Anda di halaman 1dari 6

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sesuai dengan Konstitusi World Health Organization (WHO) tahun

1948 yang menyatakan bahwa kesehatan merupakan hak asasi manusia

dan pernyataan deklarasi Alma-Ata (1978). Kesehatan untuk semua maka

WHO berkomitmen untuk mengembangkan suatu sistem kesehatan

dimana semua orang memiliki akses kepada pelayanan kesehatan yang

dibutuhkan tanpa terkendala biaya. Sistem kesehatan ini dikenal sebagai

Universal Health Coverage (UHC). maka dikembangkan suatu sistem

asuransi dalam upaya pencapain UHC (WHO, 2011).

Indonesia merupakan negara kesatuan yang memiliki cita-cita

bangsa dalam hal mewujudkan kesejahteraan masyarakat melalui

peningkatan derajat kesehatan yang tercantum dalam Pancasila dan

Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945. Dalam

mewujudkan hal tersebut, pemerintah telah mengeluarkan salah satu

kebijakan di bidang kesehatan yaitu Sistem Jaminan Sosial Nasional

(SJSN). Sebuah Undangundang No.40 tentang Sistem Jaminan Sosial

Nasional (SJSN) dikeluarkan pada tahun 2004, yang berisi mengenai

jaminan sosial diwajibkan bagi semua penduduk Indonesia atau disebut

sebagai Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).

Undang-Undang No. 40/2004 tentang Sistem Jaminan Sosial

Nasional (SJSN) menyatakan bahwa Jaminan Kesehatan menggunakan


2

prinsip Asuransi sosial yaitu kepesertaan yang bersifat wajib, besaran

premi berdasarkan persentase pendapatan dan semua anggota

mendapatkan pelayanan kesehatan yang sama. Melalui pelaksanaan SJSN

ini, seluruh masyarakat akan mendapatkan pelayanan kesehatan yang akan

berdampak pada peningkatan derajat kesehatan.

Kebijakan JKN mulai dirasakan penting oleh sebagian besar

masyarakat Indonesia. Peningkatan jumlah peserta tiap tahunnya menjadi

indikator bahwa program ini semakin dibutuhkan. Berdasarkan data

nasional BPJS Kesehatan, jumlah peserta yang terdaftar per 31 Desember

2017 yakni sebanyak 187.982.949 jiwa atau sebesar 71,7% dari total

penduduk Indonesia (BPJS Kesehatan,2017).

Berdasarkan data Nasional Badan Penyelenggara Jaminan

Kesehatan, jumlah peserta yang terdaftar per 31 Desember 2017 yakni

sebanyak 187.982.949 jiwa atau sebesar 71,7% dari total penduduk

Indonesia. Adapun peserta terbanyak berasal dari kategori peserta

Penerima Bantuan Iuaran (PBI) yakni 59,9%, kemudian peserta Pekerja

Penerima Upah (PPU) sebanyak 23,88%. Kepesertaan terendah terdapat

pada peserta kategori Pekerja Bukan Penerima Upah (PBPU) yakni

sebanyak 13,51% dan kategori peserta bukan pekerja yakni hanya 2,66%

(BPJS Kesehatan, 2017).

Saat ini hampir di seluruh pelosok daerah, pembiayaan kesehatan

dan kepesertaan jaminan pemeliharaan kesehatan menjadi masalah yang

sangat penting karena cukup memberatkan khususnya bagi golongan


3

ekonomi menengah ke bawah. Masyarakat miskin telah mendapatkan

bantuan baik dari pemerintah pusat (Jamkesmas) maupun pemerintah

daerah, sedangkan masyarakat yang kaya, mampu untuk membiayai

kesehatannya, Kelompok tersebut mempunyai kemampuan untuk

menyisihkan sejumlah uang bagi jaminan kesehatan, namun terbatas

(Zuhdiar, 2015).

Thabrany (2005), mengemukakan bahwa pendanaan kesehatan

yang adil dan merata adalah pendanaan dimana seseorang mampu

mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan medisnya dan

membayar pelayanan kesehatan tersebut sesuai dengan kemampuan

membayarnya. Meskipun sudah diperkenalkan tarif yang dihitung atas

dasar Ability To Pay dan Willingness To Pay, permasalahan tarif yang

terjangkau masih belum selesai karena sifat kebutuhan yang tidak pasti.

Pekerja bukan penerima upah atau yang sering disebut dengan

pekerja informal adalah sebagian dari mereka yang tidak menempati lokasi

usaha yang permanen. Jumlah pekerja penerima upah hanya 37,9 %

sementara pekerja bukan penerima upah mencapai 62,1 % (DJSN, 2012).

Hal ini menunjukkan bahwa pekerja informal di Indonesia memberikan

pengaruh besar terhadap kemampuan dan kemauan membayar iuran

Jaminan Kesehatan.

Handayani dkk (2013) dalam penelitiannya juga memperjelas

bahwa kemauan seseorang untuk membayar iuran Jamina Kesehatan

hanya sebesar 76,8 %. Penelitian lebih lanjut oleh Handayani dkk,


4

menyatakan bahwa nilai Ability to Pay (ATP) yang lebih besar diatas rata-

rata akan berpengaruh terhadap tingginya tingkat Willingness To Pay

(WTP) dalam membayar iuran Jaminan Kesehatan (Handayani, dkk,

2013).

Berdasarkan pendahuluan yang telah dilakukan wawancara dan

observasi kepada Sekretaris Desa Kadu berdasarkan pendapatan diperoleh

jumlah Pedagang kaki lima yang aktif beroperasi ada kurang lebih 300

orang pedagang dimana hanya kurang lebih 100 orang yang ikut serta

dalam BPJS Kesehatan Mandiri. Sedangkan 200 pedagang dari pedagang

termasuk dalam beberapa asuransi kesehatan lain seperti BPJS Kesehatan

PBI (Penerima Bantuan Iuran) dan asuransi pihak ketiga. Jumlah yang

sedemikian rupa tersebut tidak sebanding dengan Apability To Pay dan

Wilingness To Pay. . Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian yang berjudul “Analisis Ability To Pay dan Willingness To Pay

pada Masyarakat Pedagang kaki lima di Desa Kadu Tahun 2020”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan Latar Belakang di atas maka disusunlah Rumusan

Masalah sebagai berikut: “Bagaimana Hubungan Ability To Pay dan

Wilingness To Pay pada Masyarakat Pedagang Kaki Lima dengan

Pembayaran Premi Jaminan Kesehatan Nasional di Desa Kadu Kec.Curug

Kabupaten Tangerang Tahun 2020?.

C. Tujuan Penelitian
5

1. Tujuan Umum

Menganalisis Hubungan Ability To Pay dan Wilingness To Pay

pada Masyarakat Pedagang Kaki Lima dalam Pembayaran Premi

Jaminan Kesehatan Nasional di Desa Kadu Kec.Curug Tahun 2020.

2. Tujuan Khusus

a. Menganalisis Ability To Pay dan Wilingness To Pay pada

Masyarakat Pedagang Kaki Lima di Wilayah kerja Desa Kadu

Berdasarkan Karakteristik Responden.

b. Menganalisis Hubungan Ability To Pay (Kemampuan) Berdasarkan

Pendapatan pada Masyarakat Pedagang Kaki Lima di wilayah Desa

Kadu Tahun 2020.

c. Menganalisis Hubungan Wilingness To Pay (Kemauan)

Berdasarkan Besarnya Kemauan Masyarakat Membayar Pelayanan

Kesehatan di Wilayah Kerja Desa Kadu Tahun 2020.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

Sebagai Referensi untuk Peneliti Selanjutnya Yang Akan

Melakukan Penelitian Khususnya Ability To Pay dan Wilingness To

Pay dalam Membayar Premi Jaminan Kesehatan Nasional.

2. Bagi STIKes Kharisma Persada

Sebagai salah satu sumber bacaan untuk menambah wawasan bagi

Mahasiswa khususnya yang terkait dengan Hubungan Analisis Ability


6

To Pay Dan Wilingness To Pay Dalam Membayar Premi Jaminan

Kesehatan Nasional.

3. Bagi Masyarakat

Sebagai Informasi dan Motivasi dalam Kemampuan Membayar

dan Kemauan dalam Membayar Premi Jaminan Kesehatan Nasional

Anda mungkin juga menyukai