BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian
pulih seperti sebelum hamil dan secara normal masa nifas berlangsung enam
minggu.
a. Pureperium dini yaitu kepulihan saat ibu diperbolehkan berdiri dan berjalan-
agama islam, dianggap telah bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari.
c. Pureperium lanjut (remote), yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan
kembali sehat sempurna terutama jika selama hamil atau sewaktu persalinan
6
7
Dengan diberikannya asuhan, ibu akan dapat fasilitas dan dukungan dalam
upayanya untuk menyesuaikan peran barunya sebagai ibu (pada kasus ibu dnegan
kelahiran anak pertama) dan pendampingan keluarga dalam membuat bentuk dan
pola baru dengan kelahiran anak berikutnya. Jika ibu dapat melewati masa ini
dengan baik maka kesejahteraan fisik dan psikologis bayi pun akan meningkat.
Meskipun ibu dan keluarga mengetahui ada permasalahan kesehatan pada ibu
nifas yang memerlukan rujukan, namun tidak semua keputusan yang diambil tepat,
misalnya mereka lebih memilih untuk tidak datang kefasilitas pelayanan kesehatan
keluarga maka keputusan tepat dapat diambil sesuai dengan kondisi pasien
untuk mampu melakukan perannya dalam situasi keluarga dan budaya yang
khusus pada saat memberikan asuhan nifas, keterampilan seorang bidan sangat
Dengan pemberian asuhan yang maksimal pada ibu nifas kejadian tetanus dapat
dihindari, meskipun untuk saat ini angka kejadian tetanus sudah banyak mengalami
penurunan.
f. Mendukung pelaksanaan metode yang sehat tentang pemberian makan anak, serta
peningkatan pengembangan hubungan yang baik antara ibu dan anak. saat bisa
memberikan asuhan pada masa nifas, materi dan pemantauan yang diberikan tidak
hanya sebatas pada lingkup permasalahan ibu, tapi bersifat menyeluruh terhadap
kesehatan anak dan keluarga mengenai upaya mereka dalam rangka peningkatan
anatara ibu, anak dan keluarga juga dapat ditingkatkan melalui pelaksanaan asuhan
1) Uterus
hamil. Dengan involusi uterus ini, lapisan luar dari desidua yang mengelilingi situs
b) Lokhea
Lokhea adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas. Lokhea mengandung
darah dan sisa jaringan desidua yang nekrotik dari dalam uterus. Lokhea dibedakan
Lokhea ini keluar pada hari 1-4 masa post partum. Cairan yang keluar berwarna
merah karena terisi darah segar jaringan sisa-sisa plasenta, dinding rahim, lemak
Lokhea ini berwarna merah kecoklatan dan berlendir, serta berlangsung dari
atau robekan leserasi plasenta. Keluar pada hari ke 7-14 post partum
Lokhea ini mengandung leukosit, sel desidua, sel epitel selaput lendir serviks
dan serabut jaringan yang mati. Lokhea alba ini dapat berlangsung 2-6 minggu post
partum.
Perubahan yang terjadi pada serviks ialah bentuk serviks agar mengagah seperti
corong, segera setelah bayi lahir. Bentuk ini disebabkan oleh corpus utreri yang
olah pada perbatasan antara korpus dan serviks berbentuk semacam corong.
10
Vulva dan vagina mengalami penekanan, serta pegangan yang sangat besar
selama proses melahirkan bayi. Dalam beberapa hari pertama sesudah proses
tersebut, kedua organ ini tetap dalam keadaan kendur. Setelah 3 minggu vulva dan
vagina kembali kepada tidak hamil dan rugae dalam vagina secara berangsur-
d. Perineum
teregang oleh tekanan bayi yang bergerak maju. Pada post partum hari ke 5,
Biasanya ibu akan mengalami konstipasi setelah persalinan. Hal ini disebabkan
Setelah proses persalinan berlangsung biasanya ibu akan sulit untuk BAB pada
4 jam pertama. Kemungkinan penyebab dari keadaan ini adalah terdapat spasme
spinkter dan edema leher kandung kemih sesudah bagian ini mengalami
berlangsung.
11
yang berada diamtara anyaman otot-otot uterus akan terjepit. Proses ini akan
1) Hormone plasenta
Cariotic Genadotropin) menurun dengan cepat dan menetap sampai 10% dalam 3
hari hingga hari ke 7 post partum dan sebgai omset pemenuhan mammae pada
2) Hormone ptituary
Hormon prolactin darah akan meningkat dengan cepat. Pada wanita yang tidak
4) Kadar estrogen
1) Suhu badan
Dalam 1 hari (24 jam) post partum, suhu badan anak naik sdikit (37,5-38,5 oC)
sebagai akibat kerja keras sewaktu melahirkan kehilangan cairan dan kelelahan
2) Nadi
Denyut nadi setelah melahirkan biasanya akan lebih cepat. Setiap denyut nadi
yang melebihi 100x/menit adalah abnornarmal dan hal ini menunjukkan adanya
kemungkinan infeksi.
3) Teknan darah
Tekanan darah biasanya tidak berubah. Kemungkinan tekanan darah akan lebih
rendah setelah ibu melahirkan karena ada perdarahan. Tekanan darah tinggi pada
saat post partum dapat menandakan adanya pre eklamsi post partum.
4) Pernafasan
Keadaan pernafasan selalu berhubungan dengan suhu dan denyut nadi. Bila
suhu dan nadi tidak normal, maka pernafasan juga akan mengikutinya. Kecuali bila
darah yang meningkat, yang diperlukan oleh plasenta dan pembuluh darah uteri.
sehingga mengurangi volume plasma kembali pada proporsi normal. Aliran ini
terjadi pada 2-4 jam pertama setelah kelahiran bayi. Selama masa ini, ibu
Pada persalinan, vagina kehilangan darah sekitar 20 ml, volume darah dan kadar
Hct (Hematocrit).
plasma, serta faktor-faktor pembekuan darah makin meningkat. Pada hari pertama
post partum, kadar vibrinogen dan plasma akan sedikit menurun, tetapi darah akan
meningkat dengan jumlah sel darah putih dapat mencapai 15.000 selama proses
persalinan akan tetap tinggi dalam beberapa hari post partum. Jumlah sel darah
tersebut masih dapat naik lagi sampai 25.000-30.000 tanpa adanya kondisi
sebagai berikut:
Setelah melahirkan ibu mengalami perubahan fisik dan psikologis yang juga
kegembiraan yang luar biasa, menjalani proses eksplorasi dan stimulasi terhadap
diperlukan tentang apa yang harus diketahuinya dan perawatan untuk bayinya dan
merasa tanggung jawab yang luar biasa. Sekarang untuk menjadi seorang “ibu”.
Tidak menherankan bila ibu mengalami sedikit perubahan perilaku dan sekali
14
merasa kerepotan. Masa ini adalah masa rentan dan terbuka untuk bimbingan dan
pembelajaran
(a) Periode ini terjadi 1-2 hari sesudah melahirkan. Ibu baru pada umumnya pasti
melahirkan
(c) Tidur tanpa gangguan sangat penting untuk mengurangi gangguan kesehatan
(e) Alam memberikan asuhan harus dapat memasilitasi kebutuhan psikologis ibu.
Pada tahap ini, perawat/bidan dapat menjadi pendengar yang baik ketika ibu
(b) Ibu menjadi perhatian pada kemampuannya menjadi porang tua yang sukses
(c) Ibu berkonsentrasi pada pengontrolan fungsi tubuhnya BAB, BAK, serta
(d) Ibu berusaha keras untuk menguasai keterampilan perawatan bayi, misalnya
(e) Pada masa ini ibu biasanya agak sensitif dan mersa tidak mahir dalam
(f) Pada tahap ini, perawat/bidan harus tanggap terhadap kemungkinan perubhan
yang terjadi
(g) Tahap ini merupakan waktu yang tepat bagi perawat/bidan untuk memberikan
ibu tidak nyaman karena periode ini biasanya terjadi pada minggu ke 5-6,
3) Letting/saling ketergantungan
(a) Ibu mengambil tanggung jawab terhadap perawatan bayi dan ia harus
beradaptasi dengan segala kebutuhan bayi yang sangat tergantung padanya. Hal
Kebutuhan dasar pada ibu masa nifas menurut Kumalasari (2015), sebagai
berikut:
1) Energy
Kkal. Rekomendasi ini berdasarkan pada asumsi bahan tiap 100cc ASI
2) Protein
20gr perhari. Dasar ketentuan ini adalah tiap 100 cc ASI mengandung 1,2 protein.
b. Ambulasi dini
keluar dari tempat tidurnya dan membimbing untuk berjalan, menurut penelitian,
penyakit anemia, jantung, paru-paru, demam dan keadaan lain yang masih
membutuhkan istitrahat.
Dalam 6 jam post Sc pasien juga sudah harus dapat BAK. Semakin lama urine
perkemihan, misalnya infksi. Biasanya, pasien menahan air kencing karena takut
akan merasakan sakit pada luka jalan lahir. Perawat/bidan harus dapat meyakinkan
pada pasien bahwa BAK sesegera mungkin setelah melahirkan akan mengurangi
komplikasi post SC. Berikan dukungan mental pada pasien bahwa ia mampu
menahan sakit pada luka jalan lahir akibat terkena air kencing karena ia pun sudah
d. Kebersihan diri
Karena kelelahan dan kondisi psikis yang belum stabil, biasanya ibu post SC
masih belum cukup kooperatif untuk membersihkan dirinya. Perawat atau bidan
harus bijaksana dalam memberikan motivasi ini tanpa mengurangi keaktifan ibu
untuk melakukan personal hygiene secara mandiri. Pada awal perawat/bidan dapat
e. Istirahat
untuk beristirahat yang cukup sebagai persiapan untuk energi menyusui bayinya
f. Seksual
Secara fisik, aman untuk melakukan hubungan seksual begitu darah merah
berhenti dan ibu dapat memasukkan ½ jarinya kedalam vagina merasa nyeri.
Banyak budaya dan agama yang melarang untuk melakukan hubungan seksual
bersangkutan.
1. Pengertian
Sectio caesarea adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan melalui
suatu insisi pada dinding depan perut dan dinding rahim dengan syarat rahim
dalam keadaan utuh serta berat janin diatas 500 garam (Jitoiyono dan Kristianasari,
2010). Sectio caesarea adalah persalinan melalui insisi abdominal dan uterus
melalui insisi pembedahan, tindakan dilakukan jika persalinan tidak bisa dilakukan
(Purnama, 2013).
18
Sectio caesarea adalah suatu tindakan yang dilakukan dengan tujuan untuk
melahirkan bayi melalui sayatan pada dinding rahim yang masih utuh untuk
2. Etiologi
Menurut Purnama (2013), indikasi sectio caesarea dari aktor ibu adalah ibu
disporposi kepala panggul, serviks kaku atau tidak membuka, hipertensi dalam
obstruksi tumor benigna atau maligna dan sebelumnya dilakukan operasi caesarea.
placenta dan prolaps tali pusat. Faktor lainnya adalah meliputi kondisi fetus besar,
fetal distress (gawat janin), anomali mayor fetal, multi gestasi atau kembar siam
dan presentasi abnormal (Purnama, 2013). Dari beberapa fakor sectio caesarea
Adalah ukuran lingkar panggul ibu tidak sesuai dengan ukur lingkar secara
membentuk rongga panggul yang merupakan jalan yang harus dilalui oleh janin
ketika akan lahir secara alami. Bentuk panggul yang menunjukkan kelainan atau
perdarahan dan infeksi, pre – eklamsi merupakan penyebab kematian materna dan
perinatal paling penting dalam ilmu kebidanan. Karena itu diagnosa dini amatlah
penting, yaitu mampu mengenali dan mengobati agar tidak berlanjut menjadi
eklamsi.
persalinan dan ditunggu satu jam belum terjadi inpartu. Sebagian besar ketuban
pecah dini adalah ahamil aterm diatas 37 minggu, sedangkan dibawah 36 minggu.
d) Bayi kembar
Tidak selamanya bayi kembar dilahirkan secara caesar. Hal ini karena
kelahiran kemar memiliki resiko terjadinya komplikasi yang lebih tinggi dari pada
kelahian satu bayi. Selain itu, bayi kembar pun dapat mengalami sungsang atau
Adanya gangguan pada jalan lahir, misalnya jalan lahir yang tidak
memungkinkan adanya pembukaan, adanya tumor dan kelainan bawaan pada jalan
Bagian terbawah adalah puncak kepala, pada pemerikasaan dalam teraba UUB
b) Presentasi muka
Letak kepala tengadah (defleksi), sehingga bagian kepala yang terletak paling
c) Presentasi dahi
Posisi kepala antara fleksi dan defleksi, dahi berada pada posisi terendah dan
tetap paling depan. Pada penempatan dagu, biasaya dengan sendirinya akan
2) Letak sungsang
dengan kepala difundus uteri dan bokong berada dibagian bawah kavum uteri.
Dikenal beberapa jenis letak sungsang, yakni presentasi bokong kaki tidak
3) Indikasi janin
a) Letak lintang
Bila terjadi kesempitan panggul, maka sectio caesarea adalah jalan atau cara
yang terbaik dalam melahirkan janin dengan segala letak lintang yang janinnya
hidup dan besarnya biasa. Semua primigravida dengan letak lintang harus
21
ditolong dengan sectio caesarea walaupun tidak ada perkiraan panggul sempit.
Multipara dengan letak lintag dapat lebih dulu ditolong dengan cara lain.
b) Letang belakang
Sectio caesarea disarankan atau dianjurkan pada letak belakang bila panggul
4) Gawat janin
5) Janin besar
6) Kontra indikasi
a) Janin mati
7) Indikasi ibu
a) Panggul sempit
b) Placenta previa
d) Partus lama
3. Manifestasi klinis
d. Aliran lochea sedang dan bebas bekuan yang berlebihan (lochea tidak banyak
22
e. Kehilangan darah selama prosedur pembedahan kira – kira 600 – 800 ml)
prosedur
yaitu:
ruangan yang lebih besar untuk jalan lahir bayi. Jenis ini sudah sangat jarang
b. Sayatan mendatar dibagian atas dari kandung kemih sangan umum dilakukan
Hal ini dilakukan dalam kasus-kasus dimana perdarahan yang sulit tertangani
5. Komplikasi
a. Infeksi puerpuralis
2) Sedang: dengan kenaikan suhu yang lebih tinggi disertai dehidrasi atau
3) Berat: dengan peritonitis, sepsis dan ileus paralitik. Hal ini sering kita
2) Atonia uteri
c. Luka pada kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih bila
d. Suatu komplikasi yang baru kemudian tampak telah kurang kuatnya perut
pada dinding uterus, sehingga pada kehamilan berikutnya bisa terjadi ruptur
uteri. Kemungkinan hal ini lebih banyak ditemukan sesudah seto caesarea
klasik
6. Pemeriksaan penunjang
a. Hemoglobin atau hematokrit (Hb/Ht) untuk mengkaji perubahan dri kadar pra
e. Pemeriksaan elektrolit
7. Penatalaksanaan
a. Pemberian cairan
Karena 24 jam pertama penderita puasa pasca operasi, maka pemberian cairan
peintravena harus cukup banyak dan mengandung elektrolit agar tidak terjadi
hipotermi, dehidrasi, atau komplikasi pada organ tubuh lainnya. Cairan yang biasa
sesuai kebutuhan.
b. Diet
jumlah yang sedikit sudah boleh dilakukan pada 6-10 jam pasca operasi, berupa air
c. Mobilisasi
2) Miring kanan da kiri dapat dimulai sejak 6-10 jam setelah operasi
4) Hari kedua post operasi, penderita dapat didudukkan selama 5 menit da diminta
5) Kemudian posisi tidur terlentang dapat diubah menjadi posisi setengah duduk
25
duduk selama sehari, belajar berjalan, dan kemudian berjalan sendiri pada hari
d. Kateterisasi
Kandung emih yang penuh menimbulkan rasa nyeri dan tidak enak pada
biasanya terpasang 24-48 jam, lebih lama lagi tergantung jenis operasi dan eadaan
penderita.
e. Pemberian obat-obatan
1) Antibiotik
3) Obat-obatan lain
f. Perawatan luka
Konsisi balutan luka dilihat pada 1 haru post operai, bila basah dan berdarah
g. Perawatan rutin
h. Perawatan payudara
Pemberian ASI dapat dimulai pada hari post operasi jika ibu memutuskan tidak
Ibu yang sudah selesai dilakukan tindakan sectio caesarea akan dipindahkan
dala vagina harus dipantau secara ketat dan untuk melihat fundus uteri
berkontraksi dengan kuat dapat dilakukan dengan cara palpasi. Kenyamanan ibu
akan terganggu saat dilakukan palpasi dan ketika anastesi umum menghilang. Otot
anestesi menghilang dan ibu sadar penuh serta perdarahan minimal, tekanan darah
stabil, dan jumlah urine sekurng-kurangnya 30ml/jam maka ibu dapat dipindahkan
Ibu yang menjalani bedah caesar mungkin belum mengeluarkan ASI nya
dalam 24 jam pertama setelah melahirkan, kadangkala perlu waktu hingga 48 jam
walaupun demikian bayi tetap dianjurkan untuk didekatkan pada payudara ibu
timbulnya nyeri post partum yang secara fisiologis dapat menghambat pengeluaran
hormon oksitoksin yang sangat berperan dalam proses laktasi. Hormon oksitoksin
akan keluar melalui rangsangan ke puting susu melalui isapan mulut bayi atau
melalui pijatan pada tulang belakang ibu, dengan dilakukan pijatan pada tulang
27
belakang, ibu akan merasa tenang, rileks meningkatkan ambang rasa nyeri dan
mencintai bayinya, sehingga dengan begitu hormon oksitoksin keluar dan ASI pun
9. WOC
Post operasi SC
Ejeksi ASI
Hb Kekurangan
vol. cairan &
elektrolit
Kurang
O2 Efektif Tidak efektif
RESIKO SYOK
(HIPOVOLEMIK) Nutrisi bayi
Kelemahan terpenuhi
DEFISIT
PERAWATAN
DIRI Kurang informasi Bengkak
tentang perawatan
payudara
MENYUSUI
TIDAK
DEFISIT EFEKTIF
PENGETAHUAN
NUTRISI BAYI
KURANG DARI
KEBUTUHAN
Gambar 2.1 Woc post SC (Nurarif, 2015)
1. Pengertian
Nyeri adalah perasaan yang tidak nyaman yang sangat subjektif dan hanya
tersebut. Secara umum nyeri dapat didefinisikan sebagai perasaan tidak nyaman,
Menurut Smelzer dan Bare (2010), nyeri adalah pengalaman sensori dan
emosional yang tidak menyenangkan akibat dari jaringan yang aktual atau
potensial. Nyeri adalah salah satu sensori objektif dan pengalaman emosional
29
subjektif dan emosional yang tidak menyenangkan yang didapatkan terkait dengan
2. Etiologi
a. Trauma
2) Termal, yaitu timbul karena ujung saraf reseptor mendapat rangsangan akibat
3) Kimia, yaitu karena kontak dengan zat kimia yang bersifat asam dan bassa kuat
4) Elektrik, yaitu timbul karena pengaruh aliran listrik yang kuat mengenai
reseptor rasa nyeri yang menimbulkan kekejangan otot dan luka bakar
penekanan
f. Iskemi pada jaringan, misalnya pada blockade pada arteri kononaria yang
a. Jenis nyeri
(a) Nyeri superfisial, yaitu rasa yang muncul akibat rangsangan pada kulit atau
mukosa
(b) Nyeri viseral, nyeri yang muncul kibat stimulasi pada reseptor neri di rongga
(c) Nyeri alih, yaitu nyeri yang dirasakan pada daerah lain yang jauh dari lokasi
nyeri
2) Nyeri senteral, nyeri yang muncul akibat stimulasi pada medulla spinalis,
3) Nyeri psikogenik, nyeri yang tidak diketahui secara fisik, nyeri ini biasanya
b. Bentuk nyeri
1) Nyeri akut
Nyeri akut adalah nyeri yang terjadi setelah cidera akut, penyakit, atau
intervensi bedah dan memiliki awitan yang cepat dengan intensitas yang bervariasi
(ringan sampai berat) dan berlangsung untuk waktu yang singkat (Smeltzer, 2010).
Untuk tujuan definisi, nyeri akut dapat dijelaskan sebagai nyeri yang berlangsung
dari beberapa detik hingga enam bulan. Fungsi nyeri akut ialah memberi
Nyeri akut akan berhenti dengan sendiinya dan akhirnya menghilang dengan
atau tanpa pengobatan setelah keadaan pulih pada area yang terjadi kerusakan.
Nyeri akut berdurasi singkat (kurang dari enam bulan), memiliki omset yang tiba-
tiba, dan terlokalisasi. Nyeri ini biasanya disebabkan trauma bedah atau inflamasi.
Kebanyakan orang pernah mengalami nyeri jenis ini, seperti pada saat sakit kepala,
sakit gigi, terbakar, tertusuk duri, pasca persalinan, pasca pembedahan, dan lain
sebagainya.
Nyeri akut terkadang disetai oleh aktifitas sistem saraf simpatis yang akan
darah, peningkatan denyut jantung, diaphoresis, dan dilatasi pupil. Secara verbal
klien yang mengalami nyeri akut biasanya juga akan memperlihatkan respons
atau menyeringai
2) Nyeri kronik
Nyeri kronik adalah nyeri konstan atau intermiten yang menetap sepanjang
suatu periode waktu. Nyeri konik berlangsung lama, intensitas yang bervariasi dan
biasanya berlangsung lebih dari enam bulan (Potter dn Perry, 2010). Nyeri kronik
dapat tidak mempunyai awitan yang ditetapkan dengan tepat dan sering sulit
untuk diobati karena biasanya nyeri ini tidak memberikan respons terhadap
Nyeri kronik dibagi menjadi dua, yaitu nyeri kronik nonmalignan dan
malignan (Potter dan Perry, 2010). Neyeri kronik nonmalignan merupakan nyeri
yang timbul akibat cedera jaringan yang tidak progesif tau yang menyebuh (Potter
dan Perry, 2010), biasanya timbul tanpa penyebab yang jelas misalnya nyeri
32
pinggang bawah, dan nyeri yang didasari atas kondisi kronis, misalnya
osteoarthritis (Potter dan Perry, 2010). Sementara nyeri kronik maligna yang
disebut juga nyeri kanker, memiliki penyebab nyeri yang dapat didefinisikn, yaitu
terjadi akibat perubahan pada saraf. Perubahan ini terjadi bisa karena penekanan
pada saraf akibat metastasis sel-sel kanker maupun pengaruh zat-zat kimia yang
Manifestasi klinis yang tampak pada nyeri kronik sangat berbeda dengan yang
diperlihatkan oleh nyeri akut. Dalam pemeriksaan tanda-tanda vital, sering kali
didapatkan masih dalam batas normal dan tidak sisertai dilatasi pupil. Manifestasi
badan, perilaku menarik diri, iritbel, mudah tersinggung, marah, dan tidak tertarik
paa aktivitas fisik. Secara verbal klien mungkin akan melaporkan adanya
Sifat nyeri kronik yang tidak dapat diprediksi ini, membuat klien frustasi dan
sering kali mengarah pada depresi psikologis. Tabel berikut ini menggambarkan
2010)
kronik berbeda tindakan perawatan yang diberikan pada nyeri akut. Tindakan
keperawatan yang diberikan harus sesuai dengan pernyataan klien sebagai expert
terhadap nyeri yang dirasakan, tidak semata-mata berdasarkan tanda gejala yang
eksternal yang berpengaruh terhadap nyeri klien dan tindakan rehabilitas untuk
Tanda fisiologi dapat menunjukkan nyeri pada klien yang berupaya untuk
otonom. Saat awitan nyeri akut, denyut jantung, tekanan darah, dan frekuensi
meningkat.
b. Klien yang mengalami nyeri menunjukkan ekspresi wajah dan gerakan tubuh
yang khas dan berespons secara verbal serta mengalami kerusakan dalam interaksi
sosial. Klien sering kali menangis, mengertakan dahi, menggigit bagian tubuh
Klien yang mengalami nyeri setiap hari kurang mampu berpartisipasi dalam
5. Penilaian nyeri
yang paling sederhana ada tiga macam yakni, Visual Analog Scale (VAS),
Skala ini bersifat satu dimensi yang banyak dilakukan pada orang dewasa
cm atau 100 mm. Titik 0 adalah titik nyeri dan 100 jika nyerinya tidak tertahankan.
Disebut tidak nyeri jika klien menunjuk pada skala 0-4 mm, nyeri ringan 5-44 mm,
nyeri sedang 45-74 mm, nyeri berat 75-100 mm, sisi yang berangka pada
tidak nyeri, 5 nyeri sedang, dan 10 adalah nyeri berat yang tidak tertahankan. NRS
digunakan jika ingin menentukan berbagai perubahan pada skala nyeri, dan juga
menilai respon turunnya nyeri klien terhadap terapi yang diberikan. Jika klien
mengalami disleksia autism, atau geriatrik yang dimensia maka ini bukan metode
yang cocok.
Klien disuruh melihat skala gambar wajah. Gambar pertama tidak nyeri, kedua
sedikit nyeri dan selanjutnya lebih nyeri dn gambar paling akhir adalah orang
dengan ekspresi nyri yang sangat berat. Setelah itu, klien disuruh menunjuk
36
gambar yang cocok dengan nyerinya. Metode ini digunakan untuk pediatrik, tetap
6. Penanganan nyeri
a. Farmakologi
1) Analgetik Narkotik
Terdiri atas berbagai opiem seperti morfin dan kodein. Narkotik dapat
memberikan efek penurunan nyeri dan kegembiraan karena obat ini membuat
ikatan dengan reseptor yang mengaktifkan penekanan nyeri endogen pada susunan
saraf pusat. Namun, penggunaan obat ini menimbulkan efek menekan pusat
permanen. Neyri dapat melemahkan sehingga klien akan mencoba segala sesuatu
2) Analgesik nonnarkotik
prostaglandin dari jantung mengalami trauma atau inlamasi (Semltzer dan bare,
2010). Efek samping paling umum terjadi adalah gangguan pencernaan seperti
b. Non farmakologi
rasa nyaman atau nyeri, stress fisik dan emosi pada nyeri
farmakologi dalam bentuk yang dikenal oleh klien sebagai obat seperti kapsul,
cairan injeksi dan sebagainya. Palasebo umumnya terdiri atas larutan gula,
dengan cara mengalihkan perhatian klien pada hal-hal yang lain sehingga klien
4) Guided imagery. Guided imagery adalah salah satu terapi komplementer yang
1. Pengertian
Menurut Resti dalam Dian (2015), relaksasi merupakan salah satu teknik
pengelolaan diri yang didasarkan pada cara kerja sistem saraf simpatis dan
parasimpatis. Energi dapat dihasilkan ketika kita melakukan relaksasi nafas dalam
Relaksasi nafas dalam adalah pernafasan abdomen dengan frekuensi lambat atau
38
(Setoyadi, 2011).
fisik ketegangan dan stres sehingga dapat meningkatkan toleransi terhadap nyeri.
(Andarmoyo, 2013). Latihan napas dalam yaitu bentuk latihan napas yang terdiri
Indaryani, & Suratun, 2012). Relaksasi nafas dalam dapat meningkatkan ventilasi
paru dan meningkatkan oksigenasi darah, tujuan nafas dalam adalah untuk
mencapai ventilasi yang lebih terkontrol dan efesien serta mengurangi kerja
mengurangi udara yang tertangkap serta mengurangi kerja bernafas (Smeltzer dan
Bare, 2008).
atelektasi paru, dan mengurangi tingkat stres baik itu stres fisik maupun
individu.
Selain tujuan tersebut, terdapat beberapa tujuan dari teknik napas dalam
menurut Lusianah, Indaryani dan Suratun (2012), yaitu antara lain untuk mengatur
Manfaat relaksasi nafas dalam adalah sebagai berikut (Setyoyadi, 2014, dan Arfa,
2014):
e. Mengurangi kecemasan
Indikasi dari relaksasi nafas dalam dibagi menjadi sebagai berikut (Setyoyadi,
2014):
a. Nyeri akut tingkat ringan sampai dengan sedang akibat penyakit kooperatif
b. Hipertensi
d. Stress
40
Relaksasi nafas dalam tidak diberikan pada klien yang mengalami sesak nafas
g. Memasang sampiran
h. Mencuci tangan
i. Mengatur posisi yang nyaman bagi klien dengan posisi setengah duduk di
tempat tidur atau di kursi atau dengan posisi lying position (posisi berbaring) di
k. Menempatkan satu atau dua tangan klien pada abdomen yang tepat dibawah
tulang iga
l. Meminta klien untuk menarik napas dalam melalui hidung, menjaga mulut
sejauh mungkin, tetap dalam kondisi rileks dan cegah lengkung pada
41
punggung. Jika ada kesulitan menaikan abdomen, tarik napas dengan cepat,
n. Meminta klien untuk menghembuskan udara melalui bibir, seperti meniup dan
(jalan napas utama) dan meminimalkan kolapsnya jalan napas yang sempit
ekspirasi.
secara bertahap 5-10 menit. Latihan ini dapat dilakukan dalam posisi tegap,
berdiri, dan berjalan. Latihan ini boleh dilakukan kapan saja oleh pasien waktu
r. Membereskan alat
s. Mencuci tangan
klien
1. Pengertian
imajinasi individu dengan teknik imajinasi yang terarah untuk mengurangi stres
(guided imagery) adalah salah satu proses terapeutik dengan cara memfokuskan
42
fokus pada nafas mereka, klien diminta untuk relaksasi dengan cara mengsongkan
pikiran dan memenuhi pikiran dengan membayangkan pada hal-hal yang membuat
modifikasi perilaku.
c. Autogenic obstraction
Teknik ini pasien di berikan instruksi untuk memilih perilaku yang negatif
yang ada dalam fikirannya kemudian pasien diminta untuk menceritakan secara
verbal tanpa ada batasan. Bila hal itu berhasil akan tampak perubahan secara
d. Covert sensitization
Guided imgey dapat digunakan untuk semua pasien yang memiliki pemikiran
Guided imagery juga dapat membantu dalam proses pngobatan seperti: asma,
selain itu juga bisa digunakan pada pasien yang mengalami nyeri akibat luka bakar,
menurunkan bebagai macam penyakit antara lain seperti depresi, alergi, dan
asma
c. Mengurangi tingkat stres, penyebab dan gejala pada klien yang mengalami
stress
membawa klien ke arah rileks/nyaman. Tujuan dari teknik ini yaitu menciptakan
respons psikologis yang kuat serta pada perubahan sistem imun yang semakin
Manfaat dari guided iamgery yaitu sebagai salah satu intervensi pada klien
yang mengalami ansietas, stres dan nyeri (Smeltzer & Bare, 2008 dalam Pasiak,
2012). Penerapan guided imagery tidak dapat memusatkan pada banyak hal dalam
satu waktu karena klien harus membayangkan satu imajinasi yang menyenangkan
penyembuhan.
a. Persiapan
Mencari lingkungan yang aman dan tenang yang bebas dari distraksi hal ini
dikarenakan subjek harus bisa memfokuskan imajinasi yang sudah dipilih klien
atau subjek tau keuntungan dan manfaat teknik ini. Subjek merupakan partisipan
yang aktif dalam latihan guided imagery dan dapat memahami apa yang harus
dilakukan serta hasil yang diharapkan. Lalu memberikan kebebasan pada subjek
b. Menimbulkan relaksasi
bayangannya
memberikan hasil yang positif. Berikan freedback kepada klien secara continue
itu, membawa klien untuk keluar dari imajinasi tersebut. Mendiskusikan perasaan
2) Menyilangkan kaki, menutup mata dan fokus pada satu titik atau suatu benda
didalam ruangan
3) Memfokuskan pada pernafasan otot perut dengan cara menarik nafas dalam
dan pelan, nafas berikutnya sedikit lebih dalam (deep breathing), tetap
4) Merasakan tubuh menjadi lebih berat dan hangat dari ujung kepala sampai
ujung kaki
5) Jika pikiran tidak fokus, ulangi kembali pernafasan dalam dan pelan (deep
breathing)
2) Menyebutkan apa yang bisa dilihat, dengar, cium dan apa yang dirasakan
tersebut
4) Sekarang, bayangkan diri anda seperti yang anda inginkan (uraikan sesuai
tempat ini dan dapat menggunakan cara ini kapan saja klien menginginkannya
2) Klien dapat seperti ini lagi dengan berfokus pada pernafasan membayangkan
diri anda berada ditempat yang menyenangkan dan bisa membuat anda
bahagia
1) Ketika anda telah siap kembali ke ruangan dimana anda berada, anda akan
merasa rileks dan merasa lebih baik sehingga siap untuk melakukan aktifitas
2) Anda dapat membuka mata dan menceritakan pengalaman anda ketika sudah
siap
menggunakan semua indra, minta klien untuk tetap fokus pada bayangan yang
menyenangkan dan merasakan tubuh menjadi rileks. Waktu yang digunakan untuk
pelaksanaan guided imagery pada orang dewasa dan remaja sekitar 10-30 menit,
sementara pada anak-anak hanya 10-15 menit, dilakukan 2 kali sehari pada saat
santai ketika klien merasakan nyeri atau gangguan rasa nyama pada tubuhnya
(Synder M, 2010).
48
1. Pengkajian
Pada pengkajian klien dengan post sectio caesarea (SC), data yang dapat
ditemukan meliputi hambatan molititas fisik, gangguan rasa nyaman: nyeri akut,
a) Identitas pasien
status perkawinan, ruang rawat, nomor medical rcord, diagnosa medik, yang
yang dirasakan saat ini dan keluhan yang dirasakan terkait dengan hambatan
maksudnya masalah keperawatan yang dialami pada saat yang dulu akan
pada saat sakit yang sekarang seperti, hambatan mobilitas fisik, gangguan rasa
Meliputi penyakit yang diderita pasien dan apakah keluarga pasien ada juga
sering bergerak setelah melahirkan benang jahitannya akan putus dan akan lebih
sakit jika melakukan mobilisasi fisik sehingga pasien sering takut melakukan
mobilisasi fisik sehingga pada hari pertama setelah melahirkan pasien lebih
d) Riwayat kehamilan
e) Riwayat persalinan
ibu
Penyakit ini dapat terjadi pada siapa saja, akan tetapi kemungkinan dapat
4) Data psikologis
5) Pemeriksaan fisik
a) Kepala
b) Leher
c) Mata
d) Telinga
e) Hidung
Kaji apakah ada polip atau tidak dan kaji adanya pernapasan cuping hidung
f) Dada
dan papila mamae, kaji adanya abses, kaji adanya nyeri tekan, kaji pengeluaran
ASI
Pada pasien nifas, abdomen tampak kendor. Fundus uteri 3 jari dibawah
h) Genetalia
i) Anus
j) Ekstermitas
k) Tanda-tanda vital
Kaji adanya perdarahan pada post partum, tekanan darah biasanya turun, nadi
6) Pemeriksaan penunjang
a) Pemeriksaan laboratorium
2. Diagnosa Keperawatan
a) Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis, kimiawi, dan fisik
lingkungan
3. Intervensi Keperawatan
SLKI, SIKI
Tabel 2.2 intervensi keperawatan pada pasien post sectio caesarea (SC)
tidur
Edukasi
9. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
10.Ajarkan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri
Kolaborasi
11. Kolaborasi
pemberian
analgetik, jika
perlu
2. D.0142: Resiko Setelah dilakukan Pencegahan Infeksi
Infeksi tindakan keperawatan (1.14539)
3x6 jam diharapkan Observasi
tingkat infeksi 1. Monitor tanda dan
(L.14137) menuurn gejala infeksi lokal
dengan kriteria hasil: dan sistemik
1. Kebersihan tangan Terapeutik
meningkat 2. Batasi jumlah
2. Kebersihan badan pengunjung
meningkat 3. Berikan perawatan
3. Nafsu makan kulit pada area
meningkat edema
4. Demam menurun 4. Cuci tangan
5. Kemerahan sebelum dan
menurun sesudah kontak
6. Nyeri menurun dengan pasien dan
7. Bengkak menurun lingkungan pasien
8. Kadar sel darah 5. Pertahankan teknik
putih membaik aseptik pada pasien
yang beresiko tinggi
Edukasi
6. Jelaskan tanda dan
gejala infeksi
7. Ajarkan cara
mencuci tangan
dengan benar
8. Ajarkan cara
memeriksa kondisi
luka atau luka
operasi
9. Anjurkan
meningkatkan
asupan nutrisi
10.Anjurkan
meningkatkan
54
asupan cairan
Kolaborasi
11.Kolaborasi
pemberian
imunisasi, jika
perlu
3. D.0055: Gangguan Setelah dilakukan Dukungan Mobilisasi
Mobilitas Fisik tindakan keperawatan (1.05173)
3x6 jam diharapkan Observasi
mobilitas fisik 1. Identifikasi adanya
(L.05042) meningkat nyeri atau keluhan
dengan kriteria hasil: fisik lainnya
1. Pergerakan 2. Identifikasi toleransi
ekstermitas fisik melakukan
meningkat pergerakan
2. Nyeri menurun 3. Monitor frekuensi
3. Kecemasan jantung dan tekanan
menurun darah sebelum
4. Kaku sendi menurun memulai mobilisasi
5. Kelemahan fisik 4. Monitor kondisi
menurun umum selama
melakukan
mobilisasi
Terapeutik
5. Fasilitasi aktivitas
mobilisasi dengan
alat bantu (mis.
pagar tempat tidur)
6. Libatkan keluarga
untuk membantu
pasien dalam
meningkatkan
pergerakan
Edukasi
7. Jelaskan tujuan
dan prosedur
mobilisasi
8. Anjurkan
melakukan
mobilisasi dini
9. Ajarkan mobilisasi
sederhana yang
harus dilakukan
(mis. duduk di
tempat tidur,
duduk di sisi
tempat tidur,
pindah dari tempat
55
tidur ke kursi)
4. D.0111: Defisit Setelah dilakukan Edukasi kesehatan
Pengetahuan tindakan keperawatan (1.12383)
3x6 jam diharapkan Obesrvasi
tingkat pengetahuan 1. Identifikasi
(L.12111) meningkat kesiapan dan
dengan kriteria hasil: kemampuan
1. Verbalisasi minat menerima informasi
dalam belajar 2. Identifikasi faktor-
meningkat faktor yang dapat
2. Kemampuan meningkatkan dan
menjelaskan menurunkan
pengetahuan tentang motivasi perilaku
suatu topik hidup bersih dan
meningkat sehat
3. Kemampuan Terpeutik
menggambarkan 3. Sediakan materi dan
pengalaman media pendidikan
sebelumnya yang ksehatan
sesuai dengan topik 4. Jadwalkan
meningkat pendidikan
kesehatan sesuai
kesepakatan
5. Berikan kesempatan
untuk bertanya
Edukasi
6. Jelaskan faktor
resiko yang dapat
mempengaruhi
kesehatan
7. Ajarkan perilaku
hidup bersih dan
sehat
8. Ajarkan strategi
yang dapat
digunakan untuk
meningkatkan
perilaku hidup
bersih dan sehat
5. D.0029: Menyusui Setelah dilakukan Edukasi Menyusui
tidak efektif tindakan keperawatan (1.12393)
3x6 jam diharapkan Observasi
status menyusui 1. Identifikasi
meningkat (L.03029) kesiapan dan
menurun dengan kemampuan
kriteria hasil: menerima informasi
1. Kemampuan ibu 2. Identifikasi tujuan
memposisikan bayi atau keinginan
56
4. Implementasi
balik muncul kembali dalam bentuk observasi dan komunikasi serta memberi
12. Evaluasi
hasil yang dibuat pada tahap perencanaan. Klien keluar dari siklus proses
keperawatan apabila kriteria hasil telah tercapai. Klien akan masuk kembali ke
lochea, uterus kontraksi keras tidak lembek, serta tidak terjadinya perdarahan
berlebih
nyaman
58
dalam 3 sampai 4 hari setelah pembedahan insisi bedah dan kering, tanpa tanda
G. Peran Perawat
Banyak ibu yang mengeluh rasa nyeri dibekas jahitan SC. Keluhan ini
tidak sempurna. Dampak nyeri yang perlu ditanyakan adalah hal-hal yang spesifik
seperti pengaruhnya terhadap pola tidur, pola makan, energi , aktifitas keseharian
(Zakiyah, 2015). Nyeri setelah pembedahan merupakan hal yang biasa terjadi,
yang perlu diwaspadai jika nyeri disertai dengan komplikasi setelah pembedahan
seperti luka jahitan yang tidak menutup, infeksi pada luka operasi, dan gejala lain
melatih relaksasi nafas dalam yang merupakan suatu bentuk asuhan (Smeltzer &
Bare, 2010). Tujuan relaksasi nafas dalam yaitu agar individu dapat mengontrol
diri ketika terjadi rasa ketegangan dan stress yang membuat individu merasa
imajinasi, dan distraksi (Potter & Perry, 2010). Metode pereda nyeri
diperlukan untuk mengurangi timbulnya rasa nyeri. Teknik relaksasi nafas dalam
akan lebih efektif bila dikombinasikan dengan beberapa teknik lainnya, seperti
seseorang untuk mencapai efek positif tertentu. Teknik ini dimulai dengan proses
menutup matanya dan fokus pada nafas mereka, klien didorong untuk relaksasi
48
49
3. Sefti S.J Pengaruh Metode Sampel Dilakukan 2 kali Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai
Rompas teknik purposive sebanyak 20 sehari selama nyeri ρ=0,00, lebih kecil dari α =0,05 , dengan
dan relaksasi nafas sampling dengan responden. selama 10-15 menit demikian ada pengaruh teknik relaksasi nafas
Mulyadi dalam dan dalam dan guided imagery pada pasien post
(2017) guided sectio caesarea di RSU GMIM Pancran Kasih
imagery Manado. Dari hasil penelitian yang dilakukan di
Ruang Nifas RSU GMIM Pancaran Kasih
terhadap
Manado, kepada 20 responden sebelum
penurunan dilakukan teknik relaksasi nafas dalam dan
nyeri pada guided imagery pada pasien post sectio caesarea
pasien post skala nyeri lebih banyak pada nyeri sedang dan
operasi sectio diikuti nyeri berat. Setelah dilakukan teknik
caesarea di relaksasi nafas dalam dan guided imagery, nyeri
RSU GMIM sedang berkurang dan nyeri hebat hilang.
Pancaran
Kasih Manado
50
1. Pendekatan
Jenis penelitian ini deskriptif dengan pendekatan studi kasus, yaitu untuk
imagery pada pasien post operasi sectio caesarea dengan masalah keperawatan
a. Tempat
Tempat studi kasus ini adalah di ruang mawar Rumah Sakit Islam Jemursari
relaksasi nafas dalam dan guided imagery pada pasien post operasi sectio
b. Waktu
c. Subjek Penelitian
Subjek penelitian dalam studi kasus ini adalah pasien dengan post operasi
sectio caesarea yang terjadi masalah keperawatan nyeri akut di ruang mawar
d. Pengumpulan Data
50
51
masalah tersebut maka akan diterapkan inovasi sesuai jurnal yang ada, pada
penelitian ini inovasi yang diambil peneliti yaitu terapi teknik relaksasi nafas
dalam dan guided imagery pada pasien post operasi sectio caesarea dengan
masalah keperawatan nyeri akut di ruang mawar Rumah Sakit Islam Jemursari
Surabaya.
e. Pengolahan Data
yang digunakan dengan cara menarasikan jawaban yang diperoleh peneliti dari
narasumber. Teknik analisa yang dilakukan dengan cara observasi dan studi
untuk dibandingkan dengan teori yang ada sebagai bahan untuk rekomendasi
f. Etika Penelitian
1. Informed consent
Peneliti meminta izin kepada subjek yang akan diteliti, kemudian peneliti
menjelaskan maksud dan tujuan peneliti kepada responden. Jika bersedia diteliti,
maka penelitian akan dilanjutkan pada subjek tersebut, jika menolak maka peneliti
3. Confrentiality (kerahasiaan)
kelompok data tertentu saja yang akan ditampilkan atau dilaporkan sebagai hasil
penelitian.
4. Kompensasi
Peneliti akan memberi sovenir sebagai tanda terima kasih kepada responden.