KAPITA SELEKTA
Mohammad Alfadho Asy-Syauqi (3150250079)
“PEST TO POWER”
Natasha Tontey
“Apa yang kita, manusia dapat pelajari dari kecoa?” merupakan pertanyaan
yang mengawali ketika audiens hendak memasuki ruangan karya Natasha
yang terdiri dari tv yang menjalankan video pidato dari seekor kecoa dan
juga sebuah film pendek yang berisikan tentang perilaku manusia terhadap
jagat semesta dari perspektif seekor induk kecoa. Sebagai makhluk hidup
yang berhasil melewati berbagai fase kepunahan dan kini termarjinalkan
oleh kaum manusia, dianggap hama kotor dan hina, kecoa menuangkan
gagasannya yang juga dilengkapi riset ilmiahnya terhadap sejarah kehidupan
di alam raya. Hal inipun berkaitan dengan kondisi alam saat ini dan juga
prediksi dan resolusi mereka di masa yang akan datang. Dengan visual yang
sangat grotesque dan terkesan nyeleneh, Natasha berhasil membuat audiens
berpikir kembali tentang fakta yang dibeberkannya melalui tokoh seekor
kecoa walaupun dicampur dengan fiksi ilmiah.
“JAKARTA”
Sanchia Tryphosa Hamidjaja
“INVISIBLE BOUNDARIES”
Restu Ratnaningtyas
Dewasa ini ketika sebuah batasan sudah semakin memudar dan melebur
dengan ruang batasan lainnya membuat Restu membuat karya ini. Dengan
semakin mengikisnya sebuah batasan, tanpa kita sadari menoleransi hal
tersebut secara rutin hingga pada di masa sekarang ini ketika membicarakan
sebuah batasan seolah tak relevan lagi, seperti gender, sosial, teritorial,
hukum, hingga norma. Maka dari itu Restu menggunakan medium tipis dan
transparan sebagai representasi dari tipisnya sebuah batasan pada saat ini
dan memungkinkan untuk berbayang atau berdampak kepada hal yang tidak
terduga sebelumnya.
Serupa tapi tak sama, Fika menerapkan media kain tipis dan bayangan
sebagai karyanya yang berlatar belakang adat istiadat keluarganya. Dalam
adat Minangkabau, perempuan sudah diatur bagaimana mereka menjalani
hidupnya. Dari kecil hingga dewasa ketika ia dipinang untuk berkeluarga,
perempuan tersebut harus mengikuti aturan hidup dari adatnya. Hal ini
tentu bertolak belakang dengan keadilan atau hak asasi manusia yang
diperjuangkan oleh para feminis dimana perempuan berhak melakukan hal-
hal umum lainnya sama seperti seorang laki-laki. Fika menuliskan petuah-
petuah dalam bahasa Minang keatas kain hitam kasar yang menghasilkan
berbagai bayangan yang menjadi objek estetik lainnya.