STASE GERONTIK
OLEH :
Yuvita Indria
NPM : 1914901110082
Menua ( menjadi tua : aging ) adalah suatu proses menghilangnya secara pelahan-
lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti diri dan
mempertahankan struktur serta fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan
terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Darmojo,
2000).
Proses menua didalam perjalanan hidup manusia merupakan suatu hal yang wajar.
Hanya cepat lambatnya proses tersebut tergantung pada masing-masing individu yang
bersangkutan. Proses tersebut kemudian menyebabkan berbagai perubahan anatomis
dalam jaringan yang pada akhirnya mempengaruhinya fungsi dan kemampuan tubuh
secara keseluruhan (Nugroho, 2000).
Beberapa ahli berpendapat bahwa proses menua merupakan suatu proses yang
meliputi interaksi antara perubahan biologis, psikologis, dan sosislogis sepanjang
hidup. Beberapa teori sosial tentang proses penuaan antara lain:
Teori Interaksi Sosial (Sosial Exchange Theory)
Teori ini mencoba menjelaskan mengapa lanjut usia bertindak pada suatu situasi
tertentu, yaitu atas dasar hal-hal yang dihargai masyarakat. Simmons cit
Hardywinoto dan Setiabudhi 2005, mengemukakan bahwa kemampuan lanjut usia
untuk terus menjalin interksi sosial merupakan kunci mempertahankan status
sosialnya atas dasar kemampuannya untuk melakukan tukar menukar.
Teori penarikan diri (Disengagement Theory)
Teori ini merupakan teori sosial tentang penuaan yang paling awal. Kemiskinan
lanjut usia dan menurunnya derajat kesehatan mengakibatkan seorang lanjut usia
secara perlahan-lahan menarik diri dari pergaulan sekitarnya. Selain hal tersebut,
dari pihak masyarakat juga mempersiapkan kondisi agar para lanjut usia menarik
diri. Keadaan ini mengakibatkan inetraksi sosial lanjut usia menurun, baik secara
kualitas amupun kuantitas.
Menurut teori ini, seorang lanjut usia dinyatakan mengalami proses penuaan
yang berhasil apabila ia menarik diri dari kegiatan terdahulu dan dapat
memusatkan diri pada persoalan pribadi dan mempersiapkan diri mengahdapi
kematiannya.
Wiley cit Hardywinoto dan Setiabudhi 2005 menyusun stratifikasi lanjut usia
berdasarkan usia kronologis yang menggambarkan serta membentuk adanya
perbedaan kapasitas, peran, kewajiban serta hak mereka berdasarkan usia.
Menurut Stanley & Beare (2006) penuaan adalah normal, dengan perubahan fisik
dan tingkah laku yang dapat diramalkan yang terjadi pada semua orang pada saat
mereka mencapai usia tahap perkembangan kronologis tertentu. Ini merupakan
suatu fenomena yang kompleks dan multidimensional yang dapat diobservasi di
dalam satus sel dan berkembang sampai pada keseluruhan sistem. Walaupun hal
itu terjadi pada tingkat kecepatan yang berbeda, di dalam parameter yang cukup
sempit, proses tersebut tidak tertandingi.
Proses menjadi dalam perjalanan hidup manusia merupakan suatu hal yang wajar.
Hanya cepat lambatnya proses tersebut tergantung pada masing-masing individu
yang bersangkutan. Proses tersebut kemudian menyebabkan berbagai perubahan
anatomis dalam jaringan yang pada akhirnya mempengaruhi fungsi dan
kemampuan tubuh secara keseluruhan (Nugroho, 2000). Beberapa ahli
berpendapat bahwa proses yang meliputi interaksi antara perubahan biologis,
psikologis dan sosiologis sepanjang hidup. Beberapa teori tentang proses penuaan
antara lain :
Proses menjadi tua ini disebabkan oleh faktor biologik yang terdiri dari 3 fase
yakni:
1. Fase regresif progresif : proses dimana tubuh mengalami perkembangan yang
sangat cepat, mulai dari bayi hingga dewasa stabil.
2. Fase stabil : fase dimana tubuh tidak mengalami perubahan cepat, biasanya
terjadi pada masa dewasa awal.
3. Fase regresif : mekanisme pada fase ini lebih kearah kemunduran yang
dimulai dalam sel, komponen kecil dari tubuh manusia (Depkes, 2000).
Masalah kesehatan utama yang sering terjadi pada lansia perlu dikenal dan dimengerti
oleh siapa saja yang banyak berhubungan dengan perawatan lansia agar dapat
memberikan perawatan untuk mencapai derajat kesehatan yang seoptimal mungkin.
Masalah kesehatan yang sering muncul pada lansia:
Incontinence
Beser atau yang sering dikenal dengan ”Ngompol” karena saat BAK atau
keluarnya air seni tanpa disadari akibat terjadi masalah kesehatan atau sosial.
Untuk mengatasi masalah ini biasanya lansia akan mengurangi minum dengan
harapan untuk mengurangi jumlah dan frekuensi berkemih. Akibatnya lansia
dapat terjadi kekurangan cairan tubuh dan berkurangnya kemampuan kandung
kemih yang justru akan memperberat keluhan beser pada lansia.
Infeksi
Pada lansia telah terjadi penurunan fungsi tubuh. Daya tahan tubuh juga
menurun karena kekurangan gizi. Adanya penyakit yang bermacam-macam.
Selain itu juga dari faktor lingkungan juga bisa terpengaruh terhadap infeksi
yang terjadi pada lansia.
Isolation (Depresi)
Dapat terjadi akibat perubahan status sosial, bertambahnya penyakit dan
berkurangnya kemampuan untuk mengurus dirinya secara mandiri serta akibat
perubahan-perubahan fisik maupun peran sosial.
Gejala-gejala depresi yang sering muncul dianggap sebagai bagian dari proses
menua. Adapun gejala-gejala seperti dibawah ini antara lain :
1. Gangguan emosional : perasaan sedih, sering menangis, merasa kesepian,
gangguan tidur, pikiran dan gerakan lamban, cepat lelah dan menurunnya
aktivitas, tidak adanya selera makan yang mengakibatkan berat badan
menurun, daya ingat berkurang, sulit untuk memusatkan perhatian,
kurangnya minat, hilangnya kesenagnan yang biasanya dinikmati,
menyusahkan orang lain, merasa rendah diri, harga diri dan kepercayaan
diri berkurang, merasa bersalah dan tidak berguna, tidak ingin hidup lagi
bahkan mau bunuh diri.
2. Gangguan fisik : sakit kepala, jantung berdebar-debar, nyeri pinggang,
gangguan pencernaan.
Inanition (Kurang Gizi)
Disebabkan oleh perubahan lingkungan yaitu ketidaktahuan lansia dalam
memilih jenis makana yang bergizi, isolasi sosial karena lansia mengalami
penurunan aktivitas karena penurunan fungsi pancaindera. Sedangkan
penyebab lainnya yaitu kondisi kesehatan : sehingga lansia hanya akan
mengalami konsumsi jenis makanan tertentu, adanya penyakit fisik, mental,
gangguan tidur dan obat-obatan.
Impotence (Impotensi)
Merupakan ketidakmampuan untuk mencapai dan atau mempertahankan
ereksi yang cukup untuk melakukan senggama yang memuaskan yang
terjadi paling sedikit tiga bulan. Impotensi ini dapat disebabkan karena
hambatan aliran darah yang menuju alat kelamin sebagai adanya kekakuan
pada dinding pembuluh darah (arteriosklerosis) baik proses menua ataupun
adanya penyakit dan juga berkurangnya sel otot polos yang terdapat pada
alat kelamin. Serta berkurangnya kepekaan dari alat kelamin pria terhadap
rangsangan.
2. Konsep Penyakit
2.1 Definisi/Deskripsi Penyakit
Stroke non hemoragik adalah sindroma klinis yang awalnya timbul mendadak, progresi
cepat berupa defisit neurologis fokal atau global yang berlangsung 24 jam atau lebih atau
langsung menimbul kematian yang disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak non
traumatik (Arif Mansjoer, 2000).
2.2 Etiologi
Pada tingkatan makroskopik, stroke non hemoragik paling sering disebabkan oleh emboli
ektrakranial atau trombosis intrakranial. Selain itu, stroke non hemoragik juga dapat
diakibatkan oleh penurunan aliran serebral.
2.4 Penatalaksanaan
a. Mempertahankan saluran nafas yang paten yaitu lakukan pengisapan lendir yang sering,
oksigenasi, kalau perlu lakukan trakeostomi, membantu pernafasan.
b. Mengendalikan tekanan darah berdasarkan kondisi pasien, termasuk untuk usaha
memperbaiki hipotensi dan hipertensi.
c. Menempatkan pasien dalam posisi yang tepat, harus dilakukan secepat mungkin pasien
harus dirubah posisi tiap 2 jam dan dilakukan latihan latihan gerak pasif.
d. Mengendalikan hipertensi dan menurunkan TIK dengan meninggikan kepala 15-30
menghindari flexi dan rotasi kepala yang berlebihan.
2.6 Patway
Daftar Pustaka
Mansjoer, A dkk. (2007). Kapita Selekta Kedokteran, Jilid Kedua. Jakarta: Media
Aesculapius : FKUI
Muttaqin, Arif. (2008). Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persarafan.
Jakarta : Salemba Medika
NANDA. (2012). Diagnosis Keperawatan NANDA : Definisi dan Klasifikasi.
Price, A. Sylvia. (2006). Patofisiologi Konsep Klinis Proses Proses Penyakit Edisi 4. Penerbit
Buku Kedokteran : EGC.
Santosa, Budi. (2007). Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 200-2006. Jakarta: Prima
Medika