Anda di halaman 1dari 9

REKAYASA SUNGAI dan DAS

Jhonny Tanduk Allo Seleng


18.1.05.2.1.011

JURUSAN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALU
2020
A. Pengertian Sungai

Sungai merupakan bagian terendah di


permukaan bumi dalam bentuk alur memanjang dari
sebelah hulu (atas) menuju ke sebelah hilir (bawah).
Sungai merupakan sistem alur alam, dapat terdiri dari
satu atau lebih alur-alur yang bertemu atau bercabang
yang akan mengalir menuju Samudera, Danau atau
laut, atau ke sungai yang lain. Pada beberapa kasus,
sebuah sungai secara sederhana mengalir meresap ke
dalam tanah sebelum menemukan badan air lainnya.
Dengan melalui sungai merupakan cara yang biasa
bagi air hujan yang turun di daratan untuk mengalir ke laut atau tampungan air yang besar
seperti danau. Sungai terdiri dari beberapa bagian, bermula dari mata air yang mengalir ke
anak sungai. Beberapa anak sungai akan bergabung untuk membentuk sungai utama. Aliran
air biasanya berbatasan dengan kepada saluran dengan dasar dan tebing di sebelah kiri dan
kanan. Penghujung sungai di mana sungai bertemu laut dikenali sebagai muara sungai.
Sungai merupakan salah satu bagian dari siklus hidrologi. Air dalam sungai umumnya
terkumpul dari presipitasi, seperti hujan, embun, mata air, limpasan bawah tanah, dan di
beberapa negara tertantu air sungai juga berasal dari lelehan es/salju. Secara hidrologis,
jumlah air atau debit aliran di sungai akan dipengaruhi oleh sifat penutupan permukaan lahan.
Untuk lahan dengan penutupan berupa vegetasi (baik perkebunan, hutan atau sawah)
umumnya akan menyebabkan distribusi air yang lebih merata sepanjang tahun, dimana
musim hujan tidak terlalu besar dam musim kemarau tidak terlalu besar dan musim kemarau
tidak terlalu kering. Sebaliknya untuk lahan dengan sifat penutupan yang relatif kurang
mampu meresap air (pemukiman industri, sarana transportasi, dll), sifat aliran di sungai akan
kurang merata sepanjang tahun.

Kemanfaatan terbesar sebuah sungai adalah untuk irigasi pertanian, bahan baku air
minum, sebagai saluran pembuangan air hujan dan air limbah, bahkan sebenarnya potensial
untuk dijadikan objek wisata sungai. Di Indonesia saat ini terdapat 5.950 daerah aliran sungai
(DAS).

Selain air, sungai juga mengalirkan sedimen dan polutan. Apabila selama di permukaan
air berinteraksi dengan lahan yang mudah tererosi, maka air yang masuk ke sungai, akan
membawa banyak kandungan sedimen. Pencemaran yang tidak dikendalikan di lahan pada
gilirannya akan terbawa masuk ke sungai. Dibeberapa daerah atau negara (misal : Sungai
Ciliwung dan Sungai Angke di Jakarta, sungai Theme di London), sungai telah menjadi
bagian dari pengembangan daerah urban. Salah satu dari banyak jenis pemanfaatan sungai di
daerah tersebut adalah bahwa sungai digunakan sebagai tempat pembunagan limbah
domestik. Konsekuensinya, sungai di bagian hilir relatif lebih banyak menimbulkan
permasalahan lingkungan, terutama dari sisi pencemaran kualitas.

2|Page
B. Pemanfaatan sungai
Makhluk hidup yaitu tumbuh – tumbuhan, hewan, dan manusia untuk melangsungkan
kehidupannya selalu membutuhkan air. Sumber – sumber air berasal dari; mata air, air tanah,
danau, danau buatan (waduk), air hujan, air pasang surut dan sungai. Kelebihan curah hujan
dan kelebihan air tanah akan mengalir kelembah membentuk alur – alur atau saluran yang
lazim disebut Sungai.
         Sungai digunkan untuk berbagai
tujuan yaitu:
a. Air bersih untuk keperluan air minum
b. Keperluan pertanian
c. Untuk pengendalian banjir
d. Keperluan irigasi
e. Keperluan drainase
f. Tenaga Listrik
g. Keperluan industri
h. Keperluan water supply navigasy
i. Dan sebagainya.
Sumberdaya sungai tidak saja dilihat dari kandungan dan pola ketersediaan air di sungai
tersebut, melainkan juga sumberdaya sedimen yang dimilikinya. Pada hampir semua
pembangunan keteknik-sipilan, kedua jenis sumberdaya sungai tersebut merupakan material
penting yang selalu digunakan.
Aspek negatif bagi keberadaan air sungai terhadap kehidupan adalah:
a. Kelebihan air pada musim penghujan yang mungkin mengakibatkan banjir – banjir
b. Kekurangan air pada musim kemarau yang mungkin mengakibatkan kekeringan
c. Erosi pada sungai.
d. Transportasi sedimen maupun material yang mengakibatkan pencemaran lingkungan
e. Pada muara sungai terutama karena pengaruh pasang surut laut, sehingga menimbulkan
penutupan muara oleh sedimen

C. Aspek negatif fenomena sungai di Indonesia


Fenomena sungai di Indonesia yang cenderung bertambah ketika musim hujan dan
menyusut ketika musim kemarau dan curah hujan yang terdistribusi tidak merata sepanjang
tahun sehingga fluktuasi debit alirannya sangat fluktuatif. Fenomena lain ialah besarnya laju
erosi yang terbawa ke hilir yang mengakibatkan terjadi sedimentasi di saluran drainase di
hilir. Besarnya laju erosi rata-rata ditunjukkan pada hasil beberapa penelitian yang
mengatakan bahwa laju erosi beberapa sungai telah mendekati ambang Toleransi erosi
sebesar 1,12 – 13,45 ton/ha/tahun. Ambang toleransi ini ditentukan berdasarkan berbagai
faktor pada sistem pengelolaan tanah. Permasalah sedimentasi di aliran air ini diperparah
dengan adanya tambahan limbah padat (sampah) yang masuk di badan air akibat tindakan
masyarakat. Indikasi yang terjadi akibat fenomena ini adalah terjadinya transpor sedimen
yang besar dan erosi yang terjadi di sungai meander yang berujung pada degradasi sungai.

3|Page
Tolok ukur manfaat dan pengaruh negatif untuk berbagai jenis kegiatan pemanfaatan
sungai yang lain misalnya:
1. Irigasi
Irigasi merupakan upaya yang dilakukan manusia untuk mengairi lahan pertanian.
 Tolok ukur manfaat: ketersediaan air dengan jumlah dan waktu serta kualitas yang
tepat.
 Pengaruh negatif: pencemaran air dari pupuk/pestisida di sawah, dsb, menyuburkan
enceng gondok, ikan-ikan banyak mati.

2. Drainase adalah lengkungan atau saluran air di permukaan atau di bawah tanah,


drainase bisa merujuk pada parit di permukaan tanah atau gorong-gorong di bawah
tanah. Drainase berperan penting untuk mengatur suplai air demi pencegahan banjir.

3. Tenaga hidro
 Tolok ukur: ketersediaan air dengan debit dan beda tinggi tertentu.
 Pengaruh negatif: peningkatan temperatur air menyebabkan turunnya kandungan O2,
hewan-hewan (ikan) akan mati, juga semua biota air lainnya.

4. Pembangkit listrik tenaga air (PLTA) adalah pembangkit yang


mengandalkan energi potensial dan kinetik dari air untuk menghasilkan energi listrik.
Energi listrik yang dibangkitkan ini biasa disebut sebagai hidroelektrik.

5. Suplai air
Tolok ukur : ketersediaan air dengan jumlah dan kualitas yang memenuhi syarat.
Pengaruh negatif : pengambilan air terlalu banyak dapat meningkatan intrusi air laut.
Lebih jauh dapat menyebabkan kekeringan

6. Suplai sedimen
 Tolok ukur: ketersediaan sedimen (sebagai bahan bangunan) dalam jumlah yang
cukup.
 Pengaruh negatif: sedimen yang berlebihan dapat mengurangi kapasitas sungai
(banjir), pengambilan sedimen yang berlebihan dapat menyebabkan erosi.

Dengan demikian usaha pemanfaatan sungai didefinisikan sebagai usaha-usaha untuk


memanfaatkan sumber alam di sungai tersebut, yaitu air dan sedimen. Ilmu teknik sungai
diharapkan dapat berperan dalam usaha mengendalikan cara/teknologi pemanfaatan
sumberdaya sungai, sehingga pengaruh negatif yang timbul adalah sekecil mungkin.

4|Page
D. Rekayasa Sungai (River Engineering)

Teknik sungai adalah ilmu yang memepelajari bagaimana metode untuk menetapkan
manfaat sungai semaksimal mungkin dan bagaimana metode menekan agar aspek – aspek
negatif pengaruhnya seminimal mungkin. Dengan kata lain bagaimana agar sungai tersebut
dapat dimanfaatkan sebesar – besarnya bagi keperluan kehidupan makhluk. Ilmu dan
teknologi yang dimaksud menyangkut aspek – aspek sebagai berikut:
a) Topografi
b) Meteorologi, Klimatologi
c) Hidrologi
d) Hidrolika
e) Geologi dan Mekanika Tanah
f) Geomorpfologi
g) Tata guna tanah
h) Ekologi
i) Lingkungan hidup

E. Penggolongan Teknik Sungai

Teknik sungai dapat digolongkan dalam tiga tipe pokok yaitu:

1.    Pengaturan Saluran

Pengaturan saluran dimaksudkan


agar dimensi (ukuran saluran) pada sungai
diformulasikan sesuai dengan bentuk
rancangan yang diperlukan untuk tujuan
tertentu.Jadi lebar dan kedalaman saluran
pada sungai diatur sedemikian rupa
supaya profil tertentu tersebut dapat
dipertahankan sepanjang tahun, lazim
disebut “normalisasi sungai”.Maksud dan
tujuan normalisasi adalah untuk keperluan navigasi, melindungi tebing sungai karena erosi
(kikisan), atau untuk memperluas profil sungai guna menampung banjir – banjir yang
terjadi.Pekerjaan untuk normalisasi untuk sungai antara lain menggunakan mesin pengurukan
(dredgingmachine), pemasangan krib (groynes), pemasangan tanggul kanan kiri sungai
(levee), pemasangan pelindung tebing (revetment), pemasangan ambang terendam
(submerged sill) dan lain – lain.

5|Page
2. Pengaturan Debit

Curah hujan sepanjang tahun selalu berubah – ubah tergantung pada musim, hal ini
mempengaruhi banyaknya air yang mengalir disungai. Maka kondisi ini akan menyulitkan
pengaturan debit bagi keperluan navigasi, irigasi, tenaga
air dan lain – lain. Maka untuk itu sungai – sunagi yang
fluktuasi debit sungai besar yaitu perbandingan debit
maksimum dan minimum cukup besar, maka debit
sungai perlu diatur. Pengaturan dilakukan dengan cara
membangun bendungan besar, sehingga air ditampung
dalam suatu waduk (reservoir) tahunan sedangkan debit
sungai melalui outlet structure(bangunan pengeluaran)
dapat diatur sepanjang tahun. Maka perlu dipasang
peralatan debit hydrograph pada sungai disebelah hilir (downstream) waduk.

3. Pengaturan Muka Air Sungai

Pengaturan muka air sungai ini dimaksudkan


untuk meninggikan muka air sungai dengan membangun
sebuah ambang pada palung sungai yang berupa
“BENDUNG” (WEIR) dan air yang dialirkan melalui
saluran buatan.Maksud dan tujuan tersebut digunakan
untuk berbagai tujuan yang telah disebutkan.
Contoh kegiatan penanganan sungai :

 Bangunan Pengendalian banjir

Banjir adalah peristiwa terbenamnya daratan (yang biasanya kering) karena


volume air yang meningkat. Banjir dapat terjadi karena peluapan air yang berlebihan
di suatu tempat akibat hujan besar, peluapan air sungai, atau pecahnya bendungan
sungai. Di banyak daerah yang gersang di dunia, tanahnya mempunyai daya serapan
air yang buruk, atau jumlah curah hujan melebihi kemampuan tanah untuk menyerap
air. Ketika hujan turun, yang kadang terjadi adalah banjir secara tiba-tiba yang
diakibatkan terisinya saluran air kering dengan air. Banjir semacam ini disebut banjir
bandang. Pendekatan hidrologi dalam sistem DAS telah banyak memberikan jasa bagi
perencanaan bangunan air. Berdasarkan prinsip hidrograf satuan, beberapa peneliti
telah menghasilkan model-model Hidrograf Satuan Sintetis (model-model HSS),
beberapa di antaranya yaitu HSS Snyder (lokasi penelitian di USA, 1938), HSS
Nakayasu (lokasi penelitian di Jepang, 1948), dan HSS Gama I (lokasi penelitian di
Pulau Jawa, 1985). Keseluruhan model pendekatan tersebut juga berguna untuk
pengendalian banjir yang mungkin terjadi di sebuah sungai. Beberapa bangunan
pengendali banjir dan transpor sedimen yang ada di Indonesia pada umumnya
terdapat di Pulau Jawa dengan jumlah penduduk yang banyak dan kepadatan yang
tinggi. Mengatasi masalah banjir di Indonesia sampai saat ini masih bertumpu pada

6|Page
upaya yang bersifat struktur, yaitu berupa kegiatan fisik yang berada di sungai (in-
stream). Tujuannya melindungi dataran banjir yang telah berkembang menjadi
kawasan pemukiman, agar masalah banjir menjadi berkurang. Upaya mengatasi
masalah banjir dan genangan hanya bertujuan memperkecil kerugian atau bencana
yang ditimbulkan oleh banjir (flood damage mitigation). Bangunan yang dipakai
untuk pengendali banjir di antaranya:

1. Waduk
Pengendalian banjir di suatu DPS yang telah terbangun di Kali Brantas,
ditentukan dari usaha melakukan konservasi potensi air permukaan yang tersedia
secara alami melalui pengelolaan tampungan permukaan dan proses
mendistribusikan air yang tersedia sesuai kebutuhan.Pengendalian banjir melalui
waduk dapat dilakukan dengan cara menahan/ menampung sementara debit banjir di
dalam waduk, selanjutnya air dilepas setelah keadaan debit di hilir memungkinkan,
atau pada saat di hilir membutuhkan tambahan debit air.

2. Tanggul
Upaya pengendalian banjir dapat juga dilakukan dengan cara
meningkatkan/menambah kapasitas penampang sungai melalui peninggian tanggul.
Peninggian tanggul disamping untuk meningkatkan kapasitas penampang sungai
juga melindungi daerah kanan/ kiri sungai terhadap kemungkinan terjadinya luapan
banjir. Beberapa sungai yang telah dilengkapi dengan tanggul antara lain : Kali
Brantas Kali Wudu Kali Porong Kalidawir Kali Surabaya Kali Konto Kali
Wonokromo Kali Konto Kali Ngasinan Kali I Ulo Kali I Ngasinan Kali Ulo Kali
Parit Raya Kali Widas Kali Termas Kali Kedungsoko Kali Beng Dan Lain-lain

3. Diversion/ Flood way/ Shortcut Floodway


Merupakan suatu kanal pengelak banjir, yaitu suatu saluran yang berfungsi
untuk menguragi beban/ volume banjir suatu daerah untuk kemudian dialirkan ke
suatu daerah yang aman (laut). Di DPS Kali Brantas terdapat 5 (lima) flood way yang
cukup besar, yaitu :
Kali Porong Berfungsi untuk mengurangi/ mengelakkan beban banjir
Kali Surabaya dari Kali Brantas dengan membuang langsung ke laut
melalui pintu pengatur Dam Lengkong Baru
Kali/ Kanal Wonokromo Berfungsi untuk mengurangi/ mengelakkan
beban banjir jantung Kota Surabaya dari Kali Surabaya dengan
membuang langsung ke laut melalui pintu pengatur Dam Jagir
Nganjuk/ Ulo Flood Diversion Berfungsi untuk mengurangi/
mengelakkan beban banjir Kota Nganjuk dari Kali Ulo dan sekitarnya
dengan membuang/ memotong langsung ke Kali Widas.
Kali Parit Raya, Parit Agung dan Terowong Tulungagung Selatan
Berfungsi untuk membebaskan daerah Tulungagung dari banjir yang
datang dari Kali Ngasinan, Kalidawir dan lain-lain dengan cara

7|Page
langsung mengalirkan ke laut selatan melalui pintu pengatur Dam
Bendo (Kali Ngasinan) dan Pintu Terowong Tulungagung Selatan.
Shortcut/ Sudetan Kali Putih Berfungsi untuk mengurangi/
mengelakkan beban banjir/ sedimen/ lahar yang datang dari Gunung
Kelud langsung ke hilir Bendung Lodoyo

4. River Improvement/ Perbaikan Alur Sungai


Perbaikan alur sungai dimaksudkan untuk meningkatkan kapasitas aliran
sungai melalui kegiatan/ pekerjaan pelurusan alur sungai, pengerukan dasar sungai,
perkuatan tebing, parapet dan lain-lain. Beberapa perbaikan alur sungai yang telah
dilaksanakan di DPS Kali Brantas antara lain: K. Brantas, K. Porong, K. Surabaya,
K. Wonokromo, K. Ngasinan, K. Ngrowo, K. Widas, K. Kedungsoko, K. Mas, Dan
Lain-lain

 Sedangkan contoh kegiatan pemanfaatan sungai yang ditujukan untuk penyediaan air
(irigasi dan non irigasi) antara lain adalah:
a. Perbaikan saluran: mempertahankan kapasitas sungai seperti debit rencana
b. Membuat tanggul dan perlindungan tebing (terutama di daerah belokan untuk
mencegah erosi)
c. Membuat waduk: sebagai tempat penampungan air dan pengaturan/ pengalokasian air
d. Membuat bendung: mempermudah pengaturan air.

8|Page
Daftar Pustaka

http://id.scribd.com/doc/28672220/TEKNIKSUNGAI
http://id.scribd.com/doc/83999956/teknik-sungai
http://id.wikipedia.org/wiki/Pembangkit_listrik_tenaga_air
http://id.wikipedia.org/wiki/Tenaga_air
http://id.wikipedia.org/wiki/Drainase

http://sudarman28.blogspot.com/2011/09/rekayasa-sungai.html

https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=3&cad=rja&ved=0CDgQFjAC&url=http%3A
%2F%2Ffrengkiasharia.files.wordpress.com%2F2012%2F08%2Fpermasalahan-
sungai1.docx&ei=kJdHUuSnDsKGrAe0_4DQBw&usg=AFQjCNEn9dQAv9a9B9cpTNlAlt
O3uUmqEA&bvm=bv.53217764,d.bmk

9|Page

Anda mungkin juga menyukai