RS YZ
Disusun Oleh :
MARIA NATALIA
PN.19.0191
YOGYAKARTA
2020
FORMAT PENGKAJIAN
1
STASE KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
NIM : PN190191
Tanggal Praktik : -
ID No. Rekam Medis ... ... ... Diagnosa Medis ... ... ...
E
N Nama : Tn.A Jenis Kelamin :L Umur :34 th
TI
T Agama : islam Status Perkawinan : Menikah Pendidikan :S1
A
S Pekerjaan : Sumber informasi : pasien Alamat :Babarsari
TRIAGE P P1 P2 P3 Kuning
P4 P5
GENERAL IMPRESSION
P
Keluhan Utama : Nyeri pada abdomen akibat benturan keras saat kecelakaan.
R
I
M
E Mekanisme Cedera :
R Seorang laki laki 34 tahun dibawa ke IGD karena kecelakaan, didapatkan ada jejas di ICS 4-5, pasien
meringis kesakitan, CRT 4 detik, pucat, akral dingin, nadi 125 x, napas 24 x
S
U
R
V Orientasi (Tempat, Waktu, dan Orang) : √ Baik Tidak Baik, ... ... ...
2
ID No. Rekam Medis ... ... ... Diagnosa Medis ... ... ...
E
N Nama : Tn.A Jenis Kelamin :L Umur :34 th
TI
T Agama : islam Status Perkawinan : Menikah Pendidikan :S1
A
S Pekerjaan : Sumber informasi : pasien Alamat :Babarsari
Diagnosa Keperawatan:
E
Inefektif airway b/d … … …
Y
AIRWAY
Intervensi :
Implementasi :
3
ID No. Rekam Medis ... ... ... Diagnosa Medis ... ... ...
E
N Nama : Tn.A Jenis Kelamin :L Umur :34 th
TI
T Agama : islam Status Perkawinan : Menikah Pendidikan :S1
A
S Pekerjaan : Sumber informasi : pasien Alamat :Babarsari
Evaluasi :
Diagnosa Keperawatan:
BREATHING
4
ID No. Rekam Medis ... ... ... Diagnosa Medis ... ... ...
E
N Nama : Tn.A Jenis Kelamin :L Umur :34 th
TI
T Agama : islam Status Perkawinan : Menikah Pendidikan :S1
A
S Pekerjaan : Sumber informasi : pasien Alamat :Babarsari
5
ID No. Rekam Medis ... ... ... Diagnosa Medis ... ... ...
E
N Nama : Tn.A Jenis Kelamin :L Umur :34 th
TI
T Agama : islam Status Perkawinan : Menikah Pendidikan :S1
A
S Pekerjaan : Sumber informasi : pasien Alamat :Babarsari
______________________________________________
______________________________________________
Intervensi: manajemen cairan (4120)
Implementasi :
Evaluasi :
6
ID No. Rekam Medis ... ... ... Diagnosa Medis ... ... ...
E
N Nama : Tn.A Jenis Kelamin :L Umur :34 th
TI
T Agama : islam Status Perkawinan : Menikah Pendidikan :S1
A
S Pekerjaan : Sumber informasi : pasien Alamat :Babarsari
P: Lanjutkan Intervensi
Diagnosa Keperawatan:
DISABILITY
7
ID No. Rekam Medis ... ... ... Diagnosa Medis ... ... ...
E
N Nama : Tn.A Jenis Kelamin :L Umur :34 th
TI
T Agama : islam Status Perkawinan : Menikah Pendidikan :S1
A
S Pekerjaan : Sumber informasi : pasien Alamat :Babarsari
Implementasi :
Evaluasi
8
ID No. Rekam Medis ... ... ... Diagnosa Medis ... ... ...
E
N Nama : Tn.A Jenis Kelamin :L Umur :34 th
TI
T Agama : islam Status Perkawinan : Menikah Pendidikan :S1
A
S Pekerjaan : Sumber informasi : pasien Alamat :Babarsari
Diagnosa Keperawatan:
1 Kerusakan kulit 3 5
Edema : Ya Tidak
9
ID No. Rekam Medis ... ... ... Diagnosa Medis ... ... ...
E
N Nama : Tn.A Jenis Kelamin :L Umur :34 th
TI
T Agama : islam Status Perkawinan : Menikah Pendidikan :S1
A
S Pekerjaan : Sumber informasi : pasien Alamat :Babarsari
anlgesik
Implementasi :
P: Lanjutkan intervensi
10
ID No. Rekam Medis ... ... ... Diagnosa Medis ... ... ...
E
N Nama : Tn.A Jenis Kelamin :L Umur :34 th
TI
T Agama : islam Status Perkawinan : Menikah Pendidikan :S1
A
S Pekerjaan : Sumber informasi : pasien Alamat :Babarsari
Diagnosa Keperawatan:
11
ID No. Rekam Medis ... ... ... Diagnosa Medis ... ... ...
E
N Nama : Tn.A Jenis Kelamin :L Umur :34 th
TI
T Agama : islam Status Perkawinan : Menikah Pendidikan :S1
A
S Pekerjaan : Sumber informasi : pasien Alamat :Babarsari
Intervensi :
Alergi : tidak ada alergi obat dan makanan
Manajemen nyeri (1400)
Implementasi :
Riwayat Penyakit Sebelumnya: tidak ada
Melakukan pengkajian nyeri
Mengukur TTV
Mengajarkan teknik relaksasi nafas
dalam
Meberikan injeksi ketorolac
Makan Minum Terakhir: pasien katakan makan minum
terakir jam 12 siang Evaluasi :
12
ID No. Rekam Medis ... ... ... Diagnosa Medis ... ... ...
E
N Nama : Tn.A Jenis Kelamin :L Umur :34 th
TI
T Agama : islam Status Perkawinan : Menikah Pendidikan :S1
A
S Pekerjaan : Sumber informasi : pasien Alamat :Babarsari
13
ID No. Rekam Medis ... ... ... Diagnosa Medis ... ... ...
E
N Nama : Tn.A Jenis Kelamin :L Umur :34 th
TI
T Agama : islam Status Perkawinan : Menikah Pendidikan :S1
A
S Pekerjaan : Sumber informasi : pasien Alamat :Babarsari
PEMERIKSAAN FISIK
Dada:
Abdomen:
14
ID No. Rekam Medis ... ... ... Diagnosa Medis ... ... ...
E
N Nama : Tn.A Jenis Kelamin :L Umur :34 th
TI
T Agama : islam Status Perkawinan : Menikah Pendidikan :S1
A
S Pekerjaan : Sumber informasi : pasien Alamat :Babarsari
Pelvis:
Inspeksi : -
Palpasi : -
Ektremitas Atas/Bawah:
Punggung :
Neurologis :
15
ID No. Rekam Medis ... ... ... Diagnosa Medis ... ... ...
E
N Nama : Tn.A Jenis Kelamin :L Umur :34 th
TI
T Agama : islam Status Perkawinan : Menikah Pendidikan :S1
A
S Pekerjaan : Sumber informasi : pasien Alamat :Babarsari
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Hasil :
TINDAK LANJUT
Transportasi pindah :-
16
TINJAUAN TEORI
TRAUMA THORAX
A. Pengertian
Trauma adalah cedera/rudapaksa atau kerugian psikologis atau emosional (Dorland, 2011).
Trauma adalah luka atau cedera fisik lainnya atau cedera fisiologis akibat gangguan emosional
yang hebat (Brooker, 2010). Trauma adalah penyebab kematian utama pada anak dan orang
dewasa kurang dari 44 tahun. Penyalahgunaan alkohol dan obat telah menjadi faktor implikasi
pada trauma tumpul dan tembus serta trauma yang disengaja atau tidak disengaja (Smeltzer,
2013)..
Trauma thorax adalah luka atau cedera yang mengenai rongga thorax yang dapat
menyebabkan kerusakan pada dinding thorax ataupun isi dari cavum thorax yang disebabkan
oleh benda tajam atau bennda tumpul dan dapat menyebabkan keadaan gawat thorax akut.
Trauma thorax adalah semua ruda paksa pada thorax dan dinding thorax, baik trauma atau ruda
paksa tajam atau tumpul. (Lap. UPF bedah, 2010).
B. Etiologi
1. Trauma thorax kebanyakan disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas yang umumnya berupa
trauma tumpul dinding thorax.
2. Dapat juga disebabkan oleh karena trauma tajam melalui dinding thorax.
C. Anatomi
Kerangka rongga thorax, meruncing pada bagian atas dan berbentuk kerucut terdiri dari
sternum, 12 vertebra thoracalis, 10 pasang iga yang berakhir di anterior dalam segmen tulang
rawan dan 2 pasang yang melayang. Kartilago dari 6 iga memisahkan articulasio dari sternum,
kartilago ketujuh sampai sepuluh berfungsi membentuk tepi kostal sebelum menyambung pada
17
tepi bawah sternu. Perluasan rongga pleura di atas klavicula dan di atas organ dalam abdomen
penting untuk dievaluasi pada luka tusuk. Musculus pectoralis mayor dan minor merupakan
muskulus utama dinding anterior thorax. Muskulus latisimus dorsi, trapezius, rhomboideus, dan
muskulus gelang bahu lainnya membentuk lapisan muskulus posterior dinding posterior thorax.
Tepi bawah muskulus pectoralis mayor membentuk lipatan/plika aksilaris posterior.
Dada berisi organ vital paru dan jantung, pernafasan berlangsung dengan bantuan gerak
dinding dada. Inspirasi terjadi karena kontraksi otot pernafasan yaitu muskulus interkostalis dan
diafragma, yang menyebabkan rongga dada membesar sehingga udara akan terhisap melalui
trakea dan bronkus.
Pleura adalah membran aktif yang disertai dengan pembuluh darah dan limfatik. Disana
terdapat pergerakan cairan, fagositosis debris, menambal kebocoran udara dan kapiler. Pleura
visceralis menutupi paru dan sifatnya sensitif, pleura ini berlanjut sampai ke hilus dan
mediastinum bersama sama dengan pleura parietalis, yang melapisi dinding dalam thorax dan
diafragma. Pleura sedikit melebihi tepi paru pada setiap arah dan sepenuhnya terisi dengan
ekspansi paru paru normal, hanya ruang potensial yang ada. Diafragma bagian muskular
perifer berasal dari bagian bawah iga keenam kartilago kosta, dari vertebra lumbalis, dan dari
lengkung lumbokostal, bagian muskuler melengkung membentuk tendo sentral. Nervus frenikus
mempersarafi motorik dari interkostal bawah mempersarafi sensorik. Diafragma yang naik
setinggi putting susu, turut berperan dalam ventilasi paru paru selama respirasi biasa / tenang
sekitar 75%.
18
5. Dyspnea, takypnea
6. Takikardi
7. Hypotensi
Trauma torak yang memerlukan tindakan dan atau pembedahan gawat/ segera adalah yang
menunjukkan :
2. Hemotorak massif
4. Tension pneumotorak
19
5. Flail chest
6. Pneumotorak terbuka
E. Penanganan kegawatdaruratan
ATLS menggunakan pendekatan primary dan secondary survey. Pendekatan ini berfokus
pada pencegahan kematian dan cacat pada jam-jam pertama setelah terjadinya trauma.
1. Primary survey
a. Airway
b. Breathing
c. Circulation
d. Disability
a. Airway
20
Penilaian jalan nafas merupakan langkah pertama pada penanganan pasien trauma.
Penilaian jalan nafas dilakukan bersamaan dengan menstabilkan leher. Tahan kepala
dan leher pada posisi netral dengan tetap mempertahankan leher dengan menggunakan
servical collar dan meletakkan pasien pada spine board.
Dengarkan suara spontan yang menandakan pergerakan udara melalui pita suara.
Jika tidak ada suara buka jalan nafas pasien dengan menggunakan chin lift atau
maneuver modified jaw thrust. Periksa orofaring, jalan nafas mungkin terhalang
sebagian atau sepenuhnya oleh cairan (darah,saliva,muntahan) atau serpihan kecil
seperti gigi, makanan atau benda asing. Intervensi sesuai dengan kebutuhan (suction,
reposisi) dan kemudian evaluasi kepatenan jalan nafas.
Alat-alat untuk mempertahankan jalan nafas seperti nasofaring, orofaring, LMA, pipa
trakea, combitube atau cricothyotomy mungkin dibutuhkan untuk membuat dan
mempertahankan kepatenan jalan nafas.
b. Breathing
Untuk menilai pernafasan perhatikan proses respirasi sontan dan catat kecepatan,
kedalaman serta usaha untuk melakukannya, periksa dada untuk mengetahui
penggunaan otot bantu nafas dan gerakan naik turunnya dinding dada secara simetris
saat respirasi.
Cedera tertentu misalnya luka terbuka, flail chest dapat dilihat dengan mudah.
Lakukan auslkultasi suara pernafasan bila didapatkan adanya kondisi serius dari pasien.
Selalu diasumsikan bahwa pasien yang tidak tenang atau tidak dapat bekerja sama
berada dalam kondisi hipoksia sampai terbukti sebaliknya.
Intervensi keperawatan :
4) Bila terdapat trauma thorak, tutup luka dada selama proses penghisapan,
turunkan tekanan pneumotoraks, stabilisasi bagian-bagian yang flail dan
masukkan pipa dada.
c. Circulation
1) Perdarahan
Lihat tanda-tanda kehilangan darah eksternal yang massif dan tekan langsung
daerah tersebut. Jika memungkinkan, naikkan daerah yang mengalami perdarahan
sampai diatas etinggian jantung. Kehilangan darah dalam jumlah bear dapat terjadi
didalam tubuh.
2) Denyut nadi
Denyut nadi diraba untuk mengetahui ada atau tidaknya nadi, kualitas, laju dan
ritme. Denyut nadi mungkin tidak dapat dilihat secara langsung setelah terjadi
trauma. Raba denyut nadi karotis. Sirkulasi di evaluasi melalui auskultasi apical. Cari
suara denguban jantung yang menandakan adanya penyumbatan pericardial. Mulai
dari tindakan pertolongan dasar sampai dengan lanjut untuk pasien yang tidak
teraba denyut nadinya.
3) Perfusi kulit
Beberapa tanda yang tidak spesifik yaitu akral dingin, kulit basah, pucat, sianosis
atau bintik-bintik mungkin menandakan keadaan syok hipovolemik. Cek warna, suhu
22
kulit, adanya keringat dan crt. Waktu crt adalah ukuran perfusi yang cocok pada
anak-anak, tetapi kegunaannya berkurang seiring dengan usia pasien dan
menurunnya kondisi kesehatan. Namun demikian, semua tanda-tanda syok terjadi
belum tentu akurat dan tergantung pada pengkajian. Selain kulit tanda-tanda
hipoperfusi juga Nampak pada organ lain, misalnya oliguria, perubahan tingkat
esadaran, takikardi dan distritmia. Selain itu perlu diperhatikan juga adanya
penggelembungan atau pengempisan pembuluh darah di leher yang tidak normal.
Mengembalikan volume sirkulasi darah mrupakan tindakan yang penting untuk
dilakukan dengan segera.
Berikan 1-2 liter cairan isotonic kristaloid solution (0,9% normal salin atau ringer
laktat). Ada anak-anak pemberian berdasarkan berat badan yaitu 20 ml per kg bb.
Dalam pemberian caran perlu diperhatikan repon pasien dan setiap 1 ml darah yang
hilang dibutuhkan 3 ml cairan kristaloid.
d. Disability
Tigkat kesadaran pasien dapat dinilai dengan mnemonic AVPU. Sebagai tambahan,
cek kondisi pupil, ukuran, kesamaan dan reaksi terhadap cahaya. Pada saat survey
primer, penilaian neurologis hanya dilakukan secara singkat. Pasien yang memiliki resiko
hipoglikemia, misalkan pasien dengan dm. harus di cek kadar gula dalam darahnya.
Apabila didpat kondisi hipoglikemi berat maka bias diberikan dextrose 3%. Adanya
penurunan tingkat kesadaran akan dilakukan pengkajian lebih lanjut pada survey
sekunder. GCS dapat dihitung segera setelah pemeriksaan survey sekunder. Mnemonic
AVPU meliputi : aware (sadar), verbal (berespons terhadap suara),pain (berespon
terhadap rangsang nyeri), unresponsive (tidak berespon).
Exposure
23
Lepas semua pakaian klien secara cepat untuk memeriksa cedea, perdarahan, atau
keanehan lainnya. Perhatikan kondisi klien secara umum, catat kondisi tubuh atau
adanya zat bau kimia seperti alcohol, bahan bakar atau urine.
Environmental control
Klien harus dilindungi dari hipotermia. Hipotermia penting karena ada kaitannya
dengan vaso kontriksi pembuluh darah dan koagulopati. Pertahankan atau kembalikan
suhu normal tubuh dengan mengeringkan klien dan gunakan lampu pemanas, selimut,
pelindung kepala, system penghangat udara, dan berikan cairan.
2. Secondary survey
Pada survey ini dilakukan pemeriksaan lengkap head to toe. Apabila ditemukan masalah
maka tidak akan dilakukan tindakan dengan segera, akan dicatat dan diprioritaskan untuk
tindakan selanjutnya.
a. Full set of vital signs, five intervensions and facilication of family presence
b. Give comfort measures
a. Full set of vital signs, five intervensions and facilication of family presence
24
3) Pasang foley kateter
4) Pemeriksaan laboratorium
5) Pasang oksimetri
Korban trauma sering mengalami masalah terkait dengan kondisi fisik dan
psikologisnya. Metode farmakologis dna non farmakologis banyak digunakan untuk
menurunkan rasa nyeri dan kecemasan. Dokter dan perawat yang terlibat dalam tim
trauma harus bias mengenali keluhan dan melaukan intervensi bila dibutuhkan.
History
Jika klien sadar dan kooperatif, lakukan pengkajian pada pasien unuk mendapa
informasi tentang riwayat kesehatan klien, anggota keluarga juga bias menjadi sumber
informasi. Informasi penting tentang bagaimana proses terjadinya trauma harus
diperoleh dari klien atau keluarganya untuk mempermudah dalam menentukan
tindakan selanjutnya.
Head
25
Pada kepa;a dilakukan inspeksi secara sitematis, palpasi tengkorak untuk
mendapatkan fragmen tulang yang tertekanm hematoma, laserasi dan nyeri. Ekimosis di
belakang telinga atau didaerah periorbital adalah indikasi adanya fraktur tengkorak
bacilar.
Face
Inspeksi wajah degan seksama. Perhatikan apakah ada cairan keluar dari telinga,
hidung, mata dan mulut. Cairan jenih yang keluar dari hidung dan telinga diasumsikan
sebagai cairan serebrospinal.
Neck
Inspeksi leher klien dan pastikan bahwa pada saat pengkajian leher klien tidak
bergerak. lakukan inspeksi dan palpasi terhadap adanya luka, jejas ekimosis, distensi
pembuluh darah leher, udara dibawah kulit dan dviasi trakea.
Chest
Abdomen
Inspeksi perut untuk mengetahui adanya memar, massa, pulsasi atau obyek yang
menancap. Perhatikan adanya pengeluaran isi perut, auskultasi suara perut di 4
kuadran dan secara lembut palpasi dinding perut untuk memeriksa adanya kekakuan,
nyeri, rebound pain.
26
Pelvis
Ekstremitas
27
Setelah secondary survey selesai dilakukan, prioritaskan klien dan rawat cedera sesuai
dengan waktunya. Beberapa cedera tertentu yang ditemukan pada saat survey sekunder
dapat dinilai dengan mendetail dan terfokus.
Klien yang mengalami rauma thorak harus melakukan pemeriksaan thorak secara
teratur. Pada saat klien trauma berada di unit gawat darurat, nilai ulang kien secara regular
dan teratur untuk mengetahui penurunan kondisi atau cedera yang tidak terdeteksi
sebelumnya.
Dinding dada :
b. Tanda utama adalah tertinggalnya gerakan nafas pada daerah yang patah, disertai
nyeri waktu nafas dan atau sesak.
2. Flailchest :
a. Akibat adanya patah tulang rusuk jamak yang segmental pada satu dinding dada.
b. Ditandai dengan gerakan nafas yang paradoksal. Waktu inspirasi nampak bagian
tersebut masuk ke dalam dan akan keluar waktu ekspirasi. Hal ini menyebabkan
rongga mediastinum goncangan gerak ( flailing ) yang dapat menyebabkan insertion
vena cava inferior terdesak dan terjepit.
c. Gejala klinis yang nampak adalah keadaan sesak yang progressif dengan timbulnya
tanda-tanda syok.
28
Rongga pleura :
1. Pneumotorak :
a. Disebabkan oleh robekan pleura dan atau terbukanya dinding dada. Dapat berupa
pneumotorak yang tertutup dan terbuka atau menegang (tension pneumotorak).
Kurang lebih 75 % trauma tusuk pneumotorak disertai hemotorak.
2. Hemotoraks :
a. Adanya darah dalam rongga pleura. Dibagi menjadi hemotorak ringan bila jumlah
darah sampai 300 ml saja. Hemotorak sedang bila jumlah darah sampai 800 ml dan
hemotorak berat bila jumlah darah melebihi 800 ml.
3. Kerusakan paru:
a. 75 % disebabkan oleh trauma torak ledakan. (blast injury) . Perdarahan yang terjadi
umumnya terperangkap dalam parenkim paru
29
4. Kerusakan trakea, bronkus dan sistem trakeobronkoalveolar.
a. Terjadi kebocoran jalan nafas yang umumnya melalui pleura atau bawah kulit bawah
dada sehingga menimbulkan emfisema subkutis.
b. Disebabkan oleh sebagian besar akibat trauma torak tumpul di daerah sternum
c. Secara klinis leher membesar emfisematous dengan adanya krepitasi pada dinding
dada. Sesak nafas sering menyertai dan dapat timbul tension pneumotorak.
a. Gejala klinis akan cepat menunjukkan gejala syok hipovolemik primer dan syok
obstruktif primer. Bendungan vena di daerah leher merupakan tanda penyokong
adanya tamponade ini. Juga akan nampak nadi paradoksal yaitu adanya penurunan
nadi pada waktu inspirasi, yang menunjukkan adanya massa (cair) pada rongga
pericardium yang tertutup.
a. Relatif jarang terjadi, menimbulkan nyeri terutama waktu menelan dan dalam
beberapa jam timbul febris. Muntah darah / hematemesis, suara serak, disfagia atau
distress nafas.
30
b. Tanda klinis yang nampak umumnya berupa empisema sub kutis, syok dan keadaan
umum pasien yang tidak nampak sehat. Sering dijumpai tanda Hamman yang
berupa suara seperti mengunyah di daerah mediastinum atau jantung bila dilakukan
auskultasi. Diagnosis dapat dibantu dengan melakukan esofagoram dengan menelan
kontras.
a. Disebabkan umumnya oleh trauma pada daerah abdomen, atau luka tembus tajam
kearah torakoabdominal.
b. Akan menimbulkan herniasi organ perut. Kanan lebih jarang dibandingkan kiri.
c. Gejala klinis sering terlewatkan karena 30 % tidak memberikan tanda yang khas.
Sesak nafas sering nampak dan disertai tanda-tanda pneumotoraks atau gejala
hemotoraks.
DAFTAR PUSTAKA
31
Kartikawati,Dewi.2010.Dasar Dasar Keperawatan Gawat Darurat.Jakarta:Salemba Medika
http://healthy.blogspot.com/2011/12/konsep-kegawatdaruratan-trauma.html
http://3rr0rists.net/medical/trauma-thorax-apa-dan-bagaimana-penanganannya.html
http://ged3kert4.blogspot.com/2009/06/asuhan-keperawatan-kegawat-daruratan_24.html
32