Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam bagian terdahulu telah dikemukakan bahwa bimbingan merupakan suatu usaha
bantuan yang diberiakn kepada murid dalam rangka memecahkan masalah yang dihadapinya.
Salah satu hal yang penting dalam memberikan bimbingan ialah memahami murid secara
keseluruhan, baik masalah yang dihadapinya, maupun latar belakangnya. Dengan demikian
murid akan memperoleh bantuan yang tepat dan terarah.

Pemahaman murid ini merupakan salah satu langkah yang harus dilaksanakan oleh
pembimbing. Untuk dapat memahami murid dengan sebaik-baiknya, maka pembimbing perlu
sekali mengumpulkan berbagai keterangan atau data tentang masing-masing murid. Data yang
terkumpul akan menentukan tingkat pemahaman dan jenis bantuan yang akan diberikan. Oleh
karena itu dalam rangka pelayanan Bimbingan dan penyuluhan di sekolah pengumpulan data
tentang murid merupakan salah satu program dan pelayanan bimbingan. Para pembimbing harus
melaksanakan pelayanan ini sebelum pelayanan yang lain dilaksanakan.

Di sekolah seringkali tampak masalah perbedaan individu ini, misalnya ada siswa yang
sangat cepat dan ada yang lambat belajar, ada yang cerdas, dan ada yang berbakat dalam bidang
tertentu, dan sebagainya. Kenyataan ini akan membawa konsekuensi bagi pelayanan pendidikan,
khususnya yang menyangkut bahan pelajaran, metode mengajar, alat-alat pelajaran, penilaian,
dan pelayanan lain. Di samping itu, perbedaan-perbedaan ini seringkali banyak menimbulkan
permasalahan, baik bagi siswa itu sendiri maupun bagi lingkungan. Siswa akan menghadapi
kesulitan dalam penyesuaian diri antara keunikan dirinya dengan tuntutan dalam lingkungannya.
1.2. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari pemahaman individu


2. Apa tujuan dari pemahaman individu
3. Apasajakah teknik-teknik yang digunakan dalam pemahaman

1.3. Tujuan

1. Agar kita mengetahui apa arti dari pemahaman individu


2. Agar kita mengetahui tujuan dari pemahaman individu
3. Untuk mengetahui teknik-teknik yang digunakan dalam pemahaman individu
BAB II

PEMBAHASAN

1.1. Pengertian Pemahaman Individu

Pemahaman individu adalah suatu cara untuk memahami, menilai atau menaksir
karakteristik, potensi, atau masalah-masalah (gangguan) yang ada pada individu atau
sekelompok individu. Cara yang digunakan meliputi observasi, interview, skala penilaian, daftar
cek, inventori, teknik projektif, dan beberapa jenis tes.1
Pemahaman atau penilaian tersebut dimaksudkan untuk kepentingan pemberian bantuan
bagi pengembangan potensi yang ada padanya (developmental) dan atau penyelesaian masalah-
masalah yang dihadapinya (klinis). Aiken (1997:1) menunjukkan bahwa manusia dalam
kenyataannya berbeda-beda dalam kemampuan berpikirnya, karakter kepribadiannya, dan
tingkah lakunya. Semuanya itu bisa ditaksir atau diukur dengan bermacam-macam cara.
Dengan demikian pemahaman individu adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh
seseorang untuk mengerti dan memahami individu lain. Dalam konteks bimbingan dan
konseling, mengerti dan memahami tersebut dilakukan oleh konselor terhadap konseli, atau
menemukan sumber data yang bisa memberikan keterangan tentang konseling.

1.2. Tujuan Pemahaman Individu dalam Bimbingan dan Konseling


Sebelum kita membahas lebih lanjut mengenai perlunya pemahaman individu dalam
kegiatan pelayanan bimbingan dan konseling, terlebih dahulu kita pelajari tentang pengertian
bimbingan dan konseling, dengan tujuan agar kita semakin memahami mengapa pemahaman
individu diperlukan dalam bimbingan dan konseling. Scribd.com (2009) mendefinisikan
bimbingan dan konseling sebagai ”suatu bantuan yang diberikan seseorang (konselor) kepada
orang lain (klien) yang bermasalah psikis, sosial dengan harapan klien tersebut dapat
memecahkan masalahnya, memahami dirinya, mengarahkan dirinya sesuai dengan kemampuan

1
Nana Syaodih sukmadinata, Landasan Psikologi proses Pendidikan, PT REMAJA ROSDAKARYA, Bandung, 2005, hlm
213
dan potensinya sehingga mencapai penyesuaian diri dengan lingkungan keluarga, sekolah dan
masyarakat”.
Berdasarkan pengertian bimbingan dan konseling di atas, dapat disimpulkan perlunya
pemahaman individu dalam bimbingan dan konseling sebagai berikut :
a. Di dalam bimbingan dan konseling, kita tidak mungkin dapat memberikan pertolongan
kepada seseorang sebelum kita kenal atau paham dengan orang tersebut.
b. Salah satu hal yang penting dalam bimbingan dan konseling ialah memahami individu
secara keseluruhan baik masalah yang dihadapi maupun latar belakangnya.

Dengan demikian individu akan memperoleh bantuan yang tepat dan terarah. Dengan
kata lain perlunya pemahaman individu dalam layanan bimbingan dan konseling adalah agar
individu memperoleh bantuan yang sesuai dengan kemampuan dan potensinya agar apa yang
diharapkannya dapat tercapai (artinya individu dapat mencapai penyesuaian diri dengan dirinya
sendiri, lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat).
Cara-cara yang digunakan untuk memahami individu tersebut mencakup observasi,
wawancara, angket, interview, tes psikologis, sosiometri, Anekdota, dan beberapa macam tes.
Pemahaman atau penilaian itu dimaksudkan untuk kepentingan pemberian bantuan bagi
pengembangan potensi yang ada padanya dan atau penyelesaian masalah-masalah yang
dihadapinya. Dalam melakukan asesmen itu, lazim digunakan berbagai instrumen yang bisa
dikelompokkan menjadi dua, yaitu dengan cara tes dan non-tes. but

Pemahaman individu dalam layanan bimbingan dan konseling bertujuan agar :


 Kita semakin mampu menerima keadaan individu (siswa) seperti apa adanya dan
sekaligus keberadaan siswa baik dari segi kelebihan maupun kekurangannya.
 Kita semakin mampu memperlakukan siswa sebagaimana mestinya dalam arti lain
mampu memberikan bantuan seperti yang dikehendaki oleh siswa.
 Kita terhindar dari gangguan komunikasi, sehingga mampu menciptakan relasi yang
semakin baik.
1.3. Teknik Pemahaman Individu

Dalam memahami individu perlu adanya tahapan tahapan yang dilalui sebelum konselor
melakukan pendekatan. Adapun tahapan tahapan tersebut antara lain2:

A. Mengidentifikasi masalah
Mengidentifikasi masalah adalah langkah yang penting yang tidak boleh di tinggalkan
bagi seorang guru bimbingan dan konseling yang ingin berhasil dalam memberikan bantuan
kepada anak didiknya. Pada langkah ini, yang harus diperhatikan oleh seorang guru atau
konselor adalah mengenal gejala gejala awal dari suatu masalah yang sedang dihadapi oleh
anak didik. Gejala gejala awal ini biasanya dapat diketahui dari tingkah laku yang berbeda
atau menyimpang dari kebiasaan yang sebelumnya dilakukan oleh peserta didik. Untuk
mengetahui gejala gejala awal ini harus dilkukan secara teliti dan berhati hati dengan
memperhatikan gejala gejala yang tampak selanjutnya dianalisis dan dievaluasi. Disinilah
dibutuhkan kejelian seorang guru bimbingan dan konseling dalam mengenali anak didiknya.
Bila seorang guru mengalami kesulitan dalam hal ini bisa juga mengumpulkan data dari
berbagai sumber yang terpecaya. Apabila anak didik menunjukkan tingkah laku atau hal-hal
yang berbeda dari biasanya, hal tersebut dapat diidentifikasi sebagai gejala dari suatu
masalah yang sedang dihadapi oleh peserta didik.
Setelah data-data dari tahapan mengidentifikasi masalah dikumpulkan, selanjutnya
diadakan evaluasi untuk menemukan perkiraan masalah yang sedang dihadapi oleh peserta
didik tersebut. Dalam contoh tersbut, katakanlah masalaah yang sedang dihadapi oleh peserta
didik adalah kurang menguasai mata pelajaran, nah perkiraan masalah ini selanjutnya dapat
dijadikan sebagai acuan langkah selanjutnya dalam memberikan pelayanan bimbingan dan
konseling kepada anak didik di sekolah.
B. Melakukan Diagnosis
Setelah masalah dapat diidentifikasi, pada langkah diagnosis ini adalah menetapkan masalah
tersebut bedasarkan analisis latar belakang yang menjadi penyebab timbulnya masalah pada
anak didik. Hal yang paling penting dari tahapan diagnosis ini adalah kegiatan pengumpulan
data mengenai berbagai hal yang melatarbelakangi atau menyebabkan gejala yang terjadi.
Setelah informasi terkumpul selanjutnya dilakukan analisis maupun sistesis kemudian

2
Akhmad Muhaimin Azzet, Bimbingan Konseling di Sekolah, Jogjakarta : Ar-Ruzz Media, hlm 65
dilakukan keterkaitan antara informasi latar belakang dengan gejala yang nampak atau yang
terjadi pada peserta didik..
C. Menetapkan Prognosis
Dalam tahapan prognosis ini seorang guru bimbingan dari konseling menetapkan alternatif
tindakan bantuan yang akan diberikan kepada anak didik. Prognosis ini ditetapkan berangkat
dari diagnosis atau masalah yang sedang dihadapi oleh peserta didik. Dari rumusan jenis dan
bentukm masalah yang sedang dihadapi sanng anak didik, selanjutnya dibuat alternatif
tindakan bantuan, seperti memberikan bimbingan dan konseling individu dengan tujuan
untuk memperbaiki perasaan rendah diri dan kurang diperhatikan oleh peserta didik.
Disamping itu, dalam menetapkan prognosis, seorang bimbingan dan konseling harus
memperhatikan:
1. Pendekatan yang akan diberikan peserta didik, baik itu secara individu maupun secara
kelompok
2. Siapakah yang akan memberikan bimbingan dan konseling
3. Kapan bantuan akan dilaksanakan kepada anak didik
D. Pemberian Bantuan
Langkah penting dalam pelayanan bimbingan dan konseling kepada anak didik setelah
menetapkan prognosis adalah merealisasikan langkah – langkah alternatif bentuk bantuan
bedasarkan masalah dan latar belakang yang dilakukan guru bimbingan dan konseling efektik
dalam mencapai keberhasilan.
Dalam contoh kasus di atas, telah direncanakan pemberian bantuan secara individual.
Maka, hal yang dapat dilakukan oleh guru bimbingan dan konseling pada tahap awal adalah
melakukan pendekatan secara pribadi. Dalam hal ini, guru bimbingan dan konseling
mengajak sang anak didik untuk menceritakan masalahnya. Dalam banyak kasus, biasanya
anak didik tidak mudah begitu saja langsung menceritakan masalah pribadinya. Pemberian
bantuan bimbngan konseling kepada anak didik tidak dilakukan hanya sekali atau dua kali
pertemuan saja. Apabila belum ada kemajuan atau mencapai keberhasilan yang diinginkan
maka bimbingan konseling kepada anak didik dapat dilakukan secara berulang ulang.
E. Evaluasi dan Tindak Lanjut
Pelayanan bimbingan dan konseling kepada anak didik di sekolah yang baik harus ada
evaluasi. Tanpa adanya evaluasi akan sulit pelayanan bimbingan dan konseling mencapai
keberhasilan. Evaluasi ini dilakukan apabila guru bimbingan dan konseling dan anak didik
melakukan beberapa kali pertemuan. Evaluasi dapat dilakukan selama proses bimbingan dan
konseling berlangsung sampai akhir pemberian bantuan. Sedangkan, bahan untuk melakukan
evaluasi adalah data data primer yang muncul atau terkumpul selama pertemuan dengan anak
didik dan data data sekunder yang terus dikumpulkan selama proses pemberian bimbingan
dan konseling.

Data data yang perlu dikumpulkan selama proses bimbingan dan konseling dapat
dilakukan beberapa teknik seperti wawancara, observasi, angket, diskusi atau dokumentasi.
Teknik Non tes

            Teknik Pemahaman Individu terdiri dari teknik tes dan teknik non tes. Tes dan non tes
merupakan salah satu instrument untuk memahami individu dalam keseluruhan layanan
konseling. Teknik non tes merupakan cara pengumpulan data tidak menggunakan alat-alat baku,
dengan demikian tidak bersifat mengukur, dan tidak diperoleh angka-angka sebagai hasil
pengukuran. Beberapa teknik non tes yang biasa digunakan dalam pemahaman individu adalah
sebagai berikut:

A. Observasi
1. Pengertian Observasi
Observasi atau pengamatan merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan cara
mengamati dan mencatat secara langsung perilaku-perilaku siswa. Pengamatan dapat dilakukan
di sekolah maupun di luar sekolah. Observasi merupakan salah satu teknik yang sederhana dan
tidak memerlukan keahlian yang luar biasa. Observasi dapat dilakukan dengan berencana atau
insidentil. Observasi berencana telah dipersiapkan secara sistematis, baik mengenai waktunya,
alatnya, maupun aspek-aspek yang akan diobservasi.
Sedangkan observasi insidentil dilakukan sewaktu-waktu sesuai dengan kebutuhan. Jika
observasi dilakukan dengan cermat, maka kita akan memperoleh data tingkah laku murid yang
objektif.
Ada dua macam observasi yang dapat dilakukan oleh guru di sekolah, yaitu observasi
partisipatif dan nonpartisipatif. Observasi partisipatif adalah pengamatan yang dilakukan oleh
guru atau pengamat lainnya dimana si pengamat turut serta dalam kegiatan yang sedang
dilakukan. Contohnya guru ingin mengobservasi tingkah laku murid pada waktu olah raga, maka
guru turut sendiri dalam kegiatannya. Dengan cara ini dapat diperoleh data yang lebih baik,
karena murid tidak merasa sedang diamati. Sedangkan dalam observasi non partisipatif observer
tidak mengambil bagian atau turut serta dalam kegiatan-kegiatan yang sedang diobservasi. Disini
observer berdiri semata-mata sebagai pengamat.3
2. Tujuan utama observasi antara lain :
a. Mengumpulkan data dan inforamsi mengenai suatu fenomena, baik yang berupa
peristiwa maupun tindakan, baik dalam situasi yang sesungguhnya maupun dalam
situasi buatan
b. Mengukur perilaku kelas (baik perilaku guru maupun peserta didik), interaksi antara
peserta didik dan guru, dan faktor-faktor yang dapat diamati lainnya, terutama
kecakapan sosial (social skill)
c. Menilai tingkah laku individu atau proses yang tejadi dalam situasi sebenarnya
maupun situasi yang sengaja dibuat.
3. Beberapa keuntungan observasi sebagai alat pengumpul data antara lain:
a. Observasi merupakan teknik yang langsung dapat digunakan untuk memperoleh data
berbagai aspek tingkah laku.
b. Bagi observant hal ini lebih meringankan dibandingkan dengan apabila mereka
disuruh mengisi angket atau menjawab pertanyaan.
c. Teknik observasi memungkinkan dilakukan pencatatan yang serempak dengan
terjadinya gejala atau kejadian penting.
d. Observasi dapat merupakan teknik untuk mengecek data yang diperoleh dengan
teknik lain.
e. Dengan observasi observer tidak memerlukan bahasa verbal sebagai alat untuk
memperoleh data.
f. Dengan observasi dapat diperoleh data gejala atau kejadian yang sebenarnya dan
langsung.
4. Di samping keuntungan tersebut diatas, ada beberapa kelemahan observasi, antara lain:
a. Banyak hal yang tidak dapat diungkapkan dengan observasi, seperti mislanya
kehidupan pribadi yang bersifat rahasia.

3
Djumhur, BImbingan dan Penyuluhan di Sekolah, CV ILMU Bandung, hlm 52
b. Apabila murid mengetahui bahwa ia sedang diobservasi mungkin sekali ia melakukan
kegiatan yang tidak wajar lagi.
c. Observasi banyak tergantung dari factor-faktor yang tidak terkontrol.
d. Faktor subjektivitas observer sukar untuk dihindarkan .

5. Materi observasi4
Tentang materi observasi adalah bergantung kepada maksud serta tujuan di dalam
mengadakan observasi itu. Seperti yang telah dikemukakan di atas bahwa apa yang dapat
diobservasi itu banyak sekali, tidak terbatas. Tetapi yang membatasi apa yang perlu
diobservasi itu adalah maksud serta tujuan dari observasi itu, apa mau mengobservasi
tingkah laku, latar belakang sosial atau keadaan keadaan yang lain, karenanya
menentukan apa yang akan di observasi adalah merupakan yang penting dalam observasi.
Setelah menentukan apa yang akan diobservasi maka observer harus senantiasa
berpegang pada titik titik ini maka usahakan titik titik ini tidak menyimpang dari tujuan.
6. Adapaun langkah-langkah penyusunan pedoman observasi menurut Arifin (2009) adalah
sebagai berikut:
a. Merumuskan tujuan observasi
b. Membuat lay-out atau kisi-kisi observasi
c. Menyusun pedoman observasi
d. Menyusun aspek-aspek yang akan diobservasi, baik yang berkenaan proses belajar
peserta didik dan kepribadiaanya maupun penampilan guru dalam pembelajaran
e. Melakukan uji coba pedoman observasi untuk melihat kelemahan-kelemahan
pedoman observasi
f. Merifisi pedoman obsevasi berdasarkan hasil uji coba
g. Melaksanakan observasi pada saat kegiatan berlangsung
h. Mengolah dan menafsirkan hasil observasi
7. Pencatatan hasil observasi
Mencatat hasil observasi merupakan hal yang paling penting dalam rangka observasi.
Banyak hal pbservasi belum sempurna karena ketidak tepatan di dalam mencatat
hasilnya. Mencatat hasil dengan segera adalah merupakan langkah yang sebaik baiknya

4
Bimo Walgito,1993. Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah ,Yogyakarta : Andi offset, hlm 52
dalam observasi. Hal tersebut karena dengan pencatatan dengan segera ini akan
mengeliminasi hal hal yang tidak sebenarnya dan mengingat pula bahwa ingatan manusia
itu terbatas yaitu terkena akan lupa. Dengan pencatatan on the spot ini akan mengatasi
kelupaan yang mungkin terjadi dari apa yang diobservasinya. Tetapi dengan cara ini kita
lihat adanya kelemahan yaitu: observasi kurang teliti karena perhatiannya yang mendua,
yaitu mengikuti kejadian-kejadian dan mencatat apa yang dapat di observasi. Disamping
itu dapat , menimbulkan kecurigaan dari apa yang diobservasi sehingga keadaan ini akan
mengganggu situasi observasi.
Selain dengan pencatatan langsung ada pula pencatatn yang dilakukan bila
observasi telah selesai. Tetapi cara ini pun kita lhat adanya kelemahan di samping adanya
keuntungan keuntungan. Yakni ingatan manusia yang terbatas. Oleh karena itu, untung
mengatasi persoalan tersebut , maka sering diambil jalan tengah (lebih lebih kalau
onservasi itu memakan waktu yang lama) yaitu mencatat hasil observasi pada garis
besarnya dengan menggunakan “keyword” maupun “ key simbols”. Karenanya dengan
cara ini kelemahan kelemahan dapat diatasi. Bedasarkan atas “key words” dan “key
simbols” ini, bila observasi telah selesai dapat diolah lebih lanjut sehingga merupakan
hasil yang lengkap dari observasi.
B. Wawancara
Wawancara atau interview merupakan suatu teknik pengumpulan data yang dilakukan
secara tatap muka, pertanyaan diberikan secara lisan dan jawabannya pun diterima secara lisan
pula. Ada dua macam wawancara, yaitu wawancara langsung dan wawancara tidak langsung.
Wawancara langsung adalah pertanyaan diberikan kepada responden, dan meminta
informasi tentang dirinya. Wawancara tidak langsung, pertanyaan diberiakn kepada responden
dan minta informasi tentang orang lain yang mempunyai ikatan dengan dia. suatu wawancara
yang baik seperti halnya juga observasi yang baik adalah yang dipersiapkan atau direncanakan
terlebih dahulu, sehingga memiliki suatu pedoman wawancara atau pedoman observasi.
Sebagai teknik pengumpulan data, wawancara banyak sekali keuntungannya antara lain;
 Wawancara merupakan teknik yang tepat untuk mengungkapkan keadaan pribadi
 Dapat dilaksanakan kepada setiap individu, setiap umur
 Dapat menimbulkan hubungan pribadi yang lebih baik
 Tidak dibatasi oleh kemampuan membaca atau menulis pun dapat diajak
wawancara
Di samping keuntungan tersebut diatas, wawancara sebagai teknik pengumpulan data
mengandung beberapa kelemahan, antara lain:
 Wawancara terlalau banyak memakan waktu dan mungkin pula tenaga dan biaya
 Sangat tergantung kepada individu yang akan diwawancarai
 Situasi wawancara mudah terpengaruh oleh situasi alam sekitar
 Menuntut keterampilan dan penguasaan bahasa yang baik dari pembimbing.
Menurut Zainal (2009) ada 3 tujuan dalam melaksanakan wawancara yakni :
1. Untuk memperoleh informasi secara langsung guna menjelaskan suatu hal atau situasi
dan kondisi tertentu.
2. Untuk melengkapi suatu penyelidikan ilmiah.
3. Untuk memperoleh data agar dapat mempengaruhi situasi atau orang tertentu.
Dalam melaksanakan wawancara, baik sebagai teknik pengumpulan data maupun sebagai
teknik dalam penyuluhan hendaknya pembimbing dapat menciptakan suatu situasi yang bebas,
terbuka dan menyenangkan, sehingga individu yang sedang diwawancarai dapat dengan bebas
dan terbuka memberikan keterangannya.
Bagian bagian wawancara
Bila kita lihat dalam wawancara itu terdapat bagian bagian tertentu yang terdapat dalam
semua interview, sehingga ini dapat dipanang sebagai bagian-bagian dari interview yaitu:
a. Peemulaan atau pendahuluan interview
Pada bagian ini terutama ditunjukkan untuk mendapatkan hubungan yang baik antara
mewawancarai dengan yang diwawancara dan biasanya diisi dengan menyampaikan
maksud serta tujuan dari wawancara itu
Peranan dari bagian ini adalah penting, karena dengan mengadakan kontak yang
pertama ini akan memberikan gamabaran wawancara selanjutnya.
b. Inti wawancara
Bagian ini merupakan bagian dimana maksud serta tujuan wawancara harus dapat
dicapai.
c. Akhir wawancara
Ini merupakan bagian untuk mengakhiri jalannya wawancara. Wawancara dapat
ditutup dengan mengadakan penyimpulan tentang apa yang telah dibicarakan dan
kadang kadang wawancara ditutup dengan menentukan waktu kapan wawancara itu
akan dilanjutkan kembali.
Hal hal yang perlu diperhatikan dalam wawancara
Agar wawancara dapat mencapai hasil yang baik perlulah adanya beberapa hal
yang harus diperhatikan di dalam mengadakan wawancara :
1. Orang yang akan mengadakab wawancara harus mempunyai latar belakang
tentang apa yang akan ditanyakan, karenanya apa yang akan ditanyakan perlu
dipersiapkan secara baik agar wawancara dapat berjalan lancar, sistematik dan
teratur.
2. Wawancara harus menjelaskan dengan sebaik baiknya apa maksud serta
tujuan dari wawancara tersebut
3. Dalam wawancara harus dijaga agar selalu adanya hubungan yang baik,
karena ini merupakan sumbangan yang besar dalam jalannya wawancara
4. Harus mempunyai sifat percaya. Rahasia klien harus dapat disimpan baik baik
5. Pertanyaan hendaknya diajukan dengan hati hati, teliti dan kalimatnya harus
jelas
6. Hari di jaga jangan sampai ada sesuatu yang mengganggu jalannya
wawanvara
7. Bahasa yang digunakan harus disesuaikan dengan kemampuan yang
diwawancarai
8. Dalam memberikan pertanyaan jangan samapi kaku, setiap pertanyaan dapat
diperluas kepada hal yang hal yang berhubungan
9. Dalam wawancara jangan memakan waktu yang lama sehingga mengganggu
kegian yang di wawanvarai
10. Harus mengadakan kontrol dalam mewawancarai
11. Jangan samapai memotong pembicaraan
C. Angket
Angket pada dasarnya sama dengan wawancara , hanya perbedaannya pada wawancara
pertanyaan dan jawaban diberikan secara lisan, sedang pada angket keduanya diberikan secara
tertulis. Angket ada yang bersifat langsung yanitu menanyakan diri responden dan angket tak
langsung menanyakan orang lain yang ada hubungan dengan responden. Untuk menghemat
tempat angket bisa dimodifikasi menjadi suatu daftar isian.
Adapun beberapa tujuan dari pengembangan angket adalah :
1. Mengumpulkan informasi sebanyak mungkin dari siswa tentang pembelajaran
matematika.
2. Membimbing siswa untuk belajar efektif sampai tingkat penguasaan tertentu.
3. Mendorong siswa untuk lebih kreatif dalam belajar.
4. Membantu anak yang lemah dalam belajar.
5) Untuk mengetahui kesulitan – kesulitan siswa dalam pembelajaran matematika.
Angket memiliki beberapa kelebihan dan kelemahan dibandingkan dengan wawancara.
Kelebihan angket adalah dapat menghemat waktu, sebab dalam tempo yang singkat informasi
dari sejumlah besar responden dapat dikumpulkan. Kekurangan angket adalah bila ada kesulitan
dalam menjawab, tidak bisa diketahui dan dibantu.
Beberapa keuntungan mempergunakan angket sebagai teknik pengumpulan data antara
lain:
 Angket dapat dipergunakan untuk mengumpulkan data kepada sejumlah
responden dalam jumlah yang banyak dalam waktu yang singkat.
 Setiap responden menerima sejumlah pertanyaan yang sama
 Dengan angket responden mempunyai kebebasan untuk memberikan
keterangannya
 Responden mempunyai waktu yang cukup untuk menjawab pertanyaan

Di samping keuntungan tersebut angket mempunyai beberapa kelemahan antara lain:


 Angket belum merupakan jaminan bahwa responden akan memberikan jawaban
yang tepat
 Angket hanya terbatas kepada responden yang dapat membaca dan menulis
 Kadang-kadang ada responden yang tidak bersedia untuk mengisi angket
 Pertanyaan yang diajukan dalam angket lebih bersifat terbatas, sehingga ada hal-
hal yang tidak dapat terungkap.5
D. Sosiometri
Sosiometri merupakan alat yang tepat untuk mengumpulkan data mengenai hubungan-
hubungan sosial dan tingkah laku sosial murid. Dengan teknik ini kita dapat memperoleh data
tentang susunan hubungan antar individu, struktur hubungan individu, dan arah hubungan
sosial.6 Sosiometri merupakan metode pengumpulan data tentang pola dan struktur dan
hubungan antara individu-individu dalam suatu kelompok.
Dari data sosiometris individu kita dapat mengetahui frekwensi pemilihan, yaitu
banyaknya yang memilih, intensitas pergaulan, status pemilihan atau penolakan, dan popularitas
dalam pergaulan.
Dalam melaksanakan teknik sosiometri ini langkah-langkah yang ditempuh ialah:
a) Kepada murid-murid diminta untuk menetapka satu atau dua atau lebih kawan
ynag paling disenangi dalam kerjasama untuk suatu kegiatan. Kawan pilihan yang
disenangi ditulis dalam lembaran isian sosiometri.
b) Setelah murid menulis dalam lembaran lembaran isian, kemudian dikumpulkan
untuk ditabulasi dalam matriks sosiometris.
c) Berdasarkan matriks sosiometris ini lalu kita dapat menganalisa data sosiometri
seperti: Sosiogram, Analisa hubungan sosial secara keseluruhan, indeks
pemilihan, Mengisi kartu sosiometris individual.
Adapun Kelebihan dan kelemahan metode sosiometri
1. Kelebihan
a. Memperbaiki struktur hubungan Sosial kelompok.
b. Memperbaiki penyesuaian sosial individu.
c. Mempelajari akibat proses pendidikan di sekolah terhadap hubungan social peserta
didik.
d. Mempelajari mutu kepemimpinan dalam berbagai situasi.
e. Menemukan norma pergaulan antara peserta didik yang diinginkan dalam kelompok.
2. Kelemahan

5
Djumhur, Op. Cit., hlm 56
6
Nana Syaodih sukmadinata,, Op. Cit, hlm 223
a. Hanya dapat diterapkan pada kelompok peserta didik yang sudah saling mengenal
dalam waktu yang cukup lama.
b. Akurasi data penggunaan sosiometri yang sesuai tujuan yang sangat ditentukan oleh
kemampuan guru pembimbing dalam menyusun angket sosiometri.
c. Peserta didik tidak mudah untuk menetapakan pilihan teman, menetapkan intensitas
hubungan yang selama ini terjadi, maupun saat menetapkan kriteria pribadi atau sifat-
sifat anggota kelompok dikelasnya.

3. Manfaat Metode Soiometri Dalam Bimbingan dan Konseling


2. Membantu guru pembimbing untuk memperoleh data yang menggambarkan pola
hubungan,intensitas hubungan, dan posisi peserta didik dalam kelompoknya. Seperti:
 Mengetahui popularitas seorang peserta didik dalam kelompoknya
 Mengetahui kesukaran peserta didik terhadapteman sekelompoknya

E. Otobiografi
Teknik lain yang cukup ampuh untuk memahami pribadi siswa adalah dengan
mempelajari otobiografinya. Otobiografi adalah riwayat hidup seseorang yang ditulis sendiri
oleh yang bersangkutan. Murid disuruh untuk mencatatkan berbagai kejadian tentang dirinya
baik yang sudah teralami, sedang dialami atau yang masih menjadi cita-cita. Bentuk yang paling
sederhana dalam teknik ini ialah dengan meminta agar murid membuat karangan yang
menyangkut tentang dirinya. Misalnya:
a) Keadaan keluargaku
b) Cita-citaku di masa mendatang
c) Pengalamanku ketika di Taman Kanak-kanak
d) Orang-orang yang paling kusenangi
e) Hobiku
f) Kegiatan di luar sekolah
Kesulitan yang dihadapi dalam pemanfaatan teknik otobiografi ini adalah, tidak semua
siswa menulis otobiografinya. Bila menulis pun seringkali ada hal-hal yang disembunyikan atau
diganti dengan yang lebih positif.
F. Studi dokumenter
Teknik ini digunakan untuk memperoleh informasi-informasi yang bersifat dokumen,
dari dokumen-dokumen yang ada. Di sekolah umumnya telah ada sejumlah dokumen tentang
siswa, seperti dokumen tentang hasil atau prestasi belajar keadaan dan latar belakang keluarga,
keadaan dan perkembangan pribadi siswa, aktivitas di sekolah ataupun di luar sekolah. Pada
sekolah yang lebih teratur biasanya juga ada sejumlah data pribadi siswa, walaupun hanya yang
penting-penting saja. Evaluasi mengenai kemajuan, perkembangan atau keberhasilan belajar
peserta didik tanpa menguji (teknik non-tes) juga dapat dilengkapi atau diperkaya dengan cara
melakukan pemeriksaan terhadap dokumen-dokumen, misalnya: dokumen yang menganut
informasi mengenai riwayat hidup (auto biografi), seperti kapan kapan dan dimana peserta didik
dilahirkan, agama yang dianut, kedudukan anak didalam keluarga dan sebagainya. Selain itu juga
dokumen yang memuat informasi tentang orang tua peserta didik, dokumen yang memuat
tentang orang tua peserta didik, dokumen yang memuat tentang lingkungan non-sosial, seperti
kondisi bangunan rumah, ruang belajar, lampu penerangan dan sebagainya (Sudijono : 2009).
Beberapa informasi, baik mengenai peserta didik, orang tua dan lingkungannya itu bukan tidak
mungkin pada saat-saat tertentu sangat diperlukan sebagai bahan pelengkap bagi pendidik dalam
melakukan evaluasi hasil belajar terhadap peserta didiknya.
g. Studi Kasus
Studi kasus adalah mempelajari individu dalam proses tertentu secara terus menerus
untuk melihat perkembangannya (Djamarah : 2000). Misalnya peserta didik yang sangat cerdas,
sangat lamban, sangat rajin, sangat nakal, atau kesulitan dalam belajar. Untuk itu guru menjawab
tiga percayaan inti dalam studi kasus, yaitu:
a. Mengapa kasus tersebut bisa terjadi?
b. Apa yang dilakukan oleh seseorang dalam kasus tersebut?
c. Bagaimana pengaruh tingkah laku seseorang terhadap lingkungan?
Studi kasus sering digunakan dalam evaluasi, bimbingan, dan penelitian. Studi ini
menyangkut integrasi dan penggunaan data yang komprehensif tentang peserta didik sebagai
suatu dasar untuk melakukan diagnosis dan mengartikan tingkah laku peserta didik tersebut.
Dalam melakukan studi kasus, guru harus terlebih dahulu mengumpulkan data dari berbagai
sumber dengan menggunakan berbagai teknik dan alat pengumpul data. Salah satu alat yang
digunakan adalah depth-interview , yaitu melakukan wawancara secara mendalam, jenis data
yang diperlukan antara lain, latar belakang kehidupan, latar belakang keluarga, kesanggupan dan
kebutuhan, perkembangan kesehatan, dan sebagainya.
Namun, seperti halnya alat evaluasi yang lain, studi kasus juga mempunyai kelebihan dan
kelemahan. Kelebihannya adalah dapat mempelajari seseorang secara mendalam dan
komprehensif, sehingga karakternya dapat diketahui selengkap-lengkapnya. Sedangkan
kelemahannya adalah hasil studi kasus tidak dapat digeneralisasikan, melainkan hanya berlaku
untuk peserta didik itu saja.
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
1. Pemahaman individu adalah suatu cara untuk memahami, menilai atau menaksir
karakteristik, potensi, atau masalah-masalah (gangguan) yang ada pada individu atau
sekelompok individu. Pemahaman atau penilaian tersebut dimaksudkan untuk
kepentingan pemberian bantuan bagi pengembangan potensi yang ada padanya
(developmental) dan atau penyelesaian masalah-masalah yang dihadapinya
2. Pemahaman individu dalam layanan bimbingan dan konseling bertujuan agar :
 Kita semakin mampu menerima keadaan individu (siswa) seperti apa adanya
dan sekaligus keberadaan siswa baik dari segi kelebihan maupun
kekurangannya.
 Kita semakin mampu memperlakukan siswa sebagaimana mestinya dalam arti
lain mampu memberikan bantuan seperti yang dikehendaki oleh siswa.
 Kita terhindar dari gangguan komunikasi, sehingga mampu menciptakan relasi
yang semakin baik.
3. Teknik Pemahaman Individu terdiri dari teknik tes dan teknik non tes. Tes dan non tes
merupakan salah satu instrument untuk memahami individu dalam keseluruhan
layanan konseling. Teknik non tes merupakan cara pengumpulan data tidak
menggunakan alat-alat baku, dengan demikian tidak bersifat mengukur, dan tidak
diperoleh angka-angka sebagai hasil pengukuran. Beberapa teknik non tes yang biasa
digunakan dalam pemahaman individu adalah sebagai berikut:
 Observasi
 Wawancara
 Angket
 Sosiometris
 Otobiografi
 Studi dokumenter
DAFTAR PUSTAKA

Moh. Surya (1975) Bimbingan dan Penyuluhan disekolah. Bandung : CV


Ilmu
Sukmadinata. Nana Syaodah, (2005) Landasan Psikologi proses pendidikan.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Winkel. (1989) Bimbingan dan konseling di sekolah menengah. Jakarta : PT
Gramedia
Akhmad Muhaimin Azzet, Bimbingan Konseling di Sekolah, Jogjakarta :
Ar- Ruzz Media
Bimo Walgito,1993. Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah ,Yogyakarta : Andi offset,
Navel O. Mangelep, Teknik Non Tes Dalam Melaksanakan Penilaian, Pengukuran Dan
Evaluasi Dalam Dunia Pendidikan, Universitas Sriwijaya
Arifin,Zaenal (2009), Evaluasi Pembelajaran: Prinsip, Teknik, Prosedur, Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.

Anda mungkin juga menyukai