ANALISIS SITUASI
Lokasi lahan praktik yang digunakan adalah Ruang Mawar Rumah Sakit
Islam Jemursari Surabaya yang beralamat di Jl. Jemursari 51-57 Surabaya. Ruang
mawar berada di lantai 1 Rumah Sakit Islam jemursari Surabaya yang merupakan
ruang rawat inap bagi ibu-ibu bersalin dan ada masalah pada kesehatan
reproduksi. Kapasitas tempat tidur Ruang Mawar terdiri dari 31 tempat tidur
diantaranya ruang 105 dan 109 (kelas 3) dengan 6 tempat tidur, ruang 107 dan
108 (kelas 2) dengan 3 tempat tidur, ruang 101 dan 102 (kelas 1) dengan 2 tempat
tidur, ruang 106 dan 110 (VIP) dengan 1 tempat tidur, ruang 103 (Junior Suite) 1
tempat tidur, ruang 104 (President Suite) 1 tempat tidur. Terdapat ruang VK juga
untuk ibu melahirkan normal dengan jumlah 5 ruang dan 5 tempat tidur, dengan
bidan D1. Di ruang mawar terdapat juga ruang linen, dapur untuk karyawan,
ruang brankat dan juga ruang diskusi mahasiwa dan dokter muda. Terdapat 2
kamar mandi untuk karyawan dan juga 1 kamar mandi untuk mahasiswa.
Pada pasien post operasi SC tanda dan gelaja yang sering muncul adalah
nyeri. Respon nyeri yang dirasakan oleh pasien merupakan efek samping yang
timbul setelah menjalani suatu operasi. Nyeri yang disebabkan oleh operasi
1
2
pasien, mengurangi rasa nyeri dan pencegahan komplikasi. Dalam hal ini nyeri
dan lain-lain (Rustam, 2014). Bentuk nyeri pasca pembedahan sectio caesarea
merupakan nyeri akut. Nyeri akut berperan penting dalam kehidupan kita karena
merupakan pertanda bahwa ada yang salah dalam tubuh kita, yang membutuhkan
pemeriksaan lebih lanjut. Ciri khas suatu nyeri akut adalah selain ditandai dengan
adanya kerusakan jaringan, yang akan diikuti dengan proses inflamasi juga
bersifat self-limited, yang artinya nyeri akut berlangsung singkat dan segera
sampai minggu. Meskipun nyeri akut merupakan respon normal akibat adanya
Indonesia menurut data survey nasional pada tahun 2011 adalah 921.000 dari
4.039.000 persalinan atau sekitar 22,8% dari seluruhnya persalinan (IDI, 2012).
Angka kejadian sectio caesarea di Provinsi Jawa Timur pada tahun 2011
3
berjumlah 3.401 operasi dari 170.000 persalinan atau sekitar 20% dari seluruh
perawat disini yaitu metode yang tepat untuk pereda nyeri selain terapi
mengurangi timbulnya rasa nyeri. Teknik relaksasi nafas dalam akan lebih efektif
mencapai efek positif tertentu. Teknik ini dimulai dengan proses relaksasi pada
dan fokus pada nafas mereka, klien didorong untuk relaksasi mengosongkan
pikiran dan memenuhi pikiran dengan bayangan untuk membuat damai dan
tenang.
C. Analisis Implementasi
1. Implementasi
Implementasi yang digunakan dalam karya ilmiah akhir ini sesuai dengan
membantu pasien kembali pada fungsi yang optimal dengan cepat, aman, dan
senior dan peneliti selama latihan, dengan kriteria kondisi pasien dalam keadaan
terpantau. Kombinasi teknik relaksasi nafas dalam dan guided imagery (imajinasi
Tujuan nafas dalam adalah untuk mencapai ventilasi yang lebih terkontrol dan
dengan teknik imajinasi yang terarah untuk mengurangi stres ataupun kecemasan
perasaan lebih rileks melalui adanya komunikasi dalam tubuh yang melibatkan
sehingga dapat membentuk keseimbangan antara fikiran, tubuh dan jiwa indivisu
atau menurunkan bebagai macam penyakit antara lain seperti depresi, alergi, dan
asma dan mengurangi tingkat stres, penyebab dan gejala pada klien yang
mengalami stress.
Pada umumnya perawat jarang bahkan tidak melakukan teknik relaksasi nafas
dalam dan guided imagery karena penanganan nyeri berfokus hanya pada
mengurangi timbulnya rasa nyeri. Hal tersebut jika teknik relaksasi nafas dalam
akan lebih efektif bila dikombinasikan dengan beberapa teknik lainnya, seperti
seseorang untuk mencapai efek positif tertentu. Teknik ini dimulai dengan proses
menutup matanya dan fokus pada nafas mereka, klien didorong untuk relaksasi
Pada penelitian Chandra Kristianto Patasik Jon Tangka Julia Rottie (2013)
yang berjudul efektifitas teknik relaksasi nafas dalam dan guided imagery
terhadap penurunan nyeri pada pasien post operasi sectio caesare di irina d blu
rsup prof. Dr. R. D. Kandou manado dengan metode penelitian analitik dengan
kuasi eksperimen. Desain penelitian adalah satu kelompok pre-post tes tanpa
dan sesudah dilakukan teknik relaksasi nafas dalam dan guided imagery juga
dapat diketahui setelah dilakukan uji statistik menggunakan uji paired sample t-
teknik relaksasi nafas dalam dan guided imagery yaitu 6,15 sedangkan sesudah
dilakukan teknik relaksasi nafas dalam dan guided imagery yaitu 3,05. Hasil
analisis diperoleh nilai p=0,000 dengan kata lain p<0,05. Oleh karena itu maka
hipotesis diterima. Jadi, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa teknik relaksasi
nafas dalam dan guided imagery terbukti efektif jika dilakukan 3 kali dalam sehari
pasien post operasi sectio caesarea. Hasil ini mendukung penelitian sebelumnya
yang dilakukan oleh Nikita (2012) yang meneliti tentang pengaruh teknik
apendektomi, dengan hasil yaitu ada pengaruh yang signifikan pada intensitas
nyeri pasien post operasi apendektomi sesudah dilakukan teknik relaksasi, dari 4
orang yang mengalami nyeri hebat (40,0%) sesudah dilakukan teknik relaksasi
menjadi 2 orang (20,0%), nyeri sedang 5 orang (50,0%) menjadi 2 orang (20,0%),
dan tidak nyeri yang semula 1 orang (10,0%) menjadi 6 orang (60,0%). Namun
yang membedakan penelitian ini dan penelitian yang dilakukan oleh Nikita (2012)
adalah tempat penelitian, jumlah responden, tindakan relaksasi, dan operasi yang
nafas dalam saja, sedangkan penelitian ini dilakukan di Irina D pada 20 responden
post operasi sectio caesarea dan menggunakan teknik relaksasi nafas dalam yang
untuk mengatasi masalah nyeri sering diabaikan oleh perawat ruangan. Oleh
karena itu, perlu adanya kesadaran untuk meningkatkan intervensi mandiri yang
dapat dilakukan oleh perawat untuk mengatasi masalah nyeri yang dialami oleh
pasien. Diharapkan setelah adanya contoh sederhana ini perawat ruangan bersedia
untuk melanjutkan intervensi Teknik Relaksasi Nafas Dalam dan Guided Imagery
2. Evaluasi
Evaluasi pada Karya Ilmiah Akhir ini yaitu mengobservasi hasil skala nyeri
sebelum dilakukan terapi dan sedudah dilakukan terapi Teknik Relaksasi nafas
Dalam dan Guided Imagery ini. Hasil observasi awal pada Ny. N adalah skala
Relaksasi Nafas dalam dan Guided Imagery adalah skala nyeri 4. Hasil observasi
awal pada Ny. E menunjukkan skala nyeri 6, sedangkan setelah dilakukan Teknik
Relaksasi Nafas Dalam dan Guide Imagery skala nyerinya berubah menjadi skala
3. Hasil observasi tingkat skala nyeri sesudah dilakukan Teknik Relaksasi Nafas
Dalam dan Guided Imagery termasuk dalam klasifikasi sedang dan ringan, klien
dilakukannya terapi tersebut. Klien juga tampak lebih rileks setelah dilakukannya
D. Keterbatasan Implementasi
dilakukan saat pasien berada di ruang Mawar RSI Jemursari Surabaya dipantau
2. Hari rawat pasien hanya 2 hari ketika pasien kondisinya dinyatakan sudah
sakit lain, jadi peneliti meminta bantuan kepada perawat ruangan untuk
memantau kondisi
8
latihan yang dilakukan klien. Peneliti memberikan lembar observasi kepada pasien
untuk dipantau dari situ peneliti tau apakah pasien tersebut sudah melakukan terapi