PENDAHULUAN
1
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan gender?
2. Bagaimana prinsip-prinsip dan ruang lingkup gender?
3. Apa saja kontraversi permasalahan gender?
4. Bagaimana pengaplikasian gender dalam kehidupan sehari-hari?
1.3. Tujuan
1. Mengetahui maksud dari gender
2. Memahami prinsip dan ruang lingkup gender
3. Mengetahui kontraversi permasalahan gender dalam kehidupan sehari-hari
4. Dapat mengaplikasikan pengetahuan tentang gender dalam kehidupan
sehari-hari
BAB II
PEMBAHASAN
2
1. Bisa berubah Tidak bisa berubah
2. Dapat dipertukarkan Tidak dapat dipertukarkan
3. Tergantung budaya Berlaku dimana saja
4. Bukan kodrat (buatan masyarakat) Kodrat (ciptaan Tuhan)
Menurut Sri Sundari Sasongko (2009:10-11) bahwa terjadinya diskriminasi
gender atau ketidakadilan gender yang sering terjadi didalam keluarga,
masyarakat, dan tempat kerja adalah:
1. Sterotip/ citra buku, yaitu pelabelan terhadap jenis kelamin yang bersifat
negative dan menyebabkan ketidakadilan. Misalnya, perempuan yang
ramah dianggap genit dan laki-laki yang ramah dianggap perayu.
2. Subordinasi/penomorduaan, yaitu anggapan bahwa perempuan dianggap
lebih rendah atau posisinya dinomorduakan dibandingkan dengan laki-laki.
3. Marginalisasi, yaitu peminggiran salah satu jenis kelamin dari suatu
pekerjaan yang mengakibatkan kemiskinan. Misal, pergantian pekerjaan
wanita oleh mesin yang dikerjakan oleh laki-laki.
4. Beban ganda (Double Burden), yaitu pelimpahan pekerjaan kepada salah
satu jenis kelamin.
5. Kekerasan (Violance), yaitu perlakuan fisik maupun psikis yang bersifat
menyakiti.
Perbedaan laki-laki dan perempuan dilihat dari sifat, fungsi, ruang lingkup,
dan tanggung jawab:
Adapun konstruksi biologis, social, dan agama antara laki-laki dan perempuan
dapat dilihat pada gambar dibawah ini:
3
Konstruksi Konstruksi Konstruksi
Biologis Sosial Agama
Secara fisik Berbeda peran Berbeda posisi
berbeda antara dan tanggung antara
laki-laki dan jawab antara perempuan dan
perempuan, laki-laki dan laki-laki, tidak
serta tidak dapat perempuan. dapat
dipertukarkan Dapat dipertukarkan
karena dipertukarkan karena ajaran
merupakan karena produk agama.
produk budaya.
4
1. Perempuan dan laki-laki mempunyai tugas yang sama sebagai khalifah di
bumi (khalifatu fil ardl)
Allah berfirman dalam surat Al-An’am : 165 yang artinya “dan Dialah
yang menjadikanmu penguasa di Bumi dan Dia meninggikan sebagian
kamu beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya
kepadamu. Sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”
Selain itu dalam surat Al-Baqarah : 30 juga dijelaskan bahwa manusia
dijadikan khalifah dimuka bumi. Dengan demikian laki-laki dan
perempuan mempunyai tugas yang sama sebagai khalifah di bumi yang
nantinya akan dipertanggung jawabkan.
2. Perempuan dan laki-laki sama-sama menerima perjanjian awal dengan
Tuhan
Dalam surat Al-A’raf : 172 dijelaskan bahwa laki-laki dan perempuan
telah menyatakan ikrar yang sama akan keberaaan Tuhan, tidak ada
diskriminasi antara keduanya.
3. Adam dan Hawa terlibat secara aktif dalam drama kosmis
Beberapa hal yang berkaitan dengan peristiwa Adam dan Hawa
dijelaskan sebagai berikut:
a. Keduanya diciptakan di surga dan memanfaatkan fasilitas surga (QS Al-
Baqarah : 35)
QS Al-Baqarah: 35, artinya:
Dan kami berfirman: “Hai Adam, diamilah oleh kamu dan istrimu surga
ini, dan makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi baik dimana
saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini, yang
menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang zalim”
b. Keduannya mendapat kualitas godaan yang sama dari setan (QS Al-
A’raf: 20)
Allah SWT berfirman:
5
“Maka syaitan membisikkan pikiran jahat kepada keduanya untuk
menampakkan kepada keduanya apa yang tertutup dari mereka yaitu
auratnya dan syaitan berkata: “Tuhan kamu tidak melarangmu
mendekati pohon ini, melainkan supaya kamu berdua tidak menjadi
malaikat atau tidak menjadi orang kekal (dalam surga)” (QS Al-
A’raf:20)
c. Sama-sama memohon ampun dan diampuni Allah
Allah berfirman dalam surat Al-A’raf: 23 yang artinya: “Ya Tuhan
kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak
mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah
kami termasuk orang-orang yang merugi”
4. Perempuan dan laki-laki memiliki potensi yang sama untuk meraih prestasi
Dalam QS Ali-Imran: 195, An-Nisa : 124, An-Nahl: 97 telah dijelaskan
bahwa konsep kesetaraan gender yang ideal dan ketegasan prestasi
individual dalam bidang spiritual maupun karier professional tidak
didominasi satu jenis kelamin saja.
5. Perempuan dan laki-laki memiliki potensi yang sama untuk berdakwah
amar ma’ruf nahi munkar
Berdasarkan QS Ali-Imran : 104 dan 110 dijelaskan bahwa setiap umat
Islam (baik laki-laki maupun perempuan) harus ikut serta dalam
melaksanakan amar ma’ruf nahi munkar.
6
yang menyerupai perempuan dalam kelembutan, cara bicara, melihat, dan
gerakan serta tingkah lakunya.
Transgender merupakan istilah untuk mendeskripsikan seseorang
yang melakukan, merasa, berfikir atau terlihat berbeda dari jenis kelamin
yang ditetapkan saat mereka lahir. Orang-orang transgender
mengidrntifikasikan dirinya sebagai heteroseksual, biseksual, dll.
Transgender tidak terlepas dari upaya operasi ganti kelamin.
Dalam pandangan Islam, pada dasarnya Allah menciptakan manusia
dalam dua jenis saja, yaitu laki-laki dan perempuan (sesuai dengan QS Al-
Hujurat : 13). Selain itu, upaya pergantian kelamin dalam Islam tidak
diperbolehkan atau diharamkan. Namun, apabila seseorang memiliki
kelamin ganda maka diperbolehkan untuk melakukan operasi untuk
mematikan dan menghilangkan salah satunya.
Istilah waria, transgender, homoseksual, lesbian dan sejenisnya telah
digolongkan oleh Allah SWT sebagai kaum yang melampaui batas
sebagaimana ( QS Al-A,raf: 80-81 ) termasuk perbuatan keji (QS Hud: 78),
dan Allah tidak segan-segan memberikan azab sebagaimana yang
ditimpakan kepada kaum Luth.
2. Kepemimpinan perempuan dalam perspektif Islam
Pandangan Islam mengenai kepemimpinan perempuan lebih
menekankan secara konkret baik laki-laki maupun perempuan memiliki
kesadaran terhadap masalah politik. Kaum perempuan dalam Islam suatu
saat diperlukan untuk memikirkan persoalan ketatanegaraan dan ikut serta
menggerakkan dan melakukannya, sebab perempuan juga ikut bertanggung
jawab atas masalah keamanan dan ketentraman negara. Dalam Islam
diperbolaehkan seorang perempuan tegas dan tangkas seperti laki-laki,
namun harus tetap halus dan lembut sebagai wanita dan tidak menyimpang
dari aturan Islam.
7
Oleh sebab itu, setiap laki-laki dan perempuan harus memiliki
kesadaran politik dan jika memiliki keahlian maka harus saling mendukung
dan membari bantuan untuk pertimbangan dan koreksi supaya menjadi
lebih baik.
kesetaraan gender memang tidak bisa dilepaskan dari konteks yang selama ini
dipahami oleh masyarakat tentang peranan dan kedudukan laki-laki dan perempuan di
dalam realitas sosial mereka. Kondisi demikian mengakibatkan kesenjangan peran
sosial dan tanggung jawab sehingga terjadi diskriminasi, terhadap laki-laki dan
perempuan. Faktor utama penyebab kesenjangan gender adalah tata nilai sosial
budaya masyarakat, pada umumnya lebih mengutamakan laki-laki daripada
perempuan. Disamping itu, penafsiran ajaran agama yang kurang menyeluruhatau
cenderung dipahami menurut teks/tulisan kurang memahami realitas/kenyataan,
cenderung dipahami secara sepotong-sepotongkurang menyeluruh. Sementara itu,
kemampuan, kemauan dan kesiapan kaum perempuan sendiri untuk merubah keadaan
tidak secara nyata dilaksanakan. Berikut ini contoh-contoh keadilan gender dalam
kehidupan bermasyarakat:
a. Adanya hak-hak yang sama sebagai manusia, agar mampu berperan dan
berpartisipasi dalam berbagai kegiatan seperti:politik, hukum, ekonomi,
sosial budaya, pendidikan dan lain sebagainya.
b. Penghapusan diskriminasi dan ketidakadilan struktural, baik terhadap laki-
laki maupun perempuan.
c. Laki-laki dan perempuan sama-sama berpotensi untuk meraih prestasi
d. Laki-laki dan perempuan mempunyai fungsi yang sama sebagai khalifah,
yang akanmempertanggungjawabkan tugas-tugas kekhalifahannya di bumi,
sebagaimana halnya mereka harus bertanggung jawab sebagai hamba
Tuhan.
8
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pada masa kini, seorang
laki-laki atau wanita dapat menjadi seorang pemimpin. Namun demikian,
peraturan-peraturan yang syar’I harus tetap dijalankan. Kebebasan bagi seorang
wanita bukanlah sebuah kebebasan absolut. Seorang wanita yang berkecimpung
di dunia laki-laki harus tetap menjaga kehormatan dan tidak melanggar syari’at
Islam.
2. Saran
Saran ditujukan kepada para wanita adalah agar mereka dapat mewujudkan
cita-cita mereka dengan tanpa melanggar ketentuan-ketentuan syariat islam.
Perempuan boleh saja melakukan apa yang mereka inginkan dan mereka cita-
citakan. Tetapi seorang wanita yang bersuami harus mendapatkan izin dari
suaminya, dan wanita yang berada di bawah pengampuan walinya, maka harus
mendapatkan izin dari walinya.
DAFTAR PUSTAKA
9
1. Sudrajat, Anjar dkk. 2016. Dinul Islam Pendidikan Agama Islam di Perguruan
Tinggi Umum. Yogyakarta:UNY Press
2. http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pengabdian/eny-kusdarini-sh-
mhum/ppm-keadilan-dan-kesetaraan-gender.pdf
3. https://alimzebua.wordpress.com/2012/11/16/pendidikan-islam-dan-
kesetaraan-gender/
10