Anda di halaman 1dari 7

TUGAS MATA KULIAH APLIKASI SISTEM ELEKTRONIKA DALAM

INDUSTRI

REVIEW SKRIPSI PERTANIAN

Oleh :

Wibi Wisnu Wicaksono (165060301111005)

Judul : UJI REPELENSI DARI EKSTRAK DAUN JERUK PURUT (Cytrus


hystrix) TERHADAP HAMA BERAS Sitophilus oryzae
(COLEOPTERA : CURCULIONIDAE)

Penulis : Dewi Fajarwati

Tahun : 2014

1. Latar belakang
 Beras merupakan bahan pakan pokok penduduk Indonesia.
 Proses pengolahan beras sejak pascapanen melalui tahapan seperti
pemanenan, perontokan, pengeringan, penggilingan dan penyimpanan.
 Beras yang disimpan di gudang mengalami kerusakan akibat serangan
hama gudang.
 Hama gudang yang banyak ditemukan pada bahan simpan berasal dari
ordo Coleotera, yaitu Sitophilus oryzae.
 Kerusakan yang ditimbulkan serangga S. oryzae dapat mencapai 30-
100% sehingga menyebabkan penurunan kualitas dan kuantitas beras.
 Pengendalian hama S. oryzae biasanya menggunakan pestisida sintetik.
Namun menimbulkan dampak negatif, seperti masalah pencemaran
lingkungan.
 Sehingga diperlukan pengganti pestisida sintetik dengan pestisida yang
ramah lingkungan, yakni pestisida nabati.
 Pestisida nabati merupakan pestisida berbahan dasar dari tumbuhan,
salah satunya dari daun jeruk purut (Cytrus hystrix).
 Daun jeruk purut memiliki bau harum yang berasal dari kandungan
minyak atsiri.
 Minyak atsiri berwujud kental dan mudah menguap di suhu ruang
sehingga menebarkan aroma yang khas.
 Kandungan senyawa kimia yang utama dari minyak atsiri daun jeruk purut
adalah senyawa sitronelal sebesar 81,49%. Senyawa sitronelal bersifat
repellent terhadap Arthropoda termasuk menolak kehadiran S. oryzae.

2. Review
2.1 Sitophilus oryzae
 Hama Sitophilus oryzae hidup pada lingkungan penyimpanan
dengan pakan berupa beras, jagung, dan gandum.
 Berukuran tubuh 2-3 mm.
 Serangan hama ini ditandai dengan butir beras berlubang-lubang
atau hancur menjadi tepung karena gerekan.
 Dampak serangan hama ini adalah terjadi kehilangan hasil atau
susut berat mencapai 23% dalam beberapa bulan.
 Hama Sitophilus oryzae betina meletakkan telur dengan cara
menggerek salah satu butiran beras dengan moncongnya untuk
membuat lubang.
 Rata-rata telur yang diletakkan Sitophilus oryzae betina sebanyak 4
butir setiap hari. Telur akan menetas dalam kurun waktu 3 hari
setelah peletakkan. Larva akan memakan bulir beras dari dalam.
 Fase larva akan berlangsung selama 18 hari. Fase pupa
berlangsung selama 6 hari dalam butir beras, kemudian imago
muda akan keluar dari pupa tetapi masih tetap berada dalam butir
beras selama 3-4 hari. Selanjutnya imago muda akan mengalami
proses pengerasan tubuh kemudian keluar dari bulir beras.
 Siklus hidup Sitophilus oryzae pada kondisi normal dapat
berlangsung selama 30-45 hari.

2.2 Faktor yang mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan


Sitophilus oryzae.
 Faktor pakan, hama Sitophilus oryzae akan tumbuh dan
berkembang dengan baik, jika kualitas dan kuantitas makanan
sesuai dengan yang dibutuhkan.
 Faktor lingkungan :
 Suhu dan kelembaban bentuk pengaruh nyata dari suhu dan
kelembaban yaitu saat suhu atau kelembaban tinggi dapat
memperpendek waktu stadia telur, suhu dan kelembaban
rendah akan memperpanjang waktu stadia telur. Batasan suhu
minimum dan maksimum 5-45°C dengan suhu optimum 25-
30°C, sedangkan kelembaban minimum dan maksimum 0-100%
dengan kelembaban optimum 75%.

2.3 Jeruk purut


 Minyak atsiri dari daun jeruk purut mengandung 3 komponen
senyawa kimia yang utama adalah sitronelal (72,4%), sitronelol
(6,7%), dan sitronelil asetat (4,1%).
 Kandungan sitronelal yang tinggi dapat dimanfaatkan sebagai
bahan baku isolasi sintronelal. Sintronelal hasil isolasi kemudian
diubah menjadi bentuk ester seperti hidroksi sitronelal atau mentol
sintesis. ester yang dihasilkan dengan cara bersifat statis dan
sangat baik digunakan sebagai zat pewangi sabun dan parfum yang
bernilai tinggi. Bentuk ester dari sitronelal dapat digunakan sebagai
insektisida.
 Pada daun jeruk purut terdapat senyawa lain seperti senyawa
limonoid yang memiliki aktivitas penghambat pertumbuhan larva
(menghambat pergantian kulit pada larva dan daya makan
serangga), antifeedant, antrimikroba dan penolak serangga
(repellent).

2.4 Alur kerja

Beras :

 Menggunakan beras varietas Mentikwangi

Hama Sitophilus oryzae

 Hama Sitophilus oryzae yang digunakan telah berada ditahapan


imago atau dewasa berumur 1-2 minggu.

Proses ekstraksi daun jeruk purut dengan penyulingan :

 Alat yang digunakan yaitu Rotary Vacum Evaporator, wrapping,


beaker galss, botol kecil, dan labu 20 ml.
 Bahan baku yang digunakan yaitu 2 kg daun jeruk purut dan alcohol
96%.
 Tahapan penyulingan :
 Dimulai dengan memasukkan air ke dalam sebagian dasar ketel
sampai mengisi 1/3 bagian.
 Bahan baku disimpan di atas lempeng penyekat. Bahan baku
yang terlalu padat akan mempersulit jalannya uap air
menembus bahan baku.
 Setelah itu ketel ditutup rapat lalu dipanaskan.
 Pada saat air mendidih, uap air akan melewati lubang-lubang
pada lempeng penyekat dan celah-celah bahan.
 Minyak atsiri yang terdapat di dalam bahan akan terbawa uap
panas menuju pipa kondensor.
 Kemudian uap air dan minyak atsiri akan mengembun dan
ditampung di dalam tangki pemisah (separator).
 Minyak dan air akan terpisah sesuai perbedaan berat jenis,
dimana lapisan minyak lebih ringan daripada lapisan air.
 Pengambilan minyak dilakukan setelah air terambil terlebih
dahulu. Minyak dan air yang terambil bersamaan dipisahkan
dengan labu pemisah.
 Minyak yang didapatkan dari proses ini merupakan minyak
murni. Minyak murni bersifat nonpolar, sehingga senyawa
tersebut akan dijadikan senyawa dengan sifat polar.
 Dengan cara menambahkan alkohol sebanyak ± 200 ml,
kemudian dievaporasi menggunakan Rotary Vacum Evaporator.
Waktu yang diperlukan untuk evaporasi ± 2-3 jam
 Minyak yang sudah bersifat polar kemudian disimpan didalam
botol kaca kecil lalu ditutup dengan plastik perekat hingga rapat
agar minyak tidak menguap.

Pembuatan tablet berbahan dasar minyak atsiri daun jeruk purut :

 Alat yang digunakan yaitu pencetak tablet manual, cawan petri,


wrapping, spatula, pipet tetes, dan gelas ukur.
 Bahan yang digunakan yaitu talk, minyak atsiri yang bersifat polar,
dan aquades.
 Tahapan :
 Menambahkan minyak atsiri yang bersifat polar dengan
aquades hingga menjadi 8 ml.
 Cairan minyak atsiri dan aquade dicampur hingga rata dengan
talk seberat 20 g.
 Fungsi penambahan aquades hingga 8 ml adalah untuk
memberikan ukuran yang sesuai dalam membentuk tablet
dengan talk seberat 20 g.
 Kemudian dicetak menjadi tablet dengan menggunakan alat
pencetak tablet manual.
 Tablet yang sudah dicetak diletakkan dicawan petri, kemudian
ditutup dengan plastik perekat agar tablet tidak menguap.

Pembuatan kantong tablet dan kotak tempat perlakuan :

 Tablet yang akan digunakan untuk perlakuan dimasukkan kedalam


kantong yang terbuat dari kain kassa. Cara yang dilakukan yaitu
dengan membuat pola berbentuk persegi pada kain kassa.
 Tablet yang sudah dimasukkan kedalam kantong tersebut
kemudian disetiap sisi kantong dijahit hingga tertutup rapat.
 Kotak tempat perlakuan terbuat dari karton tebal yang kaku dengan
ukuran panjang 12 cm, lebar 8 cm, dan tinggi 10 cm. kotak
direkatkan dengan menggunakan lem atau lakban.

Repelensi dari tablet berbahan dasar minyak atsiri daun purut


terhadap Sitophilus oryzae :

 Beras sebanyak 40 g diletakkan pada empat kotak yang masing-


masing kotak terbagi menjadi satu bagian tempat Sitophilus oryzae,
satu bagian tempat perlakuan dan satu bagian tempat kontrol.
 Masing-masing tablet minyak atsiri diletakkan pada beras tempat
perlakuan.
 Dengan perlakuan :
 P1 konsentrasi tablet 4 ml/g
 P2 konsentrasi tablet 8 ml/g
 P3 konsentrasi tablet 12 ml/g
 P4 konsentrasi tablet 16 ml/g
 Serangga Sitophilus oryzae dilepaskan pada bagian tempat
Sitophilus oryzae sebanyak 10 ekor
 Pengamatan pertama dilakukan setelah 3 jam dari waktu pelepasan
Sitophilus oryzae.
 Pada masing-masing perlakuan yang diamati ialah dengan
menghitung jumlah hama Sitophilus oryzae yang hadir pada beras
disetiap tempat perlakuan.
 Cara mengetahui lama dari pengaruh minyak atsiri yang digunakan
dilakukan pengamatan pada rentang waktu 24 jam, 48 jam, 96 jam,
192 jam dan 384 jam.
 Pengamatan dilakukan dengan mencatat jumlah serangga
Sitophilus oryzae yang hadir dalam kotak perlakuan dan kontrol.

Pengaruh pemberian tablet berbahan dasar minyak atsiri daun jeruk


purut terhadap jumlah Sitophilus oryzae turunan pertama :

 Uji ini dilakukan untuk mengetahui jumlah Sitophilus oryzae turunan


pertama yang muncul ketika dilakukan pemberian tablet
 Tahapan :
 Beras sebanyak 100 g dimasukkan ke dalam tabung kaca
dengan diameter 6,5 cm dan tinggi 9 cm.
 Serangga Sitophilus oryzae yang digunakan 5 pasang.
 Perlakuan dengan masing-masing konsentrasi, yaitu 0 ml/g, 2
ml/g, 4 ml/g, 6 ml/g, 8 ml/g yang dimasukkan ke tabung kaca.
 Tabung ditutup hingga rapat dengan plastik bening dan karet.
 Pengamatan dilakukan dengan menghitung jumlah serangga
Sitophilus oryzae turunan pertama yang muncul.

Analisis data :

 Data hasil pengamatan pengaruh pemberian tablet berbahan dasar


minyak atsiri daun jeruk purut terhadap jumlah Sitophilus oryzae
turunan pertama dilakukan dengan uji BNT pada taraf kepercayaan
95%.
 Data hasil pengaruh Repelensi dari tablet berbahan dasar minyak
atsiri daun purut terhadap Sitophilus oryzae yang hadir dilakukan
dengan analisis data nonparametric Kruskal Wallis.
 Sedangkan untuk mengetahui pengaruh lama dari penggunaan
tablet pada rentang waktu 24, 48, 96, 192 dan 384 jam dilihat dari
jumlah populasi hama Sitophilus oryzae yang hadir pada pada
tempat perlakuan dan tempat control, kemudian dihitung dengan
perhitungan nilai Indeks Repellent (IR)
(C−T )
 IR=100 % x
(C+T )
 Ket :
 IR : Indeks Repellent
 C : control
 T : treatment
Nilai positif menunjukkan sifat penolak (repelensi) sedangkan
nilai negatif menunjukkan sifat penarik (atraktan)

2.5 Hasil :

Repelensi dari tablet berbahan dasar minyak atsiri daun purut


terhadap Sitophilus oryzae :

 Hasil analisis statistic nonparametrik kruscal wallis menunjukkan


bahwa pemberian tablet dengan konsentrasi 4, 8, 12, 16 ml/g
berpengaruh nyata terhadap jumlah Sitophilus oryzae yang hadir.
 Pada rentang waktu 3 dan 24 jam menunjukkan bahwa nilai
signifikasi (nilai – P) < α (0,05), artinya konsentrasi yang digunakan
memiliki pengaruh repellent yang sama sehingga pada rentang
waktu 24 jam mengalami penurunan populasi.

Pengaruh lama dari penggunaan tablet pada rentang waktu 24, 48,
96, 192 dan 384 jam dilihat dari jumlah populasi hama Sitophilus
oryzae yang hadir pada pada tempat perlakuan dan tempat control,
kemudian dihitung dengan perhitungan nilai Indeks Repellent (IR) :

 Hasil perhitungan IR menunjukkan bahwa tablet yang digunakan


pada rentang waktu mengalami penurunan IR pada rentang waktu 3
dan 24 jam. Namun pada rentang waktu 48, 96, 192, dan 384 jam
terjadi perbedaan pengaruh repellent, sehingga menyebabkan hasil
yang tidak maksimal.

Pengaruh pemberian tablet berbahan dasar minyak atsiri daun jeruk


purut terhadap jumlah Sitophilus oryzae turunan pertama :

 Hasil uji BNT pada taraf kepercayaan 95% menunjukkan pengaruh


nyata terhadap jumlah imago Sitophilus oryzae turunan pertama.
 Semakin tinggi konsentrasi yang digunakan maka jumlah imago
Sitophilus oryzae turunan pertama semakin kecil.

Kesimpulan

 Minyak atsiri daun jeruk purut berpengaruh repellent terhadap


jumlah serangga Sitophilus oryzae yang hadir pada beras dan
mampu mengurangi jumlah imago Sitophilus oryzae turunan
pertama
 Minyak atsiri daun purut memberikan Indeks Repellent pada saat
rentang waktu 3 jam. Penggunaan pada saat rentang 24 jam
menghasilkan penurunan Indeks Repellent
 Pemberian tablet minyak atsiri daun jeruk purut terhadap beras,
mampu mengurangu jumlah imago turunan pertama. Semakin tinggi
konsentrasi yang digunakan, maka rerata imago turunan pertama
semakin sedikit.

2.6 Implementasi elektronika :


 Alat pengusir hama beras Sitophilus oryzae dengan frekuensi
ultrasonik berbasis IoT.

Modul NE555 digunakan untuk membangkitkan frekuensi


ultrasonik, frekuensi dapat diatur dari 20 kHz – 150 kHz.
Mikrokontroler akan memproses dan mengirim data dari modul
NE555 ke speaker untuk menghasilkan suara. Selain itu,
mikrokontroler akan mengirim dan menyimpan data secara wireless
(internet) ke web server melalui modul ESP8266. Data yang ada di
web server dapat ditampilkan di android.

Modul RTC (Real Time Clock) berfungsi untuk mengatur


jadwal penggunaan speaker. Ketika modul RTC sudah memasuki
jadwal yang sudah ditentukan, maka mikrokontroler akan
memproses dan mengirim data untuk mengaktifkan speaker.
Speaker akan aktif selama selang waktu tertentu. Informasi jadwal
atau periode penggunaan speaker ditampilkan di LCD dan android
agar dapat dipantau pengguna. Pengguna juga dapat mengaktifkan
speaker sesuai keinginan melalui android.

Anda mungkin juga menyukai