Anda di halaman 1dari 85

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ginjal merupakan organ penting yang berfungsi menjaga komposisi darah

dengan mencegah menumpuknya limbah serta mengendalikan keseimbangan

cairan dalam tubuh, menjaga keseimbangan elektrolit seperti sodium, potassium,

dan fosfat tetap stabil, serta memproduksi hormone dan enzim yang membantu

dalam mengendalikan tekanan darah, membuat sel darah merah dan menjaga

tulang tetap kuat.(Suwitra, 2015)

Chronic kidney disease (CKD) merupakan masalah kesehatan masyarakat

global dengan prevalensi dan insiden gagal ginjal yang meningkat, prognosis yang

buruk dan biaya yang tinggi. Prevalensi penyakit ginjal kronik meningkat seiring

meningkatnya jumlah penduduk usia lanjut dan kejadian penyakit diabetes

mellitus serta hipertensi.(Suwitra, 2015)

Kedua ginjal setiap hari menyaring sekitar 120-150 liter darah dan

menghasilkan sekitar 1-2 liter urin. Tiap ginjal tersusun dari sekitar sejuta unit

penyaring yang disebut nefron. Nefron terdiri dari glomerulus dan tubulus.

Glomerulus menyaring cairan dan limbah untuk dikeluarkan serta mencegah

keluarnya sel darah dan molekul besar yang sebagian besar berupa protein.

Selanjutnya melewati tubulus yang mengambil kembali mineral yang dibutuhkan

tubuh dan membuang limbahnya. (Suwitra, 2015)

1
2

Penyakit ginjal kronik merupakan masalah kesehatan dunia dengan

peningkatan insidensi, prevalensi serta tingkat morbiditas dan mortalitas.

Prevalensi global telah meningkat setiap tahunnya. Menurut data World Health

Organization (WHO), penyakit ginjal kronik telah menyebabkan kematian pada

850.000 orang setiap tahunnya. Angka tersebut menunjukkan bahwa penyakit

ginjal kronik menduduki peringkat ke-12 tertinggi sebagai penyebab angka

kematian dunia. Prevalensi gagal ginjal di dunia menurut ESRD Patients (End-

Stage Renal Disease) pada tahun 2011 sebanyak 2.786.000 orang, tahun 2012

sebanyak 3.018.860 orang dan tahun 2013 sebanyak 3.200.000 orang. Dari data

tersebut disimpulkan adanya peningkatan angka kesakitan pasien penyakit ginjal

kronik tiap tahunnya sebesar 6%. Prevalansi penyakit ginjal kronik di Amerika

Serikat setiap tahunnya meningkat, data terakhir yang didapatkan terdapat sekitar

350.000.000 insiden ESRD (Rajiv, 2016)

Prevalensi CKD di Indonesia dari tahun ke tahun terus mengalami kenaikan.

Perkumpulan Nefrologi Indonesia (PERNEFRI) dalam Program Indonesian Renal

Registry (IRR) melaporkan jumlah penderita CKD di Indonesia pada tahun 2011

tercatat 22.304 dengan 68,8% kasus baru dan pada tahun 2012 meningkat menjadi

28.782 dengan 68,1% kasus baru (IRR, 2016). Menurut data dalam laporan

Indonesian Renal Registry 2016 terdapat peningkatan penderita gagal ginjal yang

melakukan HD, terbukti dalam pengiriman data yang dikirim oleh renal unit, data

tersebut berdasarkan kunjungan harian pasien HD. Tahun 2015 renal unit yang

mengirim data terbanyak pada bulan Januari sebanyak 204 unit berate 44,2 % dari

total 460 renal unit yang terdaftar.


3

Perawatan penyakit ginjal di Indonesia merupakan ranking kedua pembiayaan

terbesar dari BPJS kesehatan setelah penyakit jantung (Infodatin, 2017).

Prevalensi penyakit ginjal kronis (permil) pada penduduk umur lebih dari 15

tahun di Indonesia yaitu 3,8‰, meningkat dari tahun 2013 yaitu 2,0‰. Saat ini,

penduduk Indonesia diperkirakan berjumlah 265 juta jiwa, sehingga total

penduduk yang menderita penyakit ginjal kronis adalah 1.007.000 jiwa.

Sedangkan untuk penduduk yang pernah/sedang cuci darah umur lebih dari 15

tahun adalah 19,3%, sehingga totalnya kemungkinan 51.145 jiwa (Riskesdas,

2018)

Berdasarkan data dari RSUD AWS Samarinda mengenai 10 penyakit

terbanyak rawat inap tahun 2016, CKD masuk dalam urutan ke-5 dengan jumlah

kasus 601, kemudian mengalami peningkatan pada tahun 2017 menjadi urutan ke-

2 dengan jumlah kasus 1.040. CKD juga termasuk ke dalam 10 daftar penyakit

terbanyak penyebab kematian, dengan jumlah kasus 107 dan termasuk dalam

urutan ke-2 pada tahun 2016. Sedangkan pada tahun 2017 CKD menjadi penyakit

penyebab kematian urutan ke-3 dengan jumlah kasus 133 (Profil RSUD

A.W.Sjahranie, 2017)

Masalah keperawatan yang biasanya muncul pada pasien dengan penyakit

ginjal adalah gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kongesti paru,

penurunan curah jantung, penurunan perifer yang mengakibatkan asidosis laktat,

nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis, hipervolemi berhubungan

dengan penurunan haluaran urine, deficit nutrisi berhubungan dengan anoreksia,

perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan perlemahan aliran darah

keseluruh tubuh, intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan, anemia, dan

gangguan integritas kulit berhubungan dengan pruritus (NANDA, 2015)


4

Upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah keperawatan gangguan

pertukaran gas berhubungan dengan kongesti paru dengan memposisikan pasien

untuk memaksimalkan ventilasi, nyeri akut berhubungan dengan agen cidera

biologis dengan mengajarkan teknik relaksasi napas dalam, hipervolemi

berhubungan dengan penurunan haluaran urine dengan kolaborasi pemberian

diuretic, deficit nutrisi berhubungan dengan anoreksia dengan monitor jumlah

nutrisi dan kandungan kalori, perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan

perlemahan aliran darah keseluruh tubuh dengan batasi gerakan pada kepala,

leher, punggung, intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan, anemia

dengan membantu klien dalam aktivitas, dan gangguan integritas kulit

berhubungan dengan pruritus dengan mengoleskan lotion pada daerah yang

tertekan (NANDA, 2015)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka ditetapkan rumusan

masalah Bagaimana Asuhan Keperawatan pada Pasien CKD?

1.3 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan pada karya tulis ilmiah ini akan dibedakan menjadi 2 tujuan

yaitu sebagai berikut:

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mendeskripsikan asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit

ginjal kronik

1.3.2 Tujuan Khusus

Untuk mendeskripsikan dan memberikan pengalaman langsung dalam hal:

1.3.2.1 Pengkajian pasien dengan penyakit ginjal kronik

1.3.2.2 Penegakan diagnosa pasien penyakit ginjal kronik


5

1.3.2.3 Penyusunan intervensi keperawatan pasien penyakit ginjal kronik

1.3.2.4 Pelaksanaan tindakan keperawatan pada pasien penyakit ginjal kronik

1.3.2.5 Evaluasi asuhan keperawatan pasien penyakit ginjal kronik

1.4 Manfaat Penulisan

1.4.1 Bagi Penulis

Sebagai bahan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan

pengalaman penulis dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan

penyakit ginjal kronik khususnya di bidang keperawatan medical bedah

1.4.2 Bagi Tempat Peneliti

Sebagai bahan masukan dan evaluasi yang diperlukan dalam

meningkatkan pelaksanaan praktek pelayanan keperawatan pada pasien dengan

penyakit ginjal kronik khusunya dibidang keperawatan medical bedah


6

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Laporan Pendahuluan

2.1.1 Definisi

Penyakit ginjal kronik adalah suatu proses patofisiologis dengan etiologi

yang beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang progresif, dan pada

umumnya berakhir dengan gagal ginjal. Selanjutnya, gagal ginjal adalah suatu

keadaan klinis yang ditandai dengan penurunan fungsi ginjal yang ireversibel,

pada suatu derajat yang memerlukan terapi pengganti ginjal yang tetap, berupa

dialisis atau transplantasi ginjal.Uremia adalah suatu sindrom klinik dan

laboratorik yang terjadi pada semua organ, akibat penurunan fungsi ginjal pada

penyakit ginjal kronik (Suwitra, 2015).

Gagal ginjal yaitu ginjal kehilangan kemampuannya untuk

mempertahankan volume dan komposisi cairan tubuh dalam keadaan asupan

makanan normal.Gagal ginjal biasanya dibagi menjadi dua kategori yaitu kronik

dan akut.Penyakit ginjal kronik merupakan perkembangan gagal ginjal yang

progresif dan lambat pada setiap nefron (biasanya berlangsung beberapa tahun

dan tidak reversible).Penyakit ginjal kronik seringkali berkaitan dengan penyakit

kritis, berkembang cepat dalam hitungan beberapa hari hingga minggu, dan

biasanya reversible bila pasien dapat bertahan dengan penyakit kritisnya.

(Suwitra, 2015)

Penyakit ginjal kronik (Chronic Renal Failure, CRF) terjadi apabila kedua

ginjal sudah tidak mampu mempertahankan lingkungan dalam yang cocok untuk

kelangsungan hidup.Kerusakan pada kedua ginjal ini ireversibel.Eksaserbasi


7

nefritis, obstruksi saluran kemih, kerusakan vascular akibat diabetes mellitus, dan

hipertensi yang berlangsung terus-menerus dapat mengakibatkan pembentukan

jaringan parut pembuluh darah dan hilangnya fungsi ginjal secara progresif.

(Baradero, 2010)

Selama penyakit ginjal kronik, beberapa nefron termasuk glomeruli dan

tubula masih berfungsi, sedangkan nefron yang lain sudah rusak dan tidak

berfungsi lagi. Nefron yang masih utuh dan berfungsi mengalami hipertrofi dan

menghasilkan filtrate dalam jumlah banyak. Reabsorpsi tubula juga meningkat

walaupun laju filtrasi glomerulus berkurang.Kompensasi nefron yang masih utuh

dapat membuat ginjal mempertahankan fungsinya sampai tiga perempat nefron

rusak.Solut dalam cairan menjadi lebih banyak dari yang dapat direabsorpsi dan

mengakibatkan diuresis osmotic dengan poliuria dan haus.Akhirnya, nefron yang

rusak bertambah dan terjadi oliguria akibat sisa metabolisme tidak diekskresikan.

(Baradero, 2010)

2.1.2 Etiologi

Etiologi memegang peranan penting dalam memperkirakan perjalanan

klinis CKD dan penanggulangannya. Penyebab primer CKD juga akan

mempengaruhi manifestasi klinis yang akan sangat membantu diagnosa, contoh:

gout akan menyebabkan nefropati gout. Penyebab terbanyak CKD pada dewasa

ini adalah nefropati DM, hipertensi, glomerulonefritis, penyakit ginjal herediter

seperti ginjal polikistik dan sindroma alport, uropati obstruksi, dan nefritis

interstisial (Irwan, 2016).

Sedangkan di Indonesia, penyebab CKD terbanyak adalah

glomerulonefritis, infeksi saluran kemih (ISK), batu saluran kencing, nefropati

diabetik, nefrosklerosis hipertensi, ginjal polikistik, dsb (Irwan, 2016).

2.1.3 Tanda dan Gejala

Tanda dan Gejala dari penyakit ginjal kronik menurut Smeltzer & Bare
8

tahun 2015 yaitu:

a. Kardiovaskuler: hipertensi, pitting edema (kaki, tangan, sakrum),

edema periorbital, friction rub pericardial, pembesaran vena leher

b. Integumen: warna kulit abu-abu mengkilat, kulit kering (bersisik),

pruritus, ekimosis, kuku tipis dan rapuh, rambut tipis dan kasar

c. Pulmoner: krekels, sputum kental dan liat, napas dangkal, pernapasan

kussmaul

d. Gastrointestinal: napas berbau ammonia, ulserasi dan perdarahan pada

mulut, anoreksia (mual muntah), konstipasi dan diare, perdarahan dari

saluran GI

e. Neurologi: kelemahan dan keletihan, konfusi, disorientasi, kejang,

kelemahan pada tungkai, rasa panas pada telapak kaki

f. Muskuloskeletal: kram otot, kekuatan otot hilang, fraktur tulang, foot

drop

g. Reproduktif: amenore, dan atrofi testikuler

Tanda dan gejala dari penyakit ginjal kronik menurut Mary Baradero

(2010) yaitu:

a. System hematopoletik: anemia, cepat lelah, trombositopenia,

ekimosis, perdarahan

b. Sistem kardiovaskuler: hypervolemia, hipertensi, takikardi, distrimia,

gagal jantung kongestif, pericarditis

c. Sistem pernapasan: takipnea, pernapasan kussmaul, halitosis uremic

atau fetor, sputum yang lengket, batuk disertai nyeri, suhu tubuh

meningkat, hilar pneumonitis, pleural friction rub, edema paru

d. Sistem gastrointestinal: anoreksia, mual dan muntah, perdarahan

gastrointestinal, distensi abdomen, diare dan konstipasi


9

e. Sistem neurologi: perubahan tingkat kesadaran: letargi, bingung,

stupor, dan koma, kejang, tidur terganggu, asteriksis

f. Sistem skeletal: osteodistrofi ginjal, rickets ginjal, nyeri sendi,

pertumbuhan lambat pada anak

g. Kulit: pucat, pigmentasi, pruritus, ekimosis, lecet, uremic frosts

h. Sistem perkemihan: haluaran urin berkurang, berat jenis urine

menurun, proteinuria, fragmen dan sel dalam urine, natrium dalam urine

berkurang

i. Sistem reproduksi: infertilitas, libido menurun, disfungsi ereksi,

amenorea, lambat pubertas


10

2. 1.4 Patofisiologi

2.1 Bagan Pathway Penyakit Ginjal Kronik

Sumber: Modifikasi dari Nurarif, 2015, dan SDKI

2.1.5 Komplikasi

Komplikasi yang dapat muncul menurut Corwin,2015 antara lain:

a. Pada gagal ginjal progresif, terjadi beban volume, ketidakseimbangan elektrolit,

asidosis metabolic, azotemia, dan uremia

b. Pada gagal ginjal stadium 5 (penyakit stadium akhir), terjadi azotemia dan uremia

berat. Asidosis metabolic memburuk, yang secara mencolok merangsang


11

kecepatan pernafasan

c. Hipertensi, anemia, osteodistrofi, hiperkalemia, ensefalopati uremic, dan pruritus

(gatal) adalah komplikasi yang sering terjadi

d. Penurunan pembentukan eritropoietin dapat menyebabkan sindrom anemia

kardiorenal, suatu trias anemia yang lama, penyakit kardiovaskular, dan penyakit

ginjal yang akhirnya menyebabkan peningkatan morbiditas dan mortalitas

e. Dapat terjadi gagal jantung kongestif

f. Tanpa pengobatan terjadi koma dan kematian

2.1.6 Pemeriksaan penunjang

2.1.6.1 Pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan laboratorium seperti: pemeriksaan urin (volumenya

biasanya< 400 ml/jam atau oliguria atau urin tidak ada/anuria, perubahan warna

urin bisa disebabkan karena ada pus/darah/bakteri/lemak/partikel koloid/miglobin,

berat jenis <1.015menunjukkan gagal ginjal, osmolalitas<350 menunjukkan

kerusakan tubular), pemeriksaan kliren kreatinin mungkin agak turun,

pemeriksaan natrium, pemeriksaan protein, dan pemeriksaan darah (kreatinin,

SDM, Hitung darah lengkap, GDA)

2.1.6.2 Pemeriksaan radiologi

Pemeriksaan radiologi terdiri dari pemeriksaan ultrasonografi ginjal

Stadium Deskripsi GFR (mL/menit/1.73 m2)


1 Fungsi ginjal normal, tetapi temuan  90

urin, abnormalitas struktur atau ciri

genetic menunjukkan adanya penyakit

ginjal
2 Penurunan ringan fungsi ginjal, dan 60-89

temuan lain (seperti pada stadium 1)

menunjukkan adanya penyakit ginjal


3a Penurunan sedaag fungsi ginjal 45-59
3b Penurunan sedang fungsi ginjal 30-44
12

4 Penurunan fungsi ginjal berat 15-29


5 Gagal ginjal < 15

Sumber: (The Renal Association, 2013)

2.1.8 Penatalaksanaan

Pengkajian klinik menentukan jenis penyakit ginjal, adanya penyakit

penyerta, derajat penurunan fungsi ginjal, komplikasi akibat penurunan fungsi

ginjal, factor resiko untuk penurunan fungsi ginjal, dan factor risiko untuk

penyakit kardiovaskular.Penatalksanaan menurut Nurarif, Huda A. 2015 yaitu:

1. Terapi penyakit ginjal

2. Pengobatan penyakit penyerta

3. Penghambatan penurunan fungsi ginjal

4. Pencegahan dan pengobatan penyakit kardiovaskular

5. Pencegahan dan pengobatan komplikasi akibat penurunan fungsi

ginjal

6. Terapi pengganti ginjal dengan dialysis atau transplantasi

jika timbul gejala dan tanda uremia

Sedangkan menurut Corwin dalam Buku Saku Patofisiologi Ed.3,2010

pengobatan perlu dimodifikasi seiring dengan perburukan penyakit, yaitu:

2.1.8.1 Untuk gagal ginjal stadium 1, 2, dan 3 tujuan pengobatan adalah

memperlambat kerusakan ginjal lebih lanjut, terutama dengan membatasi

aspan protein dan pemberian obat-obat anti hipertensi. Inhibitor enzim

pengubah-angiotensin (ACE) terutama membantu dalam memperlambat

perburukan.

2.1.8.2 Renal anemia management period, RAMP diajukan karena adanya

hubungan antara gagal jantung kongestif da anemia terkait dengan

penyakit gagal ginjal kronis. RAMP adalah batasan waktu setelah suatu

awitan penyakit ginjal kronis saat diagnosis dini dan pengobatan anemia
13

memperlambat progresi penyakit ginjal, memperlambat komplikasi

kardiovaskular, dan memperbaiki kualitas hidup. Pengobatan anemia

dilakukan dengan memberikan eritropoitein manusia rekombinan

(rHuEPO). Obat ini terbukti secara dramatis memperbaiki fungsi jantung

secara bermakna.

2.1.8.3 Pada stadium lanjut, terapi ditujukan untuk mengoreksi

ketidakseimbangan cairan dan elektrolit

2.1.8.4 Pada penyakit stadium akhir, terapi berupa dialysis atau transplantasi

ginjal

2.1.8.5 Pada semua stadium, pencegahan infeksi perlu dilakukan.

Penatalaksanaan dengan Hemodialisa Hemodialisis dilakukan 2-3 kali seminggu

dengan lama waktu 4-5 jam, yang bertujuan untuk mengeluarkan sisa-sisa

metabolisme protein dan mengoreksi gangguan keseimbangan cairan dan

elektrolit. Kecukupan dosis hemodialisis yang diberikan diukur dengan istilah

adekuasi hemodialisis, yang merupakan dosis yang direkomendasikan untuk

mendapatkan hasil yang adekuat sebagai manfaat dari proses hemodialisis yang

dijalani oleh pasien gagal ginjal. Hasil Konsensus Dialisis Pernefri (2016)

menyatakan bahwa adekuasi hemodialisis dapat dicapai dengan jumlah dosis

hemodialisis 10-12 jam perminggu. Pada penelitian Unruh et al (2013), perbaikan

baru terlihat bila pasien menjalani HD frequent yaitu 6 kali per minggu.

Banyaknya faktor-faktor lain yang dapat muncul dalam kurun waktu 3 bulan

seperti penggunaan eritropoetin yang homolog dengan trombosit dan perbaikan

fisiologis tubuh setelah dilakukannya hemodialisis dan jumlah sampel yang tidak

merata antara pasien yang menjalani HD 2x perminggu dan 3x perminggu dapat

menjadi salah satu penyebab efek dari frekuensi HD terhadap jumlah trombosit

pasien kurang dapat dipastikan.


14

2.2 Konsep Asuhan Keperawatan

2.2.1 Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan. Alam

pengkajian semua data dikumpulkan secara sistematis guna menentukan status

kesehatan klien saat ini.Pengkajian harus dilakukan secara komperhensif terkait

dengan aspek biologis, psikologis, social, maupun spiritual klien. (Asmadi, 2010)

Data dasar pengkajian menurut Doengoes, 2010 adalah:

2.2.1.1 Aktivitas/istirahat

Kelelahan ekstrem, kelemahan, malaiase, gangguan tidur

(insomnia/gelisah/somnolen), kelemahan otot, kehilangan tonus, penurunan rentan

gerak.

2.2.1.2 Sirkulasi

Riwayat hipertensi lama/berat, hipertensi, DVJ, nadi kuat, edema jaringan

umum, dan pitting pada kaki, telapak tangan, disritmia jantung.Nadi lemah,

hipotensi ortostatik menunjukkan hipovolemia, yang jarang pada penyakit tahap

akhir. Friction rub pericardial (respon terhadap akumulasi sisa). Pucat, kulit coklat

kehijauan, kuning.Kecenderungan perdarahan.

2.2.1.3 Integritas ego

Faktor stres, contoh finansial, hubungan dan sebagainya.Perasaan tidak

berdaya, tak ada harapan, tidak ada kekuatan, menolak, ansietas, takut, marah,

mudah terangsang, perubahan kepribadian.

2.2.1.4 Eliminasi

Penurunan frekuensi urine, oliguria, urinaria (gagal tahap lanjut).Abdomen

kembung, diare/konstipasi, perubahan warna urine, contoh kuning pekat, merah,

coklat, berawan.Oliguria, dapat menjadi anuria.

2.2.1.5 Makanan/cairan

Peningkatan berat badan cepat (edema), penurunan berat badan


15

(malnutrisi).Anoreksia, nyeri ulu hati, mual / muntah, rasa metalik tak sedap pada

mulut (pernapasan ammonia), Penggunaan diuretik, distensi abdomen/asites,

pembesaran hati (tahap akhir). Perubahan turgor kulit/kelembapan..Edema

(umum, tergantung).Ulserasi gusi, perdarahan gusi/lidah.Penurunan otot,

penurunan lemak subkutan, penampilan tak bertenaga.

2.2.1.6 Neurosensori

Sakit kepala, penglihatan kabur.Kram otot/kejang, sindrom “kaki gelisah”,

kebas terasa terbakar pada telapak kaki. Kebas/kesemutan dan kelemahan,

khususnya ekstremitas bawah (neuropati perifer), gangguan status mental, contoh:

penurunan lapang pandang perhatian, ketidak mampuan berkonsentrasi,

kehilangan memori, kacau, penurunan tingkat kesadaran, stupor, koma.

Penurunan DTR. Tanda chvostek dan Trousseau positif.Kejang, fasikulsi otot,

aktifitas kejang.Rambut tipis, kuku rapuh dan tipis.

2.2.1.7 Nyeri/kenyamanan

Nyeri panggul, sakit kepala, kram otot/nyeri kaki (memburuk saat malam

hari), perilaku hati-hati/distraksi, gelisah.

2.2.1.8 Pernafasan

Nafas pendek, dispnea, nokturnal, paroksismal, batuk dengan/tanpa

sputum kental dan banyak.Takipnea, dispnea, peningkatan frekuensi atau

kedalaman (pernapasan kausmal).Batuk produktif dengan sputum merahmuda-

encer (edema paru).

2.2.1.9 Keamanan

Kulit gatal.Ada/berulangnya infeksi.Pruritus.Demam (sepsis, dehidrasi),

normotermia dapat secara actual terjadi peningkatan pada pasien yang mengalami

suhu lebih rendah dari normal (efek CKD/depresi respon imun).Patekie, area

ekimosis pada kulit.Fraktur tulang, defosit fosfat kalsium (klasifikasi

metastatik).Pada kulit, jaringan lunak, sendi, keterbatasan gerak sendi.


16

2.2.1.10 Seksualitas

Penurunan libido, amenore, infertilitas.

2.2.1.11 Interaksi Sosial

Kesulitan menentukan kondisi, contoh: tak mampu bekerja,

mempertahankan fungsi peran, biasanya dalam keluarga

2.2.1.12 Penyuluhan/Pembelajaran

Riwayat DM, keluarga (resiko tinggi untuk gagal ginjal), penyakit

polikistik, nefritis herediter, kalkulus urinaria, malignansi. Riwayat terpajan pada

toksin, contoh obat, racun lingkungan. Penggunaan antibiotik nefrotoksik atau

berulang

2.2.2 Diagnosa Keperawatan

Diagnosa Keperawatan adalah penilaian klinik tentang respons individu,

keluarga, atau komunitas terhadap masalah kesehatan/proses kehidupan yang

aktual atau potensial, diagnosa Keperawatan memberikan dasar untuk pemilihan

intervensi keperawatan untuk mencapai hasil yang merupakan tanggung jawab

perawat. Setelah dilakukan pengkajian kemungkinan diagnosa yang akan muncul

pada klien dengan penyakit ginjal kronik menurut Nurarif, 2015.

2.2.2.1 D.0003 Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan

ketidakseimbangan ventilasi-perfusi, perubahan membran alveolus-

kapiler

2.2.2.2 D.0009 Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan

konsentrasi hb

2.2.2.3 D.0019 Defisit nutrisi b.d kurangnya asupan makanan

2.2.2.4 D.0122 Hipervolemia b.d gangguan mekanisme regulasi, kelebihan


17

asupan cairan, kelebihan asupan natrium

2.2.2.5 Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan

oksigen

2.2.2.6 Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis

2.2.2.7 Gangguan integritas kulit b.d kelebihan volume cairan, sindrom uremia.

2.2.3 Intervensi

Tahap intervensi memberikan kesempatan kepada perawat, klien,

keluarga, dan orang terdekat untuk merumuskan rencana tindakan yang bertujuan

untuk mengatasi masalah-masalah klien. Dalam intervensi terdapat empat

komponen tahap perencanaan, yaitu: membuat prioritas urutan diagnose

keperawatan, membuat kriteria hasil, menulis instruksi keperawatan, dan menulis

rencana asuhan keperawatan.

2.2 Tabel perencanaan keperawatan

No Diagnosa Tujuan & Kriteria Intervensi (SIKI)

. (SDKI) Hasil (SLKI)


1 D.0003 L.01003 Pertukaran I.01014 Pemantauan Respirasi

Gangguan Gas Observasi

pertukaran gas Ekspektasi: meningkat - Monitor frekuensi, irama

berhubungan Kriteria hasil kedalaman dan upaya napas

dengan - Tingkat kesadaran - Monitor pola napas (seperti

ketidakseimba meningkat bradipnea, takipnea,

nga n ventilasi- - Dispnea menurun hiperventilasi, Kussmaul,

perfusi, - Bunyi napas Cheyne- Stokes, Biot, ataksik)

perubahan tambahan - Monitor kemampuan batuk efektif

membran menurun - Monitor adanya produksi sputum

alveolus-kapiler. - Pusing menurun - Monitor adanya sumbatan jalan


18

- Penglihatan kabur napas

Gejala dan menurun - Palpasi kesimetrisan ekspansi

tanda mayor - Diaforesis paru

Subjektif: - Auskultasi bunyi napas

1. Dispnea - Monitor saturasi oksigen


19

No Diagnosa Tujuan & Kriteria Intervensi (SIKI)

. (SDKI) Hasil (SLKI)


Objektif: menurun - Monitor nilai AGD

1. PCO2 - Gelisah menurun - Monitor hasil x-ray toraks

meningkat/ - Napas cuping Terapeutik

me nurun hidung menurun - Atur interval pemantauan

2. PO2 menurun - PCO2 membaik respirasi sesuai kondisi pasien

3. Takikardia - PO2 membaik - Dokumentasikan hasil pemantauan

4. pH arteri - Takikardia Edukasi

meningkat/ membaik - Jelaskan tujuan dan prosedur

me nurun - pH arteri pemantauan

5. Bunyi napas membaik - Informasikan hasil pemantauan,

tambahan - Sianosis membaik jika perlu

Gejala dan - Pola napas

tanda minor membaik I.01026 Terapi Oksigen

Subjektif: - Warna kulit Observasi

1. Pusing membaik - Monitor kecepatan aliran oksigen

2. Penglihat - Monitor posisi alat terapi oksigen

an kabur - Monitor aliran oksigen secara

Objektif: periodik dan pastikan fraksi

1. Sianosis yang diberikan cukup

2. Diaforesis - Monitor kemampuan

3. Gelisah melepaskan oksigen saat makan

4. Napas - Monitor tanda-tanda hipoventilasi


20

cuping - Monitor tanda dan gejala

hidung toksikasi oksigen dan atelaktasis

5. Pola napas - Monitor tingkat kecemasan

abnormal akibat terapi oksigen

(cepat/lamb - Monitor integritas mukosa

at, hidung akibat pemasangan

reguler/iregu oksigen

le r, Terapeutik

dalam/dangk - Bersihkan sekret pada mulut,

al hidung dan trakea, jika perlu

) - Pertahankan kepatenan jalan napas

6. Warna kulit - Siapkan dan atur peralatan

abnormal pemberian oksigen

(mis. - Berikan oksigen tambahan, jika

pucat, perlu

kebiruan) - Tetap berikan oksigen

7. Kesadaran saat pasien ditransportasi

menurun - Gunakan perangkat oksigen

yang sesuai dengan tingkat

mobilitas pasien

Edukasi

- Ajarkan pasien dan

keluarga cara

menggunakan oksigen di

rumah

Kolaborasi

- Kolaborasi penentuan dosis oksigen


21

- Kolaborasi penggunaan

oksigen saat aktivitas

dan/atau tidur
2 D.0009 Perfusi L.02011 Perfusi I.02079 Perawatan Sirkulasi

perifer tidak Perifer Observasi

efektif Ekspektasi: meningkat - Periksa sirkulasi periver (mis. Nadi

berhubungan Kriteria hasil: perifer, edema, pengisian kapiler,

dengan - Denyut nadi warna, suhu, ankle brachial index)

penurunan perifer meningkat - Identifikasi faktor resiko gangguan

konsentrasi - Penyembuhan sirkulasi ( mis. Diabetes, perokok,

hemoglobin. luka meningkat orang tua hipertensi dan kadar

kolestrol tinggi)

No. Diagnosa Tujuan & Intervensi (SIKI)

(SDKI) Kriteria Hasil

(SLKI)
Gejala dan - Sensasi - Monitor panans, kemerahan, nyeri

tanda mayor meningkat atau bengkak pada ekstermitas

Subjektif: - Warna kulit pucat Teraupetik

(tidak tersedia) menurun - Hindari pemasangan infus atau

Objektif: - Edema perifer pengambilan darah di daerah

1. Pengisia menurun keterbatasan perfusi

n - Nyeri ekstremitas - Hindari pengukuran tekanan darah

kapiler menurun pada ekstermitas dengan

>3 detik - Parastesia keterbatasan perfusi

2. Nadi perifer menurun - Hindari penekanan dan

menurun - Kelemahan otot pemasangan tourniquet pada area

atau tidak menurun yang cidera


22

teraba - Kram otot - Lakukan pencegahan infeksi

3. Akral menurun - Lakukan perawatan kaki dan kuku

teraba - Bruit femoralis Edukasi

dingin menurun - Anjurkan berhenti merokok

4. Warna - Nekrosis menurun - Anjurkan berolah raga rutin

kulit - Pengisian kapiler - Anjurkan mengecek air mandi

pucat membaik untuk menghindari kulit terbakar

5. Turgor - Akral membaik - Anjurkan minum obat pengontrol

kulit - Turgor kulit tekanan darah, antikoagulan,dan

menurun membaik penurun kolestrol, jika perlu

- Tekanan darah - Anjurkan minum obat pengontrl

Gejala dan sistolik membaik tekanan darah secara teratur

tanda minor - Tekanan darah - Anjurkan menggunakan obat

Subjektif: diastolik penyekat beta

1. Parastesia membaik - Ajarkan program diet untuk

2. Nyeri - Tekanan arteri memperbaiki sirkulasi ( mis.

ekstremit rata-rata Rendah lemak jenuh, minyak ikam

as membaik omega 3)

(klaudika - Indeks ankle- - Informasikan tanda dan gejala

si brachial membaik darurat yang harus dilaporkan

intermite (mis. Raasa sakit yang tidak hilang

n) saat istirahat, luka tidak sembuh,

Objektif: hilangnya rasa)

1. Edema

2. Penyembuh I.06195 Manajemen Sensasi Perifer

an luka Observasi

lambat - Identifikasi penyebab perubahan


23

3. Indeks sensasi

ankle- - Identifikasi penggunaan alat

brachial<0, pengikat, prosthesis, sepatu, dan

90 pakaian

4. Bruit - Periksa perbedaan sensasi tajam dan

femoral tumpul

is - Periksa perbedaan sensasi panas dan

dingin

- Periksa kemampuan

mengidentifikasi lokasi dan tekstur

benda

- Monitor terjadinya parestesia, jika

perlu

- Monitor perubahan kulit

- Monitor adanya tromboflebitis

dan tromboemboli vena

Teraupetik

- Hindari pemakaian benda-benda

yang berlebihan suhunya (terlalu

panas atau dingin)

Edukasi

- Anjurkan penggunaan

thermometer untuk menguji suhu

air

- Anjurkan penggunaan sarung

tangan termal saat memasak

Anjurkan memakai sepatu


24

lembut dan bertumit rendah

Kolaborasi

Kolaborasi pemberian analgesik, jika

perlu

- Kolaborasi pemberian

kortikosteroid, jika perlu

No Diagnosa Tujuan & Kriteria Intervensi (SIKI)

. (SDKI) Hasil (SLKI)


menurun makanan yang diblender,

- Diare menurun makanan cair yang diberikan

- Berat badan melalui NGT atau gastrostomy,

membaik total parenteral nutrition sesuai

- Indeks Massa Tubuh indikasi)

(IMT) membaik - Hidangkan makanan secara

- Frekuensi makan menarik

membaik - Berikan suplemen, jika perlu

- Nafsu makan - Berikan pujian pada

membaik pasien/keluarga untuk

- Bising usus peningkatan yang dicapai

membaik Edukasi

- Tebal lipatan kulit - Jelaskan jenis makanan yang

trisep membaik bergizi tinggi, namun tetap

- Membran mukosa terjangkau

membaik - Jelaskan peningkatan asupan

kalori yang dibutuhkan


4 D.0022 L.03020 I.03114 Manajemen Hipervolemia

Hipervolemia Keseimbangan Cairan Observasi


25

berhubungan Ekspektasi: meningkat - Periksa tanda dan gejala

dengan Kriteria hasil: hipervolemia (mis.

gangguan - Asupan cairan Ortopnea, dispnea, edema,

mekanisme meningkat JVP/CVP meningkat, refleks

regulasi, - Haluaran urin hepatojugular positif, suara npas

kelebihan meningkat tambahan)

asupan cairan, - Kelembaban - Identifikasi penyebab

kelebihan membran mukosa hipervolemia

asupan meningkat - Monitor status hemodinamik

natrium. - Asupan makanan (mis. frekuensi jantung,

meningkat tekanan darah, MAP, CVP,

Gejala dan - Edema menurun PAP, PCWP, CO, CI), jika

tanda mayor - Dehidrasi menurun tersedia

Subjektif: - Asites menurun - Monitor intake dan output cairan

1. Ortopnea - Konfusi menurun - Monitor tanda hemokonsentrasi

2. Dispnea - Tekanan darah (mis. kadar natrium, BUN,

3. Paroxysmal membaik hematokrit, berat jenis urine)

nocturn - Denyut nadi radial - Monitor tanda peningkatan

al membaik tekanan onkotik plasma (mis.

dyspne - Tekanan arteri rata- kadar protein dan albumin

a rata membaik meningkat)

(PND) - Membran mukosa - Monitor keceptan infus secara

Objektif: membaik ketat

1. Edema - Mata cekung - Monitor efek samping

anasarka membaik diuretik (mis. Hipotensi

dan/atau - Turgor kulit ortostatik, hipovolemia,

edema membaik hipokalemia,


26

perifer - Berat badan hiponatremia)

2. Berat badan membaik Terapeutik

meningkat - Timbang berat badan setiap

dalam hari pada waktu yang sama

waktu - Batasi asupan cairan dan garam

singkat - Tinggikan kepala tempat tidur

3. Jugular 30-40°

Venous Edukasi

Pressure - Anjurkan melapor jika

(JVP) haluaran urin < 0,5

dan/atau mL/kg/jam dalam 6 jam

Central - Anjurkan melapor jika BB

Venous bertambah > 1 kg dalam sehari

Pressure - Ajarkan cara mengukur dan

(CVP) mencatat asupan dan haluaran

cairan

- Ajarkan cara membatasi cairan

Kolaborasi

- Kolaborasi pemberian diuretik

No. Diagnosa Tujuan & Intervensi (SIKI)

(SDKI) Kriteria
27

Hasil (SLKI)
meningkat - Kolaborasi penggantian kehilangan

4. Refleks kalium akibat diuretik

hepatojugul - Kolaborasi pemberian continous

ar positif renal replacement therapy

(CRRT), jika perlu


Gejala dan I.03121 Pemantauan Cairan

tanda minor Observasi

Subjektif: - Monitor frekuensi dan kekuatas nadi

(tidak - Monitor frekuensi napas

tersedia) - Monitor tekanan darah

Objektif: - Monitor berat badan

1. Distensi - Monitor waktu pengisian kapiler

vena - Monitor elastisitas atau turgor kulit

jugularis - Monitor jumlah, warna dan berat jenis

2. Terdenga urine

r suara - Monitor kadar albumin dan protein

napas total

tambahan - Monitor hasil pemeriksaan serum

3. Hepatomegal (mis. osmolaritas serum,

i hematokrit, natrium, kalium,

4. Kadar BUN)

Hb/Ht - Monitor intake dan output cairan

turun - Identifikasi tanda-tanda hipovolemia

5. Oliguria (mis. frekuensi nadi meningkat, nadi

6. Intake lebih teraba lemah, tekanan darah

banyak dari menurun, tekanan nadi menyempit,

output turgor kulit menurun, membran


28

(balans mukosa kering, volume urin

cairan menurun, hematokrit meningkat,

positif) haus, lemah, konsentrasi urine

7. Kongesti meningkat, berat badan menurun

paru dalam waktu singkat)

- Identifikasi tanda-tanda

hipervolemia (mis. dispnea, edema

perifer, edema anasarka, JVP

meningkat, CVP meningkat, refleks

hepatojugular positif, berat badan

menurun dalam waktu singkat)

- Identifikasi faktor risiko

ketidakseimbangan cairan (mis.

Prosedur pembedahan mayor,

trauma/perdarahan, luka bakar,

aferesis, obstruksi intestinal,

peradangan pankreas, penyakit

ginjal dan kelenjar, disfungsi

intestinal)

Terapeutik

- Atur interval waktu pemantauan

sesuai dengan kondisi pasien

- Dokumentasikan hasil pemantauan

Edukasi

- Jelaskan tujuan dan prosedur

pemantauan

- Informasikan hasil pemantauan, jika


29

perlu
30

No. Diagnosa (SDKI) Tujuan & Intervensi (SIKI)


Kriteria

Hasil (SLKI)
D.0056 Intoleransi L.05047 I.05178 Manajemen Energi

aktivitas Toleransi Observasi

berhubungan Aktivitas Identifikasi gangguan fungsi

dengan Ekspektasi: tubuh yang mengakibatkan

ketidakseimbanga n meningkat Kriteria kelelahan

antara suplai hasil: Monitor kelelahan fisik dan emosional

dan kebutuhan - Frekuensi Monitor pola dan jam tidur

oksigen nadi - Monitor lokasi dan

Gejala dan tanda meningkat ketidaknyamanan selama

mayor Subjektif: - Saturasi melakukan aktivitas

1. Mengeluh oksigen Terapeutik

lelah meningkat - Sediakan lingkungan

Objektif: - Kemudahan nyaman dan rendah stimulus

1. Frekuensi dalam (mis. cahaya, suara,

jantung melakukan kunjungan)

meningkat aktivitas - Lakukan latihan rentang

>20% dari sehari- hari gerak pasin dan/atau

kondisi meningkat aktif

istirahat - Kecepat - Berikan aktivitas

an distraksi yang

Gejala dan tanda berjalan menenangkan

minor meningk - Fasilitasi duduk di sisi

Subjektif: at
31

1. Dispnea - Jarak tempat tidur, jika tidak

saat/setelah berjalan dapat berpindah atau

aktivitas meningkat berjalan

2. Merasa tidak - Kekuatan Edukasi

nyaman setelah tubuh bagian - Anjurkan tirah baring

beraktivitas atas - Anjurkan melakukkan

3. Merasa lemah meningkat aktivitas secara bertahap

Objektif: - Kekuatan - Anjurkan menghubungi

1. Tekanan darah tubuh bagian perawat jika tanda dan gejala

berubah >20% bawah kelelahan tidak berkurang

dari kondisi meningkat - Ajarkan strategi koping untuk

istirahat - Toleransi mengurangi kelelahan

2. Gambaran EKG dalam Kolaborasi

menunjukkan menaiki - Kolaborasi dengan ahli gizi

aritmia tangga tentang cara meningkatkan

saat/setelah meningkat asupan makanan

aktivitas - Keluhan lelah

3. Gambaran EKG - Dipsnea saat I.05186 Terapi Aktivitas

menunjukkan aktivitas Observasi

iskemia menurun - Identifikasi defisit tingkat

4. Sianosis - Dipsnea aktivitas

setelah - Identifikasi kemampuan

aktivitas berpartisipasi dalam aktivitas

menurun tertentu

- Perasaan - Identifikasi sumber daya

lemah untuk aktivitas yang

menurun diinginkan
32

- Aritmia - Identifikasi strategi

saat meningkatkan partisipasi dalam

beraktivit aktivitas

as - Identifikasi makna

menurun aktivitas rutin (mis.

- Aritmia bekerja) dan waktu luang

setelah - Monitor respons emosional,

beraktivitas fisik, sosial, dan spiritual

menurun terhadap aktivitas

- Sianosis Terapeutik

menurun - Fasilitasi fokus pada

- Warna kemampuan, buka defisit

kulit yang dialami

membaik - Sepakati komitmen untuk

- Tekanan meningkatkan frekuensi dan

darah rentang aktivitas

membaik - Fasilitasi memilih aktivitas

- Frekuensi dan tetapkan tujuan

napas aktivitas yang konsisten

membaik sesuai kemampuan fisik,

- EKG psikologis, dan sosial

Iskemia - Koordinasikan pemilihan

membaik aktivitas sesuai usia

- Fasilitasi makna aktivitas yang

dipilih

- Fasilitasi transportasi untuk

menghadiri aktivitas, jika


33

sesuai

- Fasilitasi pasien dan

keluarga dalam

menyesuaikan

lingkungan untuk

No. Diagnosa (SDKI) Tujuan & Intervensi (SIKI)


Kriteria

Hasil

(SLKI)
mengakomodasi aktivitas yang dipilih

- Fasilitasi aktivitas fisik rutin (mis.

Ambulasi, mobilisasi, dan perawatan


34

diri), sesuai kebutuhan

- Fasilitasi ativitas pengganti saat

mengalami keterbatasan waktu, energi,

atau gerak

- Fasilitasi aktivitas motorik kasar

untuk pasien hiperaktif

- Tingkatan aktivitas fisik untuk

memelihara berat badan, jika sesuai

- Fasilitasi aktivitas motorik

untuk merelaksasi otot

- Fasilitasi aktivitas dengan komonen

memori implisit dan emosional (mis.

kegiatan keagamaan khusus) untuk

pasien demensia

- Libatkan dalam permainan kelompok

yang tidak kompetitif, terstruktur, dan

aktif

- Tingkatkan keterlibatan dalam aktivitas

rekreasi dan diversifikasi untuk

menurunkan kecemasan (mis. vocal

group, bola voli, tenis meja, jogging,

berenang, tugas sederhana, permainan

sederhana, tugas rutin, tugas rumah

tangga, perawatan diri, dan

teka-teki dan kartu)

- Libatkan keluarga dalam aktivitas, jika

perlu
35

- Fasilitasi mengembangkan motivasi

dan penguatan diri

- Fasilitasi pasien dan keluarga

memantau kemajuannya sendiri untuk

mencapai tujuan

- Jadwalkan aktvitas dalam rutinitas

sehari- hari

- Berikan penguatan positif atas

partisipasi dalam aktivitas

Edukasi

- Jelaskan metode aktivitas fisik sehari-

hari,

jika perlu

- Ajarkan cara melakukan aktivitas

yang dipilih

- Anjurkan melakukan aktivitas fisik,

sosial, spiritual, dan kognitif dalam

menjaga fungsi dan kesehatan

- Anjurkan terlibat dalam aktivitas

kelompok atau terapi, jika sesuai

- Anjutkan keluarga untuk memberi

penguatan positif atas partisipasi

dalam aktivitas

Kolaborasi

- Kolaborasi dengan terapi okupasi

dalam merencanakan dan memonitor

program aktivitas, jika sesuai


36

- Rujuk pada pusat atau program

aktivitas komunitas, jika perlu

No. Diagnosa (SDKI) Tujuan & Kriteria Intervensi (SIKI)


Hasil (SLKI)
6 D.0077 Nyeri L.08066 Tingkat I.08238 Manajemen Nyeri

akut Nyeri Observasi

berhubungan Ekspektasi: menurun - Identifikasi lokasi,

dengan agen Kriteria hasil: karakteristik, durasi,

pencedera - Kemampuan frekuensi, kualitas,

fisiologis. menuntaskan intensitas nyeri

aktifitas - Identifikasi skala nyeri

Gejala dan tanda meningkat - Identifikasi respons nyeri non

mayor - Keluhan nyeri verbal

Subjektif: menurun - Identifikasi faktor yang

1. Mengeluh - Meringis menurun memperberat dan

nyeri - Sikap protektif memperingan nyeri

Objektif: menurun - Identifikasi pengetahuan

1. Tampak - Gelisah menurun dan keyakinan tentang

meringis - Kesulitan tidur nyeri

2. Bersikap menurun - Identifikasi pengaruh

protektif - Menarik diri budaya terhadap respon

(misal menurun nyeri

waspada, - Berfokus pada diri - Identifikasi pengaruh

posisi sendiri menurun nyeri pada kualitas hidup

menghindari - Diaforesis - Monitor keberhasilan terapi

nyeri) menurun komplementer yang sudah

3. Gelisah - Perasaan depresi diberikan


37

4. Frekuensi nadi (tertekan) - Monitor efek samping

meningkat menurun penggunaan analgetik

5. Sulit tidur - Perasaan takut Terapeutik

mengalami cidera - Berikan teknik

Gejala dan tanda tulang menurun nonfarmakologis yntuk

minor - Anoreksia mengurangi rasa nyeri (mis.

Subjektif: menurun TENS, hipnosis, akupresur,

(tidak tersedia) - Perineum terasa terapi musik, biofeedback,

Objektif: tertekan menurun terapi pijat, aromaterapi,

1. Tekanan darah - Uterus teraba teknik imajinasi terbimbing,

meningkat membulat kompres hangat/dingin, terapi

2. Pola napas menurun bermain)

berubah - Ketegangan otot - Kontrol lingkungan yang

3. Nafsu makan menurun memperberat rasa nyeri

berubah - Pupil dilatasi (mis. suhu ruangan,

4. Proses menurun pencahayaan, kebisingan)

berpikir - Muntah menurun - Fasilitasi istirahat dan tidur

terganggu - Mual menurun - Pertimbangkan jenis dan

5. Menarik diri - Frekuensi nadi sumber nyeri dalam

6. Berfokus pada membaik pemilihan strategi meredakan

diri sendiri - Pola napas nyeri

7. Diaforesis membaik Edukasi

- Tekanan darah - Jelaskan penyebab,

membaik periode, dan pemicu nyeri

- Proses berpikir - Jelaskan strategi meredakan

membaik nyeri

- Fokus membaik - Anjurkan memonitor nyeri


38

- Fungsi berkemih secara mandiri

membaik - Anjurkan menggunakan

- Perilaku membaik analgetik secara tepat

- Ajarkan teknik

nonfarmakologis untuk

mengurangi rasa nyeri

Kolaborasi

- Kolaborasi pemberian

analgetik, jika perlu

I.08243 Pemberian Analgesik

Observasi

- Identifikasi karakteristik

nyeri (mis. pencetus, pereda,

kualitas, lokasi, intensitas,

frekuensi, durasi)

- Identifikasi riwayat alergi obat

- Identifikasi kesesuaian jenis

analgesik (mis. narkotika,

non-narkotik, atau NSAID)

dengan tingkat keparahan

nyeri

No. Diagnosa Tujuan & Kriteria Intervensi (SIKI)

(SDKI) Hasil (SLKI)


- Nafsu makan - Monitor tanda-tanda vital
39

membaik sebelum dan sesudah

- Pola tidur pemberian analgesik

membaik - Monitor efektifitas analgesik

Terapeutik

- Diskusikan jenis analgesik yang

disukai untuk mencapai

analgesik optimal, jika perlu

- Perimbangkan penggunaan

infus kontinu, atau bolus

opioid untuk mempertahankan

kadar dalam serum

- Tetapkan target

efektifitas untuk

mengoptimalkan

respons pasien

- Dokumentasikan respons

terhadap efek analgesik dan

efek yang tidak diinginkan

Edukasi

- Jelaskan efek terapi dan efek

samping obat

Kolaborasi

- Kolaborasi pemberian

dosis dan jenis analgetik,

sesuai indikasi
7 D.0129 L.14125 Integritas I.11353 Perawatan Integritas Kulit

Gangguan Kulit dan Jaringan Observasi


40

integritas kulit Ekspektasi: meningkat - Identifikasi penyebab

berhubungan Kriteria hasil: gangguan integritas kulit (mis.

dengan - Elastisitas perubahan sirkulasi, perubahan

kelebihan meningkat status nutrisi, penurunan

volume cairan, - Hidrasi meningkat kelembaban, suhu lingkungan

sindrom - Perfusi jaringan ekstrem, penurunan mobilitas)

uremia. meningkat Terapeutik

- Kerusakan - Ubah posisis tiap 2 jam jika tirah

Gejala dan jaringan menurun baring

tanda mayor - Kerusakan lapisan - Lakukan pemijatan pada area

Subjektif: kulit menurun penonjolan tulang, jika perlu

(tidak tersedia) - Nyeri menurun - Bersihkan perineal dengan

Objektif: - Perdarahan air hangat, terutama

1. menurun selama periode diare

- Kemerahan - Gunakan produk berbahan


Kerusaka
menurun petrolium atau minyak pada
n jaringan
- Hematoma kulit kering
dan/atau
menurun - Gunakan produk berbahan
lapisan
- Pigmentasi ringan/alami dan hipoalergik
kulit
abnormal pada kulit sensitif
Gejala dan
menurun - Hindari produk berbahan dasar
tanda minor
- Jaringan parut alkohol pada kulit kering
Subjektif:
menurun Edukasi
(tidak
- Nekrosis menurun - Anjurkan menggunakan
tersedia)
- Abrasi kornea pelembab (mis. lotion,
Objektif:
menurun serum)
1. Nyeri
- Suhu kulit - Anjurkan minum air yang cukup
2. Perdarahan
41

3. Kemerahan membaik - Anjurkan meningkatkan asupan

4. Hematoma - Sensasi membaik nutrisi

- Tekstur membaik - Anjurkan meningkatkan

- Pertumbuhan asupan buah dan sayur

rambut membaik - Anjurkan menghindari

terpapar suhu ekstrem

- Anjurkan menggunakan tabir

surya SPF minimal 30 saat

berada di luar rumah

- Anjurkan mandi dan

menggunakan sabun

secukupnya

No. Diagnosa Tujuan & Intervensi (SIKI)

(SDKI) Kriteria

Hasil (SLKI)
42

I.4564 Perawatan Luka

Observasi

- Monitor karakteristik luka (mis.

drainase, warna, ukuran, bau)

- Monitor tanda-tanda infeksi

Terapeutik

- Lepaskan balutan dan plester secara

perlakah

- Cukur rambut di sekitar daerah

luka, jika perlu

- Bersihkan dengan cairan NaCl

atau pembersih nontoksik,

sesuai kebutuhan

- Bersihkan jaringan nekrotik

- Berikan salep yang sesuai

kulit/lesi, jika perlu

- Pasang balutan sesuai jenis luka

- Pertahankan teknik steril saat

melakukan perawatan luka

- Ganti balutan sesuai jumlah

eksudat dan drainase

- Jadwalkan perubahan posisi

setiap 2 jam atau sesuai kondisi

pasien

- Berikan diet dengan kalori

30-35 kkal/kgBB/hari dan

protein 1,25-
43

1,5g/kgBB/hari

- Berikan suplemen vitamin dan

mineral (mis. vitamin A, vitami C,

Zinc, asam amino), sesuai indikasi

- Berikan terapi TENS

(stimulasi sarap

transkutaneus), jika perlu

Edukasi

- Jelaskan tanda dan gejala infeksi

- Anjurkan mengonsumsi makanan

tinggi kalori dan protein

- Ajarkan prosedur perawatan luka

secara mandiri

Kolaborasi

- Kolaborasi prosedur debridement

(mis. enzimatik, biologis, mekanis,

autolitik), jika perlu

- Kolaborasi pemberian antibiotik, jika

perlu

2.2.4 Implementasi

Selama tahap implementasi perawat melaksanakan rencana asuhan

keperawatan.Instruksi keperawatan diimplementasikan untuk membantu klien

memenuhi kriteria hasil. Dalam implementasi terdapat tiga komponen tahap

implementasi, yaitu: tindakan keperawatan mandiri, tindakan keperawatan

kolaboratif, dan dokumentasi tindakan keperawatan dan respons klien terhadap

asuhan keperawatan (Allen, 1998)


44

2.2.5 Evaluasi Keperawatan

Tahap evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang

merupakan perbandingan hasil-hasil yang diamati dengan kriteria hasil yang

dibuat pada tahap perencanaan. Evaluasi dilakukan secara berkesinambungan

dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnyasecara umum, evaluasi

ditujukan untuk melihat dan menilai kemampuan klien dalam mencapai tujuan,

menentukan apakah tujuan keperawatan telah tercapai atau belum, mengkaji

penyebab jika tujuan asuhan keperawatan belum tercapai.Evaluasi terbagi menjadi

dua jenis yaitu evaluasi formatif dan evaluasi sumatif. Evaluasi formatif berfokus

pada aktivitas proses keperawatan dan hasil tindakan keperawatan, dirumuskan

dengan empat komponen yang dikenal dengan istilah SOAP, subyektif(data

berupa keluhan klien), objektif (data hasil pemeriksaan), analisis data

(pembandingan data dengan teori), perencanaan. Sedangkan evaluasi sumatif

adalah evaluasi yang dilakukan setelah semua aktivitas proses keperawatan selesai

dilakukan (Asmadi, 2010)


45

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tanggal Pengkajian : 9 Mei 2020 Jam Pengkajian : 08.00 WIB


Ruang : Hemodialisa Bed 7 Pengkajian :

Autoanamnesa

Alloanamnesa
A. IDENTITAS PASIEN

1. Nama : Tn. S

2. Usia : 55 tahun

3. Jenis Kelamin : Laki-laki

4. Alamat : Mranggen

5. Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia

6. Status Pernikahan : Menikah

7. Agama/Keyakinan : Islam

8. Pekerjaan : Pensiun BUMN

9. Diagnosa Medik : CKD Grade V dan DM Tipe 2

B. IDENTITAS PENANGGUNG JAWAB

1. Nama : Ny. N

2. Usia : 52 tahun

3. Jenis Kelamin : Perempuan

4. Hubungan dengan Klien : Istri


46

C. KELUHAN UTAMA

Tn. S mengeluh badannya lemas

D. RIWAYAT KESEHATAN

1. Riwayat Kesehatan Sekarang

Saat ini saat hemodialisa Tn. S mengeluh badannya lemas, kakinya bengkak, pitting

edema +1, punggung gatal-gatal, GDS puasa = 160 mg/dl. BB naik 4 kg dari BB terakhir

setelah hemodialisa.Tn. S rajin kontrol dan minum obat pioglitazone hydrochlorine 15 mg

2x1 sebelum makan, gliquidone 30 mg 2x1 dan obat isosorbide dinitrate 5mg 3x1 setelah

makan. Tn. S mengatakan BB terakhir setelah hemodialisa minggu lalu 66.5 Kg, sekarang

naik 4 Kg menjadi 70.5 Kg. Tn. S mengatakan tubuhnya merasa nyaman jika BB 65 Kg.

Tn. S saat hemodialisa menggunakan akses double lumen yang terpasang pada sublavia

dextra.

2. Riwayat Kesehatan Lalu

Pada bulan Oktober 2019 Tn. S mendadak sesak nafas dan tidak sadarkan diri, keluarga

memutuskan untuk membawa Tn. S ke RS dengan diagnosa efusi pleura dan DM. Saat

dilakukan pemeriksaan laboratorium didapatkan hasil ureum 171 mg/dl sedangkan

creatinin 12.2 mg/dl sehingga dokter menyarankan Tn. S untuk Hemodialisa. Istri Tn. S

mengatakan Saat itu Tn. S juga dilakukan pengambilan cairan di paru, cairan yang keluar

±100 cc. Tn. Ssudah mengalami penyakit gula ±10 tahun. Pada bulan September 2019 Tn.

S jatuh sehingga tangan kanan mengalami fraktur hingga saat ini tangan kanannya tidak

dapat digerakkan. Tn. S memiliki riwayat penyakit CHF dansudah dilakukan pemasangan

4 ring pada jantungnya.

3. Riwayat Kesehatan Keluarga

Istri Tn. S mengatakan ayah dari Tn. S mengalami penyakit DM.

E. KEADAAN UMUM
47

1. Kesadaran : Compos Mentis

2. Kuantitatif :

Skala Coma Glasgow

Respon Motorik : 6

Respon Bicara :5

Respon membuka: 4

Kesimpulan: GCS=15 (compos mentis)

3. Tanda-tanda Vital

Tekanan Darah : 140/80 mmHg

Nadi : 84 kali/menit

Pernafasan : 22 kali/menit

Suhu : 36oC

4. Antropometri

BB : 70.5 kg

Tinggi Badan : 165 cm

Indeks Massa Tubuh : 25.7 kg/m2

Kesimpulan: Kelebihan Berat Badan

F. GENOGRAM

Katerangan:
48

= laki-laki

= Perempuan

= Pasien

= Tinggal satu rumah

Tn. S tinggal bersama istri dan anak bungsunya. Tn. S mengatakan dikeluarganya tidak ada yang

menjalani hemodialisa seperti yang dialaminya.

G. PEMERIKSAAN FISIK

1. Kepala

Bentuk kepala mesochepal, rambut tipis sebagian berwarna putih, tidak rontok, rambut

bersih tidak berminyak, tidak ada lesi

2. Mata

Konjungtiva anemis, Hb: 9.0 gr/dl, sklera tidak ikterik, pupil isokor, tidak ada edema

palpebra, pandangan mata kabur karena Tn. S memiliki penyakit katarak di kedua mata

dan riwayat DM.

3. Hidung

Simetris, bersih, tidak ada tanda-tanda sinusitis, tidak menggunakan pernafasan cuping

hidung.

4. Mulut

Mulut bersih, tidakada stomatitis ataupun perdarahan pada gusi

5. Leher

Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada nyeri telan

6. Paru

Inspeksi: pengembangan dada simetris antara kanan dan kiri, terdapat jejas pada dada

kanan post double lumen. Terpasang double lumen pada area Central Venous

Chateter (CVC) di dada kanan.


49

Palpasi: focal fremitus seimbang antara kanan dan kiri, terpasang double lumen pada dada

kanan

Perkusi: Sonor

Auskultasi: bunyi nafas vesikuler

7. Jantung

Inspeksi: ictus cordis tak tampak.

Palpasi: teraba ictus cordis pada ICS 5 Midclavicula sinistra

Perkusi: pekak

Auskultasi: Bunyi jantung I dan II terdengar

8. Abdomen

Inspeksi: perut tampak buncit, umbilicus tidak menonjol

Askultasi: bising usus 12 kali/menit

Perkusi: suara timpani

Palpasi: tidak ada nyeri tekan di semua kuadran abdomen

9. Ekstremitas

Atas: tangan kiri mampu digerakkan secara normal, tetapi tangan kanan tidak dapat

digerakkan secara normal karena pasien memiliki riwayat fraktur, CRT <2detik, tidak ada

edema.

Bawah: kaki lemas susah digerakkan, terdapat edema pada kedua kaki, pitting edema +1,

kedalaman 2-3 mm.

Kekuatan otot 5555 3333

5555 5555

11. Integumen

Kulit kering, warna kulit hitam, turgor kulit tidak elastis, tampak lesi pada punggung.

H. PENGKAJIAN POLA KESEHATAN

1. Pola Persepsi Kesehatan dan Pemiliharaan Kesehatan


50

Dirumah : Tn. S mengatakan selalu menjaga kesehatannya karena sudah lama

mengalami penyakit DM. Tn. S selalu menjaga pola makan dan aktivitas

untuk menjaga kesehatannya, jika merasa kondisinya kurang baik Tn. Sselalu

memeriksakan kesehatannya ke RS. Tn. S selalu rutin kontrol HB dan gula

darah. GDS puasa tanggal 9 mei 2020 adalah 160 mg/dL.

Di RS : Tn. S mengatakan percaya terhadap segala perawatan dari petugas kesehatan

yang ada di ruangan dan Tn. S akan mengikuti semua anjuran yang diberikan.

Tn. S mengerti bahwa jika tidak melakukan hemodialisa secara rutin maka

kondisinya akan memburuk. Tn. S dapat menjalankan hemodialisa secara

tuntas tiap kali hemodialisa dan datang rutin setiap hari selasa dan jumat.

2. Pola Nutrisi Metabolik

Di rumah : Tn. Smakan 3xsehari dengan porsi nasi sedikit, sayur, dan lauk, kadang

mengkonsumsi buah, setiap pagi minum susu khusus untuk ginjal ±100cc,

dan sebelum tidur minum susu entrosol ±200 cc, dan minum air putih ±600

cc, sebelum makan Tn. S mengkonsumsi obatpioglitazone hydrochlorine 15

mg 2x1. Tn. S mengatakan sudah menghindari makanan kacang-kacangan,

jeroan, dan santan.

Di RS : Tn. Smengatakan selama proses hemodialisa hanya minum sedikit dan

sarapan pagi. Tn. S makan makanan ringan seperti arem-arem saat proses

hemodialisa, minum ±150 cc

 A: Antropometri= berat badan saat ini 70.5 Kg, Berat badan pasca

hemosialisa yang lalu 66.5 Kg, perubahan berat badan: naik 4 kg, tinggi

badan: 165 cm, Indeks Massa Tubuh (IMT): 25.7 kg/m2.

 B: Biokimia= Hb: 9.1 g/dL, GDS puasa 160 mg/dl

 C: Clinical= kulit kering, mata anemis, terdapat edema pada kaki derajat I

kedalaman ±2-3mm pitting edema +1.

 D: Diit= diit rendah gula dan kalium


51

3. Pola Eliminasi

Di rumah : Tn. S jarang BAB dan BAK. BAK±5-6 kali sehari warna kuning jernih,

jumlah urine ±50 cc setiap kali BAK, BAB 1 kai/hari dengan konsisensu

BAB lembek, berwarna kuning, tidak ada perdarahan dan tidak ada nyeri saat

BAB atau BAK.

Di RS : selama hemodialisa Tn. S jarang sekali BAK. Kadang-kadang BAK 1 kali

sebelum hemodialisa dimulai dan terkadang sesudah hemodialisa, BAK ±50

c, warna kuning jerih.

Balance cairan saat hemodialisa:

Input Output

Sisa priming : 127 cc

BAK : 50 cc

Minum : 60 cc

IWL : 176.25 cc

Makan : 100 cc

Wash out : 125 cc

Balance cairan= input – output = 412-226.25 = +185.75

4. Pola Aktivitas dan Latihan

Di rumah : Tn. S mengatakan di rumah hanya melakukan kegiatan untuk memenuhi

kebutuhan sehari-hari. Tn. S mengeluh badannya lemas dan mudah lelah,

semua aktivitas dibantu orang lain, Tn. S terkadang sesak nafas dan jantung

berdebar-debarketika berjalan jauh karena memiliki riwayat CHF dan sudah

terpasang 4 ring, waktu senggangnya digunakan untuk menonton tv dengan

keluarga.Tn. S mengatakan mandi, makan, minum, BAB dan BAK dapat

dilakukan secara mandiri tetapi untuk mobilisasi Tn. S dibantu oleh keluarga

Di RS : Saat hemodialisaTn. S bedrest dan sering tidur, semua aktivitas dibantu oleh

keluarga dan perawat. Tn. S tidak sesak nafas, RR: 22 kali/menit, Tn.S
52

mengeluh kakinya lemas dan bengkak, pitting edema +1, kedalaman 2-3 mm.

Pasien dapat BAK, makan, minum secara mandiri, tetapi saat mobilisasi Tn. S

dibantu oleh istrinya.

Kekuatan otot : 5555 3333

5555 5555

5. Pola Kognitif Perseptual

Di rumah : Tn. S mengetahui jika pasien mengalami gagal ginjal dan diharuskan untuk

hemodialisa, Tn. S mematuhi segala perintah dokter, Tn. S mengeluh fungsi

penglihatan terganggu karena ada katarak di kedua matanya, Tn. S mampu

melihat secara jelas <1 meter, Tn. S tidak mengalami gangguan penciuman,

perasa dan masih mampu mengingat kejadian di masa lampau. Tn. S

mengatakan terkadang merasakan gatal dan nyeri pada sekitar double lumen.

Di RS : Saat hemodialisa Tn. S nyaman, Tn. S mengerti tentang kondisi tubuhnya, Tn.

S mengeluh fungsi penglihatan terganggu karena ada katarak di kedua

matanyadan riwayat DM, Tn. S mampu melihat secara jelas ±1 meter, Tn.S

tidak mengalami gangguan penciuman, dan masih mampu mengingat

kejadian di masa lampau.

6. Pola Istirahat Tidur

Di rumah : Tn. S tidur malam ±7 jam dan sering tidur siang ±1jam. Tn. S mengatakan

terkadang mengalami gangguan tidur dan mengkonsumsi obat tidur clobazam

10 mg jika mengalami hal tersebut.

Di RS : Tn. S mengatakan biasanya tidur selama proses hemodialisa ±1-2 jam, hanya

terbangun sesekali kemudian tidur lagi.

7. Pola Konsep Diri dan Persepsi Diri

Di rumah :Tn. S adalah seorang kepala rumah tangga dan bapak dari 4 orang anak. Pasien

sudah tidak bekerja dan mengundurkan diri dari pekerjaannya. Tn.S

mengatakan sudah pasrah dan merasa tidak berdaya dengan keadaannya. Tn.
53

S hemodialisa 2xseminggu.

Di RS :

a. Body Image

Tn. S mengatakan merasa sedih karena tidak bisa bekerja seperti dulu

b. Ideal Diri

Tn. S mengatakan ingin kembali bisa bekerja, Tn. S mengatakan merasa

bersalahbelum mendidik anaknya dengan baik

c. Harga Diri

Tn. S mengatakan terkadang merasa kurang percaya diri dengan kondisi yang

dialaminya. TN. S sempat berfikir bahwa karena penyakitnya dia merasa tidak

berdaya.

d. Peran

Tn. S mengatakan sebelum sakit menjadi kepala keluarga, namun semenjak sakit

perannya sebagai kepala keluarga digantikan oleh istrinya. Semua biaya keperluan

sehari-hari dibantu oleh anak-anaknya. Tn. S mengatakan sedih karena tidak bisa

menjalankan perannya sebagai kepala keluarga dengan baik.

e. Identitas Diri

Tn. S mengatakan mempunyai jenis kelamin laki-laki, Tn. S merasa bangga

menjadi seorang laki-laki

8. Pola Peran dan Hubungan

Di rumah : Interaksi dengan orang lain baik karena Tn. S adalah orang yang ramah.

Tetapi sejak sakit Tn. S jarang mengikuti kegiatan yang ada di

masyarakat.Tn. S terkadang malu karena tidak bisa menjalankan peran

sebagai kepala keluarga untuk mencari nafkah untuk anak dan istrinya karena

kondisi kesehatannya.

Di RS :Interaksi dengan orang-orang yang ada di ruangan baik.

9. Pola Reproduksi dan Seksualitas


54

Di rumah : Tn. S mengatakan ayah dari 4 orang anak. Tn. S selama ini belum pernah

mengalami gangguan reproduksi.

Di RS : Tn. S tidak mengeluhkantidak ada gangguan reproduksi

10. Pola Mekanisme Koping dan Toleransi Terhadap Stress

Di rumah : jika ada masalah Tn. S membicarakannya dengan istri dan anak-anaknya. Saat

di rumah Tn. S dekat dengan istri dan anak bungsunya karena tinggal

serumah, Tn. S tidak pernah menggunakan obat penenang saat stress

Di RS : Saat hemodialisa saat Tn. S mengalami gangguan pada tubuhnya Tn. S

langsung bicara dengan perawat.

11. Pola Sistem Nilai Kepercayaan

Di rumah : Tn. S beragama Islam, rajin sholat 5 waktu walaupun diatas tempat tidur. Tn.

S pasrah kepada Allah tentang penyakitnya. Tn. S tidak bisa megikuti

pengajian setelah terdiagnosis terkena pnnyakit gagal ginjal.

Di RS : Tn. S berdoa diatas tempat tidur sesuai keyakinan untuk kesembuhan

penyakitnya.

I. DATA PENUNJANG

1. Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium tangal 9 Mei 2020

Pemeriksaan Hasil Kriteria Batasan Normal


Hemoglobin 9.0 g/dL Low 13.2-17.3 g/dL
Pemeriksaan laboratorium tanggal 7 Maret 2020

Pemeriksaan Hasil Kriteria Hasil Batasan Normal


Hemoglobin 9.1 g/dL Low 13.2-17.3 g/dL
Ureum 65.1 mg/dL High <31 mg/dL
Kreatinin 5.70 mg/dL High 0.62-1.10 mg/dL
Uric Acid 6.5 mg/dL Normal <6.8 mg/dL
Kalium 3.17 mmol/L Low 3.5-5.0 mmol/L
Pemeriksaan Glukosa Darah Sewaktu
55

Tanggal Hasil Kriteria Nilai Rujukan


26-11-2017 239 mg/dL High
27-11-2017 189 mg/dL High
30-11-2017 172 mg/dL High
01-12-
154mg/dL High <120 mg/dL
2017
02-12-2017 168 mg/dL High
04-12-2017 141 mg/dl High
09-05-2017 160 mg/dL High

2. Ro. Thorax

Pemeriksaan Ro. Thorax tanggal 17 Oktober 2019 nampak cardiomegali dan susp. Efusi pleura

kanan

3. Terapi

Nama Obat Dosis Cara Pemberian Indikasi


Pioglitazone 2x15mg Oral
Merangsang produksi hormon insulin pada

hydrochloride penderita DM tipe 2 yang kan

15mg mengendalikan level gula di dalam

darah.
Gliquidone 30 mg 2x30mg Untuk
Oral pengobatan diabetes mellitus yang tidak

tegantung pada insuline (NIDDM) atau

diabetes mellitus tipe 2 dan tidak

terkontrol dengan diet


Isosorbide dinitrate 3x5mg Oral
Mengatasi angina pada orang dengan kondisi

5mg jantung koroner


Amlodipin 1x10 mg Oral
Digunakan untuk pengobatan tekanan darah

tinggi
Golongan obat diuretik yang digunakan sebagai

obat lini pertama pada keadaan edema


Furosemid 1x20 mg Oral
karena penyakit gagal jantung kongestif

dan penyakit gagal ginjal


56

J. MONITORING HEMODIALISA

Tanggal 9 Mei 2020

No Kategori Pre Post


1. Keadaan umum Baik Baik
2. Kesadaran Compos mentis Compos mentis
3. T D dan saturasi oksigen 140/mmHg dan SpO2=100%120/80 mmHg dan SpO2=100%
4. Suhu dan nadi 36oC dan 84 kali per menit 36oC dan 8o kali per menit
5. Berat badan 70.5 Kg 68 Kg
6. Perbedaan Berat Badan  4 kg  2.5

Jam TD S/HR RR/SaO UF UF QB QD UF TM T. Ket.

2 G R V P V
07.3 140/8 36oC/ 22 kali 300 750 150 500 14 10 HD

0 0 84 kali per 0 ml ml cc/ cc/ mulai

mmH per menit/ menit menit

g menit 100%
08.3 140/8 36oC/ 22 kali 300 750 150 500 750 84 30

0 0 84 kali per 0 ml ml cc/ cc/ cc

mmH per menit/ menit menit

g menit 100%
09.3 140/8 36oC/ 22 kali 300 750 150 500 150 84 30

0 0 84 kali per 0 ml ml cc/ cc/ 0 cc

mmH per menit/ menit menit

g menit 100%
10.3 140/8 36oC/ 22 kali 300 750 150 500 225 84 30

0 0 84 kali per 0 ml ml cc/ cc/ 0 cc

mmH per menit/ menit menit

g menit 100%
11.3 120/8 36oC/ 22 kali 300 750 150 500 300 84 30 HD

0 0 80 kali per 0 ml ml cc/ cc/ 0 cc selesai

mmH per menit/ menit menit

g menit 100%
57

Tanggal 12 Mei 2020

No Kategori Pre Post


1. Keadaan umum Baik Baik
2. Kesadaran Compos mentis Compos mentis
Tekanan
3. darah dan saturasi oksigen
140/80 mmHg dan SpO2=100%120/80 mmHg dan SpO2=100%
4. Suhu dan nadi 36oC dan 82 kali per menit 36oC dan 8o kali per menit
5. Berat badan 70 Kg 69 Kg
6. Perbedaan Berat Badan  2 kg  1 kg

Jam TD S/HR RR/SaO UF UF QB QD UF TM T. Ket.

2 G R V P V
07.5 140/8 36oC/ 22 kali 300 750 150 500 17 10 HD

0 0 80 kali per 0 ml ml cc/ cc/ mulai

mmH per menit/ menit menit

g menit 100%
08.5 140/8 36oC/ 22 kali 300 750 150 500 850 17 30

0 0 80 kali per 0 ml ml cc/ cc/ cc

mmH per menit/ menit menit

g menit 100%
09.5 140/8 36oC/ 22 kali 300 750 150 500 170 17 30

0 0 80 kali per 0 ml ml cc/ cc/ 0 cc

mmH per menit/ menit menit

g menit 100%
10.5 140/8 36oC/ 22 kali 300 750 150 500 233 17 30

0 0 80 kali per 0 ml ml cc/ cc/ 0 cc

mmH per menit/ menit menit

g menit 100%
11.5 130/9 36oC/ 22 kali 300 750 150 500 300 17 30 HD

0 0 80 kali per 0 ml ml cc/ cc/ 0 cc selesa

mmH per menit/ menit menit i

g menit 100%

Tanggal 16 Mei 2020


58

No Kategori Pre Post


1. Keadaan umum Baik Baik
2. Kesadaran Compos mentis Compos mentis
Tekanan
3. darah dan saturasi oksigen
140/80 mmHg dan SpO2=100%120/80 mmHg dan SpO2=100%
4. Suhu dan nadi 36oC dan 82 kali per menit 36oC dan 8o kali per menit
5. Berat badan 70 Kg 69 Kg
6. Perbedaan Berat Badan  2 kg  1 kg

Jam TD S/HR RR/Sa UFG UFR QB QD UFV TM T. Ket.

O2 P V
07.3 140/8 36oC/ 22 kali 3000 750 150 500 5 62 HD

0 0 84 kali per ml ml cc/ cc/ mulai

mmH per menit/ meni meni

g menit 100% t t
08.3 140/8 36oC/ 22 kali 3000 750 150 500 750 5 61

0 0 84 kali per ml ml cc/ cc/ cc

mmH per menit/ meni meni

g menit 100% t t
09.3 140/8 36oC/ 22 kali 3000 750 150 500 1500 5 61

0 0 84 kali per ml ml cc/ cc/ cc

mmH per menit/ meni meni

g menit 100% t t

10.3 140/8 36oC/ 22 kali 3000 750 150 500 2250 5 61

0 0 84 kali per ml ml cc/ cc/ cc

mmH per menit/ meni meni

g menit 100% t t
11.3 120/8 36oC/ 22 kali 3000 750 150 500 3000 5 61 HD

0 0 80 kali per ml ml cc/ cc/ cc selesai

mmH per menit/ meni meni

g menit 100% t t

Tanggal 19 Mei 2020


59

No Kategori Pre Post


1. Keadaan umum Baik Baik
2. Kesadaran Compos mentis Compos mentis
Tekanan
3. darah dan saturasi oksigen
160/90 mmHg dan SpO2=100% 150/80 mmHg dan SpO2=100%
4. Suhu dan nadi 36oC dan 104 kali per menit 36oC dan 98 kali per menit
5. Berat badan 69.5Kg 66.5 Kg
6. Perbedaan Berat Badan  0.5 kg  3 kg

Jam TD S/HR RR/SaO UF UF QB QD UF TM T. Ket.

2 G R V P V
07.3 160/9 36oC/ 22 kali 300 750 120 500 27 -1 HD

0 0 84 kali per 0 ml ml cc/ cc/ mulai

mmH per menit/ menit menit

g menit 100%
08.3 160/9 36oC/ 22 kali 300 750 150 500 750 29 20

0 0 84 kali per 0 ml ml cc/ cc/ cc

mmH per menit/ menit menit

g menit 100%
09.3 160/9 36oC/ 22 kali 300 750 150 500 150 32 29

0 0 84 kali per 0 ml ml cc/ cc/ 0 cc

mmH per menit/ menit menit

g menit 100%
10.3 160/9 36oC/ 22 kali 300 750 120 500 225 5 -1

0 0 84 kali per 0 ml ml cc/ cc/ 0 cc

mmH per menit/ menit menit

g menit 100%
11.3 150/8 36oC/ 22 kali 300 750 100 500 300 5 -1 HD

0 0 80 kali per 0 ml ml cc/ cc/ 0 cc selesa

mmH per menit/ menit menit i

g menit 100%

Tanggal 23 Mei 2020

No Kategori Pre Post


60

1. Keadaan umum Baik Baik


2. Kesadaran Compos mentis Compos mentis
Tekanan
3. darah dan saturasi oksigen
120/80 mmHg dan SpO2=100%130/80 mmHg dan SpO2=100%
4. Suhu dan nadi 36oC dan 80 kali per menit 36oC dan 88 kali per menit
5. Berat badan 69Kg 67 Kg
6. Perbedaan Berat Badan  2.5 kg  2 kg

Jam TD S/HR RR/SaO UF UF QB QD UF TM T. Ket.

2 G R V P V
o
07.5 120/8 36 C/ 22 kali 300 750 120 500 0 5 HD

0 0 80 kali per 0 ml ml cc/ cc/ mulai

mmH per menit/ menit menit

g menit 100%
08.5 120/8 36oC/ 22 kali 300 750 150 500 750 0 5

0 0 80 kali per 0 ml ml cc/ cc/ cc

mmH per menit/ menit menit

g menit 100%
09.5 120/8 36oC/ 22 kali 300 750 150 500 150 0 5

0 0 80 kali per 0 ml ml cc/ cc/ 0 cc

mmH per menit/ menit menit

g menit 100%
10.5 120/8 36oC/ 22 kali 300 750 120 500 225 0 5

0 0 80 kali per 0 ml ml cc/ cc/ 0 cc

mmH per menit/ menit menit

g menit 100%
11.5 130/8 36oC/ 22 kali 300 750 100 500 300 0 5 HD

0 0 88 kali per 0 ml ml cc/ cc/ 0 cc selesa

mmH per menit/ menit menit i

g menit 100%

Tanggal 26 Mei 2020

No Kategori Pre Post


1. Keadaan umum Baik Baik
61

2. Kesadaran Compos mentis Compos mentis


Tekanan
3. darah dan saturasi oksigen
120/80 mmHg dan SpO2=100%130/80 mmHg dan SpO2=100%
4. Suhu dan nadi 36 C dan 80 kali per menit 36oC dan 88 kali per menit
o

5. Berat badan 69Kg 67 Kg


6. Perbedaan Berat Badan  2.5 kg  2 kg

Jam TD S/HR RR/SaO UF UF QB QD UF TM T. Ket.

2 G R V P V
o
08.0 120/8 36 C/ 22 kali 300 750 120 500 -50 25 HD

0 0 80 kali per 0 ml ml cc/ cc/ mulai

mmH per menit/ menit menit

g menit 100%
09.0 120/8 36oC/ 22 kali 300 750 150 500 750 - 25

0 0 80 kali per 0 ml ml cc/ cc/ cc 117

mmH per menit/ menit menit

g menit 100%
10.0 120/8 36oC/ 22 kali 300 750 150 500 150 - 24

0 0 80 kali per 0 ml ml cc/ cc/ 0 cc 117

mmH per menit/ menit menit

g menit 100%
11.0 120/8 36oC/ 22 kali 300 750 120 500 225 - 26

0 0 80 kali per 0 ml ml cc/ cc/ 0 cc 117

mmH per menit/ menit menit

g menit 100%
12.0 120/5 36oC/ 22 kali 300 750 100 500 300 - 20 HD

0 0 88 kali per 0 ml ml cc/ cc/ 0 cc 117 selesa

mmH per menit/ menit menit i

g menit 100%

4.1.1 Pengkajian dan Diagnosa Keperawatan

Daftar Diagnosa Keperawatan Pasien dengan Penyakit Ginjal Kronik

Data Keperawatan Diagnosa keperawatan


62

DS : Hipervolemia berhubungan dengan gangguan

1. Tn. S mengeluh kakinya bengkak, mekanisme regulasi, kelebihan asupan cairan,

kelebihan asupan natrium.

DO :

1. pitting edema +1,

2. terdapat edema pada kedua kaki,

pitting edema +1, kedalaman 2-3 mm

3. BB naik 4 kg dari BB terakhir setelah

hemodialisa.

4. hemodialisa Tn. S jarang sekali BAK.

Kadang-kadang BAK 1 kali sebelum

hemodialisa dimulai dan terkadang

sesudah hemodialisa, BAK ±50 c,

warna kuning jerih.

5. Balance cairan saat hemodialisa:

+185.75
DS : D.0009 Perfusi perifer tidak efektif

1. Tn. S memiliki penyakit katarak di berhubungan dengan penurunan konsentrasi

kedua mata dan riwayat DM hemoglobin

2. Tn. S mengatakan punggungnya terasa

gatal gatal

DO :

1. Konjungtiva anemis, Hb: 9.0 gr/dl,

2. pandangan mata kabur

3. Kulit kering,

4. warna kulit hitam,

5. turgor kulit tidak elastis,


63

6. tampak lesi pada punggung

7. GDS puasa = 160 mg/dl.

DS : D.0056 Intoleransi aktivitas berhubungan

1. Tn. S mengatakan mobilisasi dibantu dengan ketidakseimbanga n antara suplai

keluarga dan kebutuhan oksigen

2. Pasien mengatakan mempunyai

riwayat DM

DO :

1. Atas: tangan kiri mampu digerakkan

secara normal, tetapi tangan kanan

tidak dapat digerakkan secara normal

karena pasien memiliki riwayat

fraktur,

2. Bawah: kaki lemas susah

digerakkan, .

3. Kekuatan otot 5555 3333

5555 5555

4.1.2 Intervensi Keperawatan

Intervensi Keperawatan dengan Penyakit Ginjal Kronik


64

D.0022 Hipervolemia L.03020 Keseimbangan I.03114 Manajemen Hipervolemia

berhubungan dengan Cairan Observasi

gangguan mekanisme Ekspektasi: meningkat  Periksa tanda dan gejala hipervolemia

regulasi, kelebihan Kriteria hasil: (mis.Ortopnea, dispnea, edema,

asupan cairan,  Asupan JVP/CVP meningkat, refleks

kelebihan asupan cairan hepatojugular positif, suara npas

natrium. meningkat tambahan)

Gejala dan tanda  Haluaran  Identifikasi penyebab hipervolemia

mayor Subjektif: urin  Monitor status hemodinamik (mis.

 Ortopnea meningkat frekuensi jantung, tekanan darah,

 Dispnea  Kelembaban MAP, CVP, PAP, PCWP, CO, CI),

membran jika tersedia

Objektif: mukosa  Monitor intake dan output cairan

 Edema meningkat  Monitor tanda hemokonsentrasi (mis.

anasarka  Asupan kadar natrium, BUN, hematokrit,

dan/atau edema makanan berat jenis urine)

perifer meningkat  Monitor tanda peningkatan tekanan

 Berat  Edema menurun onkotik plasma (mis. kadar protein

badan meningkat  Dehidrasi menurun dan albumin meningkat)

dalam waktu  Asites menurun  Monitor keceptan infus secara ketat

singkat  Konfusi menurun  Monitor efek samping diuretik

 Jugular Venous  Tekanan (mis. Hipotensi ortostatik,

Pressure (JVP) darah hipovolemia, hipokalemia,

dan/atau membaik hiponatremia)

Central Venous  Denyut nadi Terapeutik

Pressure radial membaik  Timbang berat badan setiap hari pada

 Tekanan arteri waktu yang sama

rata- rata  Batasi asupan cairan dan garam


65
66

Diagnosa (SDKI) Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi (SIKI)


(SLKI)
D.0009 Perfusi perifer L.02011 Perfusi I.02079 Perawatan Sirkulasi

tidak efektif Perifer Observasi

berhubungan dengan Ekspektasi: meningkat  Periksa sirkulasi periver

penurunan Kriteria hasil: (mis. Nadi perifer,

konsentrasi  Denyut nadi perifer edema, pengisian

hemoglobin meningkat kapiler, warna, suhu,

 Penyembuha ankle brachial index)

Gejala dan tanda mayor n luka  Identifikasi faktor resiko

Subjektif: meningkat gangguan sirkulasi

 (tidak tersedia)  Sensasi ( mis. Diabetes,

Objektif: meningkat perokok, orang tua

 Pengisian  Warna kulit pucat hipertensi dan kadar

kapiler >3 detik menurun kolestrol tinggi)

 Nadi perifer  Edema perifer  Monitor panans,

menurun atau tidak menurun kemerahan, nyeri atau

teraba  Nyeri ekstremitas bengkak pada

 Akral teraba menurun ekstermitas

dingin  Parastesia Teraupetik

 Warna kulit menurun  Hindari pemasangan

pucat  Kelemahan otot infus atau pengambilan

 Turgor kulit menurun darah di daerah

menurun  Kram otot keterbatasan perfusi

menurun  Hindari pengukuran

Gejala dan tanda minor  Bruit femoralis tekanan darah pada

Subjektif: menurun ekstermitas dengan

 Parastesia keterbatasan perfusi


67

Diagnosa (SDKI) Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi (SIKI)


(SLKI)
 Nyeri ekstremitas  Nekrosis menurun  Hindari penekanan

(klaudikasi  Pengisian kapiler dan

intermiten) membaik pemasangan

Objektif:  Akral membaik tourniquet pada area

 Edema  Turgor kulit yang cidera

 Penyembuhan luka membaik  Lakukan pencegahan

lambat  Tekanan darah infeksi

 Indeks ankle- sistolik membaik  Lakukan perawatan kaki

brachial<0,90  Tekanan darah dan kuku

 Bruit femoralis diastolik membaik Edukasi

 Tekanan arteri rata-  Anjurkan berhenti

rata membaik merokok

 Indeks ankle-  Anjurkan berolah raga

brachial membaik rutin

 Anjurkan mengecek air

mandi untuk menghindari

kulit terbakar

 Anjurkan minum obat

pengontrol tekanan

darah, antikoagulan,dan

penurun kolestrol, jika

perlu

 Anjurkan minum obat

pengontrl tekanan darah

secara teratur

 Anjurkan menggunakan
68

Diagnosa (SDKI) Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi (SIKI)


(SLKI)
obat penyekat beta

 Ajarkan program diet

untuk memperbaiki

sirkulasi ( mis. Rendah

lemak jenuh, minyak

ikam omega 3)

 Informasikan tanda dan

gejala darurat yang harus

dilaporkan (mis. Raasa

sakit yang tidak hilang

saat istirahat, luka tidak

sembuh, hilangnya rasa)

I.06195 Manajemen Sensasi

Perifer

Observasi

 Identifikasi penyebab

perubahan sensasi

 Identifikasi

penggunaan

alat

pengikat,

prosthesis, sepatu, dan

pakaian

 Periksa perbedaan

sensasi tajam dan tumpul

 Periksa perbedaan
69

Diagnosa (SDKI) Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi (SIKI)


(SLKI)
sensasi panas dan dingin

 Periksa kemampuan

mengidentifikasi lokasi

dan tekstur benda

 Monitor terjadinya

parestesia, jika perlu

 Monitor perubahan kulit

 Monitor adanya

tromboflebitis

tromboemboli vena

Teraupetik

 Hindari pemakaian

benda-benda yang

berlebihan suhunya

(terlalu panas atau

dingin)

Edukasi

 Anjurkan penggunaan

thermometer untuk

menguji suhu air

 Anjurkan penggunaan

sarung tangan termal

saat memasak
70

Diagnosa (SDKI) Tujuan & Kriteria Intervensi (SIKI)


Hasil (SLKI)
D.0056 Intoleransi L.05047 Toleransi I.05178 Manajemen Energi

aktivitas Aktivitas Observasi

berhubungan dengan Ekspektasi: meningkat  Identifikasi gangguan fungsi

ketidakseimbanga n Kriteria hasil: tubuh yang mengakibatkan

antara suplai dan  Frekuensi nadi kelelahan

kebutuhan oksigen meningkat  Monitor kelelahan fisik dan

Gejala dan tanda  Saturasi emosional

mayor Subjektif: oksigen  Monitor pola dan jam tidur

 Mengeluh meningkat  Monitor lokasi dan

lelah  Kemudahan ketidaknyamanan selama

 Objektif: dalam melakukan aktivitas

 Frekuensi melakukan Terapeutik

jantung aktivitas sehari-  Sediakan lingkungan nyaman

meningkat hari meningkat dan rendah stimulus (mis.

>20% dari  Kecepata cahaya, suara, kunjungan)


71

Diagnosa (SDKI) Tujuan & Kriteria Intervensi (SIKI)


Hasil (SLKI)
kondisi n berjalan  Lakukan latihan rentang

istirahat meningkat gerak pasin dan/atau aktif

Gejala dan tanda  Jarak  Berikan aktivitas

minor berjalan distraksi yang

Subjektif: meningkat menenangkan

 Dispnea  Kekuatan  Fasilitasi duduk di sisi tempat

saat/setelah tubuh bagian tidur, jika tidak dapat

aktivitas atas berpindah atau berjalan

 Merasa tidak meningkat Edukasi

nyaman  Kekuatan  Anjurkan tirah baring

setelah tubuh bagian  Anjurkan melakukkan

beraktivitas bawah aktivitas secara bertahap

 Merasa lemah meningkat  Anjurkan menghubungi

Objektif:  Toleransi perawat jika tanda dan gejala

 Tekanan darah dalam menaiki kelelahan tidak berkurang

berubah >20% tangga  Ajarkan strategi koping untuk

dari kondisi meningkat mengurangi kelelahan

istirahat  Keluhan lelah Kolaborasi

 Gambaran  Dipsnea saat  Kolaborasi dengan ahli gizi

EKG aktivitas tentang cara meningkatkan

menunjukkan menurun asupan makanan

aritmia  Dipsnea setelah

saat/setelah aktivitas I.05186 Terapi Aktivitas

aktivitas menurun Observasi

 Gambaran  Perasaan  Identifikasi defisit tingkat aktivitas

EKG lemah
72

Diagnosa (SDKI) Tujuan & Kriteria Intervensi (SIKI)


Hasil (SLKI)
menunjukkan menurun  Identifikasi kemampuan

iskemia  Aritmia berpartisipasi dalam aktivitas

 Sianosis saat tertentu

beraktivitas  Identifikasi sumber daya

menurun untuk aktivitas yang

 Aritmia diinginkan

setelah  Identifikasi strategi meningkatkan

beraktivitas partisipasi dalam aktivitas

menurun  Identifikasi makna aktivitas

 Sianosis menurun rutin (mis. bekerja) dan

 Warna waktu luang

kulit  Monitor respons emosional, fisik,

membaik sosial, dan spiritual terhadap

 Tekanan aktivitas

darah Terapeutik

membaik  Fasilitasi fokus pada

 Frekuensi kemampuan, buka defisit

napas yang dialami

membaik  Sepakati komitmen untuk

 EKG meningkatkan frekuensi dan

Iskemia rentang aktivitas

membaik  Fasilitasi memilih aktivitas

dan tetapkan tujuan aktivitas

yang konsisten sesuai

kemampuan fisik, psikologis,


73

Diagnosa (SDKI) Tujuan & Kriteria Intervensi (SIKI)


Hasil (SLKI)
dan sosial

 Koordinasikan pemilihan

aktivitas sesuai usia

 Fasilitasi makna aktivitas yang

dipilih

 Fasilitasi transportasi untuk

menghadiri aktivitas, jika

sesuai

 Fasilitasi pasien dan

keluarga dalam

menyesuaikan lingkungan

untuk

4.1.3 Implementasi Keperawatan

Table 4.10 Implementasi Keperawatan pada pasien 1 dengan Penyakit

Ginjal Kronik

Tindakan Keperawatan Evaluasi Tindakan


1. Memposisikan pasien fowler Pasien merasa nyaman

2. 2.1 Memeriksa sirkulasi TD: 150/80 mmHg

perifer N: 90x/menit

RR: 28x/menit

T: 38o C

Edema di kaki +1, warna kulithitam


3. Memonitor adanya , Kaki bengkak
dengan pitting edema +1
bengkak pada ekstermitas
4. Memonitor hasil hb Hb: 9,0 gr/dL
5. Memonitor terjadinya gatal Gatal gatal sering terjadi
74

gatal

6. Memperiksa tanda Pasien mengalami ortopnea,


dipsnea, edema, dan suara
dan gejala napas tambahan ronkhi

hipervolemi

7. Memonitor intake dan Input: 180ml (07.00-sekarang)

output pasien Output: 110ml (07.00-

sekarang)
8. Menganjurkan pasien untuk Terdapat kelemahan ekstremitas

mobilisasi dini
9. Melakukan rawat luka lesi di Terdapat lesi pada punggung

punggung

4.1.4 Evaluasi

Evaluasi Keperawatan pada pasien dengan Penyakit Ginjal Kronik

Data Keperawatan Diagnosa keperawatan

S: Hipervolemia berhubungan dengan gangguan

Tn. S mengeluh kakinya masih bengkak, mekanisme regulasi, kelebihan asupan cairan,

O: kelebihan asupan natrium.


75

Data Keperawatan Diagnosa keperawatan

pitting edema +1,

terdapat edema pada kedua kaki, pitting

edema +1, kedalaman 2-3 mm, belum ada

penurunan berat badan, BAK 1 kali,

Balance cairan saat hemodialisa: +180

A:

Masalah belum teratasi

P:

Lanjutkan intervensi
S: D.0009 Perfusi perifer tidak efektif

Tn. S mengatakan punggungnya masih terasa berhubungan dengan penurunan konsentrasi

gatal gatal hemoglobin

O:

Konjungtiva anemis, Hb: 9.0 gr/dl,

pandangan mata kabur

Kulit kering, warna kulit hitam, turgor kulit

tidak elastis, tampak lesi pada punggung

A:

Masalah belum teratasi

P:

Lanjutkan intervensi
S: D.0056 Intoleransi aktivitas berhubungan

Tn. S mengatakan mobilisasi dibantu dengan ketidakseimbanga n antara suplai

keluarga dan kebutuhan oksigen

O:

tangan kanan tidak dapat digerakkan, kaki


76

Data Keperawatan Diagnosa keperawatan

lemas susah digerakkan, .

Kekuatan otot 5555 3333

5555 5555

A:

Masalah belum teratasi

P:

Lanjutkan intervensi

4.2 Pembahasan

4.2.1 Pengkajian

Hasil pengkajian gangguan pernapasan pada pasien 1 ditemukan data

subjektif dan objektif.

Tn. S mengeluh badannya lemas, kakinya bengkak, pitting edema +1,

punggung gatal-gatal, GDS puasa = 160 mg/dl. BB naik 4 kg dari BB terakhir

setelah hemodialisa.Tn. S rajin kontrol dan minum obat pioglitazone

hydrochlorine 15 mg 2x1 sebelum makan, gliquidone 30 mg 2x1 dan obat

isosorbide dinitrate 5mg 3x1 setelah makan. Tn. S mengatakan BB terakhir

setelah hemodialisa minggu lalu 66.5 Kg, sekarang naik 4 Kg menjadi 70.5 Kg.

Tn. S mengatakan tubuhnya merasa nyaman jika BB 65 Kg. Tn. S saat

hemodialisa menggunakan akses double lumen yang terpasang pada sublavia

dextra.

Menurut Mary Baradero (2010) dimana pasien dengan Penyakit Ginjal

mengalami tanda dan gejala seperti sesak napas, terdapat pernapasan cuping

hidung, pola napas abnormal, takipneu, pernapasan kussmaul,

terdapat penggunaan otot bantu pernapasan, sputum yang lengket, dan edema.
77

Menurut penulis gangguan pernapasan sering terjadi pada pasien dengan

penyakit ginjal dengan gejala sesak, pernapasan cuping hidung, penggunaan otot

bantu pernapasan, takipneu, fase ekspirasi lebih panjang dibandingkan inspirasi

dikarenakan karena banyak hal, misalnya karena posisi yang menghambat

ekspansi paru, atau adanya penumpukan cairan sesuai dengan fakta dan teori yang

ada. Berdasarkan data yang ditemukan terdapat kesamaan dan kesenjangan tanda

dan gejala pada pasien yang ditemukan di kenyataannya dengan tanda dan gejala

yang ada pada teori yang dikemukaan pada pasien dengan penyakit ginjal.

Masalah selanjutnya adalah perfusi perifer tidak efektif berhubungan

dengan penurunan konsentrasi hemoglobin yang terdapat pada pasien 1. Masalah

ini ditunjang dengan nilai hemoglobin 9,0 g/dL, pengisian kapiler (CRT)> 2 detik,

akral teraba dingin, dan warna kulit pucat yang merupakan tanda dari penyakit

anemia.

Masalah selanjutnya hipervolemi pada pasien 1 mengatakan pasien sesak

dengan frekuensi napas 29x/menit, dan mengalami edem ekstermitas +1di kaki,

dan mengalami edem paru, terdengar suara napas tambahan ronkhi. Sedangkan

pada pasien 2 juga mengalami sesak napas dengan frekuensi napas 28x/menit

mengalami edem paru dan edem di kaki +1.

Hal ini sesuai dengan teori menurut Doenges (2014), hipervolemia

ditandai dengan penurunan output, oliguria, peningkatan tekanan darah,

peningkatan CVP (Central Venous Pressure), edema, peningkatan berat badan

dalam waktu singkat, edema pulmonal, perubahan pada status mental,

kegelisahan, penurunan hemoglobin/hematokrit, dan ketidakseimbangan

elektrolit.

Menurut penulis, terdapat kesamaan teori dan evidence pada pasien CKD

dengan masalah hipervolemia, karena kedua pasien mengalami penurunan output


78

pada saat sebelum masuk RS (sebelum diberikan diuretik), peningkatan tekanan

darah, edema ekstremitas, edema pulmonal, dan juga penurunan

hemoglobin/hematokrit. Saat dikaji kedua pasien telah diberikan terapi diuretik,

oleh karena itu balance cairan pasien bernilai (-) dan outputnya pun bertambah

Hasil pengkajian gangguan mobilitas fisik pada pasien ditemukan data

objektif yaitu pasien mengatakan badannya lemas, tidak mampu mengerjakann

aktifitas sehari-hari secara mandiri. Sedangkan data objektifnya yaitu gerakan

pasien terbatas, hanya berbaring, kram otot, kekuatan otot menurun, sendi kaki

kaku, ADL dibantu keluarga.

Menurut Smeltzer& Bare (2015) yaitu tanda dan gejala pasien dengan

penyakit ginjal seperti kelemahan dan keletihan, konfusi, kelemahan pada

tungkai, rasa panas pada kaki, kram otot, kekuatan otot menurun/hilang, fraktur

tulang, dan foot drop.

Menurut penulis tanda dan gejala tersebut muncul pada pasien dengan

penyakit ginjal karena kurangnya pergerakan karena takut akan terjadi sesak

napas, mengalami kelemahan sehingga muncul tanda dan gejala yang sesuai

dengan fakta dan teori.

4.2.2 Diagnosa

Terdapat 3 diagnosa keperawatan yang muncul pada penyakit ginjal

kronik yaitu

4.2.2.1 Perfusi perifer tidak efektif b.d penurunan konsetrasi Hb

Diagnose keperawatan perfusi perifer tidak efektif ditegakkan pada

pasien 1 dan 2 dikarenakan pada pasien 1 timbul gejala seperti pasien sering

merasa kesemutan, hasil pemeriksaan Hb: 9 gr/dL, hasil pemeriksaan Ht: 28,2 %,

hasil pemeriksaan Eritrosit: 3,25 10˄6/µL, akral dingin, CRT > 2 detik, akral
79

dingin, dan turgor kulit menurun. Sedangkan pasien 2 timbul gejala seperti hasil

pemeriksaan Hb 8,1 gr/dl, pemeriksaan Ht 25,5%, akral dingin, kulit pucat, CRT>

2 detik, dan turgor kulit menurun. Hal ini disebabkan karena sekresi eritropoetin

pada ginjal menurun sehingga produksi hb turun dan oksihemoglobin turun dan

mengakibatkan perfusi perifer tidak efektif.

Menurut penulis penurunan hb mengakibatkan oksihemoglobin turun,

karena oksigen yang terikat pada hb dan seharusnya dialirkan keseluruh tubuh

tidak berjalan sesuai dengan fungsinya. Ginjal yang terganggu mengakibatkan

sekresi eritropoetin menurun dan produksi hb juga ikut turun sehingga timbullah

masalah perfusi perifer tidak efektif.

4.2.2.2 Hipervolemi b.d gangguan mekanisme regulasi

Pada pasien mengalami bengkak di ekstermitas bawah dengan pitting

edema +1, edema paru, dan urin keluar sedikit jika tidak menggunakan bantuan

obat diuretic. Hal ini terjadi karena pada pasien dengan penyakit ginjal kronik

mengalami kerusakan ginjal, ginjal tidak mampu memfiltrasi dan mengeluarkan

cairan dalam bentuk urin dengan semestinya sehingga cairan tersebut mengendap

di interstisial.

4.2.2.3 Intoleransi aktivitas b.d kelemahan

Pada pasien mengalami kelemahan dan penurunan kekuatan otot karena

kurang mobilisasi dan pengaruh ketidakbugaraan fisik sehingga tanda dan gejala

tersebut terjadi. Aktivitas sehari-hari kedua pasien dibantu oleh keluaraga mulai

dari makan, buang air, dan sebagainya. Menurut Smeltzer& Bare (2015) tanda dan

gejala seperti kelemahan dan keletihan, kram otot dan kekuatan otot menurun bisa
80

terjadi pada pasien dengan penyakit ginjal. Sedangkan menurut penulis karena

kelemahan dan jarang melakukan pergerakan sehingga menyebabkan gangguan

mobilitas.

4.2.3 Intervensi

Intervensi keperawatan yang akan dilakukan pada pasien dengan

hipervolemi b.d gangguan mekanisme regulasi yang akan dilakukan selama 4 x 24

jam dengan harapan bengkak berkurang dengan kriteria hasil: haluaran urin sesuai

dengan input, kelembapan membrane mukosa baik, edema berkurang, tekanan

darah membaik, turgor kulit membaik, napasnya membaik yaitu: periksa tanda

dan gejala hypervolemia, identifikasi penyebab hypervolemia, monitor intake dan

output, monitor tanda-tanda vital, batasi asupan cairan dan garam, ajarkan cara

mengukur dan mencatat asupan dan haluaran cairan, kolaborasi pemberian

diuretic.

Intervensi keperawatan yang akan dilakukan pada pasien dengan

gangguan intoleransi aktivitas b.d kelemahan yang akan dilakukan selama 4 x 24

jam dengan harapan intoleransi aktivitas baik dengan kriteria hasil: pergerakan

ekstermitas cukup meningkat, kekuatan otot cukup meningkat, rentang gerak

cukup meningkat, kelemahan fisik menurun, gerakan terbatas menurun yaitu:

identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya, monitor kondisi umum

selama melakukan ambulasi, fasilitasi melakukan mobilisasi fisik jika perlu,

libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam meningkatkan ambulasi, jelaskan

tujuan prosedur ambulasi, anjurkan melakukan ambulasi dini, ajarkan ambulasi

sederhana yang harus dilakukan.

Intervensi keperawatan pasien dengan perfusi perifer tidak efektif b.d


81

penurunan konsentrasi hb yang akan dilakukan selama 4 x 24 jam dengan harapan

perfusi jaringan perifer adekuat dengan kriteria hasil: warna kulit pucat menurun,

edema perier menurun, parestesia menurun, pengisian kapiler membaik, akral

membaik, turgor kulit membaik yaiu: periksa sirkulasi perifer, identifikasi rencana

transfuse darah, monitor panas kemerahan, nyer atau bengkak pada ekstermitas,

monitor hasil lab, monitor terjadinya parestesia, jika perlu, lakukan pencegahan

infeksi, anjurkan minum obat pengontrol tekanan darah secara rutin, informasikan

tanda dan gejala darurat yang harus dilaporkan, kolaborasi pemberian transfuse

darah.

4.2.4 Evaluasi

4.2.4.1 intoleransi aktivitas b.d kelemahan

Hasil evaluasi pada pasien setelah masa perawatan 4 hari yaitu kedua

pasien mampu duduk di samping tempat tidur dan mampu berjalan disekitar

tempat tidur, kedua pasien merasa lebih sehat dan kedua pasien mengalami

peningkatan kekuatan otot menjadi 5 5 5 5

4.2.4.2 Perfusi perifer tidak efektif b.d penurunan konsentrasi hb

Hasil evaluasi pada pasien setelah perawatan 4 hari yaitu akral hangat,

CRT < 2 detik, turgor kulit baik, dapat berkomunikasi sesuai dengan orientasi dan

hasil pemeriksaan Hb 7 gr/dl dan Ht 22,1% dan masalah teratasi sebagian karena

pasien mengalami penurunan konsentrasi Hb.

4.2.4.3 Hipervolemi b.d gangguan mekanisme regulasi

Pada pasien bengkak sudah berkurang, kencng juga mulai banyak,

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN


82

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penulisan penerapan asuhan keperawatan pada pasien

dengan Penyakit Ginjal Kronis penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai

berikut:

5.1.1 Pengkajian

Pengkajian adalah upaya mengumpulkan data secara lengkap dan

sistematis untuk dikaji dan dianalisis sehingga masalah kesehatan dan

keperawatan dapat ditentukan. Pengkajian pada pasien dengan penyakit ginjal

kronik didapatkan adanya masalah pernapasan, cairan, musculoskeletal, dan

perfusi.

5.1.2 Diagnosa Keperawatan

Seperti yang dikemukakan beberapa ahli di bab sebelumnya yaitu

terdapat 3 diagnose keperawatan pada pasien ginjal yaitu perfusi perifer tidak

efektif, intoleransi aktivitas, dan hypervolemia.

5.1.3 IntervensiKeperawatan

Intervensi yang digunakan dalam kasus klien disesuaikan dengan masalah

keperawatan yang ditegakkan berdasarkan criteria tanda dan gejala mayor, minor

dan kondisi klien saat ini.

5.1.4 Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan yang dilakukan pada klien sesuai dengan

intervensi yang telah direncanakan berdasarkan teori yang ada dan sesuai dengan

kebutuhan Pasien dengan Penyakit Ginjal Kronis

5.1.5 Evaluasi

Akhir dari proses keperawatan adalah evaluasi terhadap asuhan keperawatan

yang di berikan. Pada evaluasi yang penulis lakukan pada pasien dengan masa
83

perawatan 4 hari dan dengan 3 masalah keperawatan teratasi sebagian.

5.2 Saran

Untuk meningkatkan mutu asuhan keperawatan pada pasien dengan Penyakit

Ginjal Kronis diperlukan adanya suatu perubahan dan perbaikan diantaranya:

5.2.1 Bagi Penulis

Hasil penulisan yang dilakukan diharapkan dapat menjadi acuan dan

menjadi bahan pembanding pada penulis selanjutnya dalam melakukan studi

kasus pada pasien dengan penyakit ginjal kronis

5.2.2 Bagi perawat ruangan

Sebaiknya ditingkatkan rasa empati, dan care nya pada pasien agar pasien

termotivasi untuk sembuh.


DAFTAR PUSTAKA

a. Asmadi. (2010). Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: EGC

b. Abdul Wahab Sjahranie. Diunduh pada tanggal 1 Desember 2018

c. Baradero, Mary, dkk. (2010). Klien Gangguan Ginjal. Jakarta :

EGC Corwin, Elizabeth J. (2010). Buku Saku Patofisiologi, Ed.

3. Jakarta: EGC

d. Hasmi. (2012). Metode Penulisan Epidemiologi. Jakarta: CV.

Trans Info Media

e. Hidayat Alimul Aziz, A. (2010). Metode Penelitian

Keperawatan dan Teknik Analisis Data. Jakarta: Salemba

Medika

f. Irwan (2016). Epidemiologi Penyakit yang Tidak Menular.

Yogyakarta: Deepublish

g. Kementrian Kesehatan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.

(2018). Hasil Utama RISKESDAS 2018. Diunduh pada tanggal 1

Desember 2018

h. Moeloek, F Nila. (2018). Air Bagi Kesehatan: Upaya Peningkatan

Promotif Preventif Bagi Kesehatan Ginjal Di Indonesia. Diunduh pada

tanggal 18 November 2018

i. Nuari, Nian A.(2017). Gangguan Pada Sistem Perkemihan

& Penatalaksanaannya, Ed.1. Yogyakarta: Penerbit Deepublish

j. Nurarif, Huda A, dan Kusuma Hardhi. (2015). Aplikasi Asuhan

Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc Edisi


Revisi Jilid 2. Jogjakarta: Mediaction

k. Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu

Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

l. Pernefri. (2016). Report Of Indonesian Renal Registry. Diunduh pada

tanggal 18 November 2018

m. Rajiv, Saran. (2016). The State of Kidney Disease in the US: New

Findings & High Impact Practices Linked to Improved Patient

Outcomes. Jurnal USRDS. Vol.2. Diunduh pada tanggal 18 November

2018

n. Smeltzer, C Suzanne & Bare, G Brenda. (2015). Buku Ajar Keperawatan

Medikal-Bedah Brunner&Suddarth, Ed.8, Vol.2. Jakarta: EGC

o. Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan

Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik. Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

p. Trihono. (2013). Riset Kesehatan Dasar 2013. Diunduh pada tanggal 18

November 2018

Anda mungkin juga menyukai