Anda di halaman 1dari 6

1

“PERAN KELUARGA DALAM PENCEGAHAN DBD”

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Undang-undang No. 10 tahun 1992 dari Suprajitno (2004) menyatakan

bahwa keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari suami-

isteri, atau suami-isteri dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya.

Sedangkan Friedman (1998) mengatakan bahwa keluarga adalah dua orang atau

lebih yang hidup bersama dengan keterikatan aturan dan emosional dan individu

mempunyai peran masing-masing yang merupakan bagian dari keluarga. Oleh

sebab itu keluarga mempunyai pengaruh utama dalam kesehatan fisik dan mental

setiap anggota keluarga (Suprajitno,2004)

Peran menurut Nye (1976) dalam Friedman (1998) merupakan suatu

perilaku yang bersifat homogen yang diharapkan secara normatif oleh seseorang

yang memegang suatu posisi dalam struktur sosial dan dalam situasi sosial tertentu.

Jadi peran keluarga adalah tingkah laku spesifik yang diharapkan oleh seseorang

dalam konteks keluarga yang menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal,

sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu

(Wahid,2015).

Peran dalam keluarga memberikan tujuan homeostasis atau untuk mengatur

keseimbangan dalam keluarga (Friedman, 1998). Turner, 1970 dalam Friedman

(1998) menyatakan jika keluarga tidak melaksanakan perannya maka keluarga

akan menjadi ketergantungan terhadap keberadaan peran-peran diluar keluarga

(misalkan petugas kesehatan).


2

Penyakit Demam Berdarah atau Dengue Hemorhagic fever (DHF) ialah

penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan

nyamuk Aedes Aegefty dan Aedes Albopictus. Kedua jenis nyamuk ini

terdapat hamper diseluruh pelosok Indonesia. Kecuali di tempat-tempat

ketinggian lebih dari 1000 meter di atas permukaan air laut (Haryono, R.

2019).

DHF banyak ditemukan didaerah tropis dan sub- tropis. Data dari seluruh

dunia menunjukan Asia menempati urutan pertama dalam jumlah penderita

DHF setiap tahunnya. Sementara itu, terhitung sejak tahun 1968 hingga tahun

2009 Word Health Organization (WHO) mencaatat negara Indonesia sebagai

Negara dengan kasus DHF tertinggi di Asia Tenggara. Penyakit DHF

merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang utama di Indonesia.

Menurut Word Health Organization (WHO) jumlah kematian oleh penyakit

DHF di dunia mencapai 5 % dengan perkiraan 25.000 kematian setiap

tahunnya (WHO, 2012).

Penyakit DBD pertama kali di Indonesia ditemukan di Surabaya pada tahun

1968, dimana sebanyak 58 orang terinfeksi dan 24 orang diantaranya

meninggal dunia (AngkaKematian / AK: 41,3 %). Dan sejak saat itu, penyakit

ini menyebarluas keseluruh Indonesia. Akan tetapi konfirmasi virolohis baru

didapat padat ahun 1972. Sejak itu penyakit menyebar kebagian daerah,

sehingga sampaitahun 1980 seluruh propinsi di Indonesia kecuali timor-timor

telah terjangkit penyakit. Sejak pertama kali ditemukan, jumlah kasus


3

menunjukan kecenderungan meningkat baik dalam jumlah maupun luas

wilayah yang terjangkit dan secara sporadis selalu terjadi KLB setiap tahun.

Angka kesakitan DHF di Indonesia tahun 2013 tercatat 45,85 per 100.000

penduduk (112.511 kasus) dengan angka kematian sebesar 0,77 % (871

kematian). Sedangkan pada tahun 2014 sampai bulan april tercatat angka

kesakitan DHF sebesar 5,17 per 100.000 penduduk (13.031 kasus) dengan angka

kematian sebesar 0,84 % (110 kematian) (Haryono, R. 2019 ).

Jumlah penderita tertinggi ada dikota Palembang diikut Banyuasin dan

kotaPrabumulih. Ada 101 penderita DBD dikotaPelembang, Banyuasinada 65

penderita dan Prabumulih tercatat 56 penderita. Penderita terbanyak keempat

berada di OKI dengan 46 penderita, Muaraenim 25 penderita, OganIlir 19

penderita, OKU 7 penderita, Lahat 2 penderita, Musi Rawas 1 penderita, OKU

Selatan 2 penderita, Lubuk linggau 8 penderita dan PALI 3 penderita sedangkan

MUBA dan Empat Lawang belum terdata (Dinas Kesehatan Sumatera Selatan,

2015).

Penyakit DBD sering salah didiagnosis dengan penyakit lain seperti flu atau tipus.

Hal ini disebabkan karena infeksi virus Dengue yang menyebabkan DBD bisa

bersifat asimtomatik atau tidak jelas gejalannya. Data pasien DBD sering

menujukan gejala batuk, pilek, ,mual, maupun diare.

Berdasarkan data dari puskesmas kenten palembang tahun 2016 di dapat

jumlah yang terkena serangan demam DBD berjumlah 18 orang penderita dan

2017 berjumlah 25 oranng penderita dan 2018 berjumlah 18 orang penderita.


4

Maka peneliti mengambil judul tentang “Peran Keluarga Dalam Pencegahan

DBD”

1.2 Identifikasi Masalah

Banyak di keluarga tidak mengetahui cara pencegahan penyakit DBD

1.3 Rumusan Masalah

Bagaimana peran keluarga cara pencegahan penyakit DBD di dalam

kelompok keluarga ?

1.4 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan sikap peran keluarga

dalam pencegahan penyakit DBD dalam kelompok keluarga.

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan pada anggota

keluarga tentang cara pencegahan penyakit DBD agar dapat terhindar.

1.5.2 Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan agar dapat memberikan masukan yang

berhubungan dengan teori-teori tentang cara pencegahan penyakit DBD,

sehingga keluarga menjadi tau.

DAFTAR PUSTAKA

Haryono, R. 2019. Keperawatan Medikal Bedah 2. Yogjakarta : Pustaka Baru

Press
5

Wahid, I.M, Lilis, I, Joko, S. 2015. Buku Ajar Keperawatan Dasar. Jakarta:

Salemba Medika

Suprajitno. 2004 Asuhan keperawatan keluarga: aplikasi dan praktik. Jakarta:


EGC.

WHO. 2012, Demam Berdarah Dengue, Jakarta: EGC.

.
6

Anda mungkin juga menyukai