Anda di halaman 1dari 68

MAKALAH TENTANG KEPERAWATAN ANAK

( TUMBUH KEMBANG ANAK )

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam kehidupan anak ada dua proses yang beroperasi secara kontinu, yaitu pertumbuhan dan
perkembangan. Banyak orang yang menggunakan istilah “pertumbuhan” dan “perkembangan” secara
bergantian. Kedua proses ini berlangsung secara interdependensi, artinya saling bergantung satu sama
lain.

Kedua proses ini tidak bisa dipisahkan dalam bentuk-bentuk yang secara pilah berdiri sendiri-sendiri;
akan tetapi bias dibedakan untuk maksud lebih memperjelas penggunaannya. Dalam hal ini kedua
proses tersebut memiliki tahapan-tahapan diantaranya tahap secara moral dan spiritual. Karena
pertumbuhan dan perkembangan peserta didik dilihat dari tahapan tersebut memiliki kesinambungan
yang begitu erat dan penting untuk dibahas maka kita meguraikannya dalam bentuk struktur yang jelas
baik dari segi teori sampai kaitannya dengan pengaruh yang ditimbulkan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :

- Mengapa pertumbuhan dan perkembangan pada anak perlu di awasi ?

- Apa saja pertumbuhan dan perkembangan masa konsepsi sampai remaja?

C. Tujuan

- Untuk memenuhi tugas Ilmu Keperawatan Anak tentang Pertumbuhan dan perkembangan masa
konsepsi sampai remaja.

- Untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan masa konsepsi sampai remaja.

D. Manfaat
o Bagi Penulis

Menambah wawasan pengetahuan Ilmu Keperawatan Anak tentang Pertumbuhan dan perkembangan
masa konsepsi sampai remaja.

o Bagi Pembaca

Memberikan wawasan tentang Pertumbuhan dan perkembangan masa konsepsi sampai remaja. Serta
dapat menambah dan meningkatkan wawasan pengetahuan khususnya di bidang Ilmu Keperawatan
Anak.

BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN

1) Pengertian Pertumbuhan

Pertumbuhan (growth) merupakan peningkatan jumlah dan besar sel diseluruh bagian tubuh selama sel-
sel tersebut membelah diri dan menyintesis protein-protein baru. Menghasilkan penambahan jumlah
berat secara keseluruhan atau sebagian.

Pertumbuhan adalah bertambah jumlah dan besarnya sel diseluruh bagian tubuh yang secara kuantitatif
dapat diukur ( Whalley dan Wong, 2000)

Pertumbuhan adalah adanya perubahan dalam jumlah akibat pertambahan sel dan pembentukan
protein baru sehingga meningkatkan jumlah dan ukuran sel diseluruh bagian tubuh (Sutjiningsih, 1998 )

Pertumbuhan adalah perubahan secara fisiologis sebagai hasil dari proses pematangan fungsi-fungsi fisik
yang berlangsung secara normal pada anak yang sehat pada waktu yang normal. Pertumbuhan dapat
juga diartikan sebagai proses transmisi dari konstitusi fisik (keadaan tubuh atau keadaan jasmaniah )
yang herediter dalam bentuk proses aktif secara berkesinambungan. Jadi, pertumbuhan berkaitan
dengan perubahan kuantitatif yang menyangkut peningkatan ukuran dan struktur biologis.

2) Pengertian Perkembangan

Perkembangan (development), adalah perubahan secara berangsur-angsur dan bertambah


sempurnanya fungsi alat tubuh, meningkat dan meluasnya kapasitas seseorang melalui pertumbuhan,
kematangan, atau kedewasaan, dan pembelajaran. (wong, 2000).
Secara umum konsep perkembangan dikemukakan oleh Werner (1957) bahwa perkembangan berjalan
dengan prinsip orthogenetis, perkembangan berlangsung dari keadaan global dan kurang berdiferensiasi
sampai ke keadaan di mana diferensiasi, artikulasi, dan integrasi meningkat secara bertahap. Proses
diferensiasi diartikan sebagai prinsip totalitas pada diri anak. Dari penghayatan totalitas itu lambant laun
bagian- bagiannya akan menjadi semakin nyata dan tambah jelas dalam rangka keseluruhan.

B. TAHAP PENCAPAIAN TUMBUH KEMBANG ANAK

1. Masa Pranatal

Masa pranatal (saat dalam kandungan) adalah waktu yang terletak antara masa pembuahan dan
masa kelahiran. Pada saat ini terjadi pertumbuhan yang luar biasa dari satu sel menjadi satu organisme
yang lengkap dengan otak dan kemampuan berperilaku, dihasilkan dalam waktu Iebih kurang sembilan
bulan.

Masa pranatal terdiri atas dua fase yaitu :

- Fase Embrio.

- Fase Fetus.

2. Masa Pascanatal

Tumbuh kembang pada masa pascanatal dibagi ke dalam beberapa fase berikut :

2.1 Masa Neonatus (0-28 hari)

Tumbuh kembang masa pascanatal diawali dengan masa neonatus, yaitu dimana terjadinya kehidupan
yang baru. Pada masa ini terjadi proses adaptasi semua sistem organ tubuh, dimulai dari aktifitas
pernafasan, pertukaran gas dengan frekuensi pernapasan antara 35-50 kali permenit, penyesuaian
denyut jantung antara 120-160 kali permenit, perubahan ukuran jantung menjadi lebih besar di
bandingkan dengan rongga dada, kemudian gerakan bayi mulai meningkat untuk memenuhi kebutuhan
gizi.

2.2 Masa Bayi (29 hari – 1 tahun)

Pada masa bayi, tahap tumbuh kembang dapat dikelompokkan menjadi 3 tahap yaitu :

ü Usia 1-4 bulan, tumbuh kembang pada tahap ini diawali dengan perubahan berat badan. Bila gizi anak
baik, maka perkiraan berat badan akan mencapai 700-1000 g/bulan. Pertumbuhan tinggi badan agak
stabil, tidak mengalami kecepatan dalam pertumbuhan tinggi badan.
ü Usia 4-8 bulan, pertumbuhan pada usia ini ditandai dengan perubahan berat benda pada waktu lahir.
Rata-rata kenaikan berat benda adalah 500-600 g/bulan, apabila mendapatkan gizi yang baik. Sedangkan
pertumbuhan tinggi badan tidak mengalamikecepatan dan stabil berdasarkan pertambahan umur.

ü Usia 8-12 bulan, pada usia ini pertumbuhan berat badan dapat mencapai tiga kali berat badan lahir,
pertambahan berat badan perbulan sekitar 350-450 gram pada usia 7-9 bulan, 250-350 gram pada usia
10-12 bulan, bila memperoleh gizi baik. Pertumbuhan tinggi badan sekitar 1,5 kali tinggi badan pada saat
lahir. Pada usia 1 tahun, pertambahan tinggi badan masih stabil dan diperkirakan mencapai 75 cm.

2.3 Masa Anak (1-2 tahun)

Pada masa ini, anak akan mengalami beberapa perlambatan dalam pertumbuhan fisik. Pada tahun
kedua, anak hanya mengalami kenaikan berat badan sekitar 1,5 – 2,5 kg dan penambahan tinggi badan
6-10 cm. Pertumbuhan otak juga akan mengalami perlambatan, kenaikan lingkar kepala hanya 2 cm.
untuk pertumbuhan gigi, terdapat tambahan 8 buah gigi susu, termasuk gigi geraham pertama dan gigi
taring, sehingga seluruhnya berjumlah 14-16 buah. Pada usia 2 tahun, pertumbuhan fisik berat badan
sudah mencapai 4x berat badan lahir dan tinggi badan sudah mencapai 50 persen tinggi badan orang
dewasa. Menginjak usia 3 tahun, rata-rata berat badan naik menjadi 2-3 kg/tahun, tinggi badan naik 6-8
cm/tahun, dan lingkar kepala menjadi sekitar 50 cm.

2.4 Masa Prasekolah (3-6 tahun)

Pada masa prasekolah, berat badan mengalami kenaikan rata-rata 2kg/tahun. Tubuh anak terlihat
kurus, akan tetapi aktivitas motorik tinggi dan sistem tubuh mencapai kematangan dalam hal berjalan,
melompat, dan lain-lain. Tinggi badan bertambah rata-rata 6,75 – 7,5 cm setiap tahun.

Pada masa ini anak mengalami proses perubahan pola bakan, umumnya mengalami kesulitan untuk
makan. Anak juga mulai menunjukkan kemandirian pada proses eliminasi.

2.5 Masa Sekolah (6-12 tahun)

Fase perkembangan yang berlangsung sejak kira-kira umur 6 sampai 12 tahun, sama dengan masa
usia Sekolah Dasar. Anak-anak menguasai keterampilan-keterampilan dasar membaca, menulis dan
berhitung. Secara formal mereka mulai memastiki dunia yang lebih luas dengan budayanya. Pencapaian
prestasi menjadi arah perhatian pada dunia anak, dan pengendalian diri sendiri bertambah pula.

2.6 Masa Remaja (12-18 tahun)

Pada masa remaja ini banyak dijumpai masalah, karena masa ini merupakan proses menuju
kedewasaan dan anak ingin mencoba mandiri. Masalah yang sering dijumpai adalah perubahan bentuk
tubuh.

Perkembangan khusus yang terjadi pada masa ini adalah kematangan identitas seksual yang ditandai
dengan perkembangan organ reproduksi. Masa ini merupakan masa krisis identitas dimana anak
memasuki proses pendewasaan dan meninggalkan masa anak-anak, sehingga membutuhkan bantuan
dari orang tua.

C. TEORI-TEORI PERKEMBANGAN

1. Perkembangan kognitif (Piaget)

1.1 Tahap sensori motor (0-2 tahun)

Anak mempunyai kemampuan dalam mengasimilasi dan mengakomodasi informasi dengan cara
melihat, mendengar, menyentuh dan kativitas motorik. Semua gerakan akan diarahkan ke mulut dengan
merasakan keingintahuan sesuatu dari apa yang dilihat, didengar, disentuh dll.

1.2 Tahap praoperasional ( 2-7 tahun)

Anak belum mampu mengoperasionalkan apa yang dipikirkan melalui tindakan dalam pikiran anak,
perkembangan anak masih bersifat egosentris. Pada masa ini pikiran bersifat transduktif menganggap
semuanya sama. Seperti semua pria dikeluarga adalah ayah maka semua pria adalah ayah. Selain itu ada
pikiran animisme, yaitu selalu memperhatikan adanya benda mati. Seperti anak jatuh dan terbentur
batu, dia akan menyalahkan batu tersebut dan memukulnya.

1.3 Tahap kongret (7-11 tahun)

Anak sudah memandang realistis dari dunianya dan mempunyai anggapan yang sama dengan orang lain,
sifat egosentrik sudah hilang, karena anak sudah mengerti tentang keterbatasan diri sendiri. Anak sudah
mengenal konsep tentang waktu dan mengingat kejadian yang lalu. Pemahaman belum mendalam dan
akan berkembang di akhir usia sekolah (masa remaja).

1.4 Tahap formal operasional ( > 11 tahun)

Anak remaja dapat berpikir dengan pola yang abstrak menggunakan tanda atau simbol dan
menggambarkan kesimpulan yang logis. Mereka dapat membuat dugaan dan mengujinya dengan
pemikirannya yang abstrak, teoritis dan filosofis. Pola berfikir logis membuat mereka mampu berpikir
tentang apa yang orang lain juga memikirkannya dan berpikir untuk memecahkan masalah.

2. Perkembangan psikoseksual anak (Freud)

2.1 Tahap oral (0-1 tahun)


Pada masa ini kepuasan dan kesenangan, kenikmatan dapat melalui dengan cara menghisap, menggigit,
mengunyah atau bersuara, ketergantungan sangat tinggi dan selalu minta dilindungi untuk
mendapatkan rasa aman. Masalah yang diperoleh pada tahap ini adalah menyapih dan makanan.

2.2 Tahap anal (1-3 tahun)

Kepuasan pada fase ini adalah pada pengeluaran tinja.Anak akan menunjukkan keakuannya dan
sikapnya sangat narsistik yaitu cinta terhadap dirinya sendiri dan sangat egosentrik, mulai mempelajari
struktur tubuhnya. Masalah pada saat ini adalah obesitas, introvet, kurang pengendalian diri dan tidak
rapi.

2.3 Tahap oedipal/phalik ( 3-5 tahun)

Kepuasan pada anak terletak pada rangsangan autoerotik yaitu meraba-raba, merasakan kenikmatan
dari beberapa daerah erogennya, suka pada lain jenis. Anak laki-laki cenderung suka pada ibunya dan
anak perempuan cenderung suka pada ayahnya.

2.4 Tahap laten ( 5-12 tahun)

Kepuasan anak mulai terintegrasi, anak masuk dalam fase pubertas dan berhadapan langsng pada
tuntutan sosial seperti suka hubungan dengan kelompoknya atau sebaya, dorongan libido mulai
mereda.

2.5 Tahap Genital ( > 12 tahun)

Kepuasan anak pada fase ini kembali bangkit dan mengarah pada perasaan cinta matang terhadap
lawan jenis.

3. Perkembangan psikososial (Erikson)

3.1 Tahap percaya tidak percaya (0-1 th)

Bayi sudah terbentuk rasa percaya kepada seseorang baik orang tua maupun orang yang mengasuhnya
ataupun tenaga kesehatan yang merawatnya. Kegagalan pada tahap ini apabila terjadi kesalahan dalam
mengasuh atau merawat maka akan timbul rasa tidak percaya.

3.2 Tahap kemandirian, rasa malu dan ragu (1-3 tahun)

Anak sudah mulai mencoba dan mandiri dalam tugas tumbuh kembang seperti kemampuan motorik dan
bahasa. Pada tahap ini jika anak tidak diberikan kebebasan anak akanmerasa malu.

3.4 Tahap inisiatif, rasa bersalah (4-6 tahun)


Anak akan mulai inisiatif dalam belajar mencari pengalaman baru secara aktif dalam aktivitasnya.
Apabila pada tahap ini anak dilarang akan timbul rasa bersalah.

3.5 Tahap rajin dan rendah diri (6-12 tahun)

Anak selalu berusaha untuk mencapai sesuatu yang diinginkan atau prestasinya sehingga anak pada usia
ini adalah rajin dalam melakukan sesuatu. Apabila pada tahap ini gagal anak akan rendah diri.

Tahap identitas dan kebingungan peran pada masa adolesence.anak mengalami perubahan diri,
perubahan hormonal.

Tahap keintiman dan pemisahan terjadi pada masa dewasa yaitu anak mencoba melakukan hubungan
dengan teman sebaya ata kelompok masyarakat dalam kehidupan sosial.

Tahap generasi dan penghentian terjadi pada dewasa pertengahan yaitu seseorang ingin mencoba
memperhatikan generasi berikutnya dalam kegiatan aktivitasnya.

Tahap integritas dan keutusasaan terjadi pada dewasa lanjut yaitu seseorang memikirkan tugas-tugas
dalam mengakhiri kehidupan.

D. CARA PENILAIAN TUMBUH KEMBANG ANAK

1. Pengukuran antropometrik

Pengukuran antropometrik meliputi :

1.1 Berat badan

Untuk menilai hasil peningkatan atau penurunan semua jaringan yang ada pada tubuh (tulang, otot,
lemak, cairan tubuh ) sehingga akan diketahui status gizi anak atau tumbuh kembang anak. BB dapat
juga sebagai menghitung dosis obat. Penilaian berat badan berdasarkan umur menurut WHO dengan
baku NCHS, berdasarkan tinggi badan menurut WHO, dan NCHS yaitu; persentil ke 75 -25 dikatakan
normal, persentil 10-5 malnutrisi sedang dan < >

- Kenaikan berat badan pada bayi cukup bulan kembali pada hari ke-10.

Umur 10 hari : BBL

Umur 5 balan : 2 x BBL

Umur 1 tahun : 3 x BBL

Umur 2 tahun : 4 x BBL

Pra sekolah : meningkat 2 kg/tahun


Adolecent : meningkat 3-3,5 kg/tahun

- Kenaikan BB pada tahun pertama kehidupan

Trimester I : 700-1000 gram/bulan

Trimester II : 500-600 gram/bulan

Trimester III : 350-450 gram/bulan

Trimester IV : 250-350 gram/bulan

- Perkiraan BB dalam kilogram

Usia 3-12 bulan : umur (bulan) + 92

Usia 1-6 tahun : umur (tahun) x 2 + 8

Usia 6-12 tahun : umur (tahun) x 7 – 52

2.2 Tinggi Badan

Pengukuran tinggi badan untuk menilai status perbaikan gizi disamping faktor genetik. Penilaian TB
dapat dilakukan dengan sangat mudah dalam menilai gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak.
Penilaian TB daat berdasarkan umur menurut WHO dengan baku NCHS yaitu dengan cara presentase
dari median dengan penilaian ; ≥90& adalah normal, <>

TB meningkat sampai tinggi maksimaldicapai, meningkat pesat pada usia bayi dan adolecent dan
berhenti pada usia 18 – 20 tahun.

TB dapat diperkirakan sebagai berikut :

Umur 1 tahun = 1,5 x TB lahir

Umur 4 tahn = 2 x TB lahir

Umur 6 tahun = 1,5 x TB setahun

Umur 13 tahun = 3 x TB lahir

Dewasa = 3,5 x TB lahir atau 2 x TB umur 2 tahun)

Atau dengan rumus Behrman,

Lahir = 50 cm
Umur 1 tahun = 75 cm

Umur 2 – 12 tahun = umur (tahun) x 6 + 77

Atau berdasarkan potensi genetik TB akhir :

Wanita = (TB ayah – 13 cm) +TB ibu ±8,5 cm2

Pria = (TB ibu + 13 cm) + TB ayah ± 8,5 cm2

2.3 Lingkar kepala

Dapat digunakan untuk menilai pertumbuhan otak. Penilaian ini dapat dilihat apabila pertumbuhan otak
kecil (mikrosefali) maka menunjukkan adanya retardasi mental, sebaliknya apabila otaknya besar
(volume kepala meningkat) akibat penyumbatan pada aliran cairan cerebrospinalis.

- Peningkatan volume

6 -9 bulan kehamila = 3 gram/24 jam

Lahir-6 bulan = 2 gram/24 jam

6 bulan- 3 tahun = 0,35 gram/24 jam

3-6 tahun = 0,15 gram/24 jam

- Pengukuran lingkar lengan atas

Digunakan untuk menilai jaringan lemak dan otot, tetapi penilaian ini banyak berpengaruh pada
keadaan jaringan tubuh apabila dibanding dengan BB. Penilaian ini juga dapat dipakai untuk menilai
status gizi pada anak usia pra sekolah.

2.4 Pemeriksaan Fisik

Untuk menilai pertumbuhan dan perkembangan dengan cara melakukan pemeriksaan fisik, dengan
melihat bentuk tubuh, perbandingan bagian tubuh dan anggota gerak lainnya, menentukan jaringan
otot dengan memeriksa lengan atas, pantat dan paha, menentukan jaringan lemak dilakukan pada
triseps, rambut dan geligi

2.5 Pemeriksaan Laboratorium

Dilakukan untuk menilai keadaan pertumbuhan dan perkembangan dengan status keadaan penyakit,
adapun pemeriksaan yang dapat dilakukan ; pemeriksaan Hb, serum protein (albumun, globulin),
hormonal, dll.

2.6 Pemeriksaan radiologi


Dilakukan untuk menilai umur pertumbuhan dan perkembangan seperti tulang (apabila dicurigai adanya
gangguan pertumbuhan )

E. PENILAIAN PERKEMBANGAN ANAK

Tujuan

- Mengetahui kelainan perkembangan anak dan hal-hal lain yang merupakan isiko terjadinya
perkembangan tersebut

- Mengetahui berbagai masalah perkembangan yang memerlukan pengobatan atau konseling


genetik

Mengetahui anak perlu dirujuk

Cara deteksi perkembangan

a. DDST (Denver development screnning test)

b. KPSP (Kuesioner Pra Skrining Perkembangan)

c. KPAP (Kuesioner Perilaku Anak Pra Sekolah)

d. Tes Daya Lihat dan tes Kesehataan Mata Anak Pra Sekolah

e. Tes Daya Dengar Anak (TDD)

F. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TUMBANG ANAK

1. Faktor herediter

Merupakan faktor pertumbuhan yang dapat diturunkan yaitu suku, ras, dan jenis kelamin (Marlow, 1988
dalam Supartini, 2004). Jenis kelamin ditentukan sejak dalam kandungan. Anak laki-laki setelah lahir
cenderung lebih besar dan tinggi dari pada anak perempuan, hal ini akan nampak saat anak sudah
mengalami masa pra-pubertas. Ras dan suku bangsa juga mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan. Misalnya suku bangsa Asia memiliki tubuh yang lebih pendek dari pada orang Eropa
atau suku Asmat dari Irian berkulit hitam.

2. Faktor lingkungan

- Lingkungan pra-natal
Kondisi lingkungan yang mempengaruhi fetus dalam uterus yang dapat mengganggu pertumbuhan dan
perkembangan janin antara lain gangguan nutrisi karena ibu kurang mendapat asupan gizi yang baik,
gangguan endokrin pada ibu (diabetes mellitus), ibu yang mendapatkan terapi sitostatika atau
mengalami infeksi rubela, toxoplasmosis, sifilis dan herpes. Faktor lingkungan yang lain adalah radiasi
yang dapat menyebabkan kerusakan pada organ otak janin.

- Lingkungan pos-natal

Lingkungan yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan setelah bayi lahir adalah:

a. Nutrisi

Nutrisi adalah salah satu komponen yang penting dalam menunjang keberlangsungan proses
pertumbuhan dan perkembangan. Terdapat kebutuhan zat gizi yang diperlukan seperti protein,
karbohidrat, lemak, mineral, vitamin dan air.Apabila kebutuhan tersebut tidak atau kurang terpenuhi
maka dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan anak. Asupan nutrisi yang berlebihan juga
berdampak buruk bagi kesehatan anak, yaitu terjadi penumpukan kadar lemak yang berlebihan dalam
sel/jaringan bahkan pada pembuluh darah.

Penyebab status nutrisi kurang pada anak :

- Asupan nutrisi yang tidak adekuat, baik secara kuantitatif maupun kualitatif

- Hiperaktivitas fisik/ istirahat yang kurang

- Adanya penyakit yang menyebabkan peningkatan kebutuhan nutrisi

- Sters emosi yang dapat menyebabkan menurunnya nafsu makan atau absorbsi makanan tidak
adekuat

b. Budaya lingkungan

Budaya keluarga atau masyarakat akan mempengaruhi bagaimana mereka dalam mempersepsikan dan
memahami kesehatan dan perilaku hidup sehat. Pola perilaku ibu hamil dipengaruhi oleh budaya yang
dianutnya, misalnya larangan untuk makan makanan tertentu padahal zat gizi tersebut dibutuhkan
untuk pertumbuhan dan perkembangan janin. Keyakinan untuk melahirkan d dukun beranak dari pada
di tenaga kesehatan. Setelah anak lahir dibesarkan di lingkungan atau berdasarkan lingkungan budaya
masyarakat setempat.

c. Status sosial dan ekonomi keluarga

Anak yang dibesarkan di keluarga yang nerekonomi tinggi untuk pemenuhan kebutuhan gizi akan
tercukupi dengan baik dibandingkan dengan anak yang dibesarkan di keluarga yang berekonomi sedang
atau kurang. Demikian juga dengan status pendidikan orang tua, keluarga dengan pendidikan tinggi akan
lebih mudah menerima arahan terutama tentang peningkatan pertumbuhan dan perkembangan anak,
penggunaan fasilitas kesehatan dll dibandingka dengan keluarga dengan latar belakang pendidikan
rendah.

d. Iklim/cuaca

Iklim tertentu akan mempengaruhi status kesehatan anak misalnya musim penghujan akan dapat
menimbulkan banjir sehingga menyebabkan sulitnya transportasi untuk mendapatkan bahan makanan,
timbul penyakit menular,dan penyakit kulit yang dapat menyerang bayi dan anak-anak. Anak yang
tinggal di daerah endemik misalnya endemik demam berdarah, jika terjadi perubahan cuaca wabah
demam berdarah akan meningkat.

e. Olahraga/latihan fisik

Manfaat olah raga atau latihan fisikyang teratur akan meningkatkan sirkulasi darah sehingga
meningkatkan suplai oksigen ke seluruh tubuh, meningkatkan aktivitas fisik dan menstimulasi
perkembangan otot dan jaringan sel

f. Posisi anak dalam keluarga

Posisi anak sebagai anak tunggal, anak sulung, anak tengah atau anak bungsu akan mempengaruhi poa
perkembangan anak tersebut diasuh dan dididik dalam keluarga.

g. Status kesehatan

Status kesehatan anak dapat berpengaruh pada pencapaian pertumbuhan dan perkembangan. Hal ini
dapat terlihat apabila anak dalm kondisi sehat dan sejahtera maka percepatan pertumbuhan dan
perkembangan akan lebih mudah dibandingkan dengan anak dalam kondisi sakit.

h. Faktor Hormonal

Faktor hormonal yang berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan anak adalah somatotropon
yang berperan dalam mempengaruhi pertumbuhan tinggi badan, hormon tiroid dengan mestimulasi
metabolisme tubuh, glukokortiroid yang berfungsi menstimulasi pertumbuhan sel interstisial dari testis
untuk memproduksi testosteron dan ovarium untuk memproduksi estrogen selanjutnya hormon
tersebut akan menstimulasi perkembangan seks baik pada anak laki-laki maupun perempuan sesuai
dengan peran hormonnya.

BAB III

PENUTUP
A. KESIMPULAN

Dari pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa Pertumbuhan (growth) merupakan peningkatan
jumlah dan besar sel diseluruh bagian tubuh selama sel-sel tersebut membelah diri dan menyintesis
protein-protein baru. Menghasilkan penambahan jumlah berat secara keseluruhan atau sebagian. Dan
Perkembangan (development), adalah perubahan secara berangsur-angsur dan bertambah
sempurnanya fungsi alat tubuh, meningkat dan meluasnya kapasitas seseorang melalui pertumbuhan,
kematangan, atau kedewasaan, dan pembelajaran. (wong, 2000).

DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, A.Aziz Alimul, 2006, Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi Konsep dan Proses
Keperawatan, Jakarta: Salemba Medika.

Pertumbuhan-dan-perkembangan-manusia.html

Soetjiningsih, SpAk, 1995, Tumbuh Kembang Anak, Jakarta: EGC.

makalah tumbuh kembang anak

@lyvha

5 tahun yang lalu

Iklan

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seorang anak bukan merupakan orang dewasa dalam bentuk kecil, karena ia mempunyai sifat berlainan
dari orang dewasa. Ia harus tumbuh dan berkembang sampai dewasa agar dapat berguna bagi
masyarakat. Walaupun pertumbuhan dan perkembangan berjalan menurut norma-norma tertentu,
seorang anak dalam banyak hal bergantung kepada orang dewasa, misalnya mengenai makan,
perawatan, bimbingan, perasaan aman, pencegahan penyakit dan sebagainya. Oleh karena itu semua
orang yang mendapat tugas mengawasi anak harus mengerti persoalan anak yang sedang tumbuh dan
berkembang, misalnya keperluan dan lingkunagan anak pada waktu tertentu agar anak dapat tumbuh
dan berkembang sebaik-baiknya. Bila lingkungan akibat sesuatu hal menjadi buruk, maka keadaan
tersebut hendaknya segera diubah sedemikian rupa sehingga pertumbuhan dan perkembangan anak
dapat berjalan dengan sebaik-baiknya. Sebuah organ yang tumbuh berarti organ itu akan menjadi besar,
karena sel-sel dan jaringan diantara sel bertambah banyak. Selama pembiakan, sel berkembang menjadi
sebuah alat (organ) dengan fungsi tertentu. Pada permulaannya, organ ini masih sederhana dan
fungsinya belum sempurna. Lambat laun organ tersebut dengan fungsinya akan tumbuh dan
berkembang menjadi organ yang matang, seperti yang diperlukan orang dewasa. Dengan demikian
pertumbuhan, perkembangan dan kematangan tidak dapat dipisahkan satu dari yang lain.

Untuk perkembangan yang normal diperlukan pertumbuhan yang selalu bersamaan dengan kematangan
fungsi. Untuk pertumbuhan dan perkembangan anak yang optimum diperlukan berbagai faktor misalnya
makanan harus disesuaikan dengan keperluan anak yang sedang tumbuh. Penyakit infeksi akut maupun
kronis menghambat pertumbuhan dan perkembangan anak, sehingga pencegahan penyakit menular
merupakan hal yang penting, di samping diperlukan bimbingan, pembinaan, perasaan aman dan kasih
sayang dari ayah dan ibu yang hidup rukun, bahagia dan sejahtera dalam lingkungan yang sehat.
Sebelum bayi lahir terdapat pertumbuhan dan perkembangan yang cepat sekali, yaitu dari seorang
makhluk yang terdiri hanya dari satu sel sampai terjadi seorang bayi yang setelah dilahirkan dapat hidup
sendiri terpisah dari ibunya

Periode penting dalam tumbuh kembang anak adalah masa balita. Karena pada masa ini

pertumbuhan dasar yang akan mempengaruhi dan menentukan perkembangan anak selanjutnya. Pada
masa ini perkembangan kemampuan berbahasa, kreativitas, kesadaran sosial, kesadaran emosional dan
inteligensia berjalan sangat cepat. Perkembangan psiko-sosial sangat dipengaruhi lingkungan dan
interaksi antara anak dengan orang tuanya. Perkembangan anak akan optimal bila interaksi sosial
diusahakan sesuai dengan kebutuhan anak pada berbagai tahap perkembangan. Perkembangan adalah
perubahan psikologis sebagai hasil dari proses pematangan fungsi psikis dan fisik pada diri anak, yang di
tunjang oleh faktor lingkungan dan proses belajar dalam peredaran waktu tertentu menuju kedewasaan
dari lingkungan yang banyak berpengaruh dalam kehidupan anak menuju dewasa. Perkembangan
menandai maturitas dari organ-organ dan sistem-sistem, perolehan ketrampilan, kemampuan yang
lebihsiap untuk beradaptasi terhadap stress dan kemampuan untuk memikul tanggung jawab maksimal
dan memperoleh kebebasan dalam mengekspresikan kreativitas.

Ciri khas dari anak ialah ia selalu berubah baik secara jasmaniah maupun secara fungsionil. Tahap
pertumbuhan anak :

 Pertumbuhan yang cepat sekali dalam tahun pertama, yang kemudian mengurang secara berangsur-
angsur sampai umur 3-4 tahun.

 Pertumbuhan yang berjalan lamban dan teratur sampai masa akil balik

 Pertumbuhan cepat pada masa akil balik (12-16 tahun).


 Pertumbuhan kecepatannya mengurang berangsur-angsur sampai suatu waktu (kira-kira umur 18
tahun) berhenti

1.2 Tujuan Penulisan

 Tujuan Umum

Makalah ini bertujuan untuk memberi informasi tentang pertumbuhan dan perkembangan anak usia pra
sekolah. Dari mulai tumbuh kembang seperti pada usia balita karena pada masa ini pertumbuhan dasar
yang akan mempengaruhi dan yang menentukkan perkembangan anak selanjutnya, pada massa ini pula
kita dapat mengetahui perkembangan berbahasa, kreativitas, kesadarn social, maupun kesadaran
emosional.

 Tujuan Khusus

Tujuan dibuatnya makalah ini agar mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan

1 Definisi pertumbuhan dan perkembang anak usia pra sekolah

2 Menjelaskan ciri-ciri tumbuh kembang

3 Menjelaskan prinsip tumbuh kembang

4 Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak usia pra sekolah

5 Menjelaskan tahap pertumbuhan dan perkembangan.

6 Menjelaskan perkembangan Fisik

7. menjelaskan perkembangan Kognitif

8. menjelaskan perkembangan emosi dan sosial

9. menjelaskan aplikasi konsep tumbuh kembang dalam keperawatan

10. menjelaskan perawatan kesehatan usia sekolah

BAB II

TINJAUAN TEORI
2.1 Pengertian Pertumbuhan dan perkembangan

Istilah tumbuh kembang sebenarnya mencangkup dua peristiwa yang sifatnya berbeda, akan tetapi
saling berkaitan dan sulit di pisahkan yaitu perkembang dan petumbuhan.

pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar jumlah, ukuran atau dimensi
tingkat sel, organ maupun individu, yang bisa diukur dengan ukuran berat (gram, pound, kilogram),
ukuran panjang (cm,meter), umur tulang dan keseimbangan metabolik (retensi kalsium dan nitrogen
tubuh); sedangkan perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam
struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai
hasil dari proses pematangan (Soetjiningsih, kuliahbidan.wordpress.com)

pertumbuhan adalah bertambah banyak dan besarnya sel seluruh bagian tubuh yang bersifat kuantitatif
dan dapat diukur; sedangkan perkembangan adalah bertambah sempurnanya fungsi dari alat tubuh
(Depkes RI)

pertumbuhan berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar, jumlah ukuran atau dimensi tingkat
sel, organ maupun individu; perkembangan lebih menitikberatkan aspek perubahan bentuk atau fungsi
pematangan organ atau individu, termasuk perubahan aspek sosial atau emosional akibat pengaruh
lingkungan ( markum, dkk)

pertumbuhan dan perkembangan memiliki makna yang berbeda akan tetapi kedunnya tidak dapat
dipisahkan, pertumbuhan menunjukkan arti perubahan kuantitatif. Pertambahan dalam ukuran dan
struktur. Sedangkan, perkembangan menujukkan perubahan kuantitaif dan kualitatif ( Elizabet. B.
Hurlock. 1978)

sehingga dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan mempunyai dampak terhadap aspek fisik, sedangkan
perkembangan berkaitan dengan pematangan fungsi organ / individu. Walaupun demikian, kedua
peristiwa itu terjadi secara sinkron pada setiap individu.

2.2 Ciri-ciri pertumbuhan dan perkembangan

Tumbuh kembang anak yang sudah dimulai sejak konsepsi sampai dewasa itu mempunyai ciri-ciri
tersendiri, yaitu :

1. Tumbuh kembang adalah proses yang kontinu sejak dari konsepsi sampai maturitas/dewasa, yang
dipengaruhi oleh faktor bawaan dan lingkungan.

2. Terdapat masa percepatan dan masa perlambatan, serta laju tumbuh kembang yang berlainan organ-
organ.

3. Pola perkembangan anak adalah sama pada semua anak,tetapi kecepatannya berbeda antara anak
satu dengan lainnya.
4. Perkembangan erat hubungannya dengan maturasi sistem susunan saraf

5. Aktifitas seluruh tubuh diganti respon individu yang khas.

6. Arah perkembangan anak adalah sefalokaudal.

7. Refleks primitif seperti refleks memegang dan berjalan akan menghilang sebelum gerakan volunter
tercapai.

Yang perlu di ingat mengenai pertumbuhan dan perkembangan anak adalah setiap anak adalah individu
yang unik, karean adanya faktor bawaan dan lingkungan yang berbeda, maka pertumbuhan dan
pemcapaiannya kemampuan dalam nerkembangnya juga berbeda. Tetapi akan tetap menuruti patokan
umum.

2.3 Prinsip-prinsip pertumbuhan dan perkembangan

Untuk memahami anak usia dini lebih mendalam, orang tua, guru maupun pemerhati perlu mempunyai
gambaran yang tepat mengenai prinsip-prinsip dan pola perkembangan anak usia dini dan kebutuhan –
kebutuhan seperti kebutuhan jasmani, kebutuhan sosial , kebutuhan psikologi ini merupakan kebutuhan
dasar dalam perkembangan anak usia dini. Jika kebutuhan-kebutuhan ini tidak terpenuhi secara
memadai akan sangat mempengaruhi keutuhan perkembangan diri anak dimasa remaja dan dewasa.
Orang tua, guru dan para pemerhati pendidikan juga harus memahaminya untuk mengetahui dengan
mudah kebutuhan –kebutuhan yang diperlukan anak usia dini, pengetahuan tersebut sangat penting
sehingga orang tua dan guru tidak mengharapakan sesuatu yang berlebihan kepada anak.

Prinsip-prinsip perkembangan adalah pola-pola umum dalam suatu proses perubahan alamiah yang
teratur, universal dan berkesinambungan, yang dimaksud dengan perubahan yang teratur adalah
pertumbuhan pada manusia yang berjalan normal mengikuti tata urutan yang saling berkaitan.

prinsip dasar pertumbuhan dan perkembangan adalah sebagai berikut :

1. perkembangan merupakan hal yang teratur dan mengikuti rangkaian tertentu.

2. perkembangan merupakan sesuatu yang terarah dan berlangsung terus dalan cara sebagai berikut :

a. cephalocaudal, pertumbuhan berlangsung dari kepala ke arah bawah dari bagian tubuh.

b. Proximosdital, perkembangan berlangsung terus dari daerah pusat (proksimal) tubuh ke arah luar.

c. Differantiation, ketika perkembangan berlangsung terus dari hal yang mudah ke arah yang lebih
kompleks.

3. perkembangan merupakan hal yang komplek. Dapat diprediksi, terjadi dengan pola yang konsisten
dan kronologis.
4. perkembangan merupakan hal yang unik untuk individu dan untuk potensi genetik, dan setiap
individu cenderung untuk mencari potensi maksimum perkembangan.

5. perkembangan terjadi melalui konflik dan adptasi, dan aspek yang berbeda berkembang pada waktu
yang berbeda, menciptakan periode dari keseimbangan dan ketidakseimbangan.

6. perkembangan meliputi tantangan bagi individu dalam bentuk tugas yang pasti sesuai umur
kemampuan.

7. tugas perkembangan membutuhkan praktik dan tenaga, fokus perkembangan ini berbeda sesuai
dengan setiap tahap perkembangan dan tugas yang dicapai.

2.4 Faktor yang memperngaruhi pertumbuhan dan perkembangan usia sekolah

Makhluk manusia adalah sistem komplek dan terbuka yang dipengaruhi oleh dorongan alami dari dalam
dan dari lingkungan. Umumnya , dorongan alami menentukan batasan perkembangan, dimana faktor
ekternal menghadirkan keuntungan untuk mencapai potensi tersebut.

Secara umum terdapat dua faktor utama yang berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak, yaitu :

1. Faktor Genetik

Faktor genetik merupakan modal dasar dalam mencapai hasil akhir proses tumbuh kembang anak.
Faktor ini juga merupakan faktor bawaan anak, yaitu potensi anak yang menjadi ciri khasnya. Melalui
genetik yang terkandung di dalam sel telur yang telah dibuahi, dapat ditentukan kualitas dan kuantitas
pertumbuhan. Ditandai dengan intensitas dan kecepatan pembelahan, derajat sensitivitas jaringan
terhadap rangsangan, umur pubertas dan berhentinya pertumbuhan tulang.

 Faktor genetik juga mempengaruhi beberapa karakteristik seperti jenis kelamin, ras, rambut, warna
mata, pertumbuhan fisik, sikap tubuh dan beberapa keunikan psikologis seperti temperamen

Potensi genetik yang bermutu hendaknya dapat berinteraksi dengan lingkungan secara positif sehingga
diperoleh hasil akhir yang optimal

 bersifat tetap atau tidak berubah sepanjang kehidupan

2. Faktor Lingkungan

Lingkungan merupakan faktor yang sangat menentukan tercapai atau tidaknya potensi bawaan. Faktor
ini disebut juga milieu merupakan tempat anak tersebut hidup, dan berfungsi sebagai penyedia
kebutuhan dasar anak. Lingkungan yang cukup baik akan memungkinkan tercapainya potensi bawaan,
sedangkan yang kurang baik akan menghambatnya. Lingkungan merupakan lingkungan ”bio-fisiko-psiko-
sosial” yang memepengaruhi individu setiap hari, mulai dari konsepsi sampai akhir hayatnya.

Faktor lingkungan ini secara garis besar dibagi menjadi :


a. Faktor yang memepengaruhi anak pada waktu masih di dalam kandungan (faktor pranatal)

faktor lingkungan pranatal yang berpengaruh terhadap tumbuh kembang janin mulai dari konsepsi
sampai lahir, antara lain :

 Gizi ibu pada waktu hamil

 oksin/zat kimia

 Endokrin

 Infeksi

 Stres

 Imunitas

b. Faktor lingkungan yang mempengaruhi tumbuh kembang anak setelah lahir (faktor postnatal)

Bayi baru lahir harus berhasil melewati masa transisi, dari suatu sistem yang teratur yang sebagian besar
tergantung pada organ-organ ibunya,ke suatu sistem yang tergantung pada kemempuan genetik dan
mekanisme homeostatik bayi itu sendiri. tumbuh kembang anak secara umum dapat digolongkan
menjadi :

 Lingkungan biologis

 Faktor fisik

 Faktor psikososial

 Faktor keluarga dan adat istiadat

2.5 tahap pertumbuhan dan perkembangan.

Pertumbuhan dan perkembangan manusia merupakan hal yang berjalan terus dan berliku-liku, proses
kompleks yang sering dibagi ke dalam tahap yang diatur sesuai kelompok umur. Walaupun bagian
kronologis ini merupakan pilihan, hal tersebut berdasartkan waktu dan rangkaian tugas perkembangan
yang harus dicapai individu untuk maju ke tahap berikutnya.

Periode Perkembangan usia pra sekolah

Ada beberapa macam perkembangan usia pra sekolh di mulai sejak usia 2 tahun sampai dengan usia 5
tahun.

Dari 2 sampai 3 tahun

– Belajar meloncat, memanjat, melompat dengan satu kaki


– Membuat jembatan dengan 3 kotak

– Mampu menyusun kalimat

– Mempaergunakan kata-kata saya, bertanya, mengerti kata-kata yang ditunjukan kepadanya

– Menggambar lingkaran

– Bermain bersama dengan anak lain dan menyadari adanya lingkungan lain di luar keluarganya

Dari 3 sampai 4 tahun

– Berjalan-jalan sendiri mengunjungi tetangga

– Berjalan pada jari kaki

– Belajar berpakaian dan membuka pakaian sendiri

– Mengenal 2 atau 3 warna

– Bicara dengan baik

– Menyebut namanya, jenis kelamin, dan umurnya

– Banyak bertanya

– Mengenal sisi atas, sisi bawah, sisi muka, sisi belakang

Dari 4 sampai 5 tahun

– Melompat dan menari

– Pandai bicara

– Dapat menghitung jari-jarinya.

– Mengenal 4 warna

2.6 PERKEMBANGAN FISIK

1. Pertumbuhan dan perubahan fisik

Pertumbuhan dan perubahan fisik tidak sehebat pada masa sebelumnyadan temponya lebih lambat tai
tidak mengurangi maknanya. Seperti halnya pada fase perkembangan, pertumbuhan dan perkembangan
aspek-aspeknya disesuaikan dengan prioritas masa itu. Pertumbuhan fisik pada masa ini misalnya,
diperlukan untuk mengakomodasi keterampilan motorik dan perkembangan intelektual.
a. Tinggi dan berat badan; struktur dan sistem tubuh

Indonesia belum memiliki statistik pertumbuhan fisik rata-rata anak usia taman kanak-kanak, baik
mengenai tinggi maupun berat badan mereka. Sesuai dengan tinggi rata-rata orang Indonesia setelah
dewasa,tinggi rata-rara anak pada masa ini diperkirakan sebagai berikut :

• pada usia 3 tahun lebih kurang 90-95 cm

• pada usia 4 tahun lebih kurang 95-100 cm

• pada usia 5 tahun lebih kurang 100-105 cm

• pada usia 6 tahun lebih kurang 105-110 cm

• diperkirakan anak bertambah tinggi lebih kurang 7 sentimeter setiap tahunnya

Perubahan bentuk tubuh yang meliputi perubahan dalam perototan dan pertulangan merupakan
keuntungan sendiri bagi anak yaitu mereka akan bertambah kuat. Tulang yang mengeras akan memberi
bentuk pada tubuh dan sekaligus memberikan perlindungan yang lebih baik kepada organ-organ dalam
tubuh. Perubahan ini disertai pula dengan pematanganotak serta sistem saraf, memungkinkan
pertumbuhan dan perkembangan lebih lanjut dan otot besar maupun otot kecil yang diperlukan bagi
keterampilan motorik. Ditambah lagi adanya peningkatan kapasitas pernafasan dan sirkulasi darah
sehingga dapat meningkatkan kebugaran tubuh. Keadaan ini bersama dengan berkembangnya sistem
imunitas akan menjadikan anak lebih sehat.

Pada usia 3 tahun gigi susu juga sudah lengkap, keadaan ini memungkinkan anak untuk mengunyah
dengan bai sehingga dapat mengunyah apa saja. Gigi tetap mulai ada ketika anak mencapai usia 6 tahun.

b. Pertumbuhan otak

Salah satu yang terpenting dalam pertumbuhan dan perkembangan anak pada masa ini adalah
pertumbuhan otak dan sisten saraf. Meskipun pertumbuhanya tidak secepat masa bayi, tetapi pada usia
3 tahun otak sudah mencapai tiga perempat ukuran otak orang dewasa dan pada usia 5 tahun sudah
sembilan persepuluh ukuran otak orang dewasa.

Meningkatnya ukuran otak disebabkan meningkatnya ukuran jumlah dan ukuran serabut-serabut saraf
di dalam dan diantara bagian-bagian otak. Serabut saraf ini terus tumbuh paling sedikit sampai masa
remaja. Peningkatan ukuran otak sebagian juga disebabkan oleh peningkatan mielinisasi yaitu proses
dimana sel-sel saraf dilapisi dan diisolasi oleh sebuah lapisan sel-sel lemak (Santrock,1990;243).

Peningkatan kematangan otak, dikombinasikan dengan kesempatan untuk memperoleh pengalaman,


memberikan sumbangan yang luar biasa terhadap pemunculan kemampuan kognitif.

c. Persepsi visual

Kematangan pengelihatan pada usia prasekolah ini. Pada akhir masa usia prasekolah (6 tahun) otototot
mata sudah berkembang sedemikian rupa sehingga memngkinkan anak menggerakkan matanya secara
efisien untuk melihat sederetan huruf-huruf. Persepsi kedalaman terus meningkat pada usia prasekolah,
namun koordinasi motorik anak-anak belum terlalu baik, mereka sering menumpahkan, jatuh dari
ayunan, atau menghasilkan pekerjan tangan yang buruk.

2. Perkembangan motorik

3. Nutrisi

4. Kesehatan dan penyakit anak-anak

2.7 PERKEMBANGAN KOGNITIF

1. Berfikir praoprasional

2. Beberapa aspek lain dalam perkembangan kognitif anak usia pra sekolah

3. Perkembangan bahasa

4. Kretivitas

2.8 PERKEMBANGAN EMOSI DAN SOSIAL

Perkembangan

1. Keluarga

2. Teman sebaya

3. Bermain

4. Perkembangan kepribadian

5. Disiplin

6. Perluasan pembinaan anak usia prasekolah

Berbeda dari usia sebelumnya anak usia prasekolah yang berumur antara 2-6 tahun ini selain
memerlukan pengasuhan dari kedua orang tuanya, juga memerlukan pembinaan yang luas lagi melalui
program Bina Keluarga Balita, Tempat Penitipan Anak, serta taman bermain dan taman kanak-kanak.

a. Bina Keluarga Balita

Akhir-akhir ini selain tersedianya pendidikan bagi anak usia prasekolah berupa Taman Kanak-Kanak yang
sudah dikenal sejak awal abad keduapuluh, pemerintah dan masyarakat juga menyiapkan pusat-pusat
pembinaan bagi ibu dan balita. Kita mengenal program Bina Keluarga Balita, dengan pembinaan ibu-ibu
yang berkualitas dalam mengasuh anak diharapkan generasi yang akan datang juga mengalami
peningkat kualitas.

b. Tempat Penitipan Anak

Selain program BKB akhir-akhir ini berkembang upaya untuk menyelenggarakan Tempat Penitipan Anak
(TPA). Terutama balita yang ibunya bekerjadan tidak memiliki anggota keluarga yang membantu
mengasuh. Di dalam TPA ini anak diberikan program-program yang dapat meningkatkan semua aspek
perkembangan anak.

c. Taman Bermain dan Taman Kanak-Kanak

Program lain adalah Taman Bermain dan Taman Kanak-kanak. Kedua taman dan tempat bermain ini
belumlah merupakan sekolah. Sesuai dengan namanya taman diperlukan anak usia prasekolah yang
memerlukan rangsangan agar seluruh aspek perkembangannya dapat meningkatkan dan untuk
menghadapi sekolah kelak karena itu anak belum diajarkan segala sesuatu yang bersifat akademis dan
belum diberi tugas sekolah seperti menulisdan membaca.Dalam usia prasekolah kegiatan utama adalah
membina sikap dan minat.

d. Hal-hal yang dapat dilakukan oleh orang tua dan guru Taman Bermain dan Taman Kanak-kanak untuk
mengembangkan anak usia prasekolah

1. anak anak usia 3 tahun

 Orang dewasa memberi afeksi dan dukungan, menyenangkan hati anak bila mereka menangis atau
ketakutan. Orang dewasa merencnakan pengalaman yang dapat mngurangi rasa takut anak.

 Orang dewasa membantu anak bermain dan mengembangkan kebebasan diri anak, membantu
mereka bila diperlukan tetepi membiarkan mereka melakukan segala sesuatu yang mampu mereka
lakukan sendri atau yang ingin merekalakukan sendiri.

 Orang dewasa mendukung kegiatan anak untuk memulai suatu persahabatan, karena hubungan
semacam itu cepat berlalu. Bila timbul konflik biasanya anak usia 3 tahun kembali bermain sendiri.
Orang dewasa membiasakan anak untuk menunggu giliran dan mau berbagi dengan orang lain tetapi
hendaknya orang tua tidak mengharap terlalu banyak dari mereka.

 Orang dewasa sebanyak mungkin memberikan pengalaman kepada anak dan memberikan
kesempatan untuk memperluas kemampuan bahasa dan musik kepada anak.

 Orang dewasa menyediakan waktu dan tempat baik di dalam maupun diluar ruangan baik anak untuk
berlatih keterampilan gerak kasar seperti berlari, melompat, naik sepeda. Orang dewasa selalu berada
dekat dengan anak untuk membantu mereka juka dibutuhkan.
2. Untuk anak usia 4-5 tahun

a. Perkembangan sosial-emosional

Guru mmudahkan perkembngan kontrol diri anak dengan menggunakan tehnik bimbingan yang positif
seperti modeling, dan mendorong anak untuk berbuat seuai dengan perilaku yang diharapkan. Harapan
guru harus disesuikan dengan dan menghargai kemampuan yang dimiliki anak.

Kepada anak diberikan berbagai kemungkinan untuk mengembangkan keterampilan sosial seperti kerja
sama. Guru memberi kemudahan agar perkembangan keterampilan sosial yang positif ini dapat tejadi
setiap saat

b. Perkembangan bahasa dan minat baca-tulis

Anak harus diberi kesempatan seluas-luasnya untuk melihat betapa membaca dan menulis itu
mempunyai kegunaan yang luar biasa. Keterampilan dasar ini baru akan berkembang bila mempunya
makna bagi anak. Kegiatan yang dapat mengembangkan kemampuan berbahasa dan minatbaca dan
tulis ini perlu dilakukan pemberian pengalaman yang bermakna bagi anak, misalnya mendengar dan
membaca cerita, berbagai tulisan dan gambar-gambar,dll.

c. Perkembangan kogniting

Anak mengembangkan pemahaman mengenai konsep tentang diri sendri, tenteng orang lain, dan
tentang dunia disekitarny melali pengamatan dengan cara berhubungan dengan orang lain dan dengan
benda sebenarnya, dan juga mencari pemecahan terhadapmasalah yang konkret. Anak juga belajar
mengenai rutinitas agar selalu sehat dan aman.

d. Perkembangan Fisik

Setiap anak diberi kesempatan untuk melatih otot-otonya melalui berbagai kegiatan, termasuk berlari,
melompat, dan latihan keseimbangan badan. Bermain di lapangan perlu direncanakan dan dilaksanakan
setiap hari sehingga anak dapat mengembangkan keterampilan otot-otot besarnya, belajar mengenal
alam sekitar dam dapat mengekspesikan diri secara bebas.

Setiap hari anak diberi kesempatan untuk melatih otot-otot kecinya melalui aktivitas bermain seperti
melukis dan memotong.

e. Perkembangan Estetik

Setiap hari anak diberi kesempatan untuk mengekspesikan perasaan estetik dan apresiasi mereka
melalui kesenian dan musik. Anak mencoba dan memperoleh kesenangan dari berbagai bentuk musik.
Berbagai variasi media kesenian diberikan kepada anak untuk ekspresi kreatif mereka, seperti melukis
dengan jari dan membuat bentuk memakai tanah liat.

f. Motivasi
Rasa ingin tahu secara alamiah ada dalam diri anak dan mereka untuk membuat segala seuatu masuk
akal, dapat dipergunakan utuk memotivasi mereka di dalam kegiatan belajar.

2.9 Aplikasi konsep tumbuh kembang dalam keperawatan

Teori perkembangan hanya menjelaskan satu aspek — perawat perlu mengaplikasikan beberapa teori
perkembangan untuk memahami tumbuh kembang klien saat melakukan pengkajian maupun
implementasi tindakan keperawatan.

Tiap-tiap individu berbeda dan tidak mudah untuk disamakan antara individu yang satu dengan yang lain
terhadap tugas-tugas perkembangannya.

Teori-teori tumbuh kembang bermanfaat untuk pengkajian, mengetahui tingkatan perilaku klien, dan
memberikan intervensi keperawatan

Konsep pertumbuhan dan perkembangan manusia ini dapat dijadikan sebagai dasar dalam mempelajari
konsep tumbuh kembang pada berbagai usia

3.0 Perawatan kesehatan anak usia Sekolah

Perawatan kesehatan anak usia sekolah dapat diawali dari pemberian makanan yang sehat. Makanan
yang diberikan kepada anak haruslah yang sehat agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara
optimal makanan nya harus bergizi seperti ;

a. bahan makanan pokok

b. bahan makanan lauk pauk

c. bahan makanan sayuran

d. susu dan telur

makanan ini diperlukan untuk memperoleh kebutuhan zat gizi yang cukup untuk kelangsungan hidup,
pemulihan kesehatan sesudah sakit, aktivitas, pertumbuhan dan perkembangan anak.

Pada anak usia sekolah anak sedang mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat.
Sehinggan memerlukan zat gizi dalam jumlah besar. Jika anak diberikan makanan yang bergizi mereka
akan sehat dan selanjutnya akan bergerak, bermain, berwajah ceria, cakap dan tersenyum sehinggan
anak mampu tumbuh dan berkembang secara optimal serta menjadi anak yang memiliki kepribadian
utuh.

BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Anak sejak lahir telah memiliki potensi yang berbeda satu sama lain. Oleh karena itu perlu diberi
dorongan, bimbingan dan pengaruh positif agar dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. Dalam
pemberian pengaruh ini pendidik perlu mengetahui masa perkembangan anak. Pengaruh kebaikan yang
diberikan kepada anak sebaiknya dihubungan dengan berbagai kecerdasan yang dimiliki akan. Supaya
nanti dapat menghasilkan manusia yang berkepribadian utuh.

Anak adalah subjek yang harus diperhatikan, di beri kebebasan untuk tumbuh maupun berkembang
sendiri berdasarkan apa adanya. Tugas pendidik adalah mempengaruhi karena ituy perlu pembiasaan,
keteladanan, dan pembelajaran.

Pemberian kegiatan pada anak perlu disesuaikan dengan kematangan dan perkembangan anak.
Sehingga nanti dapat menjadi anak yang sehat, cerdas dan ceria. Beberapa pandangan diatas dapat
dijadikan acuan untuk mendidik anak usia sekolah agar menjadi anak yang sehat cerdas melalui
bermain.

DAFTAR PUSTAKA

o Mansjoer arif 2001. kapita selekta kedokteran. Jakarta : Media aesculapius edisi III

o Tumbuh kembang. Diakses tanggal 21 desember 2012 dari http://www.kuliahbidan.wordpress.com

o Pertumbuhan anak. Diakses tanggal 21 desember 2012 dari http://www.nursingbegin.com

o Prinsip-prinsip perkembangan. Diakses tanggal 20 desember 2012 dari http://www.goecities.com

o Pertumbuhan dan perkembangan. Diakses tanggal 20 desember 2012 dari


http://www.bintangbangsaku.com

o Optimalkan tumbuh kembang anak usia dini. Diakses tanggal 22 desember 2012 dari
http://www.scribd.com

Iklan

MAKALAH "PENYAKIT DEMAM BERDARAH (DBD)"


KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr, wb

Puji syukur kehadirat ALLAH SWT, yang telah memberi kekuatan dan kesempatan kepada kami, sehingga
makalah ini dapat terselesaikan dengan waktu yang di harapkan walaupun dalam bentuk yang sangat
sederhana, dimana makalah ini membahas tentang “PENYAKIT DEMAM BERDARAH (DBD)” dan kiranya
makalah ini dapat meningkatkan pengetahuan kita khususnya tentang bagaimana dan apa bahaya dari
penyakit Demam berdarah.

Dengan adanya makalah ini,mudah-mudahan dapat membantu meningkatkan minat baca dan belajar
teman-teman.selain itu kami juga berharap semua dapat mengetahui dan memahami tentang materi ini,
karena akan meningkatkan mutu individu kita

Kami sangat menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih sangat minim,sehing saran dari
dosen pengajar serta kritikan dari semua pihak masih kami harapkan demi perbaikan laporan ini. Kami
ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan makalah
ini.

A. Latar Belakang

Musim hujan tiba maka perlu diwaspadai adanya genangan – genangan air yang terjadi pada selokan
yang buntu, gorong – gorong yang tidak lancar serta adanya banjir yang berkepanjangan, perlu
diwaspadai adanya tempat reproduksi atau berkembangbiaknya nyamuk pada genangan – genangan
tersebut sehingga dapat mengakibatkan musim nyamuk telah tiba pula, itulah kata-kata yang melakat
pada saat ini. saatnya kita melakukan antisipasi adanya musim nyamuk dengan cara pengendalian
nyamuk dengan pendekatan perlakukan sanitasi lingkungan atau non kimiawi yang tepat sangat
diutamakan sebelum dilakukannya pengendalian secara kimiawi.
Selama ini semua manusia pasti mengatahui dan mengenal serangga yang disebut nyamuk.
Antara nyamuk dan manusia bisa dikatakan hidup berdampingan bahkan nyaris tanpa batas. Namun,
berdampingannya manusia dengan nyamuk bukan dalam makna positif. Tetapi nyamuk dianggap
mengganggu kehidupan umat manusia. Meski jumlah nyamuk yang dibunuh manusia jauh lebih banyak
daripada jumlah manusia yang meninggal karena nyamuk, perang terhadap nyamuk seolah menjadi
kegiatan tak pernah henti yang dilakukan oleh manusia.

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) {bahasa medisnya disebut Dengue Hemorrhagic Fever
(DHF)} adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk
Aedes aegypti dan Aedes albopictus, yang mana menyebabkan gangguan pada pembuluh darah kapiler
dan pada sistem pembekuan darah, sehingga mengakibatkan perdarahan-perdarahan.Penyakit ini
banyak ditemukan didaerah tropis seperti Asia Tenggara, India, Brazil, Amerika termasuk di seluruh
pelosok Indonesia, kecuali di tempat-tempat ketinggian lebih dari 1000 meter di atas permukaan air
laut. Dokter dan tenaga kesehatan lainnya seperti Bidan dan Pak M Demam Berdarah Dengue (DBD) kini
sedang mewabah, tak heran jika penyakit ini menimbulkan kepanikan di Masyarakat. Hal ini disebabkan
karena penyakit ini telah merenggut banyak nyawa. Berdasarkan data dari Departemen Kesehatan RI
terdapat 14 propinsi dalam kurun waktu bulan Juli sampai dengan Agustus 2005 tercatat jumlah
penderita sebanyak 1781 orang dengan kejadian meninggal sebanyak 54 orang.

DBD bukanlah merupakan penyakit baru, namun tujuh tahun silam penyakit inipun telah menjangkiti 27
provinsi di Indonesia dan menyebabkan 16.000 orang menderita, serta 429 jiwa meninggal dunia, hal ini
terjadi sepanjang bulan Januari sampai April 1998 (Tempo, 2004). WHO bahkan memperkirakan 50 juta
warga dunia, terutama bocah-bocah kecil dengan daya tahan tubuh ringkih, terinfeksi demam berdarah
setiap tahun.

Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah demam dengue yang disertai pembesaran hati dan manifestasi
perdarahan. Pada keadaan yang parah bisa terjadi kegagalan sirkulasi darah dan pasien jatuh syok
hipovolemik akibat kebocoran plasma. DBD merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh virus
dengue yang penularannya dari satu penderita ke penderita lain disebarkan oleh nyamuk Aedes aegypti.
Oleh karena itu langkah yang dapat dilakukan untuk mencegah penyebaran DBD adalah dengan
memotong siklus penyebarannya dengan memberantas nyamuk tersebut. Salah satu cara untuk
memberantas nyamuk Aedes aegypti adalah dengan melakukan Fogging. Selain itu juga dapat dilakukan
pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dan abatisasi untuk memberantas jentik nyamuk. Program studi
Kesehatan Lingkungan Program Diploma tiga Kesehatan FIK UMS sebagai salah satu institusi yang dapat
melaksanakan fogging merasa bertanggung jawab untuk mencegah penyebaran penyakit ini. Sebagai
wujud kepedulian itu maka dilaksanakan program fogging di beberapa daerah.

Berbagai upaya pengendalian penyakit demam berdarah dengue (DBD) telah dilaksanakan meliputi :
promosi kesehatan tentang pemberantasan sarang nyamuk, pencegahan dan penanggulangan faktor
resiko serta kerja sama lintas program dan lintas sector terkait sampai dengan tingkat desa /kelurahan
untuk pemberantasan sarang nyamuk. Masalah utama dalam upaya menekan angka kesakitan DBD
adalah belum optimalnya upaya pergerakan peran serta masyarakat dalam pemberantasan sarang
nyamuk Demam Berdarah Dengue. Oleh karena itu partisipasi masyarakat dalam pemberantasan sarang
nyamuk DBD tersebut perlu di tingkatkan antara lain pemeriksaan jentik secara berkala dan
berkesinambungan serta menggerakan masyarakat dalam pemberantasan sarang nyamuk DBD.

A. Perumusan Masalah

Adapun beberapa masalah yang akan di rumuskan dalam memecahkan masalah demam berdarah
antara lain :

1. Apa sebenarnya penyakit demam berdarah dengue dan apa penyebabnya?

2. Bagaimana cara penularan penyakit demam berdarah dan siklus hidup vektor penular penyakit
DBD?

3. Seperti apa patogenitas DBD terhadap manusia?

4. Bagaimana cara pencegahan penyakit DBD ?

5. Bagaimana cara memberantas penyakit demam berdarah agar tidak mewabah ?

6. Apa saja cara pengobatan penyakit demam berdarah ?

B. Tujuan

Tujuan di buatnya makalah ini adalah :

1. Memberi pengetahuan mengenai penyakit demam berdarah dengue dan penyebabnya.

2. Memberi pengetahuan tentang cara penularan dan vektor penyakit demam berdarah

3. Memberi pengetahuan tentang patogenitas DBD

4. Memberikan informasi tentang cara pemberantasan penyakit demam berdarah.

5. Memberikan pengetahuan tentang cara pengobatan penyakit demam berdarah.

6. Mengetahui gejala dan berbagai pencegahan untuk penyakit demam berdarah tersebut.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian penyakit demam berdarah dengue (DBD)

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) {bahasa medisnya disebut Dengue Hemorrhagic Fever (DHF)}
adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes
aegypti dan Aedes albopictus, yang mana menyebabkan gangguan pada pembuluh darah kapiler dan
pada sistem pembekuan darah, sehingga mengakibatkan perdarahan-perdarahan.

Penyakit ini banyak ditemukan didaerah tropis seperti Asia Tenggara, India, Brazil, Amerika termasuk di
seluruh pelosok Indonesia, kecuali di tempat-tempat ketinggian lebih dari 1000 meter di atas
permukaan air laut. Dokter dan tenaga kesehatan lainnya seperti Bidan dan Pak Mantri ;-) seringkali
salah dalam penegakkan diagnosa, karena kecenderungan gejala awal yang menyerupai penyakit lain
seperti Flu dan Tipes (Typhoid).

Tanda dan Gejala Penyakit Demam Berdarah Dengue Masa tunas / inkubasi selama 3 – 15 hari sejak
seseorang terserang virus dengue, Selanjutnya penderita akan menampakkan berbagai tanda dan gejala
demam berdarah sebagai berikut :

1. Demam tinggi yang mendadak 2-7 hari (38 – 40 derajat Celsius).

2. Pada pemeriksaan uji torniquet, tampak adanya jentik (puspura) perdarahan.

3. Adanya bentuk perdarahan dikelopak mata bagian dalam (konjungtiva), Mimisan (Epitaksis), Buang
air besar dengan kotoran (Peaces) berupa lendir bercampur darah (Melena), dan lain-lainnya.
4. Terjadi pembesaran hati (Hepatomegali).

5. Tekanan darah menurun sehingga menyebabkan syok.

6. Pada pemeriksaan laboratorium (darah) hari ke 3 – 7 terjadi penurunan trombosit dibawah


100.000 /mm3 (Trombositopeni), terjadi peningkatan nilai Hematokrit diatas 20% dari nilai normal
(Hemokonsentrasi).

7. Timbulnya beberapa gejala klinik yang menyertai seperti mual, muntah, penurunan nafsu makan
(anoreksia), sakit perut, diare, menggigil, kejang dan sakit kepala.

8. Mengalami perdarahan pada hidung (mimisan) dan gusi.

9. Demam yang dirasakan penderita menyebabkan keluhan pegal/sakit pada persendian.

10. Munculnya bintik-bintik merah pada kulit akibat pecahnya pembuluh darah.

B. Vector penyakit demam berdarah dengue

1. Klasifikasi vector penyakit demam berdarah

Aedes aegypti

Klasifikasi ilmiah

Kerajaan:

Animalia

Filum:

Arthropoda

Kelas:

Insecta

Ordo:

Diptera

Famili:

Culicidae

Genus:

Aedes

Upagenus:
Stegomyia

Spesies:

Ae. aegypti

Aedes aegypti merupakan jenis nyamuk yang dapat membawa virus dengue penyebab penyakit demam
berdarah. Selain dengue, A. aegypti juga merupakan pembawa virus demam kuning (yellow fever) dan
chikungunya. Penyebaran jenis ini sangat luas, meliputi hampir semua daerah tropis di seluruh dunia.
Sebagai pembawa virus dengue, A. aegypti merupakan pembawa utama (primary vector) dan bersama
Aedes albopictus menciptakan siklus persebaran dengue di desa dan kota. Mengingat keganasan
penyakit demam berdarah, masyarakat harus mampu mengenali dan mengetahui cara-cara
mengendalikan jenis ini untuk membantu mengurangi persebaran penyakit demam berdarah.

Terjadinya penularan virus Dengue tidak dapat dilepaskan dari keberadaan vektornya, karena tanpa
adanya vektor tidak akan terjadi penularan. Ada beberapa vektor yang dapat menularkan virus Dengue
tetapi yang dianggap vektor penting dalam penularan virus ini adalah nyamuk Aedes aegypti walaupun
di beberapa negara lain Aedes albopictus cukup penting pula peranannya seperti hasil penelitian yang
pernah dilakukan di pulau Mahu Republik Seychelles (Metsellar, 1997).

Untuk daerah urban Aedes albopictus ini kurang penting peranannya (Luft,1996). Selain kedua spesies
ini masih ada beberapa spesies dari nyamuk Aedes yang bisa bertindak sebagai vektor untuk virus
Dengue seperti Aedes rotumae, Aedes cooki dan lain-lain. Sub famili nyamuk Aedes ini adalah Culicinae,
Famili Culicidae, sub Ordo Nematocera dan termasuk Ordo diptera (WHO, 2004).

Bila nyamuk Aedes menghisap darah manusia yang sedang mengalami viremia, maka nyamuk tersebut
terinfeksi oleh virus Dengue dan sekali menjadi nyamuk yang infektif maka akan infektif selamanya
(Putman JL dan Scott TW., 1996). Selain itu nyamuk betina yang terinfeksi dapat menularkan virus ini
pada generasi selanjutnya lewat ovariumnya tapi hal ini jarang terjadi dan tidak banyak berperan dalam
penularan pada manusia. Virus yang masuk dalam tubuh nyamuk membutuhkan waktu 8-10 hari untuk
menjadi nyamuk infektif bagi manusia dan masa tersebut dikenal sebagai masa inkubasi eksternal
(WHO, 1997).

2. Ciri morfologi

Nyamuk Aedes aegypti dewasa memiliki ukuran sedang dengan tubuh berwarna hitam kecoklatan.
Tubuh dan tungkainya ditutupi sisik dengan gari-garis putih keperakan. Di bagian punggung (dorsal)
tubuhnya tampak dua garis melengkung vertikal di bagian kiri dan kanan yang menjadi ciri dari spesies
ini. Sisik-sisik pada tubuh nyamuk pada umumnya mudah rontok atau terlepas sehingga menyulitkan
identifikasi pada nyamuk-nyamuk tua. Ukuran dan warna nyamuk jenis ini kerap berbeda antar populasi,
tergantung dari kondisi lingkungan dan nutrisi yang diperoleh nyamuk selama perkembangan. Nyamuk
jantan dan betina tidak memiliki perbedaan dalam hal ukuran nyamuk jantan yang umumnya lebih kecil
dari betina dan terdapatnya rambut-rambut tebal pada antena nyamuk jantan. Kedua ciri ini dapat
diamati dengan mata telanjang.

Untuk genus Aedes ciri khasnya bentuk abdomen nyamuk betina yang lancip ujungnya dan memiliki
cerci yang lebih panjang dari cerci nyamuk lainnya. Nyamuk dewasa mempunyai ciri pada tubuhnya yang
berwarna hitam mempunyai bercak-bercak putih keperakan atau putih kekuningan, dibagian dorsal dari
thorak terdapat bercak yang khas berupa 2 garis sejajar di bagian tengah dan 2 garis lengkung di tepinya.
Aedes albopictus tidak mempunyai garis melengkung pada thoraknya. Larva Aedes mempunyai bentuk
siphon yang tidak langsing dan hanya memiliki satu pasang hair tuft serta pecten yang tumbuh tidak
sempurna dan posisi larva Aedes pada air biasanya membentuk sudut pada permukaan atas.

Nyamuk betina meletakkan telurnya di atas permukaan air dalam keadaan menempel pada dinding
tempat perindukannya. Telur Aedes aegypti mempunyai dinding yang bergaris-garis dan membentuk
bangunan menyerupai gambaran kain kasa. Seekor nyamuk betina dapat meletakkan rata-rata sebanyak
100 butir telur tiap kali bertelur. Pertumbuhan dari telur sampai menjadi dewasa memerlukan waktu
kira-kira 9 hari (Srisasi G et al., 2000).

C. Perilaku dan siklus hidup Aedes aegypti

Aedes aegypti bersifat diurnal atau aktif pada pagi hingga siang hari. Penularan penyakit dilakukan oleh
nyamuk betina karena hanya nyamuk betina yang mengisap darah. Hal itu dilakukannya untuk
memperoleh asupan protein yang diperlukannya untuk memproduksi telur. Nyamuk jantan tidak
membutuhkan darah, dan memperoleh energi dari nektar bunga ataupun tumbuhan. Jenis ini
menyenangi area yang gelap dan benda-benda berwarna hitam atau merah. Demam berdarah kerap
menyerang anak-anak karena anak-anak cenderung duduk di dalam kelas selama pagi hingga siang hari
dan kaki mereka yang tersembunyi di bawah meja menjadi sasaran empuk nyamuk jenis ini.

Nyamuk dewasa betina mengisap darah manusia pada siang hari yang dilakukan baik di dalam rumah
ataupun luar rumah. Pengisapan darah dilakukan dari pagi sampai petang dengan dua puncak yaitu
setelah matahari terbit (08.00-10.00) dan sebelum matahari terbenam (15.00-17.00) (Srisasi G et al.,
2000).

Infeksi virus dalam tubuh nyamuk dapat mengakibatkan perubahan perilaku yang mengarah pada
peningkatan kompetensi vektor, yaitu kemampuan nyamuk menyebarkan virus. Infeksi virus dapat
mengakibatkan nyamuk kurang handal dalam mengisap darah, berulang kali menusukkan proboscis nya,
namun tidak berhasil mengisap darah sehingga nyamuk berpindah dari satu orang ke orang lain.
Akibatnya, risiko penularan virus menjadi semakin besar.

Di Indonesia, nyamuk A. aegypti umumnya memiliki habitat di lingkungan perumahan, di mana terdapat
banyak genangan air bersih dalam bak mandi ataupun tempayan. Oleh karena itu, jenis ini bersifat
urban, bertolak belakang dengan A. albopictus yang cenderung berada di daerah hutan berpohon
rimbun (sylvan areas).
Semua tempat penyimpanan air bersih yang tenang dapat menjadi tempat berkembang biak nyamuk
Aedes misalnya gentong air murni, kaleng kosong berisi air hujan, bak kamar mandi atau pada lipatan
dan lekukan daun yang berisi air hujan, vas bunga berisi air dan lain-lain. Nyamuk Aedes aegypti lebih
banyak ditemukan berkembang biak pada kontainer yang ada dalam rumah.

Perkembangan hidup nyamuk Aedes aegypti dari telur hingga dewasa memerlukan waktu sekitar 10-12
hari dan umur nyamuk Aedes aegypti betina berkisar antara 2 minggu sampai 3 bulan atau rata-rata 1,5
bulan, tergantung dari suhu kelembaban udara sekelilingnya (Biswas et al., 1997).

Nyamuk A. aegypti, seperti halnya culicines lain, meletakkan telur pada permukaan air bersih secara
individual. Telur berbentuk elips berwarna hitam dan terpisah satu dengan yang lain. Telur menetas
dalam 1 sampai 2 hari menjadi larva. Terdapat empat tahapan dalam perkembangan larva yang disebut
instar. Perkembangan dari instar 1 ke instar 4 memerlukan waktu sekitar 5 hari. Setelah mencapai instar
ke-4, larva berubah menjadi pupa di mana larva memasuki masa dorman. Pupa bertahan selama 2 hari
sebelum akhirnya nyamuk dewasa keluar dari pupa. Perkembangan dari telur hingga nyamuk dewasa
membutuhkan waktu 7 hingga 8 hari, namun dapat lebih lama jika kondisi lingkungan tidak mendukung.

Telur Aedes aegypti tahan kekeringan dan dapat bertahan hingga 1 bulan dalam keadaan kering. Jika
terendam air, telur kering dapat menetas menjadi larva. Sebaliknya, larva sangat membutuhkan air yang
cukup untuk perkembangannya. Kondisi larva saat berkembang dapat memengaruhi kondisi nyamuk
dewasa yang dihasilkan. Sebagai contoh, populasi larva yang melebihi ketersediaan makanan akan
menghasilkan nyamuk dewasa yang cenderung lebih rakus dalam mengisap darah. Sebaliknya,
lingkungan yang kaya akan nutrisi menghasilkan nyamuk-nyamuk.

Nyamuk Aedes aegypti lebih senang mencari mangsa di dalam rumah dan sekitarnya pada tempat yang
terlindung atau tertutup. Hal ini agak berbeda dengan Aedes albopictus yang sering dijumpai diluar
rumah dan menyukai genangan air alami yang terdapat di luar rumah misalnya potongan bambu pagar,
tempurung kelapa, lubang pohon yang berisi air (Allan, 1998). Tempat peristirahatan nyamuk Aedes
aegypti berupa semak-semak atau tanaman rendah termasuk rerumputan yang terdapat di
halaman/kebun/pekarangan rumah, juga berupa benda-benda yang tergantung di dalam rumah seperti
pakaian, sarung, kopiah dan lain sebagainya (Srisasi G et al., 2000).

Aedes aegypti merupakan spesies nyamuk yang banyak ditemukan di daerah tropis dan subtropis yang
terletak antara 35º lintang utara dan 35º lintang selatan. Selain itu Aedes aegypti jarang ditemukan pada
ketinggian lebih dari 1.000 m. Tetapi di India pernah ditemukan pada ketinggian 2.121 m dan di
California 2.400 m. Nyamuk ini mampu hidup pada temperatur 8ºC-37ºC. Aedes aegypti bersifat
Anthropophilic dan sering tinggal di dalam rumah (WHO, 1997).

Kemampuan terbang nyamuk betina bisa mencapai 2 km tetapi kemampuan normalnya kira-kira 40
meter. Nyamuk Aedes mempunyai kebiasaan menggigit berulang (multiple bitters) yaitu menggigit
beberapa orang secara bergantian dalam waktu singkat. Hal ini disebabkan karena nyamuk Aedes
aegypti sangat sensitif dan mudah terganggu. Keadaan ini sangat membantu Aedes aegypti dalam
memindahkan virus Dengue ke beberapa orang sekaligus sehingga dilaporkan adanya beberapa
penderita DBD di dalam satu rumah (Depkes, 2004).
Memonitor kepadatan populasi Aedes aegypti merupakan hal yang penting dalam mengevaluasi adanya
ancaman penyakit Demam Berdarah Dengue di suatu daerah dan pengukuran kepadatan populasi
nyamuk yang belum dewasa dilakukan dengan cara pemeriksaan tempat-tempat perindukan di dalam
dan luar rumah. Ada 3 angka indeks yang perlu diketahui yaitu indeks rumah, indeks kontainer dan
indeks Breteau (Srisari G et al., 2000). Indeks Breteau adalah jumlah kontainer yang positif dengan larva
Aedes aegypti dalam 100 rumah yang diperiksa. Indeks Breteau merupakan indikator terbaik untuk
menyatakan kepadatan nyamuk, sedangkan indeks rumah menunjukkan luas persebaran nyamuk dalam
masyarakat. Indeks rumah adalah prosentase rumah ditemukannya larva Aedes aegypti. Indeks
kontainer adalah prosentase kontainer yang positif dengan larva Aedes aegypti. Penelitian dari Bancroft
pada tahun 1906 memberi dasar kuat untuk mempertimbangkan Aedes aegypti sebagai vektor dengan
cara menginfeksi 2 sukarelawan di daerah tempat terjadinya infeksi alamiah. Dasar ini didukung pula
dengan hasil penelitian Cleland dan kawan-kawan tahun 1917, juga penelitian dari Jupp tahun 1993 di
Afrika Selatan yang menyatakan populasi Aedes aegypti paling besar potensinya sebagai vektor untuk
virus DEN-1 dan DEN-2 (WHO, 2002).

D. Patogenitas dbd

Penyakit Demam Berdarah Dengue adalah penyakit infeksi virus Dengue yang ditularkan oleh nyamuk
Aedes aegypti dan nyamuk Aedes albopictus. Virus Dengue termasuk genus Flavivirus, famili Flaviviridae,
yang dibedakan menjadi 4 serotipe yaitu DEN 1, DEN 2, DEN 3 dan DEN 4. Keempat serotipe virus ini
terdapat di Indonesia dan dilaporkan bahwa serotipe virus DEN 3 sering menimbulkan wabah, sedang di
Thailand penyebab wabah yang dominan adalah virus DEN 2 (Syahrurahman A et al., 1995). Penyakit ini
ditunjukkan dengan adanya demam secara tiba-tiba 2-7 hari, disertai sakit kepala berat, sakit pada sendi
dan otot (myalgia dan arthralgia) dan ruam merah terang, petechie dan biasanya muncul dulu pada
bagian bawah badan menyebar hingga menyelimuti hampir seluruh tubuh. Radang perut bisa juga
muncul dengan kombinasi sakit di perut, rasa mual, muntah-muntah atau diare (Soewandoyo E., 1998).

Manifestasi klinik terwujud sebagai akibat adanya kebocoran plasma dari pembuluh darah perifer ke
jaringan sekitar. Infeksi virus Dengue dapat bersifat asimtomatik atau simtomatik yang meliputi panas
tidak jelas penyebabnya (Dengue Fever, DF), Demam Berdarah Dengue (DBD), dan demam berdarah
dengan renjatan (DSS) dengan manifestasi klinik demam bifasik disertai gejala nyeri kepala, nyeri sendi,
nyeri otot, dan timbulnya ruam pada kulit ( Soegijanto S., 2004).

Virus Dengue masuk ke dalam tubuh manusia lewat gigitan nyamuk Aedes aegypti dan nyamuk Aedes
albopictus. Di dalam tubuh manusia, virus berkembang biak dalam sistem retikuloendotelial, dengan
target utama virus Dengue adalah APC (Antigen Presenting Cells ) di mana pada umumnya berupa
monosit atau makrofag jaringan seperti sel Kupffer dari hepar dapat juga terkena (Harikushartono et al.,
2002). Segera terjadi viremia selama 2 hari sebelum timbul gejala dan berakhir setelah lima hari gejala
panas mulai. Makrofag akan segera bereaksi dengan menangkap virus dan memprosesnya sehingga
makrofag menjadi APC (Antigen Precenting Cell). Antigen yang menempel di makrofag ini akan
mengaktifasi sel T-Helper dan menarik makrofag lain untuk memfagosit lebih banyak virus. T-helper
akan mengaktifasi sel T-sitotoksik yang akan melisis makrofag yang sudah memfagosit virus juga
mengaktifkan sel B yang akan melepas antibodi. Ada 3 jenis antibodi yang telah dikenali yaitu antibodi
netralisasi, antibodi hemaglutinasi, antibodi fiksasi komplemen (Gubler DJ., 1998).

Penyakit infeksi virus Dengue merupakan hasil interaksi multifaktorial yang pada saat ini mulai
diupayakan memahami keterlibatan faktor genetik pada penyakit infeksi virus, yaitu kerentanan yang
dapat diwariskan. Konsep ini merupakan salah satu teori kejadian infeksi berdasarkan adanya perbedaan
kerentanan genetik (genetic susceptibility) antar individu terhadap infeksi yang mengakibatkan
perbedaan interaksi antara faktor genetik dengan organisme penyebab serta lingkungannya (Darwis D.,
1999).

Patofisiologi primer DBD dan Dengue Shock Syndrom (DSS) adalah peningkatan akut permeabilitas
vaskuler yang diikuti kebocoran plasma ke dalam ruang ekstravaskuler, sehingga menimbulkan
hemokonsentrasi dan penurunan tekanan darah (Gambar 2.1). Volume plasma menurun lebih dari 20%
pada kasus-kasus berat, yang didukung penemuan post mortem meliputi efusi serosa, efusi pleura,
hemokonsentrasi dan hipoproteinemi (Soedarmo, 2002).

Patogenesis DBD masih kontroversial dan masing-masing hanya dapat menjelaskan satu atau beberapa
manifestasi kliniknya dan belum dapat menjelaskan secara utuh keseluruhan fenomena (Soetjipto et al.,
2000). Beberapa teori tentang patogenesis DBD adalah The Secondary Heterologous Infection
Hypothesis, Hipotesis Virulensi Virus, Teori Fenomena Antibodi Dependent Enhancement (ADE), Teori
Mediator, Peran Endotoksin, dan Teori Apoptosis (Soegijanto S., 2004).

Pencegahan dan pemberantasan infeksi Dengue diutamakan pada pemberantasan vektor penyakit
karena vaksin yang efektif masih belum tersedia. Pemberantasan vektor ini meliputi pemberantasan
sarang nyamuk dan pembasmian jentik. Pemberantasan sarang nyamuk meliputi pembersihan tempat
penampungan air bersih yang merupakan sarana utama perkembangbiakan nyamuk, diikuti
penimbunan sampah yang bisa menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk. Tempat air bersih perlu
dilindungi dengan ditutup yang baik. Pembasmian jentik dilakukan melalui kegiatan larvaciding dengan
abate dan penebaran ikan pemakan jentik di kolam-kolam (Soegijanto S., 2004).

E. Cara Pemberantasan Demam Berdarah

Departemen kesehatan telah mengupayakan berbagai strategi dalam mengatasi kasus ini. Pada awalnya
strategi yang digunakan adalah memberantas nyamuk dewasa melalui pengasapan, kemudian strategi
diperluas dengan menggunakan larvasida yang ditaburkan ke tempat penampungan air yang sulit
dibersihkan. Akan tetapi kedua metode tersebut sampai sekarang belum memperlihatkan hasil yang
memuaskan. Pencegahan penyakit DBD sangat tergantung pada pengendalian vektornya, yaitu nyamuk
Aedes aegypti (Rozendaal JA., 1997).

Pengendalian nyamuk tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa metode yang tepat,
yaitu:

a. Lingkungan
Metode lingkungan untuk mengendalikan nyamuk tersebut antara lain dengan Pemberantasan Sarang
Nyamuk (PSN), pengelolaan sampah padat, modifikasi tempat perkembangbiakan nyamuk dan
perbaikan desain rumah. Sebagai contoh : menguras bak mandi/penampungan air sekurang-kurangnya
sekali seminggu, mengganti dan menguras vas bunga dan tempat minum burung seminggu sekali,
menutup dengan rapat tempat penampungan? air, mengubur kaleng-kaleng bekas, aki bekas dan ban
bekas di sekitar rumah?. Tumpah atau bocornya air dari pipa distribusi, katup air, meteran air dapat
menyebabkan air menggenang dan menjadi habitat yang penting untuk larva Aedes aegypti jika
tindakan pencegahan tidak dilakukan.

b. Biologis

Pengendalian biologis antara lain dengan menggunakan ikan pemakan jentik (ikan adu/ikan cupang),
dan bakteri (Bt.H-14). Peran pemangsa yang dimainkan oleh copepod crustacea (sejenis udang-udangan)
telah didokumentasikan pada tahun 1930-1950 sebagai predator yang efektif terhadap Aedes aegypti
(Kay BH., 1996). Selain itu juga digunakan perangkap telur autosidal (perangkap telur pembunuh) yang
saat ini sedang dikembangkan di Singapura.

c. Kimiawi

Cara pengendalian ini antara lain dengan pengasapan (fogging) (dengan menggunakan malathion dan
fenthion), berguna untuk mengurangi kemungkinan penularan sampai batas waktu tertentu.
Memberikan bubuk abate (temephos) pada tempat-tempat penampungan air seperti gentong air, vas
bunga, kolam, dan lain-lain.

Fogging merupakan salah satu bentuk upaya untuk dapat memutus rantai penularan penyakit
DHF, dengan adanya pelaksanaan fogging diharapkan jumlah penderita Demam Berdarah DHF dapat
berkurang. Sebelum pelaksanaan fogging pada masyarakat telah diumumkan agar menutup
makanannya dan tidak berada di dalam rumah ketika dilakukan fogging termasuk orang yang sakit harus
diajak ke luar rumah dahulu, selain itu semua ternak juga harus berada di luar. Namun demikian untuk
menghindari hal – hal yang tidak diinginkan maka dalam pelaksanaannya fogging dilakukan oleh 2 orang
operator. Operator I (pendamping) bertugas membuka pintu, masuk rumah dan memeriksa semua
ruangan yang ada untuk memastikan bahwa tidak ada orang dalam rumah termasuk bayi, anak-anak
maupun orang tua dan orang yang sedang terbaring sakit, selain itu ternak-ternak sudah harus
dikeluarkan serta semua makanan harus sudah ditutup. Setelah siap operator pendamping ke luar dan
operator II (Operator swing Fog) memasuki rumah dan melakukan fogging pada semua ruangan dengan
cara berjalan mundur. Setelah selesai operator pendamping baru menutup pintu. Rumah yang telah di
fogging ini harus dibiarkan tertutup selama kurang lebih satu jam dengan harapan nyamuk-nyamuk yang
berada dalam rumah dapat terbunuh semua, dengan cara ini nyamuk-nyamuk akan terbunuh karena
malathion bekerja secara “knoc donw”. Setelah itu fogging dilanjutkan di luar rumah / pekarangan.
Setelah satu rumah beserta pekarangannya selesai difogging maka fogging dilanjutkan ke rumah yang
lain, sampai semua rumah dan pekarangan milik warga difogging.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan fogging dengan swing fog untuk mendapatkan hasil
yang optimal adalah sebagai berikut :
a. Konsentrasi larutan dan cara pembuatannya. Untuk malation, konsentrasi larutan adalah 4 – 5 %.

b. Nozzle yang dipakai harus sesuai dengan bahan pelarut yang digunakan dan debit keluaran yang
diinginkan.

c. Jarak moncong mesin dengan target maksimal 100m, efektif 50m.d) Kecepatan berjalan

d. ketika memfogging, untuk swing fog kurang lebih 500 m2 atau 2 – 3 menit untuk satu rumah dan
halamannya.

e. Waktu fogging disesuaikan dengan kepadatan/aktivitas puncak dari nyamuk, yaitu jam 09.00 –
11.00.

Dalam pelaksanaan fogging inipun telah diperhatikan hal-hal di atas sehingga diharapkan hasilnya
juga optimal. Berdasarkan hasil survei jentik ternyata masih ditemukan jentik di 5 rumah penduduk.
Jentik tersebut berada di kamar mandi, satu kamar mandi ditemukan di luar rumah dengan kondisi
kurang bersih dan kurang terawat, sedang 4 kamar mandi yang lain berada di dalam rumah. Bahkan satu
kamar mandi terbuat dari keramik, namun demikian kamar mandi ini berhubungan langsung dengan
pekarangan yang cukup luas dengan tanaman-tanaman besar yang cukup banyak, sehingga
dimungkinkan nyamuk berasal dari pekarangan. Bagi penduduk yang kamar mandinya masih ditemukan
jentik, maka pada saat itu juga team yang bertugas langsung memberikan pengarahan dan penyuluhan
pada pemilik rumah untuk membersihkan kamar mandinya agar tidak menjadi sarang nyamuk.

Pendapat masyarakat bahwa fogging merupakan cara yang paling tepat untuk mencegah
penyebaran penyakit demam berdarah sebenarnya kurang tepat, karena cara ini sesungguhnya hanya
bertujuan untuk memberantas nyamuk Aedes aegypti dewasa, sehingga jika di beberapa rumah
penduduk masih diketemukan jentik nyamuk, maka dimungkinkan penularan demam berdarah masih
berlanjut dengan dewasanya jentik yang menjadi nyamuk. Apalagi siklus perubahan jentik menjadi
nyamuk hanya membutuhkan waktu kurang lebih satu minggu. Sehingga jika di daerah tersebut
terdapat penderita demam berdarah baru maka dimungkinkan akan cepat menyebar pula. Langkah yang
dianggap lebih efektif adalah dengan PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk).

Cara yang paling efektif dalam mencegah penyakit DBD adalah dengan mengkombinasikan cara-cara di
atas, yang disebut dengan 3M Plus, yaitu menutup, menguras dan mengubur barang-barang yang bisa
dijadikan sarang nyamuk. Selain itu juga melakukan beberapa plus seperti memelihara ikan pemakan
jentik, menabur larvasida, menggunakan kelambu pada waktu tidur, memasang kasa, menyemprot
dengan insektisida, menggunakan repellent, memasang obat nyamuk dan memeriksa jentik berkala
sesuai dengan kondisi setempat (Deubel V et al., 2001).

Kegiatannya dapat berupa kerja bakti untuk membersihkan rumah dan pekarangannya, selokan selokan
di samping rumah serta melakukan 3M ( Menguras kamar mandi (termasuk mengganti air untuk
minuman burung dan air dalam vas bunga), menutup tampungan / tandon air dan mengubur barang-
barang bekas yang mungkin menjadi tempat sarang nyamuk, termasuk pecahan botol dan potongan ban
bekas). Jika diperlukan dapat ditaburkan abate dengan dosis 10 gr/ 100 liter air, untuk membunuh
jentik-jentik pada bak kamar mandi maupun kolam-kolam ikan di rumah, dalam hal ini masyarakat tidak
perlu takut kalau-kalau terjadi keracunan karena abate ini hanya membunuh jentik nyamuk dan aman
bagi manusia maupun ikan. Untuk mendapatkan hasil yang terbaik dalam memutus rantai penularan
penyakit demam berdarah adalah dengan pelaksanaan PSN oleh masyarakat, kemudian dilakukan
fogging oleh petugas dan kembali dilaksanakan PSN oleh masyarakat. Jika cara ini telah dilakukan oleh
seluruh masyarakat secara merata di berbagai wilayah, artinya tidak hanya satu Rt atau Rw saja, tetapi
telah meluas di semua wilayah maka pemberantasan demam berdarah akan lebih cepat teratasi. Sebab
jika hanya satu daerah saja yang melaksanakan program tersebut namun daerah lainnya tidak, maka
dimungkinkan orang yang berasal dari wilayah yang telah bebas namun berkunjung ke daerah yang
masih terdapat penderita demam berdarah dan tergigit oleh nyamuk Aedes aegypti akan tertular
demam berdarah pula dan dengan cepat penyakit inipun akan tersebar luas kembali.

Pemerintah juga memberdayakan masyarakat dengan mengaktifkan kembali (revitalisasi) pokjanal DBD
di Desa/Kelurahan maupun Kecamatan dengan fokus pemberian penyuluhan kesehatan lingkungan dan
pemeriksaan jentik berkala. Perekrutan warga masyarakat sebagai Juru Pemantau Jentik (Jumantik)
dengan fungsi utama melaksanakan kegiatan pemantauan jentik, pemberantasan sarang nyamuk secara
periodik dan penyuluhan kesehatan. Peran media massa dalam penanggulangan KLB DBD dan sebagai
peringatan dini kepada masyarakat juga ditingkatkan. Dengan adanya sistem pelaporan dan
pemberitahuan kepada khalayak yang cepat diharapkan masyarakat dan departemen terkait lebih
wasapada. Intensifikasi pengamatan (surveilans) penyakit DBD dan vektor dengan dukungan
laboratorium yang memadai di tingkat Puskesmas Kecamatan/Kabupaten juga perlu dibenahi (Kristina et
al., 2004).

F. Cara Pengobatan Penyakit Demam Berdarah

Fokus pengobatan pada penderita penyakit DBD adalah mengatasi perdarahan, mencegah atau
mengatasi keadaan syok / persyok, yaitu dengan mengusahakan agar penderita banyak minum sekitar
1,5 sampai 2 liter air dalam 24 jam (air teh dan gula sirup atau susu) penambahan cairan tubuh melalui
infus (intravena) mungkinb di perlukan untuk mencegah dehidrasi dan hemokonsentrasi yang
berlebihan. Transfusi platelet di lakukan jika jumlah platelet menurun drastis. Terhadap keluhan yang
timbul, selanjutnya adalah pemberian obat – obatan misalnya :

• Parasetamol membantu menurunkan demam

• Garam elektrolit (oralit) jika di sertai diare

• Antibiotik berguna untuk mencegah infeksi sekunder, lakukan kompres dingin, tidak perlu dengan es
karena bisa berdampak syok. Bahkan beberapa tim medis menyarankan kompres dapat di lakukan
dengan alkohol.Pengobatan alternatif yang umum di kenal adalah dengan meminum jus jambu biji
bangkok, namun khasiatnya belum pernah di buktikan secara medis, akan tetapi jambu biji
kenyataannya dapat mengembalikan cairan intravena dan peningkatan nilai trombosit darah.
G. Pencegahan Penyakit Demam Berdarah

Pencegahan dilakukan dengan menghindari gigitan nyamuk diwaktu pagi sampai sore, karena nyamuk
aedes aktif di siang hari (bukan malam hari). Misalnya hindarkan berada di lokasi yang banyak
nyamuknya di siang hari, terutama di daerah yang ada penderita DBD nya. Beberapa cara yang paling
efektif dalam mencegah penyakit DBD melalui metode pengontrolan atau pengendalian vektornya
adalah :

1. Pengendalian Non Kimiawi :

a. Pada Larva / jentik nyamuk:

1. dilakukan dengan cara menjaga sanitasi / kebersihan lingkungan yaitu pada umumnya 3M:
Menguras dan menyikat dinding bak penampungan air kamar mandi; karena jentik / larva nyamuk
demam berdarah (Aedest Aegypti) akan menempel pada dinding bak penampungan air setelah dikuras
dengan ciri-ciri berwarna kehitam-hitaman pada dinding, hanya dengan menguras tanpa menyikat
dinding maka jentik / larva nyamuk demam berdarah (Aedest Aegypti) tidak akan mati karena mampu
hidup dalam keadaan kering tanpa air sampai dengan 6 (enam) bulan, jadi setelah dikuras diding
tersebut harus disikat. Menutup rapat – rapat bak – bak penampungan air; yaitu seperti gentong untuk
persediaan air minum, tandon air, sumur yang tidak terpakai karena nyamuk demam berdarah (Aedest
Aegypti) mempunyai ethology lebih menyukai air yang jernih untuk reproduksinya, Mengubur barang-
barang yang tidak berguna tetapi dapat menyebabkan genangan air yang berlarut-larut ini harus
dihindari karena salah satu sasaran tempat nyamuk untuk bereproduksi.

2. dilakukan dengan cara pencegahan preventive yaitu memelihara ikan pada tempat penampungan
air

b. Pada Nyamuk Dewasa :

1. Dengan memasang kasa nyamuk atau screening yang berfungsi untuk pencegahan agar nyamuk
dewasa tidak dapat mendekat pada linkungan sekitar kita.

2. Dengan menggunkan Insect Light Killer yaitu perangkap untuk nyamuk yang menggunakan lampu
sebagai bahan penariknya (attractan) dan untuk membunuhnya dengan mengunakan aliran listrik. Cara
kerja tersebut sama dengan Electric Raket.

2. Pengendalian Kimiawi :

a. Pada Larva / jentik nyamuk:

Yaitu dikakukan dengan menaburkan bubuk larvasida atau yang biasa disebut dengan ABATE Untuk
tempat-tempat air yang tidak mungkin atau sulit dikuras, taburkan bubuk ABATE ke dalam genangan air
tersebut untuk membunuh jentik-jentik nyamuk. Ulangi hal ini setiap 2-3 bulan sekali. Selama 3 bulan
bila tempat penampungan air tersebut akan dibersihkan/diganti airnya, hendaknya jangan menyikat
bagian dalam dinding tempat penampungan air tersebut Air yang telah dibubuhi ABATE dengan takaran
yang benar, tidak membahayakan dan tetap aman bila air tersebut diminum

Takaran penggunaan bubuk ABATE adalah sebagai berikut :

Untuk 10 liter air, ABATE yang diperlukan = (100/10) x 1 gram = 10 gram ABATE

Untuk menakar ABATE digunakan sendok makan. Satu sendok makan peres berisi 10 gram ABATE.

b. Pada Nyamuk Dewasa :

1. Dilakukan Space Treatment : Pengasapan (Fogging) dan Pengkabutan (Ultra Low Volume) dengan
insectisida yang bersifat knock down mampun menekan tingkat populasi nyamuk dengan cepat.

2. Dilakukan Residual treatment : Penyemprotan (Spraying) pada tempat hinggapnya nyamuk


biasanya bekisaran antara 0 – 1 meter diatas permukaan lantai bangunan.

3. Dengan memasang obat nyamuk bakar maupun obant nyamuk semprot yang siap pakai dan bisa
juga memakai obat oles anti nyamuk yang memberikan daya fungsi menolak (repellent) pada nyamuk
yang akan mendekat.

Beberapa upaya untuk menurunkan, menekan dan mengendalikan nyamuk dengan cara pengelolaan
lingkungan adalah sebagai berikut:

1. Modifikasi Lingkungan

Yaitu setiap kegiatan yang mengubah fisik lingkungan secara permanen agar tempat perindukan nyamuk
hilang. Kegiatan ini termasuk penimbunan, pengeringan, pembuatan bangunan (pintu, tanggul dan
sejenisnya) serta pengaturan sistem pengairan (irigasi). Kegiatan ini di Indonesia populer dengan nama
kegiatan pengendalian sarang nyamuk ”3M” yaitu dari kata menutup, menguras dan menimbun
berbagai tempat yang menjadi sarang nyamuk.

2. Manupulasi Lingkungan
Yaitu suatu bentuk kegiatan untuk menghasilkan suatu keadaan sementara yang tidak menguntungkan
bagi keberadaan nyamuk seperti pengangkatan lumut dari laguna, pengubahan kadar garam dan juga
sistem pengairan secara berkala di bidang pertanian.

3. Mengubah atau Memanipulasi Tempat Tinggal dan Tingkah Laku

Yaitu kegiatan yang bertujuan mencegah atau membatasi perkembangan vektor dan mengurangi kontak
dengan manusia. Pendekatan ini dilakukan dengan cara menempatkan dan memukimkan kembali
penduduk yang berasal dari sumber nyamuk (serangga) penular penyakit, perlindungan perseorangan
(personal protection), pemasangan rintangan-rintangan terhadap kontak dengan sumber serangga
vektor, penyediaan fasilitas air, pembuangan air, sampah dan buangan lainnya.

4. Pengendalian Hayati

Yaitu cara lain untuk pengendalian non kimiawi dengan memanfaatkan musuh-musuh alami nyamuk.
Pelaksanaan pengendalian ini memerlukan pengetahuan dasar yang memadai baik mengenai bioekologi,
dinamika populasi nyamuk yang akan dikendalikan dan juga bioekologi musuh alami yang akan
digunakan. Dalam pelaksanaanya metode ini lebih rumit dan hasilnyapun lebih lambat terlihat
dibandingkan dengan penggunaan insektisida. Pengendalian hayati baru dapat memperlihatkan hasil
yang optimal jika merupakan bagian suatu pengendalian secara terpadu.

5. Musuh alami yang yang digunakan dalam pengendalian hayati adalah predator, patogen dan
parasit.

a. Predator

Adalah musuh alami yang berperan sebagai pemangsa dalam suatu populasi nyamuk. Contohnya
beberapa jenis ikan pemakan jentik atau larva nyamuk.Ikan pemakan jentik nyamuk yang telah lama
digunakan sebagai pengendali nyamuk adalah ikan jenis guppy dan ikan kepala timah. Jenis ikan lain
yang dikembangkan adalah ikan mas, mujahir dan ikan nila di persawahan. Selain ikan dikenal pula larva
nyamuk yang bersifat predator yaitu jentik nyamuk Toxorrhynchites yang ukurannya lebih besar dari
jentik nyamuk lainnya ( sekitar 4-5 kali ukuran larva nyamuk Aedes aegypti). Di beberapa negara
pemanfaatan larva Toxorrhynchites telah banyak dilakukan dalam rangkaian usaha memberantas
nyamuk demam berdarah secara tepadu.

b. Patogen

Merupakan jasad renik yang bersifat patogen terhadap jentik nyamuk. Sebagai contoh adalah berbagai
jenis virus (seperti virus yang bersifat cytoplasmic polyhedrosis), bakteri (seperti Bacillus thuringiensis
subsp.israelensis, B. sphaericus), protozoa (seperti Nosema vavraia, Thelohania) dan fungi (seperti
Coelomomyces, Lagenidium, Culicinomyces)

c. Parasit

Yaitu mahluk hidup yang secara metabolisme tergantung kepada serangga vektor dan menjadikannya
sebagai inang. Contohnya adalah cacing Nematoda seperti Steinermatidae (Neoplectana), Mermithidae
(Romanomermis) dan Neotylenchidae (Dalandenus) yang dapat digunakan untuk mengendalikan
populasi jentik nyamuk dan serangga pengganggu kesehatan lainnya. Nematoda ini memerlukan
serangga sebagai inangnya, masuk ke dalam rongga tubuh, merusak dinding dan jaringan tubuh
serangga tersebut. Jenis cacing Romanomermis culiciforax merupakan contoh yang sudah diproduksi
secara komersial untuk mengendalikan nyamuk.

Meskipun demikian pemanfaatan spesies Nematoda sampai saat ini masih terbatas pada daerah-daerah
tertentu karena sebaran spesiesnya terbatas, hanya menyerang pada fase dan spesies serangga tertentu
dan memerlukan dasar pengetahuan bioekologi yang kuat.

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan masalah yang telah dibuat, dapat diambil kesimpulan bahwa fogging
merupakan salah satu upaya untuk memberantas nyamuk yang merupakan vektor penyakit demam
berdarah sehingga rantai penularan penyakit dapat diputuskan. Selain fogging juga dapat dilakukan
abatisasi, yaitu penaburan abate dengan dosis 10 gram untuk 100 liter air pada tampungan air yang
ditemukan jentik nyamuk. Penyuluhan dan penggerakan masyarakat dalam PSN ( Pemberantasan Sarang
Nyamuk ) dengan 3M, yaitu :

· Menguras

· Menutup tampungan air, dan

· Mengubur barang-barang bekas yang dapat menjadi sarang nyamuk juga dapat menjadi cara untuk
memberantas DBD.
Banyak cara yang dapat dilakukan dalam mengobati penyakit DBD diantaranya yaitu:

· Mengatasi perdarahan.

· Mencegah keadaan syok.

· Menambah cairan tubuh dengan infus.

Untuk mencegah DBD, dapat dilakukan dengan cara menghindari gigitan nyamuk pada waktu pagi
hingga sore hari dengan cara mengoleskan lotion anti nyamuk.

B. SARAN

1. Setiap individu sebaiknya mengerti dan memahami bahaya dari penyakit DBD tersebut, sehingga
setiap individu tersebut bisa lebih merasa khawatir dan mampu menjaga diri dan lingkungannya dari
kemungkinan terserangnya demam berdarah.

2. Perlunya digalakkan Gerakan 3 M plus,tidak hanya bila terjadi wabah tetapi harusdijadikan gerakan
nasional melalui pendekatan masyarakat.

3. Early Warning Outbreak Recognition System (EWORS) perlu dilakukan secara berdaya guna dan
berhasil guna.

4. Segenap pihak yang terkait dapat bekerja sama untuk mencegah DBD.18
DAFTAR PUSTAKA

· Anonym. 2011.Pengendalian Nyamuk. http://www.pc3news.com/index.php?


cat=news&id=911&sub=2&view=news. Di akses tanggal 23 maret 2012.

· Anonym. 2011. Pengendalian Nyamuk Dengan Pendekatan Secara Non Kimiawi Lebih
Diutamakan.http://masterhama.wordpress.com/2009/04/22/pengendalian-nyamuk-dengan-
pendekatan-secara-non-kimiawi-lebih-diutamakan/.

Di akses tanggal 23 maret 2012.

· Anonym. 2011. Vektor DBD. http://indonesiannursing.com/2008/05/vektor-dbd. Di akses tanggal


23 maret 2012.
· Anonym. 2011. Etiologi dan Patogenesis DBD. http://indonesiannursing.com/2008/05/etiologi-
dan-patogenesis-dbd/. Di akses tanggal 23 maret 2012.

· Anonym. 2011. Program Penanggulangan DBD di Indonesia.


http://indonesiannursing.com/2008/05/program-penanggulangan-dbd-di-indonesia/. Di akses tanggal
23 maret 2012.

· Anonym. 2011. Nyamuk Transgenic Harapan Baru Penanggulangan DBD


http://majalahkesehatan.com/nyamuk-transgenik-harapan-baru-penanggulangan-dbd. Di akses tanggal
23 maret 2012.

· Anonym. 2011. Aedes aegypti. http://id.wikipedia.org/wiki/Aedes_aegypti. Di akses tanggal


23 maret 2012.

· Anonym. 2011. Ciri-Ciri Nyamuk Penyebab Penyakit Demam Berdarah


http://danialonline.wordpress.com/2009/08/07/ciri-ciri-nyamuk-penyebab-penyakit-demam-berdarah-
nyamuk-aedes-aegypti/. Di akses tanggal 23 maret 2012.

· Anonym. 2011. Penyakit Demam Berdarah Dengue.


http://www.infopenyakit.com/2008/03/penyakit-demam-berdarah-dengue-dbd.html. Di akses tanggal
23 maret 2012.

· Dr.Faziah A. Siregar.2004.Epidemiologi dan Pemberantasan Demam Berdarah Dengue di


Indonesia.www.library.usu.co.id Di akses tanggal 23 maret 2012.

Avrie Scoot at 01:35

akalah DBD

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit Demam Berdarah Dengue ( DBD ) merupakan penyakit endemis di Indonesia dan sampai saat
ini masih merupakan masalah utama kesehatan masyarakat. Penyakit Demam Berdarah disebabkan oleh
infeksi virus Dengue yang akut dan ditandai dengan panas mendadak selama 2 – 7 hari tanpa sebab yang
jelas disertai dengan manifestasi perdarahan, seperti petekie, epistaxis kadang disertai muntah darah,
berak darah, kesadaran menurun, dan syock (Soegijanto, 2006).

Penyakit Demam Berdarah atau Dengue Hemorragik Fever (DHF) ialah penyakit yang disebabkan oleh
virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti dan Aedes Albopictus. Kedua jenis
nyamuk ini terdapat hampir di seluruh pelosok Indonesia, kecuali di tempat-tempat ketinggian lebih dari
1000 meter di atas permukaan air laut. Merebaknya kasus DBD ini menimbulkan reaksi dari berbagai
kalangan. Sebagian menganggap hal ini terjadi karena kurangnya kesadaran akan kebersihan lingkungan
dan sebagian lagi menganggap karena pemerintah lambat dalam mengantisipasi dan merespon kasus ini
(http;//www.litbang.depkes.go.id, 2005).

1.2 Rumusan Masalah

1. Penyebab dan ciri-ciri Nyamuk DBD

2. Gejala DBD

3. Pencegahan DBD

4. Cara pengobatan DBD

1.3 Tujuan

Mengetahui penyebab dan ciri-ciri nyamuk DBD, gejala DBD, serta cara pengobatan DBD.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Penyebab dan Ciri-Ciri DBD

Penyebab DBD :
Penyakit ini disebabkan oleh virus dengue yang menyebabkan gangguan pada pembuluh darah kapiler
dan pada sistem pembekuan darah, sehingga mengakibatkan perdarahan-perdarahan.

Vektor yang berperan dalam penularan penyakit ini adalah nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus.

Ciri-Ciri Nyamuk DBD

Hidup di dalam ruangan, tempat genangan air dan kumuh

Sulit untuk ditangkap karena mereka bergerak sangat cepat, melesat maju mundur.

Mereka menggigit pada pagi atau siang hari

Bersembunyi di bawah perabot dan sering menggigit orang di sekitar kaki atau pergelangan kaki

Gigitan relatif tidak sakit, sehingga orang mungkin tidak melihat mereka sedang tergigit.

Nyamuk demam berdarah dewasa lebih memilih untuk beristirahat di daerah gelap. Tempat beristirahat
favorit berada di bawah tempat tidur, meja dan kursi, di lemari pakaian atau lemari, di tumpukan cucian
kotor dan sepatu; dalam wadah terbuka, di ruang yang gelap dan tenang, dan bahkan pada objek gelap
seperti pakaian atau perabot.

Nyamuk demam berdarah lebih suka menggigit manusia pada siang hari. Sebuah cara yang efektif untuk
membunuh nyamuk dewasa adalah untuk menerapkan sisa insektisida ke daerah di mana mereka lebih
suka untuk beristirahat.

Nyamuk demam berdarah terkadang dijuluki ‘kecoa nyamuk’ karena benar-benar dijinakkan dan lebih
memilih untuk tinggal di sekitar rumah-rumah penduduk. Mereka berkembang biak bukan di rawa-rawa
atau saluran, dan sangat jarang menggigit pada malam hari.

2.2 Gejala DBD

Masa tunas atau inkubasi selama 3 - 15 hari sejak seseorang terserang virus dengue, Selanjutnya
penderita akan menampakkan berbagai tanda dan gejala demam berdarah sebagai berikut :

1. Demam tinggi yang mendadak 2-7 hari (38 - 40 derajat Celsius).

2. Pada pemeriksaan uji torniquet, tampak adanya jentik (puspura) perdarahan.

3. Adanya bentuk perdarahan dikelopak mata bagian dalam (konjungtiva), Mimisan (Epitaksis), Buang
air besar dengan kotoran (Peaces) berupa lendir bercampur darah (Melena), dan lain-lainnya.

4. Terjadi pembesaran hati (Hepatomegali).

5. Tekanan darah menurun sehingga menyebabkan syok.


6. Pada pemeriksaan laboratorium (darah) hari ke 3 - 7 terjadi penurunan trombosit dibawah
100.000 /mm3 (Trombositopeni), terjadi peningkatan nilai Hematokrit diatas 20% dari nilai normal
(Hemokonsentrasi).

7. Timbulnya beberapa gejala klinik yang menyertai seperti mual, muntah, penurunan nafsu makan
(anoreksia), sakit perut, diare, menggigil, kejang dan sakit kepala.

8. Mengalami perdarahan pada hidung (mimisan) dan gusi.

9. Demam yang dirasakan penderita menyebabkan keluhan pegal/sakit pada persendian.

10. Munculnya bintik-bintik merah pada kulit akibat pecahnya pembuluh darah.

2.3 Pencegahan DBD

Tidak ada vaksin yang tersedia secara komersial untuk penyakit demam berdarah. Pencegahan utama
demam berdarah terletak pada menghapuskan atau mengurangi vektor nyamuk demam berdarah.
Insiatif untuk menghapus kolam-kolam air yang tidak berguna (misalnya di pot bunga) telah terbukti
berguna untuk mengontrol penyakit yang disebabkan nyamuk, menguras bak mandi setiap seminggu
sekali, dan membuang hal - hal yang dapat mengakibatkan sarang nyamuk demam berdarah Aedes
Aegypti.

Hal-hal yang harus dilakukan untuk menjaga kesehatan agar terhindar dari penyakit demam berdarah,
sebagai berikut:

Melakukan kebiasaan baik, seperti makan makanan bergizi, rutin olahraga, dan istirahat yang cukup.

Memasuki masa pancaroba, perhatikan kebersihan lingkungan tempat tinggal dan melakukan 3M, yaitu
menguras bak mandi, menutup wadah yang dapat menampung air, dan mengubur barang-barang bekas
yang dapat menjadi sarang perkembangan jentik-jentik nyamuk, meski pun dalam hal mengubur barang-
barang bekas tidak baik, karena dapat menyebabkan polusi tanah. Akan lebih baik bila barang-barang
bekas tersebut didaur-ulang.

Fogging atau pengasapan hanya akan mematikan nyamuk dewasa, sedangkan bubuk abate akan
mematikan jentik pada air. Keduanya harus dilakukan untuk memutuskan rantai perkembangbiakan
nyamuk;

Segera berikan obat penurun panas untuk demam apabila penderita mengalami demam atau panas
tinggi.
2.4 Cara Pengobatan DBD

Demam berdarah biasanya merupakan penyakit yang hanya perawatan suportif jika tepat sasaran dapat
disembuhkan. Acetaminophen dapat digunakan untuk pengobatan demam berdarah. Untuk beberapa
jenis obat seperti aspirin, obat anti-inflammatory drugs (NSAID), dan kortikosteroid harus dihindari
sebagai antisipasi pengobatan demam berdarah.

Pasien dengan demam berdarah diketahui atau dicurigai harus memiliki jumlah trombosit dan
hematokrit diukur setiap hari dari hari ketiga penyakit sampai 1-2 hari setelah penurunan suhu badan
normal. Pasien dengan tingkat hematokrit yang meningkat atau jumlah trombosit menurun harus
memiliki penggantian defisit volume intravaskular.

Untuk pengobatan demam berdarah lebih lanjut, pasien yang memiliki tanda-tanda dehidrasi, seperti
takikardia, kapiler terisi semakin lama, dingin atau kulit berbintik-bintik, status mental berubah,
penurunan output urine, kenaikan tingkat hematokrit, tekanan nadi menyempit, atau hipotensi,
memerlukan cairan infus.

Keberhasilan pengobatan demam berdarah yang parah memerlukan perhatian khusus, seperti cairan
dan perawatan proaktif. Defisit volume Intravaskular harus diperbaiki dengan cairan isotonik seperti
larutan Ringer laktat. Bolus dari 10-20 kg mL / harus diberikan lebih dari 20 menit dan dapat diulang. Jika
ini gagal untuk mengoreksi defisit, nilai hematokrit harus ditentukan dan jika naik informasi klinis yang
terbatas menunjukkan bahwa plasma expander dapat diberikan. Dekstran 40, atau albumin 5% pada
dosis 10-20 kg mL juga dapat digunakan. Jika pasien tidak membaik setelah ini, kehilangan darah harus
dipertimbangkan. Pasien dengan perdarahan internal atau pencernaan mungkin memerlukan transfusi.
Pasien dengan koagulopati mungkin memerlukan plasma beku segar.

Setelah pasien dengan dehidrasi yang stabil, mereka biasanya membutuhkan cairan infus tidak lebih dari
24-48 jam. cairan intravena harus dihentikan ketika tingkat hematokrit turun dibawah 40% dan volume
intravaskuler cukup.

Transfusi plasma platelet segar beku mungkin diperlukan untuk mengontrol pendarahan parah. Sebuah
laporan kasus baru-baru ini menunjukkan perkembangan yang baik setelah pemberian globulin
intravena anti-D di dua pasien. Sebelum mengakhiri, sebelum pengobatan demam berdarah dilakukan,
khendaknya pemeriksaan atau konsultasi kepada dokter adalah jalan yang terbaik, pastikan penderita
berada pada kondisi yang stabil karena jika dibiarkan akan menjadi semakin parah sehingga
menyebabkan kematian.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Penyebaran penyakit DBD ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus,
sehingga pada wilayah yang sudah diketahui adanya serangan penyakit DBD akan mungkin ada
penderita lainnya bahkan akan dapat menyebabkan wabah yang luar biasa bagi penduduk disekitarnya.
Pencegahan dilakukan dengan menghindari gigitan nyamuk diwaktu pagi sampai sore, karena nyamuk
aedes aktif di siang hari (bukan malam hari). Misalnya hindarkan berada di lokasi yang banyak
nyamuknya di siang hari, terutama di daerah yang ada penderita DBD nya.

Fokus pengobatan pada penderita penyakit DBD adalah mengatasi perdarahan, mencegah atau
mengatasi keadaan syok atau presyok, yaitu dengan mengusahakan agar penderita banyak minum
sekitar 1,5 sampai 2 liter air dalam 24 jam (air teh dan gula sirup atau susu).

3.2 Saran

Beberapa ada cara yang paling efektif dalam mencegah penyakit DBD melalui metode pengontrolan
atau pengendalian vektornya adalah:

1. Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), pengelolaan sampah padat, modifikasi tempat.


perkembangbiakan nyamuk hasil samping kegiatan manusia, dan perbaikan desain rumah.

2. Pemeliharaan ikan pemakan jentik (ikan adu/ikan cupang) pada tempat air kolam, dan bakteri (Bt.H-
14).

3. Pengasapan atau fogging (dengan menggunakan malathion dan fenthion).

4. Memberikan bubuk abate (temephos) pada tempat-tempat penampungan air seperti, gentong air,
vas bunga, kolam, dan lain-lain.

DAFTAR PUSTAKA

Notoadmijo.S.1999.Ilmu Kesehatan Masyarakat.Edisi 1 Rineka Cipta :

Jakarta.

DithaYantiKomuna

KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami panjatkan puja dan
puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah mata kuliah “Gizi dalam kesehatan dan penyakit “ini yang
berjudul “DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)”

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak
sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima
kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini. Terlepas dari semua
itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun
tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari
pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang “DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)”ini dapat
memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Penyusun

Kelompok 10

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................ i

DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Definisi Demam Berdarah dengue (DBD) .............................................. 1

1.2 Gambar Distribusi Frekuensi menurut OTW ........................................... 2

1.3 Grafik Maksimum-Minimum ................................................................... 3

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Etiologi .................................................................................................... 5

2.1.1. Virus Dengue ...................................................................................... 5

2.1.2 Vektor .................................................................................................. 5

2.2 Penyebaran dan Penularan ...................................................................... 7

2.3 Gambaran klinis (gejala) .......................................................................... 10

2.4 Laboratorium ........................................................................................... 13

2.5 Pengobatan .............................................................................................. 14

2.6 Pencegahan dan Program pemberantasannya........................................... 6

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan............................................................................................... 20

3.2 Saran ........................................................................................................ 20

DAFTRA PUSTAKA

LAMPIRAN

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Definisi Demam Berdarah dengue (DBD)

Nyamuk aedes aegypti dikenal dengan sebutan Black white Mosquito atau Tiger Mosquito karena
tubuhnya memiliki ciri yang khas yaitu adanya garis-garis dan bercak-bercak putih keperakan di atas
dasar warna hitam. Sedangkan yang menjadi ciri khas utamanya adalah dua garis lengkung yang
berwarna putih keperakan di kedua sisi lateral dan dua buah garis putih sejajar di garis median dari
punggungnya yang berwarna dasar hitam.(Soegeng Soegijanto,2003, hlm 99)
Demam berdarah dengue (DBD) atau dengue haemorhagic fever (DHF) bukan penyakit baru di
Indonesia. Tahun 1969, kasus pertama DBD dilaporkan di Jakarta (Kho Lin Keng,dkk). Jauh hari sebelum
itu, penyakit dengue, cikal bakal munculnya penyakit DBd, sudah dikenal di Indonesia sejak tahun 1979
(David Bylon,Batavia). (Nadesul Hendrawan,2007,hlm 1)

Penyakit demam berdarah dengue (DBD) merupakan salah satu masalah kesehatan di indonesia yang
jumlah penderitanya cenderung meningkat dan penyebarannya semakin luas. Penyakit DBD merupakan
penyakit menular yang terutama menyerang anak-anak. (Nadesul Hendrawan,2007,hlm 71)

Di Indonesia penyakit DBD masih merupakan masalah kesehatan karena masih banyak daerah
yang endemik. Daerah endemik DBD pada umumnya merupakan sumber penyebaran penyakit ke
wilyayah lain. Setiap kejadian luar biasa (KLB) DBD umumnya dimulai dengan peningkatan jumlah kasus
di wilayah tersebut. Untuk membatasi penyebaran penyakit DBD diperlukan gerakan pemberantasan
sarang nyamuk (PSN) yang terus menerus, pengasapan (fogging),dan larvasidasi. (Nadesul
Hendrawan,2007,hlm 71)

Penyakit DBD mempunyai perjalanan yang sangat cepat dan sering menjadi fatal karena banyak
pasien yang meninggal akibat penanganannya yang terlambat. Demam berdarah dengue (DBD) disebut
juga dengue hemorhagic fever (DHF), dengue fever (DHF), demam dengue (DD), dan dengue shock
syndrome (DSS). (widoyono,2011,hlm 71).

Di banyak negara tropis, virus dengue sangat endemik. Di Asia, penyakit ini sering menyerang di
Cina Selatan, Pakistan, India, dan semua negara di Asia Tenggara. Sejak 1981, virus ini ditemukan di
Queensland, Australia. Di sepanjang pantai Timur Afrika, DBD juga ditemukan dalam berbagai serotipe.
Penyakit ini sering menyebabkan KLB di Amerika Selatan, Amerika Tengah, bahkan sampai ke Amerika
Serikat sampai akhir tahun1990-an. Epidemi dengue di Asia pertama kali terjadi pada tahun 1779, di
Eropa pada tahun 1784 di Amerika Selatan pada tahun 1835-an, dan di Inggris pada tahun 1922.
(widoyono,2011,hlm 71).

Di Indonesia kasus DBD pertama kali terjadi di Surabaya pada tahun 1968. Penyakit DBD ditemukan di
200 kota di 27 propinsi dan telah terjadi KLB akibat DBD. (Nadesul Hendrawan,2007,hlm 1)

1.2 Gambar Distribusi Frekuensi menurut OTW

Dari data Dinas Kesehatan Provinsi Riau melaporkan bahwa pada tahun 2013 tercatat 1415 orang
terkena DBD di 12 Kabupaten dengan jumlah kematian 11 (L+P), dan pada tahun 2014 tercatat tidak ad
kasus DBD, sedangkan pada tahun 2015 angka kasus DBD jumlahnya mencapai 3,261 (L+P) kasus di 12
Kapupaten/kota di Provinsi Riau. Pada gambar chart area dibawah ini akan digambarkan distribusi
frekuensi jumlah kasus DBD di Kabupaten/Kota Provinsi Riau pada tahun 2013-2015.
Chart area Frekuensi Distribusi kasus DBD menurut Kabupaten/Kota Provinsi Riau Tahun 2013-2015

Dari data diatas dapat kita lihat bahwa Kabupaten Bengkalis berada pada angka tertinggi pada tahun
2015 yaitu 678 jumlah kasus(Laki2+Perempuan), dan terendah yaitu Kabupaten Indragiri Hilir 12 jumlah
kasus (Laki2+Perempuan).Pada tahun 2014 kasus DBD tidak terjadi. Sedangkan pada tahun 2013 kasus
DBD mengalami peningkatan yang signifikan dan yang menduduki angka kasus DBD tertinggi yaitu
Kampar sebanyak 307 kasus (Laki2+Perempuan) dan terendah Meranti sebanyak 27 kasus
(Laki2+Perempuan)DBD.

1.3 Grafik Maksimum-Minimum

Dari data Dinas Kesehatan Provinsi Riau melaporkan bahwa kasus DBD tertinggi pada tahun 2013-2015
adalah daerah Kabupaten/Kota Bengkalis dengan jumlah kasus 678 orang dengan kematian 1 penderita.

Grafik maksimum-minimum jumlah kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) menurut Kabupaten/kota
Provinsi Riau tahun 2013-2015.

Sumber: Dinas Kesehatan Kab/Kota Provinsi Riau

Dari grafik laporan jumlah kasus DBD dari Dinas Kesehatan Provinsi Riau diatas dapat kita lihat bahwa
jumlah kasus DBD mengalami KLB didaerah Kuantan Singingi (286 kasus), Indragiri hulu (176 kasus), Siak
(273 kasus), Kampar ( 269 kasus), Rokan Hulu(159 kasus), Bengkalis dengan kasus tertinggi (678 kasus),
Rokan hilir (163 kasus), Pekanbaru (516 kasus), Dumai ( 355 kasus), dan Meranti (254 kasus). Sedangkan
Kabupaten Indragiri hilir dan Pelalawan berada pada status Kewaspadaan.

Berdasarkan data diatas kasus Demam berdarah terjadi KLB pada tahun 2015. Oleh karena itu pada
makalah ini kami akan membahas tentang seputar Demam berdarah Dengue (DBD).
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Etiologi

2.1.1. Virus Dengue

Penyakit DBD disebabkan oleh virus dengue dari kelompok Arbovirus B,yaitu arthropod-borne virus atau
virus yang disebabkan oleh artropoda virus ini termasuk genus Flavivirus dari famili Flaviviridae.
(widoyono,2011,hlm 72).

Ada empat serotipe yaitu DEN -1, DEN-2, DEN-3, DEN-4 . serotipe DEN-3 merupakan jenis yang sering
dihubungkan dengan kasus-kasus parah . infeksi oleh salah satu serotipe akan menimbulkan kekebalan
terhadap serotipe yang bersangkutan, tetapi tidak untuk serotipe yang lain. Keempat jenis virus tersebut
semuanya terdapat di Indonesia. Di daerah Endemik DBD, seseorang dapat terkena infeksi semua
serotipe virus pada waktu yang bersamaan. (widoyono,2011,hlm 72).

Virus Dengue baru dapat menimbulkan gejala demam berdarah pada manusia jika manusia tersebut
terinfeksi minimal dua jenis virus dengue. Jika manusia baru terinfeksi satu jenis virus maka tidak akan
timbul gejala demam berdarah.(Agus Susanto, 2007, hm 4)

2.1.2 Vektor

Virus dengue memerlukan perantara untuk dapat masuk kedalam tubuh manusia. Perantara atau vektor
virus ini yaitu nyamuk Aedes yang terinfeksi, terutama Aedes aegypti dan aedes albopictus.(Agus
Susanto, 2007, hm 4)

Vektor utama penyakit DBD adalah nyamuk Aedes aegyti (di daerah perkotaan) dan Aedes albopictus (di
daerah pedesaan). Nyamuk yang menjadi vektor penyakit DBD adalah nyamuk yang terinfeksi saat
menggigit manusia yang sedang sakit dan viremia (terdapat virus dalam darahnya). Menurut laporan
terakhir, virus dapat pula ditularkan secara transovarial dari nyamuk ke telur-telurnya.
(widoyono,2011,hlm 73)

Aedes aegypti merupakan vektor utama (95%) bagi penyebaran penyakit DBD. Jenis nyamuk ini hidup
dan ditemukan di negara-negara yang terletak antara 35o Lintang utara 35oLintang Selatan. Nyamuk ini
hidup pada temperatur udara paling rendah sekitar 10oC. Pada musim panas, jenis nyamuk ini kadang-
kadang ditemukan di daerah yang terletak sampai sekitar 45oLintang Selatan. Selain itu, ketahanan
hidup spesies ini juga tergantung pada ketinggian daerah yang bersangkutan dari permukaan laut.
Biasanya jenis nyamuk ini tidak ditemukan di daerah dengan ketinggalan lebih dari 1000 meter diatas
permukaan laut.(Agus Susanto, 2007, hlm 4)
Nyamuk Aedes aegypti mempunyai kebiasaan hidup di dekat manusia. Nyamuk dewasa menyukai
tempat gelap yang tersembunyi di dalam rumah sebagai tempat beristirahatnya. Nymuk ini juga
menyukai benda-benda yang tergantung di dalam rumah, seperti gorden, kelambu, maupun baju atau
pakaian di kamar yang gelap dan lembap..(Agus Susanto, 2007, hlm 5)

Aedes aegypti mempunyai kebiasaan mencari makan (mengigit manusia untuk diisap darahnya)
sepanjang hari, terutama antara jam 08.00-13.00 dan antara jam 15.00-17.00. jarak terbang nyamuk
betina jenis ini terbatas sekitar 30-50 meter per hari, sehingga korban gigitan nyamuk dapat dipastikan
berada sekitar jarak tersebut dari sarang nyamuk.Aedes aegypti..(Agus Susanto, 2007, hlm 5)

Nyamuk dalam fase imatur (larva) ditemukan di dalam atau di dekat perumahan, di dalam kaleng, atau
berbagai tempat penyimpanan air yang berisi air bersih yang dipakai untuk air minum atau mandi.
Nyamuk tersebut bersarang dan berkembang biak disana. Nyamuk ini hidup tidak hidup diair mengalir
maupun comberan yang langsung berhubungan dengan tanah.(Agus Susanto, 2007, hlm 5)

Telur aedes aegypti mampu bertahan hidup dalam keadaan kering salama beberapa bulan. Hal inilah
yang menyulitkan pemusnahan vektor penyebab penyakit DBD .(Agus Susanto, 2007, hlm 6)

Ciri-ciri nyamuk Aedes aegypti yaitu pada badan dan tungkai nyamuk terdapat belang hitam dan putih.
Nyamuk betina mengisap darah agar bisa memperoleh protein untuk mematangkan telurnya sampai
dibuahi oleh nyamuk jantan. Bentuk nyamuk Aedes aegypti dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Aedes albopictus merupakan nyamuk kebun yang memperoleh makanan dengan cara menggigit dan
mengisap darah berbagai jenis binatang. Nyamuk ini berkembang biak di dalam lubang-lubang pohon,
lekukan tanaman, potongan batang bambu, dan buah kelapa yang terbuka. Habitat larva nyamuk ini
yaitu didalam genangan air , seperti airdalam kaleng atau tempat penampungan lain termasuk timbunan
sampah diudara terbuka. Habitat larva ini menyebabkan nyamuk aedes albopictus banyak dijumpai di
daerah pedesaan, pinggiran kota, dan taman-taman kota.(Agus Susanto, 2007, hlm 6)

Pada musim penghujan,tersedia lebih banyak tempat yang cocok bagi habitat aedes albopictus.itulah
sebabnya jumlah populasi nyamuk ini pada musim penghujan meningkat pesat.Nyamuk dewasa
mempunyai kebiasaan mencari makan pada siang hari.Daya terbang nyamuk dewasa betina erkisar
antara 400-600 meter.Kesempatan berpindah tempat secara pasif(terbawa alat transformasi manusia)
bagi Aedes albopictus lebih terbatas sebab nyamuk ini hidup diluar rumah.Namun di sisi lain,kebiasaan
mencari makan Aedesalbopictus memungkinkan nyamuk ini menularkan virus dengue dari kera ke
manusia dan sebaliknya.telur Aedesalbopictusdapat bertahan terhadap pengawetan melalalui proses
pengeringan dalam waktu beberapa bulan..(Agus Susanto, 2007, hlm 7)

Meskipun vektor utama penyebaran infeksi virus dengue mempunyai habitat hidup di daerah tropis
maupun subtropis,namu ternyata di temukan pula kasus-kasus DBD di daerah dingin.Hal ini
menunjukkan bahwa vektor tersebut dapat menyesuaikan diri dengan kondisi lingkungan sekitar.(Agus
Susanto, 2007, hlm 7)
2.2 Penyebaran dan Penularan

Penyebaran DBD berkaitan erat dengan penyebaran nyamuk Aedes.Nyamuk Aedes dapat
tersebar secara aktif maupun pasif.Penyebaran secara aktif terjadi karena nyamuk ini mempunyai
kemampuan terbang.sedangkan penyebaran secara pasif terjadi ketika yamuk terbawa
kendaraan,seperti kereta api,kapal laut,dan pesawat udara.Tampak melalui cara cara pasif inilah DBD
menyebarkan ke seluruh provinsi di indonesia.bahkan DBD juga dapat menyebar dari satu wilayah
negara ke negara lain. .(Agus Susanto, 2007, hlm 7)

Penyebaran dan penularan virus dengue di pengaruhi oleh sistem ketahanan tubuh dan faktor
lingkungan.jika seseorang memiliki daya tahan tubuh yang bagus maka orang tersebut tidak akan mudah
terserang DBD.sementara itu,faktor lingkungan meliputi kondisi geografi dan kependudukan.Kondisi
geografi yang mempengaruhi penyebaran DBD misalnya ketinggian dari suatu daerah darai permukaan
laut,curah hujan,angin,kelembapan, dan musim.Sedangkan faktor kependudukan yang ikut
mempengaruhi penyebaran DBD,misalnya kepadatan penduduk,perilaku,adat-istiadat,dan kondisi sosial
ekonomi masyarakat. .(Agus Susanto, 2007, hlm 7)

Kasus penyebaran dan penularan DBD semakin meningkat.Meningkatnya jumlah kasus dan wilayah yang
terjangkit di sebabkan semakin mudahnya sarana transfortasi penduduk,adanya pemukiman
baru,kurangnya kepedulian masyarakat terhdap pemberantasan sarang nyamuk,dan terdapatnya vektor
nyamuk hampir di seluruh pelosok tanah air. .(Agus Susanto, 2007, hlm 7)

Penularan virus dengue dari manusia ke manusia atau dari kera ke kera yang lain terjadi melalui
gigitan nyamuk Aedes betina yang telah terinfeksi virus tersebut.Sekali nyamuk terinfeksi virus maka
sepanjang hidupnya virus ini akan hidup dalam tubuh nyamuk tersebut.Selanjutnya,nyamuk tersebut
akan menularkan virus ke tubuh manusia atau kera melalui gigitan dan isapan darah.Nyamuk betina
yang terinfeksi virus dengue juga dapat menularkan virus tersebut kepada keturunannya,sehingga
semakin banyak nyamuk yang terinfeksi. .(Agus Susanto, 2007, hlm 7)

Virus tidak dapat hidup tanpamenumpang pada inang,yaitu makhluk hidup lain.Manusia merupakan
inang utama bagi virus.Beberapa jenis kera juga dapat terinfeksi virus dengue dan selanjitnya menjadi
sumber virus bagi nyamuk ketika ada nyamuk yang mengisap darah tersebut.Nyamuk mendapat virus
demam berdarah dari pasien yang demam berdarah dengue,maupun orang yang tidak tampak sakit
namun dalam aliran darahnya terdapat virus dengue .(Agus Susanto, 2007, hlm 7)

Pada saat nyamuk menggigit orang tersebut,virus dengue akan terbawa masuk bersama darah yang di
isapnya kedalam tubuh nyamuk.Virus dalam tubuh nyamuk akan berkembangbiak dalam
tubuhnya.Dalam tempo waktu tujuh hari,virus dengue sudah tersebar keseluruh bagian tubuh nyamuk
termasuk di kelenjar air liurnya.Jika nyamuk ini menggigit orang lain,virus dengue akan berturut
berpindah bersama air liur nyamuk kedalam tubuh orang tersebut.(Agus Susanto, 2007, hlm 7)
Sifat gigitan nyamuk yang dirasakan manusia tidak berbeda dengan gigitan nyamuk lainnya.Artinya,tidak
lebih sakit,tidak lebih gatal,dan juga tidak meninggalkan bekas yang istimewa.virus yang masuk kedalam
tubuh manusia selanjutnya beredar dalam sirkulasi darah selama beberapa waktu sampai timbul gejala
demam.Periode dimana virus beredar dalam sirkulasi darah manusia di sebutkan sebagai
viremia.apabila nyamuk yang belu terinfeksi mengisap darah,manusia dalam fase viremia,maka virus
akan masuk ke tubuh nyamuk dan selanjutnya di tularkan kepada manusia lain. (Agus Susanto, 2007,
hlm 8)

Virus berkembang dalam tubuh nyamuk selama 8-10 hari terutama dalam kelenjer air liurnya, dan jika
nyamuk ini menggigit orang lain maka virus dengue akan dipindahkan bersama air liur nyamuk. Dalam
tubuh manusia, virus ini akan berkembang selama 4-6 hari dan orang tersebut akan mengalami sakit
demam berdarah dengue. Virus dengue memperbanyak diri dalam tubuh manusia dan berada dalam
darah selama satu minggu . cara penularan DBD dari nyamuk ke manusia diilustrasikan.gambar 1
(widoyono,2011,hlm 72).

Description: Hasil gambar untuk cara penularan DBD dari nyamuk kemanusia

Orang yang di dalam tubuhnya terdapat virus dengue tidak semuanya akan sakit demam berdarah
dengue, ada yang mengalami demam ringan dan sembuh dengan sendirinya, atau bahkan ada yang
sama sekali tanpa gejala sakit. Tetapi semuanya merupakan pembawa virus dengue selama satu minggu,
sehingga dapat menularkan kepada orang lain di berbagai wilayah yang ada nyamuk penularnya. Sekali
terinfeksi, nyamuk menjadi infektif seumur hidupnya. (widoyono,2011,hlm 72).

2.3 Gambaran klinis (gejala)

Gambaran Klinis dari DF sering tergantung pada usia pasien. Bayi dan anak kecil dapat mengalami
penyakit demam undifferentiated, sering dengan makulopapular. Anak yang lebih besar dan orang
dewasa dapat mengalami baik syndrom demam atau penyakit klasikmyang melemahkan dengan awitan
mendadak demam tinggi, kadang-kadang dengan 2 puncak (punggung sadel), sakit kepala berat, nyeri
dibelakang mata, nyeri otot dan tulang atau sendi, mual dan muntah, dan ruam perdarahan kulit
(petekie) tidak umum terjadi. Biasanya ditemukan leukopenia dan mungkin tampak trombositopenia.
(WHO,1999,hlm 17)

Penderita penyakit DBD sering dikira terserang penyakit flu atau tifus. Hal ini disebabkan karena infeksi
virus dengue yang menyebabkan penyakit DBD terkadang tidak menunjukkan gejala yang jelas. Anak
yang terserang DBD terkadang menunjukkan gejala batuk,filek,muntah,mual,atau diare.Masalah dapat
bertambah karena virus tersebut dapat masuk bersamaan dengan infeksi penyakit lain,seperti flu atau
tifus.Oleh karena itu,diperlukan kejelian untuk mengetahui dengan pasti sekaligus menentukan gejala
penyakit DBD.seseorang baru dapat di pastikan menderita DBD setelah dilakukan pemeriksaan darah di
laboratorium.pemeriksaan darah ini punharus dilakukan berulang kali.pasien yang tidak sabar sering
berganti-ganti dokter karena gejala demam pada penyakit DBD tidak hilang dengan obat antipanas
(Antipiretik) maupun antibiotik.pasien berpinda dokter,sementara dokter memerlukan pemeriksaan
yang berulang kali.hal ini menyebabkan penderita DBD sukar dipastikan menderita penyakit ini sejak
dini.
Secara umum penyakit DBD di awali denga beberapa gejala berikut.

1. Demam tinggi yang mendadak 2-7 hari (38-40 c).Suhu badan yang tinggi ini biasanya tidak
terpengaruh mesti penderita telah di beri obat penurun panas atau antibiotik.

2. Tanda-tanda pendarahan,misalnya timbul bintik-bintik merah pada kulit akibat pecahnya pembulu
darah,hidung mimisan,pendarahan pada gusi,hingga keluarnya darah saat buangnya air besar.

3. Pembesaran hati.

4. Tekana darah menurun.

5. Penurunan trombosit sampai 100.000/ml3 Pada hari 3-7.

6. Lemah, mual, muntah,sakit perut,diare,kejang,dan sakit kepala.

7. Rasa sakit pada otot dan persendian.

Gejala penyakit DBD,pada setiap penderita berbeda-beda tergantung tingkat keparahannya.WHO (1997)
membagi gejala DBD menjadi empat derajat sebagai berikut.

1. Derajat I (ringan)

Penderita mengalami demam mendadak selama 2-7 hari disertai pendarahan ringan.

2. Derajat II (sedang)

Penderita mengalami gejala seperti derajat I,di tambah pendarahan pada kulit dan pendarahan yang
lebih berat.

3. Derajat III

Detak nadi penderita cepat dan lemah, tekana darah rendah,kulit dingin dan lembap,penderita menjadi
gelisah.

4. Derajat IV

Detak nadi penderita tidak dapat di raba dan tekana darah tidak terukur.

Agus Susanto, 2007, hlm 10)

Pasien penyakit DBD pada umumnya disertai dengan tanda-tanda berikut:

1. Demam selama 2-7 hari tanpa sebab yang jelas

2. Manifestasi perdarahan dengan tes Rumpel Leede (+) mulai dari petekie (+) sampai perdarahan
spontan seperti mimisan, muntah darah, atau berak darah hitam.
3. Hasil pemeriksaan trombosit menurun (normal: 150.000-300.000 µL, hematokrit meningkat
(normal:pria< 45, wanita < 40).

4. Akral dingin, gelisah, tidak sadar (DSS, dengue shock syndrome).

Kriteria diagnosis (WHO 1997)

a. Kriteria Klinis

1. Demam tinggi mendadak tanpa sebab yang jelas dan berlangsung terus menerus selama 2-7 hari.

2. Terdapat manifestasi perdarahan

3. Pembesaran hati)

4. syok

b. Kriteria laboratoris

1. Trombositopenia (<100.000/mm3)

2. Hemokonsentarsi (Ht meningkat> 20%).

(widoyono,2011,hlm 75)

2.4 Laboratorium

Trombositopeni dan hemokonsentrasi merupakan kelainan yang selalu ditemukan pada DBD.
Penurunan jumlah trombosit <100.000/ul biasa ditemukan pada hari ke-3 sampai ke-8 sakit,sering
terjadi sebelum atau bersamaan dengan perubahan nilai hematokrit. Hemokonsentrasi yang disebabkan
oleh kebocoran plasma dinilai dari peningkatan nilai hematokrit. (Sri Rezeki H. Hadinegoro dkk,2001,hlm
9)

Penurunan nilai trombosit yang disertai atau segera disusul dengan peningkatan nilai hematokrit sangat
unik untuk DBD, kedua hal tersebut biasanya terjadi pada saat suhu turun atau sebelum syok terjadi. (Sri
Rezeki H. Hadinegoro dkk,2001,hlm 9)

Perlu diketahui bahwa nilai hematokrit dapat dipengaruhi oleh pemberian cairan atau oleh
perdarahan.jumlah leokosit bisa menurun (leukopenia) atau leukositosis,limfotisosis relatif dengan
limfosit atipik sering ditemukan pada saat sebelum suhu turun atau syok. Hipoproteinemi akibat
kebocoran plasma bisa ditemukan. Fibrinolisis dan gangguan tampak pada pengurangan fibrinogen,
protrombin,faktor VIII,faktor XII, dan antitrombin III. (Sri Rezeki H. Hadinegoro dkk,2001,hlm 9)

PTT dan PT memanjang pada sepertiga sampai setengah kasus DBD. Fungsi trombosit juga
terganggu. Asidosis metabolik dan peningkatan BUN ditemukan pada syok berat. Pada pemeriksaan
radiologis bisa ditemukan efusi pleura, terutama sebelah kanan. Berat-ringannya efusi pleura
berhubungan dengan berat-ringannya pada penyakit. Pada pasien yang mengalami syok,efusi pleura
dapat ditemukan bilateral.

(Sri Rezeki H. Hadinegoro dkk,2001,hlm 9)

2.5 Pengobatan

Sampai saat ini, obat untuk penyakit demam berdarah belum ditemukan. Pengobatan yang ada saat
ini hanya bersifat pendukung saja. Prinsip pengobatan penyakit demam berdarah adalah menambah
cairan tubuh (plasma) yang berkurang di samping perawatan lainya. (Agus Susanto, 2007, hlm12)

Penyembuhan penyakit demam berdarah sangat tergantung pada kecepatan perawatan dan ketepatan
pihak rumah sakit menolong penderita. Tidak ada jaminan dengan dibawa ke rumah sakit,penderita
akan sembuh jika keadaan penderita sudah parah dan terlambat dibawa ke rumah sakit. Jadi bebrapa
hal yang dapat dilakukan jika ada anggota keluarga yang menunjukkan gejala demam berdarah sebagai
berikut.

1. Penderita demam berdarah akan memperlihatkan gejala seperti perut mual,badan panas yang
berlangsung 3-4 hari terus-menerus,dan kulit wajah tidak cerah.

2. Segera bawa penderita yang memperlihatkan gejala seperti di atas ke dokter atau puskesmas
untuk mengetahui secara pasti penyakit tersebut. Hal ini dimaksudkan agar jika orang tersebut benar-
benar terserang demam berdarah,penanganannya dapat dilakukan secara cepat dan tepat.
Keterlambatan penanganan pasien demam berdarah dapat menyebabkan kmatian.

3. Jika keadaan penderita mengkhawatirkan,langsung saja dibawa ke Unit Gawat Darurat terdekat
untuk memperoleh pemeriksaan yang lebih rinci. Penderita DBD derajat III dan IV harus segera dibawa
ke rumah sakit agar mendapatkan perawata yang lebih baik. Mereka harus mendapatkan penambahan
cairan pengganti dan pihak rumah sakit harus menyiapkan infus trombosit jika sewaktu-waktu
diperlukan. Infus trombosit diperlukan pada saat terjadi pendarahan yang hebat.

4. Begitu dipastikan korban benar-benar menderita demam berdarah,segera minta surat


rekomendasi dari dokter yang memeriksa agar dilakukan penyemprotan di lingkungan
rumah,sekolah,kantor,atau tempat-tempat di mana korban diduga terserang nyamuk demam
berdarah(Agus Susanto, 2007, hlm12)

Penduduk yang tinggal di daerah terpencil,seringkali mengalami kesulitan transportasi untuk membawa
anggota keluarganya ayang diduga terserang demam berdarah ke rumah sakit. Oleh karena
itu,penderita perlu mendapatkan perawatan selama belum ditangani dokter.

Beberapa hal yang dapat dilakukan sebagai berikut.

1. Penderita boleh di rumah sampai hari ketiga sejak terserang demam.

2. Berikan minuman air putih sebanyak mungkin (sedikitnya satu gelas setiap setengah jam) kepada
penderita yang memperlihatkan gejala demam berdarah. Penderita juga dapat diberi minum air
teh,gula,sirop,atau susu sebanyak 1,5-2 liter dalam 24 jam. Alternatif lain,penderita dapat diberi jus
jambu biji yang memiliki kandungan viamin C dan vitamin A yang tinggi. Jika penderita diare diberi
garam elektrolit (oralit) yang dilarutkan dalam air.

3. Seka seluruh tubuh penderita dengan air memakai waslap atau sapu tangan,berkali-kali sampai
tujuh menit untuk menurunkan panas. Air di tubuh akan menguap sambil membawa panas. Seka lagi
setelah kulit mengering.

4. Penderita tidak boleh diberikan Aspirin karena Aspirin bersifat mengencerkan darah sehingga
perdarahan akan semakin parah.

5. Bila dirasakan perlu,boleh memberikan parasetamol sebagai obat antipanas.Penderita harus cukup
istirahat,makan,dan minum. (Agus Susanto, 2007, hlm 12)

Penyakit demam berdarah seperti penyakit virus lainnya,dapat sembuh dengan sendirinya. Meski
demikian,penyakit ini memerlukan perhatian yang serius karena dapat menyebabkan komplikasi
lain,seperti pengentalan darah. Pengentalan darah mengakibatkan oksigen dan zat makanan tidak dapat
tersalurkan dengan baik ke organ-organ tubuh yang penting,seperti otak,jantung,dan ginjal. Komplikasi
pada organ-organ itula yang berakibatkan fatal bahkan mengakibatkan kematian. (Agus Susanto, 2007,
hlm12)

2.6 Pencegahan dan Program pemberantasannya

Pencegahan penyakit DBD sangat tergantung pada pengendalian vektornya. Cara yang dapat dilakukan
yaitu mencagah gigitan nyamuk. Selain itu,dilakukan upaya pemberantasan vektor nyamuk
dewasa,jentik nyamuk,dan sarang nyamuk.pengendalian nyamuk tersebut dapat dilakukan
menggunakan beberapa metode berikut. (Agus Susanto, 2007, hlm13)

1. Lingkungan

Metode ini dilakukan dengan memberikan perhatian terhadap kondisi lingkungan sekitar yang menjadi
tempat hidup nyamuk penyebar demam berdarah. Oleh sebab itu,di lakukan paya memberantas tempat
hidup nyamuk di lingkungan sekitar (PSN) Pemberantasan Sarang Nyamuk,pengelolaan sampah padat
dan perbaikan desain sampah. (Agus Susanto, 2007, hlm13)

2. Biologis

Metode ini dilakukan dengan memanfaatkan makhlik hidu lai untuk mengendalikan vektor nyamuk.
Beberapa makhluk hidup yang dapat digunakan sebagai pengendali biologis nyamuk pembawa demam
berdarah antara lain ikan adau atau ikan cupang. Makhluk ini berfungsi sebagai pemakan jentik nyamuk.
(Agus Susanto, 2007, hlm13)

3. Kimiawi
Metode ini dilakukan menggunakan bahan-bahan kimia untuk pengendalian nyamuk peneyebar demam
berdarah. Cara yang dapat dilakukan yaitu dengan pengasapan atau fogging dan memberi bubuk abate
pada tempat-tempat penampungan air. (Agus Susanto, 2007, hlm13)

Beberapa metode di atas telah dimanfaatkan oleh pemerintah dalam upaya memerangi
berjangkitnya demam berdarah. (Agus Susanto, 2007, hlm13)

Program Pemberantasan sebagai berikut:

1. Tujuan

a. Menurunkan morbiditas dan mortalitas penyakit DBD

b. Mencegah dan menanggulangi KLB

c. Meningkatkan peran serta masyarakat (PSM) dalam pemberantasan sarang nyamuk (PSN).

2. Sasarn

Sasaran Nasional (2000)

a. Morbiditas di kecamatan endemik DBD,2 per 10.000 penduduk

b. CFR ,2,5%.

3. Strategi

a. Kewaspadaan dini

b. Penanggulangan KLB

c. Peningkatan keterampilan petugas

d. penyuluhan

4. Kegiatan

a. Pelacakan penderita (penyelidikan epidemiologi PE) mendatangi rumah-rumah yang terlibat kasus

b. Penemuan dan pertolongan penderita,yaitu kegiatan mencari penderita lain. Jika terdapat
tersangka kasus DBD maka harus segera dilakukan penanganan, ole pelayana kesehatan.

c. Larvasidasi selektif, yaitu kegiatan memberikan atau menaburkan larvasidasi kedalam


penampungan air yang positif terkena jentik Aedes

d. Fogging focus (FF) menyemprotkan dengan insektisida.

e. Pemeriksaan jentik rutin (PJR) dilakukan kader desa wisma PKK,pengurus RT,atau petugas
pemantauan jentik (PPJ) satu minggu sekali di setiap rumah.
f. Pemeriksaan jentik secara berkala (PJB) kegiatan tiga bulan sekali dengan cara mengambil sample
di 100 rumah dilakukan dengan cara random atau metode spiral.

g. Pembentukan kelompok kerja (POKJA) mulai dari desa,kecamatan,sampai tingkat pusat.

h. Penggerakan PSN (pemberantas sarang nyamuk) dengan cara 3M plus

i. Penyuluhan tentang bgejala awal penyakit DBD tindakan pencegahan,dan rujukan penderita.

5. Pencegahan

· Pembersihan jentik

· Pencegahan gigitan nyamuk

6. Monitoring dan evaluasi

(widoyono ,2011 Hlm 77)

Upaya pemberantasan sarang nyamuk (PSN)

PSN adalah kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat dalam membasmi jentik nyamuk penularan
demam berdarah.PSN dapat dilakukan dengan cara 3M plus :

1. Menguras bak mandi secara teratur seminggu sekali,mengganti air pada vas bunga,tempat
penampungan air secara teratur kurang dari satu minggu.

2. Menutup rapat-rapat tempat pembuangan akhir (TPA)

3. Mengubur atau menyingkirkan kaleng-kaleng bekas,plastik,dan ban bekas serta barang-barang


lainnya yang dapat menampung air hujan sehingga tidak menjadi sarang nyamuk

4. Plus pengendalian seperti adanya kelambu,soffel, dan sebagainya,

Pemerintah telah menganggap KLB demam berdarah yang terjadi hampir setiap musim penghujan
merupakan permasalahan kesehatan yang harus ditangani secara serius. Beberapa kebijakan
pemerintah terkait penanganan demam berdarah di antaranya sebagai berikut:

a. Memerintahkan semua rumah sakit swasta maupun negeri untuk tidak menolak pasien yang
menderita DBD

b. Meminta direktur utama rumah sakit untuk memberikan pertolongan secepatnya kepada
penderita DBD

c. Melakukan fogging secara massal di daerah yang terkena DBD

d. Membagikan bubuk Abate secara gratis kepada daerah-daerah yang banyak terkena DBD
e. Menggerakkan permasalahan melaksanakan pemberantasan sarang nyamuk denagn cara 3M plus
melalui surat edaran dari masing-masing provinsi

f. Pemerintah mengangkat juru pemantau jentik nyamuk honorer di setiap rukun warga,dan
diberikan pelatihan terlebih dahulu

g. Mengundang konsultan WHO untuk memberikan pandangan saran dan bantuan teknis

Jadi masyarakat perlu ikut menjaga kebersihan lingkungan agar tidak menjadi srang nyamuk. Dinas
keseuatan dan aparat lainnya melakukan penyuluhan tentang kasus dari demam berdrah yang terus
meingkat.dengan demikian di harapkan masyarakat mengetahui dan ikut berperan dalam upaya
pencegahan demam berdarah agar jumlah korban dapat ditekan. (Agus Susanto, 2007, hlm 17)

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari data distribusi frekuensi di atas dapat kita simpulkan bahwa Kabupaten Bengkalis berada pada
angka tertinggi pada tahun 2015 yaitu 678 jumlah kasus(Laki2+Perempuan), dan terendah yaitu
Kabupaten Indragiri Hilir 12 jumlah kasus (Laki2+Perempuan).Pada tahun 2014 kasus DBD tidak terjadi.
Sedangkan pada tahun 2013 kasus DBD mengalami peningkatan yang signifikan dan yang menduduki
angka kasus DBD tertinggi yaitu Kampar sebanyak 307 kasus (Laki2+Perempuan) dan terendah Meranti
sebanyak 27 kasus (Laki2+Perempuan)DBD.

3.2 Saran

Di harapkan kepada dinas kesehatan provinsi riau dan pihak petugas kesehatan khususnya petugas
survelans agar meningkatkan pendataan secara kongkrit.

Petugas kesehatan agar melakukan sIstem penanggulangan secara dini sebelum masyarakat mengalami
kasus penyakit demam berdarah dengue (DBD). Melakukan promosi secara menyeluruh kepada semua
pihak masyarakat agar melakukan pencegahan dan menjaga kebersihan lingkungan didaerah sekitar
mereka tinggal.

Di harapkan kepada masyarakat agar menciptakan prilaku hidup bersih dan sehat, agar terhindar dari
berbagai penyakit khususnya penyakit demam berdarah dengue (DBD).

DAFTAR PUSTAKA
Widoyono.PENYAKIT TROPIS Epidemiologi,Penularan,Pencegahan dan
pemberantasannya.Erlangga:Jakarta.2011

Handrawan Nadesul. Cara mudah mengalahkan demam berdarah. Kompas Media


Nusantara:Jakarta.2007

Hadinegoro Sri Rezeki H.et al. Tata laksana Demam Berdarah dengue di Indonesia. Dinas Kesehatan
Propinsi riau:Riau.2005

World Health Organization.Demam berdarah dengue (diagnosis,pengobatan,pencegahan, dan


pengendalian):Jakarta.1999

Susanto Agus.Waspadai gigitan nyamuk:Jakarta Selatan.2007

Soegijanto soegeng.Demam Berdarah Dengue:Surabaya.2004

Diposting 17th November 2016 oleh mila febriani

Anda mungkin juga menyukai