Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Salah Satu Syarat Dalam
Menempuh Program Pendidikan Profesi Dokter Bagian Ilmu Kesehatan Anak
Rumah Sakit Umum Daerah Sunan Kalijaga Demak
Oleh :
Gindy Aulia
Pembimbing :
FAKULTAS KEDOKTERAN
2017
HALAMAN PENGESAHAN
Nama : Gindy Aulia
NIM : 30101206632
Fakultas : Kedokteran
Universitas : Universitas Islam Sultan Agung ( UNISSULA )
Tingkat : Program Pendidikan Profesi Dokter
Bagian : Ilmu Kesehatan Anak
Judul : Seorang anak dengan Morbili
Pembimbing,
I. IDENTITAS
a. Identitas Pasien
Nama : An. RX
Umur : 4 tahun
Berat Badan : 10 kg
Panjang Badan : 75cm
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Demak
No CM : 14.80.XX
Tanggal Masuk : 22 Mei 2017
Ruang : Dahlia bed no:26
b. Identitas Orang tua
Ayah
Nama : Tn. S
Umur : 42 tahun
Pekerjaan : Pegawai Swasta
Ibu
Nama : Ny. N
Umur : 37 tahun
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
II. ANAMNESIS
Dilakukan secara Alloanamnesis dengan ayah dan ibu pasien pada
tanggal 24 Mei 2017 pukul 20.00 WIB yang dilakukan di bangsal
dahlia RSUD Sunan Kalijaga Demak serta didukung catatan medik.
a. Keluhan Utama
Ruam Kemerahan diseluruh tubuh
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke IGD RSUD Sunan Kalijaga Demak pada
tanggal 22 Mei 2017 pukul 15.00 dengan keluhan demam. Demam
7 hari terus menerus dengan suhu tinggi, tidak menggigil, tidak
kejang, tidak berkeringat dingin. Badan lemas dan lesu, nafsu
makan menurun sudah diperiksakan ke klinik diberi obat kemudian
demam turun, akan tetapi beberapa jam kemudian demam naik.
Pada demam hari ke 4, ibu pasien juga mengeluhkan batuk
dan pilek. Batuk grok – grok ngekel dahak tidak bisa keluar dan
pilek dengan sekret bening. Pasien juga mengeluh sariawan dan
terdapat mata merah.
Pada demam hari ke5, ibu pasien juga mengeluhkan
muncul ruam kemerahan di leher dan muka terasa gatal. Ruam
kemerahan mulai menyebar pada demam hari ke 6 di ketiak, dada,
dan perut. Pada demam hari ke 7 ruam menyebar ke bagian tangan
kaki dan sudah diberi bedak salisil.
Selama di bangsal dahlia, pada demam hari ke 7 ibu pasien
mengeluhkan panas yang belum turun dan ruam merah yang tidak
kunjung hilang. Nafsu makan yang menurun, minum sedikit.
Hepatitis B - - +
+
Polio - +
DPT - +
Campak - -
Kesan : imunisasi dasar tidak lengkap dan sulit dinilai tanpa bukti
KMS.
j. Riwayat Perkembangan dan Pertumbuhan Anak
Pertumbuhan
Pasien sering dibawa kontrol ke posyandu untuk mengisi KMS.
Usia : 4 tahun
BBL : 2.800 gram
BB Sekarang : 10 kg
TB Sekarang : 75 cm
IMT : 17,85
Kesan Status Gizi baik
Perkembangan
- Usia 4 tahun :
Personal Sosial :
Memakai baju sendiri (+)
Makan sendiri (+)
Motorik Halus :
Menyusun menara dari 4 kubus (+)
Mencorat-coret(+)
Bahasa :
Menyebut 1 gambar(+)
Bicara sebagian dimengerti(+)
Motorik Kasar :
Melempar bola tangan ke atas (+)
Melompat (+)
5. Status Internus
a. Kepala :mesocephale, ubun-ubun besar tidak membonjol,
kulit kepala tidak ada kelainan, rambut hitam dan distribusi
merata
b. Kulit : Sianosis (-), turgor kembali cepat<2 detik, ikterus
(-), ruam merah (+)
c. Mata : Pupil bulat, isokor, refleks cahaya (+/+) normal,
pupil kanan ±3mm=kiri±3mm, konjungtivitis (+/+), sklera
ikterik (-/-), cekung (-/-)
d. Hidung : bentuk normal, sekret bening (+/+), nafas cuping
hidung (-), epistaksis (-/-)
e. Telinga : bentuk normal, discharge (-/-)
f. Mulut : sianosis (-), perdarahan gusi (-), sariawan(+),
bercak koplik +
g. Leher : simetris, pembesaran kelenjar limfe (-), ruam
merah (+)
h. Thorax :
Pulmo
Inspeksi : Hemithoraks dextra et sinistra simetris
dalam keadaan statis maupun dinamis, retraksi suprasternal (-),
intercostal (-) dan epigastrial (-). Ruam merah (+)
Palpasi : stem fremitus dextra = sinistra
Perkusi : sonor (+)
Auskultasi : suara dasar : vesikuler (+/+)
Suara tambahan : ronki (-/-), wheezing (-/-)
Cor
Inspeksi : pulsasi ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis teraba di ICS V, 2 cm medial
linea mid clavicula sinistra, tidak melebar,tidak kuat angkat
Perkusi :Redup
Auskultasi :BJ I-II normal, murmur (-), gallop (-),
bising (-)
i.Abdomen :
Inspeksi : datar, ruam merah (+)
Auskultasi : BU (+) normal
Perkusi : timpani (+)
Palpasi : defense muscular (-),hepatomegali (-)
j. Genitalia : laki-laki, tidak ada kelainan
k. Ekstremitas : ruam merah (+)
Super Inferi
ior or
Akral -/- -/-
Dingin
Sianos -/- -/-
is
Udem -/- -/-
Ruam +/+ +/+
merah
Capill <2" <2"
ary
Refill
Time
Hb 11,3 g/dL 11
Ht 34,3 % 33 – 42 Kesan
:
Leukosit 10.800/ mm3 6000 – 17.500
normal
Widal
Pemeriksaan 29/11/2016
V. DIAGNOSIS BANDING
Diagnosis utama : Morbili
VII.INITIAL PLAN
Ip. Dx :
a. Subyektif :-
b. Obyektif :-
Ip. Tx :
Medikamentosa
Non medikamentosa
Isolasi
Tirah baring
Bila suhu meningkat, kompres dengan air hangat
Ip. Mx :
o Awasi KU dan tanda vital
o Peningkatan suhu tubuh
o Komplikasi atau penyulit campak
o Pasien di ruangan isolasi untuk menghindari kontak penularan
Ip. Ex :
VIII. Terapi
Medikamentosa
Non medikamentosa
Isolasi
Tirah baring
Diit BTKTP
IX. PROGRESS NOTE
Thorak Simetris, retraksi (-), Simetris, retraksi Simetris, retraksi Simetris, retraksi
ruam merah (+) Rh (-) (-), ruam (+) (-), ruam (+) (-), ruam (+)
Abdomen Ruam (+)Supel, BU (+), Ruam(+)Supel, Ruam(+)Supel, Ruam(+)Supel,
nyeri tekan(-) BU (+), nyeri BU (+), nyeri BU (+), nyeri
epigastrium(-), tekan(-) tekan(-) tekan(-)
hepatomegali (-) epigastrium(-), epigastrium(-), epigastrium(-),
hepatomegali (-) hepatomegali (-) hepatomegali (-)
ruam merah ruam merah
Ekstremitas ruam merah (+),Akral ruam merah menggelap menggelap
dingin (-) (+),Akral dingin (+),Akral dingin (+),Akral dingin
(-) (-) (-)
Penunjang:
Hb 11,3 gr/dl
Ht 34,3 %
Lk 10.800/µl
Tr 223.000/µl
Widal O= 1/100
H= 1/100
Terapi
Infus asering 10 tpm Infus asering 10 Infus asering 10 Infus asering 10
Inj. PCT 3 x100 mg tpm tpm tpm
P.O. Vit A 1 x 200.000 IU Inj. PCT 3 x100 mg Inj. PCT 3 x100 mg Inj. PCT 3 x100 mg
Ambroxol syr 3x⅓ cth P.O. Vit A 1 x P.O. Vit A 1 x P.O. Vit A 1 x
Inj. Ondan 3x ½ amp 200.000 IU 200.000 IU 200.000 IU
Ambroxol syr 3x⅓ Ambroxol syr 3x⅓ Ambroxol syr 3x⅓
cth cth cth
Inj. Ondan 3x ½ Inj. Ondan 3x ½ Inj. Ondan 3x ½
amp amp amp
X. PROGNOSIS
Quo ad vitam : ad bonam
Quo ad functionam : ad bonam
Quo ad sanationam : ad bonam
TINJAUAN PUSTAKA
I. Definisi Morbili
Morbili / Campak adalah suatu penyakit infeksi virus akut menular,
ditandai oleh tiga stadium: (1) stadium masa tunas sekitar 10-12 hari, (2)
stadium prodromal dengan gejala pilek dan batuk yang meningkat dan
ditemukan eritem pada mukosa pipi (bercak Koplik), faring dan peradangan
mukosa konjungtiva, dan (3) stadium akhir dengan keluarnya ruam mulai dari
belakang telinga menyebar ke muka, badan, lengan dan kaki.
II. Epidemiologi
Angka kejadian campak di Indonesia sejak tahun 1990 sampai 2002 masih
tinggi sekitar 3000-4000 per tahun demikian pula frekuensi terjadinya
kejadian luar biasa tampak meningkat dari 23 kali per tahun menjadi 174.
Namun case fatality rate telah dapat diturunkan dari 5,5% menjadi 1,2%.
Transmisi campak terjadi melalui udara, kontak langsung maupun melalui
droplet dari penderita saat gejala yang ada minimal bahkan tidak bergejala.
Penderita masih dapat menularkan penyakitnya mulai hari ke-7 setelah
terpajan hingga 5 hari setelah ruam muncul. Biasanya seseorang akan
mendapat kekebalan seumur hidup bila telah sekali terinfeksi oleh campak.
Di Indonesia, menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) campak
menduduki tempat ke-5 dalam urutan 10 macam penyakit utama pada bayi
(0,7%) dan tempat ke-5 dalam urutan 10 macam penyakit utama pada anak
usia 1- 4 tahun (77%). Menurut kelompok umur kasus campak yang rawat
inap di rumah sakit selama kurun waktu 5 tahun (1984-1988) menunjukkan
proporsi yang terbesar dalam golongan umur balita dengan perincian 17,6%
berumur < 1 tahun, 15,2% berumur 1 tahun, 20,3% berumur 2 tahun, 12,3%
berumur 3 tahun dan 8,2% berumur 4 tahun.
Pengalaman menunjukkan bahwa epidemik campak di Indonesia timbul
secara tidak teratur. Di daerah perkotaan epidemik campak terjadi setiap 2-4
tahun. Wabah terjadi pada kelompok anak yang rentan terhadap campak,
yaitu di daerah dengan populasi balita banyak mengidap gizi buruk dan daya
tahan tubuh yang lemah. Telah diketahui bahwa campak menyebabkan
penurunan daya tahan tubuh secara umum, sehingga mudah terjadi infeksi
sekunder atau penyulit. Penyulit yang sering dijumpai adalah
bronkopneumonia (75,2%), gastroenteritis (7,1%), ensefalitis (6,7%) dan lain-
lain (7,9%).
III. Etiologi
Virus campak merupakan virus RNA famili paramyxoviridae dengan
genus Morbili virus. Sampai saat ini hanya diketahui 1 tipe antigenik yang
mirip dengan virus Parainfluenza dan Mumps. Virus bisa ditemukan pada
sekret nasofaring, darah dan urin paling tidak selama masa prodromal hingga
beberapa saat setelah ruam muncul. Virus campak adalah organisme yang
tidak memiliki daya tahan tinggi apabila berada di luar tubuh manusia. Pada
temperatur kamar selama 3-5 hari virus kehilangan 60% sifat infektifitasnya.
Virus tetap aktif minimal 34 jam pada temperatur kamar, 15 minggu di dalam
pengawetan beku, minimal 4 minggu dalam temperatur 35˚C, beberapa hari
pada suhu 0˚C, dan tidak aktif pada pH rendah.
Measles, virus RNA beruntai tunggal negative yang berenvelope,
merupakan anggota genus Morbilivirus dari family Paramyxoviridae. Hanya
ada satu serotype. Virus ini mengkode enam protein structural, termasuk dua
glikoprotein transmembran, fusi (F), dan hemaglutinin (H), yang
memfasilitasi perlekatan ke sel penjamu dan masuknya virus. Antibodi
terhadap F dan H bersifat memberikan perlindungan.
Gambar 1. Morbilivirus
Ruam timbul pertama kali pada hari ketiga sampai keempat dari
timbulnya demam. Ruam dimulai sebagai erupsi makulopapular
eritematosa, dan mulai timbul pada bagian atas samping leher, daerah
belakang telinga, perbatasan rambut di kepala dan meluas ke dahi.
Kemudian menyebar ke bawah ke seluruh muka dan leher dalam waktu 24
jam. Seterusnya menyebar ke ekstremitas atas, dada, daerah perut dan
punggung, mencapai kaki pada hari ketiga. Bagian yang pertama kena
mengandung lebih banyak lesi. Setelah tiga atau empat hari, lesi tersebut
berubah menjadi berwarna kecoklatan. Hal ini kemungkinan sebagai
akibat dari perdarahan kapiler, dan tidak memucat dengan penekanan.
Dengan menghilangnya ruam, timbul perubahan warna dari ruam menjadi
berwarna kehitaman atau lebih gelap. Dan kemudian disusul dengan
timbulnya deskuamasi berupa sisik berwarna keputihan.
IX. Komplikasi
Campak menjadi berat pada pasien dengan gizi buruk dan anak berumur
lebih kecil. Kebanyakan penyulit campak terjadi bila ada infeksi sekunder
oleh bakteri. Beberapa penyulit campak adalah :
1. Laringitis akut
Laringitis timbul karena adanya edema hebat pada mukosa saluran
nafas, yang bertambah parah saat demam mencapai puncaknya.
Ditandai dengan distress pernapasan, sesak, sianosis dan stridor.
Ketika demam turun keadaan akan membaik dan gejala akan
menghilang.
2. Bronkopneumonia
Dapat disebabkan oleh virus campak maupun akibat invasi bakteri.
Ditandai dengan batuk, meningkatnya frekuensi napas, dan adanya
ronkhi basah halus. Saat suhu turun, jika disebabkan oleh virus, gejala
pneumonia akan hilang, kecuali batuk yang masih dapat berlanjut
sampai beberapa hari. Apabila suhu tubuh tidak juga turun dan gejala
saluran napas masih berlangsung, dapat diduga adanya pneumonia
karena bakteri yang mengadakan invasi pada sel epitel yang telah
dirusak oleh virus. Gambaran infiltrate pada foto toraks dan adanya
leukositosis dapat meneggakan diagnosis. Di negara sedang
berkembang dimana malnutrisi masih menjadi masalah, penyulit
pneumonia bakteri biasa terjadi dan dapat menjadi fatal bila tidak
diberi antibiotik.
3. Kejang demam
Kejang dapat timbul pada periode demam, umumnya pada puncak
demam saat ruam keluar.
4. Ensefalitis
Merupakan penyulit neurologis yang paling sering terjadi, biasanya
terjadi pada hari ke 4-7 setelah timbulnya ruam. Kejadian ensefalitis
sekitar 1 dalam 1.000 kasus campak, dengan mortalitas antara 30-40%.
Terjadinnya ensefalitis dapat melalui mekanisme imunologik maupun
invasi langsung virus campak kedalam otak. Gejala ensefalitis dapat
berupa kejang, letargi, koma dan iritabel. Keluhan nyeri kepala,
frekuensi napas meningkat, twitching, disorientasi juga dapat
ditemukan. Pemeriksaan cairan serebrospinal menunjukkan pleositosis
ringan, dengan predominan sel mononuclear, peningkatan protein
ringan, sedangkan kadar glukosa dalam batas normal.
5. SSPE (Subacute Sclerosing Panencephalitis)
Subacute Sclerosing Panencephalitis merupakan kelainan degeneratif
susunan saraf pusat yang jarang disebabkan oleh virus campak yang
persisten. Kemungkinan untuk menderita SSPE pada anak yang
sebelumnya pernah menderita campak adalah 0,6-2,2 per 100.000
infeksi campak. Risiko terjadi SSPE lebih besar pada usia yang
lebih muda, dengan masa inkubasi rata-rata 7 tahun. Gejala SSPE
didahului dengan gangguan tingkah laku dan intelektual yang
progresif, diikuti oleh inkoordinasi motorik, kejang umumnya bersifat
mioklonik. Laboratorium menunjukkan peningkatan globulin dalam
cairan serebrospinal, antibody terhadap campak dalam serum (CF dan
HAI) meningkat (1:1280). Tidak ada terapi untuk SSPE. Rata-rata
jangka waktu timbulnya gejala sampai meninggal antara 6-9 bulan.
6. Otitis media
Invasi virus kedalam telinga tengah umumnya terjadi pada campak.
Gendang telinga biasanya hiperemis pada fase prodromal dan stadium
erupsi. Jika terjadi invasi bakteri pada lapisan sel mukosa yang rusak
karena invasi virus akan terjadi otitis media purulenta. Dapat pula
terjadi mastoiditis.
7. Enteritis
Beberapa anak yang menderita campak mengalami muntah dan
mencret pada fase prodromal. Keadaan ini akibat invasi virus kedalam
sel mukosa usus. Dapat pula timbul enteropati yang menyebabkan
kehilangan protein (protein losing enteropathy).
8. Konjungtivitis
Pada hampir semua kasus campak terjadi konjungtivitis, yang ditandai
dengan adanya mata merah, pembengkakan kelopak mata, lakrimasi
dan fotofobia. Kadang terjadi infeksi sekunder oleh bakteri. Virus
campak atau antigennya dapat dideteksi pada lesi konjungtiva pada
hari-hari pertama sakit. Konjungtivitis dapat memburuk dengan
terjadinya hipopion dan panoftalmitis hingga menyebabkan kebutaan.
Dapat pula timbul ulkus kornea.
9. Sistem kardiovaskular
Pada EKG dapat ditemukan kelainan berupa perubahan pada
gelombang T, kontraksi premature aurikel dan perpanjangan interval
A-V. perubahan tersebut bersifat sementara dan tidak atau hanya
sedikit mempunyai arti klinis.
X. Penatalaksanaan
Pengobatan bersifat suportif dan simptomatis, terdiri dari istirahat,
pemberian cairan yang cukup, suplemen nutrisi, antibiotik diberikan bila
terjadi infeksi sekunder, anti konvulsi apabila terjadi kejang, antipiretik
bila demam, dan vitamin A 100.000 Unit untuk anak usia 6 bulan hingga 1
tahun dan 100.000 Unit untuk anak usia >1 tahun. Vitamin A diberikan
untuk membantu pertumbuhan epitel saluran nafas yang rusak,
menurunkan morbiditas campak juga berguna untuk meningkatkan titer
IgG dan jumlah limfosit total.
Indikasi rawat inap (di ruang isolasi) bila hiperpireksia (suhu
>39,0˚C), dehidrasi, kejang, asupan oral sulit atau adanya komplikasi.
1. Brooks, Geo F, Janet S. Butel, et al. 2008. Jawetz, Melnick, and Adelberg
Mikrobiologi Kedokteran. Edisi 23. Jakarta: EGC
2. Cherry J.D. 2004. Measles Virus. In: Feigin, Cherry, Demmler, Kaplan
(eds) Textbook of Pediatrics Infectious Disease. 5 th edition. Vol
3. Philadelphia. Saunders. p.2283 – 2298
3. Gillespie, Stephen, Kathleen Bamford. 2009. At a Glance Mikrobiologi
Medis dan Infeksi. Edisi 3. Erlangga Medical Series
4. Rampengan, T.H. 2007. Penyakit Infeksi Tropis pada Anak. Edisi 2.
Jakarta: EGC
5. Pudjiadi, Antonius H, Badriul Hegar, et al. 2009. Campak dalam Pedoman
Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta: IDAI
6. Soedarmo, Sumarmo S. Poorwo, Herry Garna, et al. 2012. Buku Ajar
Infeksi dan Pediatri Tropis. Edisi 2. Jakarta: Badan Penerbit IDAI
7. Soegeng Soegijanto. 2002. Campak. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak
Infeksi & Penyakit Tropis. Edisi I.Jakarta: Balai Penerbit FKUI
8. Soegijanto, Soegeng, Harsono Salimo. 2011. Campak dalam Pedoman
Imunisasi Di Indonesia. Edisi 4. Jakarta: Badan Penerbit Ikatan Dokter
Anak Indonesia
9. World Health Organisation. 2008. Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah
Sakit. Jakarta: Departemen Kesehatan RI