diwujudkan
supaya ibu hamil paham dan mengerti langkah apa yang harus diambil sebelum anak mereka
terkena infeksi virus AIDS.
Melalui pemaparan film berisikan pesan terkait pentingnya melakukan pengecekan
infeksi virus AIDS, peneliti berharap ibu hamil akan berubah pola pikirnya dengan
mendapatkan pengetahuan terkait pentingnya mengecek diri agar terlepas dari infeksi virus
AIDS. Peneliti menggambarkan bahwasanya pesan yang diterapkan dalam film tersebut
berupa sosok ibu hamil yang mencintai anaknya sehingga melakukan segala cara demi
kesehatan anaknya dengan tambahan transisi film yang menceritakan pesan berupa sosok
keluarga yang harmonis dengan bebas dari infeksi virus AIDS. Melalui film tersebut, akan
diciptakan sebuah skrip film terlebih dahulu yang menjadi bayang dari hasil akhir dari
produksi film tersebut. Tujuan dan sasaran utama dari pembuatan film tersebut adalah demi
menyampaikan pada ibu hamil terkait betapa pentingnya untuk para ibu hamil melakukan tes
pengecekan virus AIDS. Mengingat ilmu pengetahuan para ibu hamil yang masih rendah,
sangatlah memprihatinkan bagi mereka yang tidak m mempunyai dasar pengetahuan terkait
bahaya tidak melakukan pengecekan infeksi virus AIDS tersebut. Berdasarkan uraian yang
telah disbutkan sebelumnya, maka dari itu, peneliti ingin mewujudkan sosok film melalui
media audio visual yang dimana sekaligus diberi nama “Harmonis”. Melalui film berjudul
Harmonis dengan durasi yang diperkirakan tidak terlalu panjang ini, diharapkan agar dapat
membuka pemikiran dan sudut pandang para ibu hamil untuk melakukan pengecekan virus
AIDS secara berkala selama masa kehamilam demi mengelakkan dari penularan virus
tersebut pada bayinya itu. Film ini menceritakan tentang sosok ibu yang mencintai dan
menyayangi anaknya sehingga selalu melakukan pengecekan kesehatan ke fasilitas kesehatan
yang ada demi menjaga kandungannya agar tetap sehat dan jauh dari penyakit.
Di film ini juga, menyelipkan perasaan kekeluargaan yang kuat yang memaparkan
sosok keluarga yang bahagia yang bebas dari segala jenis penyakit khususnya virus AIDS.
Alur cerita film ini diatur sedemikian rupa agar pesan dapat tersampaikan dengan jelas dan
dapat merangkul hati ibu-ibu hamil sehingga tergerak untuk melakukan pengecekan infeksi
virus AIDS sepeti di film tersebut. Di transisi selanjutnya, film ini juga menyelipkan cuplikan
dimana ada teman dari keluarga tersebut yang meninggal dikarenakan kelalaian dalam
melakukan pengecekan kesehatan apalagi pengecekan AIDS. Berita itu menggemparkan
warga sekitar dan sosok suami disekitar mulai mengajar istrinya untuk melakukan
pengecekan infeksi virus AIDS. Film ini sendiri diberi nama Harmonis karena sosok keluarga
yang bebas dari infeksi virus AIDS secara visual adalah keluarga yang harmonis dengan sifat
kekeluargaan yang tinggi. Sasaran dari film ini sendiri merupakan para ibu hamil yang diduga
terinfeksi virus AIDS agar dapat dengan segera melakukan pengecekan ke fasilitas kesehatan
terdekat supaya tidak menularkannya pada orang lain khususnya bayi yang di dalam
kandungan tersebut.
Maka dari itu, peneliti menyimpulkan bahwasanya tujuan utamanya dari pewujudan
film Hamonis ini adalah supaya ibu-ibu hamil serta keluarganya sadar akan pentingnya
melakukan pengecekan kesehatan tersebut pada kandungan ibu hamil tersebut. Setelah
menonton film ini, penonton khususnya ibu hamil akan terbuka pemahamannya untuk
menjadi lebih berhati-hati dan peka akan keadaan kesehatan tubuh diri dan anaknya juga.
Mendasari latar belakang yang sudah dibahas sebelumnya, mengatakan bahwa ibu hamil
mempunyai pemahaman terkait bahaya infeksi virus AIDS dengan kadar yang sangat minim
hingga akan menjurus kepada bahaya bagi kandungan dan lebih parahnya lagi pada orang
sekitar khususnya keluarga terdekat. Dengan bantuan dari sosialisasi film berdurasi pendek
ini, diharapkan akan dapat membuat sosok suami dan keluarga lainnya mengambil peran
dalam mengelak dan mencegah diri dari kasus infeksi virus AIDS. Hal ini juga telah diatur
sedemikian rupa dengan unsur-unsur yang layak dan sesuai sehingga mampu menarik
perhatian dan sorotan para ibu hamil untuk terpikat menonton film tersebut demi kebaikan
mereka pastinya. Sosok keluarga yang dipaparkan dalam film Harmonis ini menampilkan
pesan dan contoh yang berupa keluarga harmonis yang saling menghormati dan ambil berat
akan sesama sehingga penonton akan merasa dekat dengan paparan film tersebut yang
dimana berkaitan erat dengan kehidupannya yang relaita dengan film tersebut. Sifat empati
adalah hal yang ingin diciptakan oleh peneliti bagi penonton khususnya ibu hamil seingga
sosok film ini digambar sedekat mungkin dengan kenyataan yang dirasakan manusia pada
umumnya. Selain memfokuskan pada sosok realitas tersebut, peneliti lebih menguatkan peran
emosional di dalam film ini sehingga dapat menyampaikan pesan empati tersebut hingga ke
benar penonton apalagi ibu-ibu yang pada umumnya kita ketahui sangatlah mudah dibuat
sedih dengan film-film yang menciptakan suasan pilu. Film pendek ini mengambil sosok ibu
dan keluarga karena dua aspek ini merupakan bagian yang pening dalam pembentukan sosok
keluarga yang harmonis sehingga film ini dapat dipublikasikan dengan nama “Harmonis”.
Bab IV
Penutup
4.1 Kesimpulan
Media audiovisual yang menjadi sorotan untuk penghubung bagi masayrakat terkait
pentingnya melakukan pengecekan atau tes AIDS oleh bumil adalah melalui media film yang
diperkirakana akan menjadi suatu hal yang menarik dan dapat menarik perhatian dan sorotan
kalangan ibu. Maka dari itu, ada pula tujuan yang diangkat dari penelitian ini, yakni adalah
untuk mengembangkan media audio visual film dalam konteks kesehatan demi meberikan
kesadaran dan pemahaman kepada bumil terkait kepentingan melakukan pengecekan atau tes
AIDS demi kebaikan balitanya sendiri. Berdasarkan uraian yang telah disbutkan sebelumnya,
maka dari itu, peneliti ingin mewujudkan sosok film melalui media audio visual yang dimana
sekaligus diberi nama “Harmonis”.
Melalui film berjudul Harmonis dengan durasi yang diperkirakan tidak terlalu panjang
ini, diharapkan agar dapat membuka pemikiran dan sudut pandang para ibu hamil untuk
melakukan pengecekan virus AIDS secara berkala selama masa kehamilam demi
mengelakkan dari penularan virus tersebut pada bayinya itu. Film ini menceritakan tentang
sosok ibu yang mencintai dan menyayangi anaknya sehingga selalu melakukan pengecekan
kesehatan ke fasilitas kesehatan yang ada demi menjaga kandungannya agar tetap sehat dan
jauh dari penyakit. peneliti menyimpulkan bahwasanya tujuan utamanya dari pewujudan film
Hamonis ini adalah supaya ibu-ibu hamil serta keluarganya sadar akan pentingnya melakukan
pengecekan kesehatan tersebut pada kandungan ibu hamil tersebut. Setelah menonton film
ini, penonton khususnya ibu hamil akan terbuka pemahamannya untuk menjadi lebih berhati-
hati dan peka akan keadaan kesehatan tubuh diri dan anaknya juga. Mendasari latar belakang
yang sudah dibahas sebelumnya, mengatakan bahwa ibu hamil mempunyai pemahaman
terkait bahaya infeksi virus AIDS dengan kadar yang sangat minim hingga akan menjurus
kepada bahaya bagi kandungan dan lebih parahnya lagi pada orang sekitar khususnya
keluarga terdekat.
Dengan bantuan dari sosialisasi film berdurasi pendek ini, diharapkan akan dapat
membuat sosok suami dan keluarga lainnya mengambil peran dalam mengelak dan mencegah
diri dari kasus infeksi virus AIDS. Hal ini juga telah diatur sedemikian rupa dengan unsur-
unsur yang layak dan sesuai sehingga mampu menarik perhatian dan sorotan para ibu hamil
untuk terpikat menonton film tersebut demi kebaikan mereka pastinya. Sosok keluarga yang
dipaparkan dalam film Harmonis ini menampilkan pesan dan contoh yang berupa keluarga
harmonis yang saling menghormati dan ambil berat akan sesama sehingga penonton akan
merasa dekat dengan paparan film tersebut yang dimana berkaitan erat dengan kehidupannya
yang relaita dengan film tersebut. Sifat empati adalah hal yang ingin diciptakan oleh peneliti
bagi penonton khususnya ibu hamil seingga sosok film ini digambar sedekat mungkin dengan
kenyataan yang dirasakan manusia pada umumnya. Selain memfokuskan pada sosok realitas
tersebut, peneliti lebih menguatkan peran emosional di dalam film ini sehingga dapat
menyampaikan pesan empati tersebut hingga ke benar penonton apalagi ibu-ibu yang pada
umumnya kita ketahui sangatlah mudah dibuat sedih dengan film-film yang menciptakan
suasan pilu. Film pendek ini mengambil sosok ibu dan keluarga karena dua aspek ini
merupakan bagian yang pening dalam pembentukan sosok keluarga yang harmonis sehingga
film ini dapat dipublikasikan dengan nama “Harmonis”.
Kasus penginfeksian AIDS terus menerus meningkat secara signifikan sehingga membuat
pemerintah pusat harus berfikir keras dalam langkah penanggulangannya yang efisien. Hal ini
dapat difokuskan pada bumil yang rentan terinfeksi virus AIDS. Wanita pada kenyataannya
adalah sosok yang mudah terinfeksi virus AIDS khususnya dalam konteks ibu hamil yang
sedang diperbicarakan. Terlepas dari itu, penginfeksian virus AIDS juga terbilang banyak
terjadi kasusnya pada mereka yang melakukan hubungan seks. Meskipun hubungan seks
tersebut melibatkan dua gender, yakni laki-laki dan perempuan, namun secara statistik,
perempaun adalah sosok gender yang rentan terkena infeksi virus AIDS berbanding laki-laki.
Di samping itu, tidak hanya hubungan seks yang membuat perwudukan infeksi virus AIDS
ini, namun ada juga penggunaan jarum suntik yang tidak steril oleh pihak tenaga media di
fasilitas kesehatan atau secara individual sendiri. Maka dari itu, wanita menjadi sorotan
pemerintah dalam menanggulangi virus AIDS tersebut mengningat sosok gender iniah yang
harus difokuskan terlebih dahulu berbandinglaki-laki mengingat perempuan adalan sosok
gender yang paling rentang menghidapi virus AIDS berbanding laki-laki. Dengan penerapan
intrvensi dalam penanggulangan resiko penginfeksian AIDS melalui perintal semakin
difokuskan oleh semua pihak khususnya pada ibu hamil yang menghidap virus AIDS.
Daftar Pustaka

Addo. (2005). Pregnant Women’s Knowledge of ann attitudes to HIV testing at Komfo

Anokye Teaching Hospital, Kumasi. Ghana Med Journal.

Anon. (2009). Prevention Mother to Child Transmission (PTMTCT).

Cangara dan Hafied. (2007). Pengantar ilmu komunikasi. Jakarta Raih asa sukses.

Depkes RI. (2008). Statistik Kasus HIV/AIDS di indonesia. Jakarta

Farid H. dan Heri B. (2011). Ilmu komunikasi sekarang dan tantangan masa depan(Ed 1 st ).

Prenada Media Group.

Hubeis. (2007). Pengaruh Desain Pesan Video Instruksional terhadap peningkatan

pengetahuan petani tentang pupuk agrodyke. Jurnal agro ekonomi.

Kasilo. (2008). Komunikasi Cinta: menembus g-spot konsumen indonesia. Jakarta: gramedia.

KBI GEMARI. (2009). Program penanggulangan HIV/AIDS melalui pendekatan ketahanan

keluarga.

Kristanti. (1996). Pengetahuan ibu tentang AIDS, SDKI 1994. Buletin penelitin kesehatan.

Kuswandi. (1996). Komunikasi massa: sebuah analisis media televisi. Jakarta: PT rineka

cipta.

Shimp. (2004). Periklanan dan promosi: aspek tambahan komunikasi pemasaran terpadu.

Jakarta: Erlangga.

Widyawati. (2009). Analiis faktor yang mempengaruhi sikap ibu hamil terhadap HIV/AIDS

dan VCT di kelurahan mangunharjo kecamatan tugu kota semarang. Universitas

diponegoro.
Tubbs, Stewart dan Moss. (1996). Human communication: Konteks-konteks komunikasi.

Bandung: PT remaja rosdakarya

Anda mungkin juga menyukai