Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

PROSES TERBENTUKNYA MAGMA DAN KARAKTERISTIK BATUAN BEKU

DISUSUN OLEH :

AMELITA DA SILVA

NRE :1906.02.0009

FAKULTAS

TEKNIK

PETROLEUM

SEMESTER III

UNIVERSIDADE DILI ( UNDIL)

2020
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa, karena atas berkat
dan limpahan rahmat-NYa lah maka saya dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan tepat
waktu.

Berikut ini saya mempersembahkan sebuah makalah dengan judul “Magma dan Batuan
Beku”, dan semoga makalah ini dapat memberikan manfaat yang besar bagi kita untuk
mempelajari tentang pengertian dari magma dan batuan beku serta asal mula terbentuknya dan
genesa awalnya.

Melalui kata pengantar ini saya lebih dahulu meminta maaf dan memohon permakluman
bila mana isi makalah ini ada kekurangan dan ada tulisan yang saya buat kurang tepat atau
menyinggung perasaan pembaca.

Dengan ini saya mempersembahkan makalah ini dengan penuh rasa terima kasih dan
semoga Allah SWT memberkahi makalah ini sehingga dapat memberikan manfaat bagi para
pembaca.
DAFTAR ISI

Kata Pengantar…………………………………………………………………..

Daftar Isi………………………………………….………………………………

BAB I PENDAHULUAN………………………...….…………………………..

BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………………

II.1. MAGMA………………………………………………..…………...…..…..

II.2 BATUAN BEKU……………………………………………………………

BAB III KESIMPULAN………………………………………………………..

BAB IV PENUTUP…………………………………….……………………….

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………...……
BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Pemahaman tentang magma dan batuan beku merupakan hal yang paling mutlak yang
harus kita pahami sebelum mempelajari materi pembalajaran yang akan lebih luas dan
terperinci, karena dari itu seoarang geologist harus bisa mengklarifikasi genesa dan asal muasal
adanya magma dan kaitannya dengan batuan beku.

B.Tujuan

Tujuan untuk mempelajari tentang magma dan batuan beku ialah agar bisa mengetahui
pembentukan batuan beku yang sangat erat kaitannya dengan magma.

C.Manfaat

1. mengetahui kaitannya magma dan batuan beku

2. mengetahui pengertian magma dan batuan beku

3. mengetahui genesa magma dan batuan beku

D.Metode

Metode yang digunakan dalam makalah ini yaitu dengan menggunakan media internet
yaitu hasil informasi dari blogger yang mencakup tentang magma dan batuan beku.
BAB II

PEMBAHASAN

II.1. MAGMA

II.1.1. Pengertian Magma

Magma adalah suatu lelehan silikat bersuhu tinggi berada didalam Litosfir, yang terdiri
dari ion-ion yang bergerak bebas, hablur yang mengapung didalamnya, serta mengandung
sejumlah bahan berwujud gas. Lelehan tersebut diperkirakan terbentuk pada kedalaman berkisar
sekitar 200 kilometer dibawah permukaan Bumi, terdiri terutama dari unsur-unsur yang
kemudian membentuk mineral-mineral silikat.

Magma yang mempunyai berat-jenis lebih ringan dari batuan sekelilingnya, akan
berusaha untuk naik melalui rekahan-rekahan yang ada dalam litosfir hingga akhirnya mampu
mencapai permukaan Bumi. Apabila magma keluar, melalui kegiatan gunung-berapi dan
mengalir diatas permukaan Bumi, ia akan dinamakan lava.

Magma ketika dalam perjalanannya naik menuju ke permukaan, dapat juga mulai
kehilangan mobilitasnya ketika masih berada didalam litosfir dan membentuk dapur-dapur
magma sebelum mencapai permukaan. Dalam keadaan seperti itu, magma akan membeku
ditempat, dimana ion-ion didalamnya akan mulai kehilangan gerak bebasnya kemudian
menyusun diri, menghablur dan membentuk batuan beku. Namun dalam proses pembekuan
tersebut, tidak seluruh bagian dari lelehan itu akan menghablur pada saat yang sama. Ada
beberapa jenis mineral yang terbentuk lebih awal pada suhu yang tinggi dibanding dengan
lainnya.

Dalam gambar berikut diperlihatkan urutan penghabluran (pembentukan mineral) dalam


proses pendinginan dan penghabluran lelehan silikat. Mineral-mineral yang mempunyai berat-
jenis tinggi karena kandungan Fe dan Mg seperti olivine, piroksen, akan menghablur paling awal
dalam keadaan suhu tinggi, dan kemudian disusul oleh amphibole dan biotite. Disebelah
kanannya kelompok mineral felspar, akan diawali dengan jenis felspar calcium (Ca-Felspar) dan
diikuti oleh felspar kalium (K-Felspar). Akibatnya pada suatu keadaan tertentu, kita akan
mendapatkan suatu bentuk dimana hublur-hablur padat dikelilingi oleh lelehan.

Bentuk-bentuk dan ukuran dari hablur yang terjadi, sangat ditentukan oleh derajat
kecepatan dari pendinginan magma. Pada proses pendinginan yang lambat, hablur yang
terbentuk akan mempunyai bentuk yang sempurna dengan ukuran yang besar-besar. Sebaliknya,
apabila pendinginan itu berlangsung cepat, maka ion-ion didalamnya akan dengan segera
menyusun diri dan membentuk hablur-hablur yang berukuran kecil-kecil, kadang berukuran
mikroskopis. Bentuk pola susunan hablur-hablur mineral yang nampak pada batuan beku
tersebut dinamakan tekstur batuan.

Disamping derajat kecepatan pendinginan, susunan mineralogi dari magma serta kadar
gas yang dikandungnya, juga turut menentukan dalam proses penghablurannya. Mengingat
magma dalam aspek-aspek tersebut diatas sangat berbeda, maka batuan beku yang terbentuk juga
sangat beragam dalam susunan mineralogi dan kenampakan fisiknya. Meskipun demikian,
batuan beku tetap dapat dikelompokan berdasarkan cara-cara pembentukan seta susunan
mineraloginya.
II.1.2. PROSES PEMBENTUKAN MAGMA

Magma dalam kerak Bumi dapat terbentuk sebagai akibat dari perbenturan antara 2 (dua)
lempeng litosfir, dimana salah satu dari lempeng yang berinteraksi itu menunjam dan menyusup
kedalam astenosfir. Sebagai akibat dari gesekan yang berlangsung antara kedua lempeng litosfir
tersebut, maka akan terjadi peningkatan suhu dan tekanan, ditambah dengan penambahan air
berasal dari sedimen-sedimen samudra akan disusul oleh proses peleburan sebagian dari litosfir.

Sumber magma yang terjadi sebagai akibat dari peleburan tersebut akan menghasilkan
magma yang bersusunan asam (kandungan unsur SiO2 lebih besar dari 55%). Magma yang
bersusunan basa, adalah magma yang terjadi dan bersumber dari astenosfir. Magma seperti itu
didapat di daerah-daerah yang mengalami gejala regangan yang dilanjutkan dengan pemisahan
litosfir.

Berdasakan sifat kimiawinya, batuan beku dapat dikelompokan menjadi 4 (empat)


kelompok, yaitu:

(1) Kelompok batuan beku ultrabasa/ultramafic


(2) Kelompok batuan beku basa
(3) Kelompok batuan beku intermediate
(4) Kelompok batuan beku asam.

Dengan demikian maka magma asal yang membentuk batuan batuan tersebut diatas dapat
dibagi menjadi 3 jenis, yaitu magma basa, magma intermediate, dan magma asam. Yang menjadi
persoalan dari magma adalah :

1) Apakah benar bahwa magma terdiri dari 3 jenis (magma basa, intermediate, asam) ?
2) Apakah mungkin magma itu hanya ada satu jenis saja dan kalau mungkin bagaimana
menjelaskan cara terbentuknya batuan-batuan yang komposisinya bersifat ultrabasa, basa,
intermediate dan asam?

Berdasarkan pengelompokan batuan beku, maka pertanyaan pertama dapat dibenarkan


dan masuk akal apabila magma terdiri dari 3 jenis, sedangkan pertanyaan kedua, apakah benar
bahwa magma hanya ada satu jenis saja dan bagaimana caranya sehingga dapat membentuk
batuan yang bersifat ultrabasa, basa, intermediate, dan asam?. Untuk menjawab pertanyaan ini,
ada 2 cara untuk menjelaskan bagaimana batuan yang bersifat basa, intermediate, dan asam itu
dapat terbentuk dari satu jenis magma saja? Jawabannya adalah melalui proses Diferensiasi
Magma dan proses Asimilasi Magma.

Diferensiasi Magma adalah proses penurunan temperatur magma yang terjadi secara
perlahan yang diikuti dengan terbentuknya mineral-mineral seperti yang ditunjukkan dalam deret
reaksi Bowen. Pada penurunan temperatur magma maka mineral yang pertama kali yang akan
terbentuk adalah mineral Olivine, kemudian dilanjutkan dengan Pyroxene, Hornblende, Biotite
(Deret tidak kontinu). Pada deret yang kontinu, pembentukan mineral dimulai dengan
terbentuknya mineral Ca-Plagioclase dan diakhiri dengan pembentukan Na-Plagioclase. Pada
penurunan temperatur selanjutnya akan terbentuk mineral K-Feldspar(Orthoclase), kemudian
dilanjutkan oleh Muscovite dan diakhiri dengan terbentuknya mineral Kuarsa (Quartz). Proses
pembentukan mineral akibat proses diferensiasi magma dikenal juga sebagai Mineral Pembentuk
Batuan (Rock Forming Minerals).

Pembentukan batuan yang berkomposisi ultrabasa, basa, intermediate, dan asam dapat terjadi
melalui proses diferensiasi magma. Pada tahap awal penurunan temperatur magma, maka
mineral-mineral yang akan terbentuk untuk pertama kalinya adalah Olivine, Pyroxene dan Ca-
plagioklas dan sebagaimana diketahui bahwa mineral-mineral tersebut adalah merupakan
mineral penyusun batuan ultra basa. Dengan terbentuknya mineral-mineral Olivine, pyroxene,
dan Ca-Plagioklas maka konsentrasi larutan magma akan semakin bersifat basa hingga
intermediate dan pada kondisi ini akan terbentuk mineral mineral Amphibol, Biotite dan
Plagioklas yang intermediate (Labradorite – Andesine) yang merupakan mineral pembentuk
batuan Gabro (basa) dan Diorite (intermediate). Dengan terbentuknya mineral-mineral tersebut
diatas, maka sekarang konsentrasi magma menjadi semakin bersifat asam. Pada kondisi ini mulai
terbentuk mineral-mineral K-Feldspar (Orthoclase), Na-Plagioklas (Albit), Muscovite, dan
Kuarsa yang merupakan mineral-mineral penyusun batuan Granite dan Granodiorite (Proses
diferensiasi magma ini dikenal dengan seri reaksi Bowen).
II.2 BATUAN BEKU

II.2.1 PENGERTIAN MAGMA

Batuan beku adalah batuan yang terbentuk sebagai hasil pembekuan daripada magma.
Magma adalah bahan cair pijar di dalam bumi, berasal dari bagian atas selubung bumi atau
bagian bawah kerak bumi, bersuhu tinggi (900 – 1300° C) serta mempunyai kekentalan tinggi,
bersifat mudah bergerak dan cenderung menuju ke permukaan bumi.

Sedangkan menurut Graha (1987) adalah batuan yang terjadi dari pembekuan larutan silika
cair dan pijar, yang kita kenal dengan magma.

Batuan beku meliputi sekitar 95 % bagian teratas kerak bumi (15km) tetapi jumlahnya
yang besar tersebut sering tidak tampak karena tertutupi lapisan yang relatif tipis dari batuan
sedimen dan metamorf. Batuan beku merupakan hasil kristalisasi magma, cairan silika yang
mengkristal atau membeku di dalam dan di permukaan bumi. Temperatur yang tinggi dari
magma (900°C – 1000°C) memberikan suatu perkiraan bahwa magma berasal dari bagian yang
dalam dari bumi. Semua material gunung berapi yang dikeluarkan ke permukaan bumi akan
mendingin dengan cepat, sedang proses pembantukan batuan beku yang terjadi di bawah
permukaan bumi berlangsung lama. Dalam suatu magma yang mengandung unsur O, Si, Mg,
dan Fe maka mineral dengan titik beku tertinggi Mg-olivin (forsterite), akan mengkristal pertama
kemudian diikutioleh Fe-olivin (fayelite). Pada magma yang kaya akan komponen plagioklas,
maka anortit akan megkristal dahulu kemudian didikuti yang lainnnya sampai albit. Kristalisasi
semacam ini terjadi akibat reaksi menerus yang terjadi pada kesetimbangan antara cairan dan
endapan kristal sebagai fungsi turunan temperatur (Subroto, 1984).

II.2.2. Letak Pembekuan

1. Batuan beku dalam adalah batuan beku yang terbentuk di dalam bumi; sering disebut
batuan beku intrusi.
2. Batuan beku luar adalah batuan beku yang terbentuk di permukaan bumi; sering
disebut batuan beku ekstrusi.
3. Batuan beku hipabisal adalah batuan beku intrusi dekat permukaan, sering disebut
batuan beku gang atau batuan beku korok, atau sub volcanic intrusion.

II.2.3. Warna Batuan Beku

Warna segar batuan beku bervariasi dari hitam, abu-abu dan putih cerah. Warna ini sangat
dipengaruhi oleh komposisi mineral penyusun batuan beku itu sendiri. Apabila terjadi
percampuran mineral berwarna gelap dengan mineral berwarna terang maka warna batuan beku
dapat hitam berbintik-bintik putih, abu-abu berbercak putih, atau putih berbercak hitam,
tergantung warna mineral mana yang dominan dan mana yang kurang dominan. Pada batuan
beku tertentu yang banyak mengandung mineral berwarna merah daging maka warnanya
menjadi putih-merah daging.

II.2.4. Tekstur Batuan Beku

Tekstur pada batuan beku umumnya ditentukan oleh tiga hal utama, yaitu kritalinitas dan
Granularitas.

1. Kristalinitas

Kristalinitas merupakan derajat kristalisasi dari suatu batuan beku pada waktu
terbentuknya batuan tersebut. Kristalinitas dalam fungsinya digunakan untuk menunjukkan
berapa banyak yang berbentuk kristal dan yang tidak berbentuk kristal, selain itu juga dapat
mencerminkan kecepatan pembekuan magma. Apabila magma dalam pembekuannya
berlangsung lambat maka kristalnya kasar. Sedangkan jika pembekuannya berlangsung cepat
maka kristalnya akan halus, akan tetapi jika pendinginannya berlangsung dengan cepat sekali
maka kristalnya berbentuk amorf. Dalam pembentukannnya dikenal tiga kelas derajat kristalisasi,
yaitu:
Holokristalin, Holokristalin adalah batuan beku dimana semuanya tersusun oleh kristal.
Tekstur holokristalin adalah karakteristik batuan plutonik, yaitu mikrokristalin yang telah
membeku di dekat permukaan.

Hipokristalin, Hipokristalin adalah apabila sebagian batuan terdiri dari massa gelas dan
sebagian lagi terdiri dari massa kristal.

Holohialin, Holohialin adalah batuan beku yang semuanya tersusun dari massa gelas.
Tekstur holohialin banyak terbentuk sebagai lava (obsidian), dike dan sill, atau sebagai fasies
yang lebih kecil dari tubuh batuan.

2. Granularitas

Granularitas dapat diartikan sebagai besar butir (ukuran) pada batuan beku. Pada
umumnya dikenal dua kelompok tekstur ukuran butir, yaitu

a. Fanerik atau fanerokristalin, Besar kristal-kristal dari golongan ini dapat dibedakan
satu sama lain secara megaskopis dengan mata telanjang. Kristal-kristal jenis fanerik ini dapat
dibedakan menjadi:

Halus (fine), apabila ukuran diameter butir kurang dari 1 mm.

Sedang (medium), apabila ukuran diameter butir antara 1 – 5 mm.

Kasar (coarse), apabila ukuran diameter butir antara 5 – 30 mm.

Sangat kasar (very coarse), apabila ukuran diameter butir lebih dari 30 mm.

b. Afanitik, Besar kristal-kristal dari golongan ini tidak bisa dibedakan dengan mata
telanjang sehingga diperlukan bantuan mikroskop. Batuan dengan tekstur afanitik dapat tersusun
oleh kristal, gelas atau keduanya. Dalam analisis mikroskopis dibedakan menjadi tiga yaitu :

Mikrokristalin, Jika mineral-mineral pada batuan beku bisa diamati dengan bantuan
mikroskop dengan ukuran butiran sekitar 0,1 – 0,01 mm.

Kriptokristalin, jika mineral-mineral dalam batuan beku terlalu kecil untuk diamati
meskipun dengan bantuan mikroskop. Ukuran butiran berkisar antara 0,01 – 0,002 mm.
Struktur batuan beku sebagian besar hanya dapat dilihat di lapangan saja, misalnya:

Pillow lava atau lava bantal, yaitu struktur paling khas dari batuan vulkanik bawah laut,
membentuk struktur seperti banta

Joint struktur (columnarjoint), merupakan struktur yang ditandai adanya kekar-kekar


yang tersusun secara teratur tegak lurus arah aliran. Sedangkan struktur yang dapat dilihat pada
contoh-contoh batuan (hand speciment sample), yaitu:

Masif, yaitu jika tidak menunjukkan adanya sifat aliran, jejak gas (tidak menunjukkan adanya
lubang-lubang) dan tidak menunjukkan adanya fragmen lain yang tertanam dalam tubuh batuan
beku.

Vesikuler, yaitu struktur yang berlubang-lubang yang disebabkan oleh keluarnya gas pada waktu
pembekuan magma. Lubang-lubang tersebut menunjukkan arah yang teratur.

Skoria, yaitu struktur yang sama dengan struktur vesikuler tetapi lubang-lubangnya besar dan
menunjukkan arah yang tidak teratur.

Amigdaloidal, yaitu struktur dimana lubang-lubang gas telah terisi oleh mineral-mineral
sekunder, biasanya mineral silikat atau karbonat.

Xenolitis, yaitu struktur yang memperlihatkan adanya fragmen/pecahan batuan lain yang masuk
dalam batuan yang mengintrusi.

II.2.5. STRUKTUR BATUAN BEKU

1. Masif atau pejal, umumnya terjadi pada batuan beku dalam. Pada batuan beku luar yang
cukup tebal, bagian tengahnya juga dapat berstruktur masif.

2. Berlapis, terjadi sebagai akibat pemilahan kristal (segregasi) yang berbeda pada saat
pembekuan.

3. Vesikuler, yaitu struktur lubang bekas keluarnya gas pada saat pendinginan. Struktur ini
sangat khas terbentuk pada batuan beku luar. Namun pada batuan beku intrusi dekat
permukaan struktur vesikuler ini kadang-kadang juga dijumpai. Bentuk lubang sangat
beragam, ada yang berupa lingkaran atau membulat, elip, dan meruncing atau menyudut,
demikian pula ukuran lubang tersebut. Vesikuler berbentuk melingkar umumnya terjadi pada
batuan beku luar yang berasal dari lava relatif encer dan tidak mengalir cepat. Vesikuler
bentuk elip menunjukkan lava encer dan mengalir. Sumbu terpanjang elip sejajar arah sumber
dan aliran. Vesikuler meruncing umumnya terdapat pada lava yang kental.

4. Struktur skoria (scoriaceous structure) adalah struktur vesikuler berbentuk membulat atau
elip, rapat sekali sehingga berbentuk seperti rumah lebah.

5. Struktur batuapung (pumiceous structure) adalah struktur vesikuler dimana di dalam lubang
terdapat serat-serat kaca.

6. Struktur amigdaloid (amygdaloidal structure) adalah struktur vesikuler yang telah terisi oleh
mineral-mineral asing atau sekunder.

7. Struktur aliran (flow structure), adalah struktur dimana kristal berbentuk prismatik panjang
memperlihatkan penjajaran dan aliran.

Struktur batuan beku tersebut di atas dapat diamati dari contoh setangan (hand specimen)
di laboratorium. Sedangkan struktur batuan beku dalam lingkup lebih besar, yang dapat
menunjukkan hubungan dengan batuan di sekitarnya, seperti dike (retas), sill, volcanic neck,
kubah lava, aliran lava dan lain-lain hanya dapat diamati di lapangan.

II.2.7. JENIS BATUAN BEKU

Semua batuan beku terbentuk dari pendinginan dan pemadatan magma, terdapat 2 jenis
batuan beku yaitu :

1. Batuan beku luar, batuan beku yang terbentuk oleh pemadatan lava dan tepra diatas
permukaan bumi.

2. Batuan beku dalam, batuan beku yang terbentuk oleh pemadatan magma didalam
kerak bumi.
Batuan beku luar cenderung mempunyai butiran-butiran yang kasar karena pembekuan
magma di dalam kerak bumi mendingin secara lambat dan mempunyai waktu yang cukup lama
untuk membentuk butiran-butiran mineral batuan yang besar. Batuan dengan butiran kasar
disebut paneritik yaitu butiran mineral-mineral dapat dilihat dengan mata telanjang. Secara
praktis yaitu butiran mineralnya mempunyai ukuran yang lebih besar dari 2 mm. Batuan beku
yang berbutir halus disebut aphanites yaitu butiran mineralnya lebih kecil dari 2 mm, sedangkan
batuan beku yang mempunyai butiran campuran yaitu antara yang kasar dengan yang halus
disebut propirik, dan batuan beku yang mineralnya sebagian besar atau semuannya seperti gelas
disebut obsidian.
BAB III
KESIMPULAN

Magma adalah suatu lelehan silikat bersuhu tinggi berada didalam Litosfir, yang terdiri
dari ion-ion yang bergerak bebas, hablur yang mengapung didalamnya, serta mengandung
sejumlah bahan berwujud gas. Sedangkan batuan beku merupakan hasil pembekuan dari magma
yang keluar dari permukaan bumi, dimana saat proses pembekuannya ada yang sangat cepat dan
sangat lambat, biasanya batuan beku yang lambat dalam pembekuannya akan memperlihatkan
mineral – mineral yang sangat besar (fenerik) dan tampak walau pun dengan mata telanjang,
sebaliknya dengan batuan beku yang proses pembekuannya sangat cepat mineral – mineralnya
akan terlihat sangat kecil (afanitik) dan harus di lihat dengan lup.

Proses pembekuan magma bisa di luar permukaan bumi dan juga bisa di luar permukaan
bumi, begitu juga dengan jenis batuan beku yang terbentuk di dalam bumi di sebut intrusi dan
diluar permukaan bumi di sebut ekstrusif.

Proses terbentuk dan membekunya magma tentu saja tidak akan lepas oleh adanya batuan
beku, karena terbentuknya batuan beku merupakan hasil dari magma itu sendiri.

.
BAB IV

PENUTUP

Demikianlah makalah yang dapat saya buat,semoga bisa menjadi berguna bagi para
pembaca terutama mengenai magma yang berkaitan dengan batuan beku. Saya mohon maaf
apabila ada kesalahan atau kekurangan dalam penulisan makalah ini dan saya mengharapan
kritik dan sarannya yang bersifat membangun. Atas perhatiannya kami ucapkan terimakasih.
DAFTAR PUSTAKA

http://rahmatkusnadi6.blogspot.com/2010/05/magma.html
tanggal 5 Maret 2014

http://emsidik.blogspot.com/2013/06/magma.html
tanggal 5 Maret 2014

http://ptbudie.wordpress.com/2012/03/29/batuan-beku-dan-klasifikasi-berdasarkan-
genesanya/
tanggal 5 Maret 2014

Anda mungkin juga menyukai