PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
2.2 Sejarah
Di tahun 1913 George H. Kirby dan pada tahun 1921 August Hoch keduanya
menggambarkan pasien dengan cirri campuran skizofrenia dan gangguan afektif
(mood). Karena pasiennya tidak mengalami perjalanandemensia prekoks ang
memburuk, Kerby dan Hoch mengklasifikasikan mereka di dalam kelompok psikosis
manik-depresi Emil Kraepelin. Di tahun 1933 Jacob Kasanin memperkenalkan istilah
“gangguan skizoafektif” untuk suatu gangguan dengan gejala skizofrenik dan gejala
mood yang bermakna. Pasien dengan gangguan ini juga ditandai oleh onset gejala
yang tiba-tiba, seringkali pada masa remajanya. Pasien cenderung memiliki tingkat
fungsi premorbid yang baik, dan seringkali suatu stressor yang spesifik mendahului
onset gejala. Riwayat keluarga pasien serigkali terdapat suatu gangguan mood.5
2.3 Epidemiologi
Prevalensi seumur hidup gangguan skizoafektif adalah kurang dari 1%,
kemungkinan dalam rentan 0,5%-0,8%. Namun angak tersebut angka adalah angka
perkiraan, pada pria lebih rendah daripada wanita. Onset umur pada wanita lebih
besar daripada pria, pada usia tua gangguan skizoafektif tipe depresi lebih sering
terjadi, sedangkan untuk usia muda lebih sering gangguan skizoafektif tipe bipolar.
Laki-laki yang gangguan skizoafektif kemungkinan menunjukkan perilaku antisosial.5
2.4 Etiologi
● Symptoms should be present for most of the time during at least 1 month
● Schizophrenia should not be diagnosed in the presence of organis brain disease
or during drug intoxication or withdrawal
Gejala-gejala afektif yang dijumpai khususnya pada gangguan skizoafektif
tipe manik diantaranya mood yang elasi dan adanya ide-ide kebesaran, terkadang
kegelisahan atau iritabilitas disertai oleh perilaku agresif. Terdapat peningkatan
energi, aktivitas yang berlebihan, konsentrasi yang terganggu, dan hilangnya
hambatannorma sosial, adanya waham kebesaran dan waham kejaran juga sering
ditemukan. Onset pada gangguan ini biasanya bersifat akut.(8)
Berikut gejala klinis skizofrenia berdasarkan pedoman penggolongan dan
diagnosis gangguan jiwa (PPDGJ-III).(9)
● Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua
gejala atau lebih bila gejala gejala itu kurang tajam atau kurang jelas) :
a. “thought echo” = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema dalam
kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya sama, namun
kualitasnya berbeda ; atau “thought insertion or withdrawal” = isi yang asing dan
luar masuk ke dalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar
oleh sesuatu dari luar dirinya (withdrawal); dan “thought broadcasting”= isi
pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain atau umum mengetahuinya;
b. “delusion of control” = waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu kekuatan
tertentu dari luar; atau “delusion of passivitiy” = waham tentang dirinya tidak
berdaya dan pasrah terhadap suatu kekuatan dari luar; (tentang ”dirinya” = secara
jelas merujuk kepergerakan tubuh / anggota gerak atau ke pikiran, tindakan, atau
penginderaan khusus). “delusional perception” = pengalaman indrawi yang tidak
wajar, yang bermakna sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau
mukjizat.
c. Halusinasi Auditorik: Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus
terhadap perilaku pasien, atau mendiskusikan perihal pasien pasein di antara
mereka sendiri (diantara berbagai suara yang berbicara), atau jenis suara
halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh.
d. Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat dianggap
tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal keyakinan agama atau
politik tertentu, atau kekuatan dan kemampuan di atas manusia biasa (misalnya
mampu mengendalikan cuaca, atau berkomunikasi dengan mahluk asing dan
dunia lain).
● Atau paling sedikit dua gejala di bawah ini yang harus selalu ada secara jelas :
e. Halusinasi yang menetap dan panca-indera apa saja, apabila disertai baik oleh
waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa kandungan
afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan (over-valued ideas)
yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama berminggu minggu atau
berbulan-bulan terus menerus.
f. Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan (interpolation),
yang berkibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak relevan, atau neologisme.
g. Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah (excitement), posisi tubuh
tertentu (posturing), atau fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme, dan stupor.
h. Gejala-gejala negatif, seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang, dan respons
emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang mengakibatkan
penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunnya kinerja sosial; tetapi harus
jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau medikasi
neuroleptika.
● Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun waktu
satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik (prodromal).
● Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu
keseluruhan (overall quality) dan beberapa aspek perilaku pribadi (personal
behavior), bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak
berbuat sesuatu sikap larut dalam diri sendiri (self-absorbed attitude) dan
penarikan diri secara sosial.
2.6. Diagnosis
Diagnosis dari gangguan skizoafektif ditegakkan dari hasil pemeriksaan yang
seksama mengingat luasnya tipe gejala klinis yang ditimbulkan. (5)Berikut merupakan
paduan diagnostik gangguan skizoafektif menurut Pedoman Penggolongan dan
Diagnosis Gangguan Jiwa III (PPDGJ-III) ; (9)
● Diagnosis gangguan skizoafektif hanya dibuat apabila gejala-gejala definitif
adanya skizofrenia dan gangguan afektif sama-sama menonjol pada saat yang
bersamaan (simultaneously), atau dalam beberapa hari yang satu sesudah yang
lain, dalam satu episode penyakit yang sama, dan bilamana, sebagai konsekuensi
dari ini, episode penyakit tidak memenuhi kriteria baik skizofrenia maupun
episode manik atau depresif.
● Tidak dapat digunakan untuk pasien yang menampilkan gejala skizofrenia dan
gangguan afektif tetapi dalam episode penyakit yang berbeda.
● Bila seorang pasien skizofrenik menunjukkan gejala depresif setelah mengalami
suatu episode psikotik, diberi kode diagnosis F20.4 (Depresi pasca
skizofrenia).Beberapa pasien dapat mengalami episode skizoafektif berulang,
baik berjenis manik (F25.0) maupun depresi (F25.1) atau campuran dari
keduanya (F25.2). Pasien lain mengalami satu atau dua episode skizoafektif
terselip di antara episode manik atau depresif (F30-F33).
bangkitan lebih sering terjadi daripada yang terlihat pada populasi umum.Gangguan
epileptik dengan psikosis diyakini mempunyai tingkat fungsi yang lebih baik
daripada pasien dengan gangguan spectrum skizofrenik. Kontrol bangkitan yang lebih
2.8 Penatalaksanaan
rumah sakit, medikasi, dan intervensi psikososial. Prinsip dasar yang mendasari
baik menggunakan antipsikotik tipikal serta pemberian obat mood stabilizer seperti
Terapi psikofamaka yang diberikan pada skizoafektif tipe manic adalah obat
golongan mood stabilizer, baik lithium atau carbamazepin sama ektifnya. Prinsip
diberikan sesuai dngan afek yang menonjol dan bahwa antipsikotik digunakan
Pada skizoafektif tipe manik, terapi yang dilakukan lebih agresif untuk mencapai
konsentrasi obat dalam darah pada tingkat menengah sampai tinggi. Ketika pasien
sudah dalam fase maintenans, dosis dapat diturunkan untuk menghindari efek
1. Psifarrmaka
dapat bermanfaat pada pengobatan pasien dengan gangguan skizoafektif. Satu studi
yang membandingkan lithium dengan karbamazepin memperlihatkan superioritas
karbamazepin pada gangguan skizoafektif tipe depresif, tetapi tidak ada perbedaan
kedua agen tersebut untuk tipe bipolar. Namun, pada praktiknya, pengobatan tersebut
digunakan luas secara tersendiri, digunakan bersamaan, atau kombinasi dengan agen
antipsikotik.(3)
dengan pemberian dosis mood stabilizer dalam kisaran konsenterasi terapeutik sedang
dosis dapat dikurangi sampai rentang rendah sampai sedang untuk menghindari efek
samping dan efek potensial terhadap sistem organ (cth., tiroid dan ginjal) dan
terhadap konsenterasi obat dalam plasma dan penapisan periodic tiroid, ginjal, dan
fungsi hematologis harus dilakukan. Seperti pada semua kasus mania yang sulit
uptake serotonin selektif (SSRI) (cth., fluoxetine [Prozac] dan sertraline [Zoloft]
sering digunakan sebagai agen lini pertama. Namun pasien teragitasi atau insomnia
Berikut ditampikan penggolongan obat anti psikotik tipikal dan atipikal :(12)
1. Phenotiazine
Trifluoperazine (Stelazine)
Fluphenazine (Anatensol)
● Rantai Piperidine : Thioridazine (Melleril)
Olanzapien (Zyprexa)
Quetiapine (Seroquel)
Zotepine (Ludopin)
Aripiprazole (Abilify)
pada reseptor pasca-sinaptik neuron di otak, khususnya di sistem limbic dan sistem
2. Psikososial
tersebut harus dijelaskan kepada pasien.Kisaran gejala mungkin sangat luas, karena
pasien mengalami keadaan psikosis dan variasi kondisi mood yang terus
perubahan sifat dan kebutuhan pasien tersebut.Perlu diberikan regimen obat yang
Menurut pedoman National Institute for Health and Care Excellent (NICE),
setiap pasien dengan gejala skizofrenia harus diberikan terapi Cognitive Behavioural
Therapy (CBT) dan bagi keluarga dekat pasien harus di edukasikan untuk melakukan
terapi keluarga. Terapi CBT bisa membantu pasien dalam mengatasi waham dan
halusinasi berkepanjangan.Tujuannya ialah untuk meringankan penderitaan dan
kecacatan, dan tidak untuk menghilangkan gejala dari gangguan tersebut. Terapi CBT
mencakup :(13)
● Mencoba untuk menantang atau memiliki pikiran yang berbeda mengenai suara
mendengarkan musik atau meminta suara yang didengarkan untuk pergi saja.
Dukungan psikologis merupakan hal yang sangat penting bagi pasien yang
keluarga untuk mengurangi ekspresi yang berlebihan terkait gejala yang dialami
pasien, hal ini terbukti efektif untuk mencegah terjadinya kekambuhan pada pasien.
(13)
Art therapies (Terapi seni) juga sangat membantu dalam mengatasi gejala
negatif pada pasien. Pasien juga diharapkan bisa berbagi pengalaman bersama
temannya yang mengalami gejala yang sama, hal ini diharapkan dapat membantu
prognosis skizoafektif lebih baik dari pada skizofrenia tetapi lebih buruk bla
dibandingkan dengan gangguan mood. Perjalanan penyakitnya cenderung
tidak mengalami deteriorasi dan responnya terhadap litium lebih baik daripada
skizofrenia.
BAB III
LAPORAN KASUS
I IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. H
Jenis Kelamin : Perempuan
Tanggal Lahir : 23 februari 1983
Umur : 36 tahun
Alamat : Rayeuk Glangglong, Matangkuli
Status Pernikahan : Belum Menikah
Pekerjaan : Pelajar/Mahasiswa
Pendidikan Terakhir : SMA
Agama : Islam
Suku : Aceh
TMRS : 11 November 2019
Tanggal Pemeriksaan : 25 November 2019
A. Keluhan Utama
Mengamuk
a. Autoanamnesis
Pasien mengatakan bahwa dirinya di bawa ke Rumah Sakit Jiwa Aceh dipaksa
oleh abang nya untuk berobat. Pasien menegaskan bahwa dirinya tidak sakit. Ketika
kacau, melempar barang yang ada di sekitarnya. Pasien juga mengaku mendengarkan
bisik-bisikan dengan kata “Pergi” dan iya mengikuti bisakan tersebut. Pasien
mengatakan bahwa suaminya telah menikah lagi dengan wanita lain sudah 3 tahun
yang lalu. pasien menyakal mempunyai sakit fisik, menggunakan narkoba disangkal.
b. Alloanamnesis
dan mengganggu lingkungan sekitar hal sudah memberat 3 hari SMRS. Abang pasien
juga mengatakan bahwa pasien pernah mengalami riwayat gangguan jiwa pada tahun
2013 dan terakir di rawat di bangsal zaitun di RS Calang pada bulan maret 2019.
Pasien datang ke Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Jiwa Aceh diantar oleh
keluyuran dan mengganggu lingkungan sekitar hal ini sudah memberat 3 hari SMRS.
Pasien banyak bicara tidak seperti biasanya, terkadang juga berbicara sendiri di
kamar, keluyuran sampai tengah malam. Pasien menegaskan bahwa dirinya tidak
mendengarkan bisik-bisikan dengan kata “Pergi” dan iya mengikuti bisakan tersebut.
Pasien mengatakan bahwa suaminya telah menikah lagi dengan wanita lain sudah 3
tahun yang lalu. Namun pasien mengaku belum diceraikan. pasien menyangkal
Tidak
E. Riwayat Pengobatan
F. Riwayat Sosial
G. Riwayat Pendidikan
Pasien merupakan anak ketujuh dari tujuh bersaudara, pasien adalah anak
yang diharapkan, selama mengandung ibu ada melakukan pemeriksaan kehamilan
dan tidak ada keluhan selama kehamilan, lahir spontan di bidan dengan berat dan
panjang badan normal.
2. Riwayat masa (0-3 tahun)
Pasien diasuh oleh orang tua, mendapatkan ASI eksklusif, pertumbuhan dan
perkembangan sesuai dengan anak seusiannya.Sejak kecil paling dekat dengan
ibunya.
3. Riwayat masa (4-11 tahun)
Pasien anak yang biasa saja, tidak pernah tinggal kelas, dapat beradaptasi
dengan teman sebayanya.
4. Riwayat masa remaja
Pasien merupakan anak yang dapat bergaul dengan baik.
5. Riwayat psikoseksual
Tidak mempunyai riwayat penyimpangan seksual.
midclavicular sinistra
C. Status Neurologi
1. GCS : E4V5M6
2. Tanda rangsangan meningeal : (-)
3. Peningatan TIK : (-)
4. Mata : Pupil isokor (+/+), Ø3mm/3mm,
C. Pembicaraan
Cepat
Spontan
Logorrhea
D. Pikiran
1. Arus pikir
● Koheren : (-)
● Inkoheren : (-)
● Neologisme : (-)
● Sirkumstansial : (-)
● Tangensial : (-)
● Asosiasi longgar : (-)
● Flight of idea : (+)
● Blocking : (-)
2. Isi pikir
● Waham
E. Persepsi
1. Halusinasi
● Auditorik : (+)
● Visual : (-)
● Olfaktorius : (-)
● Taktil : (-)
2. Ilusi : (-)
F. Intelektual
1. Intelektual : Terganggu
2. Daya konsentrasi : Terganggu
3. Orientasi
4 Daya ingat
V. RESUME
Pasien datang ke Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Jiwa Aceh diantar oleh
keluyuran dan mengganggu lingkungan sekitar hal ini sudah memberat 3 hari SMRS.
Pasien banyak bicara tidak seperti biasanya, terkadang juga berbicara sendiri di
kamar, keluyuran sampai tengah malam. Pasien menegaskan bahwa dirinya tidak
kasar, bicara kacau, melempar barang yang ada di sekitarnya. Pasien juga mengaku
mendengarkan bisik-bisikan dengan kata “Pergi” dan iya mengikuti bisakan tersebut.
Pasien mengatakan bahwa suaminya telah menikah lagi dengan wanita lain sudah 3
tahun yang lalu. Namun pasien mengaku belum diceraikan. pasien menyangkal
pembicaraan: cepat, spontan dan loggorhea, arus pikir : Flight of idea,isi pikir
pasien merasa sehat dan tidak sakit namun mengakui tidak dapat mengontrol dirinya,
IX. TATALAKSANA
A. Farmakoterapi
Injeksi Lodomer 5 mg
Merlopam 1x2 mg
Risperidon 2 x 2mg
Lorazepam 1x2 mg
Trihexylphenidil 2x2 mg
B. Terapi Psikososial
O/Penampilan : perempuan,
sesuai usia,tidak rapi
Sikap : kooperatif
Pembicaraan:cepat,spontan,dan
loggorhea
Mood : hipertimik
Afek : Ekspansive
Keserasian : sesuai
Tilikan : T2
HR : 80x/i
RR : 19x/i
T: 36,6
Manik
Sikap : kooperatif
Pembicaraan:cepat,spontan,dan
loggorhea
Mood : hipertimik
Afek : Ekspansive
Keserasian : sesuai
Tilikan : T2
HR : 80x/i
RR : 19x/i
T: 36,6
Manik
Sikap : kooperatif
Pembicaraan:cepat,spontan,dan
loggorhea
Proses pikir : asosiasi longgar
Mood : hipertimik
Afek : Ekspansive
Keserasian : sesuai
Tilikan : T2
HR : 70x/i
RR : 18x/i
T: 36,6
Manik
36
BAB IV
PEMBAHASAN
Pasien dibawa oleh keluarganya karena mengamuk, mudah marah, banyak bicara,
sering keluyuran dan mengganggu lingkungan sekitar hal ini sudah memberat 3 hari SMRS.
Pasien banyak bicara tidak seperti biasanya, terkadang juga berbicara sendiri di kamar,
Pasien perempuan usia 37 tahun. Dari beberapa literature juga menyebut kan
prevalensi tertinggi yaitu pada perempuan dan memuncak pada setelah pernikahan.
Pada pemeriksaan status mental, tampak perempuan, tidak rapi, perawakan sesuai
usia, aktivitas psikomotor: gaduh gelisah, sikap terhadap pemeriksa: kooperatif, mood:
hipertimik (irritebel), afek: Appropriate, keserasian afek: serasi, pembicaraan: cepat, spontan
dan loggorhea, arus pikir : Flight of idea,isi pikir :halusinasi audiotorik ditemukan pada
pasien. Oleh karena itu pasien ini didiagnosis gangguan skizoafektif tipe manik, dikarenakan
adanya skizofrenia dan gangguan afektif yang sama-sama menonjol pada saat yang
bersamaan (simultaneously)..
Gejala psikotik pada pasien dijumpai adanya halusinasi audiotorik dan dijumpai pula
adanya delusion pada pasien yang menjadi kriteria diagnosis skizofrenia. Gejala manik yang
dapat kita temui pada pasien diantaranya adalah pasien kebanyakan bicara (logorrhea) dan
susah tidur.
Pasien ini mendapatkan terapi Injeksi Lodomer 5 mg, Merlopam 1x2 mg, Risperidon
obat APG II yang kedua diterima oleh FDA (Food and Drug Administration) sebagai
risperidone di usus tidak di pengaruhi oleh makanan dan efek terapeutik nya terjadi dalam
dosis rendah, pada dosis tinggi dapat terjadi EPS.Pemakaian risperidone yang teratur dapat
mencegah terjadinya kekambuhan dan menurunkan jumlah dan lama perawatan sehingga
baik digunakan dalam dosis pemeliharaan. Pemakaian riperidone masih diizinkan dalam
dosis sedang, setelah pemberian APG I dengan dosis yang kecil dihentikan, misalnya pada
pasien usia lanjut dengan psikosis, agitasi, gangguan perilaku yang di hubungkan dengan
demensia. 14
Risperidone dapat memperbaiki skizofrenia yang gagal di terapi dengan APG I tetapi
hasil pengobatannya tidak sebaik clozapine. Obat ini juga dapat memperbaiki fungsi kognitif
tidak hanya pada skizofrenia tetapi juga pada penderita demensia misalnya demensia
Alzheimer.4 Metabolisme risperidone sebagian besar terjadi di hati oleh enzim CYP 2D6
menjadi 9-hydroxyrisperidone dan sebagian kecil oleh enzim CYP 3A4. Hydroxyrisperidone
mempunyai potensi afinitas terhadap reseptor dopamin yang setara dengan risperidone.
fluoxetine dan paroxetine, karena antidepresan ini menghambat kerja dari enzim CYP 2D6
dan CYP 3A4 sehingga pada pemberian bersama antidepresan ini, maka dosis risperidone
harus dikurangi untuk meminimalkan timbulnya efek samping dan toksik. Metabolisme obat
ini dipercepat bila diberikan bersamaan carbamazepin, karena menginduksi CYP 3A4
dengan 2 x pemberian.Pada orang tua, gangguan liver atau ginjal dimulai dengan 0,5 mg,
minggu dari pengobatan awal, jika belum terlihat respon perlu penilaian ulang.Kadar puncak
terbuka dan terjadi hiperpolarisasi sinaptikmembran sel dan mendorong post sinaptik
membran sel tidak dapat dieksitasi. Benzodiazepine tidak menggantikan GABA, yang
mengarah ke peningkatan konduktansi ion klorida dan penghambatanpotensial aksi. Hal ini
terhadap susunan saraf pusat akan merangsang pada dosis rendah dan mendepresi pada dosis
toksik.15,16 Triheksifenidil adalah senyawa piperidin, dengan daya antikolinergik dan efek
sentralnya mirip atropin namun lebih lemah. Efek terapeutik sama seperti atropin, meskipun
efek samping yang tidak diinginkan jarang terjadi dan bila terjadi efek samping lebih berat. 16
Mula kerjanya triheksifenidil 1 jam dengan t½ eliminasi: 3.3 4.1 jam, konsentrasi puncak
dicapai dalam waktu 1-1.5 jam, dan memiliki masa kerja 1-12 jam.15,17 Obat ini spesifik untuk
kembali dopamin ke alam terminal saraf prasinaptik atau menimbulkan suatu efek agonis
juga memblok reseptor muskarinik pada sambungan saraf otot sehingga terjadi relaksasi.
39
Pemberian secara oral triheksifenidil diabsorbsi cukup baik dan tidak terakumulasi
dijaringan. Ekskresi terutama bersama urin dalam bentuk metabolitnya. 15Dosis spesifik sesuai
dengan kebutuhan pasien.Terapi harus mulai dosis terendah yang direkomendasikan dan
dinaikkan secara bertahap dengan melihat kondisi klinis dan adanya kejadian
tidak lebih dari 15 mg sehari. Dosis dinaikan sampai diperoleh hasil yang diharapkan.
Triheksifenidil diberikan 4 sampai dengan 8 minggu, dan coba diturunkan untuk melihat
apakah pasien masih membutuhkan. Obat dihentikan secara perlahanselama satu sampai
dengan duaminggu.15
Untuk mencegah kekambuhan, banyak hal lainnya yang dapat dilakukan selain
menganjurkan pasien untuk konsisten dalam terapi farmakologi, diantaranya dengan cara
memberikan psikoedukasi yang baik kepada pasien terkait kondisinya. Selain itu perawatan
berbasis keluarga juga sangat diperlukan, keluarga diharapkan lebih memahami kondisi sakit
mental yang dialami pasien, memahami pula berbagai cara yang dapat dianjurkan kepada
pasien untuk menangani gejala yang timbul, serta keluarga dapat menunjang perbaikan
komunikasi pada pasien. Hal ini bisa membangkitkan perbaikan fungsi sosial di dalam diri
pasien sehingga pasien bisa semakin produktif dari hari ke hari, dan tentunya dapat
convulsive Therapy (ECT) juga dinilai sangat baik dalam mencegah terjadinya kekambuhan
BAB IV
KESIMPULAN
40
Gangguan skizoafektif merupakan suatu penyakit dengan gejala psikotik yang persisten
seperti halusinasi atau delusi, dimana gejala ini terjadi bersamaan (simultaneously) dengan
masalah suasana perasaan (mood disorder) seperti depresi, manik atau episode
Terapi pada pasien skizoafektif terbagi menjadi terapi farmakologis dan terapi non-
farmakologis. Pada kasus gangguan skizoafektif tipe manik terapi kombinasi yang diberikan
adalah terapi anti-psikotik dan mood stabilizer, diantaranya mencakup Clozapine 250mg, dan
Art therapies, dan lain sebagainya. Prognosis bisa diperkirakan dengan melihat seberapa jauh
menonjolnya gejala skizofrenia nya, atau gejala gangguan afektif nya. Semakin menonjol
dan persisten gejala skizofrenianya, maka prognosisnya akan semakin buruk. Sebaliknya
apabila gejala-gejala afektifnya tampak lebih menonjol, maka prognosis diperkirakan akan
lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA.
41
1. Muslim R. Diagnosis Gangguan Jiwa: Ringkasan PPDGJ III dan DSM-5. Bagian Ilmu
Kesehatan Jiwa. FK Universitas Unika Atma Jaya: Jakarta. 2013
2. Aprin Enny Kartika. 2016. Pola Pengobatan Dan Outcome Terapi Pasien
Skizoafektif. Universitasgadjah Mada. Diunduh dari Http://Etd.Repositoryugm.Ac.Id/
3. Sadock, Benjamin J. Kaplan dan Sadock Buku Ajar Psikiatri Klinis. Ed 2. Jakarta:
EGC: 2010.
4. Elvara D. S. Hadisukanto G. editor Kusmadewi I., Siste K. 2014. Buku Ajar psikiatri.
Edisi II. Jakarta. Fakultas Kedokteran Indonesia