BAB II
LANDASAN TEORI
tertentu. Berawal dari kata “motif” itu maka motivasi dapat diartikan sebagai
daya penggerak yang telah menjadi aktif. (Sardiman,1986:73)
Pada intinya, motivasi dapat diartikan sebagai: (1) Dorongan yang
timbul pada diri seseorang, secara disadari atau tidak disadari untuk melakukan
suatu tindakan dengan tujuan tertentu; (2) Usaha-usaha yang dapat
menyebabkan seseorang atau kelompok orang tertentu tergerak melakukan
sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang ingin dicapai (Asrori,2009:183).
Sedangkan menurut Eysenck dan kawan-kawan (Slameto,2010:170) motivasi
dirumuskan sebagai suatu proses yang menentukan tingkatan kegiatan,
intensitas, konsistensi, serta arah umum dari tingkah laku manusia, merupakan
konsep yang rumit dan berkaitan dengan konsep-konsep lain seperti minat,
konsep diri, sikap dan sebagainya.
Dari pendapat di atas sangat jelas bahwa motivasi sangat penting dalam
proses belajar mengajar, karena motivasi dapat mendorong siswa untuk
8
Motivasi akan jauh terasa lebih kuat apabila diikuti dengan sebuah cita-
cita yang luhur serta dijalankan dengan sunguh-sungguh agar terwujud di
kemudian hari. Kita patut menyadari betapa pentingnya membangun motivasi
di dalam setiap langkah kehidupan seseorang. Dalam membangun sebuah
motivasi di dalam diri seseorang sehingga tidak mudah luntur, ada beberapa
hal yang layak di cermati, yaitu dalam mewujudkan cita-cita, mewujudkan
angan-angan, dan dalam mewujudkan pencapaian target.
Menumbuhkan pencapaian target juga bagian dari menumbuhkan
motivasi hidup lebih baik. Bayangkan saja kita selalu dapat menghasilkan
suatu seperti apa yang kita inginkan, bahagia rasanya hati ini yang tidak dapat
dibandingkan dengan apapun juga.
Indikator untuk mengetahui siswa yang memiliki motivasi dalam proses
pembelajaran menurut Asrori (2009:184) diantaranya:
10
c) Kesiapan Materiil
Misalnya ada bahan yang dipelajari atau dikerjakan berupa buku
bacaan, catatan dll.
Dalam penelitian ini yang digunakan sebagai dasar indikator kesiapan
belajar adalah kondisi fisik siswa, mental, emosional,kebutuhan dan pengetahuan.
Kondisi fisik yang dimaksud misalnya pendengaran, penglihatan, kesehatan.
Kondisi mental menyangkut kepercayaan pada diri sendiri, penyesuaian diri.
Kondisi emosional, konflik, tegang. Kebutuhan misalnya buku pelajaran, catatan
pelajaran, perlengkapan. Pengetahuan misalnya membaca buku pelajaran,
membaca berita dikoran. Aspek-aspek Kesiapan menurut Slameto (2003:115)
mengemukakan aspek-aspek kesiapan adalah:
1) Kematangan (maturation)
Kematangan adalah proses yang menimbulkan perubahan tingkah laku sebagai
akibat dari pertumbuhan dan perkembangan.
2) Kecerdasan
3) Di sini hanya dibahas perkembangan kecerdasan menurut J. Piaget.Menurut
dia perkembangan kecerdasan adalah sebagai berikut:
a) Sensori motor periode (0 – 2 tahun)
Anak banyak bereaksi reflek, reflek tersebut belum terkoordinasikan. Terjadi
perkembangan perbuatan sensorimotor dari yang sederhana ke yang relatif
lebih kompleks.
b) Preoperational period (2 – 7 tahun)
Anak mulai mempelajari nama-nama dari obyek yang sama dengan apa yang
dipelajari orang dewasa.
c) Concrete operation (7 – 11 tahun)
Anak mulai dapat berfikir lebih dulu akibat-akibat yang mungkin terjadi dari
perbuatan yang akan dilakukannya, ia tidak lagi bertindak coba-coba salah
(trial and error).
d) Formal operation (lebih dari 11 tahun)
Kecakapan anak tidak lagi terbatas pada obyek-obyek yang konkret serta:
(1) Ia dapat memandang kemungkinan-kemungkinan yang ada melalui
pemikirannya (dapat memikirkan kemungkinan-kemungkinan).
(2) Dapat mengorganisasikan situasi/masalah
16
sebagainya). Hal ini akan memudahkan untuk belajar karena tidak ada
gangguan dari kondisi fisiknya.
b) Kesiapan psikis
Kesiapan psikis berkaitan dengan kecerdasan, daya ingat tinggi,
kebutuhan yang terpuaskan, ada hasrat atau motivasi untuk belajar, dapat
berkonsentrasi, dan ada perhatian.
c) Kesiapan Materiil
Individu dalam mempelajari materi tentunya harus mempunyai bahan
yang dapat dipelajari atau dikerjakan, misalnya buku bacaan, buku paket
dari sekolah maupun diktat lain yang relevan digunakan sebagai bahan
acuan belajar, mempunyai buku catatan dll. Dengan di dukung dengan
berbagai sumber bacaan maka akan memberikan pengetahuan dan akan
membantu siswa dalam merespon atas pertanyaan-pertanyaan dari guru
terkait dengan pelajar.
siswa dalam belajar yang baik pula. Kenyataannya, sampai saat ini pelajaran
matematika dipandang sebagai pelajaran yang sulit bagi sebagian besar siswa,
bahkan ada kecenderungan siswa takut terhadap mata pelajaran ini.
Russel (Uno, 2009: 108) mendefinisikan bahwa matematika sebagai
suatu studi yang dimulai dari pengkajian bagian-bagian yang sangat dikenal
menuju arah yang tidak dikenal. Matematika adalah ilmu struktur yang
terorganisasikan sebagai bahasa simbolis dan bahasa universal untuk
mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif serta memudahkan manusia
untuk berfikir, mencatat dan mengkomunikasikan ide mengenai elemen dan
kuantitas. Hakikat belajar matematika adalah suatu aktivitas mental untuk
memahami arti dan hubungan-hubungan serta simbol-simbol kemudian
diterapkannya pada situasi nyata (Uno, 2009: 110).
Pembelajaran matematika adalah suatu proses penguasaan ilmu dan
perkembangan kemahiran intelek peserta didik dalam memahami bahasa
simbolis dan bahasa universal untuk mengekspresikan hubungan-hubungan
kuantitatif demi tercapainya tujuan pendidikan. Proses penguasaan mata
pelajaran matematika dapat ditunjang dengan faktor yang mendukungnya,
diantaranya yaitu kesiapan belajar. Kesiapan belajar merupakan fase pertama
dalam mengambil keputusan. Untuk mengimplementasikan keputusan individu
harus mencapai tingkat kematangan yang menjadikan individu bertanggung
jawab terhadap keputusannya.
sifat rajin, ulet, tekun, tidak cepat puas, dan disiplin. Sifat rajin dan ulet ini
diiperlihatkan pada keinginan anak untuk masuk sekolah dan mengerjakan berbagai
tugas guru. Ketekunannya terlihat ketika ia mengerjakan soal dengan teliti dan jika
salah maka ia akan tetap mencoba dan tidak menyerah.
Soal-soal yang diberikan guru biasanya terbatas karena dalam suatu
pembelajaran terbatas oleh waktu. Siswa yang mempunya motivasi intrinsik akan
tidak cepat merasa puas dengan soal-soal itu. Dengan sendirinya ia akan mencari
soal-soal latihan dan mengerjakannya meski tidak diminta guru. Demikian juga
dengan kedisiplinannya. Anak yang motivasi intrinsiknya kuat akan memiliki
kesadaran untuk meningkatkan prestasinya sehingga secara otomatis ia mempunyai
sifat disiplin. Disiplin ini terlihat dengan tugas-tugas yang selesai tepat waktu.
Selain motivasi intrinsik di atas, hal penting lainnya adalah motivasi ekstrinsik
yang berupa pemberian hadiah ketika anak berprestasi. hadiah merupakan cerminan
perhatian dari orang luar yang akan menimbulkan keinginannya untuk berprestasi.
arti hadiah bagi anak adalah sebuah penghargaan, oleh karenanya anak akan berlomba
meningkatkan prestasinya jika nantinya diberikan sebuah hadiah (rewards).
Belajar merupakan suatu proses dari seorang individu yang berupaya mencapai
tujuan belajar atau yang biasa disebut hasil belajar, merupakan bentuk perubahan perilaku
yang relatif menetap. Oleh karena itu untuk mendapatkan hasil belajar yang baik dan
maksimal diperlukan persiapan siswa dalam belajar yang baik pula. Persiapan siswa
dalam belajar merupakan kebutuhan pokok yang harus dipenuhi oleh siswa dalam
mencapai hasil belajar. Seseorang baru dapat mempelajari tentang sesuatu apabila di
dalam dirinya sudah terdapat “readiness” untuk mempelajari sesuatu (Wasty, 2003:191).
Tapi pada kenyataannya pada diri individu mempunyai perbedaan sejarah dan latar
belakang yang berbeda-beda yang dapat menyebabkan pola pembentukan kesiapan yang
berbeda-beda pula dalam belajar. Keterkaitan motivasi berprestasi dengan kesiapan
belajar matematika, sebelum membahas lebih jauh terlebih dahulu dikemukakan tentang
hakikat belajar matematika. Menurut Hamzah B. Uno (2009:110), hakikat belajar
matematika adalah suatu aktivitas mental untuk memahami arti dan hubungan-hubungan
serta simbol-simbol kemudian diterapkannya pada situasi nyata.
Faktor yang membentuk readiness, meliputi:
a) Perlengkapan dan pertumbuhan fisiologi; ini menyangkut
pertumbuhan terhadap kelengkapan pribadi seperti tubuh pada umumnya, alat-alat
indera, dan kapasitas intelektual.
20
Bagan 2.1
Hubungan antara variabel
22