TRAUMA ABDOMEN
A. Konsep Penyakit
1. Definisi
terletak diantara diafragma dan pelvis yang diakibatkan oleh luka tumpul atau yang
adalah suatu kerusakan pada daerah abdomen yang dapat disebabkan oleh benda
tumpul atau benda yang menusuk yang dapat menyebabkan cidera baik psikologis
ataupun emosional.
2. Etiologi
3. Klasifikasi
b. Laserasi
Jika terdapat luka pada dinding abdomen yang menembus rongga abdomen harus di
Trauma abdomen pada isi abdomen, menurut Suddarth & Brunner (2005) terdiri
dari :
Cedera pada isi abdomen mungkin di sertai oleh bukti adanya cedera pada
dinding abdomen.
Luka tusuk pada abdomen dapat menguji kemampuan diagnostik ahli bedah.
3) Cedera thorak abdomen
Setiap luka pada thoraks yang mungkin menembus sayap kiri diafragma, atau
a. Nyeri
Nyeri dapat terjadi mulai dari nyeri sedang sampai yang berat. Nyeri dapat timbul
di bagian yang luka atau tersebar. Terdapat nyeri saat ditekan dan nyeri lepas.
Adanya penumpukan darah atau cairan dirongga peritonium yang disebabkan oleh
Nyeri disebelah kiri yang disebabkan oleh perdarahan limpa. Tanda ini ada saat
5. Anatomi fisiologi
Abdomen ialah rongga terbesar dalam tubuh. Bentuk lonjong dan meluas dari
bagian – abdomen yang sebenarnya, yaitu rongga sebelah atas dan yang lebih besar,
dari panggul besar. Di depan dan kedua sisi, otot – otot abdominal, tulang –tulang
illiaka dan iga – iga sebelah bawah. Di belakang, tulang punggung, dan otot psoas dan
quadratrus lumborum.
Isi Abdomen. Sebagaian besar dari saluran pencernaan, yaitu lambung, usus
halus, dan usus besar. Hati menempati bagian atas, terletak di bawah diafragma, dan
menutupi lambung dan bagian pertama usus halus. Kandung empedu terletak dibawah
hati. Pankreas terletak dibelakang lambung, dan limpa terletak dibagian ujung
pancreas. Ginjal dan kelenjar suprarenal berada diatas dinding posterior abdomen.
Ureter berjalan melalui abdomen dari ginjal. Aorta abdominalis, vena kava inferior,
reseptakulum khili dan sebagaian dari saluran torasika terletak didalam abdomen.
Pembuluh limfe dan kelenjar limfe, urat saraf, peritoneum dan lemak juga dijumpai
6. Patofisiologi
ketinggian), maka beratnya trauma merupakan hasil dari interaksi antara faktor –
faktor fisik dari kekuatan tersebut dengan jaringan tubuh. Berat trauma yang terjadi
tubuh yang akan menimbulkan disrupsi jaringan. Hal ini juga karakteristik dari
elastitisitas dan viskositas dari jaringan tubuh. Elastisitas adalah kemampuan jaringan
untuk kembali pada keadaan yang sebelumnya. Viskositas adalah kemampuan jaringan
untuk menjaga bentuk aslinya walaupun ada benturan. Toleransi tubuh menahan
benturan tergantung pada kedua keadaan tersebut. Beratnya trauma yang terjadi
tergantung kepada seberapa jauh gaya yang ada akan dapat melewati ketahanan
posisi tubuh relatif terhadap permukaan benturan. Hal tersebut dapat terjadi cidera
a. Meningkatnya tekanan intra abdominal yang mendadak dan hebat oleh gaya tekan
dari luar seperti benturan setir atau sabuk pengaman yang letaknya tidak benar
dapat mengakibatkan terjadinya ruptur dari organ padat maupun organ berongga.
b. Terjepitnya organ intra abdominal antara dinding abdomen anterior dan vertebrae
Kasus trauma abdomen ini bisa menimbulkan manifestasi klinis meliputi: nyeri tekan
diatas daerah abdomen, distensi abdomen, demam, anorexia, mual dan muntah,
3) Apabila trauma terkena usus, mortilisasi usus terganggu sehingga fungsi usus
tidak normal dan biasanya akan mengakibatkan peritonitis dengan gejala mual,
4) Kemungkinan bukti klinis tidak tampak sampai beberapa jam setelah trauma.
5) Cedera serius dapat terjadi walaupun tak terlihat tanda kontusio pada dinding
abdomen.
3) Biasanya organ yang terkena penetrasi bisa keluar dari dalam abdomen.
memperburuk keadaan
9. Komplikasi
b. Lambat : infeksi
c. Trombosis Vena
d. Emboli Pulmonar
f. Pneumonia
g. Tekanan ulserasi
h. Atelektasis
i. Sepsis
Menunjukkan adanya trauma pada saluran kemih bila dijumpai hematuri. Urine
yang jernih belum dapat menyingkirkan adanya trauma pada saluran urogenital.
e. VP (Intravenous Pyelogram)
Karena alasan biaya biasanya hanya dimintakan bila ada persangkaan trauma pada
ginjal.
Dapat membantu menemukan adanya darah atau cairan usus dalam rongga perut.
Hasilnya dapat amat membantu. Tetapi DPL ini hanya alat diagnostik. Bila ada
sebagai berikut:
otak)
5) Pasien cedera abdominal dan cedera medula spinalis (sumsum tulang belakang)
1) Hamil
a. Abdominal paracentesis
larutan NaCl yang keluar dari rongga peritoneum setelah dimasukkan 100–200 ml
b. Pemeriksaan laparoskopi
penyebabnya.
a. Abdominal paracentesis
untuk laparotomi.
b. Pemeriksaan laparoskopi
c. Pemasangan NGT
e. Pemberian antibiotic
f. Laparotomi
B. Konsep Asuhan Keperawatan Teoritis
1. Pengkajian
sebagai dari multi trauma dan dalam pengkajiannya tidak terpaku pada abdomennya
saja.
a) Anamnesa
1) Biodata
2) Keluhan Utama
saat jatuh.
Berapa berat keluhan yang dirasakan bila nyeri, bagaimana sifatnya pada
b) Pemeriksaan Fisik
Pada inspeksi bagian frekwensinya, iramanya dan adakah jejas pada dada
Pada palpasi simetris tidaknya dada saat paru ekspansi dan pernapasan
tertinggal.
Pada inspeksi adakah perdarahan aktif atau pasif yang keluar dari daerah
Pada palpasi bagaimana mengenai kulit, suhu daerah akral dan bagaimana
suara detak jantung menjauh atau menurun dan adakah denyut jantung
paradoks.
Pada inspeksi adakah gelisah atau tidak gelisah dan adakah jejas di kepala.
Pada inspeksi :
abdomen.
Apakah kalau batuk terdapat nyeri dan pada quadran berapa, kemungkinan
Pada palpasi :
Pada perkusi :
abdomen.
Pada Auskultasi :
menghilang.
Pada inspeksi adakah jejas pada daerah rongga pelvis dan adakah distensi
pada daerah vesica urinaria serta bagaimana produksi urine dan warnanya.
Pada palpasi adakah nyeri tekan daerah vesica urinaria dan adanya distensi.
Pada inspeksi adakah jejas dan kelaian bentuk extremitas terutama daerah
pelvis.
Aktifitas/istirahat
a) Aktivitas
(trauma)
b) Sirkulasi
hiperventilasi, dll).
c) Integritas ego
fungsi.
f) Neurosensori.
1) Data Subyektif : Sakit pada abdomen dengan intensitas dan lokasi yang berbeda,
biasanya lama.
h) Pernafasan
i) Keamanan
a) Nyeri
b) Resiko infeksi
Rencana keperawatan
No Diagnosa Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
1. Kerusakan integritas kulit NOC : Tissue integrity : Skin & Mucous Membranes NIC : Incission Site Care
Definition :
Perubahan / gangguan epidermis dan / Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam, 1. Kaji luka insisi ( kemerahan dan pemasangan
atau dermis pasien menunjukkan perbaikan integritas kulit dengan kriteria selang drainase )
Batasan karakteristik : hasil : 2. monitor luka insisi untuk menemukan tanda dan
Kerusakan lapisan kulit gejala infeksi
Gangguan permukaan kulit No Indikator Awal Tujuan 3. lakukan perawatan luka steril
Invasi struktur tubuh 1 Perfusi jaringan normal 5 4. gunakan antiseptik sesuai indikasi
Faktor yang berhubungan 2 Tidak ada tanda infeksi 5 5. anjurkan klien cara untuk meminimalisasi stress /
3 Tekstur jaringan normal 5 tekanan dari luka insisi
Eksternal
4 Proses penyembuhan luka 5 6. ajarkan klien / keluarga cara merawat luka post
zat kimia 5 Jaringan kulit kering 5
usia yang ekstrem operasi
kelembapan 7. jelaskan kepada klien / keluaraga tanda dan gejala
Indikator
infeksi
hipertermia 1. Gangguan ekstrem
8. kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian
hipotermia 2. Berat
terapi farmakologis
imobilisasi fisik 3. Sedang
Internal 4. Ringan
perubahan status cairan 5. Tidak ada gangguan
perubahan turgor
perubahan pigmentasi
penurunan imunologis
3. Resiko Infeksi NOC : Risk Control : Infectious Process NIC : Infection Control
Defenition : 1. Bersihkan lingkungan setelah digunakan klien
Mengalami peningkatan risiko terserang Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam 2. pertahankan tekhnik isolasi
organisme patogenik diharapkan pasien menunjukkan terbebas dari infeksi, dengan 3. batasi jumlah pengunjung
Faktor Resiko kriteria hasil : 4. ajarkan untuk meningkatkan mencuci tangan
Penyakit kronis untuk setiap tindakan
diabete militus No Kriteria Awal Tujuan 5. instruksikan klien untuk hand hygiene
obesitas 6. instruksikan pengunjung untuk hand hygiene
1 Mengakui resiko diri untuk
Pengetahuan yang tidak cukup untuk 5 sebelum dan sesudah memasuki ruangan klien
infeksi
menghindari pemajanan patogen 7. gunakan sabun antimikroba untuk mencuci
pertahanan tubuh primer yang tidak 2 Menggunakan tekhnik tangan
5
adekuat desinfektan 8. cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan
gangguan peristaltik tindakan
3 Identifikasi diri dari tanda dan 9. gunakan sarung tangan steril
kerusaskan integritas kulit 5
gejala yang potensial 10. pastikan penanganan aseptik dari semua IV line
perubahan sekresi PH
trauma jaringan 11. Anjurkan istirahat
4 Mempertahankan lingkungan
5 12. dorong untuk memenuhi intake cairan
bersih
13. pertahankan lingkungan aseptik
5 Menggunakan pelayanan 14. kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian
5
kesehatan antibiotic
Indikator :
1. Gangguan ekstrem
2. Berat
3. Sedang
4. Ringan
5. Tidak ada gangguan
4. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas NOC : Respiratory Status : Ventilation NIC : Airway Suction
Definition : Ketidakmampuan untuk Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2x24 jam, klien 1. pastikan kebutuhan oral
membersihkan sekresi atau obstruksi dari menunjukan perbaikan bersihan jalan nafas dengan kriteria 2. auskultasi suara nafas sebelum dan sesudah
saluran nafas untuk mempertahankan
bersihan jalan nafas hasil: suctioning
3. informasikan kepada keluarga dan klien tentang
Batasan Karakteristik suction
No Kriteria Awal Tujuan 4. minta klien nafas dalam sebelum dan sesudah
Tidak ada batuk suction
Suara nafas tambahan 1 Tingkat pernafasan 5
5. gunakan alat steril untul setiap tindakan
Perubahan frekuensi napas
2 Irama pernafasan 5 6. Monitor status oksigen pasien
Perubahan irama napas
Sianosis 7. buka jalan nafas dengan tekhnik chinlift / jaw
3 Akumulasi sputum 5 trust
Keslutian berbicara/mengeluarkan
suara 8. keluarkan cairan / secret dengan batuk efektif /
4 Retraksi dada 5
Penurunan bunyi nafas suction
Dispnea 5 Kedalaman inspirasi 5 9. monitor respirasi dan status oksigen
Sputum dalam jumlah yang
berlebihan
Batuk yang tidak efektif Indikator :
Ortopnea 1. Gangguan ekstrem
Gelisah 2. Berat
Mata terbuka lebar 3. Sedang
Faktor yang berhubungan 4. Ringan
5. Tidak ada gangguan
Lingkungan
Perokok fasif
Menghisap asap
Merokok
Fisiologis
Disfungsi neuromuskular
5 Perdarahan 5
Indikator :
1. Gangguan ekstrem
2. Berat
3. Sedang
4. Ringan
5. Tidak ada gangguan
9. Defisit perawatan diri NOC : Activity Intolerance NIC : Self Care Assistance
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam, klien 1. Monitor kemampuan pasien untuk menelan
menunjukkan status perbaikan perawatan diri secara mandiri, 2. Ciptakan lingkungan yang nyaman selama waktu
dengan kriteria hasil : makan
3. Tempatkan pasien dalam posisi yang nyaman
untuk makan
No Kriteria Awal Tujuan 4. Pantau tingkat kekuatan dan toleransi aktivitas
5. Pertahankan posisi dan privasi pasien saat
1 Makan 5 berpakaian
6. Sediakan artikel pribadi pasien (sabun mandi,
2 Berbaju 5 shampo dll)
3 Mandi 5
4 Kebersihan 5
Indikator :
1. Gangguan ekstrem
2. Berat
3. Sedang
4. Ringan
5. Tidak ada gangguan