2. Unsur-unsur Tanggungjawab
Dari segi filsafat, suatu tanggung jawab itu sedikitnya didukung oleh tiga unsur pokok, yaitu :
kesadaran, kecintaan/kesukaan, dan keberanian.
1. Kesadaran
Sadar berisi pengertian : tahu, kenal, mengerti dapat memperhitungkan arti, guna sampai kepada
soal akibat dari sesuatu perbuatan atau pekerjaan yang dihadapi. Seseorang baru dapat diminta
tanggung jawab, bila ia sadar tentang apa yang diperbuatnya. Dengan dasar pengertian ini
kiranya dapat dimengerti, apa sebab ketiga golongan (si bocah, si kerbau, dan si gila ) adalah
tidak wajar bila diminta atau dituntut supaya bertanggung jawab sebab, baik kepada si bocah, si
kerbau, dan si gila, kesemua mereka ini, bertindak tanpa adanya kesadaran, artinya mereka sama
sekali tidak mengerti, akan guna dan akibat dari perbuatannya.
2. Kecintaan / Kesukaan
Cinta, suka menimbulkan rasa kepatuhan, kerelaan, dan kesediaan berkorban. Cinta pada tanah
air menyebabkan prajurit-prajurit kita rela menyabung nyawa untuk mempertahankan tanah air
tercinta. Sadar akan arti tanggungjawablah, menyebabkan mereka patuh berdiri di bawah terik
matahari atau hujan lebat untuk mengawal, dilihat atau tidak diawasi
3. Keberanian
Berani berbuat, berani bertanggungjawab. Berani disini didorong oleh rasa keikhlasan, tidak
bersikap ragu-ragu dan takut terhadap segala macam rintangan yang timbul kemudian sebagai
konsekueansi dari tindak perbuatan. Karena adanya tanggung jawab itulah, maka seseorang yang
berani, juga memerlukan adanya pertimbangan pertimbangan, perhitungan dan kewaspadaan
sebelum bertindak, jadi tidak sembrono atau membabi buta.
Keberanian seorang prajurit adalah keberanian yang dilandasi oleh rasa kesadaran, adanya rasa
cinta kepada tanah air, dimana ketiga unsur kejiwaan tersebut tersimpul ke dalam satu sikap:
“Keikhlasan dalam mengabdi, dan dengan penuh rasa tanggung jawab“, dalam menunaikan tugas
dan darma bakti kepada negara dan bangsa.
3. Jenis-jenis Tanggungjawab
a. Tanggungjawab Dilihat dari Sifatnya
Tanggungjawab itu bisa langsung atau tidak langsung. Tanggung jawab bersifat langsung,
bila si pelaku sendiri bertanggung jawab atas perbuatannya. Biasanya akan terjadi demikian.
Tetapi kadang-kadang orang bertanggung jawab secara tidak langsung . contohnya, kalau anjing
saya merusakkan barang milik orang lain, bukanlah anjing yang bertanggung jawab (sebab
seekor anjing bukan makhluk bebas), melainkan saya sebagai pemiliknya. Sekurang-kurangnya
bila kejadian itu berlangsung di tempat umum. Jadi, di sini saya bertanggung jawab secara tidak
langsung. Sebab saya harus mengawasi gerak-gerik anjing saya di tempat umum. Tapi kalau
seandainya orang masuk halaman rumah saya tanpa izin dengan maksud mencuri atau maksud
apapun juga dan digigit oleh anjing saya, maka saya tidak bertanggung jawab, karena orang itu
tidak berhak masuk halaman rumah tanpa seizin tuan rumah. Demikian halnya juga dengan anak
kecil, bila anak kecil melakukan sesuatu yang merugikan orang lain, orang tua atau walinya
bertanggung jawab atas kejadian itu, karena anak itu sendiri belum bisa dianggap pelaku bebas.
Secara tidak langsung orang tua atau walinya bertanggungjawab, sebab mereka harus mengawasi
anaknya.
b. Tanggungjawab Dilihat dari Subyeknya
Tanggungjawab bila dilihat dari segi subyeknya terbagi menjadi dua bagian, yaitu: a)
tanggungjawab pribadi atau perorangan, artinya, tanggungjawab seseorang atas perbuatannya. b)
Tanggungjawab kolektif atau kelompok Tetapi, jenis tanggungjawab ini dalam etika sering kali
diajukan pertanyaan apakah ada tanggungjawab kolektif atau kelompok. Pertanyaan ini dijawab
dengan cara berbeda-beda. Beberapa etikawan menerima kemungkinan tanggung jawab kolektif,
tapi lebih banyak menolaknya. Kadang-kadang kita mendapat kesan bahwa memang ada
tanggung jawab kolektif. Tanggung jawab tidak dimaksudkan penjumlahan tanggung jawab
beberapa individu. Bukan maksudnya bahwa orang A bertanggung jawab di samping orang B, C,
dan D. sebab, tanggung jawab seperti itu hanya merupakan struktur lebih kompleks dari
tanggung jawab pribadi dan tidak menimbulkan kesulitan khusus. Juga tidak dimaksudkan
bahwa dalam suatu kelompok beberapa orang bertanggung jawab untuk sebagian, seperti
misalnya dalam sebuah geng penjahat ada yang merencanakan, ada yang membantu dan ada
yang melaksanakan tindak kejahatan. Juga tidak dimaksudkan bahwa banyak tindakan pribadi
kita mempunyai dampak sosial. Hal itu tidak mengherankan, sebab akibat kodrat social manusia
perbuatan – perbuatan pribadi kita dengan banyak cara terjalin dengan kepentingan orang lain,
bahkan dengan masyarakat sebagai keseluruhan. Yang dimaksudkan dengan tanggung jawab
kolektif ialah bahwa orang A, B, C, dan D dan seterusnya, secara pribadi tidak bertanggung
jawab, sedangkan mereka semua bertanggung jawab sebagai kelompok atau keseluruhan.
c. Tanggungjawab Dilihat dari Obyek dan Relasinya
Selain jenis tanggungjawab di atas, ada juga tanggungjawab yang dilihat dari obyeknya dan
relasi manusia yang komponen yang lainnya. Manusia itu berjuang memenuhi keperluannya
sendiri atau untuk keperluan pihak lain. Untuk itu dia mengahadapi manusia dalam masyarakat
atau menghadapi lingkungan alam. Dalam usahanya itu manusia juaga menyadari bahwa ada
kekuatan lain yang ikut menentukan yaitu kekuasaan Tuhan. Atas dasar itu, lalu dikenal
beberapa jenis tanggung jawab, yaitu:
1. Tanggungjawab terhadap Diri Sendiri
Tanggung jawab terhadap diri sendiri menuntut kesadaran setiap orang untuk memenuhi
kewajibannya sendiri dalam mengembangkan kepribadian sebagai manusaia pribadi. Dengan
demikian bisa memecahkan masalah-masalah kemanusiaan mengenai dirinya sendri. Menurut
sifat dasarnya anusia adalah makhluk bermoral, tetapi manusia juga seorang pribadi. Karena
merupakan seorang pribadi maka manusia mepunyai pendapat sendiri, perasan sendiri, angan-
angan sendiri. Sebagai perwujudan dari pendapat, perasaan,dan angan-angan itu manusia berbuat
dan bertindak. Dalam hal ini manusia tidak luput dari kesalahan kekeliruan, baik yang disengaja
maupun tidak.
2. Tanggungjawab terhadap Keluarga
Keluarga merupakan masyarakat kecil. Keluarga terdiri dari suam-istri, ayah-ibu, dan anak-anak,
dan juga orang lain yang menjadi anggota keluarga. Tanggungjawab ini menyangkut nama baik
keluarga. Dan tanggungjawab juga merupakan kesejahteraan, keselamatan, pendidikan, dan
kehidupan.
3. Tanggungjawab terhadap Masyarakat
Pada hakikatnya manusia tidak bisa hidup tanpa bantuan manusia lain, sesuai dengan
kedudukannya sebagai makhluk sosial. Karena membutuhkan manusia lain maka ia harus
berkomunikasi dengan manusia lain tersebut. Sehingga dengan demikian manusia di sini
merupakan anggota masyarakat yang tentunya mempunyai tanggung jawab seperti anggota
masyarakat lain agar dapat melangsungkan hidupnya dalam masyarakat tersebut. Wajarlah
apabila segala tingkah laku dan perbuatannya harus dipertanggung jawabkan kepada masyarakat.
4. Tanggungjawab terhadap Bangsa/Negara
Suatu kenyataan lagi, bahwa tiap mausia, tiap individu adalah warga Negara suatu Negara.
Dalam berfikir, berbuat, bertindak, bertingkah laku manusia terikat oleh norma-norma atau
ukuran-ukuran yang dibuat oleh negara. Manusia tidak dapat berbuat semaunya sendiri. Bila
perbuatan manusia itu salah, maka ia harus bertanggung jawab kepada negara.
5. Tanggungjawab terhadap Tuhan Yang Maha Esa
Tuhan menciptakan manusia di bumi ini bukanlah tanpa tanggung jawab, melainkan untuk
mengisi kehidupannya manusia bertanggung jawab langsung terhadap Tuhan. Sehingga tindakan
manusia tidak bisa lepas dari hukuman-hukuman Tuhan yang dituangkan dalam berbagai kitab
suci melalui berbagai macam agama. Pelanggaran dari hukuman-hukuman tersebut akan segera
diperintahkan oleh Tuhan dan jika dengan peringatan yang keras pun manusia masih juga tidak
menghiraukan maka Tuhan akan melakukan kutukan. Sebab dengan mengabaikan perintah-
perintah Tuhan berarti mereka meninggalkan tanggungjawab yang seharusnya dilakukan oleh
manusia terhadap Tuhan sebagai penciptanya, bahkan untuk memenuhi tanggungjawabnya,
manusia perlu pengorbanan.