JUDUL PROGRAM
Konstruksi jalan beton beropori guna menjaga kesetabilan air
tanah (KIJIANAGALAH)
BIDANG KEGIATAN :
PKM KARSA CIPTA
Diusulkan oleh:
Fendy Ramadhan NIM. 16505241017 Angkatan 2016
Dwijayanto Budi P. NIM. 16505241039 Angkatan 2016
i
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................. ii
DAFTAR ISI........................................................................................................ iii
DAFTAR GAMBAR........................................................................................... iv
DAFTAR TABEL................................................................................................ iv
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang......................................................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah.................................................................................. 3
1.3 Tujuan....................................................................................................... 3
1.4 Manfaat..................................................................................................... 3
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 9
LAMPIRAN-LAMPIRAN
iii
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
iii
iv
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pertumbuhan jumlah penduduk dan perkembangan ekonomi yang
meningkat dengan pesat khususnya di kota-kota besar telah memberikan
pengaruh yang cukup besar bagi area dan lahan hijau khususnya terkait
penyimpanan air tanah. Hal ini dapat terlihat dari banyaknya pembangunan
konstruksi sarana dan prasarana infrastruktur di lahan tersebut. Sebagai
dampaknya banyak terjadi pengurangan lahan hijau yang tersedia.
Berkurangnya lahan hijau yang awalnya berfungsi sebagai daerah resapan air
tersebut, serta lapisan perkerasan yang dibuat kedap air mengakibatkan
terhambatnya proses peresapan air ke dalam tanah Sehingga sebagian besar
air hujan yang turun menimbulkan limpasan air di permukaan tanah yang
berakibat banjir terutama pada musim hujan. Selain itu, adanya penyedotan
air tanah yang terlalu berlebihan juga semakin menambah permasalahan yang
ada saat ini. Pengambilan air tanah secara besar-besaran ini akan berdampak
pada kekosongan air di dalam tanah. Akibatnya, permukaan tanah akan
semakin menurun (landsubsidence) dan cadangan air tanah semakin menipis.
Pembangunan sumur resapan di jalan jalan kampung oleh pemerintah daerah
telah banyak dilakukan. Pembangunan sumur resapan tersebut sebagai upaya
dari pemerintah daerah dalam menjaga kondisi air tanah agar tetap terjaga.
Air hujan yang mengalir tanpa diserap oleh tanah yang dikarenakan
pembangunan betonisasi oleh manusia menyebabkan kandungan air tanah
dapat berkurang drastis oleh sebab itu banyak dari peneliti telah melakukan
banyal hal agar masalah tersebut dapat terselesaikan, seperti halnya dengan
membuat sumur resapan di jalan, berpori dipinggir jalan dan lain sebagainya.
Hampir semua rumah dan bangunan di daerah perkotaan, yang tidak ada
saluran pembuangan air hujan yang memadai, air hujan tersebut di alirkan ke
jalan utama, yang menyebabkan air berkumpul di jalan, jika jalan tidak
mempunyai drainase yang baik tentunya akan dengan mudah untuk rusak.
hal tersebut yang melatar belakangi kami untuk membuat sebuah konsep
konstruksi jalan yang dapat menyalurkan air masuk kedalam lapisan tanah
sehingga kualitas dan kandungan air tanah tetap terjaga dengan baik.
1
1.2 Perumusan Masalah
2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kondisi Air Tanah
Pengetahuan masyarakat tentang air tanah yang menjadi sumber air bersih
harus di tingkatkan. Sosilalisasi dari pihak terkait sangat diperlukan, banyak dari
masyarakat yang belum mengetahui tentang air tanah ini, buktinya dengan masih
banyak betonisasi jalan-jalan di kampung. Walaupun sudah banyak dari
masyarakat yang menggunakan “conblock” tetap saja peresapan terhadap air
tanah masih belum mendapatkan hasil yang maksimal.
Menurut data yang dikeluarkan oleh Ditjen Sumber Daya Air (2006), yang
mengacu pada data yang disampaikan oleh World Water Forum (2005), bahwa
saat ini 25% populasi dunia mengalami masalah kekurangan air minum dan satu
dari tiga orang di dunia tidak mendapatkan pelayanan sanitasi yang baik.
Menjelang tahun 2025 sekitar 2,7 milyar jiwa atau 30,33% populasi dunia akan
menghadapi kekurangan air. World Bank (2005), mengungkapkan bahwa 2
pemenuhan air bersih akan memberi pengaruh terhadap kesehatan, produktifitas
ekonomi dan perkembangan suatu negara.
Rohani Budi Prihatin dalam artikel Problem Air Bersih di Perkotaan, 2013
menyebutkan bahwa ketersediaan air di Indonesia mencapai 15.500 m3 per kapita
per tahun. Angka ini masih jauh di atas ketersediaan air rata-rata di dunia yang
hanya 8.000 m3 per tahun. Meskipun begitu, Indonesia masih mengalami
kelangkaan air bersih, terutama di kota-kota besar. Selain itu, menurut laporan
Kelompok Kerja Air Minum dan Penyehatan Lingkungan Indonesia, ketersediaan
air di Pulau Jawa hanya 1.750 m3 per kapita per tahun pada tahun 2000 dan akan
terus menurun hingga 1.200 m3 per kapita per tahun pada tahun 2020. Padahal
standar kecukupan minimal adalah 2.000 m3 per kapita per tahun.
Pakar Hidrologi Universitas Gajah Mada Ig L Setyawan Purnama
menyebutkan bahwa sekitar 50 persen wilayah di Kota Yogyakarta dan
Kabupaten Sleman terancam krisis air. Hal ini disebabkan pertambahan jumlah
penduduk dan alih fungsi lahan resapan menjadi perumahan dan bangunan
komersial. "Kebutuhan air di Yogyakarta dan Sleman tinggi karena jumlah
penduduk bertambah dan tingkat ekonominya naik sehingga memiliki
3
kecenderungan penggunaan airnya tinggi,” ujar Setyawan dalam rilis yang
diterbitkan Humas UGM, Jumat (2/9/2016) (Dari Kompas)
2.2 Beton
Beton adalah campuran antara semen portland atau semen hidraulik
lainnya, agregat halus, agregat kasar, dan air, dengan atau tanpa bahan tambahan
yang membentuk masa padat. yang dicampur jadi satu dengan suatu pasta yang
terbuat dari semen dan air membentuk suatu massa mirip batuan. Terkadang, satu
atau lebih bahan aditif ditambahkan untuk menghasilkan beton dengan
karakteristik tertentu, seperti kemudahan pengerjaan (workability), durabilitas,
dan waktu pengerasan. Agregat mempunyai peran sebagai penguat, semen
(matriks) mempunyai kekuatan dan rigiditas yang lebih rendah berperan sebagai
pengikat dan air (mixer) sebagai media pencampur untuk menghomogenkan
komposisi penyusun dan kontak luas permukaan.
4
berkisar 12% sampai 25%. Rongga ini mengakibatkan berkurangnya kepadatan
dari beton serta berkurangnya jumlah luasan yang perlu diselimuti oleh pasta
semen, sehingga berdampak langsung terhadap porsi semen dalam campuran dan
mampu menghemat biaya konstruksi . Penggunaan fas yang terlalu tinggi pada
beton porous mengakibatkan pasta semen terlalu cair dan mengalir meninggalkan
agregat sehingga terjadi endapan di bagian dasar. Untuk mengatasi endapan
diperlukan bahan pengisi pori antar agregat kasar yang masih memungkinkan air
untuk menembus beton, dan penggunaan faktor air semen (fas) sekecil mungkin.
Beton berpori ramah lingkungan yang baru dikembangkan di masyarakat
Indonesia saat ini yaitu “ThruCrete” merupakan solusi perkerasan beton berpori
yang ramah lingkungan, dapat mencegah terbentuknya genangan air dipermukaan
serta membiarkan air terserap tanah sehingga beban drainase berkurang dapat
mengurangi kemungkinan banjir. Aplikasi ThruCrete di desain dengan tebal
perkerasan 15 cm, tebal lapis bawah(base coarse) 7cm dan rongga dan rongga
udara 30 persen. Beton ini dapat menampung air sebanyak 66 liter per meter
persegi. Jenis beton ini sudah diaplikasikan di landasan pacu Bandara Juanda, dan
pada area taxi way seluas 3.500 meter persegi. Selain itu, di Jakarta, Holcim telah
menerapkan ThruCrete pada trotoar di Jalan Rasuna Said
2.4 Implementasi
Beton berpori sangat cocok untuk konstruksi jalan perkampungan yang
tidak memiliki beban atau gaya yang besar terhadap jalan di karenakan beban
yang berjalan maksimal sebatas mobil saja. Dengan menerapkan konstruksi beton
tersebut di perkampungan, akan menyerap air hujan dengan lebih maksimal.
5
Pasir berfungsi menyalurkan air dari lapisan 1 ke lapisan bawahnya dan
menyaring kotoran, sehingga tidak menyumbat tanah dalam peresapan.
c. Lapisan kerikil krokos berpasir dengan ketebalan 10 cm
Kerikil krokos berpasir mempunyai fungsi menyaring kotoran, menahan
beban dan menampung sementara air hujan sebelum diserap ke tanah.
d. Lapisan tanah dasar yang memiliki daya dukung
Mempunyai fungsi untuk menahan beban atau gaya diatasnya dan
menyerap air hujan dengan maksimal. Berikut gambar konsepnya:
6
BAB 3
METODE PELAKSANAAN
3.1 Tempat danWaktu
Program ini dilaksanakan di Universitas Negeri Yogyakarta selama 4
bulan, yaitu dari bulan Februari 2018 sampai dengan bulan Mei 2018.
3.2 Alat dan Bahan
Alat Bahan
Ember Semen
Sekop Air Bersih
Cangkul Kerikil krokos
Mesin Molen Pasir Halus
Cetakan Benda Uji
Kotak Adukan
Sendok Semen
Ember
Plastik
7
b. Pembuatan
Pada tahap ini, pembuatan beton berpori, dimulai dari persiapan alat
dilanjutkan pencampuran bahan bahan untuk di jadikan beton berpori
c. Pengujian
Setelah beton terbentuk dilakukan pengujian menggunakan mesin
tekan beton untuk diketahui kekuatan dari beton berpori tersebut,
sehingga dalam aplikasi dilapngan tidak mudah untuk rusak.
Pengujian yang kedua mengenai pori dalam beton tersebut, seberapa
besar air yang dapat melalui pori pori dalam beton, sehingga nanti dapat
di terapkan di lapangan.
d. Perancangan Ulang
Perancangan ulang dilakukan sebagai bentuk respon terhadap hasil
pengujian yang dilakukan. Tahap ini bertujuan untuk memberikan desain
alat yang lebih baik dari desain sebelumnya. Tahap ini juga dapat dilewati
jika pada pengujian pertama tidak didapat masalah yang berarti dari alat
yang dibuat.
e. Penerapan
Setelah dilakukan penelitian terhadap beton berpori, selanjutnya
adalah penerapan beton dilapangan. Penerapan dilapangan nanti akan di
lakukakn di jaln jalan dalam perkampungan. Sehingga air dapat diserap
maksimal oleh tanah di jalan terebut.
f. Evaluasi
Tujuan dilakukannya evaluasi adalah untuk mengetahui ketercapaian
tujuan dari program yang dilaksanakan, sehingga nantinya dapat
dilakukan perbaikan dan pengembangan menjadi lebih baik lagi. Evaluasi
dilakukan dengan cara diskusi satu kelompok dan juga dosen
pembimbing.
8
BAB 4
BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN
9
DAFTAR PUSTAKA
Arusmalem Ginting. 2015. “Kuat Tekan dan Porositas Beton Porous dengan
Bahan Pengisi Styrofoam”. Yogyakarta: Jurnal Teknik Sipil Vol.
11,No.2: 76-168.
https://balai3.wordpress.com/2011/10/17/sosialisasi-dan-desiminasi-peraturan-
perundang-undangan-jalan-uu-llaj-serta-inspeksi-keselamatan-jalan/ diakses pada
10 Desember 2017
http://birohukum.pu.go.id/uploads/DPU/2015/Lamp-PermenPUPR18-2015.pdf
diakses 8 desember 2017
https://www.google.com/search?q=perundang-undangan+untuk+jalan&ie=utf-
8&oe=utf-8&client=firefox-b-ab#q=perundang-
undangan+untuk+konstruksi+jalan&* diakses pada 9 desember 2017
http://regional.kompas.com/read/2016/09/02/14472031/50.persen.wilayah.yogyak
arta.dan.sleman.terancam.krisis.air diakses 9 desember 2017
https://www.google.com/search?
q=langkah+strategis+untuk+konstruksi+jalan&ie=utf-8&oe=utf-8&client=firefox-
b-ab diakses 10 desember 2017
http://nationalgeographic.co.id/berita/2015/12/beton-penyerap-air-bisa-jadi-solusi-
banjir diakses 10 desember 2017
10
8