Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

SECTIO CAESARIA

1.1 Konsep Sectio Caesaria


1.1.1 Definisi
Yusmiati (2007) menyatakan bedah sesar adalah sebuah bentuk
melahirkan anak dengan melakukan sebuah irisan pembedahan yang
menembus abdomen seorang ibu dan uterus untuk mengeluarkan satu bayi
atau lebih. Cara ini biasanya dilakukan ketika kelahiran melalui vagina
akan mengarah pada komplikasi-komplikasi, kendati cara ini semakin
umum sebagai pengganti kelahiran normal.

Sectio caesarea adalah suatu tindakan untuk melahirkan bayi dengan berat
di atas 500 gr, melalui sayatan pada dinding uterus yang masih utuh
(intact) (Syaifuddin, 2006).

Sectio caesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan


membuka perut dan dinding uterus atau vagina atau suatu histerektomi
untuk melahirkan janin dari dalam rahim. Jenis-jenis operasi sectio
caesarea, terdiri atas :
1.1.1.1 Abdomen (sectio caesarea abdominalis)
a. SC klasik atau corporal, dilakukan dengan membuat sayatan
memanjang pada korpus uteri kira-kira 10 cm. Kelebihannya
antara lain : mengeluarkan janin dengan cepat, tidak
mengakibatkan komplikasi kandung kemih tertarik, dan
sayatan bisa diperpanjang proksimal dan distal. Sedangkan
kekurangannya adalah infeksi mudah menyebar secara
intraabdominal karena tidak ada peritonealis yang baik,
untuk persalinan yang berikutnya lebih sering terjadi ruptur
uteri spontan.
b. SC ismika atau profundal, dilakukan dengan melakukan
sayatan melintang konkat pada segmen bawah rahim (low
servikal transversal) kira-kira 10 cm. Kelebihan dari sectio
caesarea ismika, antara lain :
1) Penjahitan luka lebih mudah.
2) Penutupan luka dengan reperitonealisasi yang baik.
3) Tumpang tindih dari peritoneal flop baik untuk menahan.
4) Penyebaran isi uterus ke rongga peritoneum.
5) Kemungkinan rupture uteri spontan berkurang atau lebih
kecil.

Sedangkan kekurangannya adalah luka melebar sehingga


menyebabkan uteri pecah dan menyebabkan perdarahan
banyak, keluhan pada kandung kemih post operasi tinggi.
c. SC ekstra peritonealis, yaitu tanpa membuka peritoneum
parietalis dan tidak membuka cavum abdominal.
1.1.1.2 Vagina (sectio caesarea vaginalis).
Menurut sayatan pada rahim, sectio caesarea dapat dilakukan
dengan sayatan memanjang (longitudinal), sayatan melintang
(transversal), atau sayatan huruf T (T insision) (Rachman, M,
2000; Winkjosastro, Hanifa, 2007).
1.1.2 Etiologi
Indikasi dilakukan sectio caesaria pada ibu adalah disproporsi cepalo
pelvik, placenta previa, tumor jalan lahir, hidromnion, kehamilan gemeli,
sedangkan pada janin adalah janin besar, mal presentasi, letak lintang,
hidrocepalus (Oxorn, 1996 : 634).

1.1.3 Tanda dan gejala (manifestasi klinis)


Menurut prawirohardjo (2007) manifestasi klinis pada klien dengan post
section caesarea, antara lain :
1.1.3.1 kehilangan darah selama prodedur pembedahan 600-800 ml.
1.1.3.2 terpasang kateter : urin jernih dan pucat.
1.1.3.3 Abdomen lunak dan tidak ada distensi.
1.1.3.4 Bising usus tidak ada.
1.1.3.5 Ketidakmampuan untuk menghadapi situasi baru.
1.1.3.6 Balutan abdomen tanpak sedikit noda.
1.1.3.7 Aliran lokhia sedang dan bebas bekuan, berlebihan dan banyak.
1.1.4 Patofisiologi
Beberapa ibu hamil mengelami berbagai berbagai indikasi seperti
Cephalopelvic disproportion (CPD), placenta previa, tumor jalan lahir,
hidromnion, kehamilan gemeli, sedangkan pada janin adalah janin besar,
mal presentasi, letak lintang, hidrocepalus. Munculnya indikasi tersebut
yang dapat menyebabkan perlu dilakukan pembedahan yang biasa disebut
dengan setio caesaria. Sectio caesaria adalah pembedahan untuk
melahirkan janin dengan membuka perut dan dinding uterus atau vagina
atau suatu histerektomi untuk melahirkan janin dari dalam rahim. Dari sini
klien mengalami adaptasi fisiologi dan psikologi seprti nyeri, risiko
infeksi, cemas bahkan efek dari anastesi dapat menyebabkan kehilangan
cairan vaskuler berlebihan sehingga dapat terjadi risiko kekurangan
volume cairan.

1.1.5 Patway
1.1.6 Komplikasi
Komplikasi yang terjadi pada post sectio caesarea, antara lain :
1.1.6.1 Infeksi puerperal (nifas). Tahapan ringan suhu meningkat
beberapa hari; tahapan sedang suhu meningkat lebih tinggi
disertai dengan dehidrasi dan perut sedikit kembung; sedangkan
pada tahapan berat terjadi peritonealis, sepsis, dan usus paralitik.
1.1.6.2 Perdarahan karena banyak pembuluh darah yang terputus dan
terbuka serta perdarahan pada plasenta bed.
1.1.6.3 Luka kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih
bila peritonealisasi terlalu tinggi.
1.1.6.4 Kemungkinan ruptur uteri pada kehamilan berikutnya (Bobak,
2002).

1.1.7 Prognosis
Pada operasi SC perlukaan baik pada dinding abdomen (kulit dan otot
perut) dan pada dinding uterus. Factor-faktor yang dapat mempengaruhi
penyembuhan luka diantaranya suplay darah, infeksi dan iritasi. Dengan
adanya suplay darah yang baik akan berpengaruh pada percepatan proses
penyembuhan. Terjadi proses penyembuhan sebagai berikut :
1.1.7.1 sewaktu insisi (kulit diiris), maka beberapa sel epitel, sel dermis
dan kulit akan mati. Ruang insisi akan diisi oleh gumpalan darah
dalam 24 jam pertama akan mengalami reaksi radang mendadak.
1.1.7.2 Dalam 2-3 hari kemudian, eksudat akan mengalami resolusif
proliferasi (pelipatgandaan) fifroblast mulai terjadi.
1.1.7.3 Pada hari ke 3-4 gumpalan darah mengalami organisasi.
1.1.7.4 Pada hari ke 5 tensile strength (kekuatan untuk mencegah
terbuka kembali luka) mulai timbul, yang dapat mencegah terjadi
dehiscence (merekah) luka.
1.1.7.5 Pada hari ke 7-8 epitalisasi terjadi dan luka akan sembuh.
Kecepatan epitalisasi antara 0,5 mm per hari, perjalanan dari tepi
luka ke arah tengah atau terjadi dari sisa-sisa epitel dan dermis.
1.1.7.6 Pada hari ke 14-15 tensile strength hanya 1/5 maksimum.
1.1.7.7 Tensile strength mencapai maksimal dalam 6 minggu, untuk itu
pada seseorang dengan riwayat SC dianjurkan untuk tidak hamil
pada satu tahun pertama setelah operasi.
1.1.8 Penanganan medis
1.1.8.1 Analgesik diberikan setiap 3 – 4 jam atau bila diperlukan seperti
Asam Mefenamat, Ketorolak, Tramadol.
1.1.8.2 Pemberian tranfusi darah bila terjadi perdarahan partum yang
hebat.
1.1.8.3 Pemberian antibiotik seperti Cefotaxim, Ceftriaxon dan lain-lain.
Walaupun pemberian antibiotika sesudah Sectio Caesaria efektif
dapat dipersoalkan, namun pada umumnya pemberiannya
dianjurkan.
1.1.8.4 Pemberian cairan parenteral seperti Ringer Laktat dan NaCl.

1.2 Rencana Asuhan Keperawatan Klien dengan SC


1.2.1 Pengkajian
1.2.1.1 Identitas
Terdiri dari identitas pasien (nama, tanggal lahir/umur pasien,
suku/bangsa, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat, status
perkawinan, diagnosa medis, no RM dan tanggal masuk rumah
sakit). Identitas penanggung jawab/suami (nama, tanggal
lahir/umur pasien, suku/bangsa, agama, pendidikan, pekerjaan,
alamat).
1.2.1.2 Riwayat penyakit sekarang, dahulu dan keluarga
a. Riwayat penyakit sekarang
Keadaan atau apa yang dirasakan pasien saat dilakukan
pengkajian.
b. Riwayat penyakit dahulu
Riwayat penyakit hepatik, alergi terhadap obat, makanan,
plester, dan larutan.
c. Riwayat penyakit keluarga
Adakah keluarga yang menderita hipertermia malignan atau
reaksi anastesi.
1.2.1.3 Pemeriksaan fisik
a. Sirkulasi
Riwayat masalah jantung, edema pulmonal, penyakit
vaskuler perifer atau stasis vaskuler (peningkatan
pembentukan trombus).
b. Integritas ego
Perasaan cemas, takut, marah, apatis, serta adanya faktor
stres multipel. Dengan tanda tidak dapat beristirahat dan
peningkatan tegangan.
c. Makanan/cairan
Malnutrisi, membran mukosa yang kering, pembatasan
puasa praoperasi.
d. Pernafasan
Adanya kondisi kronik/batuk, merokok.
e. Keamanan
Riwayat transfusi darah dan tanda munculnya proses
infeksi.
1.2.1.4 Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan darah lengkap, golongan darah, dan
pencocokan silang, tes Coombs.
b. USG : melokalisasi plasenta, menentukan pertumbuhan,
kedudukan, dan presentasi janin.
c. Urinalisis : menentukan kadar albumin/glukosa.
d. Kultur : mengidentifikasi adanya virus herpes simpleks tipe
II.
e. Pelvimetri : menentukan CPD.
f. Amniosentesis : mengkaji maturitas paru janin.
g. Tes stres kontraksi atau tes nonstres : mengkaji respon janin
terhadap gerakan/stres dari pola kontraksi uterus atau pola
abnormal.
h. Pemantauan elektronik kontinue : memastikan status janin
atau aktivitas uterus (Doengoes, 2001).

1.2.2 Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul


Diagnose 1 : nyeri akut
1.2.2.1 Definisi
Pengalaman sensori dan emosi yang tidak menyenangkan akibat
adanya kerusakan jaringan yang actual dan potensial, atau
digambarkan dengan istilah seperti (Internasional Association for
the Study of Pain); awitan yang tiba-tiba perlahan dengan
intensitas ringan sampai berat dengan akhir yang dapat diantisipasi
atau dapat diramalkan dan durasinya kurang dari enam bulan.
1.2.2.2 Batasan karakteristik
Subjektif :
Mengungkapkan secara verbal atau melaporkan (nyeri) dengan
isyarat
Objektif :
a. Perubahan autonomik (misalnya : perubahan TD, pernapasan
atau nadi).
b. Tampak luka operasi pada abdomen
c. Prilaku ksprisif (misalnya : gelisah, merintih, menangis,
kewaspadaan yang berlebihan, peka terhadap rangsangan, dan
menghela napas panjang).
d. Gangguan tidur.
e. Focus menyempit
f. Pucat
1.2.2.3 Faktor yang berhubungan
Agen-agen penyebab nyeri (misalnya : biologis, kimia, fisik dan
psikologis).

Diagnosa 2 : risiko infeksi


1.3.2.1 Definisi
Berisiko terhadap invasi organism patogen
1.3.2.2 Batasan karakteristik
Adanya insisi pada abdomen
Ada tanda-tanda infesi (dolor, kalor, tumor, rubor dan fungsio
lesea)
1.3.2.3 Faktor risiko
a. Kerusakan jaringan
b. Pertahanan primer tidak adekuat (kulit luka, trauma jaringan,
penurunan fungsi silia, stasis cairan tubuh, perubahan pH, dan
gangguan peristalsis).
1.2.3 Perencanaan
Diagnose 1 : nyeri akut
1.2.3.1 Tujuan dan criteria hasil (NOC)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam 1-3 kali 24 jam
nyeri pasien dapat berkurang dengan criteria hasil sebagai berikut :
a. Keluhan nyeri berkurang
b. Skala berkurang (0-2)
c. Pasien tanpak rileks
1.2.3.2 Intervensi keperawatan dan rasional (NIC)
a. Pengkajian
1) Lakukan pengkajian nyeri yang komperhensip meliputi
lokasi, karakteristik, awitan dan durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas atau keparahan nyeri dan factor presipitasinya.
Rasional : memberikan informasi untuk membantu
memudahkan tindakan keperawatan.
2) Observasi isyarat nonverbal ketidaknyamanan, khususnya
pada pasien yang tidak mampu berkomunikasi efektif.
Rasional : mengetahui tingkat nyeri pasien dari ekspresi
pasien.
b. Penyuluhan pada pasien/keluarga
Ajarkan penggunaan teknik nonfarmakologi (misalnya : teknik
relaksasi dan distraksi, terapi music, kompres hangat atau
dingin, masase dan tindakan pereda nyeri lainnya.
Rasional : membantu mengurangi nyeri dan meningkatkan
kenyamanan klien.
c. Kolaboratif
1) Kelola nyeri pasca bedah awal dengan pemberian opiat
yang terjadwal (misalnya : setiap 4 jam selama 36 jam)
atau PCA. Rasional : mengurangi nyeri.
2) Gunakan tindakan pengendalian nyeri sebelum nyeri
menjadi lebih berat. Rasional : penanganan dini pada nyeri
yang dirasa pasien.
3) Laporkan kepada dokter jika tindakan tidak berhasil atau
jika keluhan saat ini merupakan perubahan yang bermakna
dari pengalaman nyeri pasien di masa lalu.
Rasional : menentukan tindakan penanganan nyeri lebih
lanjut.
d. Mandiri
1) Kendalikan faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi
respon pasien terhadap ketidaknyamanan.
Rasional : lingkungan yang panas, gaduh dan sebagainya
dapat mempengaruhi keadaan pasien yang dapat
berdampak pada rasa nyeri.
2) Pastikan pemberian analgesia terapi atau strategi
nonfarmakologi sebelum melakukan prosedur yang
menimbulkan nyeri.
Rasional : mencegah bertambahnya rasa nyeri yang
dirasakan pasien.

Diagnos 2 : risiko infeksi


1.3.3.1 Tujuan dan criteria hasil (NOC)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1-5 hari infeksi tidak
terjadi dengan kriteria hasil sebagai berikut :
a. Luka kering dan membaik
b. Tanda-tanda infeksi (-)
1.3.3.2 Intervensi keperawatan dan rasional (NIC)
a. Pengkajian
1) Pantau tanda gan gejala infeksi (misalnya : suhu tubuh,
denyut jantung, penanpilan luka, suhu tubuh,lesi kulit,
keletihan dan malaise).
Rasional : suhu yang meningkat, dapat menunjukkan
terjadinya infeksi (color).
2) Kaji faktor yang dapat meningkatkan reaksi terhadap
infeksi (usia dan nutrisi).
Rasional : usia pasien dan kurangnya nutrisi dapat
mempengaruhi terjadinya infeksi.
3) Pantau hasil lab.
Rasional : risiko infeksi pasca melahirkan dan
penyembuhan buruk meningkat bila kadar hemoglobin
rendah dan kehilangan darah berlebihan.
4) Amati penampilan praktik hygiene personal untuk
melindungi terhadap infeksi.
Rasional :mencegah kontaminasi silang/penyebaran
organisme infeksius.

b. Penyuluhan untuk pasien/keluarga


1) Instruksikan untuk menjaga hygiene untuk melindungi
tubuh terhadap infeksi.
Rasional :mencegah kontaminasi silang/penyebaran
organisme infeksius.
2) Ajarkan pasien teknik mencuci tanagan yang benar.
Rasional : mencuci tangan merupakan cara terbaik untuk
mencegah kontaminasi silang/penyebaran organisme
infeksius.
c. Kolaborasi
Berikan terapi antibiotic, jika perlu. Rasional : mencegah
terjadinya proses infeksi.
d. Mandiri
1) Lindungi pasien terhadap kontaminasi silang.
Rasional : mencegah terjadinya proses infeksi.
2) Bersihkan lingkungan dengan benar.
Rasional :mencegah kontaminasi silang/penyebaran
organisme infeksius.
3) Batasi pengunjung, jika perlu.
Rasional : pengunjung yang datang dapat membawa
organisme infeksius karena telah terpapar dengan
lingkungan luar.
Daftar Pustaka

Bobak. (2002). Keperawatan Maternitas. Jakarta : EGC


Dewi, yusmiati. (2007). Operasi Caesar Pengantar dari A samapi Z. Jakarta : Edsa
Mahkota
Nugroho, Taufik. (2011). Asuhan Keperawatan Maternitas, Anak, Bedah, Penyakit
Dalam. Yogyakarta : Nuha Medika
Oxorm, Harry. (1996). Patologi dan Fisiologi Persalinan. Jakarta : Yayasan Essanti
Medeka
Sarwono, Prawirohardjo. (2007). Ilmu Kebidanan. Jakarta : YBPSP
Syaifuddin, abdul B. (2006). Buku Panduan Praktis pelayanan Maternal dan
Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Wiknjosastro, hanifa. (2007). Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Sarwono, Prawirohardjo
Wilkinson, J.M. Ahern, N.R., 2011. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 9.
Jakarta : EGC

Banjarmasin, 03 Februari 2020


Presptor Klinik, Ners Muda

(Hj. Helmina, S.Kep., Ns) (Krisno Bagus Widodo, S.Kep)

Anda mungkin juga menyukai