Anda di halaman 1dari 24

PRAKTIK KLINIK FISIOTERAPI

RSUD 45 KUNINGAN

Tanggal 11/2/2019 s/d 23/3/2019

Disusun Oleh

1. Dhimas Reva Santika (4501.0716.A.004)


2. Dizsa Nanda Carina Wanti (4501.0716.A.006)
3. Inge Yesthia (4501.0716.A.008)
4. Laras Cynthia (4501.0716.A.009)
5. Ruli Jihan Fahira (4501.0716.A.012)

PROGRAM STUDI DIPLOMA III FISIOTERAPI


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN CIREBON
TAHUN 2019
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PRAKTIK KOMPREHENSIF III DI RUMAH SAKIT UMUM

DAERAH (RSUD) 45 KUNINGAN

Laporan ini telah diperiksa, disetujui, disahkan, dan telah diseminarkan pada hari Sabtu 23 Maret
2019.

Praktik 11 Februari s.d 23 Maret 2019

Menyetujui,

Pembimbing lapangan

Kasub Bidang Pelayanan Medis Ka. Instalasi Diklat

dr. Hj. Lidya, MH Hj. Esum Sumini, S.ST.


NIP.19720902 200501 2005 NIP.196802281988032005

Penanggung Jawab Fisioterapi Ka. Prodi Fisioterapi

Adijanto, SST. Ft Supriatin, M. Kep


NIP.19711222 199703 1004

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan

karuniaNya Prodi DIII Fisioterapi STIKES CIREBON terus berkembang dan berbenah diri.

Prodi DIII Fisioterapi STIKES CIREBON diharapkan dapat menghasilkan tenaga

fisioterapis yang profesional dan berakhlak mulia dalam menjalankan tugas dan mengikuti jejak

seniornya, Syera Agustini. Untuk memenuhi hal tersebut tentunya tidak hanya ilmu pengetahuan

saja yang diutamakan tetapi juga skill / keterampilan untuk memberikan asuhan fisioterapi

sekaligus melatih psikomotor. Oleh karena itu mahasiswa dapat mencapai atau memperoleh

pengalaman bekerja di lahan praktik RSUD 45 Kuningan.

Dalam kesempatan ini tidak lupa kami ucapkan banyak terima kasih kepada:

1. dr. Hj. Titin Suhartini, MM selaku Direktur RSUD 45 Kuningan

2. dr. Hj. Lidya, MH selaku Kasub Bidang Pelayanan Medis RSUD 45 Kuningan

3. Hj. Euis Herna Marlyna SKM,MKM selaku Kasubag Kepegawaian dan Diklat

4. Bd. Esum Sumini SST selaku Kepala Instalasi Diklat

5. dr. Irfanudin Thoha, Sp. KFR selaku Kepala Instalasi Rehabilitasi Medik RSUD 45

Kuningan

6. Adijanto, SST.Ft selaku penanggung jawab Klinik Fisioterapi

7. Seluruh dosen Prodi DIII Fisioterapi STIKES CIREBON

8. Teman teman DIII Fisioterapi STIKES CIREBON

Semoga dengan penyusunan laporan ini dapat memberikan manfaat pada semua pihak

dan khususnya bagi mahasiswa DIII STIKES CIREBON. Tidak ada sesuatu di dunia yang

3
sempurna, begitu pula dalam laporan ini kami mengharapkan saran dan kritik yang bersifat

membangun agar ke depannya laporan ini akan menjadi lebih baik.

Kuningan, Maret 2019

Penyusun

4
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Osteoarthritis genu (OA genu) merupakan satu penyakit degenerative pada

persendian yang disebabkan oleh berbagai faktor.Penyakit ini mempunyai karakteristik

berupa terjadi kerusakan tulang rawan sendi lutut. Gejala OA genu bersifat progresif,

dimana keluhan berlangsung perlahan dan lama kelamaan akan memburuk. (Helmi,2012)

OA genu terjadi karena proses perbaikan sendi tidak mampu mengimbangi

kerusakan yang terjadi. Oa genu dapat menyerang pada pria dan wanita.Di bawah Usia

45 tahun, oa genu lebih banyak menyerang laki-laki. Sedangkan usia di atas 55 tahun, oa

genu lebih banyak menyerang wanita. (Fukuda, 2011)

Dari segi fisioterapi, oa genu dapat menimbulkan berbagai tingkatan gangguan

yaitu impairment seperti adanya nyeri, penurunan lingkup gerak sendi, penurunan

kekuatan otot sekitar sendi lutut, spasme otot sekitar lutut.Selain itu juga terjadi limitasi

fungsi seperti ketidakmampuan melakukan kegiatan tertentu seperti bangkit dari duduk,

berdiri lama, berjalan jauh, naik turun tangga. Dari itu semua terjadi penurunan

kemampuan gerak sehingga terjadi gangguan disability seperti misalnya penderita tidak

bisa mengikuti kegiatan sholat berjamaah di masjid, ikut kegiatan di sekitar lingkungan

rumahnya, dan lain lain. (Fukuda, 2011)

5
Untuk mengatasi permasalahan fisioterapi, modalitas fisioterapi yang di gunakan

berupa terapi, thermal, listrik, terapi latihan.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana penatalaksanaan TENS dan Infra Red Radiation (IRR) pada penderita OA

genu?

2. Bagaiman penatalaksanaan terapi latihan pada penderita OA genu?

C. Tujuan

1. untuk mengetahui efektifitas TENS dan IRR untuk mengatasi gangguan penderita

OA genu

2. untuk mengetahui efektifitas terapi latihan untuk mengatasi gangguan penderita OA

genu

6
BAB II

KERANGKA TEORI

A. Definisi

OA genu merupakan penyakit degenerative pada persendian yang di sebabkan

adanya kerusakan tulang rawan sendi lutut dan bersifat progresif berlangsung perlahan

dan lama kelamaan akan memburuk. (Soenarwo, 2011)

B. Anatomi

Sendi lutut terdiri dari : tulang femur, tulang patella, tulang tibia dan tulang fibula

Stabilisator lutut : otot kuadriceps (stabilisator aktif), hamstring, gastroknemius,

soleus, gluteus (stabilisator pasif)

7
Komponen tulang rawan sendi lutut terdiri dari (Kuntono, 2010)

1) Air ; mencakup 60 sampai 85 % dari tulang rawan dan berfungsi sebagai

peyedia nutrisi dan berperan sebagai lubrikasi sendi

2) Kolagen; volumenya sekitar 80% dari berat tulang rawan dan berfungsi

memelihara kekuatan dan kepadatan tulang rawan

3) Proteglikan; volume sekitar 10 sampai 20% dari tulang rawan dan berfungsi

sebagai peredam, memelihara kestabilan cairan dan elektrolit tulang rawan

4) Kondrosit ; volume sekitar 1 sampai 5 % dari tulang rawan dan berfungsi

untuk mensintesa komponen matriks tulang rawan dan mengatur metabolisme

matriks tulang rawan

8
C. Etiologi

Penyebab oa genu dipengaruhi beberapa faktor resiko seperti usia, jenis kelamin,

obesitas dan cidera lutut. (Soenarwo, 2011)

D. Patologi

Dibawah ini adalah gambar perbedaan sendi lutut yang sehat dan sendi lutut yang

terkena osteoarthritis genu

9
Pada stadium awal kartilago sendi mengalami degradasi matriks proteoglikan juga

akan mempengaruhi penurunan jumlah kolagen. Hal ini menyebabkan jumlah cairan

sendi menjadi tidak setabil (bisa bertambah atau berkurang ), dimana hal ini

menyebabkan matriks sendi manjadi kaku dan tidak lentur serta saat menumpu berat

badan. (Toha, 2011)

E. Teknologi Intervensi Fisioterapi

1) Infra red radiation (IRR)

Rasa yang ditimbulkan dari IRR berupa rasa hangat, menyebabkan terjadinya

proses vasodilatasi jaringan superfisial sehingga metabolisme akan lancar,

pengangkatan zat-zat sisa metabolisme ikut lancar termasuk didalamnya peningkatan

zat-zat mediator pembawa nyeri. Selain itu juga efek thermal dari IRR menyebabkan

efek rileksasi pada jaringan syaraf sensoris bebas dimana efek terapetiknya bisa

dirasakan berupa pengurangan rasa nyeri. (Chanmugam, 1983)

2) Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation (TENS)

Stimulasi elektris yang diberikan pada serabut saraf akan menghasilkan impuls

saraf yang berjalan dengan 2 arah di sepanjang akson saraf yang bersanagkutan.

Peristiwa ini menyebabkan terlepasnya materi P substance di neuron sensoris yang

berujung terjadi vasodilatasi pembuluh kapiler. (Parjoto, 2006)

3) Exercise therapy

Terapi latihan yang dilakukan berupa free active exercise dan resisted exercise.

Latihan lebih ditunjukan untuk melatih otot stabilisator lutut, seperti kuadriceps dan

hamstring.Tujuan dilakukan latihan ini adalah untuk meningkatkan elastisitas

jaringan dan meningkatkan kekuatan otot. (Kisner, 2007)

10
BAB III

PROSES FISIOTERAPI

A. Anamnesis

1. Anamnesis umum

Nama Ny :T

Tanggal lahir : 16/4/1944

Alamat : Dusun Puhung Kadugede

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

No. RM : 00003956

2. Anamnesis khusus

a) Keluhan utama

Pasien mengeluh nyeri lutut kanan

b) Riwayat penyakit sekarang

Sejak ± 4 bulan yang lalu pasien merasakan nyeri lutut terutama saat

bangun dari duduk, berdiri lama saat sholat, berjalan jauh. Sebelumnya pasien

sudah pernah berobat ke dokter puskesmas, dokter praktek mandiri, dokter

spesialis orthopedi. Keluhan nyeri menetap, memburuk saat pagi hari dan nyeri

berkurang bila minum obat anti nyeri.oleh dr. Orthopedi pasien di rujuk ke klinik

RM RSUD 45 Kuningan dan mendapatkan program fisioterapi berupa TENS,

IRR dan Exercise dari SP. KFR

11
3. Anamnesis sistem

a) Kepala dan leher : tidak mengeluh nyeri leher, kaku leher maupun pusing

b) Kardiovaskuler : tidak mengeluh nyeri dada, cepat lelah maupun jantung

berdebar

c) Respirasi : tidak mengeluh sesak napas maupun batuk

d) Gastrointestinal : buang air besar lancar

e) Urogenital : buang air kecil lancar

f) Musculoskeletal : nyeri lutut kiri

g) Nervorum : tidak mengeluh baal atau kesemutan sepanjang tungkai

B. Pemeriksaan

1. Pemeriksaan fisik

Tekanan Darah 120/80mmHg, Denyut Nadi 80x/menit, Respirasi Rate 18x/menit,

Tinggi Badan 150 cm, Berat Badan 68kg

2. Inspeksi

Inspeksi statis : kondisi umum pasien tampak baik, tampak gemuk, tidak tampak

deformitas sendi lutut

Inspeksi dinamis : tampak menahan sakit saat bangun dari duduk, saat berjalan

tampak pincang

3. Palpasi

Tidak teraba adanya peningkatan suhu daerah sekitar lutut, tidak teraba adanya

spasme di daerah sekitar lutut bagian lateral, adanya nyeri tekan di bagian medial

sendi lutut,teraba adanya krepitasi saat gerak fleksi dan ekstensi lutut

12
4. Pemeriksaan gerak dasar

a) Gerak aktif

Fleksi lutut kanan: nyeri (+), keterbatasan gerak (+)

Ekstensi lutut kanan: nyeri (-), keterbatasan gerak(-)

b) Gerak pasif

Fleksi lutut kanan : nyeri (+), keterbatasan gerak(+), endfeel firm

Ekstensi lutut kanan :nyeri(-),keterbatasan gersk (-), end feel hard

c) Gerak melawan tahanan

Fleksi lutut kanan : nyeri (+), kekuatan otot turun

Ekstensi lutut kanan :nyeri (+), kekuatan otot turun

5. Pemeriksaan khusus fisioterapi

a) Pemeriksaan skala nyeri dengan VDS (verbal descriptive scale)

Dari pemeriksaan nyeri didapatkan hasil

1. Nyeri tekan 0

2. Nyeri diam 0

3. Nyeri gerak fleksi 3, ekstensi 3

13
b) Pemeriksaan kekuatan otot dengan MMT

Dari pemeriksaan kekuatan otot di dapatkan hasil

kanan kiri

Fleksor lutut 3 5

Ekstensor lutut 3 5

c) Pemeriksaan lingkar segmen tubuh dengan antropometri

Dari pemeriksaan antropometri didapatkan hasil

Titik acuan kanan kiri

Tuberositas tibia 39cm 39cm

+ 5 cm 44cm 44cm

+10cm 47cm 47cm

14
-5cm 45cm 45cm

-10cm 45cm 45cm

Kesimpulan : tidak dijumpai adanya bengkak di darah sekitar lutut

d) Pemeriksaan ROM dengan Goniometer

Dari pemeriksaan goniometer didapatkan hasil

Bidang gerak kanan kiri

sagital S:0.0.120 S:0.0.140

C. Diagnosis Fisioterapi

1. Impairment

a) Nyeri gerak fleksi dan ekstensi lutut kanan

b) Penurunan kekuatan otot fleksor dan ekstensor lutut kanan

c) Keterbatasan gerak fleksi lutut kanan

15
2. Limitasi fungsi

a) Pasien kesulitan saat bangun dari duduk terasa nyeri

b) Kesulitan berdiri lama dan berjalan jauh

3. Disability

a) Pasien kesulitan saat aktifitas naik turun tangga di kantor dan di rumah

b) Pasien tidak bisa mengikuti kegiatan di lingkungan sekitar seperti sholat

berjamaah di masjid

D. Tujuan

1. Jangka pendek

a) Mengurangi nyeri

b) Meningkatkan lingkup gerak sendi

c) Meningkatkan kekuatan otot

2. Jangka panjang

Meningkatkan kemampuan aktifitas fungsional

E. Edukasi

1. Pasien dianjurkan memakai knee decker

2. Dianjurkan olahraga sepeda / sepeda statis

3. Menghindari kegiatan yang menambah pembebanan lebih pada otot

16
F. Pelaksanaan Fisioterapi

1. Infra Red Radiation

a. Tujuan

Mengurangi nyeri, rileksasi otot, meningkatkan suplai darah

b. Persiapan pasien

Pasien tidur tengkurap dengan area yang diterapi bebas dari pakaian

c. Persiapan terapis

Berdiri di samping tubuh pasien

d. Pelaksanaan terapi

IR General diatur dengan posisi tegak lurus dengan area yang akan

diterapi. Jarak lampu dengan punggung pasien 45 cm - 60 cm, waktu terapi 15

menit

2. TENS
17
a. Tujuan

Mengurangi nyeri nosiseptif, neuropati dan campuran pada stadium akut,

sub akut maupun kronis dengan pendekatan gate control theory melalui

aktivasi saraf bermyelin besar (A – β)

b. Persiapan pasien

Pasien tidur terlentang dengan area yang diterapi bebas dari pakaian dan

logam. Bersihkan area yang akan dterapi dengan air.Lakukan tes sensibilitas

tajam tumpul.

c. Persiapan terapis

Berdiri disamping pasien dan didepan alat

d. Pelaksanaan terapi

Posisi elektrode :

- Elektrode warna hitam ( - ) diletakkan di sisi medial lutut

- Elektrode warna merah ( + ) diletakkan di sisi lateral lutut

Bentuk gelombang : bipasik, frekuwensi 200 MHz, durasi pulsa 50πs,

Intensitas pulsa 60 mA (toleransi pasien), waktu fisioterapi 15 menit

3. Terapi Latihan (Kisner, 2007)

Posisi pasien :
18
a. Posisi pasien duduk ongkang-ongkang di samping bed

b. Diinstruksikan untuk mengangkat kaki bergantian

4. Dosis tindakan

Fisioterapi dilakukan 2x/minggu dan dilakukan sebanyak 6x pengulangan

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

19
HASIL

1. Evaluasi derajat nyeri dengan VDS

T0 T6

Nyeri diam 0 0

Nyeri tekan 0 0

Nyeri gerak 3 2

2. Evaluasi derajat lingkup gerak sendi dengan goniometer

T0 T6

Bidang gerak sagittal S= 0.0.120 S= 0.0.125

3. Evaluasi derat kekuatan otot dengan MMT

T0 T6

Flexor lutut 3 4

Extensor lutut 3 4

PEMBAHASAN

1. Pengurangan nyeri

Pemberian modalitas termal berupa INFRA RED diharapkan dapat membantu

mengurangi nyeri pada bahu kanan.Beberapa survei terhadap pasien dengan nyeri

20
menetap diperoleh hasil bahwa beberapa bentuk pemanasan menduduki rangking

tertinggi setelah pemberian obat analgetik (Low, Reed, & Dyson, 2000).

Pemanasan ringan pada jaringan akan menyebabkan efek analgesik pada jaringan

yang diterapi, tetapi mekanisme dari efek tersebut belum dimengerti (Wadsworth &

Chanmugam, 1983). Efek analgetik pemanasan mungkin terjadi karena penekanan nyeri

kortikal sebagai konsekuensi dari peningkatan endorphin dan mungkin juga dikarenakan

oleh inhibisi lokal terhadap serabut C afferent dan efferent (Low, Reed, & Dyson, 2000).

Pengurangan nyeri mungkin juga terjadi karena terapi dengan infra red akan memberikan

efek sedatif pada saraf sensorik sehingga nilai ambang nyeri meningkat. Selain itu, infra

red juga memberikan efek vasodilatasi pembuluh darah akibatnya terjadi peningkatan

aliran darah yang melalui area tersebut sehingga membantu membersihkan sisa

metabolisme dan akumulasi substansi P berupa prostaglandin dan bradikinin, karena

nyeri mungkin timbul akibat adanya sisa metabolisme dan akumulasi substansi P (Scott,

1969).

Mekanisme lainnya yaitu pengurangan spasme otot dan adanya efek sedatif dapat

mengurangi aktivitas sistem saraf simpatik sehingga akan meningkatkan vasodilatasi

pembuluh darah yang letaknya lebih dalam (Michlovitz, 1986, dikutip oleh Low, Reed, &

Dyson, 2000).

2. Peningkatan lingkup gerak sendi

Peningkatan lingkup gerak sendi pada oa genu terjadi sebagai akibat dari

penambahan terapi latihan pada modalitas thermal, dimana hal ini sejalan dengan

penelitian yang di lakukan Warren et.al (1971) yang mengevaluasi bahwa stretching yang

dilakukan ketika suhu temperatur jaringan pada kondisi 39, 41,43 dan 45 derajat celcius

21
dapat menghasilkan penguluran jaringan lunak yang maksimal. Efek thermal yang

dihasilkan akan mengakibatkan dilatasi pembuluh darah sehingga terjadi peningkatan

aliran darah yang membawa oksigen dan nutrisi yang diperlukan untuk perbaikan

jaringan. Selain itu proses pengangkutan zat pengiritasi menjadi lebih lancar sehingga

diperoleh efek rileksasi. (Kuntono, 2010)

3. Peningkatan kekuatan otot

Latihan penguatan otot kuadrisep pada penderita osteoartritis akan meningkatkan

aktivasi serabut saraf aferen Ib dari golgi tendon otot kuadrisep yang berfungsi untuk

menghambat aktivasi nosiseptor pada sel sensoris posterior hourn medula spinalis.

Sehingga akan mengurangi nyeri dan meningkatkan kekuatan otot (Kuntono, 2010).

Latihan penguatan otot kuadrisep secara isotonik dan tanpa menumpu berat badan selain

dapat menguatkan otot kuadrisep juga berdampak pada perbaikan stabilitas dan

pengurangan nyeri jika meningkatkan sintesis enzim hyalurodase pada sinovial sehingga

membantu perbaikan rawan sendi yang mengalami degenerasi (Takahashi, 2003 dikutip

Kuntono, 2010).

DAFTAR PUSTAKA

1. Hadsworth, H. Chanmugam, A. P. P., 1983; Electrophysical Agert in Physiotherapy;

Second Edition, Slience Press hal 53-55

22
2. Hadw Fukuda, Y. T. 2011. Pulsed Structure Treatment in Women with Knee

Osteoarthritis journal of APTA no 91: 1009-1017

3. Helmi, Zairin, Noor,. 2012. Gangguan Muskuloskeletal Jakarta: Salenta Medika

4. Juqmohan, Sirsh., 2005. Textbook of Electrotherapy. New Delhi. Jayne Brother

Medical Publisher

5. Kisner; c., Colby, L., 1996; Theraupeutic Exercise Foundation and Techniques 3 rd

Edition, FA Nafis Company, Philadelphia

6. Kuntono, H: 2010; Nyeri Secara Umum dan OA Lutut dari Aspek Medis-Fisioterapi:

Hal: 21-23

7. Low, J,. Reed, A., 2000: Electrotherapy and Actinotherapy Sixth Edition, Railliere

Tindallant Lassellra, London

8. Oha Muslim, A., 2001. Rehabilition OA in every stage dalam kones V perdossri

9. Parjoto, Slamet., 2002: Assesment Fisioterapi pada OA Sendi Lutut. Semarang:

Ikatan Fisioterapi, Indonesia

10. Parjoto, S., 2006; Energi Listrik untuk Modulasi Nyeri. Ikatan Fisioterapi

Kab.Semarang: Hal 28-66

11. Soenerwo, Brilianhnum, 2011: Penanganan Praktis Osteoarthritis, Jakarta Sunda

Kelapa Pustaka

12. Susongko, Agus, C Mawardi., 2011: Menjaga Kesehatan. Jakarta

13. Swott, P. M., 1969; Claytons Electrotherapy Explained Principle and Practise, Third

Edition, Butterworth Heinemamn, London

23
24

Anda mungkin juga menyukai