Anda di halaman 1dari 4

Judul MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

DENGAN MODEL SIKLUS


BELAJAR (LEARNING CYCLE 5E)
BERBASIS EKSPERIMEN PADA
PEMBELAJARAN SAINS DI SDN PATRANG
I JEMBER
Jurnal Jurnal Ilmu Pendidikan Sekolah Dasar
Volume dan halaman Vol 1 No hal 131-142
Tahun 2012
Penulis Sri Astutik
Publisher -

Tujuan Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah Model Pembelajaran
Penelitian/Penulisan Sains Learning Cycle dengan metode eksperimen dapat meningkatkan hasil
belajar siswa di SDN Patrang Jember I dengan nilai rata-rata jawaban yang
benar sebesar 80,25%. Aktivitas Belajar menggunakan Model Siklus Belajar
dengan metode eksperimental di VB siswa kelas SDN Patrang Jember 1
mencapai nilai rata-rata 83,17% tergolong sangat aktif..

Latar belakang Pembelajaran untuk pemecahan masalah tujuannya adalah untuk membantu
siswa dalam mengembangkan kemampuan berpikir, memecahkan masalah
dan keterampilan intelektual. Disisi lain, pemecahan masalah merupakan suatu
kemampuan yang harus dicapai dan peningkatan berpikir merupakan prioritas
tujuan pembelajaran matematika.
Akibatnya, mengetahui proses berpikir siswa dalam memecahkan suatu
masalah penting bagi guru karena dengan mengetahui proses berpikir siswa,
guru dapat melacak letak dan jenis kesalahan yang dilakukan siswa. Kesalahan
yang diperbuat siswa dapat dijadikan sumber informasi belajar dan
pemahaman bagi siswa. Selain itu, guru dapat dengan merancang
pembelajaran yang sesuai dengan proses berpikir siswa. Oleh karena itu,
pengungkapan proses berpikir siswa dalam memecahkan masalah matematika
perlu untuk dilakukan penelitian lebih lanjut.

Landasan teori yang 1. Landasan Teori


digunakan&hasil Anderson menyatakan bahwa masalah timbul bila terjadi kesenjangan
penelitian antara situasi saat ini dengan situasi yang akan datang atau antara keadaan
sebelumnya saat ini dengan tujuan yang diinginkan (Dewiyani, 2008). Abbas dalam
Muhtarom (2012) mengatakan syarat suatu masalah bagi seorang pebelajar
adalah pertanyaan yang dihadapkan harus dapat diterima pebelajar dan
pertanyaan tersebut tidak dapat diselesaikan dengan prosedur rutin yang telah
diketahui pebelajar.
Menurut Erbas dan Okur (2010), ide tentang pemecahan masalah di kemukan
oleh Polya pada tahun 1973. Polya mengembangkan empat langkah
pemecahan masalah yaitu memahami masalah, menyusun rencana
pemecahan, melaksanakan rencana pemecahan, memeriksa kembali hasil
pemecahan (Perveen, 2012). Dengan langkahlangkah tersebut, diharapkan
siswa dapat lebih runtut dan terstruktur dalam memecahkan masalah
matematika.
Berpikir memerlukan dua komponen utama yaitu informasi yang masuk dan
skema yang telah terbentuk dan tersimpan dalam pikiran setiap individu.
Piaget dalam Qayumi (2001) menyatakan bahwa melalui kegiatan refleks,
merasakan dan gerak motorik seorang siswa akan membentuk skema.
Proses berpikir adalah aktivitas yang terjadi dalam otak manusia. Dahar
menyatakan bahwa informasi-informasi dan data yang masuk diolah di
dalamnya, sehingga apa yang sudah ada di dalam perlu penyesuaian bahkan
perubahan (Muhtarom, 2012). Pemecahan masalah melibatkan proses berpikir
dan melibatkan penuh usaha (Van Someren dkk, 1994). Pandangan ini
menyatakan bahwa proses pemecahan masalah, selain harus melibatkan
proses berpikir dan dilakukan penuh usaha, tapi juga harus memilih di antara
banyak kemungkinan yang ada. Selanjutnya Ho (2002) menyatakan bahwa
pemecahan masalah adalah proses yang rumit sehingga praktek dan
pengalaman merupakan unsur penting dalam mengembangkan kemampuan
pemecahan masalah.

2. Penelitian Sebelumnya
Hasil analisis sesuai dengan apa yang dikatakan Budi Usodo (2012)
yang menyatakan bahwa banyak siswa pandai dalam memecahkan soal
matematika sering menggunakan cara-cara yang cerdas di luar dugaan dan
kebiasaan, sehingga memberikan jawaban yang singkat dan akurat. Sebaliknya
pada siswa-siswa yang mempunyai kemampuan matematika sedang atau
rendah, cara yang digunakan untuk memecahkan soal, cenderung memberikan
jawaban yang panjang lebar dan terkadang kurang akurat, bahkan banyak
siswa yang kemampuan matematikanya rendah mengalami kesulitan untuk
menemukan cara dalam memecahkan masalah matematika. Hal tersebut
menunjukkan ada kaitan antara kemampuan matematika yang dimiliki siswa
dengan intuisi yang digunakan siswa dalam memecahkan masalah matematika.
Hal tersebut menunjukkan ada kaitan antara kemampuan matematika
yang dimiliki siswa dengan intuisi yang digunakan siswa dalam memecahkan
masalah matematika. Dari hasil penelitian Fischbein and Grossman (1997),
intuisi selalu didasarkan pada struktur skemata tertentu. Hasil penelitian ini
didukung oleh penelitian Sa’dullah yang menyimpulkan kemampuan
matematika yang dimiliki seseorang akan mempengaruhi kemampuan siswa
dalam memecahkan masalah karena kemampuan matematika berkaitan
dengan potensi seseorang yang meliputi pengetahuan dan keterampilan dalam
melakukan berbagai aktivitas, salah satunya yaitu memecahkan masalah (Neza
Fiscarina Avinie, Asma Johan dan Ika Kurniasari, 2013).

Metode pengamatan terhadap aktivitas siswa dalam kelompok selama pembelajaran


berlangsung
Subyek siswa kelas VB adalah 38 anak
Penelitian/Partisipan
Langkah penelitian Subjek penelitian dipilih berdasarkan gabungan antara teknik purposive
sampling dan snowball sampling. Purposive sampling adalah teknik
pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono,
2008: 218-219). Pada awalnya, peneliti menggunakan teknik purposive
sampling untuk menentukan subjek penelitian. Peneliti mendapatkan subjek
penelitian atas saran dari guru mata pelajaran dan berdasarkan nilai rata-rata
ulangan matematika di sekolah yang berasal dari kelas V. Dari teknik tersebut,
diperoleh siswa dengan kemampuan tinggi, sedang dan rendah.
Setelah diperoleh siswa dengan kemampuan tinggi, sedang dan rendah
langkah selanjutnya melakukan teknik snowball. Snowball method adalah
teknik pengambilan sampel sumber data, yang pada awalnya jumlahnya
sedikit, lama-lama menjadi besar, hal ini dilakukan karena jumlah sumber data
yang sedikit tersebut belum mampu memberikan data yang memuaskan, maka
mencari orang lain lagi yang dapat digunakan sebagai sumber data (Sugiyono,
2008: 54).
(1) Pada langkah membaca dan berpikir, siswa tidak secara langsung
mengidentifikasi semua fakta secara tertulis. Setelah mengidentifikasi fakta,
siswa mengidentifikasi pertanyaan dari masalah yang diberikan. Selanjutnya,
siswa tidak menggambarkan masalah yang dihadapi tetapi langsung
memproses informasi yang dibutuhkan untuk menjawab pertanyaan; (2) Pada
langkah eksplorasi dan perencanaan, siswa mengatur informasi tentang
masalah tersebut. Siswa mempertimbangkan informasi yang cukup mengenai
masalah ini karena ada hubungan antara yang diketahui dan yang ditanyakan.
Di sisi lain, siswa tidak membuat tabel, diagram, bagan, tabel atau gambar dari
masalah yang diberikan, tetapi langsung memilih strategi untuk menjawab
pertanyaan; (3) Pada langkah pemilihan strategi, siswa menggunakan daftar
pembuatan semua kemungkinan strategi jawaban. Siswa menuliskan semua
kemungkinan jawaban dalam lembar jawaban. Namun, ada siswa yang juga
menggunakan strategi menebak dan menguji, menebak bagaimana nilai
variabel dan menguji apakah nilai variabel sudah benar. Selain itu ada juga
siswa yang menggunakan simulasi atau strategi eksperimental, siswa mencoba
eksperimen; (4) Pada langkah menemukan jawabannya, siswa menggunakan
estimasi dalam mencari jawabannya. Di sisi lain, ada satu siswa yang
menggunakan kemampuan aljabar untuk menemukan jawabannya. Siswa juga
mengasumsikan hari ketiga sebagai variabel. Setelah mendapatkan nilai dari
variabel, siswa memeriksa apakah angka-angkanya benar. (5) Pada langkah
mencerminkan dan memperluas, siswa dapat meninjau hasil perhitungan
dengan kembali pada lembar jawaban. Kemudian siswa menemukan bahwa
jawabannya benar. Selanjutnya, siswa menganggap tidak ada alternatif solusi
lain. Kemudian para siswa tidak membuat generalisasi materi dan menemukan
konsep materi.
Kata kunci: proses berpikir, matematika dan pemecahan masalah.

Pengumpulan data Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan metode
studi kasus. Pengambilan sampel dilakukan dengan kombinasi teknik purposive
sampling dan snowball sampling. Subyek penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah dua belas subjek, yaitu: empat siswa berkemampuan
tinggi, empat siswa berkemampuan sedang dan empat siswa berkemampuan
rendah. Data divalidasi dengan menggunakan tes triangulasi waktu.
Analisis Data Dalam penelitian ini, uji validasi data yang digunakan adalah uji triangulasi
waktu. Menurut Patton (dalam Lexy. J. Moleong, 2010: 330) triangulasi waktu
berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu
informasi yang diperoleh melalui waktu.

Hasil 1. Hasil perhitungan dan analisis nilai post tes siswa pada siklus 1,
menunjukkan bahwa ketuntasan hasil belajar yang dicapai oleh siswa
kelas VB sudah dapat dikatakan tuntas. Berdasarkan hasil observasi
motivasi dan hasil belajar siswa oleh observer dan peneliti pada
kegiatan pembelajaran pada siklus 1 dapat dikatakan bahwa
pembelajaran sudah ada peningkatan, walaupun belum mencapai
indikator keberhasilan yang diharapkan pada penelitian ini.
2. Hasil perhitungan nilai post tes pada siklus 2 menunjukkan bahwa
besarnya nilai ratarata ketuntasan hasil belajar siswa secara klasikal
telah mengalami peningkatan dibandingkan siklus 1 sebesar 60,50.
Berdasarkan hasil perhitungan pada siklus 2 menunjukkan bahwa
ketuntasan belajar siswa telah mengalami peningkatan terhadap
besarnya prosentase ketuntasan hasil belajar siswa secara klasikal
yaitu mencapai 87,50%.
Dari 40 siswa, sudah banyak siswa yang tuntas dalam pembelajaran
dengan Model siklus Belajar (Learning Cycle 5E) dengan metode
eksperimen yaitu 35 anak (87,50 %) sudah tuntas dan yang belum
tuntas sebanyak 5 anak (12,50%). Hal ini disebabkan karena siswa
sudah memahami Model Pembelajaran Siklus 5E (Learning Cycle 5E)
Berbasis Experimen dan 5 anak yang belum tuntas disebabkan karena
pada siklus 2 ada yang tidak masuk.
Aktifitas belajar siswa untuk kategori baik nilai rata-ratanya meningkat
dari siklus 1 (61,42 %) dan siklus 2 (84,36 %). Hal ini menunjukkan
bahwa indikator aktifitas belajar yaitu bertanya, menjawab
pertanyaan, diskusi, mengerjakan tugas, dan menyelesaikan soal telah
dipahami oleh siswa sehingga kegiatan pembelajaran mengalami
peningkatan aktifitas belajar.
3. Berdasarkan hasil observasi motivasi dan hasil belajar siswa oleh
observer dan peneliti pada kegiatan pembelajaran pada siklus 2 dapat
dikatakan bahwa pembelajaran termasuk berhasil. Kesimpulan ini
terwujud antara lain dengan adanya kegiatan pembelajaran yang
berpusat pada siswa artinya tidak banyak menggantungkan pada guru
(ditunjukkan adanya persentase aktivitas tinggi), dapat
membangkitkan kegairahan belajar siswa, meningkatkan kerjasama
antar siswa serta semakin percaya diri.

Anda mungkin juga menyukai