Nama Anggota :
1. Adinda Dhea Pramitha (01)
2. Ahza Diya’ul Fajar (02)
3. Alfi Fitriatul Hidayah (03)
4. Ana Dwi Natasyah (04)
5. Anifatul Nur Rohmah (05)
PUISI KONTEMPORER
Istilah puisi kontemporer sama dengan istilah puisi inkonvensional,puisi masa kini,dan
puisi mutakhir. Puisi kontemporer lebih mementingkan bentuk grafis atau fisik (bunyi) untuk
mengungkapkan perasaan penyairnya. Puisi kontemporer tidak hanya terikat pada tema,tetapi
juga terikat pada struktur fisik puisi. Puisi Kontemporer adalah bentuk puisi yang berusaha lari
dari konvensional puisi itu sendiri. Puisi kontemporer dipelopori oleh penyair Sutardji Calzoum
Bachri
Puisi Kontemporer dikategorikan sebagi puisi modern. Dikatakan sebagai puisi modern
sebab pengkategoriannya ditekankan pada karakterisitik puisi tersebut. Dalam puisi
kontemporer,aturan-aturan baku yang berlaku atau diterapkan pada puisi lama sudah tidak
mempengaruhi pembuatan puisi tersebut. Puisi kontemporer lebih bebas baik dalam segi
tipografi atau tata bentuk (letak) puisi, maupun dalam bentuk rima atau akhir bunyi puisi. Kata-
kata yang digunakan pun lebih lugas.
1. Puisi Mbeling
Puisi ini memakai ungkapan yang blak-blakan, sederhana, tanpa menghiraukan diksi
konvensional ataupun bunga-bunga bahasa. Pada umumnya puisi ini mengandung unsur humor,
bercorak kelakar. Biasanya mengungkapkan kritik pada kehidupan masyarakat, tetapi dengan
cara yang lucu dan tidak terlalu berat.
2. Puisi tipografi
Puisi tipografi adalah puisi yang lebih mementingkan gambaran visual dari puisi tersebut. Dalam
puisi tipografi seorang penyair berusaha mengekspresikan gejolak hatinya dengan lebih
menonjolkan lukisan bentuk dari puisinya daripada melalui kata-kata.
Puisi ini dibedakan dengan puisi konvensional terutama oleh penggunaan idiom-idiom baru yang
terdapat didalamnya. Puisi idiom baru tetap menggunakan kata sebagai alat ekspresinya, tetapi
kata tersebut dibentuk dan diungkapkan dengan cara baru,dan diberi nyawa baru. Digunakan
idiom-idiom yang belum pernah dijumpai sebelumnya.
Puisi Supra Kata adalah puisi kontemporer yang menggunakan kata-kata konvensional yang
dijungkir-balikkan atau penciptaan kata-kata baru yang belum pernah ada dalam kosakata
Bahasa Indonesia. Puisi semacam ini lebih mementingkan aspek bunyi dan ritme.,sehingga
merangsang timbulnya suasana magis(cenderung sebagai puisi mantra).
Puisi Kontemporer yang menggunakan kata atau kalimat dari berbagai bahasa yang baik, baik
bahasa daerah maupun bahasa asing.
Puisi Kontemporer yang menggunakan kata dalam jumlah yang sangat sedikit,dilengkapi dengan
simbol lain yang berupa huruf,garis,titik atau tanda baca lain.
Puisi yang sama sekali tidak menggunakan kata sebagai alat ekspresinya. Sebagai gantinya
digunakan titik-titik, garis, huruf, atau simbol-simbol lain.
Tema protes yang ditujukan kepada kepincangan sosial dan dampak negatif dari
industrialisasi.
Tema humanisme yang mengemukakan kesadaran bahwa manusia adalah subjek
pembangunan dan bukan objek pembangunan.
Tema yang mengungkapkan kehidupan batin yang religius dan cenderung kepada mistik.
Tema yang dilukiskan melalui alegori dan parabel.
Tema tentang perjuangan menegakkan hak-hak azasi manusia berupa perjuangan untuk
kebebasan, persamaan hak, pemerataan, dan bebas dari cengkeraman dari teknologi
modern.
Tema kritik sosial terhadap tindakan sewenang-wenang dari mereka yang
menyelewengkan kekuasaan dan jabatan.
Tokoh-tokoh puisi Kontemporer
1. Sutardji Calzoum Bahri
Karyanya :
Kumpulan Sajak O, Amuk, Kapak
Tragedi Sihka dan Winka
Batu
2. Sapardi Djoko Damono
Karyanya :
Dukamu Abadi (kumpulan sajak,1969)
Mata Pisau (kumpulan sajak, 1974)
Akuarium (kumpulan sajak 1974)
3. Goenawan Muhamad
Karyanya :
Dadaku adalah perisaiku (kumpulan sajak,1974)
4. Leon Agusta
Karyanya :
Catatan Putih (Kumpulan sajak,1975)
Hukla (kumpulan sajak,1979)
5. Korrie Layun Rampan
Karyanya :
Matahan Pinsan & Ubun-ubun (kumpulan sajak,1974)
6. Entha Ainun Nadjib
Karyanya :
“M” Frustasi (kumpulan sajak,1976)
Nyanyian Gelandangan (kumpulan sajak,1981)
7. Hamid Jabbar
Karyanya :
Paco-Paco (kumpulan sajak,1974)
Dua Warna (kumpulan sajak bersama Upita Agustina,1975)
8. Toen Herarti
Karyanya :
Sajak-Sajak 33 (kumpulan sajak ,1973)
9. Linus Suryadi
Karyanya :
Langit Kelabu (kumpulan sajak,1976)