Tujuan Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah Model Pembelajaran
Penelitian/Penulisan Sains Learning Cycle dengan metode eksperimen dapat meningkatkan hasil
belajar siswa di SDN Patrang Jember I dengan nilai rata-rata jawaban yang
benar sebesar 80,25%. Aktivitas Belajar menggunakan Model Siklus Belajar
dengan metode eksperimental di VB siswa kelas SDN Patrang Jember 1
mencapai nilai rata-rata 83,17% tergolong sangat aktif..
Latar belakang Pembelajaran untuk pemecahan masalah tujuannya adalah untuk membantu
siswa dalam mengembangkan kemampuan berpikir, memecahkan masalah
dan keterampilan intelektual. Disisi lain, pemecahan masalah merupakan suatu
kemampuan yang harus dicapai dan peningkatan berpikir merupakan prioritas
tujuan pembelajaran matematika.
Akibatnya, mengetahui proses berpikir siswa dalam memecahkan suatu
masalah penting bagi guru karena dengan mengetahui proses berpikir siswa,
guru dapat melacak letak dan jenis kesalahan yang dilakukan siswa. Kesalahan
yang diperbuat siswa dapat dijadikan sumber informasi belajar dan
pemahaman bagi siswa. Selain itu, guru dapat dengan merancang
pembelajaran yang sesuai dengan proses berpikir siswa. Oleh karena itu,
pengungkapan proses berpikir siswa dalam memecahkan masalah matematika
perlu untuk dilakukan penelitian lebih lanjut.
2. Penelitian Sebelumnya
Hasil analisis sesuai dengan apa yang dikatakan Budi Usodo (2012)
yang menyatakan bahwa banyak siswa pandai dalam memecahkan soal
matematika sering menggunakan cara-cara yang cerdas di luar dugaan dan
kebiasaan, sehingga memberikan jawaban yang singkat dan akurat. Sebaliknya
pada siswa-siswa yang mempunyai kemampuan matematika sedang atau
rendah, cara yang digunakan untuk memecahkan soal, cenderung memberikan
jawaban yang panjang lebar dan terkadang kurang akurat, bahkan banyak
siswa yang kemampuan matematikanya rendah mengalami kesulitan untuk
menemukan cara dalam memecahkan masalah matematika. Hal tersebut
menunjukkan ada kaitan antara kemampuan matematika yang dimiliki siswa
dengan intuisi yang digunakan siswa dalam memecahkan masalah matematika.
Hal tersebut menunjukkan ada kaitan antara kemampuan matematika
yang dimiliki siswa dengan intuisi yang digunakan siswa dalam memecahkan
masalah matematika. Dari hasil penelitian Fischbein and Grossman (1997),
intuisi selalu didasarkan pada struktur skemata tertentu. Hasil penelitian ini
didukung oleh penelitian Sa’dullah yang menyimpulkan kemampuan
matematika yang dimiliki seseorang akan mempengaruhi kemampuan siswa
dalam memecahkan masalah karena kemampuan matematika berkaitan
dengan potensi seseorang yang meliputi pengetahuan dan keterampilan dalam
melakukan berbagai aktivitas, salah satunya yaitu memecahkan masalah (Neza
Fiscarina Avinie, Asma Johan dan Ika Kurniasari, 2013).
Pengumpulan data Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan metode
studi kasus. Pengambilan sampel dilakukan dengan kombinasi teknik purposive
sampling dan snowball sampling. Subyek penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah dua belas subjek, yaitu: empat siswa berkemampuan
tinggi, empat siswa berkemampuan sedang dan empat siswa berkemampuan
rendah. Data divalidasi dengan menggunakan tes triangulasi waktu.
Analisis Data Dalam penelitian ini, uji validasi data yang digunakan adalah uji triangulasi
waktu. Menurut Patton (dalam Lexy. J. Moleong, 2010: 330) triangulasi waktu
berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu
informasi yang diperoleh melalui waktu.
Hasil 1. Hasil perhitungan dan analisis nilai post tes siswa pada siklus 1,
menunjukkan bahwa ketuntasan hasil belajar yang dicapai oleh siswa
kelas VB sudah dapat dikatakan tuntas. Berdasarkan hasil observasi
motivasi dan hasil belajar siswa oleh observer dan peneliti pada
kegiatan pembelajaran pada siklus 1 dapat dikatakan bahwa
pembelajaran sudah ada peningkatan, walaupun belum mencapai
indikator keberhasilan yang diharapkan pada penelitian ini.
2. Hasil perhitungan nilai post tes pada siklus 2 menunjukkan bahwa
besarnya nilai ratarata ketuntasan hasil belajar siswa secara klasikal
telah mengalami peningkatan dibandingkan siklus 1 sebesar 60,50.
Berdasarkan hasil perhitungan pada siklus 2 menunjukkan bahwa
ketuntasan belajar siswa telah mengalami peningkatan terhadap
besarnya prosentase ketuntasan hasil belajar siswa secara klasikal
yaitu mencapai 87,50%.
Dari 40 siswa, sudah banyak siswa yang tuntas dalam pembelajaran
dengan Model siklus Belajar (Learning Cycle 5E) dengan metode
eksperimen yaitu 35 anak (87,50 %) sudah tuntas dan yang belum
tuntas sebanyak 5 anak (12,50%). Hal ini disebabkan karena siswa
sudah memahami Model Pembelajaran Siklus 5E (Learning Cycle 5E)
Berbasis Experimen dan 5 anak yang belum tuntas disebabkan karena
pada siklus 2 ada yang tidak masuk.
Aktifitas belajar siswa untuk kategori baik nilai rata-ratanya meningkat
dari siklus 1 (61,42 %) dan siklus 2 (84,36 %). Hal ini menunjukkan
bahwa indikator aktifitas belajar yaitu bertanya, menjawab
pertanyaan, diskusi, mengerjakan tugas, dan menyelesaikan soal telah
dipahami oleh siswa sehingga kegiatan pembelajaran mengalami
peningkatan aktifitas belajar.
3. Berdasarkan hasil observasi motivasi dan hasil belajar siswa oleh
observer dan peneliti pada kegiatan pembelajaran pada siklus 2 dapat
dikatakan bahwa pembelajaran termasuk berhasil. Kesimpulan ini
terwujud antara lain dengan adanya kegiatan pembelajaran yang
berpusat pada siswa artinya tidak banyak menggantungkan pada guru
(ditunjukkan adanya persentase aktivitas tinggi), dapat
membangkitkan kegairahan belajar siswa, meningkatkan kerjasama
antar siswa serta semakin percaya diri.