RSUD 45 KUNINGAN
Disusun Oleh
Laporan ini telah diperiksa, disetujui, disahkan, dan telah diseminarkan pada hari Sabtu 23 Maret
2019.
Menyetujui,
Pembimbing lapangan
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan
karuniaNya Prodi DIII Fisioterapi STIKES CIREBON terus berkembang dan berbenah diri.
fisioterapis yang profesional dan berakhlak mulia dalam menjalankan tugas dan mengikuti jejak
seniornya, Syera Agustini. Untuk memenuhi hal tersebut tentunya tidak hanya ilmu pengetahuan
saja yang diutamakan tetapi juga skill / keterampilan untuk memberikan asuhan fisioterapi
sekaligus melatih psikomotor. Oleh karena itu mahasiswa dapat mencapai atau memperoleh
Dalam kesempatan ini tidak lupa kami ucapkan banyak terima kasih kepada:
2. dr. Hj. Lidya, MH selaku Kasub Bidang Pelayanan Medis RSUD 45 Kuningan
3. Hj. Euis Herna Marlyna SKM,MKM selaku Kasubag Kepegawaian dan Diklat
5. dr. Irfanudin Thoha, Sp. KFR selaku Kepala Instalasi Rehabilitasi Medik RSUD 45
Kuningan
Semoga dengan penyusunan laporan ini dapat memberikan manfaat pada semua pihak
dan khususnya bagi mahasiswa DIII STIKES CIREBON. Tidak ada sesuatu di dunia yang
3
sempurna, begitu pula dalam laporan ini kami mengharapkan saran dan kritik yang bersifat
Penyusun
4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
berupa terjadi kerusakan tulang rawan sendi lutut. Gejala OA genu bersifat progresif,
dimana keluhan berlangsung perlahan dan lama kelamaan akan memburuk. (Helmi,2012)
kerusakan yang terjadi. Oa genu dapat menyerang pada pria dan wanita.Di bawah Usia
45 tahun, oa genu lebih banyak menyerang laki-laki. Sedangkan usia di atas 55 tahun, oa
yaitu impairment seperti adanya nyeri, penurunan lingkup gerak sendi, penurunan
kekuatan otot sekitar sendi lutut, spasme otot sekitar lutut.Selain itu juga terjadi limitasi
fungsi seperti ketidakmampuan melakukan kegiatan tertentu seperti bangkit dari duduk,
berdiri lama, berjalan jauh, naik turun tangga. Dari itu semua terjadi penurunan
kemampuan gerak sehingga terjadi gangguan disability seperti misalnya penderita tidak
bisa mengikuti kegiatan sholat berjamaah di masjid, ikut kegiatan di sekitar lingkungan
5
Untuk mengatasi permasalahan fisioterapi, modalitas fisioterapi yang di gunakan
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana penatalaksanaan TENS dan Infra Red Radiation (IRR) pada penderita OA
genu?
C. Tujuan
1. untuk mengetahui efektifitas TENS dan IRR untuk mengatasi gangguan penderita
OA genu
genu
6
BAB II
KERANGKA TEORI
A. Definisi
adanya kerusakan tulang rawan sendi lutut dan bersifat progresif berlangsung perlahan
B. Anatomi
Sendi lutut terdiri dari : tulang femur, tulang patella, tulang tibia dan tulang fibula
7
Komponen tulang rawan sendi lutut terdiri dari (Kuntono, 2010)
2) Kolagen; volumenya sekitar 80% dari berat tulang rawan dan berfungsi
3) Proteglikan; volume sekitar 10 sampai 20% dari tulang rawan dan berfungsi
8
C. Etiologi
Penyebab oa genu dipengaruhi beberapa faktor resiko seperti usia, jenis kelamin,
D. Patologi
Dibawah ini adalah gambar perbedaan sendi lutut yang sehat dan sendi lutut yang
9
Pada stadium awal kartilago sendi mengalami degradasi matriks proteoglikan juga
akan mempengaruhi penurunan jumlah kolagen. Hal ini menyebabkan jumlah cairan
sendi menjadi tidak setabil (bisa bertambah atau berkurang ), dimana hal ini
menyebabkan matriks sendi manjadi kaku dan tidak lentur serta saat menumpu berat
Rasa yang ditimbulkan dari IRR berupa rasa hangat, menyebabkan terjadinya
zat-zat mediator pembawa nyeri. Selain itu juga efek thermal dari IRR menyebabkan
efek rileksasi pada jaringan syaraf sensoris bebas dimana efek terapetiknya bisa
Stimulasi elektris yang diberikan pada serabut saraf akan menghasilkan impuls
saraf yang berjalan dengan 2 arah di sepanjang akson saraf yang bersanagkutan.
3) Exercise therapy
Terapi latihan yang dilakukan berupa free active exercise dan resisted exercise.
Latihan lebih ditunjukan untuk melatih otot stabilisator lutut, seperti kuadriceps dan
10
BAB III
PROSES FISIOTERAPI
A. Anamnesis
1. Anamnesis umum
Nama Ny :T
No. RM : 00003956
2. Anamnesis khusus
a) Keluhan utama
Sejak ± 4 bulan yang lalu pasien merasakan nyeri lutut terutama saat
bangun dari duduk, berdiri lama saat sholat, berjalan jauh. Sebelumnya pasien
spesialis orthopedi. Keluhan nyeri menetap, memburuk saat pagi hari dan nyeri
berkurang bila minum obat anti nyeri.oleh dr. Orthopedi pasien di rujuk ke klinik
11
3. Anamnesis sistem
a) Kepala dan leher : tidak mengeluh nyeri leher, kaku leher maupun pusing
berdebar
B. Pemeriksaan
1. Pemeriksaan fisik
2. Inspeksi
Inspeksi statis : kondisi umum pasien tampak baik, tampak gemuk, tidak tampak
Inspeksi dinamis : tampak menahan sakit saat bangun dari duduk, saat berjalan
tampak pincang
3. Palpasi
Tidak teraba adanya peningkatan suhu daerah sekitar lutut, tidak teraba adanya
spasme di daerah sekitar lutut bagian lateral, adanya nyeri tekan di bagian medial
sendi lutut,teraba adanya krepitasi saat gerak fleksi dan ekstensi lutut
12
4. Pemeriksaan gerak dasar
a) Gerak aktif
b) Gerak pasif
1. Nyeri tekan 0
2. Nyeri diam 0
13
b) Pemeriksaan kekuatan otot dengan MMT
kanan kiri
Fleksor lutut 3 5
Ekstensor lutut 3 5
+ 5 cm 44cm 44cm
14
-5cm 45cm 45cm
C. Diagnosis Fisioterapi
1. Impairment
15
2. Limitasi fungsi
3. Disability
a) Pasien kesulitan saat aktifitas naik turun tangga di kantor dan di rumah
berjamaah di masjid
D. Tujuan
1. Jangka pendek
a) Mengurangi nyeri
2. Jangka panjang
E. Edukasi
16
F. Pelaksanaan Fisioterapi
a. Tujuan
b. Persiapan pasien
Pasien tidur tengkurap dengan area yang diterapi bebas dari pakaian
c. Persiapan terapis
d. Pelaksanaan terapi
IR General diatur dengan posisi tegak lurus dengan area yang akan
menit
2. TENS
17
a. Tujuan
sub akut maupun kronis dengan pendekatan gate control theory melalui
b. Persiapan pasien
Pasien tidur terlentang dengan area yang diterapi bebas dari pakaian dan
logam. Bersihkan area yang akan dterapi dengan air.Lakukan tes sensibilitas
tajam tumpul.
c. Persiapan terapis
d. Pelaksanaan terapi
Posisi elektrode :
Posisi pasien :
18
a. Posisi pasien duduk ongkang-ongkang di samping bed
4. Dosis tindakan
BAB IV
19
HASIL
T0 T6
Nyeri diam 0 0
Nyeri tekan 0 0
Nyeri gerak 3 2
T0 T6
T0 T6
Flexor lutut 3 4
Extensor lutut 3 4
PEMBAHASAN
1. Pengurangan nyeri
mengurangi nyeri pada bahu kanan.Beberapa survei terhadap pasien dengan nyeri
20
menetap diperoleh hasil bahwa beberapa bentuk pemanasan menduduki rangking
tertinggi setelah pemberian obat analgetik (Low, Reed, & Dyson, 2000).
Pemanasan ringan pada jaringan akan menyebabkan efek analgesik pada jaringan
yang diterapi, tetapi mekanisme dari efek tersebut belum dimengerti (Wadsworth &
Chanmugam, 1983). Efek analgetik pemanasan mungkin terjadi karena penekanan nyeri
kortikal sebagai konsekuensi dari peningkatan endorphin dan mungkin juga dikarenakan
oleh inhibisi lokal terhadap serabut C afferent dan efferent (Low, Reed, & Dyson, 2000).
Pengurangan nyeri mungkin juga terjadi karena terapi dengan infra red akan memberikan
efek sedatif pada saraf sensorik sehingga nilai ambang nyeri meningkat. Selain itu, infra
red juga memberikan efek vasodilatasi pembuluh darah akibatnya terjadi peningkatan
aliran darah yang melalui area tersebut sehingga membantu membersihkan sisa
nyeri mungkin timbul akibat adanya sisa metabolisme dan akumulasi substansi P (Scott,
1969).
Mekanisme lainnya yaitu pengurangan spasme otot dan adanya efek sedatif dapat
pembuluh darah yang letaknya lebih dalam (Michlovitz, 1986, dikutip oleh Low, Reed, &
Dyson, 2000).
Peningkatan lingkup gerak sendi pada oa genu terjadi sebagai akibat dari
penambahan terapi latihan pada modalitas thermal, dimana hal ini sejalan dengan
penelitian yang di lakukan Warren et.al (1971) yang mengevaluasi bahwa stretching yang
dilakukan ketika suhu temperatur jaringan pada kondisi 39, 41,43 dan 45 derajat celcius
21
dapat menghasilkan penguluran jaringan lunak yang maksimal. Efek thermal yang
aliran darah yang membawa oksigen dan nutrisi yang diperlukan untuk perbaikan
jaringan. Selain itu proses pengangkutan zat pengiritasi menjadi lebih lancar sehingga
aktivasi serabut saraf aferen Ib dari golgi tendon otot kuadrisep yang berfungsi untuk
menghambat aktivasi nosiseptor pada sel sensoris posterior hourn medula spinalis.
Sehingga akan mengurangi nyeri dan meningkatkan kekuatan otot (Kuntono, 2010).
Latihan penguatan otot kuadrisep secara isotonik dan tanpa menumpu berat badan selain
dapat menguatkan otot kuadrisep juga berdampak pada perbaikan stabilitas dan
pengurangan nyeri jika meningkatkan sintesis enzim hyalurodase pada sinovial sehingga
membantu perbaikan rawan sendi yang mengalami degenerasi (Takahashi, 2003 dikutip
Kuntono, 2010).
DAFTAR PUSTAKA
22
2. Hadw Fukuda, Y. T. 2011. Pulsed Structure Treatment in Women with Knee
Medical Publisher
5. Kisner; c., Colby, L., 1996; Theraupeutic Exercise Foundation and Techniques 3 rd
6. Kuntono, H: 2010; Nyeri Secara Umum dan OA Lutut dari Aspek Medis-Fisioterapi:
Hal: 21-23
7. Low, J,. Reed, A., 2000: Electrotherapy and Actinotherapy Sixth Edition, Railliere
8. Oha Muslim, A., 2001. Rehabilition OA in every stage dalam kones V perdossri
10. Parjoto, S., 2006; Energi Listrik untuk Modulasi Nyeri. Ikatan Fisioterapi
Kelapa Pustaka
13. Swott, P. M., 1969; Claytons Electrotherapy Explained Principle and Practise, Third
23
24