Anda di halaman 1dari 13

FARMAKOLOGI BAHAN ALAM

ANTIOKSIDAN PADA PENYAKIT KANKER

OLEH :

1. FITRIA NURCAHYANI O1A117021


2. JUMARNI O1A117026

KELAS : PEMINATAN FARMAKOLOGI BAHAN ALAM

DOSEN : Apt. DIAN MUNASARI SOLO, S.Farm., M.Sc.

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS HALUOLEO

KENDARI

2020
1. Definisi Kanker
Kanker adalah istilah yang digunakan untuk suatu kondisi di mana sel
telah kehilangan pengendalian dan mekanisme normalnya sehingga
mengalami pertumbuhan yang tidak normal, cepat, dan tidak terkendali.
Kanker atau tumor ganas terjadi karena adanya pertumbuhan sel-sel jaringan
tubuh yang tidak normal yang disebabkan neoplasia, displasia, dan
hiperplasia. Neoplasia adalah kondisi sel yang terdapat pada jaringan
berproliferasi secara tidak normal dan invasive. Displasia adalah kondisi sel
yang tidak berkembang normal dengan indikasi adanya perubahan pada inti
sel (nucleus). Hiperplasia merupakan kondisi sel normal pada jaringan
mengalami pertumbuhan yang berlebihan.
2. Faktor Risiko Kanker
Terdapat empat faktor penyebab kanker seperti biologis, lingkungan,
makanan dan psikologis. Penjelasannya sebagai berikut :
2.1 Biologis
a. Genetik
Sejumlah penelitian menemukan bahwa sekitar 5% dari kasus kanker
diakibatkan oleh faktor keturunan. Faktor keturunan ini memang susah
untuk dihindari
b. Hormon
Hormon estrogen yang berlebihan dalam tubuh dapat meningkatkan
kemungkinan terjangkitnya kanker kandungan dan kanker payudara.
Sedang hormon progesteron dapat mencegah timbulnya kanker
endometrium, tetapi meningkatkan resiko kanker payudara. Kedua
jenis hormon tersebut banyak digunakan sebagai bahan pil KB maupun
terapi hormon pada wanita menopause. Penggunaan jangka panjang
dapat mengurangi resiko kanker kandungan dan endometrium, tetapi
meningkatkan resiko kanker payudara dan kanker hepar.
c. Virus
Virus human papilloma (HPV), merupakan penyebab utama kanker
leher rahim dan dapat meningkatkan resiko timbulnya kanker jenis
lain. Virus hepatitis B dan hepatitis C dapat memicu timbulnya kanker
hati. Virus human T-cell leukemia/lymphoma (HTLV-1)
meningkatkan resiko limfoma dan leukemia. Virus human
immunodefisiensi (HIV) yang dikenal sebagai penyebab AIDS ini
meningkatkan resiko limfoma dan Kaposi’s sarcoma. Virus Epstein-
Barr meningkatkan resiko terjangkitnya limfoma. Virus human herpes
8 (HHV8) dapat menyebabkan Kaposi’s sarcoma. Helicobacter pylori
penyebab luka lambung dan usus juga dapat menimbulkan kanker di
sepanjang saluran pencernaan. Untuk mengurangi kemungkinan
tertular virus/bakteri tersebut, hindari berganti-ganti pasangan seksual,
juga jangan saling bertukar sikat gigi, jarum, sisir, peralatan makan,
dan sebagainya.
2.2 Lingkungan
a. Asap Rokok
Asap rokok/tembakau yang dihirup baik perokok aktif maupun
perokok pasif dapat menyebabkan kanker paru, pita suara, mulut,
tenggorokan, ginjal, kandung kencing, kerongkongan, perut, pankreas,
leukemia, dan leher rahim. Bukan hanya asapnya, bahkan sering
menghirup aroma tembakau serta mengunyahnya juga dapat
menyebabkan kanker.
b. Penyinaran yang Berlebihan
Sinar matahari pagi baik untuk kesehatan. Tetapi sinar matahari siang
yang banyak mengandung ultraviolet dapat menyebabkan kanker kulit.
Sinar ultraviolet dapat menembus kaca, pakaian yang tipis, juga dapat
dipantulkan oleh pasir, air, salju, dan es. Perlu diingat bahwa lampu-
lampu ultraviolet yang banyak dijual di toko juga dapat menyebabkan
kanker.
2.3 Makanan
Zat kimia yang ditambahkan dalam makanan dapat menjadi pemicu
kanker, misalnya zat pengawet, pewarna buatan, pemanis buatan dan
perasa buatan. Padahal, hampir semua makanan/minuman produksi pabrik
atau yang dijual di restoran mengandung zat-zat tambahan tersebut. Selain
itu, kebanyakan sayur-sayuran dan buah-buahan ditanam dengan
mengandalkan pupuk buatan dan pestisida. Makanan yang dipanggang,
dibakar, atau digoreng dengan minyak jelantah juga berpotensi
menyebabkan kanker.
2.4 Psikologis
Kondisi stress dapat melemahkan respon imunitas tubuh. Menurunnya
sistem imunitas ini mempermudah sel-sel kanker menyerang tubuh karena
kemampuan sel imun untuk mengenal dan melawan musuh tidak dapat
berfungsi secara baik.

3. Jenis-Jenis Kanker
a. Karsinoma
Karsinoma merupakan jenis kanker yang berasal dari sel yang
melapisi permukaan tubuh atau permukaaan saluran tubuh, misalnya
jaringan seperti sel kulit, testis, ovarium, kelenjar mucus, sel melanin,
payudara, leher rahim, kolon, rektum, lambung, pankreas dan esophagus.
Karsinoma adalah kanker sel epitel, yaitu sel yang melindungi permukaan
tubuh, memproduksi hormon dan membuat kelenjar. Contoh karsinoma
adalah kanker kulit, kanker paru-paru, kanker usus kanker payudara,
kanker prostat dan kanker kelenjar tiroid.
b. Limfoma
Limfoma adalah jenis kanker yang berasal dari jaringan yang
membentuk darah, misalnya jaringan limfe, lacteal, limfa, timus dan
sumsum tulang. Limfoma spesifik antara lain adalah penyakit hodgkin
(kanker kelenjar limfe dan limfa).
c. Leukemia
Kanker ini tidak berbentuk massa tumor, tetapi memenuhi pembuluh
darah dan mengganggu fungsi sel darah normal.
d. Sarkoma
Sarkoma adalah jenis kanker pada jaringan penunjang yang berada di
permukaan tubuh, seperti jaringan ikat, termasuk sel-sel yang ditemukan
di otot dan tulang. Sarcoma merupakan kanker sel mesodermal, sel yang
membentuk otot-otot dan jaringan penghubung. Contoh sarcoma adalah
lelomyosarcoma (kanker otot halus yang ditemukan pada dinding organ
pencernaan) dan osteosarcoma (kanker tulang).
e. Glioma
Glioma merupakan kanker susunan saraf, misalnya sel-sel glia
(jaringan penunjang) di susunan saraf pusat.

4. Patogenesis Kanker
Kanker bermula dari sel, yang merupakan unit dasar kehidupan tubuh.
Tubuh terdiri dari banyak jenis sel. Sel-sel tumbuh dan membelah secara
terkontrol untuk menghasilkan lebih banyak sel seperti yang dibutuhkan
untuk menjaga tubuh sehat. Ketika sel menjadi tua atau rusak, mereka mati
dan diganti dengan sel-sel baru. Kematian sel terprogram ini disebut
apoptosis, dan ketika proses ini rusak, kanker mulai terbentuk.
Sel dapat mengalami pertumbuhan yang tidak terkendali jika ada
kerusakan atau mutasi pada DNA. Empat jenis gen yang bertanggung jawab
untuk proses pembelahan sel yaitu onkogen yang mangatur proses
pembahagian sel, gen penekan tumor yang menghalang dari pembahagian sel,
suicide gene yang kontrol apoptosis dan gen DNA-perbaikan
menginstruksikan sel untuk memperbaiki DNA yang rusak. Kanker
merupakan hasil dari mutasi DNA onkogen dan gen penekan tumor sehingga
menyebabkan pertumbuhan sel yang tidak terkendali.
Sel-sel tambahan ini dapat membentuk massa jaringan yang disebut tumor.
Namun, tidak semua jenis tumor itu kanker. Tumor dapat dibagikan sebagai
tumor jinak dan ganas di mana yang jinak dapat dihapus dan tidak menyebar
ke bagian tubuh lain manakala tumor ganas merupakan kanker yang dapat
menyerang jaringan sekitar dan menyebar ke bagian tubuh lain.
5. Stadium Kanker
Sistem TNM adalah salah satu sistem pementasan yang paling umum
digunakan. Sistem ini telah diterima oleh International Union Against
Cancer (UICC) dan American Joint Committee on Cancer (AJCC).
Kebanyakan fasilitas medis menggunakan sistem TNM sebagai metode utama
untuk pelaporan kanker termasuk National Cancer Institute (NCI). Sistem
TNM ini berdasarkan pada besarnya tumor (T), tingkat penyebaran ke
kelenjar getah bening (N), dan adanya metastasis (M). Nomor ditambahkan
untuk setiap huruf untuk menunjukkan ukuran tumor dan luasnya penyebaran.
Beberapa tabel stadium kanker sebagai berikut :

Gambar 5.1

Gambar 5.2
Gambar 5.3

Gambar 5.4

6. Terapi Kanker
Terapi kanker tergantung pada jenis kanker, stadium kanker, usia, status
kesehatan, dan karakteristik pribadi tambahan. Tidak ada pengobatan tunggal
untuk kanker dan pasien sering menerima kombinasi terapi dan perawatan
paliatif. Perawatan biasanya termasuk dalam salah satu kategori seperti
operasi, radiasi, kemoterapi, immunoterapi, terapi hormon, atau terapi gen.
Prinsip kerja pengobatan ini adalah dengan membunuh sel-sel kanker,
mengontrol pertumbuhan sel kanker, dan menghentikan pertumbuhannya agar
tidak menyebar dan mengurangi gejala-gejala yang disebabkan oleh kanker.
a. Operasi
Pembedahan merupakan pengobatan tertua untuk kanker. Jika kanker
belum bermetastasis, maka kemungkinan besar pasien dapat disembuhkan
sepenuhnya hanya dengan menyingkirkan tumor dengan operasi. Hal ini
sering terlihat pada penyingkiran prostat, payudara atau testis. Setelah
penyakit ini telah menyebar, tidak mungkin dapat menyingkirkan semua
sel kanker. Operasi juga dapat berperan besar dalam membantu untuk
mengontrol gejala seperti gangguan pencernaan atau kompresi sumsum
tulang belakang
b. Radioterapi
Radioterapi berarti pengobatan kanker dengan menggunakan sinar
radioaktif. Sinar X, elektron, dan sinar γ (gamma) banyak digunakan
dalam pengobatan kanker disamping partikel lain. Prinsip radioterapi
apabila berkas sinar radioaktif atau partikel dipaparkan ke jaringan, maka
akan terjadi berbagai peristiwa antara lain peristiwa ionisasi molekul air
yang mengakibatkan terbentuknya radikal bebas di dalam sel yang pada
gilirannya akan menyebabkan kematian sel. Lintasan sinar juga
menimbulkan kerusakan akibat tertumbuknya DNA yang dapat diikuti
kematian sel. Radioterapi digunakan sebagai pengobatan mandiri untuk
mengecilkan tumor atau menghancurkan sel-sel kanker termasuk yang
berkaitan dengan leukemia dan limfoma, dan juga digunakan dalam
kombinasi dengan pengobatan kanker lain.
c. Kemoterapi
Kemoterapi terkadang merupakan pilihan pertama untuk menangani
kanker. Kemoterapi bersifat sistematik, berbeda dengan radiasi atau
pembedahan yang bersifat setempat, karenanya kemoterapi dapat
menjangkau sel-sel kanker yang mungkin sudah menjalar dan menyebar
ke bagian tubuh yang lain. Penggunaan kemoterapi berbeda-beda pada
setiap pasien, kadang-kadang sebagai pengobatan utama, pada kasus lain
dilakukan sebelum atau setelah operasi dan radiasi. Tingkat keberhasilan
kemoterapi juga berbeda-beda tergantung jenis kankernya.
d. Imunoterapi
Imunoterapi digunakan untuk merangsang sistem kekebalan tubuh
untuk melawan kanker. Misal, vaksin yang terdiri dari antigen diperoleh
dari sel tumor bisa menaikkan fungsi tubuh pada antibodi atau sel
kekebalan (limfosit T). Walaupun mekanisme tepat pada tindakan tidak
benar-benar jelas, interferon mempunyai tugas di dalam pengobatan
beberapa kanker.
e. Terapi Hormon
Kanker dikaitkan dengan beberapa jenis hormon, terutamanya kanker
payudara dan kanker prostat. Terapi hormon dirancang untuk mengubah
produksi hormon dalam tubuh sehingga sel-sel kanker berhenti
berkembang atau dibunuh sepenuhnya. Terapi hormon kanker payudara
sering fokus pada pengurangan kadar estrogen (obat umum untuk ini
adalah tamoxifen) dan hormon terapi kanker prostat sering fokus pada
pengurangan kadar testosteron. Selain itu, beberapa kasus leukemia dan
limfoma dapat diobati dengan hormon kortison.

7. Antioksidan
Salah satu penyebab penyakit kanker adalah radikal bebas yang
menyerang sel tubuh manusia. Radikal bebas diduga merupakan penyebab
kerusakan sel yang mendasari timbulnya penyakit kanker termasuk kanker
payudara. Senyawa yang dapat menunda, menghambat atau mencegah
oksidasi bahan atau senyawa yang mudah teroksidasi oleh radikal bebas dan
mengurangi stres oksidatif adalah antioksidan. Antioksidan telah terbukti
bermanfaat dalam pencegahan sel kanker.
Antioksidan adalah zat yang dapat menetralisasi radikal bebas, sehingga
atom dan elektron yang tidak berpasangan mendapatkan pasangan elektron
sehingga dinyatakan stabil. Radikal bebas merupakan atom atau molekul
yang sifatnya sangat tidak stabil. Ketisakstabilan ini yang disebabkan atom
tersebut memiliki satu atau lebih elektron yang tidak berpasangan. Atom
tunggal akan berusaha untuk memiliki pasangan elektron, sehingga sifatnya
sangat reaktif. Atom ini cenderung untuk mengambil partikel dari molekul
lain yang kemudian menghasilkan senyawa baru yang tidak normal. Partikel
atau elektron yang dijadikan pasangan baru itu bias diambil dari DNA,
membran atau selaput sel, membran liposom, mitokondria, enzim, protein dan
lain-lain. Sehingga atom yang mengambil partikel dari molekul lain dari
komponen jaringan yang diambil akan menjadi rusak dan menimbulkan
berbagai kelainan serta penyakit.
Fungsi antioksidan adalah menetralisasi radikal bebas, sehingga tubuh
terlindungi dari berbagai macam penyakit degeneratif dan kanker.
Antioksidan juga mempunyai fungsi lain yaitu membantu menekan terjadinya
proses penuaan (anti aging). Keberadaan radikal bebas berlebih dalam tubuh
dapat menyerang komponen seluler seperti lipid, lipoprotein, protein,
karbohidrat, RNA, dan DNA. Jika radikal bebas menyerang RNA dan DNA
maka dapat menimbulkan penyakit kanker yang ditandai dengan
meningkatnya supresor tumor gen p53 . Radikal bebas dapat diredam dengan
senyawa yang memiliki aktivitas antioksidan.
Sejauh ini, penanganan untuk penyakit kanker dapat dilakukan dengan
kemoterapi, radioterapi, dan operasi. Beberapa obat kemoterapi yang paling
sering digunakan adalah antimetabolit (contoh: metotreksat), senyawa
interaktif DNA (contoh: cisplatin, doxorubicin), senyawa antitubulin (contoh:
taksan), hormon dan senyawa penarget molekular. Namun, penggunaan obat-
obat kemoterapi tersebut menimbulkan efek samping seperti rambut rontok,
supresi sumsum tulang, resistensi obat, lesi gastrointestinal, disfungsi
neurologi, dan toksisitas jantung. Oleh karenna itu, Senyawa alami menjadi
salah satu pilihan dalam pencarian sumber antikanker karena senyawa alami
berkemungkinan untuk menghasilkan obat antikanker dengan efek samping
minimal.
Adapun beberapa tanaman yang memiliki aktivitas antioksidan terhadap
penyakit kanker yaitu:
a. Cabe jawa (Piper retrofractum Vahl.)
Hasil aktivitas sitotoksik ekstrak cabe jawa terhadap sel Hela sebesar 33
μg/mL dan sel t47D sebesar 53 μg/mL. Aktivitas sitotoksik ekstrak cabe
jawa terhadap myeloma sebesar 36 mg/mL dan sel WiDr sebesar 158
mg/mL. Dengan demikian cabe jawa dapat diasumsikan memiliki potensi
sebagai chemopreventif agent terhadap sel kanker payudara (MCF-7).
Ekstrak cabe jawa melindungi sel-sel normal dari sel kanker dengan
mengikat protein pada mitokondria sel kanker untuk memicu apoptosis
tanpa merusak sel-sel sekitarnya (Mulia dkk., 2016).
b. Buah Cola
Parameter yang dipakai untuk menunjukan aktivitas antioksidan adalah
harga konsentrasi efisien (EC50) atau konsentrasi inhibisi (IC50) yaitu
konsentrasi suatu bahan antioksidan yang dapat menyebabkan 50% DPPH
kehilangan karakter radikal. Bahan yang mempunyai aktivitas antioksidan
tinggi, akan mempunyai nilai EC50 atau IC50 yang rendah. Nilai
sitotoksik pada buah kola ini kemungkinan terkait dengan aktivitas
antioksidan buah kola yang tinggi. Disamping itu, buah kola juga
mengandung bahan-bahan penting lainnya seperti yang terkandung dalam
teh dan coklat (metilxantin dan turunannya) yang kemungkinan berperan
pada aktivitas antioksidan dan efek sitotoksiknya. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa ekstrak buah kola mempunyai aktivitas antioksidan
yang tinggi dan bersifat sitotoksik terhadap kultur sel kanker hati, HepG-2
adalah potensial sebagai bahan anti kanker hati yang bersifat sitotoksik
dan mengandung antioksidan tinggi (Endrini dkk., 2017).
c. Batang Murbei (Morus alba L.)
Uji aktivitas antikanker ekstrak batang murbei dilakukan dengan metode
MTT (3-(4,5- dimetiltiazol-2-il)-2,5-difenil tetrazolium bromida) dengan
menggunakan sel WIDR dan sel Vero. Aktivitas antikanker diketahui
dengan melihat nilai IC50. IC50 diperoleh dengan menggunakan analisis
probit dan regresi linear, analisis probit biasanya digunakan untuk
mengetahui respon subjek yang diteliti. Nilai aktivitas antioksidan ekstrak
batang murbei adalah 83,18 µg/mL. Aktivitas antikanker pada sel WIDR
menunjukkan nilai IC50 71,24 µg/ml dan pada sel vero memiliki nilai
IC50 154,241 µg/ml. Dapat disimpulkan bahwa ekstrak etanol batang
murbei (Morus alba L.) memilki aktivitas antioksidan yang kuat dan
berpotensi sebagai antikanker alami yang bekerja selektif terhadap sel
kanker (Burhan dkk., 2019).
d. Daun Cendana (Santalum album L.)
Aktivitas antioksidan fraksi F3 ekstrak n-butanol daun cendana dengan
nilai IC50 182,73 ppm yang berarti pada konsentrasi 182,73 ppm fraksi F3
ekstrak n-butanol daun cendana telah mampu meredam radikal bebas 50%.
Kemampuan senyawa flavonoid dalam meredam radikal bebas erat
hubungannya dengan struktur dasar yang dimiliki oleh senyawa flavonoid
yang mengandung gugus hidroksil sehingga mampu menyumbangkan
atom hidrogennya untuk berikatan dengan suatu radikal bebas sehingga
radikal bebas yang terbentuk memiliki sifat yang stabil. Berdasarkan hasil
penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa isolat flavonoid
ekstrak n-butanol daun cendana memiliki aktivitas antioksidan dengan
IC50 sebesar 182,73 ppm dan bersifat toksik dan berpotensi sebagai agen
antikanker dengan LC50 sebesar 158,49 ppm (Putra dkk., 2018).
Selain itu, terdapat pula beberapa senyawa alami yang mempunyai efek
antikanker dan telah teruji secara klinis yang dapat dilihat pada Tabel 1.
(Yogiyanto dan Sulistianingsih, 2017).
DAFTAR PUSTAKA

Tapan, E., 2005. Kanker, Antioksidan Dan Terapi Komplementer, PT Elex Media
Komputindo : Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai