Anda di halaman 1dari 20

.

    Pembelajaran Individual


Pengertian Pembelajaran Individual
Pembelajaran Individual
atauPengajaranPerseoranganmerupakansuatustrategiuntukmengaturkegiatanbelajarmengajarsede
mikianrupasehinggasetiapsiswamemperolehperhatianlebihbanyakdaripada yang
dapatdiberikandalamrangkapengelolaankegiatanbelajarmengajardalamkelompoksiswa yang
besar.Pembelajaran individual merupakan suatu strategi pembelajaran, hal ini dijelaskan oleh
Rowntree (1974) dalam Sanjaya (2008 : 128) membagi strategi pembelajaran ke dalam strategi
penyampaian-penemuan atau exposition-discovery leraning strategy dan strategi pembelajaran
kelompok dan strategi pembelajaran individual atau groups-individual learning strategy.
Menurut Wina Sanjaya (2008:128) strategi pembelajaran individual dilakukan oleh siswa
secara mandiri. Kecepatan, kelambatan dan keberrhasilan pembelajaran siswa sangat ditentukan
oleh kemampuan individu yang bersangkutan. Bahan pembelajaran serta bagaimana
mempelajarinya didesain untuk belajar sendiri. Adanyaperbedaan individual
menunjukkanadanyaperbedaankondisibelajarsetiap orang, agar individual
dapatberkembangsecara optimal dalam proses belajardiperlukanorientasi yang
paraleldengankondisi yang dimilinyadituntutpenghargaanakanindividualitas.
Dalampengajaranbeberapaperbedaan yang harusdiperhatikan, yakni:
1.              Perbedaanumur
2.              Perbedaanintelegensi
3.              Perbedaankesanggupandankecepatan
4.              Perbedaanjeniskelamin
Perbedaan individual tersebutharusmendapatperhatian guru agar
berhasildalampemberianpembelajarankepadasiswa.Untukmengetahuiitu guru
harusmengenalperbedaan yang adapadasiswa, antara lain dengancarates, mengunjungirumah
orang tuasiswa, sosiogram, dan case studi.

Model Pemebelajaran Individual


Padadasarnyamerupakanbentukpembelanjaran yang tergambardariawalsampaiakhir yang
disajikansecarakhasoleh guru.Dengan kata lain, model
pembelajaranmerupakanbungkusataubinhkaidaripenerapansuatupendekatan,
metodedanteknikpembelajaran 4 kelompok model pembelajaranyaitu :
a.       Model interaksi social
Pembelajaran yang berinteraksilangsungantara guru dansiswanya
b.      Model pengolahaninformasi
Mengolahinformasi yang akan di sampaikankepadasiswanyadanmengolahpelajaran yang
akandisampaikankepadasiswanya, mana yang baikataupun yang kurangbaikbagisiswa.
c.       Model Personal
Pembelajaran yang langsungkepadasiswanyasecaraperorangan.
d.      Model modifikasitingkahlaku
Setiapmelakukanpembelajaransebaiknyaselalumenggantisuasa agar
siswatidakcepatbosanterhadappelajaran yang akandiajarkan.
Menurut Hamzah B. Uno (2008 : 18), ada beberapa model pembelajaran yang termasuk
pada pendekatan pembelajaran individual, diantaranya adalah model pembelajaran pengajaran
tidak langsung (non directive teaching), model pembelajaran pelatihan kesadaran (awareness
training), sinektik, sistem konseptual, dan model pembelajaran pertemuan kelas (clasroom
meeting).
Berikut adalah model-model pembelajaran yang lain :
• Distance learning (pembelajaran jarak jauh)
• Resource-based learning (pembelajaran langsung dari sumber)
• Computer-based training (pelatihan berbasis komputer)
• Directed private study (belajar secara privat langsung)

Metode Pembelajaran Individual

1.    Metode Tanya Jawab


Tanya jawabialahsuatucarapenyajianbahanpelajaranmelaluibentukpertanyaan
yang perludijawabolehanakdidik. Denganmetodeini, antara lain
dapatdikembangakanketerampilaanmengamati, menginterprestasi, mengklasifikasi,
membuatkesimpulandanmenerapkan. Metode Tanya jawabmempunyaitujuan agar
siswadapatmengertiataumengingatingattentangapa yang dipelajari.
2.    MetodeTugas
Metodetugasadalahmetodepenyajianbahandimana guru memberikantugastertentu
agar siswamelakukankegiatanbelajar.Masalahtugas yang
dilaksanakanolehsiswadapatdilakukandidalamkelas, dihalamansekolah,
dandiperpustaanataupundirumahasalkantugasitudapatdikerjakan.Metodeinidiberikankarenadirasa
kanbahanpelajaran yang
terlalubanyaksementarawaktusedikit.Tugasbiasanyabisadilaksanakandirumah, disekolah,
dandiperpustakaan.Tugasbisamerangsanganakuntukaktifbelajar, baiksecara individual
ataupunkelompok.
3.    MetodeLatihan
Metodelatihan yang disebutjugametode training merupakansuatucaramengajar
yang baikuntukmenanamkankebiasaan–kebiasaantertentu,
jugasebagaisaranauntukmemeliharakebiasaan-kebiasaan yang baik.
4.    MetodePembiasaan
Metodepembiasaanadalahsebuahcara yang
dapatdilakukanuntukpembiasaananakdidikberfikir,
bersikapdanbertindaksesuaidengantuntunanajaran agama Islam.
5.    MetodeKeteladanan
Keteladanandalambahasaarab di sebutuswah, iswah, atauqudwah, qidwah yang
berartiperilakubaik yang daparditiruoleh orang lain (anakdidik).
Metodeketeladananmemilikiperanan yang
sangatsignifikandalamupayapencapaiankeberhasilanpendidikan.

Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Indiviual


Kelebihan
a.    Siswa dapat belajar aktif tanpa bantuan maksimal dari guru
b.    Seluruh materi pembelajaran dari satu unit kompetensi
c.    Siswa mencapai hasil sesuai dengan kemampuannya
d.   Pendidikan lebih berdaya guna
Kelemahan
a.    Kegiatan belajar memerlukan oraganisasi yang baik
b.    Selama proses belajar perlu diadakan beberapa ulangan yang perlu dinilai sesegera mungkin
c.    Membutuhkan ketekunan ytang lebih tinggi dari fasilisator
d.   Biaya pengembangan bahan tinggi dan waktu yang dibutuhkan lama.

Pembelajaran Kolaboratif
Pengertian Pembelajaran Kolaboratif
Pembelajaran kolaboratif memudahkan para siswa belajar dan bekerja bersama,
saling menyumbangkan pemikiran dan bertanggung jawab terhadap pencapaian hasil belajar
secara kelompok maupun individu. Berbeda dengan pembelajaran konvensional, tekanan utama
pembelajaran kolaboratif maupun kooperatif adalah “belajar bersama”.Tetapi, dalam perspektif
ini tidak semua “belajar bersama” dapat digolongkan sebagai belajar kooperatif, apalagi
kolaboratif. Bila para siswa di dalam suatu kelompok tidak saling menyumbangkan pikiran dan
bertanggung jawab terhadap pencapaian hasil belajar secara kelompok maupun individu,
kelompok itu tak dapat digolongkan sebagai kelompok pembelajaran kolaboratif. Kelompok itu
mungkin merupakan kelompok pembelajaran kooperatif atau bahkan sekadar belajar bersama-
sama.
Inti pembelajaran kolaboratif adalah bahwa para siswa belajar dalam kelompok-
kelompok kecil. Antaranggota kelompok saling belajar dan membelajarkan untuk mencapai
tujuan bersama. Keberhasilan kelompok adalah keberhasilan individu dan demikian pula
sebaliknya.pembelajaran kolaboratif lebih daripada sekadar kooperatif. Jika pembelajaran
kooperatif merupakan teknik untuk mencapai hasil tertentu secara lebih cepat, lebih baik, setiap
orang mengerjakan bagian yang lebih sedikit dibandingkan jika semua dikerjakannya sendiri,
maka pembelajaran kolaboratif mencakup keseluruhan proses pembelajaran, siswa saling
mengajar sesamanya. Bahkan bukan tidak mungkin, ada kalanya siswa mengajar gurunya juga.

Model Pembelajaran Kolaboratif


1.      Belajar itu aktif dan konstruktif
Untuk mempelajari bahan pelajaran, siswa harus terlibat secara aktif dengan
bahan itu. Siswa perlu mengintegrasikan bahan baru ini dengan pengetahuan yang telah dimiliki
sebelumnya. Siswa membangun makna atau mencipta sesuatu yang baru yang terkait dengan
bahan pelajaran.
2.      Belajar itu bergantung konteks
Kegiatan pembelajaran menghadapkan siswa pada tugas atau masalah menantang yang
terkait dengan konteks yang sudah dikenal siswa. Siswa terlibat langsung dalam penyelesaian
tugas atau pemecahan masalah itu.
3.      Siswa itu beraneka latar belakang
Para siswa mempunyai perbedaan dalam banyak hal, seperti latarbelakang, gaya belajar,
pengalaman, dan aspirasi. Perbedaan-perbedaan itu diakui dan diterima dalam kegiatan
kerjasama, dan bahkan diperlukan untuk meningkatkan mutu pencapaian hasil bersama dalam
proses belajar.
4.      Belajar itu bersifat sosial
Proses belajar merupakan proses interaksi sosial yang di dalamnya siswa membangun makna
yang diterima bersama.
Metode Pembelajaran Kolaboratif

Ada banyak macam pembelajaran kolaboratif yang pernah dikembangkan oleh


para ahli maupun praktisi pendidikan, teristimewa oleh para ahli Student Team Learning pada
John Hopkins University. Tetapi hanya sekitar tujuh macam yang mendapatkan perhatian secara
luas, yaitu:
1.       Learning Together
Dalam metode ini kelompok-kelompok sekelas beranggotakan siswa-siswa yang beragam
kemampuannya. Tiap kelompok bekerjasama untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh
guru. Satu kelompok hanya menerima dan mengerjakan satu set lembar tugas. Penilaian
didasarkan pada hasil kerja kelompok.

2.       Teams-Games-Tournament (TGT)


Setelah belajar bersama kelompoknya sendiri, para anggota suatu kelompok akan berlomba
dengan anggota kelompok lain sesuai dengan tingkat kemampuan masing-masing. Penilaian
didasarkan pada jumlah nilai yang diperoleh kelompok.

3.       Group Investigation (GI)


Semua anggota kelompok dituntut untuk merencanakan suatu penelitian beserta perencanaan
pemecahan masalah yang dihadapi. Kelompok menentukan apa saja yang akan dikerjakan dan
siapa saja yang akan melaksanakannya berikut bagaimana perencanaan penyajiannya di depan
forum kelas. Penilaian didasarkan pada proses dan hasil kerja kelompok.

4.       Academic-Constructive Controversy (AC)


Setiap anggota kelompok dituntut kemampuannya untuk berada dalam situasi konflik intelektual
yang dikembangkan berdasarkan hasil belajar masing-masing, baik bersama anggota sekelompok
maupun dengan anggota kelompok lain. Kegiatan pembelajaran ini mengutamakan pencapaian
dan pengembangan kualitas pemecahan masalah, pemikiran kritis, pertimbangan, hubungan
antarpribadi, kesehatan psikis dan keselarasan. Penilaian didasarkan pada kemampuan setiap
anggota maupun kelompok mempertahankan posisi yang dipilihnya.

5.       Jigsaw Proscedure (JP)


Dalam bentuk pembelajaran ini, anggota suatu kelompok diberi tugas yang berbeda-beda tentang
suatu pokok bahasan. Agar setiap anggota dapat memahami keseluruhan pokok bahasan, tes
diberikan dengan materi yang menyeluruh. Penilaian didasarkan pada rata-rata skor tes
kelompok.

6.       Student Team Achievement Divisions (STAD)


Para siswa dalam suatu kelas dibagi menjadi beberapa kelompok kecil. Anggota-anggota dalam
setiap kelompok saling belajar dan membelajarkan sesamanya. Fokusnya adalah keberhasilan
seorang akan berpengaruh terhadap keberhasilan kelompok dan demikian pula keberhasilan
kelompok akan berpengaruh terhadap keberhasilan individu siswa. Penilaian didasarkan pada
pencapaian hasil belajar individual maupun kelompok.
7.       Complex Instruction (CI)
Metode pembelajaran ini menekankan pelaksanaan suatu proyek yang berorientasi pada
penemuan, khususnya dalam bidang sains, matematika dan pengetahuan sosial. Fokusnya adalah
menumbuhkembangkan ketertarikan semua anggota kelompok terhadap pokok bahasan. Metode
ini umumnya digunakan dalam pembelajaran yang bersifat bilingual (menggunakan dua bahasa)
dan di antara para siswa yang sangat heterogen. Penilaian didasarkan pada proses dan hasil kerja
kelompok.

Langkah-langkah Pembelajaran Kolaboratif

Berikut ini langkah-langkah pembelajaran kolaboratif.

1. Para siswa dalam kelompok menetapkan tujuan belajar dan membagi tugas sendiri-
sendiri.
2. Semua siswa dalam kelompok membaca, berdiskusi, dan menulis..
3. Kelompok kolaboratif bekerja secara bersinergi mengidentifikasi, mendemontrasikan,
meneliti, menganalisis, dan memformulasikan jawaban-jawaban tugas atau masalah
dalam LKS atau masalah yang ditemukan sendiri.
4. Setelah kelompok kolaboratif menyepakati hasil pemecahan masalah, masing-masing
siswa menulis laporan sendiri-sendiri secara lengkap.
5. Guru menunjuk salah satu kelompok secara acak (selanjutnya diupayakan agar semua
kelompok dapat giliran ke depan) untuk melakukan presentasi hasil diskusi kelompok
kolaboratifnya di depan kelas, siswa pada kelompok lain mengamati, mencermati,
membandingkan hasil presentasi tersebut, dan menanggapi. Kegiatan ini dilakukan
selama lebih kurang 20-30 menit.
6. Masing-masing siswa dalam kelompok kolaboratif melakukan elaborasi, inferensi, dan
revisi (bila diperlukan) terhadap laporan yang akan dikumpulan.
7. Laporan masing-masing siswa terhadap tugas-tugas yang telah dikumpulkan, disusun
perkelompok kolaboratif.
8. Laporan siswa dikoreksi, dikomentari, dinilai, dikembalikan pada pertemuan berikutnya,
dan didiskusikan.
Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Kolaboratif

Kelebihan
a.    Siswa belajar bermusyawarah
b.    Siswa belajar menghargai pendapat orang lain
c.    Dapat mengembangkan cara berpikir kritis dan rasional
d.   Dapat memupuk rasa kerja sama
e.    Adanya persaingan yang sehat

Kelemahan
a.    Pendapat serta pertanyaan siswa dapat menyimpang dari pokok persoalan.
b.    Membutuhkan waktu cukup banyak.
c.    Adanya sifat-sifat pribadi yang ingin menonjolkan diri atau sebaliknyayang lemah merasa rendah
diri dan selalu tergantung pada orang lain.
d.   Kebulatan atau kesimpulan bahan kadang sukar dicapai

Tutorial

Tutorial (tutoring) adalah bantuan atau bimbingan belajar yang bersifat akademik oleh tutor
kepada mahasiswa (tutee) untuk membantu kelancaran proses belajar madiri mahasiswa secara
perorangan atau kelompok berkaitan dengan materi ajar. Tutorial dilaksanakan secara tatap muka
atau jarak jauh berdasarkan konsep belajar mandiri.
Konsep belajar mandiri dalam tutorial mengandung pengertian, bahwa tutorial merupakan
bantuan belajar dalam upaya memicu dan memacu kemandirian, disiplin, dan inisiatif diri
mahasiswa dalam belajar dengan minimalisasi intervensi dari pihak pembelajar/tutor. Prinsip
pokok tutorial adalah “kemandirian mahasiswa” (student’s independency). Tutorial tidak ada,
jika kemandirian tidak ada. Jika mahasiswa tidak belajar di rumah, dan datang ke tutorial dengan
‘kepala kosong’, maka yang terjadi adalah “perkuliahan” biasa, bukan tutorial. Dengan
demikian, secara konseptual tutorial perlu dibedakan secara tegas dengan “kuliah” (lecturing)
yang umum berlaku di perguruan tinggi tatap muka, di mana peran dosen sangat besar.

Peran utama tutor dalam tutorial adalah: (1) “pemicu” dan “pemacu” kemandirian belajar
mahasiswa, berpikir dan berdiskusi; dan (2) “pembimbing, fasilitator, dan mediator” mahasiswa
dalam membangun pengetahuan, nilai, sikap dan keterampilan akademik dan profesional secara
mandiri, dan/atau dalam menghadapi atau memecahkan masalah-masalah dalam belajar
mandirinya; memberikan bimbingan dan panduan agar mahasiswa secara mandiri memahami
materi mata kuliah; memberikan umpan balik kepada mahasiswa secara tatap muka atau melalui
alat komunikasi; memberikan dukungan dan bimbingan, termasuk memotivasi dan membantu
mahasiswa mengembangkan keterampilan belajarnya.

Agar tutorial tidak terjebak dalam situasi perkuliahan biasa, terbina hubungan bersetara, mampu
memainkan peran-peran di atas, dan tutorial berjalan efektif, tutor perlu menyiapkan pertanyaan-
pertanyaan yang berfungsi untuk: (1) membangkitkan minat mahasiswa terhadap materi yang
sedang dibahas, (2) menguji pemahaman mahasiswa terhadap materi pelajaran, (3) memancing
mahasiswa agar berpartisipasi aktif dalam kegiatan tutorial, (4) mendiagnosis kelemahan-
kelemahan mahasiswa, dan (5) menuntun mahasiswa untuk dapat menjawab masalah yang
sedang dihadapi (Hyman, dalam Suroso, 1992). Tutor juga menstimulasi mahasiswa untk terlibat
aktif dalam pembahasan: (1) masalah yang ditemukan mahasiswa dalam mempelajari modul; (2)
kompetensi atau konsep esensial matakuliah; (3) persoalan yang terkait dengan unjuk kerja
(praktik/praktikum) mahasiswa di dalam/di luar kelas tutorial; dan (4) masalah yang berkaitan
dengan profesi keguruan yang ditemukan ketika mahasiswa menjalankan tugas sehari-hari
sebagai guru.

Untuk mendukung pelaksanaan peran dan fungsi-fungsi di atas, tutor perlu menguasai secara
trampil sejumlah keterampilan dasar tutorial, yakni: (1) membuka dan menutup tutorial; (2)
bertanya lanjut; (3) memberi penguatan; (4) mengadakan variasi; (5) menjelaskan; (6) memimpin
diskusi kelompok kecil; (7) mengelola kelas; dan (8) mengajar kelompok kecil dan perorangan.
Kedelapan jenis keterampilan dasar tutorial ini pada dasarnya sama dengan keterampilan dasar
mengajar, yang diadaptasi dari perangkat “Sydney Micro Skills” yang dikembangkan oleh
Sydney University tahun 1973.

B. Prinsip-prinsip Tutorial
Beberapa prinsip dasar tutorial yang sebaiknya dipahami oleh tutor agar penyelenggaraan tutorial
yang efektif, dan tidak terjebak pada situasi perkuliahan biasa, adalah:
1. interaksi tutor-tutee sebaiknya berlangsung pada tingkat metakognitif, yaitu tingkatan berpikir
yang menekankan pada pembentukan keterampilan “learning how to learn” atau “think how to
think” (mengapa demikian, bagaimana hal itu bisa terjadi, dsb).
2. tutor harus membimbing tutee dengan teliti dalam keseluruhan langkah proses belajar yang
dijalani oleh tutee.
3. tutor harus mampu mendorong tutee sampai pada taraf pengertian (understanding = C2) yang
mendalam sehingga mampu menghasilkan pengetahuan (create = C6) yang tahan lama.
4. tutor seyogianya menghindarkan diri dari pemberian informasi semata (transfer of
knowledge/information), dan menantang tutee untuk menggali informasi/pengetahuan sendiri
dari berbagai sumber belajar dan pengalaman lapangan.
5. tutor sebaiknya menghindarkan diri dari upaya memberikan pendapat terhadap kebenaran dan
kualitas komentar atau sumbang pikiran (brainstroming) tutee.
6. tutor harus mampu menumbuhkan diskusi, komentar dan kritik antartutee, sehingga dapat
meningkatkan kemampuan intelektual, psikomotorik, sikap demokrasi, kerjasama, dan interaksi
antartutee.
7. segala kuputusan dalam tutorial sebaiknya diambil melalui proses dinamika kelompok di mana
setiap tutee dalam kelompok memberikan sumbang pikirannya.
8. tutor sebaiknya menghindari pola interaksi tutor-tutee, dan mengembangkan pola interaksi
tutee-tutee.
9. tutor perlu melakukan pelacakan lebih jauh (probing) terhadap setiap kebenaran jawaban atau
pendapat tutee, untuk lebih meyakinkan tutee atas kebenaran jawaban atau pendapat yang
dikemukakan tutee. (Anda yakin demikian, mengapa, apa alasannya?).
10. tutor seyogianya mampu membuat variasi stimulasi/rangsangan untuk belajar, sehingga tutee
tidak merasa bosan, jenuh, dan/atau putus asa.
11. tutor selayaknya memantau kualitas kemajuan belajar tutee dengan mengarahkan kajian
sampai pada taraf pengertian yang mendalam (indepth understanding).
12. tutur perlu menyadari kemungkinan munculnya potensi masalah interpersonal dalam
kelompok, dengan segera melakukan intervensi skala kecil untuk memelihara efektivitas proses
kerja dan dinamika kelompok. tutor perlu senantiasa bekerjasama (power with) dengan tutee, dan
selalu bertanggungjawab atas proses belajar dalam kelompok. Akan tetapi, sewaktu-waktu tutor
juga harus lepas tangan (power off) bila proses belajar tutee telah berjalan dengan baik.

C. Model-model Tutorial
Model tutorial adalah suatu analog konseptual tentang tutorial yang digunakan untuk
menyarankan bagaimana sebuah proses tutorial selayaknya dilakukan. Model tutorial juga dapat
diartikan sebagai sebuah struktur konseptual tentang tutorial yang dapat membantu memberikan
bimbingan atau arahan kepada tutor di dalam mengelola dan mengembangkan aktivitas tutorial,
agar dapat mencapai tujuan yang diharapkan secara efektif. Sebuah model tutorial,
dikembangkan atas dasar pertimbangan-pertimbangan filosofis, psikologis, sosial, kultural
tentang hakikat tutee, tutor, materi, dsb.

Pada dasarnya, terdapat ragam model tutorial yang dikenal dalam kepustakaan tutorial. Beberapa
model tutorial yang bisa digunakan oleh para tutor secara terampil untuk keperluan tutorial di
Universitas Terbuka di antaranya model-model tutorial tersebut sengaja dikembangkan dalam
rangka Program Akreditasi Tutor UT (PAT-UT), yakni: (1) PAT-UT I, (2) PAT-UT II, dan (3)
PAT-UT III. Selain itu para tutor juga dapat menggunakan model-model tutorial yang aktif-
kreatif inovatif yang banyak berkembang dan digunakan dalam pembelajaran di Indonesia
seperti: Cooperative Learning, Jigsaw I dan II, Konstruktivisme, Pemecahan Masalah/Studi
Kasus, Model Kreatif & Produktif, Latihan Keterampilan, Simulasi & Bermain Peran, atau
Model Pembelajaran Orang Dewasa.

D. Modus Tutorial

Ada empat modus tutorial, yakni: tutorial tatap muka (TTM); tutorial tertulis (tutis) lewat surat-
menyurat/krespondensi; tutorial elektorik (tutel) lewat televisi, radio, media massa, dan internet;
dan tutorial online (tuton) lewat internet. Bagi mahasiswa PENDAS ada dua modus tutorial yang
disediakan, yaitu (1) Tutorial Tatap muka (TTM), meliputi Tutorial Tatap Muka Wajib (TTM)
dan Tutorial Tatap Muka Atas Dasar Permintaan Mahasiswa (TTM-ATPEM).dan (2) tutorial
online (tuton) lewat internet.
Diskusi kelompok terbimbing dengan model tutur merupakan kelompok diskusi yang
beranggotakan 5-6 siswa pada setiap kelas di bawah bimbingan guru mata pelajaran dengan
menggunakan tutor sebaya. Tutur sebaya adalah siswa di kelas tertentu yang memiliki
kemampuan di atas rata-rata anggotanya yang memiliki tugas untuk membantu kesulitan anggota
dalam memahami materi ajar. Dengan menggunakan model tutor sebaya diharapkan setiap
anggota lebih mudah dan leluasa dalam menyampaikan masalah yang dihadapi sehingga siswa
yang bersangkutan terpacu semangatnya untuk mempelajari materi ajar dengan baik.

E Langkah-langkah

Untuk menghidupkan suasana kompetitif, setiap kelompok harus terus dipacu untuk menjadi
kelompok yang terbaik. Oleh karena itu, selain aktivitas anggota kelompok, peran ketua
kelompok atau tutor sangat besar pengaruhnya terhadap keberhasilan kelompok dalam
mempelajari materi ajar yang disajikan. Ketua kelompok dipilih secara demokratis oleh seluruh
siswa. Misalnya, jika di suatu kelas terdapat 46 siswa, berarti ada 9 kelompok dengan catatan ada
satu kelompok yang terdiri atas 6 siswa. Sebelum diskusi kelompok terbentuk, siswa perlu
mengajukan calon tutor. Seorang tutor hendaknya memiliki kriteria: (1) memiliki kemampuan
akademis di atas rata-rata siswa satu kelas; (2) mampu menjalin kerja sama dengan sesama
siswa; (3) memiliki motivasi tinggi untuk meraih prestasi akademis yang baik; (4) memiliki
sikap toleransi dan tenggang rasa dengan sesama; (5) memiliki motivasi tinggi untuk menjadikan
kelompok diskusinya sebagai yang terbaik; (6) bersikap rendah hati, pemberani, dan bertanggung
jawab; dan (7) suka membantu sesamanya yang mengalami kesulitan.
Tutor atau ketua kelompok memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai berikut: (1) memberikan
tutorial kepada anggota terhadap materi ajar yang sedang dipelajari; (2) mengkoordinir proses
diskusi agar berlangsung kreatif dan dinamis; (3) menyampaikan permasalahan kepada guru
pembimbing apabila ada materi ajar yang belum dikuasai; (4) menyusun jadwal diskusi bersama
anggota kelompok, baik pada saat tatap muka di kelas maupun di luar kelas, secara rutin dan
insidental untuk memecahkan masalah yang dihadapi; (4) melaporkan perkembangan akademis
kelompoknya kepada guru pembimbing pada setiap materi yang dipelajari.
Peran guru dalam metode diskusi kelompok terbimbing model tutor sebaya hanyalah sebagai
fasilitator dan pembimbing terbatas. Artinya, guru hanya melakukan intervensi ketika betul-betul
diperlukan oleh siswa.

Pengertian Tutor Sebaya 

            Tutor sebaya sering dikenal dengan pembelajaran teman sebaya atau antar peserta didik.

Tutor sebaya adalah pendekatan kooperatif bukan kompetitif. Menurut Zaini Hisyam dkk

(2008:46) metode belajar yang baik paling baik adalah dengan mengajarkan kepada orang lain. 

          Belajar dengan teman sendiri dapat menghilangkan kecanggungan bagi siswa yang malu

bertannya dan bagi tutor akan lebih mengusai pelajaran tersebut. Tutor dapat berperan sebagai

pemimpin dalam kegiatan kelompok sebagai pengganti guru. Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (1998:977) tutor yaitu 1 orang yang memberi penjelasan kepada seseorang atau

kelompok kecil siswa.

Menurut Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono (2011:184) tutor yaitu siswa yang sebaya

ditunjuk atau ditugaskan membantu temannya yang mengalami kesulitan belajar, karena

hubungan antara teman umumnya lebih dekat dibandingkan hubungan guru-siswa. Bantuan yang

diberikan oleh teman untuk teman pada umumnya dapat memberikan hasil yang lebih baik.

Menurut Suciati dkk (2007:6.15) dalam kegiatan tutorial siswa yang lebih pandai

membantu siswa yang menghadapi kesulitan dalam memahami materi pelajaran.  Hal tersebut

sejalan dengan Akhmat Sudrajat (2011:140) tutor sebaya adalah kegiatan pembelajaran yang

dilakukan oleh seorang siswa kepada siswa lainnya yang salah satu siswa itu lebih memahami

materi pembelajaran. Bantuan belajar yang diberikan oleh teman sebaya dapat menghilangkan

rasa kecanggungan seperti halnya dengan guru. Bahasa yang digunakan antara teman dengan

teman lebih dapat dipahami dari pada guru dengan siswa.

Dengan pembelajaran ini siswa membantu teman yang belum paham, sehingga akan

terjadi kegiatan belajar yang aktif, komunikatif dan menyenangkan. Metode latihan bersama

teman memanfaatkan siswa yang telah lulus atau berasil untuk melatih teman yang mengalami

kesulitan. Tutor dapat menentukan cara yang digunakan dalam memberikan pelatihan pada

teman.

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa metode tutor sebaya yaitu pemberian

bantuan yang dilakukan oleh siswa yang memiliki daya serap tinggi kepada teman yang belum

paham. 

Pembelajaran Tutor Sebaya


Hamalik (1991:73) (dalam Abi Masiku (2003:10)) mengemukakan bahwa tutorial adalah
bimbingan pembelajaran dalam bentuk pemberian bimbingan, bantuan, petunjuk, arahan, dan
motivasi agar siswa dapat efisien dan efektif dalam belajar. Subyek atau tenaga yang
memberikan bimbingan dalam kegiatan tutorial dikenal sebagai tutor. Tutor dapat berasal dari
guru atau pengajar, pelatih, pejabat struktural, atau bahkan siswa yang dipilih dan ditugaskan
guru untuk membantu teman-temannya dalam belajar di kelas. Pengajaran tutoring merupakan
pengajaran melalui kelompok yang terdiri atas satu siswa dan satu pengajar (tutor, mentor) atau
boleh jadi seorang siswa mampu memegang tugas sebagai mentor, bahkan sampai taraf tertentu
dapat menjadi tutor (Winkel, 1996:401).

Secara singkat pengertian tutor dapat diartikan sebagai orang yang memberikan tutorial atau
tutoring, sedangkan tutorial atau tutoring adalah bimbingan yang dapat berupa bantuan, petunjuk,
arahan ataupun motivasi baik secara individu maupun kelompok dengan tujuan agar siswa dapat
lebih efisien dan efektif dalam kegiatan pembelajaran sehingga tujuan dalam kegiatan
pembelajaran tersebut dapat tercapai dengan baik.

Dalam Kamus Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional Jakarta (Tim
Perumus, 2008:150) dijelaskan bahwa  baya adalah umur, berumur atau tua, sedang
sebaya adalah sama umurnya (tuanya), atau hampir sama (kekayaannya, kepandaiannya,
dsb), seimbang atau sejajar. Pengertian lain sebaya menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia
adalah hampir sama; (Trisno Yuwono dan Pius Abdullah, 1994:367). Dalam kamus konseling
(Sudarsono,1997:31), teman sebaya berarti teman-teman yang sesuai dan sejenis, perkumpulan
atau kelompok prapuberteit yang mempunyai sifat- sifat tertentu dan terdiri dari satu jenis.
Menurut Ali (2004:99) Kelompok teman sebaya memegang peranan penting dalam kehidupan
remaja. Remaja sangat ingin diterima dan dipandang sebagai anggota kelompok teman sebaya,
baik di sekolah maupun di luar sekolah. Oleh karenanya, mereka cenderung bertingkah laku
seperti tingkah laku kelompok sebayanya.

Interaksi antara kawan membuka mata anak terhadap pola tingkah laku yang berlaku dalam
kebudayaan tertentu, yang sering dilakukan. Dengan demikian, interaksi ini cenderung untuk
mempelajari bentuk-bentuk tingkah laku yang dipakai untuk pergaulan yang berlaku. Interaksi
antara kawan itu menyebakan tersedianya contoh yang lebih representatif tentang apa yang boleh
dilakukan dalam kebudayaan itu dibanding dengan yang tersedia di rumah.

Menurut Suryo dan Amin (1984:51), bantuan yang diberikan teman-teman sebaya pada
umumnya dapat memberikan hasil yang cukup baik. Peran teman sebaya dapat menumbuhkan
dan membangkitkan persaingan hasil belajar secara sehat, karena siswa yang dijadikan tutor,
eksistensinya diakui oleh teman sebaya. Dalam satu kelas selisih usia antara siswa satu dengan
siswa yang lain tentu relative kecil atau hampir sama, sehingga dalam satu kelas terdapat
kelompok teman sebaya yang saling berinteraksi antara siswa satu dengan yang lain sehingga
akan terbentuk pola tingkah laku yang dipakai dalam pergaulan mereka. Dalam interaksi tersebut
tidak menutup kemungkinan antar siswa satu dengan siswa yang lain saling membantu dan
membutuhkan dalam pembelajaran untuk memperoleh hasil belajar yang lebih baik.

Pembelajaran teman/tutor sebaya adalah pembelajaran yang terpusat pada siswa, dalam hal ini
siswa belajar dari siswa lain yang memiliki status umur, kematangan/harga diri yang tidak jauh
berbeda dari dirinya sendiri. Sehingga anak tidak merasa begitu terpaksa untuk menerima ide-ide
dan sikap dari “gurunya” yang tidak lain adalah teman sebayanya itu sendiri. Dalam tutor sebaya,
teman sebaya yang lebih pandai memberikan bantuan belajar kepada teman-teman sekelasnya di
sekolah. Bantuan belajar oleh teman sebaya dapat menghilangkan kecanggungan. Bahasa teman
sebaya lebih mudah dipahami, selain itu dengan teman sebaya tidak ada rasa enggan, rendah diri,
malu, dan sebagainya, sehingga diharapkan siswa yang kurang paham tidak segan-segan untuk
mengungkapkan kesulitan-kesulitan yang dihadapinya(Suherman, 2003:277).

Menurut Ischak dan Warji dalam Suherman (2003:276) berpendapat bahwa tutor sebaya adalah
sekelompok siswa yang telah tuntas terhadap bahan pelajaran, memberikan bantuan kepada
siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami bahan pelajaran yang dipelajarinya. Suryo
dan Amin (1984:51) yang dimaksud dengan tutor sebaya adalah seorang atau beberapa orang
siswa yang ditunjuk dan ditugaskan untuk membantu siswa-siswa tertentu yang mengalami
kesulitan belajar. Tugas sebagai tutor merupakan kegiatan yang kaya akan pengalaman dan
sebenarnya merupakan kebutuhan anak itu sendiri, karena dalam model pembelajaran tutor
sebaya ini, mereka (para tutor) harus berusaha mendapatkan hubungan dan pergaulan baru yang
mantap dengan teman sebaya, mencari perannya sendiri, mengembangkan kecakapan intelektual
dan sosial. Dengan demikian, beban yang diberikan kepada mereka akan memberi kesempatan
untuk mendapatkan perannya, bergaul dengan orang– orang lain, dan bahkan mendapatkan
pengetahuan dan pengalaman.

Percobaan menggunakan siswa sebagai guru atau tutor sebaya telahberlangsung di negara lain
yang sudah maju dan telah menunjukkankeberhasilan. Dasar pemikiran tentang tutor sebaya
adalah siswa yang pandaimemberikan bantuan belajar kepada siswa yang kurang pandai.
Bantuan tersebut dapat dilakukan kepada teman-teman sekelasnya di sekolah atau di luar sekolah
/ di luar jam mata pelajaran (Semiawan, 1985:70).

Tutor teman sebaya adalah perekrutan salah satu siswa guna memberikan satu per satu
pengajaran kepada siswa lain, dalam menyelesaikan tugas yang diberikan melalui partisipasi
peran tutor dan tutee. Tutor memiliki kemampuan lebih dibandingkan tutee, tapi pada beberapa
variasi tutorial jarak pengetahuan yang dimiliki antara tutor dan tutee minimal (Roscoe & Chi,
2007). Hisyam Zaini (dalam Amin Suyitno, 2002:60) mengatakan bahwa metode belajar yang
paling baik adalah dengan mengajarkan kepada orang lain. Oleh karena itu, pemilihan model
pembelajaran tutor sebaya sebagai strategi pembelajaran akan sangat membantu siswa di dalam
mengajarkan materi kepada teman-temannya.

Metode tutor sebaya adalah suatu metode pembelajaran yang dilakukan dengan cara
memberdayakan siswa yang memiliki daya serap yang tinggi dari kelompok siswa itu sendiri
untuk menjadi tutor bagi teman-temannya, dimana siswa yang menjadi tutor bertugas untuk
memberikan materi belajar dan latihan kepada teman-temannya (tutee) yang belum faham
terhadap materi/ latihan yang diberikan guru dengan dilandasi aturan yang telah disepakati
bersama dalam kelompok tersebut, sehingga akan terbangun suasana belajar kelompok yang
bersifat kooperatif bukan kompetitif.

Tutor sebaya adalah sekelompok siswa yang telah tuntas terhadap bahan pelajaran, memberikan
bantuan kepada siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami bahan pelajaran yang
dipelajarinya (Suherman,  dkk. 2003). Bantuan belajar oleh teman sebaya dapat menghilangkan
kecanggungan. Bahasa teman sebaya lebih mudah dipahami, selain itu dengan teman sebaya
tidak ada rasa enggan, rendah diri, malu, dan sebagainya, sehingga diharapkan siswa yang
kurang paham tidak segan-segan untuk mengungkapkan kesulitan-kesulitan yang dihadapinya
(Sukmadinata, 2007).

Inti dari metode pembelajaran tutor sebaya adalah pembelajaran yang pelaksanaannya dengan
membagi kelas dalam kelompok-kelompok kecil, yang sumber belajarnya bukan hanya guru
melainkan juga teman sebaya yang pandai dan cepat dalam menguasai suatu materi tertentu.
Dalam pembelajaran ini, siswa yang menjadi tutor hendaknya mempunyai kemampuan yang
lebih tinggi dibandingkan dengan teman lainnya, sehingga pada saat dia memberikan bimbingan
ia sudah dapat menguasai bahan yang akan disampaikan. Model pembelajaran tutor sebaya
dalam kelompok kecil sangat cocok digunakan dalam pembelajaran matematika dan dapat
meningkatkan hasil belajar siswa sehingga siswa menjadi lebih aktif dalam mengikuti kegiatan
belajar mengajar dikelas dan siswa menjadi terampil dan berani mengemukakan pendapatnya
dalam proses pembelajaran. Model pembelajaran tutor sebaya dalam kelompok kecil dapat
meningkatkan hasil belajar siswa dimana semua siswa aktif, siswa sangat antusias dalam
melaksanakan tugas, semua perwakilan kelompok berani mengerjakan tugas didepan kelas, siswa
berani bertanya dan respon siswa yang diajar sangat tinggi.

Penerapan metode belajar mahasiswa aktif yang bervariasi dan pelaksanaan tutorial, serta adanya
system evaluasi yang konsisten cukup efektif digunakan dalam perkuliahan yang ditunjukkan
dengan peningkatan aktivitas belajar dan prestasi belajar mahasiswa. Pelaksanaan tutorial teman
sebaya dapat membantu mahasiswa dalam mengatasi kesulitan belajar terutama dalam
mengerjakan soal-soal latihan. Penerapan model pembelajaran tutor sebaya telah terbukti efektif
dalam meningkatkan hasil belajar siswa yang terbukti signifikan dimana peningkatan tersebut
terlihat dalam setiap siklus belajar. Keunggulan model pembelajaran tutor sebaya juga
ditunjukkan oleh ketuntasan belajar siswa yang mengalami peningkatan.

Peer tutoring dan peer assessment merupakan solusi termudah dan solusi dalam menghadapi
kendala-kendala dalam pembelajaran komputer terutama disekolah-sekolah yang belum memiliki
sarana dan prasarana memadai, tenaga pengajar yang kurang, jumlah siswa dikelas yang sangat
besar, dan dana yang terbatas. Pembelajaran dengan memanfaatkan peer tutoring dan peer
assessment ternyata mampu mengoptimalkan pembelajaran komputer, yang pada akhirnya
mampu meningkatkan kemampuan siswa sesuai dengan tuntutan kompetensi sekarang ini
(Arikunto, S. 2006).

Metode belajar yang paling baik adalah dengan mengajarkan kepada orang lain. Oleh karena itu,
pemilihan model pembelajaran tutor sebaya sebagai strategi pembelajaran akan sangat membantu
siswa di dalam mengajarkan materi kepada teman-temannya (Suyitno. 2004). Dalam arti luas
sumber belajar tidak harus selalu guru. Sumber belajar dapat orang lain selain guru, melainkan
teman dari kelas yang lebih tinggi, teman sekelas atau keluarganya dirumah. Sumber belajar
bukan guru dan dan berasal dari orang lain yang lebih pandai disebut tutor. Ada dua macam
tutor, yaitu tutor sebaya dan tutor kakak. Tutor sebaya adalah teman sebaya yang lebih
pandai. Ada dua macam tutor, yaitu tutor sebaya dan tutor kakak. Tutor sebaya adalah teman
sebaya yang lebih pandai. (Suherman, dkk. 2003).
Tutor sebaya adalah seseorang atau beberapa oramg siswa yang ditunjuk oleh guru sebagai
pembantu guru dalam melakukan bimbingan terhadap kawan sekelas. Dengan system
pembelajaran menggunakan tutor sebaya akan membantu siswa yang nilainya dibawah KKM
atau kurang cepat menerima pelajaran dari guru diantara mata pelajaran. Tutor dapat diterima
(disetujui) oleh siswa yang mendapat program perbaikan sehingga siswa tidak mempunyai rasa
takut atau enggan bertanya kepadanya. Tutor dapat menerangkan bahan perbaikan yang
dibutuhkan oleh siswa yang menerima program perbaikan. Tutor tidak tinggi hati, kejam atau
keras hati terhadap social kawan. Tutor mempunyai daya kreatifitas yang cukup untuk
memberikan bimbingan, yaitu dapat menerangkan pelajaran kepada kawan. Model tutorial
merupakan cara penyampaian bahan pelajaran yang telah dikembangkan dalam bentuk modul
untuk dipelajari siswa secara mandiri. (Martinis, 2007).

Tutor berfungsi sebagai tukang atau pelaksana mengajar yang cara mengajarnya telah disiapkan
secara khusus dan terperinci. Untuk menghidupkan suasana kompetitif, setiap kelompok harus
terus dipacu untuk menjadi kelompok yang terbaik. Oleh karena itu, selain aktivitas anggota
kelompok, peran ketua kelompok atau tutor sangat besar pengaruhnya terhadap keberhasilan
kelompok dalam mempelajari materi ajar yang disajikan (Muntasir, 1985).

Model pembelajaran tutor sebaya dalam kelompok kecil sangat cocok digunakan dalam
pembelajaran matematika dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa sehingga siswa menjadi
lebih aktif dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar dikelas dan siswa menjadi terampil dan
berani mengemukakan pendapatnya dalam proses pembelajaran (Ribowo. 2006). Model
pembelajaran tutor sebaya dalam kelompok kecil dapat meningkatkan hasil belajar siswa dimana
semua siswa aktif, siswa sangat antusias dalam melaksanakan tugas, semua perwakilan
kelompok berani mengerjakan tugas didepan kelas, siswa berani bertanya dan respon siswa yang
diajar sangat tinggi (Riyono. 2006).

Penerapan metode belajar siswa aktif yang bervariasi dan pelaksanaan tutorial, serta adanya
system evaluasi yang konsisten cukup efektif digunakan dalam perkuliahan yang ditunjukkan
dengan peningkatan aktivitas belajar dan prestasi belajar siswa. Pelaksanaan tutorial teman
sebaya dapat membantu siswa dalam mengatasi kesulitan belajar terutama dalam mengerjakan
soal-soal latihan (Hidir Yakub dan Sunyono. 2005).

Penerapan model pembelajaran tutor sebaya telah terbukti efektif dalam meningkatkan hasil
belajar siswa yang terbukti signifikan dimana peningkatan tersebut terlihat dalam setiap siklus
belajar. Keunggulan model pembelajaran tutor sebaya juga ditunjukkan oleh ketuntasan belajar
siswa yang mengalami peningkatan (Johar Maknun dan Toto Hidajat Soehada). Pada kasus
pembelajaran Matematika, model pembelajaran tutor sebaya lebih efektif dibandingkan dengan
pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran konvensional dalam hal meningkatkan
hasil belajar siswa (Ika Marlita Sari. 2006).

Tutor sebaya adalah seseorang atau beberapa oramg siswa yang ditunjuk oleh guru sebagai
pembantu guru dalam melakukan bimbingan terhadap kawan sekelas. Dengan system
pembelajaran menggunakan tutor sebaya akan membantu siswa yang nilainya di bawah KKM
atau kurang cepat menerima pelajaran dari guru diantara mata pelajaran. Tutor dapat diterima
(disetujui) oleh siswa yang mendapat program perbaikan sehingga siswa tidak mempunyai rasa
takut atau enggan bertanya kepadanya. Tutor dapat menerangkan bahan perbaikan yang
dibutuhkan oleh siswa yang menerima program perbaikan. Tutor tidak tinggi hati, kejam atau
keras hati terhadap social kawan. Tutor mempunyai daya kreatifitas yang cukup untuk
memberikan bimbingan, yaitu dapat menerangkan pelajaran kepada kawan. (Arikunto, S. 2006)

Model tutorial merupakan cara penyampaian bahan pelajaran yang telah dikembangkan dalam
bentuk modul untuk dipelajari siswa secara mandiri. (Yamin,  2007). Tutor berfungsi sebagai
tukang atau pelaksana mengajar yang cara mengajarnya telah disiapkan secara khusus dan
terperinci. Untuk menghidupkan suasana kompetitif, setiap kelompok harus terus dipacu untuk
menjadi kelompok yang terbaik. Oleh karena itu, selain aktivitas anggota kelompok, peran ketua
kelompok atau tutor sangat besar pengaruhnya terhadap keberhasilan kelompok dalam
mempelajari materi ajar yang disajikan (M. Saleh Muntasir, 1985).

 Melalui tutor sebaya ini siswa bukan hanya dijadikan sebagai objek pembelajaran tetapi menjadi
subjek pembelajaran, yaitu siswa diajak untuk menjadi tutor atau sumber belajar dan tempat
bertanya bagi temannya. Dengan cara demikian siswa yang menjadi tutor melakukan repetition
(pengulangan) dan menjelaskan kembali materi sehingga menjadi lebih paham dalam setiap
bahan ajar yang disampaikan.

Sintaks Pembelajaran Tutor Sebaya

Langkah-langkah model pembelajaran tutor sebaya dalam kelompok kecil ini adalah sebagai
berikut.

1. Pilihlah materi yang memungkinkan materi tersebut dapat dipelajari siswa secara
mandiri. Materi pelajaran di bagi menjadi sub-sub materi (segmen materi).
2. Bagilah siswa menjadi kelompok-kelompok kecil yang heterogen, sebanyak sub-sub
materi yang akan disampaikan guru. Siswa-siswa pandai disebar dalam setiap kelompok
dan bertindak sebagai tutor sebaya.
3. Masing-masing kelompok diberi tugas mempelajari satu bab materi. Setiap kelompok di
pandu oleh siswa yang pandai sebagai tutor sebaya.
4. Beri mereka waktu yang cukup, baik di dalam kelas maupun di luar kelas.
5. Setiap kelompok melalui wakilnya menyampaikan sub materi sesuai dengan tugas yang
telah diberikan. Guru bertindak sebagai nara sumber utama.
6. Setelah kelompok menyampaikan tugasnya secara berurutan sesuai dengan urutan sub
materi, beri kesimpulan dan klarifikasi seandainya ada pemahaman siswa yang perlu
diluruskan.

1. Konsep Belajar Mandiri


2. Pengertian

Sebelum menuju pada pengertian belajar mandiri terlebih dahulu akan diulas tentang pengertian
belajar dimana belajar merupakan proses perubahan kepribadian dan tingkah laku manusia dari
tidak tahu menjadi tahu, sedangkan pengertian mandiri yaitu keadaan dapat berdiri sendiri atau
tidak tergantung pada orang lain serta memiliki perilaku yang mampu berinisiatif atas dasar
keinginan menguasai suatu kompetensi.

Belajar mandiri merupakan kegiatan belajar aktif yang didorong oleh niat atau motif untuk
menguasai suatu kompetensi guna untuk menyelesaikan suatu masalah, hal tersebut dibangun
dengan bekal pengetahuan atau kompetensi yang telah dimiliki. Pembelajaran Mandiri adalah
proses dimana siswa dilibatkan dalam mengidentifikasi apa yang perlu untuk dipelajari dan
menjadi pemegang kendali dalam menemukan dan mengorganisir jawaban. Hal ini berbeda
dengan belajar sendiri (Kirkman, 2007:180)

Penetapan kompetensi sebagai tujuan belajar, dan cara pencapaiannya baik penetapan waktu
belajar, tempat belajar, sumber belajar maupun evaluasi hasil belajar dilakukan oleh
pembelajaran mandiri. Selain komponen-komponen utama dalam konsep belajar mandiri, ada
beberapa ciri-ciri lain yang menandai belajar mandiri, antara lain:

1. Pyramid Tujuan, semakin tinggi kualitas kegiatan belajar, akan semakin banyak
kompetensi yang diperoleh.
2. Sumber belajar dari guru, tutor, kawan dll dan Media Belajar antara lain: paket-paket
belajar yang berisi self instructional material, buku teks, hingga teknologi informasi
lanjut.
3. Belajar mandiri dapat dilakukan dimanapun tempat yang memungkinkan berlangsungnya
kegiatan belajar dan dapat dilaksanakan setiap waktu
4. Pembelajar memiliki cara belajar yang tepat untuk dirinya sendiri (auditif, visual,
kinestetik, atau tipe campuran)
5. Belajar mandiri juga dapat dijalankan dalam sistem pendidikan formal, nonformal,
ataupun bentuk-bentuk belajar campuran.
6. Batasan-batasan pembelajaran mandiri
7. Kegiatan belajar aktif merupakan kegiatan belajar yang memiliki cirri keaktifan
pembelajar, persistensi, keterarahan dan kreativitas untuk mencapai tujuan.
8. Motif atau niat untuk menguasai suatu kompetensi adalah kekuatan pendorong kegiatan
belajar secara intensif, persisten, terarah dan kreatif.
9. Kompetensi adalah pengetahuan atau keterampilan yang dapat digunakan untuk
memecahkan masalah.
10. Dengan pengetahuan yang telah dimiliki, pembelajar mengolah informasi yang diperoleh
dari sumber belajar sehingga menjadi pengetahuan ataupun keterampilan baru yang
dibutuhkannya.
11. Tujuan belajar hingga evaluasi hasil belajar, ditetapkan sendiri oleh pembelajar sehingga
mereka sepenuhnya menjadi pengendali kegiatan belajar.
12. Wujud Fisik Belajar Mandiri

Seseorang yang sedang menjalankan kegiatan belajar mandiri lebih ditandai dan ditentukan oleh
yang mendorongnya belajar. Bukan oleh kemapuan fisik kegiatan belajarnya. Pembelajar dapat
sedang belajar sendirian, belajar kelompok atau sedang dalam kegiatan belajar di kelas. Apabila
motif yang mendorong kegiatan belajar adalah motif untuk menguasai suatu kompetensi yang
diinginkan maka pembelajar sedang menjalankan belajar mandiri. Belajar mandiri jenis ini
disebut sebagai Self-motivated Learning.
1. Motif dalam Belajar Mandiri adalah yang melatarbelakangi perbuatan belajar bukan
kenampakan wujud fisik kegiatan belajarnya karena kenampakan fisik ibarat kulit belum
tentu mencerminkan isi.
2. Guru dituntut untuk dapat menumbuhkan niat atau motif belajar dalam diri pembelajar.
3. Indikator Niat

Indikator niat yang sekaligus menjadi indikator Belajar Mandiri antara lain:

1. Persistence : lama, terus menerus, dan tidak berhenti


2. Consistence : ajeg, disiplin, dan tidak malas-malasan
3. Systematic : terencana dan berorientasi pada kompetensi
4. Goal Orientedness : fokus untuk mencapai tujuan
5. Innovative : mencari jalan keluar baru
6. Follow-up clarity : tindak lanjut kegiatan selalu jelas
7. Learning for Live : dilakukan sepanjang hidup
8. Model Pembelajaran Mandiri

Model Pembelaajran merupakan cara yang digunakan oleh seorang guru untuk menunjang proses
belajar siswa dengan pola dan kegiatan bertahap (Trianto, 2007:34). Semua model pembelajaran
yang bertujuan meningkatkan motivasi belajar dapat dianggap sebagai model pembelajaran
mandiri.

1. Model-model yang berada di bawah payung besar Belajar Aktif yang sekaligus dapat
dianggap sebagai Model Belajar Mandiri diantaranya adalah Problem-based Learning,
Pendekatan Keterampilan Proses, Jigsaw, dll
2. Penguasaan Dua Tataran
3. Tataran Konseptual : Pemahaman terhadap paradigma konstruktivisme dan Konsep
Belajar Mandiri
4. Tataran Teknis             : Pemahaman model-model pembelajaran inovatif, teknik
mengajar, teknik belajar, learning motivation, learning behavior, learning achievement
dan teknik pengembangan motivasi belajar
5. Pembelajaran Inovatif-Konstruktivistik

Dalam model-model inovatif nampak ada upaya untuk memberikan perlakuan-perlakuan


remediatif agar mereka bisa melangkah bersama-sama sebagai suatu kelas. Paham
Konstruktivisme menetapkan tujuan untuk membentuk pengetahuan baru, maka evaluasi yang
diterapkan adalah menguji proses berpikir, melalui observasi, portofolio, dan kualitatif.

1. Desain pembelajaran Konstruktivistik adalah yang penting merencanakan kegiatan


pembelajaran yang harus dilakukan murid dan guru merencanakan pengorganisasiannya.
Konstruktivisme menuntut murid murid untuk menggunakan anugerah yang dimilikinya,
ialah kemampuan berfikir.
2. Asusmsi epistemologis: Penekanan pada aspek kemampuan kognitif ini nampak pada
asumsi-asumsi epistemologis yang digunakan dalam konstruktivisme:
 Pengetahuan secara fisik dibangun oleh peserta didik yang terlibat dalam pembelajaran
aktif
 Pengetahuan simbolis dibangun oleh peserta didik yang membuat representasi mereka
sendiri berupa tindakan
 Pengetahuan sosial dibangun oleh peserta didik yang menyampaikan keputusan
maknanya kepada orang lain
 Pengetahuan teoritis dibangun oleh peserta didik yang mencoba untuk menjelaskan hal-
hal yang mereka tidak benar-benar mengerti
 Siswa yang terlibat dalam pembelajaran aktif membuat makna mereka sendiri dan
membangun pengetahuan sendiri dalam proses

1. Motivasi Belajar Titik Sentral Pembelajaran


2. Bukti Bahwa Motivasi Belajar merupakan Titik Sentral Pembelajaran
3. Motivasi Belajar akan mempengaruhi intensitas Kegiatan Belajar sehingga akan
berpengaruh kepada pencapaian Hasil Belajar.

Semakin tinggi motivasi belajar semakin intensif kegiatan belajar. Semakin intensif kegiatan
belajar semakin baik hasil belajar. Tetapi sebaliknya, semakin baik hasil belajar bisa diharapkan
semakin tinggi pula motivasi belajarnya.

1. Semua komponen konsep Belajar Mandiri menunjang Motivasi Belajar:

 Bila Konstruktivisme berhasil, motivasi belajar akan meningkat


 Bila Belajar Aktif terlaksana dengan baik, motivasi belajar meningkat
 Bila kompetensi belajar tercapai, motivasi belajar akan meningkat. Dengan demikian
Motivasi Belajar memang merupakan titik sentral dalam konsep Belajar Mandiri.

2. Tahap-tahap pengembangan Belajar Mandiri:


3. Tahap pemberian stimulus: Pembelajar diberi rangsangan berupa bahan ajar dengan
metode penyampaian yang menarik. Tujuanya agar pembelajar tertarik kepada bahan ajar
yang diberikan.
4. Tahap penumbuhan niat: Terjadi proses menimbang-nimbang, apakah ia akan dapat
mengambil manfaat dari kegiatan pembelajaran yang diberikan.
5. Tahap pembuatan keputusan: Kemungkinan keputusan yang diambil adalah
meneruskan niat dengan melakukan perbuatan; menunda niat; atau membatalkan niat dan
tidak menindak lanjuti dengan perbuatan.
6. Tahap tindakan: Pembelajar melaksanakan kegiatan pembelajaran yang telah
diputuskan untuk dilakukan.
7. Tahap penilaian: Apakah tindakan belajar berjalan lancar dan tidak terlalu menyulitkan
dalam bandingannya dengan hasil yang diperolehnya.

Anda mungkin juga menyukai