Anda di halaman 1dari 3

Lembar Jawaban Soal Ujian Akhir Semester

Universitas Pembangunan Pancabudi

Nama Akhmad Kholis Nasution


NPM 1715210123
Mata Kuliah Ekonomi Syari’ah
Kelas Reguler Sore Semester 6
Tanggal Ujian Senin, 24 Juni 2020

1. Penertian Ekonomi Syar'iah Menurut 3 Para Ahli

Yusuf Qardhawi. Pengertian Ekonomi Syariah merupakan ekonomi yang berdasarkan


pada ketuhanan. Esensi sistem ekonomi ini bertitik tolak dari Allah, tujuan akhirnya
kepada Allah, dan memanfaatkan sarana yang tidak lepas dari syari’at Allah.

M.M. Metwally. Ekonomi Syariah merupakan ilmu yang mempelajari perilaku


muslim (yang beriman) dalam suatu masyarakat Islam yang mengikuti al Qur’an,
Hadis, Ijma dan Qiyas.

Muh. Nejatullah ash-Shiddiqi. Pengertian Ekonomi Syariah adalah tanggapan atau


respon para pemikir muslim terhadap berbagai tantangan ekonomi pada masa tertentu.
Dalam hal ini mereka dituntun oleh Al-Qur’an dan sunnah serta akal (pengalaman dan
ijtihad).

2. Falsafah Ekonomi Syar'iah & Tujuan Ekonomi Syar'iah

Ekonomi dalam perspektif islam adalah kesatuan dalam keanekaragaman. Kesatuan


ekonomi islam ada dalam tujuannya, yaitu menciptakan kesejahteraan, keadilan dan
pemerataan sebagai wujud amal salih atau kesalihan sosial. Keanekaragamannya ada
pada aktualisasi (kemampuan memandang suatu hal) dalam ruang kosmik (alam
semesta) secara berbeda, seperti ada yang berbasis bebatuan, ada yang berbasis
dibumi dan ada pula yang berbasis langit. Bentuk ekonomi islam juga dilakukan oleh
muslim berbeda satu sama lainnya, baik kapasitas, keahlian maupun konsep
pemikirannya.

3. Karakteristik & Prinsip Ekonomi Syar'iah

Karakteristik Ekonomi Syariah adalah mendorong terciptanya keseimbangan antara


kerohanian dan kebendaan dalam aktivitas Ekonomi. Keseimbangan yang dimaksud
adalah motif material seperti keinginan untuk memperoleh harta dan keuntungan
harus sejalan dengan motif spiritual untuk menjalankan syariat agama.
Pelaksanaan ekonomi syariah harus menjalankan prinsip-prinsip sebagai berikut
(Sudarsono, 2002:105):
Berbagai sumber daya dipandang sebagai pemberian atau titipan dari Allah swt
kepada manusia.
Islam mengakui pemilikan pribadi dalam batas-batas tertentu.
Kekuatan penggerak utama Ekonomi Syariah adalah kerja sama.
Ekonomi Syariah menolak terjadinya akumulasi kekayaan yang dikuasai oleh
segelintir orang saja.
Ekonomi Syariah menjamin pemilikan masyarakat dan penggunaannya direncanakan
untuk kepentingan banyak orang.
Seorang muslim harus takut kepada Allah swt dan hari penentuan di akhirat nanti.
Zakat harus dibayarkan atas kekayaan yang telah memenuhi batas (nisab).
Islam melarang riba dalam segala bentuk.

4. Dalam islam terdapat nilai-nilai yang membuat sebuah produksi tidak saja
mendatangkan keuntungan, tetapi juga mendatangkan berkah. Nilai-nilai tersebut
adalah :

1. Berwawasan jangka panjang, yaitu berorientasi kepada tujuan akhirat;

2. Menepati janji dan kontrak, baik dalam lingkup internal atau eksternal;

3. Memenuhi takran, ketepatan, kelugasan dan kebenaran;

4. Berpegang teguh pada kedisiplinan dan dinamis;

5. Memuliakan prestasi/produktifitas;

6. Mendorong ukhuwah antarsesama pelaku ekonomi;

7. Menghormati hak milik individu;

8. Mengikuti syarta sah dan rukun akad/transaksi;

9. Adil dalam bertransaksi;

10. Memiliki wawasan social;

11. Pembayaran upah tepat waktu dan layak;

12. Menghindari jenis dan proses produksi yang diharamkan dalm islam.

5. Instrumen pasar modal syariah dengan prinsip-prinsip syariah adalah sebagai


berikut:
Muqaradah atau Mudharabah Funds
Dana dalam bentuk saham yang memberikan kesempatan kepada para investor untuk
bersama-sama dalam pembiayaan atau investasi dengan perjanjian bagi hasil dan bagi
risiko (profit and loss sharing). Pihak yang tergabung dalam investasi pada umumnya
diikat dengan suatu perjanjian dalam bentuk syirkah apabila badan usaha itu
berbentuk Perseroan Terbatas (PT), sehingga pemodal (shohibul maal) ikut serta
dalam pengelolaan atas perusahaan yang diinvestasikan.
Muraqadhah atau mudharabah Bonds
Obligasi yang sesuai dengan prinsip syariah adalah obligasi yang berdasarkan prinsip
mudharabah. Biasanya dikeluarkan oleh perusahaan yang bertujuan membiayai
proyek-proyek tertentu atau proyek dari kegiatan perusahaan yang bersifat jangka
panjang. Perusahaan yang menerbitkan obligasi syariah (mudharabah) bertindak
sebagai mudharib (pengelola) yang tujuannya adalah membiayai proyek tertentu dan
pada saat yang sama investor merupakan pihak yang memiliki dana tersebut (shohibul
maal).

6. Dalam al-Qamus al-Muhith dan Lisan al-‘Arab dijelaskan; Akad menurut bahasa
berarti ikatan atau tali pengikat. Pengertian akad secara hakiki (hissy) ini kemudian
digunakan untuk sesuatu yang bersifat asbstrak berupa ucapan dari kedua belah pihak
yang sedang berdialog atau berkomunikasi

Syarat jual beli dalam Islam:

Berakal. Sesorang yang bertransaksi harus baligh dan berkemampuan dalam mengatur
uang.
Kehendak diri. Melakukan transaksi harus sukarela tidak karena terpaksa.
Mengetahui. Para pihak harus mengetahui kejelasan barang dan harga jualnya.
Suci barangnya. Barang yang diperjualbelikan tidak mengandung najis dan bukan
barang yang haram.
Barang bermamfaat. Barang yang diperjualbelikan bermamfaat dan tidak mubazir.
Barang Sudah dimiliki. Penjual sudah memiliki hak menjual barang tersebut, baik
barang tersebut sudah dibeli dari produsen ataupun telah memproleh izin menjual
barang dari pemilik barang.
Barang dapat diserahterimakan. Jika barang tidak dapat diserahkan akan
menimbulkan kerugian salah satu pihak.
Ijab dan qabul transaksi harus saling berhubung. Tidak terpisah meski berbeda tempat
Lafadz dan perbuatan harus jelas. Pengucapan menjual dan membeli harus jelas agar
tidak ada kekeliruan.

Anda mungkin juga menyukai