Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pada dasarnya Islam adalah agama yang menekankan spirit keadilan dan
keseimbangan dalam berbagai aspek kehidupan. Secara umum nampaknya al-
Qur’an mengakui adanya perbedaan (distinction) antara laki-laki dan
perempuan, tetapi perbedaan tersebut bukanlah perbedaan (discrimination)
yang menguntungkan satu pihak dan merugikan yang lain (perbedaan kodrati).
Perbedaan tersebut dimaksudkan untuk mendukung terciptanya hubungan yang
harmonis serta cikal bakal terwujudnya komunitas ideal. Sehingga keduanya
dapat saling melengkapi satu sama lain. Dalam permasalahan relasi ini antara
laki-laki dan perempuan, kesadaran akan perlunya reformasi pola hubungan
kearah yang lebih adil dan bernuansa kesetaraan terus berlanjut serta tetap
menjadi isu yang menarik dan penting untuk di bahas. Perempuan dianggap
lebih rendah dari kaum laki-laki. Dari sinilah kemudian muncul asumsi-asumsi
ketidak setaraan antara laki-laki dan perempuan. Bahwa perempuan tidak cocok
memegang kekuasaan ataupun tidak memiliki kemampuan yang dimiliki oleh
laki-laki. Islam  dengan tegas mengakui konsep kesetaraan gender,karena
prinsip pokok ajaran Islam adalah persamaan antar manusia, baik laki-laki
maupun perempuan yang membedakan tingkat ketaqwaannya kepada Allah.
Disisi Allah Swt, laki-laki dan perempuan adalah sama, keduanya diciptakan
untuk menyembah kepada-Nya.
Dengan permasalahan itulah makalah ini kami buat yang berfungsi untuk
mengetahui lebih lanjut apa itu gender,bagaimana ruang
lingkupnya,permasalahan-permasalahan dalam gender, dan aplikasinya.

1
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan gender?
2. Bagaimana prinsip-prinsip dan ruang lingkup gender?
3. Apa saja kontraversi permasalahan gender?
4. Bagaimana pengaplikasian gender dalam kehidupan sehari-hari?

1.3. Tujuan
1. Mengetahui maksud dari gender
2. Memahami prinsip dan ruang lingkup gender
3. Mengetahui kontraversi permasalahan gender dalam kehidupan sehari-hari
4. Dapat mengaplikasikan pengetahuan tentang gender dalam kehidupan
sehari-hari

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Gender


Istilah gender berasal dari bahasa latin Genus yang berarti jenis atau tipe.
Gender dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai jenis kelamin.
Namun, pada dasarnya gender yang dimaksud dalam islam berbeda dengan seks
atau jenis kelamin. Menurut Nasarudin Umar (2014:24) gender adalah sebuah
konsep yang digunakan untuk mengidentifikasi perbedaan-perbedaan antara
laki-laki dan perempuan ditinjau dari perspektif nonbiologis. Konsentrasi
gender biasanya meliputi aspek social, kultural, psikologis, dan aspek
nonbiologis lainnya.
Gender berbeda dengan seks dan jenis kelamin karena gender lebih
mengkaji tingkah laku dan hubungan sosial antara laki-laki dan perempuan.
Perbedaan gender dengan seks dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

NO Gender Seks/Jenis Kelamin

2
1. Bisa berubah Tidak bisa berubah
2. Dapat dipertukarkan Tidak dapat dipertukarkan
3. Tergantung budaya Berlaku dimana saja
4. Bukan kodrat (buatan masyarakat) Kodrat (ciptaan Tuhan)
Menurut Sri Sundari Sasongko (2009:10-11) bahwa terjadinya diskriminasi
gender atau ketidakadilan gender yang sering terjadi didalam keluarga,
masyarakat, dan tempat kerja adalah:
1. Sterotip/ citra buku, yaitu pelabelan terhadap jenis kelamin yang bersifat
negative dan menyebabkan ketidakadilan. Misalnya, perempuan yang
ramah dianggap genit dan laki-laki yang ramah dianggap perayu.
2. Subordinasi/penomorduaan, yaitu anggapan bahwa perempuan dianggap
lebih rendah atau posisinya dinomorduakan dibandingkan dengan laki-laki.
3. Marginalisasi, yaitu peminggiran salah satu jenis kelamin dari suatu
pekerjaan yang mengakibatkan kemiskinan. Misal, pergantian pekerjaan
wanita oleh mesin yang dikerjakan oleh laki-laki.
4. Beban ganda (Double Burden), yaitu pelimpahan pekerjaan kepada salah
satu jenis kelamin.
5. Kekerasan (Violance), yaitu perlakuan fisik maupun psikis yang bersifat
menyakiti.
Perbedaan laki-laki dan perempuan dilihat dari sifat, fungsi, ruang lingkup,
dan tanggung jawab:

NO Aspek Laki-laki Perempuan


1. Sifat Maskulin Feminin
2. Fungsi Produksi Reproduksi
3. Ruang lingkup Publik Domestik
4. Tanggung jawab (peran) Nafkah utama Nafkah tambahan

Adapun konstruksi biologis, social, dan agama antara laki-laki dan perempuan
dapat dilihat pada gambar dibawah ini:

3
Konstruksi Konstruksi Konstruksi
Biologis Sosial Agama
Secara fisik Berbeda peran Berbeda posisi
berbeda antara dan tanggung antara
laki-laki dan jawab antara perempuan dan
perempuan, laki-laki dan laki-laki, tidak
serta tidak dapat perempuan. dapat
dipertukarkan Dapat dipertukarkan
karena dipertukarkan karena ajaran
merupakan karena produk agama.
produk budaya.

Pada dasarnya, perbedaan peran antara laki-laki dan perempuan lebih


tepat jika menggunakan prinsip keadilan gender. Hal tersebut mengacu pada
tata nilai secara biologis, social, dan agama.

2.2. Ruang Lingkup dan Prinsip Gender


Allah menciptakan manusia sesuai dengan peran dan fungsinya, baik
dalam keluarga maupun masyarakat secara luas. Dalam Islam pembagian fungsi
dan peran antara laki-laki dan perempuan lebih memandang keadilan. Prinsip-
prinsip kesetaraan gender dalam Al Quran menurut Nasaruddin Umar
(2014:172-183) yaitu dalam surat Adz Dzariyat yang artinya “Dan Aku tidak
menciptakan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku”
Laki-laki dan perempuan memiliki potensi dan peluang yang sama untuk
menjadi hamba Allah. Allah memerintahkan kepada umat manusia untuk
senantiasa beribadah dan Allah SWT hanya memandang perbedaan dari tingkat
kemuliaan dan ketaqwaannya. Prinsip-prinsip gender antara lain:

4
1. Perempuan dan laki-laki mempunyai tugas yang sama sebagai khalifah di
bumi (khalifatu fil ardl)
Allah berfirman dalam surat Al-An’am : 165 yang artinya “dan Dialah
yang menjadikanmu penguasa di Bumi dan Dia meninggikan sebagian
kamu beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya
kepadamu. Sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”
Selain itu dalam surat Al-Baqarah : 30 juga dijelaskan bahwa manusia
dijadikan khalifah dimuka bumi. Dengan demikian laki-laki dan
perempuan mempunyai tugas yang sama sebagai khalifah di bumi yang
nantinya akan dipertanggung jawabkan.
2. Perempuan dan laki-laki sama-sama menerima perjanjian awal dengan
Tuhan
Dalam surat Al-A’raf : 172 dijelaskan bahwa laki-laki dan perempuan
telah menyatakan ikrar yang sama akan keberaaan Tuhan, tidak ada
diskriminasi antara keduanya.
3. Adam dan Hawa terlibat secara aktif dalam drama kosmis
Beberapa hal yang berkaitan dengan peristiwa Adam dan Hawa
dijelaskan sebagai berikut:
a. Keduanya diciptakan di surga dan memanfaatkan fasilitas surga (QS Al-
Baqarah : 35)
QS Al-Baqarah: 35, artinya:
Dan kami berfirman: “Hai Adam, diamilah oleh kamu dan istrimu surga
ini, dan makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi baik dimana
saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini, yang
menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang zalim”
b. Keduannya mendapat kualitas godaan yang sama dari setan (QS Al-
A’raf: 20)
Allah SWT berfirman:

5
“Maka syaitan membisikkan pikiran jahat kepada keduanya untuk
menampakkan kepada keduanya apa yang tertutup dari mereka yaitu
auratnya dan syaitan berkata: “Tuhan kamu tidak melarangmu
mendekati pohon ini, melainkan supaya kamu berdua tidak menjadi
malaikat atau tidak menjadi orang kekal (dalam surga)” (QS Al-
A’raf:20)
c. Sama-sama memohon ampun dan diampuni Allah
Allah berfirman dalam surat Al-A’raf: 23 yang artinya: “Ya Tuhan
kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak
mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah
kami termasuk orang-orang yang merugi”
4. Perempuan dan laki-laki memiliki potensi yang sama untuk meraih prestasi
Dalam QS Ali-Imran: 195, An-Nisa : 124, An-Nahl: 97 telah dijelaskan
bahwa konsep kesetaraan gender yang ideal dan ketegasan prestasi
individual dalam bidang spiritual maupun karier professional tidak
didominasi satu jenis kelamin saja.
5. Perempuan dan laki-laki memiliki potensi yang sama untuk berdakwah
amar ma’ruf nahi munkar
Berdasarkan QS Ali-Imran : 104 dan 110 dijelaskan bahwa setiap umat
Islam (baik laki-laki maupun perempuan) harus ikut serta dalam
melaksanakan amar ma’ruf nahi munkar.

2.3. Kontraversi Permasalahan Gender


1. Waria dan transgender dalam perspektif Islam
Waria menurut KBBI adalah pria yang bersifat dan bertingkah laku
seperti wanita. Seorang pria dapat menjadi waria karena keadaan
biologisnya, orientasi seksual, maupun akibat pengkodisian lingkungan
pergaulan. Waria dalam bahasa Arab disebut al- Mukhannats yaitu laki-laki

6
yang menyerupai perempuan dalam kelembutan, cara bicara, melihat, dan
gerakan serta tingkah lakunya.
Transgender merupakan istilah untuk mendeskripsikan seseorang
yang melakukan, merasa, berfikir atau terlihat berbeda dari jenis kelamin
yang ditetapkan saat mereka lahir. Orang-orang transgender
mengidrntifikasikan dirinya sebagai heteroseksual, biseksual, dll.
Transgender tidak terlepas dari upaya operasi ganti kelamin.
Dalam pandangan Islam, pada dasarnya Allah menciptakan manusia
dalam dua jenis saja, yaitu laki-laki dan perempuan (sesuai dengan QS Al-
Hujurat : 13). Selain itu, upaya pergantian kelamin dalam Islam tidak
diperbolehkan atau diharamkan. Namun, apabila seseorang memiliki
kelamin ganda maka diperbolehkan untuk melakukan operasi untuk
mematikan dan menghilangkan salah satunya.
Istilah waria, transgender, homoseksual, lesbian dan sejenisnya telah
digolongkan oleh Allah SWT sebagai kaum yang melampaui batas
sebagaimana ( QS Al-A,raf: 80-81 ) termasuk perbuatan keji (QS Hud: 78),
dan Allah tidak segan-segan memberikan azab sebagaimana yang
ditimpakan kepada kaum Luth.
2. Kepemimpinan perempuan dalam perspektif Islam
Pandangan Islam mengenai kepemimpinan perempuan lebih
menekankan secara konkret baik laki-laki maupun perempuan memiliki
kesadaran terhadap masalah politik. Kaum perempuan dalam Islam suatu
saat diperlukan untuk memikirkan persoalan ketatanegaraan dan ikut serta
menggerakkan dan melakukannya, sebab perempuan juga ikut bertanggung
jawab atas masalah keamanan dan ketentraman negara. Dalam Islam
diperbolaehkan seorang perempuan tegas dan tangkas seperti laki-laki,
namun harus tetap halus dan lembut sebagai wanita dan tidak menyimpang
dari aturan Islam.

7
Oleh sebab itu, setiap laki-laki dan perempuan harus memiliki
kesadaran politik dan jika memiliki keahlian maka harus saling mendukung
dan membari bantuan untuk pertimbangan dan koreksi supaya menjadi
lebih baik.

2.4. Aplikasi Konsep Gender dalam Kehidupan


Konsep gender dapat disosialisasikan dalam kehidupan sehari-hari yaitu dengan
cara:
1. Diskusi seputar gender dalam pandangan Islam
2. Menerapkan keadilan gender dalam kehidupan bermasyarakat

kesetaraan gender memang tidak bisa dilepaskan dari konteks yang selama ini
dipahami oleh masyarakat tentang peranan dan kedudukan laki-laki dan perempuan di
dalam realitas sosial mereka. Kondisi demikian mengakibatkan kesenjangan peran
sosial dan tanggung jawab sehingga terjadi diskriminasi, terhadap laki-laki dan
perempuan. Faktor utama penyebab kesenjangan gender adalah tata nilai sosial
budaya masyarakat, pada umumnya lebih mengutamakan laki-laki daripada
perempuan. Disamping itu, penafsiran ajaran agama yang kurang menyeluruhatau
cenderung dipahami menurut teks/tulisan kurang memahami realitas/kenyataan,
cenderung dipahami secara sepotong-sepotongkurang menyeluruh. Sementara itu,
kemampuan, kemauan dan kesiapan kaum perempuan sendiri untuk merubah keadaan
tidak secara nyata dilaksanakan. Berikut ini contoh-contoh keadilan gender dalam
kehidupan bermasyarakat:

a. Adanya hak-hak yang sama sebagai manusia, agar mampu berperan dan
berpartisipasi dalam berbagai kegiatan seperti:politik, hukum, ekonomi,
sosial budaya, pendidikan dan lain sebagainya.
b. Penghapusan diskriminasi dan ketidakadilan struktural, baik terhadap laki-
laki maupun perempuan.
c. Laki-laki dan perempuan sama-sama berpotensi untuk meraih prestasi
d. Laki-laki dan perempuan mempunyai fungsi yang sama sebagai khalifah,
yang akanmempertanggungjawabkan tugas-tugas kekhalifahannya di bumi,
sebagaimana halnya mereka harus bertanggung jawab sebagai hamba
Tuhan.

8
BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pada masa kini, seorang
laki-laki atau wanita dapat menjadi seorang pemimpin. Namun demikian,
peraturan-peraturan yang syar’I harus tetap dijalankan. Kebebasan bagi seorang
wanita bukanlah sebuah kebebasan absolut. Seorang wanita yang berkecimpung
di dunia laki-laki harus tetap menjaga kehormatan dan tidak melanggar syari’at
Islam.

2. Saran

Saran ditujukan kepada para wanita adalah agar mereka dapat mewujudkan
cita-cita mereka dengan tanpa melanggar ketentuan-ketentuan syariat islam.
Perempuan boleh saja melakukan apa yang mereka inginkan dan mereka cita-
citakan. Tetapi seorang wanita yang bersuami harus mendapatkan izin dari
suaminya, dan wanita yang berada di bawah pengampuan walinya, maka harus
mendapatkan izin dari walinya.

DAFTAR PUSTAKA

9
1. Sudrajat, Anjar dkk. 2016. Dinul Islam Pendidikan Agama Islam di Perguruan
Tinggi Umum. Yogyakarta:UNY Press
2. http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pengabdian/eny-kusdarini-sh-
mhum/ppm-keadilan-dan-kesetaraan-gender.pdf
3. https://alimzebua.wordpress.com/2012/11/16/pendidikan-islam-dan-
kesetaraan-gender/

10

Anda mungkin juga menyukai