PENDAHULUAN
dan fosfat tetap stabil, serta memproduksi hormone dan enzim yang membantu
dalam mengendalikan tekanan darah, membuat sel darah merah dan menjaga
global dengan prevalensi dan insiden gagal ginjal yang meningkat, prognosis yang
buruk dan biaya yang tinggi. Prevalensi penyakit ginjal kronik meningkat seiring
Kedua ginjal setiap hari menyaring sekitar 120-150 liter darah dan
menghasilkan sekitar 1-2 liter urin. Tiap ginjal tersusun dari sekitar sejuta unit
penyaring yang disebut nefron. Nefron terdiri dari glomerulus dan tubulus.
keluarnya sel darah dan molekul besar yang sebagian besar berupa protein.
1
2
Prevalensi global telah meningkat setiap tahunnya. Menurut data World Health
kematian dunia. Prevalensi gagal ginjal di dunia menurut ESRD Patients (End-
Stage Renal Disease) pada tahun 2011 sebanyak 2.786.000 orang, tahun 2012
sebanyak 3.018.860 orang dan tahun 2013 sebanyak 3.200.000 orang. Dari data
kronik tiap tahunnya sebesar 6%. Prevalansi penyakit ginjal kronik di Amerika
Serikat setiap tahunnya meningkat, data terakhir yang didapatkan terdapat sekitar
Registry (IRR) melaporkan jumlah penderita CKD di Indonesia pada tahun 2011
tercatat 22.304 dengan 68,8% kasus baru dan pada tahun 2012 meningkat menjadi
28.782 dengan 68,1% kasus baru (IRR, 2016). Menurut data dalam laporan
Indonesian Renal Registry 2016 terdapat peningkatan penderita gagal ginjal yang
melakukan HD, terbukti dalam pengiriman data yang dikirim oleh renal unit, data
tersebut berdasarkan kunjungan harian pasien HD. Tahun 2015 renal unit yang
mengirim data terbanyak pada bulan Januari sebanyak 204 unit berate 44,2 % dari
Prevalensi penyakit ginjal kronis (permil) pada penduduk umur lebih dari 15
tahun di Indonesia yaitu 3,8‰, meningkat dari tahun 2013 yaitu 2,0‰. Saat ini,
Sedangkan untuk penduduk yang pernah/sedang cuci darah umur lebih dari 15
2018)
terbanyak rawat inap tahun 2016, CKD masuk dalam urutan ke-5 dengan jumlah
kasus 601, kemudian mengalami peningkatan pada tahun 2017 menjadi urutan ke-
2 dengan jumlah kasus 1.040. CKD juga termasuk ke dalam 10 daftar penyakit
terbanyak penyebab kematian, dengan jumlah kasus 107 dan termasuk dalam
urutan ke-2 pada tahun 2016. Sedangkan pada tahun 2017 CKD menjadi penyakit
penyebab kematian urutan ke-3 dengan jumlah kasus 133 (Profil RSUD
A.W.Sjahranie, 2017)
nutrisi dan kandungan kalori, perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan
perlemahan aliran darah keseluruh tubuh dengan batasi gerakan pada kepala,
Adapun tujuan pada karya tulis ilmiah ini akan dibedakan menjadi 2 tujuan
ginjal kronik
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1.1 Definisi
yang beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang progresif, dan pada
umumnya berakhir dengan gagal ginjal. Selanjutnya, gagal ginjal adalah suatu
keadaan klinis yang ditandai dengan penurunan fungsi ginjal yang ireversibel,
pada suatu derajat yang memerlukan terapi pengganti ginjal yang tetap, berupa
laboratorik yang terjadi pada semua organ, akibat penurunan fungsi ginjal pada
makanan normal.Gagal ginjal biasanya dibagi menjadi dua kategori yaitu kronik
progresif dan lambat pada setiap nefron (biasanya berlangsung beberapa tahun
kritis, berkembang cepat dalam hitungan beberapa hari hingga minggu, dan
(Suwitra, 2015)
Penyakit ginjal kronik (Chronic Renal Failure, CRF) terjadi apabila kedua
ginjal sudah tidak mampu mempertahankan lingkungan dalam yang cocok untuk
nefritis, obstruksi saluran kemih, kerusakan vascular akibat diabetes mellitus, dan
jaringan parut pembuluh darah dan hilangnya fungsi ginjal secara progresif.
(Baradero, 2010)
tubula masih berfungsi, sedangkan nefron yang lain sudah rusak dan tidak
berfungsi lagi. Nefron yang masih utuh dan berfungsi mengalami hipertrofi dan
rusak.Solut dalam cairan menjadi lebih banyak dari yang dapat direabsorpsi dan
rusak bertambah dan terjadi oliguria akibat sisa metabolisme tidak diekskresikan.
(Baradero, 2010)
2.1.2 Etiologi
gout akan menyebabkan nefropati gout. Penyebab terbanyak CKD pada dewasa
seperti ginjal polikistik dan sindroma alport, uropati obstruksi, dan nefritis
Tanda dan Gejala dari penyakit ginjal kronik menurut Smeltzer & Bare
8
pruritus, ekimosis, kuku tipis dan rapuh, rambut tipis dan kasar
kussmaul
saluran GI
drop
Tanda dan gejala dari penyakit ginjal kronik menurut Mary Baradero
(2010) yaitu:
ekimosis, perdarahan
atau fetor, sputum yang lengket, batuk disertai nyeri, suhu tubuh
menurun, proteinuria, fragmen dan sel dalam urine, natrium dalam urine
berkurang
2. 1.4 Patofisiologi
2.1.5 Komplikasi
b. Pada gagal ginjal stadium 5 (penyakit stadium akhir), terjadi azotemia dan uremia
kecepatan pernafasan
kardiorenal, suatu trias anemia yang lama, penyakit kardiovaskular, dan penyakit
biasanya< 400 ml/jam atau oliguria atau urin tidak ada/anuria, perubahan warna
ginjal
2 Penurunan ringan fungsi ginjal, dan 60-89
2.1.8 Penatalaksanaan
ginjal, factor resiko untuk penurunan fungsi ginjal, dan factor risiko untuk
ginjal
perburukan.
penyakit gagal ginjal kronis. RAMP adalah batasan waktu setelah suatu
awitan penyakit ginjal kronis saat diagnosis dini dan pengobatan anemia
13
secara bermakna.
2.1.8.4 Pada penyakit stadium akhir, terapi berupa dialysis atau transplantasi
ginjal
dengan lama waktu 4-5 jam, yang bertujuan untuk mengeluarkan sisa-sisa
mendapatkan hasil yang adekuat sebagai manfaat dari proses hemodialisis yang
dijalani oleh pasien gagal ginjal. Hasil Konsensus Dialisis Pernefri (2016)
baru terlihat bila pasien menjalani HD frequent yaitu 6 kali per minggu.
Banyaknya faktor-faktor lain yang dapat muncul dalam kurun waktu 3 bulan
fisiologis tubuh setelah dilakukannya hemodialisis dan jumlah sampel yang tidak
menjadi salah satu penyebab efek dari frekuensi HD terhadap jumlah trombosit
2.2.1 Pengkajian
dengan aspek biologis, psikologis, social, maupun spiritual klien. (Asmadi, 2010)
2.2.1.1 Aktivitas/istirahat
gerak.
2.2.1.2 Sirkulasi
umum, dan pitting pada kaki, telapak tangan, disritmia jantung.Nadi lemah,
akhir. Friction rub pericardial (respon terhadap akumulasi sisa). Pucat, kulit coklat
berdaya, tak ada harapan, tidak ada kekuatan, menolak, ansietas, takut, marah,
2.2.1.4 Eliminasi
2.2.1.5 Makanan/cairan
(malnutrisi).Anoreksia, nyeri ulu hati, mual / muntah, rasa metalik tak sedap pada
2.2.1.6 Neurosensori
2.2.1.7 Nyeri/kenyamanan
Nyeri panggul, sakit kepala, kram otot/nyeri kaki (memburuk saat malam
2.2.1.8 Pernafasan
2.2.1.9 Keamanan
normotermia dapat secara actual terjadi peningkatan pada pasien yang mengalami
suhu lebih rendah dari normal (efek CKD/depresi respon imun).Patekie, area
2.2.1.10 Seksualitas
2.2.1.12 Penyuluhan/Pembelajaran
berulang
kapiler
konsentrasi hb
oksigen
2.2.2.7 Gangguan integritas kulit b.d kelebihan volume cairan, sindrom uremia.
2.2.3 Intervensi
keluarga, dan orang terdekat untuk merumuskan rencana tindakan yang bertujuan
reguler/iregu oksigen
le r, Terapeutik
pucat, perlu
mobilitas pasien
Edukasi
keluarga cara
menggunakan oksigen di
rumah
Kolaborasi
- Kolaborasi penggunaan
dan/atau tidur
2 D.0009 Perfusi L.02011 Perfusi I.02079 Perawatan Sirkulasi
kolestrol tinggi)
(SLKI)
Gejala dan - Sensasi - Monitor panans, kemerahan, nyeri
as membaik omega 3)
1. Edema
an luka Observasi
3. Indeks sensasi
90 pakaian
femoral tumpul
dingin
- Periksa kemampuan
benda
perlu
Teraupetik
Edukasi
- Anjurkan penggunaan
air
Kolaborasi
perlu
- Kolaborasi pemberian
membaik Edukasi
3. Jugular 30-40°
Venous Edukasi
cairan
Kolaborasi
(SDKI) Kriteria
27
Hasil (SLKI)
meningkat - Kolaborasi penggantian kehilangan
2. Terdenga urine
napas total
4. Kadar BUN)
- Identifikasi tanda-tanda
intestinal)
Terapeutik
Edukasi
pemantauan
perlu
30
Hasil (SLKI)
D.0056 Intoleransi L.05047 I.05178 Manajemen Energi
an distraksi yang
Subjektif: at
31
menurun tertentu
menurun diinginkan
32
beraktivit aktivitas
as - Identifikasi makna
- Sianosis Terapeutik
dipilih
sesuai
keluarga dalam
menyesuaikan
lingkungan untuk
Hasil
(SLKI)
mengakomodasi aktivitas yang dipilih
atau gerak
pasien demensia
aktif
perlu
35
mencapai tujuan
sehari- hari
Edukasi
hari,
jika perlu
yang dipilih
dalam aktivitas
Kolaborasi
membaik nyeri
- Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
Observasi
- Identifikasi karakteristik
frekuensi, durasi)
nyeri
Terapeutik
- Perimbangkan penggunaan
- Tetapkan target
efektifitas untuk
mengoptimalkan
respons pasien
- Dokumentasikan respons
Edukasi
samping obat
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
sesuai indikasi
7 D.0129 L.14125 Integritas I.11353 Perawatan Integritas Kulit
menggunakan sabun
secukupnya
(SDKI) Kriteria
Hasil (SLKI)
42
Observasi
Terapeutik
perlakah
sesuai kebutuhan
pasien
protein 1,25-
43
1,5g/kgBB/hari
(stimulasi sarap
Edukasi
secara mandiri
Kolaborasi
perlu
2.2.4 Implementasi
ditujukan untuk melihat dan menilai kemampuan klien dalam mencapai tujuan,
dua jenis yaitu evaluasi formatif dan evaluasi sumatif. Evaluasi formatif berfokus
adalah evaluasi yang dilakukan setelah semua aktivitas proses keperawatan selesai
BAB IV
1. Nama : Tn. S
2. Usia : 55 tahun
4. Alamat : Mranggen
5. Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
7. Agama/Keyakinan : Islam
1. Nama : Ny. N
2. Usia : 52 tahun
C. KELUHAN UTAMA
D. RIWAYAT KESEHATAN
Saat ini saat hemodialisa Tn. S mengeluh badannya lemas, kakinya bengkak, pitting
edema +1, punggung gatal-gatal, GDS puasa = 160 mg/dl. BB naik 4 kg dari BB terakhir
2x1 sebelum makan, gliquidone 30 mg 2x1 dan obat isosorbide dinitrate 5mg 3x1 setelah
makan. Tn. S mengatakan BB terakhir setelah hemodialisa minggu lalu 66.5 Kg, sekarang
naik 4 Kg menjadi 70.5 Kg. Tn. S mengatakan tubuhnya merasa nyaman jika BB 65 Kg.
Tn. S saat hemodialisa menggunakan akses double lumen yang terpasang pada sublavia
dextra.
Pada bulan Oktober 2019 Tn. S mendadak sesak nafas dan tidak sadarkan diri, keluarga
memutuskan untuk membawa Tn. S ke RS dengan diagnosa efusi pleura dan DM. Saat
creatinin 12.2 mg/dl sehingga dokter menyarankan Tn. S untuk Hemodialisa. Istri Tn. S
mengatakan Saat itu Tn. S juga dilakukan pengambilan cairan di paru, cairan yang keluar
±100 cc. Tn. Ssudah mengalami penyakit gula ±10 tahun. Pada bulan September 2019 Tn.
S jatuh sehingga tangan kanan mengalami fraktur hingga saat ini tangan kanannya tidak
dapat digerakkan. Tn. S memiliki riwayat penyakit CHF dansudah dilakukan pemasangan
E. KEADAAN UMUM
47
2. Kuantitatif :
Respon Motorik : 6
Respon Bicara :5
Respon membuka: 4
3. Tanda-tanda Vital
Nadi : 84 kali/menit
Pernafasan : 22 kali/menit
Suhu : 36oC
4. Antropometri
BB : 70.5 kg
F. GENOGRAM
Katerangan:
48
= laki-laki
= Perempuan
= Pasien
Tn. S tinggal bersama istri dan anak bungsunya. Tn. S mengatakan dikeluarganya tidak ada yang
G. PEMERIKSAAN FISIK
1. Kepala
Bentuk kepala mesochepal, rambut tipis sebagian berwarna putih, tidak rontok, rambut
2. Mata
Konjungtiva anemis, Hb: 9.0 gr/dl, sklera tidak ikterik, pupil isokor, tidak ada edema
palpebra, pandangan mata kabur karena Tn. S memiliki penyakit katarak di kedua mata
3. Hidung
Simetris, bersih, tidak ada tanda-tanda sinusitis, tidak menggunakan pernafasan cuping
hidung.
4. Mulut
5. Leher
6. Paru
Inspeksi: pengembangan dada simetris antara kanan dan kiri, terdapat jejas pada dada
kanan post double lumen. Terpasang double lumen pada area Central Venous
Palpasi: focal fremitus seimbang antara kanan dan kiri, terpasang double lumen pada dada
kanan
Perkusi: Sonor
7. Jantung
Perkusi: pekak
8. Abdomen
9. Ekstremitas
Atas: tangan kiri mampu digerakkan secara normal, tetapi tangan kanan tidak dapat
digerakkan secara normal karena pasien memiliki riwayat fraktur, CRT <2detik, tidak ada
edema.
Bawah: kaki lemas susah digerakkan, terdapat edema pada kedua kaki, pitting edema +1,
5555 5555
11. Integumen
Kulit kering, warna kulit hitam, turgor kulit tidak elastis, tampak lesi pada punggung.
mengalami penyakit DM. Tn. S selalu menjaga pola makan dan aktivitas
untuk menjaga kesehatannya, jika merasa kondisinya kurang baik Tn. Sselalu
yang ada di ruangan dan Tn. S akan mengikuti semua anjuran yang diberikan.
Tn. S mengerti bahwa jika tidak melakukan hemodialisa secara rutin maka
tuntas tiap kali hemodialisa dan datang rutin setiap hari selasa dan jumat.
Di rumah : Tn. Smakan 3xsehari dengan porsi nasi sedikit, sayur, dan lauk, kadang
mengkonsumsi buah, setiap pagi minum susu khusus untuk ginjal ±100cc,
dan sebelum tidur minum susu entrosol ±200 cc, dan minum air putih ±600
sarapan pagi. Tn. S makan makanan ringan seperti arem-arem saat proses
A: Antropometri= berat badan saat ini 70.5 Kg, Berat badan pasca
hemosialisa yang lalu 66.5 Kg, perubahan berat badan: naik 4 kg, tinggi
C: Clinical= kulit kering, mata anemis, terdapat edema pada kaki derajat I
3. Pola Eliminasi
Di rumah : Tn. S jarang BAB dan BAK. BAK±5-6 kali sehari warna kuning jernih,
jumlah urine ±50 cc setiap kali BAK, BAB 1 kai/hari dengan konsisensu
BAB lembek, berwarna kuning, tidak ada perdarahan dan tidak ada nyeri saat
Input Output
BAK : 50 cc
Minum : 60 cc
IWL : 176.25 cc
Makan : 100 cc
semua aktivitas dibantu orang lain, Tn. S terkadang sesak nafas dan jantung
dilakukan secara mandiri tetapi untuk mobilisasi Tn. S dibantu oleh keluarga
Di RS : Saat hemodialisaTn. S bedrest dan sering tidur, semua aktivitas dibantu oleh
keluarga dan perawat. Tn. S tidak sesak nafas, RR: 22 kali/menit, Tn.S
52
mengeluh kakinya lemas dan bengkak, pitting edema +1, kedalaman 2-3 mm.
Pasien dapat BAK, makan, minum secara mandiri, tetapi saat mobilisasi Tn. S
5555 5555
Di rumah : Tn. S mengetahui jika pasien mengalami gagal ginjal dan diharuskan untuk
melihat secara jelas <1 meter, Tn. S tidak mengalami gangguan penciuman,
mengatakan terkadang merasakan gatal dan nyeri pada sekitar double lumen.
Di RS : Saat hemodialisa Tn. S nyaman, Tn. S mengerti tentang kondisi tubuhnya, Tn.
matanyadan riwayat DM, Tn. S mampu melihat secara jelas ±1 meter, Tn.S
Di rumah : Tn. S tidur malam ±7 jam dan sering tidur siang ±1jam. Tn. S mengatakan
Di RS : Tn. S mengatakan biasanya tidur selama proses hemodialisa ±1-2 jam, hanya
Di rumah :Tn. S adalah seorang kepala rumah tangga dan bapak dari 4 orang anak. Pasien
mengatakan sudah pasrah dan merasa tidak berdaya dengan keadaannya. Tn.
53
S hemodialisa 2xseminggu.
Di RS :
a. Body Image
Tn. S mengatakan merasa sedih karena tidak bisa bekerja seperti dulu
b. Ideal Diri
c. Harga Diri
Tn. S mengatakan terkadang merasa kurang percaya diri dengan kondisi yang
dialaminya. TN. S sempat berfikir bahwa karena penyakitnya dia merasa tidak
berdaya.
d. Peran
Tn. S mengatakan sebelum sakit menjadi kepala keluarga, namun semenjak sakit
perannya sebagai kepala keluarga digantikan oleh istrinya. Semua biaya keperluan
sehari-hari dibantu oleh anak-anaknya. Tn. S mengatakan sedih karena tidak bisa
e. Identitas Diri
Di rumah : Interaksi dengan orang lain baik karena Tn. S adalah orang yang ramah.
sebagai kepala keluarga untuk mencari nafkah untuk anak dan istrinya karena
kondisi kesehatannya.
Di rumah : Tn. S mengatakan ayah dari 4 orang anak. Tn. S selama ini belum pernah
Di rumah : jika ada masalah Tn. S membicarakannya dengan istri dan anak-anaknya. Saat
di rumah Tn. S dekat dengan istri dan anak bungsunya karena tinggal
Di rumah : Tn. S beragama Islam, rajin sholat 5 waktu walaupun diatas tempat tidur. Tn.
penyakitnya.
I. DATA PENUNJANG
1. Pemeriksaan Laboratorium
2. Ro. Thorax
Pemeriksaan Ro. Thorax tanggal 17 Oktober 2019 nampak cardiomegali dan susp. Efusi pleura
kanan
3. Terapi
darah.
Gliquidone 30 mg 2x30mg Untuk
Oral pengobatan diabetes mellitus yang tidak
tinggi
Golongan obat diuretik yang digunakan sebagai
J. MONITORING HEMODIALISA
2 G R V P V
07.3 140/8 36oC/ 22 kali 300 750 150 500 14 10 HD
g menit 100%
08.3 140/8 36oC/ 22 kali 300 750 150 500 750 84 30
g menit 100%
09.3 140/8 36oC/ 22 kali 300 750 150 500 150 84 30
g menit 100%
10.3 140/8 36oC/ 22 kali 300 750 150 500 225 84 30
g menit 100%
11.3 120/8 36oC/ 22 kali 300 750 150 500 300 84 30 HD
g menit 100%
57
2 G R V P V
07.5 140/8 36oC/ 22 kali 300 750 150 500 17 10 HD
g menit 100%
08.5 140/8 36oC/ 22 kali 300 750 150 500 850 17 30
g menit 100%
09.5 140/8 36oC/ 22 kali 300 750 150 500 170 17 30
g menit 100%
10.5 140/8 36oC/ 22 kali 300 750 150 500 233 17 30
g menit 100%
11.5 130/9 36oC/ 22 kali 300 750 150 500 300 17 30 HD
g menit 100%
O2 P V
07.3 140/8 36oC/ 22 kali 3000 750 150 500 5 62 HD
g menit 100% t t
08.3 140/8 36oC/ 22 kali 3000 750 150 500 750 5 61
g menit 100% t t
09.3 140/8 36oC/ 22 kali 3000 750 150 500 1500 5 61
g menit 100% t t
g menit 100% t t
11.3 120/8 36oC/ 22 kali 3000 750 150 500 3000 5 61 HD
g menit 100% t t
2 G R V P V
07.3 160/9 36oC/ 22 kali 300 750 120 500 27 -1 HD
g menit 100%
08.3 160/9 36oC/ 22 kali 300 750 150 500 750 29 20
g menit 100%
09.3 160/9 36oC/ 22 kali 300 750 150 500 150 32 29
g menit 100%
10.3 160/9 36oC/ 22 kali 300 750 120 500 225 5 -1
g menit 100%
11.3 150/8 36oC/ 22 kali 300 750 100 500 300 5 -1 HD
g menit 100%
2 G R V P V
o
07.5 120/8 36 C/ 22 kali 300 750 120 500 0 5 HD
g menit 100%
08.5 120/8 36oC/ 22 kali 300 750 150 500 750 0 5
g menit 100%
09.5 120/8 36oC/ 22 kali 300 750 150 500 150 0 5
g menit 100%
10.5 120/8 36oC/ 22 kali 300 750 120 500 225 0 5
g menit 100%
11.5 130/8 36oC/ 22 kali 300 750 100 500 300 0 5 HD
g menit 100%
2 G R V P V
o
08.0 120/8 36 C/ 22 kali 300 750 120 500 -50 25 HD
g menit 100%
09.0 120/8 36oC/ 22 kali 300 750 150 500 750 - 25
g menit 100%
10.0 120/8 36oC/ 22 kali 300 750 150 500 150 - 24
g menit 100%
11.0 120/8 36oC/ 22 kali 300 750 120 500 225 - 26
g menit 100%
12.0 120/5 36oC/ 22 kali 300 750 100 500 300 - 20 HD
g menit 100%
DO :
hemodialisa.
+185.75
DS : D.0009 Perfusi perifer tidak efektif
gatal gatal
DO :
3. Kulit kering,
riwayat DM
DO :
fraktur,
digerakkan, .
5555 5555
kulit terbakar
pengontrol tekanan
darah, antikoagulan,dan
perlu
secara teratur
Anjurkan menggunakan
68
untuk memperbaiki
ikam omega 3)
Perifer
Observasi
Identifikasi penyebab
perubahan sensasi
Identifikasi
penggunaan
alat
pengikat,
pakaian
Periksa perbedaan
Periksa perbedaan
69
Periksa kemampuan
mengidentifikasi lokasi
Monitor terjadinya
Monitor adanya
tromboflebitis
tromboemboli vena
Teraupetik
Hindari pemakaian
benda-benda yang
berlebihan suhunya
dingin)
Edukasi
Anjurkan penggunaan
thermometer untuk
Anjurkan penggunaan
saat memasak
70
EKG lemah
72
Aritmia diinginkan
Tekanan aktivitas
darah Terapeutik
Koordinasikan pemilihan
dipilih
sesuai
keluarga dalam
menyesuaikan lingkungan
untuk
Ginjal Kronik
perifer N: 90x/menit
RR: 28x/menit
T: 38o C
gatal
hipervolemi
sekarang)
8. Menganjurkan pasien untuk Terdapat kelemahan ekstremitas
mobilisasi dini
9. Melakukan rawat luka lesi di Terdapat lesi pada punggung
punggung
4.1.4 Evaluasi
Tn. S mengeluh kakinya masih bengkak, mekanisme regulasi, kelebihan asupan cairan,
A:
P:
Lanjutkan intervensi
S: D.0009 Perfusi perifer tidak efektif
O:
A:
P:
Lanjutkan intervensi
S: D.0056 Intoleransi aktivitas berhubungan
O:
5555 5555
A:
P:
Lanjutkan intervensi
4.2 Pembahasan
4.2.1 Pengkajian
setelah hemodialisa minggu lalu 66.5 Kg, sekarang naik 4 Kg menjadi 70.5 Kg.
dextra.
mengalami tanda dan gejala seperti sesak napas, terdapat pernapasan cuping
terdapat penggunaan otot bantu pernapasan, sputum yang lengket, dan edema.
77
penyakit ginjal dengan gejala sesak, pernapasan cuping hidung, penggunaan otot
ekspansi paru, atau adanya penumpukan cairan sesuai dengan fakta dan teori yang
ada. Berdasarkan data yang ditemukan terdapat kesamaan dan kesenjangan tanda
dan gejala pada pasien yang ditemukan di kenyataannya dengan tanda dan gejala
yang ada pada teori yang dikemukaan pada pasien dengan penyakit ginjal.
ini ditunjang dengan nilai hemoglobin 9,0 g/dL, pengisian kapiler (CRT)> 2 detik,
akral teraba dingin, dan warna kulit pucat yang merupakan tanda dari penyakit
anemia.
dengan frekuensi napas 29x/menit, dan mengalami edem ekstermitas +1di kaki,
dan mengalami edem paru, terdengar suara napas tambahan ronkhi. Sedangkan
pada pasien 2 juga mengalami sesak napas dengan frekuensi napas 28x/menit
elektrolit.
Menurut penulis, terdapat kesamaan teori dan evidence pada pasien CKD
oleh karena itu balance cairan pasien bernilai (-) dan outputnya pun bertambah
pasien terbatas, hanya berbaring, kram otot, kekuatan otot menurun, sendi kaki
Menurut Smeltzer& Bare (2015) yaitu tanda dan gejala pasien dengan
tungkai, rasa panas pada kaki, kram otot, kekuatan otot menurun/hilang, fraktur
Menurut penulis tanda dan gejala tersebut muncul pada pasien dengan
penyakit ginjal karena kurangnya pergerakan karena takut akan terjadi sesak
napas, mengalami kelemahan sehingga muncul tanda dan gejala yang sesuai
4.2.2 Diagnosa
kronik yaitu
pasien 1 dan 2 dikarenakan pada pasien 1 timbul gejala seperti pasien sering
merasa kesemutan, hasil pemeriksaan Hb: 9 gr/dL, hasil pemeriksaan Ht: 28,2 %,
hasil pemeriksaan Eritrosit: 3,25 10˄6/µL, akral dingin, CRT > 2 detik, akral
79
dingin, dan turgor kulit menurun. Sedangkan pasien 2 timbul gejala seperti hasil
pemeriksaan Hb 8,1 gr/dl, pemeriksaan Ht 25,5%, akral dingin, kulit pucat, CRT>
2 detik, dan turgor kulit menurun. Hal ini disebabkan karena sekresi eritropoetin
pada ginjal menurun sehingga produksi hb turun dan oksihemoglobin turun dan
karena oksigen yang terikat pada hb dan seharusnya dialirkan keseluruh tubuh
sekresi eritropoetin menurun dan produksi hb juga ikut turun sehingga timbullah
edema +1, edema paru, dan urin keluar sedikit jika tidak menggunakan bantuan
obat diuretic. Hal ini terjadi karena pada pasien dengan penyakit ginjal kronik
cairan dalam bentuk urin dengan semestinya sehingga cairan tersebut mengendap
di interstisial.
kurang mobilisasi dan pengaruh ketidakbugaraan fisik sehingga tanda dan gejala
tersebut terjadi. Aktivitas sehari-hari kedua pasien dibantu oleh keluaraga mulai
dari makan, buang air, dan sebagainya. Menurut Smeltzer& Bare (2015) tanda dan
gejala seperti kelemahan dan keletihan, kram otot dan kekuatan otot menurun bisa
80
terjadi pada pasien dengan penyakit ginjal. Sedangkan menurut penulis karena
mobilitas.
4.2.3 Intervensi
jam dengan harapan bengkak berkurang dengan kriteria hasil: haluaran urin sesuai
darah membaik, turgor kulit membaik, napasnya membaik yaitu: periksa tanda
output, monitor tanda-tanda vital, batasi asupan cairan dan garam, ajarkan cara
diuretic.
jam dengan harapan intoleransi aktivitas baik dengan kriteria hasil: pergerakan
identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya, monitor kondisi umum
perfusi jaringan perifer adekuat dengan kriteria hasil: warna kulit pucat menurun,
membaik, turgor kulit membaik yaiu: periksa sirkulasi perifer, identifikasi rencana
transfuse darah, monitor panas kemerahan, nyer atau bengkak pada ekstermitas,
monitor hasil lab, monitor terjadinya parestesia, jika perlu, lakukan pencegahan
infeksi, anjurkan minum obat pengontrol tekanan darah secara rutin, informasikan
tanda dan gejala darurat yang harus dilaporkan, kolaborasi pemberian transfuse
darah.
4.2.4 Evaluasi
Hasil evaluasi pada pasien setelah masa perawatan 4 hari yaitu kedua
pasien mampu duduk di samping tempat tidur dan mampu berjalan disekitar
tempat tidur, kedua pasien merasa lebih sehat dan kedua pasien mengalami
Hasil evaluasi pada pasien setelah perawatan 4 hari yaitu akral hangat,
CRT < 2 detik, turgor kulit baik, dapat berkomunikasi sesuai dengan orientasi dan
hasil pemeriksaan Hb 7 gr/dl dan Ht 22,1% dan masalah teratasi sebagian karena
BAB V
5.1 Kesimpulan
berikut:
5.1.1 Pengkajian
perfusi.
terdapat 3 diagnose keperawatan pada pasien ginjal yaitu perfusi perifer tidak
5.1.3 IntervensiKeperawatan
keperawatan yang ditegakkan berdasarkan criteria tanda dan gejala mayor, minor
intervensi yang telah direncanakan berdasarkan teori yang ada dan sesuai dengan
5.1.5 Evaluasi
yang di berikan. Pada evaluasi yang penulis lakukan pada pasien dengan masa
83
5.2 Saran
Sebaiknya ditingkatkan rasa empati, dan care nya pada pasien agar pasien
3. Jakarta: EGC
Medika
Yogyakarta: Deepublish
Desember 2018
m. Rajiv, Saran. (2016). The State of Kidney Disease in the US: New
2018
November 2018