Anda di halaman 1dari 43

Nurinsani

2018 - 71 - 043

MODUL I
PENGENALAN PERALATAN GARDU INDUK

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Tujuan
Dapat memahami peralatan listrik pada gardu induk dan rangkaian / sirkitnya

1.2 Alat dan Bahan


1. Kertas dan alat tulis
2. Topi pengaman / helm
3. Kacamata pelindung sinar matahari
4. Sepatu kerja

1.3 Latar Belakang

Gardu Induk merupakan simpul didalam sistem tenaga listrik, yang terdiri dari susunan
dan rangkaian sejumlah perlengkapan yang dipasang menempati suatu lokasi tertentu
untuk menerima dan menyalurkan tenaga listrik, menaikkan dan menurunkan tegangan
sesuai dengan tingkat tegangan kerjanya, tempat melakukan kerja switching rangkaian
suatu sistem tanaga listrik dan untuk menunjang keandalan sistem tenaga listrik terkait.
Gardu Induk adalah suatu instalasi listrik mulai dari TET (Tegangan Ekstra Tinggi), TT
(Tegangan Tinggi) dan TM (Tegangan Menengah) yang terdiri dari bangunan dan
peralatan listrik.
Fungsi  Gardu Induk adalah untuk menyalurkan tenaga listrik (kVA, MVA) sesuai
dengan kebutuhan pada tegangan tertentu. Daya listrik dapat berasal dari Pembangkit atau
dari gardu induk lain.

BENGKEL DIII TEKNIK ELEKTRO


STT_PLN 1
Nurinsani
2018 - 71 - 043

BAB II
METODE PENELITIAN

2.1 Teori Modul

Peralatan Hubung terdiri dari PMT (Pemutus Tenaga) untuk membuka dan menutup
sirkit dalam keadaan tanpa beban dan dalam keadaan berbeban, bahlan membuka saat ada
gangguan, dan PMS (Pemisah) untuk membuka dan menutup sirkit dalam keadaan tanpa
beban. Yang dimaksud dengan peralatan sebagai kelengkapan alat ukur adalah trafo arus
dan trafo tegangan, yaitu alat untuk menurunkan arus maupun tegangan dengan
perbandingan / ratio tertentu sesuai dengan batas ukur alat ukurnya. Fungsi lain dari trafo
arus dan trafo tegangan adalah sebagai kelengkapan sistem proteksi. Pada trafo ukur
biasanya pada keluarannya dibedakan menjadi 2 (dua) bagian, yaitu khusus untuk
pengukuran dan satu lagi khusus untuk proteksi.
Perbedaan keduanya adalah tingkat kejenuhan, dimana Trafo arus untuk pengukuran
dibuat lebih cepat jenuh dibandingkan trafo arus untuk proteksi. Hal ini dimaksudkan agar
tidak merusak alat ukur jika terjadi arus lebih sebaliknya agar peralatan proteksi dapat
bekerja dengan cermat apabila terjadi ganguan arus lebih. Pengaman yang dimaksud pada
peralatan utama di gardu induk adalah arrester, yaitu alat pengaman terhadap sambaran
petir pada jaringan transmisi maupun yang terjadi pada srandang hubung / switch yard.

2.2Teori Tambahan
Pengertian dan Fungsi Gardu Induk

Gardu Induk adalah suatu instalasi listrik mulai dari TET (Tegangan Ekstra Tinggi), TT
(Tegangan Tinggi) dan TM (Tegangan Menengah) yang terdiri dari bangunan dan peralatan
listrik. Fungsi Gardu Induk adalah untuk menyalurkan tenaga listrik (kVA, MVA) sesuai
dengan kebutuhan pada tegangan tertentu. Daya listrik dapat berasal dari Pembangkit atau
dari gardu induk lain.

BENGKEL DIII TEKNIK ELEKTRO


STT_PLN 2
Nurinsani
2018 - 71 - 043

Jika komponen utama gardu induk terpasang di area terbuka yang luas, maka disebut switch
yard.
 Jika komponen utama gardu induk terpasang di area terbatas (sempit) dan di dalam
gedung, maka disebut switchgear.
 Sebenarnya yang dimaksud switchgear, adalah peralatan yang ada di switc yard.
Jadi yang dimaksud switch yard, adalah nama yang diperuntukkan bagi gardu konvensional.

Sedangkan switchgear, adalah nama yang diperuntukkan bagi Gas Insulated Substation (GIS).

Komponen – komponen / peralatan yang ada pada switchyard gardu induk:


1. Transformator Daya

Berfungsi mentranformasikan daya listrik, dengan merubah besaran


tegangannya, sedangkan frequensinya tetap.
Tranformator daya juga berfungsi untuk pengaturan tegangan.

Transformator daya dilengkapi dengan trafo pentanahan yang berfungsi untuk mendapatkan
titik neutral dari trafo daya. Peralatan ini disebut Neutral Current Transformer (NCT).

Perlengkapan lainnya adalah pentanahan trafo, yang disebut Neutral Grounding Resistance
(NGR).

 2. Neutral Grounding Resistance (NGR)

BENGKEL DIII TEKNIK ELEKTRO


STT_PLN 3
Nurinsani
2018 - 71 - 043

Komponen yang dipasang antara titik neutral trafo dengan pentanahan. Berfungsi untuk
memperkecil arus gangguan yang terjadi.

Diperlukan proteksi yang praktis dan biasanya tidak terlalu mahal, karena karakteristik relay
dipengaruhi oleh sistem pentanahan neutral.

3. Circuit Breaker (CB)

Adalah peralatan pemutus, yang berfungsi untuk memutus rangkaian listrik dalam keadaan
berbeban (berarus).

CB dapat dioperasikan pada saat jaringan dalam kondisi normal maupun pada saat terjadi
gangguan.

Karena  pada  saat  bekerja,  CB mengeluarkan (menyebabkan timbulnya) busur api, maka
pada CB dilengkapi dengan pemadam busur api.
Pemadam busur api berupa :

 Minyak (OCB).
BENGKEL DIII TEKNIK ELEKTRO
STT_PLN 4
Nurinsani
2018 - 71 - 043
 Udara (ACB).
 Gas (GCB).
4. Disconnecting Switch (DS)

Adalah peralatan pemisah, yang berfungsi untuk memisahkan rangkaian listrik dalam keadaan
tidak berbeban.

Dalam GI, DS terpasang di :

 Transformator Bay (TR Bay).


 Transmission Line Bay (TL Bay).
 Busbar.
 Bus Couple.
Karena DS hanya dapat dioperasikan pada kondisi jaringan tidak berbeban, maka yang harus
dioperasikan terlebih dahulu adalah CB. Setelah rangkaian diputus oleh CB , baru DS
dioperasikan.
5. Lightning Arrester (LA)

BENGKEL DIII TEKNIK ELEKTRO


STT_PLN 5
Nurinsani
2018 - 71 - 043
Berfungsi untuk melindungi (pengaman) peralatan listrik di gardu induk dari tegangan lebih
akibat terjadinya sambaran petir (lightning surge) pada kawat transmisi, maupun disebabkan
oleh surya hubung (switching surge).

Dalam keadaan normal (tidak terjadi gangguan), LA bersifat isolatif atau tidak bisa
menyalurkan arus listrik. Dalam keadaan terjadi gangguan yang menyebabkan LA bekerja,
maka LA bersifat konduktif atau menyalurkan arus listrik ke bumi.

6. Current Transformer (CT)

Berfungsi merubah besaran arus dari arus yang besar ke arus yang kecil atau memperkecil
besaran arus listrik pada sistem tenaga listrik, menjadi arus untuk sistem pengukuran dan
proteksi.

Mengisolasi rangkaian sekunder terhadap rangkaian primer, yaitu memisahkan instalasi


pengukuran dan proteksi tegangan tinggi.
7. Potential Transformer (PT)

BENGKEL DIII TEKNIK ELEKTRO


STT_PLN 6
Nurinsani
2018 - 71 - 043
Berfungsi untuk merubah besaran tegangan dari tegangan tinggi ke tegangan rendah atau
memperkecil besaran tegangan listrik pada sistem tenaga listrik ,menjadi besaran tegangan
untuk pengukuran dan proteksi.
Mengisolasi rangkaian sekunder terhadap rangkaian primer, dengan memisahkan instalasi
pengukuran dan proteksi tegangan tinggi.
8. Trafo Pemakaian Sendiri (TPS)
Berfungsi sebagai sumber tegangan AC 3 phasa 220/ 380 Volt. Digunakan untuk kebutuhan
intern gardu induk, antara lain untuk :

 Penerangan di swtich yard, gedung kontrol, halaman GI dan sekeliling GI.


  Alat pendingin (AC).
  Rectifier.
  Pompa air dan motor-motor listrik.
  Peralatan lain yang memerlukan listrik tegangan rendah.
9. Rel (Busbar)

Berfungsi sebagai titik pertemuan/ hubungan (connecting) antara transformator


daya, SUTT, SKTT serta komponen listrik lainnya yang ada pada switch yard.
Komponen rel (busbar) antara lain :

 Konduktor (AAAC, HAL, THAL, BC, HDCC).


 Insulator String & Fitting (Insulator,Tension Clamp, Suspension Clamp, Socket Eye,
Anchor Sackle, Spacer).

2.3 Langkah Praktek

1. Masuklah ke simulator gardu Induk


2. Amati semua peralatan pada simulator Gardu Induk tersebut

BENGKEL DIII TEKNIK ELEKTRO


STT_PLN 7
Nurinsani
2018 - 71 - 043
3. Catat semua data yang ada pada semua peralatan Gardu Induk tersebut
4. Buatlah diagram pengawatan pada peralatan Gardu induk tersebut
5. Buatlah kesimpulan dari hasil pengamatan tersebut

BENGKEL DIII TEKNIK ELEKTRO


STT_PLN 8
Nurinsani
2018 - 71 - 043

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Data Pengamatan

3.2 Analisa
Pada praktikum yang telah dilakukan modul 1 yang berjudul Pengenalan
Peralatan Gardu Induk, Gardu induk adalah suatu instalasi listrik mulai dari TET
(Tegangan Ekstra Tinggi), TT (Tegangan Tinggi) dan TM (Tegangan Menengah)
yang terdiri dari bangunan dan peralatan listrik.fungsi dari Gardu Induk sendiri  untuk
menyalurkan tenaga listrik (kVA, MVA) sesuai dengan kebutuhan pada tegangan
tertentu. Daya listrik dapat berasal dari Pembangkit atau dari gardu induk lain.

Peralatan utama dari gardu Induk yaitu, peralatan hubung, peralatan ukur, dan
peralatan pengaman, peralatan ukur terdiri dari PMT ( Pemutus Tenaga) berfungsi
untuk membuja dan menutup sirkit, dengan 2 kondisi, kondisi pertama saat
bertegangan dan tidak berkondisi, PMT CB juga terdapat pemadan terbagi menjadi
dua yitu, gas (SUF6) dan minyak. Lalu busur api. Peralatan Ukur, adalah trafo arus
dan trafo tegangan, yaitu alat untuk menurunkan arus maupun tegangan dengan
perbandingan / ratio tertentu sesuai dengan batas ukur. Fungsi lain dari trafo arus
dan tegangan adalah sebagai kelengkapan system proteksi,pada trafo ukur biasanya
pada keluarannya dibedakan menjadi 2 (dua) bagian, yaitu khusus untuk pengukuran
dan satu khusus untuk proteksi. Dan peralatan pengaman pada Gardu Induk adalah
arrester,arrester adalah suatu alat pengaman terhadap sembaran petir pada jaringan
transmisi maupun yang terjadi pada srandang hubung / switch yard, switch yard
terbagi menjadi dua yaitu, pasangan dalam dan pasangan luar.

Dari gambar rangkaian peralatan pada Gardu Induk terdapat dua saluran, saluran
distribusi dan saluran transmisi. Pada saluran transmisi terdapat arrester yaitu apabila
ada sambar petir pada jaringan transmisi maupun yang sering terjadi pada srandang
hubung / switch yard. Alat pelindung terhadap gangguan surja ini berfungsi
melindungi peralatan system tenaga listrik dengan cara membatasi surja tegangan
lebih yang datang dan mengalirkannya ketanah, arrester juga kita pasang keramik pada
alat tersebut ketika terjaid hujan atau sambaran petir maka alat tersebut tidak akan
rusak dan air yang mengalir tidak langsung jatuh ke arresternya. Unit Rating yang
dipakai pada arrester 9 KV, Unit Position 2TOP, Unit Type 1MB90 dan arrester type 2
MB150. PT ( Potensial Transformator), berfungdi untuk menurunkan tegangan yang

BENGKEL DIII TEKNIK ELEKTRO


STT_PLN 9
Nurinsani
2018 - 71 - 043
baru diukur. Transformator potensial penggunaan-dalam-fase-tunggal EPF-20DZ ,
yang ditujukan untuk sistem tenaga 12 atau 24 kV, dirancang untuk mengukur dan
memantau sinyal tegangan. Karena kapasitas output kontinu 4000VA (maks.),
Transformator potensial ini dapat digunakan di gardu kecil atau panel switchgear
sebagai sumber daya untuk operasi pemutus sirkuit dan peralatan penerangan.
Pengaturan ini membantu menghemat ruang dan mengurangi biaya.
PMS DS (Pemisah) bekerja dengan satu kondisi, saat tidak bertegangan, Pemisah
bekerja pada saat disconnecying Swtich . CT (Capasitor Voltage Transvormator)
berfungsi sebagai proteksi dan pengukur arus, passion Villa Type C2VT 170V5 60
HZ dengan insulation 170/ 325 / 750 KV, Thermal Burden 1000 VA.
Pengukuran dan proteksi terdiri dari PT, PMS, dan CT. lalu saluran distribusi ada
PMT (Pemutus tegangan, bekerja dengan 2 kondisi, saat bertegangan dan tidak
bertegangan, bekerja padaan saat connecting swtich. PMS (pemisah) dan Pemutus
fungsinya hamper sama akan tetapi ada yang bekerja dengan dua kondisi dan satu
kondisi,, disconnecting dan connecting Switch. Dan yang terakhir ada trafo atau
Transformator, transformator berfungsi untuk menaikkan dan menurunkan tegangan,
jenis-jenis trafo ada dua yaitu Transformator step up berfungsi untuk menaikkan
tegangan dan transformator step down berfungsi untuk menurunkan tegangan. Ketika
kita ukur dari pembangkir ke transformator,Transormator yang sering digunkan 220
KV, transformator yang kita gunakan adalah transformator step up, karena sebagai tap
changer berfungsi untuk mengubah rasio.

3.3 Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1. PMS dipasang dalam rangkaian pengenalan Gardu Induk, karena ada yang
bekerja dengan satu kondisi dan ada yang bekerja dua kondisi.
2. Gardu Induk adalah suatu instalasi listrik mulai dari TET (Tegangan Ekstra
Tinggi), TT (Tegangan Tinggi) dan TM (Tegangan Menengah) yang terdiri
dari bangunan dan peralatan listrik.

BENGKEL DIII TEKNIK ELEKTRO


STT_PLN 10
Nurinsani
2018 - 71 - 043

DAFTAR PUSTAKA

1. http://ichsandi.blogspot.com/2010/04/peranan-gardu-induk-dalam-sistem.html

BENGKEL DIII TEKNIK ELEKTRO


STT_PLN 11
Nurinsani
2018 - 71 - 043

MODUL II
PEMERIKSAAN DAN PENGUJIAN TRAFO

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Tujuan
Dapat menentukan kondisi dan karakteristik Trafo Arus

1.2 Alat dan Bahan


1. Kertas dan alat tulis
2. Trafo arus
3. Digital clamp on multimeter (pengukur arus)
4. Digital multimeter (pengukur tegangan)
5. Trafo pengatur arus
6. Slide regulator tegangan
7. Sumber tegangan
8. Sarung tangan isolasi
9. Sepatu kerja isolasi

1.3 Latar Belakang

BENGKEL DIII TEKNIK ELEKTRO


STT_PLN 12
Nurinsani
2018 - 71 - 043

BAB II
METODE PENELITIAN

2.1 Teori Modul

Trafo arus digunakan untuk menurunkan arus sesuai ratio arus primer dan sekunder,
serta sekaligus untuk mengisolasi tegangan kumparan primer dengan kumparan sekunder.
Pada dasarnya perbandingan arus dari sisi primer dan sekunder hasilnya adalah sesuai
dengan perbandingan transformasinya, tetapi untuk Trafo Arus untuk keperluan
pengukuran dibatasi jika nilai arus primernya sudah melebihi batasnya, maka arus
sekunder rationya sudah tidak berlaku lagi, yaitu memang sengaja dibuat agar arus
sekundernya menjadi lebih rendah jika dibandingkan dengan rationya. Pada Trafo Arus
keperluan proteksi, jika arus primernya sudah melebihi batasnya, maka arus nilai
sekundernya masih sesuai dengan perbandingan transformasinya.

2.2 Teori Tambahan


CT atau Trafo Arus merupakan perantara pengukuran arus, dimana keterbatasan
kemampuan baca alat ukur. Misal pada sistem saluran tegangan tinggi, arus yang mengalir
adalah 2000A sedangkan alat ukur yang ada hanya sebatas 5A. Maka dibutuhkan sebuah
CT yang mengubah representasi nilai aktual 2000A di lapangan menjadi 5A sehingga
terbaca oleh alat ukur.

CT umumnya selain digunakan sebagai media pembacaan juga digunakan dalam sistem
proteksi sistem tenaga listrik. Sistem proteksi dalam sistem tenaga listrik sangatlah
kompleks sehingga CT itu sendiri dibuat dengan spesifikasi dan kelas yang bervariatif
sesuai dengan kebituhan sistem yang ada.

Spesifikasi pada CT antara lain:

1. Ratio CT, rasio CT merupakan spesifikasi dasar yang harus ada pada CT, dimana
representasi nilai arus yang ada di lapangan di hitung dari besarnya rasio CT. Misal CT
dengan rasio 2000/5A, nilai yang terukur di skunder CT adalah 2.5A, maka nilai aktual
arus yang mengalir di penghantar adalah 1000A. Kesalahan rasio ataupun besarnya
presentasi error (%err.) dapat berdampak pada besarnya kesalahan pembacaan di alat
ukur, kesalahan penghitungan tarif, dan kesalahan operasi sistem proteksi.

BENGKEL DIII TEKNIK ELEKTRO


STT_PLN 13
Nurinsani
2018 - 71 - 043
2. Burden atau nilai maksimum daya (dalam satuan VA) yang mampu dipikul oleh CT.
Nilai daya ini harus lebih besar dari nilai yang terukur dari terminal skunder CT sampai
dengan koil relay proteksi yang dikerjakan. Apabila lebih kecil, maka relay proteksi
tidak akan bekerja untuk mengetripkan CB/PMT apabila terjadi gangguan.
3. Class, kelas CT menentukan untuk sistem proteksi jenis apakah core CT tersebut.
Misal untuk proteksi arus lebih digunakan kelas 5P20, untuk kelas tarif metering
digunakan kelas 0.2 atau 0.5, untuk sistem proteksi busbar digunakan Class X atau PX.
4. Kneepoint, adalah titik saturasi/jenuh saat CT melakukan excitasi tegangan. Umumnya
proteksi busbar menggunakan tegangan sebagai penggerak koilnya. Tegangan dapat
dihasilkan oleh CT ketika skunder CT diberikan impedansi seperti yang tertera pada
Hukum Ohm. Kneepoint hanya terdapat pada CT dengan Class X atau PX. Besarnya
tegangan kneepoint bisa mencapai 2000Volt, dan tentu saja besarnya kneepoint
tergantung dari nilai atau desain yang diinginkan.
5. Secondary Winding Resistance (Rct), atau impedansi dalam CT. Impedansi dalam CT
pada umumnya sangat kecil, namun pada Class X nilai ini ditentukan dan tidak boleh
melebihi nilai yang tertera disana. Misal: <2.5Ohm, maka impedansi CT pada Class X
tidak boleh lebih dari 2.5Ohm atau CT tersebut dikembalikan ke pabrik untuk dilakukan
penggantian.

Berdasarkan kriteria diatas, maka dapat dilakukan pengujian CT sebagai berikut:

Contoh-contoh beserta uraian dalam artikel kali ini saya ambil dari pengalaman-
pengalaman saya melakukan SAT CT dan HV Equipments pada Project: Cikarang
Listrindo 4x60MW Gas Power Plant Project, Inalum 275kV OHL Prot’n Panel
Replacement Project, dan 2x250MW Muara Karang Gas Power Plant Project.

Ratio Test

Misal: Ratio CT = 2000/5A

Untuk melakukan pengujian bahwa apakah benar nilai


skunder CT tersebut apabila line primer diberi arus
sebesar 2000A adalah 5A, maka disini diperlukan alat
injeksi arus yang mampu mengalirkan arus sebesar
2000A. Tentu saja alat ini sangat langka dan besar
sekali.

BENGKEL DIII TEKNIK ELEKTRO


STT_PLN 14
Nurinsani
2018 - 71 - 043
Cara alternatif yang biasa digunakan adalah dengan alat inject yang lebih kecil, misal 500A.
Untuk mendapatkan nilai 2000A maka kita dapat membuat gulungan atau lilitan sebanyak
2000A/500A = 4 kali gulungan.

Tentu saja nilainya tidaklah tepat seperti yang tertera pada


kalkulator tapi setidaknya nilai tersebut dapat tercapai. Metering
ataupun instrument terpasang harus menunjukkan nilai kurang-
lebih 2000A.

Pada kasus umumnya yang terjadi di lapangan, ternyata jenis


alat test yang mampu menghasilkan arus dalam jumlah yang
besar ini cukup susah untuk dicari (karena harganya mahal

maka umumnya kami rental dari temen-temen)  .

Di balik itu ternyata banyak CT yang hasil pengukurannya tidak linear / atau tidak
berbanding lurus dengan rasio yang tertera. Dengan kata lain nilai presentase error-
reading-nya bervariatif dan umumnya semakin kecil arus yang diberikan,
presentase error-reading-nya semakin besar melampaui batas spesifikasi CT yang
tertera pada nameplate. Padahal untuk beberapa sistem proteksi seperti Distance
Relay menggunakan pembacaan parameter arus pada nilai yang rendah.

2.3 Langkah Praktek

1. Lakukan pengawatan untuk pengujian trafo seperti pada gambar di bawah :

BENGKEL DIII TEKNIK ELEKTRO


STT_PLN 15
Nurinsani
2018 - 71 - 043

2. Slide regulator 1, berfungsi untuk pengaturan arus secara halus, sedangkan slide
regulator 2 untuk pengaturan yang lebih halus
3. Posisikan kedua slide regulator pada posisi “nol”
4. Masukkan sumber tegangan
5. Atur besaran arus yang masuk ke sisi primer trafo arus secara bertahap melalui slide
regulator
6. Catat hasil pengukuran arus dan tegangan pada sisi sekundernya.
7. Buat grafik arus sekunder terhadap arus primer
8. Buatlah grafk tegangan sekunder terhadap arus sekunder
9. Lakukan percobaan berikutnya dengan beban lebih

BENGKEL DIII TEKNIK ELEKTRO


STT_PLN 16
Nurinsani
2018 - 71 - 043

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Data Pengamatan

Tegangan
No I Primer I Sekunder
(Prosentase)
1 10 22,28 2,39
2 20 26,77 4.71
3 30 70,6 7.05
4 40 93,9 8.99
5 50 112,5 9.93

3.2 Analisa
Pada praktikum modul 2 yang berjudul pemeriksaan dan pengujian Trafo Arus,
trafo arus merupakan perantara pengukuran arus, dimana keterbatasan kemampuan
baca pada alat ukur. Trafo arus selain kita gunakan dalam membaca alat ukur, trafo
arus berfungsi juga sebagai system proteksi tenaga listrik. Trafo arus juga memiliki
fungsi sebagai proteksi yang artinya trafo arus lebih mampu menahan gangguan dan
trafo arus sebagai pengukuran yang memiliki ketelitian lebih tinggi dan trafo arus
tersebut memiliki karakteristik masing-masing.
Alat yang digunakan pada percobaan ini digital clamp on multi meter
(pengukur arus ) amperemeter ialah alat yang digunakan untuk mengukur arus listrik
baik untuk arus DC maupun AC yang terdapat dalam rangkaian tertutup. Begitupun
dengan Pengukur tegangan (Voltmeter) hambatan Listrik (Ohm Meter), dan juga arus
listrik (Ampere). Slide regulator tegangan berfungsi untuk mengukur tegangan. Suber
tegangan listrik arus searah Dc (Direct Current) ada bebarapa macam sumber tegangan
misalnya sel volta, elemen kering (baterai), akumulator solar sel dan dan dynamo arus
searah. Sumber tegangan listrik arus bolak-balik (AC), contoh tegangan arus Ac
adalah generator, dynamo sepedan dan listrik PLN.
Pada rangakaian tersebut terdapat Trafo halus dan kasar, trafo 1 merupakan
trafo yang halus dan trafo 2 merupakan trafo yang kasar. Slide regulator berfungsi
untuk pangatur tegangan. Slide regulator 1 berfungsi untuk pengaturan arus secara
halus, sedangkan slide regulator 2 untuk pengukuran trafo yang lebih halus.

BENGKEL DIII TEKNIK ELEKTRO


STT_PLN 17
Nurinsani
2018 - 71 - 043
Dari data pengamatan yang didaptkan dengan persentase 10-50 nilai arus
primer yang dihasilkan sebesar 22,28 Ampere dengan arus sekunder 2,39 . pada
persentase 20 dengan nilai arus primer yang didaptkan sebesar 26,77 Ampere dan arus
sekunder 4,71 Ampere. Selanjutnya persentase 30 dengan nilai arus primer yang
dihasilkan sebesar 70,6 Ampere dan nilai arus sekunder sebesar 8,99 Ampere. Ketika
persentase 40 dengan nilai arus primer yang dihasilkan sebesar 93,9 Ampere dan nilai
sekunder sebesar 8.99 Ampere. Dan yang terakhir persentase 50 dengan nilai arus
primer yang dihasilkan sebesar 112,5 Ampere dan nilai arus sekunder sebesar 9,93
Ampere. Semakin besar persentase yang dnaikkan maka nilai arus primer semakin
kecil dan nilai arus sekunder juga semakin besar. Tegangan sekunder kita tidak ukur
Karena sudah dihibng singkat jadi nilai yang didaptkan tidak ada (0). Arus primer kita
pasang dengan kabel warna hitam arus sekunder pada kabel merah. Pada percobaan
kedua dengan persentase 60-90 juga kita melakukan percobaan karena alat tersebut
atau trafo sudah terjaid proteksi atau panas, maka kita kita tidak melakuak tersebut,
kalau kita melanjutkan praktikum maka alat tersebut akan rusak atau meledak.

3.3 Kesimpulan
1. Pada pengukuran Tegangan sekunder kita hubung singkat jadi nilai yang didaptkan tidak
bernilai (0)

2. trafo arus digunakan untuk menurunkan arus sesuai ratio primer dan sekunder, serta
sekaligus untuk mengisolasi tegangan kumparan primer dengan kumparan sekunder.

DAFTAR PUSTAKA

BENGKEL DIII TEKNIK ELEKTRO


STT_PLN 18
Nurinsani
2018 - 71 - 043
1. http://www.arisulistiono.com/2011/04/pengujian-trafo-arus-current_12.html#.XdOtPtVKjIU
2.

MODUL III
IMPEDANSI TRAFO

BENGKEL DIII TEKNIK ELEKTRO


STT_PLN 19
Nurinsani
2018 - 71 - 043

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Tujuan
Dapat menentukan nilai impedansi trafo

1.2 Alat dan Bahan


1. Kertas dan alat tulis
2. Trafo arus
3. Digital clamp on multimeter (pengukur arus)
4. Digital multimeter (pengukur tegangan)
5. Trafo pengatur arus
6. Slide regulator tegangan
7. Sumber tegangan
8. Sarung tangan isolasi
9. Sepatu kerja isolasi

1.3Latar Belakang

Pemeliharaan Instalasi Distribusi dilaksanakan untuk menjaga kondisi dan


performance system distribusi agar selalu mencapau nilai yang optimal dala waktu yang
ditentukan. Pelaksanaan pemeliharaan sangat efektif bila dilaksanakan sesuai jadwal yang
telah ditentukan. Dimulai dari pemeriksaan secara visual maupun berupa pengukuran-
pengukuran. Pelaksanaan pemeliharaan pada praktikum ini dilakukan secara simulasi
dalam arti konstruksi jaringan yang digunakan bukanlah jaringan yang benar-benar
dioperasikan, tetapi menggunakan konstruksi jaringan berupa simulasi.
Mengetahui nilai impedansi trafo daya yang biasa dinyatakan dalam persen
mempunyai tujuan :
1. Untuk menentukan karakteristik alat proteksi terhadap gangguan hubung singkat pada
trafo (saat melebihi arus nominal maka trafo memutus maksimal 2 detik)
2. Sebagai salah satu prasyarat untuk mempararel trafo daya.

BENGKEL DIII TEKNIK ELEKTRO


STT_PLN 20
Nurinsani
2018 - 71 - 043
Cara untuk mengetahu impedansi adalah mengalirkan arus pada kumparan primer atau
sekunder sampai pada nilai nominalnya, kemudian mengambil data tegangan pada
terminal primer atau sekunder dan membandingkan dengan tegangan nominalnya.

BENGKEL DIII TEKNIK ELEKTRO


STT_PLN 21
Nurinsani
2018 - 71 - 043

BAB II
METODE PENELITIAN

2.1 Teori Modul

Mengetahui nilai impedansi trafo daya yang biasa dinyatakan dalam persen
mempunyai tujuan :
1. Untuk menentukan karakteristik alat proteksi terhadap gangguan hubung singkat pada
trafo (saat melebihi arus nominal maka trafo memutus maksimal 2 detik)
2. Sebagai salah satu prasyarat untuk mempararel trafo daya.
Cara untuk mengetahu impedansi adalah mengalirkan arus pada kumparan primer atau
sekunder sampai pada nilai nominalnya, kemudian mengambil data tegangan pada
terminal primer atau sekunder dan membandingkan dengan tegangan nominalnya

2.2 Teori Tambahan


Impedansi transformator merupakan total jumlah keseluruhan perlawanan
terhadap arus AC didalam sebuah peraltan mesin listrik. Untuk menetahui nilai
Impedansi sebuah  transformator dapat dilakukan dengan metode sederhana tanpa
harus menelaah impedansi pada masing - masing belitan didalam transformator
tersebut. Cara untuk mendapatkan nilai impedansi sebuah transformator adalah dengan
menghubungsingkatkan (short circuit) pada salah satu sisi transformator dan meinjeksi
tegangan pada sisi yang lainnya dalam jangka waktu singkat. Dengan keadaan salah
satu sisi belitan terhubung singkat, maka akan mengalir arus beban penuh sesuai
dengan rating transformator tersebut. Nilai tegangan yang diterapkan pada salah satu
sisi transformator untuk mendapatkan aliran arus beban penuh tersebut kita kenal
sebagai tegangan impedansi transformator (Voltage Impedance).

BENGKEL DIII TEKNIK ELEKTRO


STT_PLN 22
Nurinsani
2018 - 71 - 043

Nilai impedansi sebuah tranformator umumnya dicantumkan pada name plate


transformator itu sendiri dalam satuan persen (%) , misalnya 2% , 3% dst. Pengertian
nilai tersebut adalah , bahwa drop tegangan yang timbul karena impedansi adalah
sekian persen dari tegangan yang diterapkan. Sebagai contoh, sebuah transformator
dengan rasio 2.400 / 240 volt memiliki persen impedansi (Z%) sesuai name plate
sebesar 3%, maka drop tegangan pada transformator tersebut adalah :

Vdrop = V x Z(%)  ,

Vdrop = 2400 x 3/100

Vdrop = 72 V

Dari hasil perhitungan diatas didapat nilai voltage drop adalah sebesar 72V, hal ini
berarti akan ada penurunan tegangan sebesar 72-volt disisi belitan tegangan tinggi
yang ditimbulkan karena rugi - rugi pada belitan dan intri transformator ketika
transformator tersebut dibebani penuh.

Kembali ke penjelasan awal, metode pengujian dengan menghubungsingkatkan salah


satu sisi  tranformator dan menerapkan suplay tegangan dengan nilai tertentu  pada sisi
yang lain hingga arus beban penuh mengalir merupakan metode untuk mencari drop
tegangan ketika sebuah tranformator tersebut dibebani penuh. Nilai voltage drop
sebesar 72 V yang telah didapat dari hasil perhitungan diatas merupakan nilai
tegangan yang didapat apabila transformator 2400/240 volt diuji dengan metode
tersebut. Sehingga persen impedansi yang tertera diname plate transformator
2.400/240 V , merupakan hasil pengujian yang dibagi terhadap tegangan transformator
dikali dengan 100%,  sbb :

Z(%) = ( Vdrop/ V ) x 100 %


Z(%) = (72 / 2400 ) x 100 %
Z(%) = 3%
Dari nilai persen impedansi sebesar 3% tersebut, hanya 1% - 2% yang merupakan nilai
yang ditimbulkan oleh nilai impedansi pada inti transformator (rugi - rugi inti) ,

BENGKEL DIII TEKNIK ELEKTRO


STT_PLN 23
Nurinsani
2018 - 71 - 043
sisanya sebesar 98% lebih disebabkan karena impedansi yang timbul pada belitan
tranformator itu sendiri (rugi - rugi belitan). Untuk operasional yang aman,
tranformator jarang dioperasikan degan beban penuh (100% rating) , sehingga drop
teganganpun menjadi rendah.

Untuk mengetahui berapa nilai sebenarnya dari persen impedansi transformator


tersebut, dapat dilakukan dengan perhitungan sbb :
Z = Vdrop/ I
Z = 72 / 100 A
Z = 0.02 ohm

Nilai arus sebesar 100 A,  didapat dari nilai pengukuran arus beban penuh yang ketika
dilakukan metode pengujian dimana salah satu sisi transformator dihubung singkat.
Atau bisa dilihat dari name plate transformator itu sendiri, dimana disana dicantumkan
nilai arus saat beban penuh.

Perlu dingat,  impedansi merupakan penjumlahan nilai resistif dan reaktif suatu
komponen, sehingga nilai impedansi yang didapat diatas (0,72 ohm) terdiri dari unsur
resitif dan reaktif.

2.3 Langkah Praktek


1. Lakukan pengawatan untuk pengujian trafo seperti pada gambar di bawah ini :

2. Posisi kedua slide regulator adalah pada posisi “nol”

3. Masukkan tegangan sumber

4. Naikkan tegangan masuk pada trafo yang diuji secara bertahadp dan pelan-pelan
sampai menunjukkan arus nominal trafo tersebut

5. Baca penunjukan voltmeter yang menunjukkan besarnya tegangan pada posisi


dihubung singkat dan arus nominal

6. Hitung impedansi trafo pada satuan prosen (%)


V hubung singkat
( % )= × 100 %
V nominl trafo

BENGKEL DIII TEKNIK ELEKTRO


STT_PLN 24
Nurinsani
2018 - 71 - 043

7. Buatlah kesimpulan dan analisis hasil percobaan

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Data Pengamatan


3.2 Analisa
Pada praktikum yang telah dilakukan modul 3 yang berjudul Impedansi trafo.
Impedansi adalah ukuran penolakan terhadap arus bolak-balik. Transformator
berfungsi untuk menaikkan dan menurunkan tegangan, jenis-jenis Trafo ada dua
yaitu : Transformator step-up untuk menaikkan tegangan dan trafo step-down
berfungsi untuk menurunkan tegangan. Untuk mengetahui nilai impedansi trafo daya
yang diyatakan dalam prosedur mempunyai tujuan. Impedansi tafo merupakan total
jumlah keseluran perlawanan terhadap arus AC didalam sebuah peralatan mesin
listrik.
1, untuk menentukan karakteristik alat proteksi terhadap gangguan hubung singkat
pada trafo
2.Sebagai salah satu persyaratan untuk memparalel trafo daya.
Cara untuk mengetahui impedansi adalah mengalirkan arus pada kumparan
primer atau sekunder sampai pada nilai nominalnya, nilai nominal trafo primer adalah
3,7 ketika arusnya sudah mencapai 3,7 maka kita akan pindahkan ke tegangan.

3.3 Kesimpulan
1. nominal trafo primer 3,7 ketika arusnya sudah mencapai pada 3,7 maka kita akan
pindah ketegangan untuk mengukurnya.
2. apapun yang kuta hubung singkat maka tegangan yang didaptkan tidak bernilai atau
(0)

BENGKEL DIII TEKNIK ELEKTRO


STT_PLN 25
Nurinsani
2018 - 71 - 043

DAFTAR PUSTAKA

1. https://direktorilistrik.blogspot.com/2014/02/Percent-Impedance-Persen-Impedansi-
Transformator.html

BENGKEL DIII TEKNIK ELEKTRO


STT_PLN 26
Nurinsani
2018 - 71 - 043

MODUL IV
VEKTOR GRUP TRAFO DAYA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Tujuan
Dapat menentukan vector grup Trafo Daya

1.2 Alat dan Bahan


1. Kertas dan alat tulis
2. Trafo daya
3. Digital multimeter (pengukur tegangan)
4. Sumber tegangan
5. Sarung tangan isolasi
6. Sepatu kerja isolasi

1.3Latar Belakang

Yang dimaksud dengan vektor grup pada trafo daya, adalah perbedaan sudut antara
sisi primer dengan sisi sekunder sebagai akibat dari hubungan dari terminal-terminal
kumparan primer dan kumparan sekunder. Penyebutan vektor grup dinyatakan dengan
penyebutan hubungan sisi primer yang dinyatakan dengan huruf besar, kemudian
hubungan sisi sekunder dengan huruf kecil dan angka merupakan besarnya sudut
perbedaan primer dengan sekunder yang dibagi dengan 30 derajat.
Fungsi dari Vektor grup hanya digunakan pada saat akan memparalel trafo, yaitu trafo
bisa diparalel dengan trafo lain jika empunyai vector yang sama apabila dipaksakan
dengan yang berbeda maka akan terjadi rangkaian hubung singkat.

BENGKEL DIII TEKNIK ELEKTRO


STT_PLN 27
Nurinsani
2018 - 71 - 043

BAB II
METODE PENELITIAN

2.1 Teori Modul


Yang dimaksud dengan vektor grup pada trafo daya, adalah perbedaan sudut
antara sisi primer dengan sisi sekunder sebagai akibat dari hubungan dari terminal-
terminal kumparan primer dan kumparan sekunder.
Penyebutan vektor grup dinyatakan dengan penyebutan hubungan sisi primer
yang dinyatakan dengan huruf besar, kemudian hubungan sisi sekunder dengan huruf
kecil dan angka merupakan besarnya sudut perbedaan primer dengan sekunder yang
dibagi dengan 30 derajat.
Misal : hubungan kumparan primer Bintang diberi huruf “ Y ”, hubungan
kumparan sekunder Bintang diberi huruf “ y ”, kemudian perbedaan sudut antara
primer dan sekunder 180˚ dibagi 30˚ sama dengan 6, maka trafo tersebut mempunyai
vektor grup Yy6. Selain huruf Y, hubungan lainnya adalah segitiga dengan kode huruf
D dan Zigzag dengan kode huruf Z.
Fungsi dari verktor grup hanya digunakan pada saat akan mempararel trafo,
yaitu trafo bisa dipararel dengan trafo lain jika mempunyai vektor grup sama dan
apabila dipaksakan dengan yang berbeda akan terjadi rangkaian hubung singkat.

2.2 Teori Tambahan


Untuk menjelaskannya, lansung saya pada sebuah contoh , misalkan Vektor Y4 dan
perhatikan gambar vektor Y4 pada gambar Variasi Vektor Diagram Hubungan Bntang
dibawah.
Langkah untuk menggambarnya adalah :

1. Ingat, vektor yang diminta adalah Y (Bintang), sehingga gambarkan bentuk


hubungan bintang seperti huruf Y terbalik.
2. Berikan nama pada ujung masing - masing garis huruf Y tersebut secara berurutan,
mulai dari yang paling atas dan seterusnya searah jarum jam , sehingga ada A, B
BENGKEL DIII TEKNIK ELEKTRO
STT_PLN 28
Nurinsani
2018 - 71 - 043
dan C. Huruf A, B dan C adalah nama untuk masing - masing ujung belitan. Ujung
belitan ini akan menjadi teminal pada transformator nantinya.
3. Berikan nama pada masing - masing garis tersebut, seperti W1, W2 dan W3. Garis
ini menyatakan belitan. Sehinga terdapat belitan W1 dengan terminalnya A,
belitan W2 dengan terminalnya B dan belitan W3 dengan terminalnya C.
4. Sehingga gambarnya menjadi seperti ini :  

                 

5. Kemudian kita melihat angka Vektor, contoh yang diberikan adalah Vektor Y4,
berarti ada pergesaran sebesar 4 x 30 = 120. Atau dapat juga diartikan vektor arah
jam 4 (jam 4 membentuk sudut 120 terhadap angka 12 atau point A pada gambar ).
Karena bergeser 120 derajat maka vektor mengarah ke titik B yang membentuk
sudut 120 antara garis W1 dengan W2.
6. Pada pergeseran ini, yang bergeser selalu adalah belitan W1. Jadi jika diawal garis
W1 mengarah ketitik A, kemudian karna digeser 120 derajat, maka W1 akan
mengarah ketitik B. Sehinga W2 dan W3 ikut bergeser menyesuaikan dengan
pergeseran W1. Sehingga gambarnya menjadi sbb :

7.
8. Gambar yang terbentuk sekarang adalah Vektor Diagram Y4. Perhatikan titik A, B
dan C , posisinya selalu tetap. Dan yang bergeser adlah posisi W1 yang
menyesuaikan dengan besarnya sudut yang digeser.
9. Dari gambar vektor Y4 kita dapat menggambar hubungna belitan trafo tersebut,
yaitu titik pertemuan ketiga garis (titik pusat) adalah hubungna singkat ketiga
belitan (yang menbentuk hubungan Y).

BENGKEL DIII TEKNIK ELEKTRO


STT_PLN 29
Nurinsani
2018 - 71 - 043
10. Dari gambar , garis W1 adalah belitan 1 terhubung keterminal B, garis W2 adalah
belitan 2 terhubung ke terminal C dan belitan 3 terhubung ke belitan A serta garis
hitam yang menghubungsingkatkan ketiga ujung belitan.
11. Sehingga gambarnya menjadi sbb :

12.

Ok, demikian penjelasan tentang bagaimana menggambarkan hubungan belitan pada


sebuah vektor diagram transformator. Silahkan dicoba untuk membuat vektor diagram
yang lain baik yang bintang maupun yan gdelta.

Mungkin dalam penulisan ini, penjelasan dari saya kurang pas. Untuk itu silahkan
mengajukan pertanyaan terkait artikel ini dengan menulis pertanyaannya pada kolom
kementar. Saya dengan senang hati akan menjawabnya.

VARIASI VEKTOR DIAGRAM HUBUNGAN BINTANG

BENGKEL DIII TEKNIK ELEKTRO


STT_PLN 30
Nurinsani
2018 - 71 - 043

Variasi Vektor Diagram Hubungan Bintang

VARIASI VEKTOR DIAGRAM HUBUNGAN DELTA

Variasi Vektor Diagram Hubungan Delta

BENGKEL DIII TEKNIK ELEKTRO


STT_PLN 31
Nurinsani
2018 - 71 - 043

2.3 Langkah Praktek

Percobaan 1
1. Lakukan pengawatan untuk mengetahui vector grup trafo daya seperti pada gambar di
bawah :

2. Gambar diatas kumparan primer dan sekunder trafo terhubungnya bintang


3. Hubungkan salah satu terminal fasa yang sama antara primer dan sekunder, pada
contoh di atas antara R dengan r
4. Masukkan tegangan sumber ke terminal primer
5. Ukur tegangan antara kumparan primer dengan primer, sekunder dengan sekunder,
dan antara primer dan sekunder.
6. Buatlah gambar dari hasil pengukuran tersebut yang diskala dengan perbandingan
tertentu, maka akan didapatkan titik-titik terminal primer dan sekunder.
7. Bandingkan perbedaan sudut dari garis vektor pada sisi primer dengan sekunder
8. Analisa gasil percobaan

Percobaan 2
1. Lakukan pengawatan untuk mengetahui vector grup trafo daya seperti pada gambar di
bawah :

BENGKEL DIII TEKNIK ELEKTRO


STT_PLN 32
Nurinsani
2018 - 71 - 043

2. Gambar diatas kumparan primer dan sekunder trafo terhubungnya bintang


3. Hubungkan salah satu terminal fasa yang sama antara primer dan sekunder, pada
contoh di atas antara R dengan r
4. Masukkan tegangan sumber ke terminal primer
5. Ukur tegangan antara kumparan primer dengan primer, sekunder dengan sekunder,
dan antara primer dan sekunder.
6. Setelah selesai mengukur, buka kembali sumber tegangan, pastikan kondisi aman
7. Buatlah gambar dari hasil pengukuran tersebut yang diskala dengan perbandingan
tertentu, maka akan didapatkan titik-titik terminal primer dan sekunder.
8. Bandingkan perbedaan sudut dari garis vektor pada sisi primer dengan sekunder
9. Analisa gasil percobaan

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Data Pengamatan


Percobaan 1
Sekunder-
Primer-
Sekunder Primer-Sekunder (Volt)
Primer (Volt)
(Volt)
R-S 379.1 r-s 217.2 R-r 0.1 S-r 378.8 T-r 375.2
R-T 379.7 r-t 215.6 R-s 217.4 S-s 161.1 T-s 328.2
S-T 379.8 s-t 218.1 R-t 215.6 S-t 329.8 T-t 159.3

Percobaan 2
Primer- Sekunder- Primer-Sekunder (Volt)
Primer (Volt) Sekunder
BENGKEL DIII TEKNIK ELEKTRO
STT_PLN 33
Nurinsani
2018 - 71 - 043
(Volt)
R-S 378.9 r-s 217.4 R-r 196 S-r 378.6 T-r 375.4
R-T 375.5 r-t 215.9 R-s 217.4 S-s 595 T-s 517
S-T 379.6 s-t 218.3 R-t 215.7 S-t 520 T-t 591

3.2 Analisa
Pada praktikum modul 5, yang berjudul Vektor grup Trafo Daya. Vektor Grup
Trado Daya untuk mengetahui apakah apabila kedua vector grup tersebut berbeda.
Transformator daya merupakan salah satu jenis transformator yang digunakan untuk
menaikkan tegangan (step-up) yang berasal dari generator kemudian tegangan yang
telah dinaikkan tersebut, maka akan dinaikkan menuju switch yard selanjutnya akan
didistribusikan menujun konsumen.
Untuk mengurangi jumlah arus yang mengalir pada saluran transmisi sehingga
arus yang terbawa adalah aliran arus rendah yang berarti mengurangi rugi-rugi panas
yang menyertainya
Transformator tenaga dapat di klasifikasikan menurut:

Pasangan: 

 Pasangan dalam 
 Pasanga luar

Pendinginan

Menurut cara pendinginannya dapat dibedakan sebagai berikut: (lihat Tabel 1) 

Fungsi/Pemakaian

 Transformator mesin 
 Transformator Gardu Induk 
 Transformator Distribusi
 • Kapasitas dan Tegangan

Dari data pengamatan yang telah dilakukan pada percobaan pertama , kita
mengukur primer-primer, sekunder-sekunder, dan primer sekunder. Pada primer-
primer R-S nilai yang didapatkan sebesar 379.1 volt pada sekunder r-s nilai sebesar

BENGKEL DIII TEKNIK ELEKTRO


STT_PLN 34
Nurinsani
2018 - 71 - 043
217,2 volt dan primer sekunder R-r nilai yang didapatkan 0,1 nilai pada primer-
sekunder disini sebesar 0,1 atau tidak bernilai karena kita hubung singkat pada
rangkaian tersebut, apapun yang kita hubung singkatkan maka nilai tegangan yang
didaptkan tak bernilai atau (0). Nilai tegangan S-r sebesar 378.8 volt. Nilai tegangan
pada T-r sebesar 375,2. Percobaan yang kedua dengan tegangan primer, sekunder dan
primer-sekunder. Nilai Tegangan primer R-t sebesar 375,5 volt, tegangan sekunder r-t
215,9 volt, dan nilai tegangan primer-sekunder yang didapatkan sebesar R-s 217,4, S-s
595 Volt dan T-s 517 Volt. Tegangan Primer S-T yang didapatkan sebesar 379,6 Volt,
Nilai sekunder s-t yang didaptkan sebesar 218,3 Volt dan nilai tegangan primer-
sekunder pada R-t sebesar 215.7 Volt, Tegangan S-t 520 Volt dan tegangan T-t 591
Volt.

3.3 Kesimpulan
1. apapun yang kita hubung singkatakan pada tegangan, nilai yang didapatkan tak
bernilai atau (0).
2. fungsi dari verktor grup hanya digunakan pada saat akan memparalel trafo, yaitu
trafo bisa diparalel dengan trafo lain jika mempunyai vector grup yang sama dan
apabila dipaksakan dengan yang berbeda makan akan terjadi hubung singkat.

DAFTAR PUSTAKA

1. https://direktorilistrik.blogspot.com/2017/07/Vektor-Group-pada-Transformator-ii.html

BENGKEL DIII TEKNIK ELEKTRO


STT_PLN 35
Nurinsani
2018 - 71 - 043

MODUL V
PARALEL TRAFO

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Tujuan
Dapat melaksanakan melakukan parallel trafo daya

1.2 Alat dan bahan


1. Kertas dan alat tulis
2. Trafo daya
3. Digital multimeter (pengukur tegangan)
4. Digital clamp on multimeter (penguku arus)

BENGKEL DIII TEKNIK ELEKTRO


STT_PLN 36
Nurinsani
2018 - 71 - 043
5. Saklar penghubung 3 fasa
6. Beban trafo (lampu)
7. Sumber tegangan
8. Sarung tangan isolasi
9. Sepatu kerja isolasi

1.3 Latar Belakang


Transformator atau trafo adalah alat yang memindahkan tenaga listrik antar
dua rangkaian listrik atau lebih melalui induksi elektromagnetik. Jenis- Jenis trafo ada dua
yaitu, Transformator Step-Up berfungsi untuk menaikkan tegangan sedangkan
Transformator step-Down berfungsi untuk menurunkan tegangan. Memparalel trafo daya
di GI bisa dilakukan tujuanannya antara lain agar GI tidak hanya tersedia satu buah trafo
saja, sehingga apabila ada gangguan trafo malah menyebabkan padam total.

BAB II
METODE PENELITIAN

2.1 Teori Modul

Mempararel trafo daya di GI biasa dilakukan, tujuannya antara lain agar GI


tidak hanya tersedia hanya satu buah trafo saja, sehingga apabila ada gangguan trafo
malah menyebabkan padam total. Selain itu jika fluktuasi beban dari GI, sangat
mencolok perbedaanya pada waktu-waktu tertentu, maka dengan ada beberapa trafo,
kadang kala dioperasikan sebagian kadang kala pula dioperasikan semuanya.
Untuk mengoprasikan pararel trafo ada beberapa persyaratan utama, yaitu :
1. Ratio transformasi sama
2. Vektor grup sama
3. Impedansi sama
Jika salah satu dari persyaratan tersebut tidak terpenuhi, maka akan terjadi
diantara trafo pararel akan saling membebani, sehingga hal ini berarti maksud untuk
BENGKEL DIII TEKNIK ELEKTRO
STT_PLN 37
Nurinsani
2018 - 71 - 043
mempararel trafo yaitu menampung dan mennyalurkan daya lebih besar tidak terjadi,
bahkan malahan bisa merusak trafo itu sendiri.

2.2 Teori Tambahan


Paralel Transformator
Penambahan  beban  pada  suatu  saat menghendaki adanya kerja paralel
diantara transformator. Tujuan utama  kerja paralel  ialah  supaya  beban  yang  dipikul
sebanding  dengan  kemampuan    KVA masing-masing  transformator,  sehingga
tidak  terjadi  pembebanan  yang  berlebihan.

Untuk   kerja   paralel   transformator   ini diperlukan beberapa syarat : 

1. Kumparan  primer  dari  transformator harus  sesuai  dengan  tegangan  danfrekuensi


sitem suplai (jala – jala) ;
2. Polaritas transformator harus sama ;
3. Perbandingan tegangan  harus  sama ;
4. Tegangan  impedansi  pada  keadaan beban penuh harus sama ;
5. Perbandingan    reaktansi    terhadap resistansi sebaiknya sama. 
Paralel Dua Transformator dalam Keadaan Ideal  
Keadaan ideal dari dua transformatormempunyai  perbandingan  tegangan  sama dan 
mempunyai  segitiga  tegangan impedansi yang sama dalam ukuran dan bentuk. 

Segitiga    ABC    menunjukkan    segitiga tegangan   impedansi   yang   sama   dari


kedua  transformator.  Arus AI dan BI dari  masing-masing  transformator  sefasa
dengan arus beban I dan berbanding  terbalik  terhadap  masing-masing 
impedansinya, 

 Paralel Transformator  PerBandingan Tegangan Sama


Diasumsikan      tegangan   tanpa   beban dari   kedua   transformator   dari   kedua
sekunder sama EA = EB = E, tidak adaperbedaan fasa antara AE dan BE, hal
ini  dapat  dilakukan  jika  arus  magnetisasi  dari  kedua  transformator 
tidakterlampu jauh  berbeda  antara   yangsatu   dengan   yang   lainnya.  
Dibawahkondisi ini, kedua sisi primer dan sekun-der dari kedua transformator dapat
dihu-bungkan  secara  paralel  dan  tidak  adaarus   sirkulasi   antara   keduanya  
saattanpa beban.  

BENGKEL DIII TEKNIK ELEKTRO


STT_PLN 38
Nurinsani
2018 - 71 - 043
Transformator atau trafo adalah alat yang memindahkan tenaga listrik antar
dua rangkaian listrik atau lebih melalui induksi elektromagnetik.

Prinsip kerja
Transformator bekerja berdasarkan prinsip Induksi Elektromagnetik Tegangan
masukan bolak-balik yang membentangi primer menimbulkan Fluks Magnet yang
idealnya semua bersambung dengan lilitan sekunder. Fluks bolak-balik ini
menginduksikan Gaya Gerak Listrik (ggl) dalam lilitan sekunder. Jika efisiensi
sempurna, semua daya pada lilitan primer akan dilimpahkan ke lilitan sekunder.

Jenis Trafo

Step-Up

lambang transformator step-up

Transformator step-up adalah transformator yang memiliki lilitan sekunder lebih


banyak daripada lilitan primer, sehingga berfungsi sebagai penaik tegangan.
Transformator ini biasa ditemui pada pembangkit tenaga listrik sebagai penaik
tegangan yang dihasilkan Generator menjadi tegangan tinggi yang digunakan dalam
transmisi jarak jauh.

Step-Down

skema transformator step-down

Transformator step-down memiliki lilitan sekunder lebih sedikit daripada lilitan


primer, sehingga berfungsi sebagai penurun tegangan. Transformator jenis ini sangat
mudah ditemui, terutama dalam Adaptor AC-DC.

 
2.3 Langkah Praktek

BENGKEL DIII TEKNIK ELEKTRO


STT_PLN 39
Nurinsani
2018 - 71 - 043

Percobaan Paralel Trafo dengan Vektor Grup Sama


1. Lakukan pengawatan seperti pada gambar di bawah :

2. Posisi saklar penghubung terbuka, masukkan tegangan sumber ke kedua trafo


3. Beban / lampu menyala, ukur dan catat besarnya arus beban per fasa pada lampu dan
keluaran trafo
4. Hubungkan kedua titik netral trafo dengan kabel
5. Ukur dan catat tegangan antara fasa yang sama pada sisi sekunder kedua trafo tersebut
6. Masukkan saklar penghubung dan perhatikan apa yang terjadi
7. Ukur dan catat besarnya arus beban per fasa pada lampu dan keluaran trafo
8. Buka kembali tegangan sumber dan lepas kembali semua pengawatan
9. Buat analisa dan kesimpulan hasil percobaan
Percobaan Paralel Trafo dengan Vektor Grup Berbeda
1. Lakukan pengawatan seperti pada gambar di bawah :

BENGKEL DIII TEKNIK ELEKTRO


STT_PLN 40
Nurinsani
2018 - 71 - 043

2. Posisi saklar penghubung terbuka, masukkan tegangan sumber ke kedua trafo


3. Beban / lampu menyala, ukur dan catat besarnya arus beban per fasa pada lampu dan
keluaran trafo
4. Hubungkan kedua titik netral trafo dengan kabel
5. Ukur dan catat tegangan antara fasa yang sama pada sisi sekunder kedua trafo tersebut
6. Masukkan saklar penghubung dan perhatikan apa yang terjadi

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Data Pengamatan


3.2 Analisa

BENGKEL DIII TEKNIK ELEKTRO


STT_PLN 41
Nurinsani
2018 - 71 - 043
Pada percobaan yang telah dilakukan modul 5 yang berjudul, Paralel Trafo.
Mempararel trafo daya di GI bisa dilakukan, tujuannya antara lain agar GI tidak hanya
tersedia satu buah trafo saja, sehingga apabila ada gangguan trafo malah menyebabkan
pemadaman total. Adapun syarat-syarat pada parallel trafo diantaranya, yaitu:
1. Nilai impedansi antar trafo hamper sama
2. Vector grup antar trafo harus sama
3. Tahun pembuat, trafo pabrik dan jenis harus sama
Jika salah satu dari persyaratan tidak terpenuhi maka akan terjadi diantara trafo
yang diparalel akan saling membebani, sehingga fungsi dari parallel trafo tersebut
adalah untuk menyuplai beban yang besar.
Penambahan  beban  pada  suatu  saat menghendaki adanya kerja paralel
diantara transformator. Tujuan utama  kerja paralel  ialah  supaya  beban  yang  dipikul
sebanding  dengan  kemampuan    KVA masing-masing  transformator,  sehingga
tidak  terjadi  pembebanan  yang  berlebihan.

Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum kali ini, trafo daya adala suatu
peralatan listrik yang berfungsi untuk menyalurkan tenaga atau daya listrik dari
tegangan tinggi ke tegangan rendah atau sebaliknya. Multimeter adalah alat yang
digunakan untuk mengukur listrik tegangan voltmeter), hambatan listrik ( Ohm
Meter). Dan arus listrik (Ampere). Multimeter adalah alat yang digunakan untuk
mengukur listrik dengan tegangan (Volmeter), Hambatan listrik (Ohm Meter), dan
arus listrik (Ampere). Saklar Penguhubung 3 fasa, saklar atau switch adalah sebuah
alat yang berfungsi sebagai penghubung dan pemutus arus listrik, jenis-jenis saklar
pada umumnya dibedakan mejadi :

1. Saklar manual
2. Saklar Magnetik (MC)
3. Saklar Otomatis

Beban Trafo (lampu), disini untuk mengetahui nyala atau tidaknya lampu
tersebut pada rangkaian. Dan sumber tegangan dapat dihasilkan dari beberapa jenis
sumber energy, diantaranya dari energy kimia (misalnya, aki dan baterai), dari energy
gerak (misalnya Generator) dan energy matahari (misalnya solar panel), sumber
tegangan listrik dapat dibedakan menjadi dua yaitu, Sumber tegangan listrik arus
searah atau DC (Direct Current) ada beberapa maca sumber tegangan searah misalnya
sel volta, elemen kering (baterai), akumulator, solar sel dan dynamo arus searah. dan

BENGKEL DIII TEKNIK ELEKTRO


STT_PLN 42
Nurinsani
2018 - 71 - 043
sumber tegangan listrik arus bolak-balik AC (Alternating Current), contoh tegangan
arus searah AC adalah Generator, dynamo sepeda dan listrik PLN. .

Dari percobaan yang pertama dengan parallel trafo dengan vector yang sama
YYO, keadaan lampu terang, sedangkan pada percobaan yang kedua parallel trafo
dengan vektro grup tidak sama YY6 keadaan lampu nge trip atau tidak nyala.YYO
netralnya kita hubungkan ke netral juga sedangkan YY6 kita tidak hubungkan pada
kabel netralnya. Percobaan yang kedua ini terdapat kesalahan pada keadaan lampu
yang dijumper pada trafo tersebut sehingga percobaan yang kia lakukan pada lampu
beban menyala.

3.3 Kesimpulan
1. memparalel trafo daya di GI bisa dilakukan, tujuannya anatar lain agar di GI tidak
hanya tersedia satu buah trafo saja, sehingga apabila ada gangguan trafo maah
menyebabkan pemadaman total.
2. fungsi parallel adalah untuk menyuplai beban yang besar

DAFTAR PUSTAKA

1. https://id.wikipedia.org/wiki/Transformator
2. https://direktorilistrik.blogspot.com/2016/12/paralel-transformator-dengan-vektor-
group-beda.html

BENGKEL DIII TEKNIK ELEKTRO


STT_PLN 43

Anda mungkin juga menyukai