Anda di halaman 1dari 205

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN ADAB TIDUR SEHAT

SUNAH ROSUL TERHADAP KUALITAS TIDUR SISWA MI


DI PONDOK PESANTREN AL-MUKHTAR ADIPALA CILACAP
TAHUN 2017

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar


Sarjana Keperawatan (S. Kep) Pada Program Studi S1
Keperawatan STIKES Al-Irsyad Al-Islamiyyah Cilacap

Oleh :
NOVA MUTAWAROH
NIM. 108113074

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
AL-IRSYAD AL-ISLAMIYYAH CILACAP
2017
SKRIPSI

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar


Sarjana Keperawatan (S. Kep) Pada Program Studi S1
Keperawatan STIKES Al-Irsyad Al-Islamiyyah Cilacap

Oleh :
NOVA MUTAWAROH
NIM. 108113074

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
AL-IRSYAD AL-ISLAMIYYAH CILACAP
2017

i
ii
iii
iv
v
MOTTO

Dan bahwasannya seseorang manusia tidak memperoleh selain apa yang telah
diusahakannya. Dan bahwasannya usahanya itu kelak akan diperlihatkan
(kepadanya) (QS. An-Najm ayat 39-40)

Orang pandai ialah orang yang mengetahui dimana letak kebodohannya dan ingin
selalu mencari ilmu, sedangkan orang bodoh ialah orang yang selalu
memperlihatkan segala amal dan kelebihan yang dimilikinya

Beramallah dengan ilmu dan


berilmulah untuk beramal

vi
HALAMAN PERUNTUKAN

Bismillahirrohmaanirrohiim 
Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu. Dia telah menciptakan manusia dari
segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang maha mulia. Yang mengajar
manusia dengan pena. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya (QS:
Al-’Alaq 1-5)

Setiap untaian kata ini adalah wujud dari keagungan dan kasih sayang yang diberikan
Alloh SWT kepada umatnya..
Segala Puji bagi-Mu ya Allah… Alhamdulillahirobbil’aalamiin..
Ya Alloh.. Ya Tuhan ku..
Engkau telah melimpahkan nikmat dan karunia-Mu…
Engkau melimpahkan hidayah dan taufik-Mu…
Engkau permudah dalam setiap langkahku..
Syukurku tiada akhir… Lantunan shalawat dan salam dalam silahku merintih
kepada Rosulullah SAW, serta beriring Al-Fatihah dalam setiap do’a ku
menadahkan do’a dalam syukur yang tiada terkira, terima kasihku untuk-Mu.
Atas takdir-Mu telah Kau jadikan aku manusia yang senantiasa berpikir, berilmu,
beriman dan bersabar dalam menjalani kehidupan ini. Semoga keberhasilan ini
menjadi satu langkah awal bagiku untuk meraih cita-cita ku..

Teruntuk:
Trimakasih ibu dan bapak, kalian kekasih hati yang tidak pernah surut mencintai
dengan penuh keikhlasan sepenuh hati… Untuk Mba jua, Dek ica dan dek rizki
kalian kakak dan adik-adik ku tersayang, saudara dan seseorang disana, doa dan
support kalian, penyemangat hidupku dan kebahagiaanku..

Bu wid dan Pak sapto trimakasih atas bimbingan dan do’a nya, maafkan saya sering
merepotkan, mengganggu waktu ibu dan bapa.. Dan pak suko sebagai penguji I
trimakasih atas semua masukan yang diberikan ketika ujian..

Trimakasih bunda lia dan miss lia yang tetep semangat dan sabar memberiakan
semangat untuk kita semua angkatan S1 Keperawatan 2013

vii
Ader, atus dan rachma, temen-temen dan dosen bilang kita empat serangkai,
kenanglah selalu perjuangan, kebersamaan suka dan duka kita, persahabatan kita..
Trimakasih atas support dan bantuan kalian semua…

Trimasih teman-teman Kost WISMA AGUNG: Ader , Mba ayu, Tri Puji, Nuning,
Melina dan dini, kalian memberikan kehangatan sebagai keluarga keduaku,
seseorang yang selalu meberikan dukungan semangat dan do’a,

Thank for all (adek-adek pondok pesantren al-muktar adipala yang bersedia
menjadi responden, mba sa’adah dan pak kyai yang telah mengijinkan saya
melakukan penelitian di ma’had tercinta..

Trimakasih untuk ibu rohmah selaku kepala sekolah MI Al-Mukhtar dan semua
guru, yang sudah mengijinkan saya untuk melakukan uji istrumen penelitian saya
yang memeberi bimbingan dan informasinya untuk pelaksanaan penelitian saya..

Trimakasih untuk neng sulis, neng tanti, dkk, yang sudah ikut berpartisifasi dalam
pelaksanaan penelitian ini..

Trimakasih untuk semuanya.. Alhamdulillah, semoga skripsi ini membawa


kebermanfaatan. Jika hidup bisa ku ceritakan di atas kertas, entah berapa banyak
yang dibutuhkan hanya untuk mengucapkan terima kasih..

viii
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullohi Wabarokaatuh

Alhamdulillah puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Alloh SWT atas

Rahmat, Taufik, dan hidayah-Nya serta petunjuk kemudahan dalam menyusun

skripsi penelitian sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Keperawatan yang berjudul “Pengaruh Pendidikan Kesehatan Adab Tidur Sehat

Sunah Rosul Terhadap Kualitas Tidur Siswa MI Di Pondok Pesantren Al- Mukhtar

Adipala Cilacap Tahun 2017”. Selama proses penyususnan skripsi ini, peneliti

mendapatkan arahan dan bimbingan dari berbagai pihak sehingga dapat tersusun

dengan baik. Oleh karena itu peneliti mengucapkan terimakasih kepada:

1. Allah SWT yang telah memberikan segala curahan kenikmatan dan hidayah

yang tak terhingga, sehingga proposal skripsi ini dapat tersusun dengan baik.

2. Rosululloh SAW yang telah menjadi tauladan dengan baik

3. Bapak, ibu, kakak dan adik yang tercinta yang senantiasa memberikan

semangat, moral, materil serta doa yang selalu mendoakan untuk kesuksesan.

4. Ahmad Subandi, M. Kep., Sp. Kep. An Selaku Ketua STIKES Al-Irsyad Al-

Islamiyyah Cilacap dan Pembina Akademik S1-Keperawatan 4B.

5. Trimeilia Suprihatiningsih, S. Kp., M. Kes. Selaku Ketua Program Studi S1

Keperawatan STIKES Al-Irsyad Al-Islamiyyah Cilacap.

6. Widyoningsih, M. Kep., Sp. Kom selaku pembimbing I dan Penguji II yang

telah meluangkan waktu dan membimbing peneliti dalam menyusun skripsi

penelitin ini.

ix
x
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.............................................................................................i
HALAMAN PERSETUJUAN..............................................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN...............................................................................iii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN PENULISAN..........................................iv
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS
AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS................................................v
MOTTO.................................................................................................................vi
HALAMAN PERUNTUKAN...............................................................................vii
KATA PENGANTAR...........................................................................................ix
DAFTAR ISI.........................................................................................................xi
DAFTAR TABEL.................................................................................................xv
DAFTAR BAGAN................................................................................................xvi
DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................................xvii
ABSTRAK...........................................................................................................xviii
BAB I. PENDAHULUAN....................................................................................1
A. Latar Belakang....................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................10
C. Tujuan Penelitian................................................................................11
D. Manfaat Peneitian...............................................................................12
E. Keaslian Penelitian.............................................................................14
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI............................17
A. TUJUAN PUSTAKA.........................................................................17
1. Pendidikan Kesehatan...................................................................17
a. Definisi 17
b. Sasaran Pendidikan Kesehatan...............................................17
c. Ruang Lingkup Pendidikan Kesehatan...................................18
d. Jenis-Jenis Metode Pembelajaran Pendidikan Kesehatan......20
e. Macam-Macam Media Pembelajaran.....................................21
f. Perilaku Kesehatan 23
2. Anak Usia Sekolah.......................................................................26
a. Definisi 26
b. Pertumbuhan Dan Perkembangan...........................................27
1) Karakteristik Pertumbuhan Dan Perkembangan Fisik.....27
2) Karakteristik Perkembangan Motorik..............................28
3) Karakteristik Perkembangan Kognitif.............................28
4) Karakteristik Perkembangan Moral.................................28
3. Kualitas Tidur Pada Anak Usia Sekolah (6-12 Tahun)................29
a. Konsep Tidur 29
1) Definisi 29

xi
2) Fisiologi Tidur 29
3) Fungsi Endokrin Selama Tidur........................................30
a) Hormon Pertumbuhan 30
b) Hormon Kortisol 31
(1) Ritme Sikardian 31
(2) Siklus Tidur 32
(3) Siklus Bangun Tidur 34
b. Pola Tidur Dan Durasi Tidur Normal Pada Anak..................35
c. Kualitas Tidur 36
d. Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Tidur..........................37
1) Penyakit 37
2) Lingkungan 37
3) Kelelahan 37
4) Gaya Hidup 38
5) Stress Emosi 38
6) Asupan Makan Dan Kalori..............................................38
7) Medikasi 38
e. Gangguan Tidur Pada Anak...................................................38
1) Definisi 38
2) Penyebab Gangguan Tidur Pada Anak............................39
3) Klasifikasi 39
a) Insomnia 39
b) Parasomnia 40
c) Narkolepsi 40
d) Sleep Apnea 40
4) Dampak Gangguan Tidur Pada Anak..............................41
4. Adab Tidur Sehat Menurut Sunah Rosulullah Saw......................41
a. Larangan Tidur Sebelum Isya’ Dan Berbincang Setelahnya. .41
b. Berwudhu Dan Menghadap Kanan.........................................43
c. Membersihkan Tempat Tidur..................................................46
d. Berdo’a....................................................................................47
e. Berdzikir..................................................................................49
f. Membaca Al-Qur’an................................................................50
g. Mematikan Lampu, Menutup Tempat Air, Dan Makanan......52
h. Niat Bangun Solat Malam.......................................................54
5. Pondok Pesantren.........................................................................55
a. Elemen Pokok Pondok Pesantren............................................56
1) Pondok/ Asrama 56
2) Masjid 57
3) Santri 57
4) Kyai 58
5) Pengajian Kitab-Kitab Klasik............................................58

xii
b. Pola Kebiasaan Tidur Anak Pondok Pesantren.......................59
B. KERANGKA TEORI.........................................................................60
BAB III. METODELOGI PENELITIAN.............................................................61
A. KERANGKA KONSEP.....................................................................61
B. HIPOTESIS PENELITIAN................................................................63
C. VARIABEL PENELITIAN................................................................64
D. DEFINISI OPERASIONAL, VARIABEL, CARA
PENGUKURAN, HASIL PENGUKURAN DAN SKALA
PENGUKURAN..................................................................................64
E. DESAIN PENELITIAN.....................................................................66
F. POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN......................................67
G. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN..........................................69
H. ETIKA PENELITIAN........................................................................69
I. ALAT PENGUMPULAN DATA......................................................71
J. PROSEDUR PENGUMPULAN DATA............................................77
K. PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA DATA............................80
BAB IV. HASIL PENELITIAN............................................................................90
A. ANALISA UNIVARIAT...................................................................90
1. Pola Kebiasaan Penerapan Adab Tidur Sehat Sunah Rosul Anak
MI Di Pondok Pesantren Al-Muktar Adipala Cilacap Sebelum
Dan Setelah Diberikan Pendidikan Kesehatan Adab Tidur Sehat
Sunah Rosul...................................................................................90
2. Kualitas Tidur Anak MI Di Pondok Pesantren Al-Muktar
Adipala Cilacap Sebelum Dan Setelah Diberikan Pendidikan
Kesehatan Adab Tidur Sehat Sunah Rosul....................................91
B. ANALISA BIIVARIAT.....................................................................92
1. Uji Prasyarat (Uji Normalitas).......................................................92
a. Uji Normalitas Data Pola Kebiasaan Penerapan Adab Tidur Sehat
Sunah Rosul Sebelum dan Setelah Diberikan
Pendidikan Kesehatan Adab Tidur Sehat Sunah Rosul............92
b. Uji Normalitas Data Kualitas Tidur Sebelum dan Setelah Diberikan
Pendidikan Kesehatan Adab Tidur Sehat Sunah Rosul....................93
c. Uji Normalitas Data Selisih Pre Post Pola Kebiasaan Penerapan
Adab Tidur Sehat Sunah Rosul dan Selisih Pre Post Kualitas Tidur
Anak Mi Di Pondok Pesantren Al- Mukhtar Adipala Cilacap94
2. Pengujian Hipotesis.......................................................................95
a. Perbedaan Pola Kebiasaan Penerapan Adab Tidur Sehat Sunah Rosul
Anak MI Di Pondok Pesantren Al-Muktar Adipala Cilacap Sebelum Dan
Setelah Diberikan Pendidikan Kesehatan Adab Tidur Sehat Sunah Rosul
95
xiii
b. Perbedaan Kualitas Tidur Anak MI Di Pondok Pesantren Al- Muktar
Adipala Cilacap Sebelum Dan Setelah Diberikan Pendidikan
Kesehatan Adab Tidur Sehat Sunah Rosul...............................96
c. Hubungan Perubahan Pola Kebiasaan Penerapan Adab Tidur Sehat
Sunah Rosul dengan Perubahan Kualitas Tidur Anak MI di Pondok
Pesantren Al-Mukhtar Adipala Cilacap....................................97
BAB V. PEMBAHASAN PENELITIAN.............................................................99
A. INTERPRETASI DAN DISKUSI HASIL.........................................99
1. ANALISA UNIVARIAT...............................................................99
a. Pola Kebiasaan Penerapan Adab Tidur Sunah Rosul Anak MI Di
Pondok Pesantren Al-Muktar Adipala Cilacap Sebelum Dan Setelah
Diberikan Pendidikan Kesehatan Adab Tidur Sehat Sunah Rosul 99
b. Kualitas Tidur Anak MI Di Pondok Pesantren Al-Muktar Adipala
Cilacap Sebelum Dan Setelah Diberikan Pendidikan Kesehatan Adab
Tidur Sehat Sunah Rosul...........................................................99
2. ANALISA BIVARIAT..................................................................107
a. Perbedaan Pola Kebiasaan Penerapan Adab Tidur Sunah
Rosul Anak MI Di Pondok Pesantren Al-Muktar Adipala
Cilacap Sebelum Dan Setelah Diberikan Pendidikan
Kesehatan Adab Tidur Sehat Sunah Rosul...............................107
b. Perbedaan Kualitas Tidur Anak MI Di Pondok Pesantren Al-
Muktar Adipala Cilacap Sebelum Dan Setelah Diberikan
Pendidikan Kesehatan Adab Tidur Sehat Sunah Rosul............110
c. Hubungan Pola Kebiasaan Penerapan Adab Tidur Sunah
Rosul dengan Kualitas Tidur Anak MI di Pondok Pesantren
Al-Mukhtar Adipala Cilacap.....................................................114
B. KETERBATASAN PENELITIAN....................................................120
C. IMPLIKASI TERHADAP PELAYANAN DAN PENELITIAN......121
BAB VI. SIMPULAN DAN SARAN...................................................................123
A. SIMPULAN 123
B. SARAN 124
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xiv
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 : Kebutuhan Tidur.................................................................................35

Tabel.3.2 :Definisi Operasional, Variabel, Cara Pengukuran, Hasil Pengukuran,


Hasil Pengukuran dan Skala Pengukuran...........................................64

Tabel 3.3 :Distribusi Aspek Penilaian Dalam Kuisioner Kualitas Tidur..............72

Tabel 3.4 :Uji Statistik Yang Digunakan Untuk Analisis Bivariat.......................83

Tabel.4.1 : Distribusi Frekuensi Pola Kebiasaan Penerapan Adab Tidur Sunah


Rosul Anak Mi Di Pondok Pesantrn Al-Mukhtar Adipala Cilacap
Sebelum Dan Setelah Diberikan pendidikan Kesehatan Adab Tidur
Sehat Sunah Rosul..............................................................................90

Tabel.4.2 : Distribusi Frekuensi Kualitas Tidur Anak Mi Di Pondok Pesantrn Al-


Mukhtar Adipala Cilacap Sebelum Dan Setelah Diberikan pendidikan
Kesehatan Adab Tidur Sehat Sunah Rosul.........................................91

Tabel.4.3 : Uji Normalitas Data Pola Kebiasaan Penerapan Adab Tidur Sunah
Rosul Anak Mi Di Pondok Pesantrn Al-Mukhtar Adipala Cilacap
Sebelum dan Setelah Diberikan Pendidikan Kesehatan Adab Tidur
Sehat Sunah Rosul..............................................................................92

Tabel.4.4 : Uji Normalitas Data Kualitas Tidur Anak Mi Di Pondok Pesantrn Al-
Mukhtar Adipala Cilacap Sebelum dan Setelah Diberikan Pendidikan
Kesehatan Adab Tidur Sehat Sunah Rosul.........................................93

Tabel.4.5 : Uji Normalitas Data Perubahan Kebiasaan Penerapan Adab Tidur


Sehat Sunah Rosul dan Perubahan Kualitas Tidur Pada Anak Mi Di
Pondok Pesantren Al-Mukhtar Adipala Cilacap................................94

Tabel.4.6 : Perbedaan Pola Kebiasaan Penerapan Adab Tidur Sunah Rosul


Anak Mi Di Pondok Pesantrn Al-Mukhtar Adipala Cilacap
Sebelum Dan Setelah Diberikan pendidikan Kesehatan Adab Tidur
Sehat Sunah Rosul..............................................................................95

Tabel.4.7 :Perbedaan Kualitas Tidur Anak Mi Di Pondok Pesantrn Al-Mukhtar


Adipala Cilacap Sebelum Dan Setelah Diberikan pendidikan
Kesehatan Adab Tidur Sehat Sunah Rosul.........................................95

Tabel.4.8 : Hubungan Perubahan Pola Kebiasaan Penerapan Adab Tidur Sehat


Sunah Rosul dengan perubahan Kualitas Tidur Pada Anak MI di
Pondok Pesantren Al-Mukhtar Adipala Cilacap................................97

xv
DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 :Kerangka Teori....................................................................................60


Bagan 3.2 :Kerangka Konsep................................................................................61
Bagan 3.3: Desain Penelitian.................................................................................66
Bagan 3.4: Mekanisme Pengumpulan Data...........................................................79

xvi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian


Lampiran 2. Permohonan Menjadi Responden
Lampiran 3. Informed Consent
Lampiran 4. Lembar Kuisioner Pola kebiasaan penerapan adab Tidur dan
Lembar Kuisioner Kualitas Tidur (PSQI)
Lampiran 5. Mekanisme Pengumpulan Data
Lampiran 6. Hasil Validitas dan Reliabilitas Kuisioner PSQI
Lampiran 7. Hasil Tabulating Lembar Kuisioner
Lampiran 8. Hasil Olah Data SPSS Univariat
Lampiran 9. Hasil Olah Data SPSS Uji Normalitas Data
Lampiran 10. Hasil Olah Data SPSS Bivariat
Lampiran 11. Dokumentasi Pelaksanaan Penelitian
Lampiran 12. Surat Pernyataan Layak Uji Skripsi
Lampiran 13. Daftar Riwayat Hidup
Lampiran 14. Lembar Konsul

xvii
PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN ADAB TIDUR SEHAT SUNAH
ROSUL TERHADAP KUALITAS TIDUR ANAK MI DI PONDOK
PESANTREN AL-MUKHTAR ADIPALA CILACAP TAHUN 2017

Nova Mutawaroh1, Widyoningsih2, Yuni Sapto Edhy Rahayu3


1.
Program Studi S1Keperawatan STIKES Al-Irsyad Al-Islamiyyah Cilacap.
2, 3
Dosen Keperawatan STIKES Al-Irsyad Al-Islamiyyah Cilacap.

ABSTRAK

125 Halaman + 4 Bagan + 12 Tabel + 14 Lampiran

Tidur merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi manusia khususnya


pada usia anak. Kualitas tidur anak pondok dipengaruhi beberapa kebiasaan,
lingkungan dan aktivitas yang menjadi rutinitas mereka dan dapat mengganggu
tidurnya. Anak dengan kualitas tidur yang buruk akan berdampak pada
masalah pertumbuhan, perkembangan, psikologi dan konsentrasinya. Islam
mengajarkan pemeluknya tentang adab tidur yang dicontohkan Rosululloh SAW.
Anak usia sekolah dasar merupakan saat ideal untuk melatih kemampuan motorik
halus, termasuk melatih kebiasaan penerapan adab tidur sunah Rosul, hal itu dapat
diberikan pendidikan kesehatan tentang adab tidur sehat sunah Rosul diharapkan
berpengaruh terhadap kualitas tidur anak pondok pesantren. Berdasarkan data anak
MI di pondok pesantren Al-Mukhtar Adipala Cilacap menunjukan terdapat masalah
tidur, yang dapat dilihat dari total waktu tidur pada malam hari 5-7 jam yaitu 5
siswa (56%), lama waktu yang dibutuhkan untuk tertidur >60 menit yaitu 4 siswa
(44%) dan merasa nengantuk ketika melakukan aktivitas 8 siswa (89%).
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan adab
tidur sehat sunah Rosul terhadap kualitas tidur anak MI di Pondok Pesantren Al-
Mukhtar Adipala Cilacap Tahun 2017. Jenis penelitian pre-eksperimental design
menggunakan One Group Pretest-Posttest Design dengan teknik sampling adalah
Total Sampling. Jumlah sampel 26 siswa kelas IV V dan VI di Pondok Pesantren
Al-Muktar Adipala Cilacap. Data dianalisis dengan menggunakan uji Paried
Sample T-Test, uji Wilcoxon, uji Normalitas dengan Lilifors, dan Uji Korelasi
Pearson Product Moment.
Hasil penelitian ini yaitu terdapat perbedaan pola kebiasaan penerapan adab
tidur sunah rosul sebelum dan setelah diberikan pendidikan kesehatan adab tidur
sehat sunah rosul dengan nilai (pv = 0,002 <  = 0,05), terdapat perbedaan kualitas
tidur antara sebelum dan setelah diberikan pendidikan kesehatan dengan nilai (pv =
0,007   = 0,05), dan tidak terdapat hubungan perubahan pola kebiasaan
penerapan adab tidur sunah Rosul dengan perubahan kualitas tidur sebelum dan
sesudah diberikan pendidikan kesehatan adab tidur sehat Sunah Rosul dengan nilai
(pv = 0,674   = 0,05.

Kata Kunci : Pendidikan kesehatan, adab tidur sehat sunah Rosul, pondok
pesantren, kualitas tidur
Kepustakaan : 87 (2000-2016)

xviii
The Effect Of Health Education Health Sleep Etiquette Sunnah Rosul On
Sleep Quality Of Childrens In Al-Muktar Islamic Boarding School
Adipala Cilacap 2017

Nova Mutawaroh1, Widyoningsih2, Yuni Sapto Edhy Rahayu3


1.
Study Program bachelor of Nursing Institute Of Health Science Al-Irsyad Al-
Islamiyyah Cilacap.
2, 3
Lecturer Of Nursing Institute Of Health Science Al-Irsyad Al-Islamiyyah
Cilacap.

ABSTRACT

125 pages + 4 charts + 12 tables + 14 attachments

Sleep is a very important requirement for humans especially at the age of the
child. The sleep quality of cottage children's is influenced by some of the habits,
environment and activities that become their routine and can disturb their sleep
time. Children with poor sleep quality will have an impact to the growth,
development, psychology and concentration problems. Islam teaches their
adherents about Sleep Etiquette exampled by Rosululloh SAW. The age of children
in Primary school are an ideal time to practice fine motor skills, including to train
the habit of applying sleep etiquette of sunnah Rosul SAW, it can be given the
health education about health sleep etiquette of sunnah rosul SAW expected can be
affected the quality of sleeping childrens in islamic boarding school. Based on the
data of children’s primary school of Al-Mukhtar Adipala Cilacap showed there are
sleep problems, which can be seen from the total sleep time at night 5-7 hours there
are 5 students (56%), the length of time required to sleep > 60 minutes there are 4
Students (44%) and feel sleepy when doing activities are 8 students (89%).
The purpose of this study is to know the effect of health education adab healthy
sleep sunnah Rosul to sleep quality of MI children in Pondok Pesantren Al-
Mukhtar Adipala Cilacap Year 2017. Type of pre-experimental study design using
One Group Pretest-Posttest Design with sampling technique is Total Sampling.
Number of samples are 26 students of fourth, fifth and sixth class in Al-Muktar
Islamic Boarding School Adipala Cilacap. Data were analyzed by using Paried
Sample T- Test, Wilcoxon test, Lilifors Normality test, and Pearson Product
Moment Correlation Test.
The result of this research are there the difference of habitual pattern of sun
bed wearing before and after being given health education of health sleep etiquette
sunnah Rosul with value (pv = 0,002 < 0,05), there the difference of quality of
sleep between before and after given health education with Value (pv = 0,007 <
0,05), and there is no correlation between habitual pattern of sunbed sleeping
practice with change of sleep quality before and after given the health education of
health sleep etiquette sunnah Rosul with value (pv = 0,674 > 0.05).

Keywords :Health Education, Health Sleep Etiquette Sunnah Rosul, Islamic


Boarding School, Sleep Quality
Bibliography : 87 pieces (2000-2016)

xix
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Anak adalah pribadi yang unik, ia bukanlah seorang dewasa yang bertubuh

kecil, namun ia adalah sosok pribadi yang berada dalam masa pertumbuhan

baik secara fisik, mental maupun intelektual (Ardiyanti, 2007). Anak

merupakan amanah Allah SWT yang harus kita lindungi agar tercapai masa

pertumbuhan dan perkembangannya menjadi seorang manusia dewasa sebagai

keberlanjutan masa depan bangsa dengan kualitas yang unggul. Anak memiliki

posisi strategis, karena jumlahnya 38% dari total penduduk Indonesia (Sentika,

2007). Menurut Yanuar (2016) menyatakan bahawa setiap orang tua pasti

menginginkan anaknya menjadi manusia yang pandai, cerdas, dan berakhlak

Lembaga pendidikan yang mampu mencerdaskan bangsa dan membentuk

akhlak salah satunya yaitu pesantren.

Pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam yang memberi pengajaran

agama Islam, tujuannya tidak semata-mata memperkaya pikiran anak dengan

penjelasan yang islami, tetapi untuk meninggikan moral, melatih dan

mempertinggi semangat, menghargai nilai-nilai spiritual dan kemanusiaan,

mengajarkan sikap tingkah laku yang jujur dan bermoral, dan menyiapkan

murid untuk hidup sederhana dan bersih hati. Setiap murid di ajar agar

menerima etik agama di atas etik-etik yang lain. Yang menjadi salah satu ciri

khas dari pondok pesantren adalah semua murid (santri) yang mencari ilmu dan

tinggal bersama dan belajar di bawah bimbingan seorang kyai dengan model

menginap menyatu dengan santri yang lainnya. Tempat tinggal sesaat untuk

1
2

para santri ini yang kemudian oleh orang jawa di populerkan oleh istilah

pondok (Abdurahman, 2002 dalam Haningsih, 2008). Beberapa pondok

pesantren memadukan kurikulum yang dibuat sendiri oleh pesantren, sehingga

selain dibekali ilmu agama, para santri juga mendapat ilmu umum. Para santri

yang menimba ilmu dipondok pesantren diharapkan dapat menguasai ilmu

pengetahuan juga memiliki iman dan taqwa yang sebagai bekal untuk hidup

bermasyarakat. Santri hidup dalam suatu komunitas khas, dengan kyai, ustadz,

santri dan pengurus pesantren, berlandasakan nilai-nilai agama Islam lengkap

dengan norma-norma dan kebiasaan tersendiri (Bashori, 2003).

Berdasarkan pengalam peneliti pada tahun 2010-2013 di pondok pesantren

Al-Hasan Ciamis, bahwa pola hidup dipondok sangat berbeda dengan pola

hidup ketika dirumah. Salah satu perubahan itu adalah mengenai pola tidur,

kegiatan dipondok dimulai dengan bangun lebih awal menerapkan aturan tidur

pada jam 10 malam dan bangun pada jam 3 pagi bagi para muridnya, mengaji

sebelum dan setelah sekolah, solat berjamah, jadwal piket kamar, kemudian

ditambah aktivitas ekstrakurikuler dan tugas sekolah menekan waktu untuk

tidur sehingga menyebabkan anak akan tidur lebih larut dan bangun lebih

cepat. Dan pada saat kegiatan belajar mengajar di sekolah ataupun tempat

mengaji didapatkan fakta bahwa merasa mengantuk dan hampir sebagian siswa

lain juga mengantuk dan sebagian lagi menyatakan susah untuk konsentrasi

pemahaman tentang pelajaran yang disampaikan. Anak yang belum terbiasa

dan menerima kehidupan pesantren beresiko menimbulkan rasa cape dan stress

yang akan berdampak salhn satunya pada pola tidur anak tersebut. Penelitian

yang dilakukan Saifudin & Ery (2012) menunjukan hasil bahwa terdapat
hubungan stress dengan pola tidur siswa pondok pesantren modern di

Bokoharjo.

Tidur merupakan kebutuhan fisiologis yang sangat primer dan mutlak harus

dipenuhi untuk memelihara homeostasis biologis dan kelangsungan hidup bagi

setiap individu. Kebutuhan ini merupakan syarat dasar, apabila kebutuhan ini

tidak terpenuhi, maka dapat mempengaruhi kebutuhan yang lain (Wartonah &

Tarwoto, 2006). Abraham Maslow mengemukakan teori hirarki kebutuhan

manusia tahun 1970, tidur menempati tingkatan yang paling dasar yaitu pada

area kebutuhan fisiologis yang menunjukan bawa tidur sangatlah penting bagi

manusia, seperti halnya udara, makan, minum, istiraat, aktiitas, menjaga suhu

tubuh, tempat tinggal, dan kebutuan dasar lainnya, yaitu keamanan dan

kenyamanan, cinta dan rasa memiliki, harga diri, bakan sampai paling tinggi

yaitu aktualisasi diri (Potter & Perry, 2006).

Tidur bermanfaat untuk menjaga keseimbangan mental emosional dan

kesehatan. Tidur tidak hanya sekedar mengistirahatkan tubuh, tapi juga

mengistirahatkan otak khususnya serebral korteks, yakni bagian terpenting

otak yang digunakan untuk mengingat (Wartonah & Tarwoto, 2006). Tidur

juga penting untuk konsentrasi dalam belajar, kemampuan mengingat dan

adaptasi sosial (Hidayat, 2008). Masyarakat di Indonesia masih menganggap

remehakan kesehatan tidur. Masih banyak pandangan–pandangan keliru

tentang tidur. Misalkan pandangan bahwa tidur merupakan cermin perilaku

pemalas. Masyarakat kebanyakan meremehkan jam tidur karena belum

mengerti akibat yang terjadi apabila seseorang itu tidak tercukupi kebutuhan

tidurnya yang akan berdampak pada kualitas tidur (Prasadja, 2009).


Prof William C dan Dement seorang pakar kesehatan tidur percaya bahwa

untuk menjaga kesehatan, seseorang harus memeperhatikan tiga komponen

yang disebut The Triumvirate of Healt, meliputi: kesehatan fisik,

keseimbangan nutrisi dan tidur yang sehat (Prasadja, 2009). Tidur sehat adalah

dambaan setiap orang, dengan tidur yang sehat akan memberikan dampak

jangka panjang pada kesejahteraan fisik dan psikis manusia. Tidur sehat dan

berkualitas dapat dilihat bukan hanya dari aspek kuantitatif tetapi juga

kualitatif. Banyak diterima oleh kita mengenai tidur 8 jam sehari sebagai tidur

sehat ternyata dipatahkan oleh penelitian Daniel F Kripke seorang profesor ahli

psikiatri Universitas California, hasil penelitiannya selama sekitar 6 tahun di

Amerika Serikat dan Jepang menyimpulkan bahwa tidur selama 8 jam sehari

memiliki resiko kematian lebih cepat dibandingkan selama 6-7 jam sehari,

penelitianya melibatkan responden berusia 30-120 tahun (Hidayatullah, 2010).

Kualitas tidur merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi manusia

khususnya pada usia anak. Kualitas tidur yang baik tentunya sangat

diperlukan tubuh agar tetap merasa bugar. Anak dengan kualitas tidur yang

buruk akan berdampak pada masalah pertumbuhan, perkembangan, psikologi

dan konsentrasinya. Kualitas tidur yang buruk juga akan mengganggu ritme

tubuh dan menghambat kerja otak mempelajari informasi baru. Secara

keseluruhan, anak-anak yang tidak mempunyai kebiasaan tidur secara teratur

memiliki skor yang lebih rendah dalam tes membaca, matematika dan

kepedulian di sekitarnya (Sacker, 2013).

Masalah kualitas tidur yang buruk dapat menimbulkan dampak berupa

gangguan tidur. Penelitian epidemiologi berbasis sekolah menunjukkan


bahwa gangguan tidur sering dijumpai pada anak. Kesulitan untuk memulai

tidur atau mempertahankan tidur terjadi pada sekitar 10% hingga 20%

anak berusia 8-9 tahun, gangguan tidur yang berhubungan dengan pernafasan

terjadi pada sekitar 1%-3% anak usia sekolah, dan mengantuk yang berlebihan

di siang hari tampaknya menyebabkan masalah nyata pada sekitar 10% anak

usia sekolah (Chervin R dkk, 2001).

Kualitas tidur diperngaruhi oleh beberapa faktor seperti lingkungan, suara

bising, cahaya, kebiasaan sebelum tidur, penyakit, medikasi, kelelahan,

gayahidup, posisi tidur dll (Ibrahim, 2013). Salah satu pengaruh posisi tidur

bagi tubuh, penelitian yang dilakukan Supadi (2008) bahwa hasil penelitiannya

menunjukan adanya pengaruh antara posisi tidur semifowler terhadap kualitas

tidur klien gagal jantung. Pengaruh cahaya ketika tidur, dibuktikan oleh

penelitian yang dilakukan Rusmiyati (2015) menunjukan hasil bahwa ada

pengaruh penggunaan cahaya lampu terhadap kualitas tidur remaja dengan

tidak menggunakan lampu pada saat tidur, kualitas tidur seseorang lebih baik.

Tidur yang kita lakukan sebaiknya memang mengikuti petunjuk yang telah

disarankan oleh para ahli kesehatan tersebut, agar tidur yang dilakukan dapat

membawa kebaikan dan kesehatan bagi badan. Hal ini menunjukkan kepada

kita betapa pentingnya tidur bagi kesehatan. Semua orang memebutuhkan

tidur, selain makan dan minum, tidur merupakan titik awal munculnya energi

baru. Setiap orang tidak terlepas dari faktor-faktor biologis yang selalu

membutuhkan istirahat atau tidur agar mempertahankan status kesehatan pada

tingkat kesehatan yang optimal (Rakhmat, 2008).


Berdasarkan pemahaman peneliti mengenai kesehatan, Rosul dalam

hadisnya telah memberikan perhatian yang mendalam terhadap masalah

kesehatan manusia, kesehatan badan dan jiwa. Bentuk syukur terhadap nikmat

kesehatan yang Allah berikan ialah dengan mengikuti petunjuk Rosul dan

selalu menjaganya. Imam Ibnu Al-Qayyim seorang intelektual Islam

berpendapat bahwa barangsiapa yang merenungkan petunjuk Rosul maka dia

akan menyadari bahwa petunjuk beliau itu adalah yang paling baik untuk

menjaga kesehatan. Ibnu Qoyyim, berkata: “Barang siapa yang memperhatikan

Adab tidur Rasulallah SAW niscaya ia akan memahami Adab tidur yang benar

dan paling bermanfaat untuk badan dan organ tubuh” (Hidayatullah, 2010).

Tidur Nabi Rasulallah SAW adalah tidur yang paling baik dan bermanfaat

bagi tubuh dan kekuatannya, begitu pula bangun beliau Rasulallah SAW.

Setelah bangun beliau bersiswak, wudu, dan mendirikan shalat tahajud hingga

waktu shalat subuh, kemudian beliau beristirahat sejenak hingga waktu

terbitnya matahari. Yang demikian ini tentu akan mendatangkan kebaikan hati

dan badan, di dunia dan di akhirat (Al-Jauziyah, 2000). Seperti penelitian yang

dilakukan Rinawati (2012) menyatakan bahwa terdapat pengaruh terapi wudhu

sebelum tidur terhadap kejadian insomnia pada lanjut usia. Penelitian lain yang

dilakukan oleh solechah (2016) bahwa kesimpulan dari penelitiannya adalah

dalam pembahasan hadist tentang berbaring ke kanan saat tidur dapat dipahami

bahwa anjuran untuk tidur berbaring ke kanan tersebut bukan merupakan

perintah yang harus dikerjakan, melainkan hanya sebuah anjuran saja. Karena

seseorang akajn mencari cara supaya tidurnya itu nyaman dan berkualitas.

Hikmah dianjurkannya tidur miring kanan adalah karena dengan niring


kekanan mempunyai banyak manfaat diantaranya mengistirahatkan otak kiri,

mengurangi beban jantung, mengistirahatkan lambung, meningkatkan waktu

penyerapan gizi, merangsang buang air besar, menjaga kesehatan paru-paru,

dan menjaga saluran pernafasan.

Penjelasan adab tidur Rosul diatas memberikan beberapa pengaruh terhadap

kesehatan tubuh yang seharusnya kita sebagai umat Nabi Muhammad SAW

wajib mengetahuinya dan mempraktekkan dalam kehidupan sehari-hari yang

berkaitan dengan tata cara tidur Rosul yaitu bagaimana tidur yang baik, dan

mendatangkan berkah. Upaya pemahaman dan pola kebiasaan penerapan adab

tidur pada anak sebaiknya dilakukan sejak usia dini. Anak-anak biasanya untuk

melakukan adab tidur terbentuk melalui proses belajar, baik mencontoh

maupun bimbingan orang tua atau pengasuhnya. Peran sekolah atau lembaga

pendidikan anak dan orang tua sangat diperlukan dalam proses menciptakan

kebiasaan menerapakan adab tidur. Usia sekolah dasar merupakan saat ideal

untuk melatih kemampuan motorik seorang anak (Riyanti & Saptarini, 2012).

Pengetahuan yang ada pada seseorang diterima melalui indera. Menurut

penelitian para ahli, indera yang paling banyak menyalurkan pengetahuan ke

dalam otak adalah indera pandang. Kurang lebih 75%- 87% dari pengetahuan

manusia disalurkan melalui indera pandang. Sedangkan 13% melalui indera

dengar dan 12% lainnya tersalur melalui indera yang lain (Maulana, 2009).

Banyak media pendidikan kesehatan yang dapat digunakan dalam

memberikan informasi kesehatan, menurut Notoatmodjo (2010) media yang

dapat digunakan dalam pendidikan kesehatan, meliputi media visual, audio,

dan audio visual. Penelitian yang dilakukan Haryoko (2009) Media audio
visual dipilih sebagai alternatif dalam mengoptimalkan proses pembelajaran

karena media audio visual dapat dikemas dalam proses pembelajaran, lebih

menarik, dan dapat diedit (diperbaiki) setiap saat. Menggunakan media audio

visual sebagai media pembelajaran didapatkan hasil bahwa pembelajaran

menjadi lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran melalui pendekatan

konvensional. Penelitian lain yang dilakukan Solikhah W (2015) didapatkan

hasil pengetahuan siswa SD Negeri Pajang III Surakarta tentang gizi seimbang

setelah diputarkan media audio visual ada peningkatan pengetahuan gizi yang

baik sebesar 13,7%. Audio Visual sebagai media yang menggabungkan dua

indera sekaligus alat bantu yang tepat media ini sangat baik digunakan untuk

pendidikan kesehatan anak-anak sekolah dasar (SD).

Anak usia Sekolah Dasar (SD) merupakan suatu kelompok yang sangat

strategis untuk melakukan pola kebiasaan penerapan secara dini mengenai adab

tidur, pada masa ini anak mulai mengembangkan pola berpikir logis dari pola

pikir intuitif dan terjadi perubahan dari interaksi egosentris menjadi interaksi

kooperatif. Pemberian pengetahuan oleh peneliti tentang pentingnya adab tidur

Sehat Sunah Rosul pada murid kelas IV-VI yang rata-rata berumur 9-12 tahun

diharapkan anak berpengetahuan adab tidur dengan baik, karena pada masa ini

adalah masa kritikal, dimana adab tidur dapat terbiasa diaplikasikan dalam

kehidupan sehari-hari dan berdampak baik dalam kehidupan anak.

Berdasarkan hasil survei pendahuluan pada siswa MI (Madrasah

Ibtidaiyyah) di Pondok Pesantren Al-Mukhtar Adipala Cilacap Tahun 2017

pada kelas IV, V dan VI yang terdiri dari 3 kelas yaitu kelas IV terdiri dari 9

siswa, kelas V terdiri dari 11 siswa dan kelas VI terdiri dari 7 siswa, jumlah
total sebesar 27 siswa. Survei pendahuluan dilakukan dengan membagikan 18

pertanyaan pengetahuan tentang adab tidur Sehat Sunah Rosul terhadap 9 siswa

yang terdiri dari perwakilan kelas V dan kelas VI yang dipilih secara acak.

Berdasarkan hasil jawaban pengetahuan tentang adab tidur sehat didapatkan

hasil sebanyak 7 siswa (78%) pengetahuan baik, 2 siswa (22%) pengetahuan

cukup baik dan tidak ada siswa dengan pengetahuan yang kurang.

Survei pendahuluan lain yang dilakukan dengan memeberikan 7 aspek

pertanyaan mengenai kualitas tidur pada siswa MI (Madrasah Ibtidaiyyah) di

Pondok Pesantren Al-Mukhtar Adipala Cilacap Tahun 2017 pada kelas IV, V

dan VI didapatkan hasil menunjukkan mayoritas tidak dapat tidur dengan baik

yang dapat dilihat dari total waktu tidur pada malam hari 5-7 jam yaitu 5 siswa

(56%), lama waktu yang dibutuhkan untuk tertidur >60 menit yaitu 4 siswa

(44%) dan merasa nengantuk ketika melakukan aktivitas 8 siswa (89%). Dan

mayoritas responden mengalami faktor-faktor ganggguan tidur secara fisik

seperti pusing 7 siswa (78%), rasa tidak nyaman 7 siswa (78%), sulit bernafas

2 siswa (22,2%), batuk-batuk 2 siswa (22%), mudah lelah dan merasa

kedinginan dimalam hari 9 siswa (100%); maupun dari faktor lingkungan

seperti kebisingan dan sorot lampu ruangan yang terlalu terang 6 siswa (67%).

Hasil wawancara dengan ketua pengurus puteri Pondok Pesantren Al-

Mukhtar Adipala Cilacap Tahun 2017 dalam survei pendahuluan didapatkan

data bahwa Siswa MI Al-Mukhta sudah mendapatkan materi tentang adab tidur

sehari-hari ketika disekolah tetapi anak-anak belum pernah mendapatkan

pendidikan kesehatan tentang adab tidur sehat sunah Rosul. Dari pengurus

santri mengatakan sering mengingatkan mereka untuk mengamalkan adab tidur


tersebut ketika menjelang tidur walaupun anak-anak susah untuk menerapkan

adab tidur tersebut sebagai kebiasaannya sebelum tidur. Selain itu, masalah

selanjutnya adalah apakah dengan diberikan pendidikan adab tidur sehat sunah

Rosul mempunyai implikasi dalam membantu tercapainya kualitas tidur

dengan perantara perilaku pola kebiasaan penerapan adab tidur. Berdasarkan

dari problematika tersebut, penulis termotivasi untuk meneliti tentang

pendidikan kesehatan adab tidur dengan mengajukan judul “Pengaruh

Pendidikan Kesehatan Adab Tidur Sehat Sunah Rosul terhadap Kualitas Tidur

Siswa MI di Pondok Pesantren Al-Mukhtar Adipala Cilacap Tahun 2017”

B. RUMUSAN MASALAH

Tidur merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi manusia

khususnya pada usia anak. Pola tidur anak pondok dipengaruhi oleh banyak

nya aktivitas yang harus dilakukan menjadi rutinitas sehari-harinya. Dari

kebiasaan tersebut beresiko menyebabkan masalah terhadap kualitas tidurnya.

Kualitas tidur yang baik tentunya sangat diperlukan tubuh agar tetap

merasa bugar. Anak dengan kualitas tidur yang buruk akan berdampak

pada masalah pertumbuhan, perkembangan, psikologi dan konsentrasinya.

Islam merupakan agama yang penuh dengan peraturan pada setiap sisi

kehidupan dalam berperilaku sehari-harinya. Banyak hadis Rosul yang dapat

kita teladani dan mempraktekkan segala kepribadian dan perilaku Rosul dalam

kehidupan kita sehari-hari, salah satunya yaitu mengenai Adab Tidur Rosul.

Banyak hal yang bermanfaat tersembunyi dari seluruh akhlak baik Beliau yang

dijelaskan dalam banyak hadis yang berisi tentang tata cara tidur Rosul, ini
menunjukkan bahwa secara tidak langsung Rosululloh SAW mengajarkan

kepada umatnya bagaimana cara tidur yang baik dan berkah. Peneliti

melakukan survei pendahuluan pada siswa kelas IV-VI MI ponpes Pesantren

Al-Mukhtar Adipala Cilacap Tahun 2017 menunjukkan mayoritas siswa

(santri) tidak dapat tidur dengan baik yang dapat dilihat dari total waktu tidur

pada malam hari 5-7 jam yaitu 5 siswa (55,6%), lama waktu yang dibutuhkan

untuk tertidur >60 menit yaitu 4 siswa (44%) dan merasa nengantuk ketika

melakukan aktivitas 8 siswa (89%) dan mayoritas responden mengalami

ganggguan tidur secara fisik maupun lingkungan.

Berdasarkan uraian latar belakang, maka penulis ingin mengetahui pengaruh

pendidikan kesehatan apakah dapat memepengaruhi kualitas tidur pada anak

pondok melalui pola kebiasaan penerapan adab tidur. Sehingga peneliti

merumuskan masalah dalam penelitian ini adalah “Pengaruh Pendidikan

Kesehatan Adab Tidur Sehat Sunah Rosul terhadap Kualitas Tidur Siswa MI di

Pondok Pesantren Al-Mukhtar Adipala Cilacap Tahun 2017”

C. TUJUAN PENELITIAN

1. Tujuan Umum

Mengetahui Pengaruh Pendidikan Kesehatan Adab Tidur Sehat Sunah

Rosul terhadap Kualitas Tidur Siswa MI di Pondok Pesantren Al-Mukhtar

Adipala Cilacap Tahun 2017.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi pola kebiasaan penerapan adab tidur sehat Rosul siswa

MI di Pondok Pesantren Al-Mukhtar Adipala Cilacap Tahun 2017


sebelum dan setelah diberikan pendidikan kesehatan adab tidur sehat

sunah Rosul.

b. Mengidentifikasi kualitas tidur siswa Mi Di Pondok Pesantren Al-Mukhtar

Adipala Cilacap Tahun 2017 sebelum dan setelah dilakukan pola

kebiasaan penerapan adab tidur sehat sunah Rosul.

c. Mengidentifikasi perbedaan pola kebiasaan penerapan adab tidur sehat

Rosul siswa MI di Pondok Pesantren Al-Mukhtar Adipala Cilacap

sebelum dan setelah diberikan pendidikan kesehatan adab tidur sehat

sunah Rosul.

d. Mengidentifikasi perbedaan Kualitas Tidur Siswa MI di Pondok Pesantren

Al-Mukhtar Adipala Cilacap Tahun 2017 sebelum dan setelah dilakukan

pola kebiasaan penerapan adab tidur sehat sunah Rosul.

e. Mengidentifikasi hubungan perubahan pola kebiasaan penerapan adab

tidur sunah Rosul terhadap perubahan kualitas tidur siswa MI di Pondok

Pesantren Al-Mukhtar Adipala Cilacap Tahun 2017.

D. MANFAAT PENELITIAN

1. Manfaat Teoritis

Menambah khasanah referensi ilmiah tentang Pengaruh Pendidikan

Kesehatan Adab Tidur Sehat Sunah Rosul terhadap Kualitas Tidur Siswa

MI di Pondok Pesantren Al-Mukhtar Adipala Cilacap Tahun 2017.


2. Manfaat Praktis

a. Bagi Pondok Pesantren dan Anak

Hasil penelitian dapat menjadi wacana pesantren agar dapat

memberikan pendidikan kesehatan dan membimbing anak santrinya

untuk menerapakan adab tidur. Dan memberikan panduan jelas tentang

Adab tidur yang benar dan dapat mengantarkan pada kesehatan.

Kemudian diarapkan pengetahuan yang diperoleh akan mengasilkan

keberkahan hidup yang salah satunya dapat meningkatkan kualitas tidur,

membentuk kepribadian anak yang mulia melalui penerapan adab tidur.

b. Bagi peneliti

Penelitian ini dapat memberikan wawasan mengenai pengaruh

pendidikan kesehatan adab tidur sehat sunah Rosul terhadap kualitas

tidur sehingga dapat diimplementasikan pada mata kuliah keperawatan

islam (ismlamic Nursing), dan mengaplikasikan mata kuliah Metodologi

Riset Keperawatan, serta merupakan pengalaman melakukan penelitian.

c. Bagi Perawat

Hasil penelitian dapat menjadi pustaka bagi para perawat agar dapat

memberikan pendidikan kesehatan tentang adab tidur Sehat Sunah Rosul

sehingga meningkatkan peran perawat dalam kesehatan tubuh yaitu pada

kebutuan tidur, kualitas tidur dan adab adab tidur.

d. Bagi Sosial

Secara social penelitian ini diarapkan berguna bagi lingkungan umat

islam dan umumnya bagi seluruh manusia sehingga dapat mengatur

Adab
tidur sesuai ketentuan syariat dan baik bagi kesehatan yaitu sala satunya

kualitas tidur pada seseoang melalui penkes dan penerapan adab tidur.

E. KEASLIAN PENELITIAN

1. Penelitian Amalia Solikhah Widiyanti (2015), Perbedaan Pengaruh

Pendidikan Gizi Seimbang Dengan Media Audio Visual Terhadap

Pengetahuan Siswa SD Negeri Pajang III Surakarta. Metode penelitian yang

digunakan dalam penelitian ini adalah quasy experimental study dengan one

group pretest-postest design. Penelitian ini didapatkan hasil Pengetahuan

siswa SD Negeri Pajang III Surakarta tentang gizi seimbang sebelum

diputarkan media audio visual termasuk dalam kategori kurang (48,9%),

cukup (44,4%), dan baik (6,7%). Dan pengetahuan setelah diputarkan media

audio visual termasuk dalam kategori kurang (22,2%), cukup (28,9%), dan

baik (48,9%). Ada peningkatan pengetahuan gizi baik sebesar 13,7%.

Perbedaan penelitian ini dengan Amalia Solikhah Widiyanti (2015), adalah

terletak pada variabel independen yaitu pengaruh pendidikan adab tidur

sehat sunah Rosul, perbedaan penelitian ini juga terletak pada variabel

dependen yaitu kualitas tidur siswa MI di Ponpes Al-Mukhtar Adipala

Cilacap Tahun 2017. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pre

experimental design dengan one group pretest-postest design.

2. Penelitian Ahmad Ashliha R (2015), Studi Kritik Hadis-Hadis Amalan

Menjelang Tidur. Alasan peneliti memilih tema tersebut adalah karena dua

hal, pertama, bahwa adanya hadis-hadis amalan Nabi ketika menjelang

tidur. Kedua, adanya manfaat kesehatan terhadap amalan Nabi ketika


menjelang tidur. Karena alasan inilah penulis merasa perlu untuk meneliti

hadis-hadis yang ada. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode deskriptif-analitik. Dengan cara deskriptif dimaksudkan untuk

menggambarkan dan menjelaskan hadis-hadis terkait amalan menjelang

tidur. Adapun analitik yang dimaksud penulis dalam penelitian ini adalah

menjelaskan hadis-hadis amalan menjelang tidur dengan cara

mengkorelasikan dengan ilmu kesehatan sehingga menjadi jelas relevansi

antara keduanya. Hasil dari penelitian yang dilakukan adalah: pertama,

mengetahui kualitas hadis-hadis amalan Nabi ketika menjelang tidur, dan

kedua, manfaat kesehatan terhadap amalan Nabi ketika menjelang tidur.

3. Penelitian Mey Rinawati (2012) Pengaruh Terapi Wudhu Sebelum Tidur

Terhadap Keajdian Insomnia pada usia lanjut didusun Tilaman Wukirsari

Imogiri Bantul Yogyakarta. Desain penelitian ini menggunakan rancangan

eksperimen semu (Quasi Eksperiment) dengan Non-Equialent Control

Group. Pengambilan sampel dengan teknik non probability dengan metode

purposive sampling dengan subyek penelitian usia lanjut usa 6 tahun atau

lebih yaitu berjumlah 10 responden untuk masing-masing kelompok

eksperimen dan control, instrument penelitian yang digunakan yitu

menggunakan uji statistic parametris independent sample test. Hasil

penelitian setelah dilakukan terapi wudhu sebelum tidur adalah kelompok

eksperimen 7 responden tidak mengalami insomnia sedangkan pada

kelompok control tetap mengalami keadian insomnia. Hasil peritungan uii

independent sample t-test diketahui bawa nilai t teritung = -6.34, dengan

nilai signifikan yang diperoleh adalah 0,000.


Perbedaan penelitian ini dengan Mey Rinawati (2012), adalah terletak

pada variabel independen yaitu pengaruh pendidikan adab tidur sehat sunah

Rosul, variabel dependen yaitu pada kualitas tidur siswa MI di Pondok

Pesantren Al-Mukhtar Adipala Cilacap Tahun 2017, perbedaan penelitian

ini terletak juga pada desain yang digunakan yaitu pre experimental design

dengan one group pretest-postest design dan metode pengambilan sampel

yang digunakan adalah total sampling.

Dari penelusuran pustaka yang dilakukan teradap beberapa karya

tersebut, dapat diketaui bawa belum ada penelitian yang secara kusus

membahas pengaruh pendidikan kesehatan adab tidur sehat sunah Rosul

terhadap kualitas tidur siswa MI di Pondok Pesantren Al-Mukhtar, dengan

demikian penulis mengadakan penelitian ini.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI

A. TINJAUAN PUSTAKA

1. PENDIDIKAN KESEHATAN

a. Definisi Pendidikan Kesehatan

Pendidikan kesehatan merupakan serangkaian upaya yang ditujukan

untuk mempengaruhi orang lain, mulai dari individu, kelompok, keluarga

dan masyarakat agar tatalaksanya perilaku hidup sehat. Sama halnya

dengan proses pembelajaran penddidikan kesehatan memiliki tujuan yang

sama yaitu terjadinya perubahan perilaku yang dipengaruhi banyak faktor

diantaranya adalah sasaran dan sasaran pendidikan, proses pendidikan

dan perubahan perilaku yang diharapkan (Setiawan & Dermawan, 2008).

b. Sasaran pendidikan kesehatan

Menurut Setiawan (2008), sasaran pendidikan kesehatan dibagi 3 yaitu:

1) Sasaran primer

Sasaran primer adalah sasaran utama dan menjadi sasaran langsung

atas upaya melakukan pendidikan kesehatan atau promosi kesehatan.

Misal anak SD sebagai sasaran penyuluhan pentingnya melakukan

kebersihan mulut dan gigi.

2) Sasaran sekunder

Sasaran sekunder terdiri atas tokoh agama, tokoh adat, dan

masyarakat. Diberikannya pendidikan kesehatan kepada kelompok ini

akan mempercepat penerimaan informasi kesehatan sehingga perubahan

perilaku kesehatan yang diharapkan dapat tercapai.

17
18

3) Sasaran tersier

Sasaran tersier adalah para pembuat keputusan, pengambil

kebijakan, misalnya pemerintah, pejabat, dan pengusaha.

c. Ruang lingkup pendidikan kesehatan

Menurut Setiawan & Dermawan (2008), ruang lingkup pendidikan

kesehatan adalah sebagai berikut:

1) Berdasarkan aspek kesehatan

a) Aspek promotif

Sasarannya adalah masyarakat yang ada dalam rentang sehat,

sehingga perlu dipertahankan status kesehatannya.

b) Aspek preventif

(1) Pencegahan primer

Sasarannya adalah masyarakat yang beresiko terpapar sebagai

penyakit atau terganggu akan kesehatannya. Misalnya kelompok

ibu hamil, pengguna rokok dan pekerja seks.

(2) Pencegahan sekunder

Sasaran dari pencegahan sekunder adalah para penderita yang

mengalami penyakit kronik seperti asma, kencing manis, dll

(3) Pencegahan tersier

Sasaranya adalah penderita yang baru sembuh dari sakitnya.

2) Berdasarkan tatanan pelaksanaan

a) Tatanan keluarga

Keluarga adalah inti terkecil dari masyarakat yang memiliki

peranan sangat penting dalam penyampaian informasi kesehatan.


Orang tua akan menjadi panutan dan teladan bagi anggota keluarga

yang lainnya, sehingga pemberian informasi kesehatan akan lebih

efektif disampaikan oleh orang tua pada anggota keluarga lain.

b) Tatanan sekolah

Sekolah adalah rumah kedua bagi anak-anak usia sekolah, begitu

juga para guru adalah orang tua kedua bagi anak usia sekolah.

Pemberian informasi tentang kesehatan bisa dilakukan di sekolah,

seperti pentingnya sarapan sebelum berangkat sekolah adalah contoh

pemberian informasi kesehatan yang bisa dilakukan.

c) Tempat kerja

Tempat kerja bisa dijadikan tempat pemberian pendidikan kesehatan

bagi tenaga kerja yang ada dilingkungan perusahaan. Pentingnya

menggunakan alat-alat pelindung diri agar terhindar dari kecelakaan

kerja, gizi yang seimbang untuk produktifitas pekerja bisa dijadikan

topik pendidikan kesehatan di tempat kerja.

d) Tempat umum

Fasilitas umum seperti terminal, pasar, pelabuhan bisa dijadikan

tempat untuk pemberian informasi kesehatan dengan sasaran kepada

masyarakat di wilayah tersebut. Bahaya penyakit DB, penyebaran Flu

Burung, bisa diinformasikan supaya didengar oleh masyarakat.

e) Fasilitas pelayanan kesehatan

Fasilitas pelayanan kesehatan sangat tepat untuk pemberian

informasi kesehatan, fasilitas kesehatan diantaranya balai pengobatan,

klinik, puskesmas, dan rumah sakit (Setiawan, 2008).


d. Jenis-jenis metode pembelajaran pendidikan kesehatan

Menurut Setiawan & Dermawan (2008) metode pembelajaran bisa

digunakan untuk individu, kelompok, dan masa.

1) Metode individu (perorangan)

Metode pembelajaran perorangan diterapkan mengingat masing-

masing individu memilki perbedaan satu sama lain. Perubahan

perilaku yang diharapkan akan dilakukan dengan pendekatan yang

sesuai dengan masing-masing individu.

2) Metode kelompok

Kelompok adalah kumpulan lebih dari satu individu yang satu

sama lainnya melakukan interaksi dalam pemenuhan kebutuhan

hidupnya. Kelompok digolongkan menjadi kelompok besar dan

kelompok kecil. Peserta didik dalam sebuah sebuah kelompok besar,

metode pembelajaran yang bisa digunakan antara lain ceramah dan

seminar. Peserta didik dalam kelompok kecil, metode yang

digunakan antara lain diskusi kelompok, brainstorming (sumbang

saran), diskusi bertahap, buzz group (kelompok kecil), simulasi.

3) Metode massa

Masyarakat adalah sisitem terbuka yang terbentuk atas berbagai

kelompok baik homogen ataupun heterogen yang didalamnya

terdapat interaksi berdasarkan pada nilai atau norma yang dianut.

Metode yang digunakan untuk menyampaikan pesan kesehatan

untuk massa adalah ceramah umum, pidato, simulasi, artikel di masa

media atau masyarakat.


e. Macam-macam media pembelajaran

Menurut Setiawan dan Darmawan (2008) berdasarkan perkembangan

teknologi media dikelompokan kedalam beberapa bagian yaitu:

Teknologi Cetak, Teknologi Audio Visual, Teknologi Komputer dan

Teknologi gabungan (cetak dan komputer). Sedangkan menurut Bahri

(dikutip dalam S. Setiawan & Dermawan, 2008) dalam strategi belajar

mengajar, dilihat dari jenisnyamedia dibagi menjadi:

1) Auditif

Media yang hanya mengandalkan suara saja seperti radio, kaset

rekorder, piringan hitam. Media ini tidak cocok untuk orang tuli atau

mempunyai kelainan pendengaran.

2) Media Visual

Media yang hanya mengandalkan indra penglihatan. Media ini ada

yang menampilkan gambar diam seperti film strip, slide, foto, gambar

atau lukisan, dan cetakan. Ada pula yang menampilkan gambar atau

simbol bergerak seperti film bisu, dan film kartun.

3) Media Audio Visual

Media yang mempunyai unsur suara dan unsur gambar. Jenis

media ini mempunyai kemampuan yang lebih baik karena meliputi

kedua jenis media yang pertama dan kedua. Hamdani (2011)

menjelaskan bahwa media audio visual merupakan kombinasi audio

dan visual atau bisa disebut media pandang dan dengar. Contoh media

audio visual, diantaranya program video atau televisi, dan program

slide suara (soundslide).


Media video atau film pendek terdapat banyak kelebihan, ketika

digunakan sebagai media pembelajaran di antaranya menurut Nugent

(2005) dalam Smaldino dkk (2008), video merupakan media yang

cocok untuk berbagai ilmu pembelajaran, seperti kelas, kelompok

kecil, bahkan satu siswa seorang diri sekalipun. Cheppy Riyana

(2007) menjelaskan bahwa media video pembelajaran harus

mempertimbangkan beberapa kriteria yang salah satunya mengenai

durasi waktu karena pada umumnya durasi video lebih singkat antara

20-40 menit. Hal ini dikaitkan dengan kemampuan daya ingat manusia

terutama usia SD dan konsentrasi cukup terbatas. Secara teknis, video

atau film pendek merupakan film yang memiliki masa putar di bawah

50 menit (Derek Hill dalam Prakosa, 2008). Sementara menurut

Effendy (2009), video film pendek merupakan film dengan durasi di

bawah 60 menit. Mengenai bentuk isinya, video film pendek

memberikan kebebasan bagi para pembuat dan pemirsanya, sehingga

bentuknya menjadi sangat bervariasi, yang terpenting adalah ide dan

pemanfaatan media komunikasinya dapat disampaikan secara efektif.

Smaldino (2008) menjelaskan bahwa video dapat diulang-ulang bila

perlu untuk menambah kejelasan anak dalam memahaminya.

Menurut Djamarah dkk. (1995, dikutip dalam Mubarok dkk, 2007)

media audio visual sebagaialat bantu dalam pembelajaran dan

pengajaran memiliki sifat sebagai berikut:

(a) Kemampuan untuk meningkatkan persepsi, pengertian (pemahaman)

(b) Kemampuan untuk meningkatkan transfer (pengalihan) belajar


(c) Kemampuan untuk memberikan penguatan (reinforcement) atau

pengetahuan hasil yang dicapai

(d) Kemampuan untuk meningkatkan retensi (ingatan)

f. Perilaku Kesehatan

1) Definisi

Perilaku kesehatan secara umum menurut Skiner (dalam Notoatmodjo,

2012) adalah suatu respon seseorang (organisme) terhadap stimulus atau

objek yang berkaitan dengan sakit penyakit, sistem pelayanan kesehatan,

makanan dan minuman, serta lingkungan.

2) Bentuk bentuk perubahan perilaku

Menurut WHO dalam Setiawan (2008) bentuk-bentuk perubahan

perilaku dikelompokan menjadi tiga bagian antara lain:

a) Perubahan alamiah

Perilaku yang dihasilkan dari proses belajar sangat tergantung dari

stimulus dan lingkungan saat proses belajar berlangsung. Dulu orang

menulis di pelepah kulit pohon, hewan, batu, tulang. Seiring kemajuan

zaman, menulis dilakukan dikertas. Secara alamiah perubahan perilaku

seseorang bergeser karena banyak stimulus baru dan lingkungan

dimana tinggal akan sangat mempengaruhi perubahan tersebut.

b) Perubahan terencana

Perubahan perilaku yang memang benar-benar direncanakan.

Seorang artis yang sudah biasa minum-minuman beralkohol, dengan

bantuan mentor yang memiliki kemampuan dibidangnya mampu


merubah perilaku artis tersebut sampai keluar dari perilaku minum-

minuman beralkohol.

c) Kesediaan untuk berubah

Kesediaan untuk berubah bagi setiap orang sangatlah berbeda-

beda. Perbedaan individual berupa bio, psiko, sosial, kultural dan

spiritual sangat mempengaruhi pengambilan keputusan bagi individu

dalam perubahan perilakunya.

Menurut Blom (1908 dalam Notoatmodjo, 2012) membagi domain

perilaku menjadi 3 bentuk yaitu:

(1) Pengetahuan (Knowledge)

Pengetahuan merupakan hasil tahu dan terjadi setelah orang

melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan

terjadi melalui panca indra manusia yaitu indra penglihatan,

pendengaran, penciuman, raba dan rasa. Sebagian besar pengetahuan

manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan merupakan

domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang

(overt behaviour) (Notoatmodjo, 2012).

Sebelum seseorang mengadopsi perilaku (berprilaku baru), ia harus

terlebih dahulu tahu apa manfat perilaku tersebut bagi dirinya atau

keluarganya. Seseorang akan melakukan sesuatu apabila ia tahu apa

tujuan dan manfaat bagi kesehatan atau keluarga dan apa bahayanya

bila tidak melakukan suatu tindakan tertentu. Indikator yang dapat

digunakan untuk mengetahui tingkat pengetahuan dapat dikelompokan

menjadi: pengetahuan tentang penyakit, penularan penyakit,


pemeliharaan kesehatan dan cara hidup sehat (Notoamodjo, 2012).

Menurut Mubarok (2011) faktor-faktor yang mempengaruhi

pengetahuan yaitu tingkat pendidikan, pekerjaan, umur, minat,

pengalaman, kebudayaan lingkungan sekitar.

(2) Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari

seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Batasan-batasan

tersebut dapat disimpulkan bahwa manifestasi sikap tidak dapat

langsung dilihat tetapi hanya dapat di tafsirkan terlebih dahulu dari

perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukan konotasi

adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu dalam kehidupan

sehari-hari yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Indikator

sikap kesehatan yaitu sikap terhadap sakit dan penyakit, sikap cara

pemeliharaan dan cara hidup sehat (Notoatmodjo, 2012). Menurut

Wawan, et al., (2010) faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan

sikap antara lain yaitu; pengalaman pribadi, orang lain yang dianggap

penting, pengaruh kebudayaan, media massa, lembaga pendidikan dan

lembaga agama, faktor emosi.

(3) Keterampilan

Keterampilan merupakan tindakan akibat adanya suatu respon

(Notoatmodjo, 2010). Keterampilan adalah tindakan peserta didik

sehubungan dengan materi pendidikan yang diberikan. Setelah

seseorang mengetahui stimulan atau obyek kesehtan, kemudian

mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa yang diketahui,


proses selanjutnya diharapkan ia akan melaksanakan atau

mempraktekan apa yang diketahui atau disikapinya Idinilai baik).

Inilah yang disebut praktek (Practic) kesehatan atau dapat juga

dikatakan perilaku kesehatan (Over Behaviour). Indikator praktek

adalah tindakan (praktek) sehubungan dengan penyakit, praktek

pemelihataan dan peningkatan kesehtan.

Pengukuran dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu secara langsung

dan tidak langsung. Pengukuran perilaku yang paling baik adalah

secara langsung yakni dengan pengamatan (observasi) yaitu

mengamati tindakan dari subjek dalam rangka memelihara

kesehatannya. Pengukuran perilaku secara tidak langsung adalah

dengan mengingat kembali (Notoatmodjo, 2010).

2. ANAK USIA SEKOLAH

a. Definisi

Anak diartikan sebagai seseorang yang usianya kurang dari 18 tahun

dan sedang dalam masa tumbuh kembang dengan kebutuhan khusus, baik

kebutuhan fisik, psikologis, social dan spiritual (Supraptini, 2004). Anak

adalah individu yang berbeda dalam satu rentang perubahan

perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja. Masa anak

merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang dimulai dari bayi

(0-1 tahun), usia bermain (1-2,5 tahun), pra sekolah (2,5-5 tahun), usia

sekolah (6-11 tahun) hingga remaja (11-18 tahun) (Hidayat,2005).


Menurut Wong (2009) usia sekolah adalah anak pada usia 6-12 tahun,

yang artinya sekolah menjadi pengalaman inti anak. Periode ketika anak-

anak dianggap mulai bertanggung jawab atas perilakunya sendiri dalam

hubungan dengan orang tua mereka, teman sebaya dan orang lainnya. Usia

sekolah merupakan masa anak memperoleh dasar-dasar pengetahuan untuk

keberhasilan penyesuaian diri pada kehidupan dewasa.

b. Pertumbuhan dan perkembangan anak usia sekolah (6-12 tahun)

Menurut Hidayat (2008) pertumbuhan adalah bertambahnya jumlah dan

besarnya sel di seluruh bagian tubuh yang secara kuantitatif dapat diukur.

Perkembangan merupakan bertambah sempurnanya fungsi alat tubuh yang

dapat dicapai melalui tumbuh kematangan dan belajar.

Menurut Kozier (2010) karakteristik pertumbuhan dan perkembangan

anak usia sekolah meliputi:

1) Karakteristik pertumbuhan dan perkembangan fisik

Karakteristik pertumbuhan pada anak usia sekolah adalah anak

mengalami kenaikan berat badan yang cepat sehingga tampak lebih

gemuk dibanding sebelumnya, perbedaan individu yang disebabkan

oleh faktor genetik dan juga lingkungan terlihat jelas pada individu lain.

Sementara pada perkembangannya fisik pada anak usia sekolah adalah

kekuatan otot, koordinasi motorik dan stamina anak usia sekolah

meningkat secara progresif. Anak-anak mampu melakukan gerakan-

gerakan dengan pola yang lebih kompleks, sehingga memacu mereka

untuk mengikuti kegiatan-kegiatan (Sulistyoningsih, 2011).


2) Karakteristik perkembangan motorik

Selama periode petengahan (6-12 tahun), anak-anak

menyempurnakan ketrampilan dan koordinasi otot mereka. Saat usia 9

tahun, sebagian besar anak mulai terampil dalam permainan yang

mereka sukai, seperti sepak bola. Setelah usia 9 tahun, sebagian besar

anak memiliki kontrol motorik halus yang menandai untuk berbagai

aktivitas, seperti mendirikan model bangunan dan menjahit.

3) Karakteristik perkembangan kognitif

Menurut Piaget, usia 7-11 tahun menandakan fase operation

kongkret, selama tahap ini anak mengalami perubahan dari interaksi

egosentris menjadi interaksi kooperatif. Anak usia sekolah

mengembangkan pola berpikir logis dari pola berpikir intuitif. Di usia

ini juga anak mulai mengetahui tentang sebab akibat. Karakteristik

kognitif yang dimiliki anak usia sekolah adalah sebagai berikut:

a) Anak sudah mampu memberikan perhatian pada beberapa aspek

b) Anak mulai memiliki alasan rasional dan sistematik

c) Anak mulai mengembangkan rasa percaya diri sendiri, semakin

independen dan mempelajari perannya dalam keluarga, di sekolah

maupun di masyarakat.

d) Egosentris anak mulai berkurang, anak mulai menerima pendapat

orang lain (Sulistyoningsih, 2011).

4) Karakteristik perkembangan moral

Beberapa anak usia sekolah berada pada tahap 1 tingkat

prakonvensional Kohlberg (hukuman dan kepatuhan) yakni, mereka


berupaya menghindari hukuman. Akan tetapi, beberapa anak usia

sekolah berada pada tahap 2 (instrumental relativist orientation) anak-

anak tersebut melakukan berbagai hal yang untuk menguntungkan

dirinya sendiri.

3. KUALITAS TIDUR PADA ANAK SEOLAH (6-12 TAHUN)

a. Konsep Tidur

1) Definisi Tidur

Tidur adalah proses alamiah dan merupakan kondisi istirahat yang

diperlukan oleh manusia secara rutin. Keadaan tidur ini ditandai oleh

berkurangnya gerakan tubuh dan penurunan kewaspadaan terhadap

lingkungan sekitarnya (Sekartini, 2012). Tidur juga dikatakan suatu

keadaan tidak sadarkan diri yang relative, yang bukan hanya keadaan

penuh ketenangan tanpa kegiatan akan tetapi lebih kepada suatu urutan

siklus yang berulang, dengan ciri minimalnya aktivitas, memiliki

kesadaran bervariasi, terdapatnya perubahan proses fisiologis, dan terjadi

penurunan respon terhadap rangsangan luar (Hidayat & Uliyah, 2012).

2) Fisiologi Tidur

Fisiologi tidur merupakan pengaturan kegiatan tidur melibatkan hubungan

mekanisme serebral secara bergantian agar mengaktifkan dan menekan

pusat otak untuk dapat tidur dan bangun. Pusat pengaturan aktivitas tidur

terletak dalam mesensefalon dan bagian atas pons. Selain itu Reticular

Activity System (RAS) yang memberikan rangsangan visual, pendengaran,

nyeri, dan perabaan, juga menerima stimulasi dari korteks serebri termasuk
rangsangan emosi. Pada saat tidur kemungkinan disebabkan adanya

pelepasan serum serotonin dari sel-sel khusus yang berada di pons dan

batang otak tengah, yaitu Bulbar Synchronizing Regional (BSR). Ketika

bangun tergantung dari keseimbangan impuls yang diterima dipusat otak

dan system limbik. Dengan demikian, system batang otak yang mengatur

perubahan dalm tidur adalah RAS dan BSR (Hidayat & Uliyah, 2012).

3) Fungsi Endokrin Selama Tidur

Saat seseorang dalam keadaan tidurterjadi sekresi beberapa hormon

dalam tubuhnya, diantaranya adalah hormon pertumbuhan, prolaktin, dan

kortisol (Sekartini R, 2011)

a) Hormon Pertumbuhan (Growth Hormone)

Tumbuh kembang anak sangat dipengaruhi oleh tidur yang optimal.

Pada saat tidur, berbagai fungsi organ tubuh anak sedang meningkat,

seperti fungsi otak, metabolisme hormon, dan fungsi tubuh lainnya.

(Widodo, 2000 dalam Putri, 2015). Aktivitas tidur merupakan salah

satu stimulus bagi proses tumbuh kembang otak, karena 75 persen

hormon pertumbuhan dikeluarkan saat anak tidur. Hormon

pertumbuhan ini yang bertugas merangsang pertumbuhan tulang dan

jaringan. Selain itu, hormon pertumbuhan juga memungkinkan tubuh

memperbaiki dan memperbarui seluruh sel yang ada di tubuh, dari sel

kulit, sel darah sampai sel saraf otak. Selain itu, tidur juga membantu

perkembangan psikis emosi, kognitif, konsolidasi pengalaman dan

kecerdasan. Apabila sekresi GH tidak maksimal akan mempengaruhi

pertumbuhan dan perkembangan anak tidak maksimal pula, termasuk


perkembangan sel otak yang akan berpengaruh terhadap kemampuan

berfikiratau kognitif anak yang tidak optimal (Sekartini R, 2011).

b) Hormon kortisol

Sekresi hormon kortisol dan adrenokortikotropik (ACTH) mengikuti

irama sirkadian dengan puncak sekresi pada pagi hari atau 1 jam setelah

bangun tidur dan titik paling rendah pada larut malam. Namun hal ini

dapat berubah sesuai dengan siklus tidur-bangun seseorang. Bila pola

tidur berubah, maka sekresi hormon kortisol pada awalnya akan seperti

semula, namun secara perlahan akan berubah dan melakukan

penyesuaian terhadap siklus baru (Sekartini R, 2011).

Secara umum, fluktuasi hormon selama tidur dipengaruhi oleh 3 faktor

utama yaitu: irama sirkadian, siklus bangun tidur, dantahapan tidur REM

dan NREM (Sekartini R, 2011).

(1) Ritme Sirkadian

Ritme sirkadian adalah salah satu bentuk ritme biologis. Setiap

mahkluk hidup memiliki ritme biologis yang berbeda-beda. Ritme biologis

yang paling umum adalah ritme sirkadian atau irama sirkadian yang

melengkapi siklus selama 24 jam. Ritme biologis ini diatur oleh tubuh dan

disesuaikan dengan lingkungannya, misalnya cahaya, kegelapan, gravitasi,

dan stimulus elektromagnetik. Ritme ini diatur oleh suatu area diotak yang

disebut Supra Chiasmatic Nuclei (SCN) dan dipengaruhi oleh faktor

internal dan faktor eksternal. Faktor eksternal yang berperan adalah siklus

gelap-terang. Ketika keadaan sekitar gelap, SNC akan memerintahkan

tubuh untuk mensekresi hormon melatonin, yang mana melatonin akan


merangsang seseorang untuk merasa ngantuk. Hormon melatonin itu

sendiri diproduksi oleh kelenjar pineal dan sekresinya ditentukan

keberadaan cahaya. Hormon melatonin terbukti memiliki fungsi dalam

mengontrol ritme sirkadian (Perry & Potter, 2006; Guyton & Hall, 2006

dalam Putri, 2015).

(2) Siklus Tidur

Menurut Maryunani (2010), Tidur dibagi menjadi 2 siklus, yaitu non-

rapid eye movement (NREM) dan rapid eye movement (REM):

(a)Tidur Non-REM (tidur tenang/ tidur gelombang lambat)

Jenis tidur ini dikenal dengan tidur yang dalam, istirahat penuh, atau

juga dikenal dengan ntidur yang nyenyak. Pada tidur jenis ini,

gelombang otak bergerak lebih lambat, sehingga tidur tanpa bermimpi.

Tidur gelombang lambat bisa juga disebut dengan tidur gelombang

delta, dengan ciri-ciri yaitu betul-betul istirahat penuh, tekanan darah

menurun, frekuensi nafas menurun, pergerakan bola mata melambat,

mimpi berkurang, dan metabolisme menurun.

Perubahan selama proses tidur gelombang lambat adalah melalui

elektroensefalografi dengan memperlihatkan gelombang otak berada

pada setiap tahap tidur, yaitu kewaspadaan penuh dengan gelombang

beta berfrekuensi tinggi dan bervoltase rendah, istirahat tenang yang

diperlihatkan pada gelombang alfa, tidur ringan karena terjadi

perlambatan gelombang alfa ke jenis beta atau delta yang bervoltase

rendah, dan tidur nyenyak karena gelombang lambat dengan gelombang

delta bervoltase tinggi dengan kecepatan 1-2 per detik.


Tahapan tidur jenis gelombang lambat (tidur NREM) menurut Hidayat

(2012) sebagai berikut:

(1)Tahap I

Tahap I merupakan tahap transisi antara bangundan tidur dengan

ciri-ciri yaitu rileks, masih sadar dengan lingkungan, merasa

mengantuik, bola mata masih bergerak dari samping ke samping,

frekuensi nadi dan nafas sedikit menurun, dapat bangun segera selama

tahap ini berlangsung 5 menit.

(2)Tahap II

Tahap II merupakan tahap tidur ringan dan proses tubuh terus

menurun dengan ciri-ciri yaitu mata pada umumnya menetap, denyut

jantung dan frekuensi nafas menurun, temperature tubuh menurun,

metabolism menurun, berlangsung pendek dan berakhir 10-15 menit.

(3)Tahap III

Tahap III merupakan tahap tidur dengan siri denyut nadi dan

frekuensi nafas dan froses tubuh lainnya lambat, disebabkan oleh

adanya dominasi system saraf parsimpatis dan sulit untuk bangun.

(4)Tahap IV

Tahap IV merupakan tahap tidur dalam dengan ciri-ciri kecepatan

jantung dan pernafasan turun, jarang bergerak dan sulit dibangunkan,

gerak bola mata cepat, sekresi lambung dan tonus otot menurun.

(b) Tidur REM (tidur aktif)

Fase tidur REM biasanya terjadi setiap 90 menit dan berlangsung

selama 5-30 menit. Periode pertama terjadi selama 80-100 menit, akan
tetapi apabila kondisi orang sangat lelah, maka awal tidur sangat cepat

bahkan jenis tidur ini tidak ada. Ketika fase REM tidur tidak

senyenyak fase NREM dan sebagian besar mimpi terjadi pada tahap

ini. Otak cenderung lebih aktif dan metabolisme meningkat hingga

20% pada fase ini. Selain itu, orang menjadi sulit dibangunkan, hal ini

terjadi akibat ambang batas arousal dari stimulus sensori dan stimulus

menuju formasioretikularis ditingkatkan, tonus terdepresi, sekresi

lambung meningkat dan frekuensi jantung serta pernapasan sering kali

tidak teratur. Mimpi yang penuh warna dan tampak hidup, serta

biasanya mimpi pada fase ini dapat diingat, karena pada fase REM

terjadi konsolidasi memori, jika mimpi tidak dapat diingat terjadi di

tahap lain. Tidur REM teradi adanya banyak oksigen digunakan,

suplai darah ke otak dan temperature meningkat, gelombang otak

menunjukkan peningkatan aktivitas. Stimulasi visual, auditori,

vestibular bergabung diotak membentuk mimpi (Maryunani,2010)

(3) Siklus Bagun Tidur

Dalam satu kali periode tidur, seseorang akan melewati fase tidur

NREM dan REM secara bergantian. Setiap siklus yang sempurna

normalnya berlangsung selama 1,5 jam dan biasanya terjadi 4-5 kali

siklus selama 7-8 jam tidur. Siklus dimulai dari fase NREM dan

berlanjut ke fase REM.Tahap NREM I-III berlangsung sekitar 30 menit

dan dilanjutkan ke tahap IV sekitar 20 menit, lalu kembali melalui

tahap III dan II selama 20 menit, fase REM muncul setelahnya dan

berlangsung selama 10 menit. Durasi tidur fase NREM tahap III dan IV
dari satu siklus ke siklus selanjutnya terus mengalami pengurangan,

sedangkan tidur NREM fase II semakin bertambah (Kryger, dkk, 2011

dalam Putri, 2015).

b. Pola Tidur dan Durasi Tidur Normal Pada Anak

Kebutuhan tidur setiap individu tentu saja berbeda. Hal utama yang

menjadi pembeda adalah usia, karena dengan peningkatan usia

seseorang, maka kebutuhan tidur akan berkurang. Seorang individu

mengalami proses yang bertahap untuk bisa mendapatkan ritme diurnal

24 jam (Widodo & Soetomenggolo, 2000 dalam Putri, 2015).

Anak usia sekolah tidur antara 8-12 jam per malam tanpa tidur siang

anak usia 8 tahun minimal memerlukan 10 jam tidur setiap malam. Saat

anak mendekati usia 11-12 tahun dibutukan tidur yang lebih sedikit dan

waktu tidur dapat telat sampai jam 10 malam. Tidur REM pada anak usia

ini berkurang sekitar 20%. Walaupun beberapa anak tetap bangun

dimalam hari karena mimpi buruk masalah ini terus menurun seiring

pertambahan usia (Kozier, 2010). Menurut Hidayat & Uliyah (2012)

kebutuan tidur pada manusia bergantung pada tingkat perkembangan:

Tabel 2.1
Kebutuhan Tidur

Usia Tingkat Perkembangan Jumlah Kebutuhan Tidur


0-1 bulan Masa Neonatus 14-18 jam/hari
1-18 bulan Masa Bayi 12-14 jam/hari
18 bulan -3 tahun Masa Anak toddler 11-12 jam/hari
3-6 tahun Masa Pra sekolah 11 jam/hari
6-12 tahun Masa Sekolah 10 jam/hari
12-18 tahun Masa Remaja 8,5 jam/hari
18-40 tahun Masa Dewasa Muda 7-8 jam/hari
40-60 tahun Masa Paruh Baya 7 jam/hari
>60 tahun Masa Dewasa Tua 6 jam/hari
c. Kualitas Tidur

Pemenuhan kebutuhan tidur seseorang dapat dilihat dari kuantitas dan

kualitas tidurnya. Kuantitas dan kualitas tidur beragam diantara orang-orang

dari semua kelompok usia. Kuantitas tidur adalah waktu atau jumlah tidur

seseorang yang biasanya dihitung dengan jumlah waktu (jam). Sedangkan

kualitas adalah kepuasan seseorang terhadap tidur, sehingga seseorang

tersebut tidak memperlihatkan perasaan lelah, mudah terangsang dan gelisah,

lesu dan apatis, kehitaman disekitar mata, kelopak mata bengkak, konjungtiva

merah, mata perih, perhatian terpecah, sakit kepala dan sering menguap atau

mengantuk (Hidayat, 2008).

Lai (2001 dalam Wavy, 2008) menyebutkan bahwa kualitas tidur

ditentukan oleh bagaimana seseorang mempersiapkan pola tidurnya pada

malam hari seperti kedalman tidur, kemampuan tinggal tidur, dan kemudahan

untuk tidur tanpa bantuan medis. Kualitas tidur yang baik dapat memberikan

perasaan tenang dipagi hari, perasaan energik, dan tidak mengeluh gangguan

tidur. Dengan kata lain, memiliki kualitas tidur baik sangat penting dan vital

untuk hidup sehat semua orang.

Hidayat (2008) mengatakan bahwa kualitas tidur seseorang dikatakan baik

apabila tidak menunjukan tanda-tanda kekurangan tidur dan tidak mengalami

masalah dalam tidurnya. Tanda-tanda kekurangan tidur dapat dibagi menjadi

tanda fisik yaitu Ekspresi wajah (area gelap disekitar mata, bengkak di

kelopak mata, konjungtiva kemerahan dan mata trlihat cekung), kantuk yang

berlebihan (sering menguap), tidak mmapu berkonsentrasi (kurang perhatian),

terlihat tanda-tanda keletihan seperti penglihatan kabur, mual, dan pusing.


Dan tanda psikologis yaitu menarik diri, dan resfon menurun, merasa tidak

enak badan, malas berbicara, daya ingat berkurang, bingung, dan ilusi

penglihatan atau pendengaran, kemampuan memberikan keputusan menurun.

d. Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Tidur

Sejumlah faktor yang mempengaruhi kuantitas dan kualitas tidur. Faktor

fisiologis, psikologis, dan lingkungan dapat mengubah kualitas tidur. Faktor

tersebut diantaranya (Ibrahim, 2013; Widodo, 2000 dalam Putri, 2015).

1) Penyakit fisik

Setiap penyakit yang menyebabkan nyeri, ketidaknyaman fisik misalnya

kesulitan bernafas atau masalah suasana hati seperti kecemasan atau depresi,

dapat menyebabkan masalah tidur. Penyakit juga memaksa klien untuk tidur

dalam posisi yang tidak biasa atau posisi tertentu.

2) Lingkungan

Lingkungan fisik tempat seseorang tidur berpengaruh penting pada

kemampuan untuk tertidur dan tetap tertidur. Dengan tidak adanya stimulus

tertentu atau adanya stimulus tertentu dapat menghambat upaya tidur.

Ventilasi yang baik, temperature, penerangan ruangan, posisi tidur, dan

suara yang terlalu bising berpengaruh sekali pada tidur seseorang.Namun

seiring berjalannya waktu seseorang tersebut akan bisa beradaptasi dan tidak

lagi terpengaruh dengan kondisi tersebut.

3) Kelelahan

Kelelahan yang berlebihan dan meletihkan membuat sesorang sulit tidur.

Semakin lelah seseorang maka semakin pendek pula siklus tidur REM yang
dilaluinya, dan setelah beristirahat yang cukup, siklus REM tersebut akan

kembali seperti semula.

4) Gaya hidup

Individu yang sering berganti jam kerja harus mengatur aktivitasnya agar

bisa tidur pada waktu yang tepat.

5) Stres Emosi

Depresi dan kecemasan seringkali mengganggu tidur, seseorang yang

dipenuhi dengan masalah mungkin tidak bisa rileks untuk bisa tidur.

Kecemasan akan meningkatkan kadar norepineprin dalam darah yang akn

merangsang saraf simpatik.

6) Asupan makan dan kalori

Makanan besar, berat dan berbumbu pada malam dapat menyebabkan

tidak dapat dicerna yang mengaggu tidur. Kafein yang dikonsumsi pada

malam hari mempunyai efek produksi insomnia sehingga mengurangi atau

menghindari zat tersebut adalah strategi yang sangat penting.

7) Medikasi

Beberapa obat-obatan diketahui dapat mempengaruhi kualitas tidur

seseorang, seperti obat-obatan hipnotik dapat mengganggu tidur tahap III-IV

NREM, golongan beta bloker dapat menyebabkan insomnia, mimpi buruk.

e. Gangguan Tidur Pada Anak

1) Definisi

Gangguan tidur adalah suatu kondisi gangguan medis pola tidur yang

terjadi pada seseorang dari segi kualitas, kuantitas, atau gangguan

perilaku dan kondisi fisiologis pada saat tidur. Gangguan kuantitas tidur
adalah tidak terpenuhinya durasi tidur yang normal, akibat kesulitan

memulai tidur atau ketidakmampuan mempertahankan tidur. Gangguan

kualitas tidur adalah terputusnya tidur akibat terbangun ketika tidur yang

durasinya singkat tapi frekuensi sering berulang (Guyton, 2006 dalam

Putri, 2015).

2) Penyebab Gangguan Tidur pada Anak

Terjadi gangguan tidur pada anak dapat disebabkan olek faktor

internal maupun eksternal. Faktor Internal misalnya adalah segala sesuatu

yang dapat menyebabkan gangguan pada ARAS. Factor eksternal

misanya adalah factor lingkungan, seperti adanya bunyi yang

mengganggu, cahaya, bau, atau pun lokasi tidur. Keadaan social ekonomi

juga terbukti memiliki hubungan terhadap terjadinya gangguan tidur pad

anak, seperti kelembaban, suhu dingin, kumuh kepadatan, dan bunyi

bisimh. Faktor lain adalah kebiasaan dan perilaku sebelum tidur, seperti

menonton televisi atau melakukan kegiatan berat seperti olahraga

sebelum tidur. Gangguan tidur juga dapat terjadi akibat efek sekunder

dari penyakit lain sedang diderita (Schochat, 2010, dalam Putri, H, 2015).

3) Klasifikasi

a) Insomnia

Insomnia dapat diartikan sebagai keadaan seseorang sulit untuk

memulai tidur atau sulit mempertahankan tidur. Seseorang yang terbangun

dari tidur di pagi hari namun merasa belum cukup tidurnya belum cukup

juga dapat disebut sebagai insomnia. Terkadang orang yang menderita

insomnia memiliki waktu tidur yang lebih lama tetapi kualitasnya kurang.
Penyebab insomnia biasanya karena stress atau kecemasan, depresi, efek

samping pengobatan, pola makan buruk, konsumsi kafein dan alcohol,

kurang olahraga (Cortese, 2014 dalam Putri, 2015).

b) Parainsomnia

Parainsomnia adalah perilaku yang dapat mengganggu tidur atau

perilaku mengganggu yang selama tidur. Kelainan ini nsering terjadi pada

anak-anak (Cortese, 2014 dalam Putri, 2015).

Klasifikasi parasomnia didasarkan pada munculnya perilaku tersebut di

tiap-tiap- fase tidur. Parasomnia saat tidur fase NREM terdiri dari sleep

walking (berjalan saat tidur), night terror (ketakuatan yang terjadi tiba-tiba

ketika tidur), sleep talking (mengigau), dan rhythmic movement disorders

(enuresis). Parasomnia fase NREM biasanya terjadi beberapa jam setelah

anak jatuh tidur. Parasomnia saat tidur fase REM, contohnya nightmares

(mimpi buruk) (Cortese, 2014 dalam Putri, 2015).

c) Narkolepsi

Narkolepsi atau sleep attack adalah gangguan tidur dengan gejala

serangan mengantuik tiba-tiba pada siang hari. Penyebab gangguan ini

belum diketahui pasti, namun diduga akibat adanya kerusakan genetic

system saraf diotak menyebabkan gangguan tidak terkendali pada tahap

tidur fase REM (Kryger MH, 2011 dalam Putri, 2015).

d) Sleep Apnea

Sleep Apnea adalah suatu periode henti nafas ketika tidur (Cortese,

2014 dalam Putri, 2015).


f. Dampak Gangguan tidur pada Anak

Seseorang yang mengalami gangguan tidur dapat mengalami beberapa

efek baik akut maupun kronis. Efek akut yang mungkin dialami akibat

gangguan tidur adalah rasa mengantuk, penurunan atensi dan konsentrasi.

Efek kronisnya memungkinkan timbulnya gangguan memori dan psikologi.

Apabila seorang anak mengalami gangguan tidur, akan sangat berpengaruh

pada perkembangan kognitifnya (Widodo, 2000 dalam Putri, 2015)

4. ADAB TIDUR SEHAT SUNAH ROSULLULLAH SAW

Rasulullah SAW merupakan suri tauladan terbaik bagi umat manusia.

Semua yang beliau lakukan penuh dengan hikmah dan terkandung manfaat

yang besar di dalamnya (Prabowo, 2013). Salah satu keutamaannya adalah

pengaruh positif bagi kesehatan kita, baik jasmani maupun ruhani. Sebab,

sikap rutinitas dan kegemaran beliau sesungguhnya mempunyai dampak

yang tidak hanya sebatas jasmani semata, tetapi juga mempunyai dampak

kebaikan kepada aspek ruhani (Prabowo, 2013). Adapun kegiatan yang

dilakukan Nabi menjelang tidur diantaranya adalah:

a. Larangan tidur sebelum isya’ dan berbincang setelahnya.

Nabi telah melarang tidur sebelum isya’ karena dikhawatirkan orang

yang tidur sebelum isya’ tidak dapat bangun pada malamnya, sehingga dia

akan meninggalkan sholat isya’. Untuk itu Nabi telah memberi contoh

kepada kita supaya mempercepat tidur setelah isya’ kemudian bangun

pada waktu malam pertengahan (Muallifah, 2013). Sebuah penelitian

ilmiah menunjukkan bahwa 70 % waktu tidur kita yang pulas tanpa mimpi
berlangsung pada sepertiga malam pertama, semakin malam atau semakin

mendekati tengah malam, semakin hilang pula kesempatan kita untuk

menikmati tidur yang pulas tanpa mimpi. Penelitian lain menemukan

bahwa kebiasaan begadang akan melemahkan kecerdasan anak-anak dan

tidur lebih awal di malam hari akan meningkatkan kecerdasan dan daya

ingat anak-anak, termasuk potensi akal dan kemampuan mereka

menghadapi dan menyelesaikan masalah (Syawqi, 2013).

Kemudian sesuai apa yang disampaikan dalam hadis Nabi, bahwa

beliau juga melarang tidur sebelum isya’ dikarenakan apabila seseorang

yang telah tertidur biasanya sulit untuk bangun, apalagi jika di malam hari.

Hal inilah yang dikhawatirkan jika seseorang tidur sebelum isya’ dan sulit

untuk bangun sehingga ia tidak sempat mengerjakan shalat isya’. Selain itu

mempercepat tidur setelah isya’ dapat membantu bangun lebih awal untuk

mengerjakan shalat tahajud dan secara kesehatann tidur kita menjadi

optimal sesuai yang dianjurkan yaitu 6 jam (Raharjo, 2014).

Anjuran untuk bersegera tidur setelah isya’ ini sebenarnya perlu dikaji

ulang dalam memahaminya. Karena jika melihat realita sekarang tidak

mungkin semua orang bisa melakukan hal tersebut. Misalnya saja bagi

para pekerja shift malam, tidak mungkin jika mereka harus tidur lebih

awal, karena pada saat itu mereka harus melakukan pekerjaan mereka.

Contoh lain, bagi para pelajar atau mahasiswa yang mengerjakan tugasnya

di malam hari, mereka juga tentu tidak akan tidur sebelum tugasnya selesai

dikerjakan. Jadi, anjuran Nabi untuk bersegera tidur setelah isya’ ini

bukanlah suatu hal yang mutlak harus dilakukan. Namun, alangkah


baiknya jika anjuran ini dapat dilakukan, khususnya bagi orang yang tidak

mempunyai kepentingan. Hal ini sesuai ḥadis Nabi yang menjelaskan

bahwa Nabi pernah begadang dengan Abu Bakar namun untuk

membicarakan masalah kaum muslimin (Zaghlul A, 2011).

b. Berwudhu dan menghadap ke kanan.

Berwudhu merupakan salah satu kebiasaan yang dilakukan Rasulullah

tidak hanya ketika akan melaksanakan sholat, namun bisa dilakukan ketika

menjelang tidur. Hal ini dilakukan apabila seseorang seandainya meninggal

pada saat waktu tidur, maka meninggalnya dalam keadaan yang suci

(fitrah). Tanpa kita sadari ternyata tidur mempunyai aturan yang hendaknya

kita perhatikan, bahwa Nabi menganjurkan posisi tidur yang paling baik

bertumpu pada sisi kanan tubuh (Prabowo, 2013).

Wudhu dilihat dari kesehatan mempunyai manfaat. Telahterbukti dengan

berbagai penelitian oleh para ahli kesehatan Dunia, salah satunya adalah

Prof. Leopold Werner Von Ehrenfels, ia menemukan bahwa wudhu mampu

merangsang pusat saraf dalam tubuh manusia. Kondisi tubuh akan

senantiasa sehat. Wudhu juga sebagai pelindung yang sangat efektif bagi

lapisan kulit bagian luar dari serangan mikroba yang akan masuk ke tubuh

sehingga meminimalisasi terjadinya berbagai penyakit (Prabowo, 2013).

Salah satu ahli medis yang sudah tidak diragukan lagi keilmuannya

secara ilmiah mengkaji manfaatwudhu bagi kesehatan adalah Dr.

Magomedov, asisten pada lembaga General Hygiene dan Ecology

(kesehatan umum dan Ekologi). Menurutnya, wudhu dapat menstimulasi

dan merangsang irama tubuh alami, khususnya titik biologis. Sebab


seseorang yang melakukan wudhu, terdapat 61 dan 65 titik refleksi

merupakan bagian-bagian yang terkena basuhan air wudhu. Titik tersebut

merupakan saraf yang berhubungan dengan organ tubuh manusia yang

sering kali dapat menimbulkan penyakit yang berbahaya, seperti ginjal,

jantung, paru- paru, darah tinggi, dan kanker (Elzaky & Jamal, 2011).

1) Membasuh telapak tangan

Secara kesehatan menggosokkan daerah sela- sela jari sudah tentu

memperlancar aliran darah dan oksigen.

2) Berkumur-kumur

Berkumur dapat memelihara gigi dan membersihkan lapisannya dari

sisa-sisa makanan yang tersisa setelah makan dan dapat menguatkan

sebagian otot-otot wajah dan menjaga kesegarannya.

3) Membersihkan hidung

Lubang hidung merupakan tempat yang rentan dihinggapi mikroba dan

virus, sehingga apabila memasukkan air di dalam hidung meskipun hanya

sekali saja ketika berwudhu maka dapat membersihkan hidung separuh

kuman, kemudian jika dua kali dapat menambah bersih (Prabowo, 2013).

4) Membasuh wajah dan kedua lengan tangan

Dapat menghilangkan debu dan mikroba, karena anggota ini menjadi

tempat yang ideal untuk berkembangbiaknya bakteri jika tidak dibersikan.

5) Membasuh telinga

Secara kesehatan daerah lubang adalah rongga tubuh tempat

tersimpanya organ-organ dalam. Dengan berwudhu akan berpengaruh baik

terhadap fungsi organ dalam.


6) Membasuh kedua telapak kaki.

Kaki sangat rentan sekali terkena kotoran yang mengandung bakteri

karena letaknya di bawah, dengan membasuh kaki ketika berwudhu maka

menjadi salah satu jalan yang baik untuk membersihkan kuman-kuman

tersebut (Hammam H, 2008).

Kemudian mengambil posisi tidur yang dianjurkan Nabi yaitu berbaring

kekanan, secara kesehatan memiliki beberapa manfaat diantaranya:

a) Mengurangi beban jantung

Memungkinkan cairan tubuh (darah) terdistribusi merata dan

terkonsentrasi di daerah sebelah kanan bawah, kondisi demikian akan

menyebabkan beban aliran darah yang masuk dan keluar. Jantung lebih

rendah. Hal ini sangat membantu kinerja jantung. Yakni berkurangnya

beban jantung untuk memompa darah yang ditunjukkan dengan denyut

jantung menjadi lebih lambat, serta tekanan darah juga akan menurun.

Kondisi ini sangat menunjang pada kualitas tidur.

b) Mengistirahatkan otak kiri

Otak bagian kiri yang mempersarafi segala aktivitas organ tubuh bagian

kanan akan terhindar dari bahaya yang timbul akibat sirkulasi yang

melambat saat tidur.

c) Mengistirahatkan lambung

Dapat memproses pengeluaran chime(makanan yang telah dicerna oleh

lambung. Dengan demikian akansangat efektif memperlambat proses

pengosongan lambung.Sehingga lambung bisa beristirahat tidak terlalu

berat menjalankan fungsi sebagai organ pencernaan dalam tubuh.


d) Meningkatkan waktu penyerapan zat gizi.

Menurut kesehatan pada saat tidur terjadi peningkatan pergerakan usus.

Maka perjalanan makanan yang tercerna dan siap diserap akan menjadi

lebih lama. Dengan waktu yang dibutuhkan dalam penyerapan zat gizi

lama, selama tidur hal ini memungkinkan proses penyerapan sejumlah

nutrisi yang terkandung di dalam makanan tersebut bisa lebih optimal.

e) Merangsang buang air besar

Dapat memungkinkan proses pengisian usus besar sigmoid (sebelum

anus) akan lebih cepat sembuh. Jika sudah penuh, reaksi yang terjadi

selanjutnya akan merangsang gerak usus besar diikuti relaksasi dari otot

anus sehingga kondisi inilah yang selanjutnya akan memudahkan

seseorang untuk buang air besar (Hammam H, 2008).

f) Membantu Pernapasan

Posisi ini berguna untuk mencegah ludah yang menghambat saluran

pernapasan (saat napas belum stabil) sehingga aktivitas bernapas dapat

berjalan dengan optimal (Hammam H, 2008)

c. Membersihkan tempat tidur

Kebersihan sangat penting bagi manusia. Karena itu Nabi telah

mengajarkan untuk senantiasa menjaga kebersihan dalam segala hal, seperti

dalam makanan, minuman, dan pakaian. Begitu pula dengan tempat tidur.

Bahwa Nabi telah menganjurkan kepada kita ketika menjelang tidur untuk

membersihkan tempat tidur terlebih dahulu. Sebagaimana hadis Nabi yang

diriwayatkan dari Abu Hurairoh “Apabila salah seorang diantara kamu

masuk ke tempat tidur, maka copotlah bagian ujung sarungnya, kemudian


sapusapukanlahpada tempat tidurnya, karena ia tidak mengetahui apa yang

terjadi padanya kemudian” (Syawqi, 2013).

Tempat tidur yang bersih dan nyaman merupakan salah satu hal yang

dapat mempengaruhi kualitas tidur,karena tempat tidur yang bersih dan

nyaman membuat tidur orang yang menempatinya menjadi nyenyak dan

menyehatkan. Dalam hadisnya Nabi telah mengisyaratkan untuk selalu

menjaga kebersihan tempat tidur. Anjuran Nabi ini jika ditinjau dari ilmu

Kesehatan ternyata memiliki manfaat yang sangat besar.

Tempat tidur, kasur dan seprei harus bersih dan terbebas dari parasit,

mikroba, dan debu. Pada tahun 1967 seorang ilmuan Belanda, David

Williams, menemukan banyak debu yang sangat kecil yang mengandung

parasit, yang menempel pada kasur dan seprei yang disebut tungau. Tungau

yang masih hidup ataupun yang sudah mati, apabila masuk ke dalam paru-

paru melalui udara yangterhirup, akan menyebabkan penyakit alergi pada

rongga dada, seperti asma atau alergi di sekujur tubuh, seperti articaria

(bersin-bersin) dan penyakit kulit yang diakibatkan alergi. Maka, Selalu jaga

kebersihan tempat tidur berarti menjaga diri dan orang lain dari bahaya

penyakit yang ditimbulkan oleh tempat tidur yang kotor (Syawqi, 2013).

d. Berdoa

Allah telah memerintahkan kita agar berdoa kepada-Nya. Sebab, doa

adalah permohonan kepada Allah atas ketidak berdayaan manusia dalam

menghadapi masalah kehidupan.Bukan hanya itu, doa merupakan wujud

ikatan cinta manusia terhadap Allah (Saiful A, 2012). Jadi berdoa ketika

menjelang tidur merupakan perbuatan yang sangat dianjurkan Nabi agar kita
mendapatkan lindungan dari manusia dan syetan yang jahat, sebagaimana

sabda Rasululloh: “tak ada sesuatu yang lebihmulia disisi Allah dari pada

doa”. Demikian juga bahwa doa termasuk dalam kategori ibadah (jadi

berdoa merupakan termasuk perbuatan ibadah) (Fauzi, 2012).

Doa merupakan salah satu hal yang ghaib membuat para ilmuwan barat

penasaran untuk menelitinya. Mereka berusaha untuk menyingkap

rahasianya dari sisi pengaruhnya terhadap tubuh dan dimensi jasmani

manusia,seperti pengaruh doa terhadap ketenangan jiwa danketenangan hati,

dan ukuran lainnya yang bisa dilihat atau dirasakan (Hasan, 2008).

Ada sejumlah penelitian yang dilakukan oleh para ilmuwan mengenai

fenomena doa dan hubungannya dengan kesehatan jasmani, salah satunya

adalah penelitian yang dilakukan oleh Natural Pharmacist yang meneliti 40

pasien penderita kanker stadium pertama. Mereka dibagi dua kelompok,

yaitu kelompok yang rajin beribadah (berdoa) dan tidak. Enam hari dalam

seminggu selama sepuluh minggu sekelompok pasien itu dapat menjalankan

berbagai ibadah dengan baik. Para pasien itu menjalani terapi dan

pengobatan selama enam bulan. Dan perubahan yang jelas terlihat pada

kelompok yang taat berdoa. Para peneliti berkeyakinan bahwa orang taat

menjalankan ibadah seperti shalat dan doa ternyata lebih kecil

kemungkinannya terserang penyakit, baik penyakit jiwa atau badan. Mereka

memiliki kekuatan yang lebih besar menanggung rasa sakit dan menahan

penderitaan. Mereka juga memiliki jiwa lebih kuat dan stabil sehingga

terhindar dari stress, kegelisahan, dan putus asa (Prabowo, 2013).


Untuk menghindari hal di atas, dapat dilakukan pelatihan jiwa dan

penenangan diri. Sebagai umat Islam cara yang dilakukan untuk melatih

jiwa dan menenangkan diri adalah dengan mendekatkan diri kepada Allah

Swt, salah satu caranya adalah dengan berdoa. Dalam berbagai penelitian

telah menunjukkan bahwa ketenangan jiwa berpengaruh besar terhadap

peningkatan sistem kekebalan tubuh, karena pikiran-pikiran positif untuk

memproduksi hormon-hormon yang dibutuhkan tubuh. Jika sistem ini baik,

niscaya fungsi tubuh yang mendasar pun akan berjalan dengan baik seperti

pengaturan suhu tubuh sehingga badan tetap stabil sehat (Prabowo, 2013).

e. Berdzikir

Salah satu kebiasaan Rasulullah Saw adalah, beliau senantiasa

melantunkan dzikir, baik secara lisan maupun dengan hati. Dengan

demikian hati beliau tidak pernah kosong dari mengingat Allah Swt. Seperti

yang telah dicontohkan Nabi ketika menjelang tidur, bahwa beliau

senantiasa berdzikir. Al Qur’an juga menjelaskan di dalam surat Ar

Ra’duayat 28 yang Artinya: ”Ingatlah hanya dengan mengingat Allah hati

akan menjadi tentram.

Ayat tersebut menjelaskan bahwa keutamaan dzikir adalah dapat

menentramkan hati. Sebab, ketika kita ingat kepada Allah, maka pada saat

itu terselip sikap menyandarkan diri kepada Allah yang disebut tawakal

(berserah diri). Bahwa kita mengenal salah satu sifat Allahadalah Al Wakil

(tempat bersandar)(Saiful A, 2012). Berdzikir adalah ibadah yang sangat

mulia dan begitu dianjurkan, simpel dan mudah dilakukan tidak harus

dengan persiapan, tempat, dan waktu khusus. Dalam kondisi apa pun
diperbolehkan seperti menjelang tidur, asal tidak pada tempat-tempat yang

kotor menjijikkan (Prabowo, 2013).

Secara medis, ternyata terbukti bahwa dzikir dapat memberikan pengaruh

yang baik terhadap kesehatan jantung. Dapat disimpulkan bahwa orang

yang melakukan kegiatan-kegiatan keagamaan secara teratur dan

memanjatkan doa kepada Tuhan mereka, ternyata resiko kematian akibat

jantung koroner lebih rendah 50% (Fauzi, 2012). Hal ini sebagaimana

sebuah penelitian yang dilakukan oleh dr.Arman Yurisaldi beliau

merupakan seorang spesialis saraf menyebutkan bahwa dzikir juga dapat

menyehatkan system saraf, ketika seseorang melakukan secara intens dan

khusyuk seraya memahami dan menghayati artinya, pembuluh darah di otak

akan membuat aliran karbondioksida yang keluar dari pernapasan menjadi

lebih banyak. Lebih lanjut akan menghindarkan mereka dari gangguan saraf,

seperti stroke dan depresi (Prabowo, 2013).

f. Membaca Al Qur’an

Al Qur’an selain merupakan sebagai petunjuk bagi manusia, ternyata Al

Qur’an sebagai syifa’ (obat), sesuai dengan firman Allah QS Al Isro’ ayat

17 artinya: “Dan kami turunkan dari Al Qur’an suatu yangmenjadi penawar

dan rahmat bagi orang-orang yangberiman dan Al Qur’an itu tidaklah

menambah kepadaorang-orang yang zalim selain kerugian”.

Sebagaimana yang sudah dijelaskan hadis di atas, bahwa Rasulullah

ketika menjelang tidur membaca surat Al Falaq, dan An Naas. Dalam dua

surah tersebut terdapat permintaan perlindungan dari segala kejahatan, baik

secara global maupun terperinci yaitu berlindung dari roh-roh jahat yang
tersebar ketika malam hari. Berlindung dari kejahatan wanita tukang sihir

dan dari segala jenis sihir mereka. Dan perlindungan dari kejahatan setan-

setan, baik dari jin maupun manusia (Majdi, 2011).

Penyembuhan dengan Al Qur’an terhadap kesehatan sangatlah ilmiah.

Terlebih lagi didukung dengan penemuan keilmuan pada zaman modern ini.

bahwa secara medis telah dinyatakan bahwa tegang dan cemas bisa

mengarah kepada pengurangan (defisiensi) kekebalan tubuh terhadap

penyakit. Dengan demikian, semakin tidak stabil, kondisi kejiwaan

seseorang, semakin terbuka peluang terserang berbagai penyakit. Pengaruh

Al Qur’an mengembalikan ketidak seimbangan tersebut hingga mengarah

kepada peningkatan system kekebalan dan daya tubuh terhadap penyakit.

Tubuh menjadi sehat dan kuat terhadap serangan penyakit.Kemudian juga

dapat menurunkan depresi, kesedihan, dan bisa memperoleh ketenangan

jiwa (Prabowo, 2013).

Selain itu terdapat penelitian lain bahwa dengan membaca Al Qur’an

mencegah seseorang dari kepikunan ketika sudah lanjut usia. Hal ini

sebagaimana yang diterbitkan di dalam liputan6.com. Hal ini telah

dipraktikkan oleh warga di Bukittinggi. Kepala Dinas kesehatan kota

Bukittinggi, bernama Syofia Dasmudi di kota Bukittinggi, mengatakan

bahwa dengan membaca Al Qur’an akan melatih otak untuk aktif berpikir.

Sehingga para warga di Bukittinggi yang sudah lanjut usia rata-rata tidak

ada yang menderita penyakit pikun. Keistimewaan lainnya adalah bahwa Al

Qur’an dapat meningkatkan kinerja otak seseorang dan mempertajam

ingatan sampai dengan 80%. Karena ada tiga aktivitas yang baik bagi otak,
yaitu melihat, mendengar, dan membaca. Hal ini sesuai dengan riset

Universitas Al Azhar, Kairo, Mesir (Prabowo, 2013).

g. Mematikan Lampu, menutup tempat air, dan makanan.

Perintah Nabi untuk mematikan lampu dan sumber api ini dilatarbelakangi

oleh suatu peristiwa terbakarnya sebuah rumah di Madinah pada suatu

malam. Ketika Nabi mendengar berita ini, kemudian muncullah hadis

tentang perintah mematikan lampu ketika hendak tidur. Dalam riwayat lain

mengatakan bahwa latar belakang (asbabul wurud) munculnya hadis tentang

perintah mematikan lampuketika hendak tidur ini adalah bahwa seekor tikus

telahmuncul melarikan sumbu lampu yang terlempar dihadapan Rasulullah

Saw telah mengenai tikar kemudian terbakar seperti terbakarnya uang.

Tindakan itu dilakukan karena pada masa Nabi penerangan masih

menggunakan api yang beresiko terjadinya kebakaran yang bisa saja

membahayakan bagi sekitarnya. Namun, pada masa sekarang penerangan

sudah menggunakan alat yang lebih modern sehingga resiko kebakaran bisa

diminimalisir. Oleh karena itu jika bahaya yang dikhawatirkan tidak ada,

maka mematikan lampu ketika hendak tidur tidak mutlak harus dilakukan.

Apalagi jika ada sebagian orang yang takut dengan kegelapan, maka

diperbolehkan jika tidak mematikan lampu ketika akan tidur (Syawqi, 2013).

Menurut kesehatan, hanya dalam keadaan yang benar-benar gelap tubuh

menghasilkan melantonin.Melantonin adalah salah satu hormon dalam

system kekebalan yang mampu memerangi dan mencegah berbagai penyakit

termasuk kanker payudara dan kanker prostat. Secara medis bahwa ketika

tidur dengan lampu menyala, berpengaruh pada produksi melantonin dan


otak manusia. Cahaya yang ada pada dalam ruangan akan menembus sampai

bagian mata kita walaupun keadaan terlelap. Maka menjadikanotak tidak

bisa beristirahat. Menurut ahli biologi, JoanRobert mengatakan bahwa tubuh

baru bisa memproduksi hormon melantonin ketika tidak ada cahaya.Hal ini

ditemukan dalam sebuah penelitian yang dilakukan terhadap hewan, ketika

hewan diberi cahaya buatan di malam hari, melatonion, salah satu hormone

dalam sistem kekebalan yang mampu memerangi dan mencegah berbagai

penyakit termasuk kanker payudara dan kanker prostat menurun dan sistem

kekebalan tubuhnya melemah (Prabowo, 2013).

Efek dari kesunahan Nabi untuk mematikan lampu ketika menjelang tidur

adalah dapat mencegah timbulnya penyakit kanker payudara. Sebagaimana

keterangan di atas bahwa dengan tidur dalam keadaan lampu

dimatikan/gelap dapat menghasilkan hormon melatonin. Hormon tersebut

ternyata terbukti dapat mencegah dan menghindarkan seseorang dari resiko

terkena penyakit kanker payudara. Hal ini telah dikemukakan oleh seorang

praktisi kesehatan Lynne Eldridge M.D (Prabowo, 2013).

Seperti halnya menutup bejana atau makanan, menutup air sangatlah

penting dilakukan karena untuk menjaga kebersihan air yaitu dengan

menutup penampungan air, karena dikhawatirkan akan kejatuhan wabah

penyakit yang berbahaya bagi manusia. Hal ini sesuai dengan yang

dianjurkan dalam ilmu kesehatan agar selalu menjaga kebersihan air, salah

satu caranya yaitu menutup penampungan air (Soemirat Slamet, 2002).

Manfaat menjaga kebersihan air antara lain, selain berperan penting bagi

kehidupan manusia, air juga dapat menjadi penyebab timbulnya penyakit.


Peran air dalam penyebab terjadinya penyakit yaitu air dapat membawa

mikroba, jenis mikroba yang dapat menyebar melalui air ini sangat banyak,

mulai dari virus, bakteri, protozoa, dan sebagainya. Mikroba ini dapat

menyebabkan berbagai penyakit seperti, diare, cholera, typhus abdominalis,

dysentri amoeba, hepatitis A, dan lain-lain air juga bisa menjadi sarang

insekta penyebar penyakit. Pada umumnya adalah nyamuk dengan berbagai

genus/spesies yang dapat menyebabkan berbagai penyakit seperti, filariasis

atau kaki gajah, demam berdarah, dan malaria (Soemirat Slamet, 2002).

h. Niat bangun sholat malam

Shalat malam adalah salah satu hal yang diperintahkan Nabi, bahkan di

dalam Al-Qur’an perintah shalat malam juga telah dijelaskan. Hal ini

menunjukkan betapa pentingnya shalat malam bagi umat Islam. Begitu

pentingnya, sampai Nabi menganjurkan orang yang akan tidur agar berniat

bangun untuk mengerjakan shalat malam, walaupun pada akhirnya ia tidak

terbangun karena kantuk atau kelelahan, niatnya tersebut tetap ditulis

sebagai ibadah, serta tidurnya dihitung sedekah dari Allah (Prabowo, 2013).

Berbagai penelitian telah dilakukan untuk mengetahui manfaat shalat

malam atau shalat tahajud bagi manusia. Manfaat yang telah ditemukan

antara lain dapat mengurangi resiko terkena penyakit pembekuan darah atau

penyakit penyumbatan pembuluh darah, karena lambatnya proses peredaran

darah selama tidur, pertambahan tingkat kekentalan darah, dan kurangnya

aliran darah, atau disebabkan oleh persoalan pernapasan yang menyebabkan

sedikitnya darah yang kembali dari kepala untuk diedarkan ke jantung.

Seperti yang diungkapkan oleh dr. Muhammad Soleh, dalam sebuah


penelitian disertasinya berjudul “Pengaruh Sholat Tahajud Terhadap

peningkatan Perubahan Respon Ketahanan Tubuh”. Dalam penelitian

tersebut dosen IAIN Surabaya ini menyatakan bahwa melakukan shalat

tahajud dengan rutin, melakukan gerakan-gerakan secara benar,

dilaksanakan dengan hati yang ikhlas, dan dalam nuansa jiwa yang khusuk,

akan terbebas dari infeksi dan serangan kanker (Prabowo, 2013).Selain itu

shalat malam merupakan obat yang efektif untuk menyembuhkan stres dan

gangguan kejiwaan. Karena orang yang melaksanakan shalat tahajud akan

merasa tenang, khusyuk, dan pasrah kepada-Nya. Dari sini seseorang dapat

mendapatkan ketenangan batin akan muncul (Prabowo, 2013).

5. PONDOK PESANTREN

Pondok pesantren adalah gabungan dari dua kata, yakni pondok dan

pesantren. Masing-masing kata ini mengandung makna berbeda satu sama

lainnya, namun keduanya memiliki hubungan erat sehingga dikemudian hari

membentuk satu kesatuan pemahaman yang tidak dapat dipisahkan. Istilah

pondok berasal dari Bahasa Arab fundug, artinya hotel atau asrama, atau

dalam pengertian lain pondok adalah asrama para santri yang disebut pondok

(tempat tinggal) yang dibuat dari bambu. Sedangkan istilah Pesantren berasal

dari kata santri, yang dengan awalan Pe di depan dan akhiran an berarti

tempat tinggal para santri (Dhofier, 1982 dalam Muhaddam F, 2015).

Dengan kata lain, Pondok pesantren adalah suatu lembaga pendidikan

agama Islam yang tumbuh serta diakui masyarakat sekitar, dengan sistem

asrama (komplek) di mana santri-santri menerima pendidikan agama melalui


sistem pengajian atau madrasah yang sepenuhnya berada di bawah kedaulatan

dari leadership seseorang atau beberapa orang kiai dengan ciri-ciri khas yang

bersifat kharismatik serta independen dalam segala hal. Menurut lembaga

Research Islam, pesantren adalah ”suatu tempat yang tersedia untuk para

santri dalam menerima pelajaran-pelajaran agama Islam sekaligus tempat

berkumpul dan tempat tinggalnya (Qomar, 2005). Atau dapat juga dipahami

Pondok Pesantren adalah lembaga pendidikan Islam yang tumbuh ditengah

masyarakat dengan ciri, santri (murid) diasramakan dalam proses mencari dan

mendalami ilmu agama dibawah asuhan bimbingan Kyai dan ustad.

a. Elemen Pokok Pondok Pesantren

Secara umum Pondok Pesantren didefinisikan sebagai lembaga

pendidikan yang memiliki 5 elemen pokokterdiri dari masjid, santri,

pondok, dan kiai. Namun ada juga elemen lain yang menjadi ciri khas

pendidikan pesantren, yakni pengajaran kitab-kitab keislaman klasik

(Dhofier Z, 1982 dalam Muhaddam F, 2015).

1) Pondok/Asrama

Pondok/Asrama adalah tempat tinggal bagi para santri. Pondok inilah

yang menjadi ciri khas dan tradisi pondok pesantren dan membedakannya

dengan sistem pendidikan lain yang berkembang di Indonesia. Pondok/

asrama terdiri dari beberapa kamar yang dihuni sekitar 10-20 orang santri.

Biasanya di setiap kamar ada satu atau dua santri senior menjadi pengurus

kamar yang bertanggung jawab atas segala kegiatan santri di kamar.


2) Masjid

Masjid merupakan tempat untuk mendidik para santri terutama dalam

praktek seperti shalat, pengajian kitab klasik, pengkaderan kyai, dll. Di

tempat inilah mereka melakukan salat 5 waktu secara berjamaah, mulai

dari salat subuh hingga isya dan salat-salat sunah lainnya pemimpin salat

jamaah di masjid tidak selalu dilakukan oleh kiai, para santri senior yang

telah mampu di bidang ilmu keagamaan biasanya lebih sering menjadi

imam salat berjamaah bagi santri untuk melatih para santri senior itu dan

merupakan tempat di mana kyai menyampaiakan petuah keagamaannya

untuk menambah wawasan keagamaan dan kualitas spiritualitas santri.

3) Santri

Santri merupakan sebutanuntuk siswa/murid yang belajar di pondok

pesantren. Tanpa ada santri tentu saja pesantren tidak dapat menjalankan

fungsinya sebagai institusi pendidikan keagamaan yang menjalanan proses

pembelajaran. Di masa lalu ciri utama melekat pada seorang santri adalah

penampilannya yang sangat sederhana: untuk putra memakai peci hitam,

selalu memakai sarung, dan sandal bakiak, untuk putri selalu

menggunakan kerudung atau jilbab dan sampai saat ini identitas demikian

masih melekat pada seorang santri. Memiliki pengetahuan keagamaan

yang mendalam, taat beribadah, selalu hormat dan taat kepada kyai. Ada

dua jenis santri dalam sistem pendidikan pesantren, pertama santri mukim

adalah santri yang tinggal di pesantren dan mengikuti seluruh kegiatan

pesantren selama 24 jam, kedua santri kalong adalah mereka yang tidak
tinggal di asrama pesantren dan hanya mengikuti beberapa kegiatan

pesantren secara terbatas yang ditentukan oleh masing-masing pesantren.

4) Kyai

Kyai merupakan pimpinan pondok pesantren. Kata kyai sendiri

adalahgelar yang diberikan masyarakat kepada seorang ahli agama Islam

yang menjadi pimpinan pesantren dan mengajarkan kitab-kitab klasik. Di

dunia pesantren, seorang kiai, biasanya adalah juga pemilik pesantren

yang merancang pertama pesantren yang didirikannya dan berupaya sekuat

tenaga untuk memajukan proses pendidikannya. Ia merupakan pengasuh

sekaligus guru yang melatih dan mengajarkan materi keagamaan di

pesantren (Maschan, 2007)

5) Pengajaran kitab-kitab klasik

Pengajaran kitab-kitab klasik merupakan tujuan utama pendidikan di

pondok pesantren. Dalam sistem pendidikan pesantren tradisional kitab-

kitab Islam klasik disebut dengan istilah kitab kuning. Format kitab kuning

khas dengan kertas yang digunakannya berwarna kekuning-kuningan

dengan berbahasa Arab, Melayu, dan Jawa atau bahasa lokal lain di

Indonesia dengan menggunakan aksara Arab (Azra, 2012 dalam

Muchadan, 2015). Kitab-kitab Islam klasik yang menjadi unsur utama

kurikulum pendidikan pesantren tradisional terdiri dari beragam ilmu

yakni ilmu tata bahasa Arab: nahwu (syntax), sharaf (morfologi); fiqh;

ushul fiqh; hadis; tafsir; tauhid, tasawuf dan akhlak, dll.


b. Pola Kebiasaan Tidur Anak Pondok Pesantren

Pada usia anak sekolah seharusnya membutuhkan waktu 10 jam untuk

tidur dalam sehari guna memenuhi kewajiban sebagai pelajar. Anak usia

sekolah tidur antara 8-12 jam per malam tanpa tidur siang anak usia 8 tahun

minimal memerlukan 10 jam tidur setiap malam. Saat anak mendekati usia

11-12 tahun dibutukan tidur yang lebih sedikit dan waktu tidur dapat telat

sampai jam 10 malam. Memanfaatkan sedikit waktu pada siang hari juga

dapat membuat kondisi tubuh menjadi netral. Waktu tidur dan bangun

berdasarkan waktu sekolah dan kehidupan social akan mengkontribusi

penggunaan waktu tiur pada anak. Namun, dalam pondok pesantren,

santriwan dan santriwati mayoritas diwajibkan untuk tidur pikul 22.00 dan

bangun pukul 04.00 pagi untuk segera melakukan aktivitas rutin mulai dari

solat subuh berjamaah dan dilanjutkan dengan aktivitas lainnya. Sehingga,

santri dipondok pesantren memiliki waktu tidur kurang dari 8 jam setiap

harinya (Wong, 2009; Kozier, 2010; Mednick 2011).


B. KERANGKA TEORI
Anak Usia Sekolah
Definisi
Karakteristik Pertumbuhan dan perkembangan
Karakteristik pertumbuhan dan perkembangan
Karakteristikpertumbuhandan perkembangan fisik
Karakteristik perkembangan motorik
Karakteristik perkembangan kognitif
Orang tua menginginkan anaknya menjadi manusia
Karakteristik perkembangan moral
yang pandai, cerdas, dan berakhlak

REM NREM PONPES


Pola hidup dengan jadwal padat
di pondok
Kebutuhan Tidur 10 jam Tahapan Tidur

TIDUR Gangguan tidur


Durasi Tidur Normal Pada Anak
Faktor Yang
Usia Sekolah (9-12 Tahun)
mempengaruhi

Perilaku Kesehatan:
Pengetahuan 1. Lingkungan (Bisisng,
Sikap Cahaya, Teman Tidur,
Keterampilan (penerapan) Lokasi Tidur)
KUALITAS TIDUR 2. Penyakit fisik (nyeri,
ketidaknyaman fisik)
Adab Tidur Sehat Sunah rosul: 3. Kelelahan
Larangan Tidur Sebelum Isya’ dan Mengobrol Setelahnya. Pendidikan 4. Gaya hidup (Kebiasaan
Berwudhu dan Menghadap ke Kanan. Kesehatan Adab sebelum tidur)
Membersihkan Tempat Tidur Tidur Sehat Sunah 5. Stres Emosi
Berdo’a Rosul Dengan 6. Asupan makan dan kalori
Berdzikir Media Audio Visual 7. Diet
Membaca Al Qur’an Surat Pendek 8. Medikasi
Mematikan lampu, menutup tempat air dan makanan. 9. Motivasi
Niat bangun sholat malam
Jenis media pendidikan kesehatan
a) Auditif
b) Media Visual
c) Media Audio Visual

Jenis metode pembelajaran pendidikan kesehatan:


1. Metode pendidikan kesehatan individual
2. Metode pendidikan kesehatam kelompok
3. Metode pendidikan kesehatan masa

Bagan 2.1 Kerangka Teori

Sumber: Bashori (2003); Hidayat (2005); Hidayat (2008); Hasan (2008);


Setiawati & Darmawan (2008); Wong (2009); Kozier (2010); Maryunani (2010);
Elzaky & Jamal (2011); Amin (2012); Hidayat & Uliyah (2012); Ibrahim (2013);
Muallifah (2013); Prabowo (2013); Syawqi (2013); Raharjo (2014); Muhaddam
(2015); Putri (2015); Yanuar (2016).
BAB III

METODE PENELITIAN

A. KERANGKA KONSEP
Bagan 3.2
Kerangka Konsep
Variabel Independent Variabel Intervening Variabel Dependent
(Perantara)
Pendidikan kesehatan Adab Tidur SehatPola
Sunah Rosul Penerapan Adab Tidur Sehat
Kebiasaan Kualitas Tidur
Sunah Rosul

Faktor Yang Mempengaruhi


Adab Tidur Sehat Sunah rosul: Kualitas tidur
Larangan
1. Tidur Sebelum Isya’ dan Mengobrol Setelahnya.
Lingkungan (Bising,Cahaya,Lokasi Tidur)
BerwudhudanMenghadapke Kanan. Penyakit Fisik (Nyeri, Ketidaknyamanan Fisik)
2.
Membersihkan Tempat Tidur Berdo’a Kelelahan
Berdzikir Gaya Hidup (Kebiasaan Sebelum Tidur)
Membaca3. Al Qur’an Surat Pendek
Stres Emosi
4.
Asupan Makan dan Kalori
5.
Medikasi
6.
7. Mematikan lampu,menutup
tempat air dan makanan.
8.Niat bangun sholat malam

Keterangan:

Variabel yang diteliti

Variabel yang tidak diteliti, tetapi dikontrol dengan sampel yang

dihomogenkan yaitu anak MI yang tinggal di Pondok Pesantren, yang

berusia 9-12 tahun yang bersedia menjadi responden.

B. HIPOTESIS PENELITIAN

Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian

dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat

pertanyaan (Sugiyono, 2010).

61
62

Hipotesis dalam penelitian ini dibagi menjadi Hipotesis Kerja (Ha) dan

Hipotesis Nol (Ho), yaitu sebagai berikut:

1. Ha = Ada pengaruh pendidikan kesehatan adab tidur sehat sunah Rosul

terhadap pola kebiasaan penerapan adab tidur sehat sunah Rosul siswa MI di

Pondok Pesantren Al-Mukhtar Adipala Cilacap tahun 2017.

Ho = Tidak ada pengaruh pendidikan kesehatan adab tidur sehat sunah

Rosul terhadap pola kebiasaan penerapan adab tidur sehat sunah Rosul

siswa MI di Pondok Pesantren Al-Mukhtar Adipala Cilacap tahun 2017.

2. Ha =Ada pengaruh pendidikan kesehatan adab tidur sehat sunah Rosul

terhadap kualitas tidur siswa MI di Pondok Pesantren Al-Mukhtar Adipala

Cilacap Tahun 2017.

Ho = Tidak ada pengaruh pendidikan kesehatan adab tidur sehat sunah

Rosul terhadap kualitas tidur siswa MI di Pondok Pesantren Al-Mukhtar

Adipala Cilacap Tahun 2017.

3. Ha = Ada hubungan perubahan pola kebiasaan penerapan adab tidur sehat

sunah Rosul terhadap perubahan kualitas tidur siswa MI di Pondok

Pesantren Al-Mukhtar Adipala Cilacap tahun 2017.

Ho = Tidak ada hubungan pola kebiasaan penerapan adab tidur sehat sunah

Rosul terhadap perubahan kualitas tidur siswa MI di Pondok Pesantren Al-

Mukhtar Adipala Cilacap tahun 2017.

C. VARIABEL PENELITIAN

Menurut Sugiyono (2010) variabel penelitian adalah segala sesuatu yang

berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga
diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulan.

Sedangkan menurut Notoatmodjo (2010) variabel penelitian adalah ukuran

atau ciri yang dimiliki oleh anggota-anggota suatu kelompok berbeda dengan

yang dimiliki oleh kelompok lain. Dalam penelitian ini terdapat variabel

independent, variabel intervening (perantara) dan variabel dependent.

1. Variabel Independen (bebas) adalah variabel yang mempengaruhi atau

yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen

(Sugiyono, 2014). Variabel independent dalam penelitian ini adalah

pendidikan kesehatan adab tidur Sehat Sunah Rosul.

2. Variabel intervening (perantara) adalah variabel yang secara teoritis

memepengaruhi hubungan antara independen dengan dependen menjadi

hubungan yang tidak langsung dan tidak dapat diamati dan diukur

(Sugiyono, 2014). Tujuan dari Variabel intervening ini adalah untuk

menguji pengaruh langsung dan pengaruh tidak langsung antara variabel

independen terhadap variabel dependen. Variabel intervening (perantara)

adalah pola kebiasaan penerapan adab tidur sehat sunah Rosul.

3. Variabel dependent (terikat) adalah variabel yang dipengaruhi atau yang

menjadi akibat karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2014). Variabel

dependent dalam penelitian ini adalah kualitas tidur siswa MI di Pondok

Pesantren Al-Mukhtar Adipala Cilacap Tahun 2017.


D. DEFINISI OPERASIONAL, VARIABEL, CARA PENGUKURAN, HASIL

PENGUKURAN DAN SKALA PENGUKURAN

Menurut Notoatmodjo (2010) definisi operasional adalah uraian tentang

batasan variabel yang dimaksud, atau tentang apa yang diukur oleh variabel

yang bersangkutan.

Tabel.3.2
Identifikasi Variabel, Definisi Operasional, Hasil Pengukuran, Hasil Pengukuran
dan Skala Pengukuran

No Variabel Definisi Operasional Cara Hasil Pengukuran Skala


Pengukuran
1 Variabel Suatu kegiatan atau Data diperoleh Dikelompokan Nominal
Independen usaha untuk dengan menjadi 2 kelompok
(Bebas): menyampaikan pesan observasi yaitu:
Pendidikan kesehatan kepada sebelum dan 0 = Sebelum
Kesehatan Adab kelompok anak setelah diberikan
Tidur Sehat diponpes dengan Diberikan Pendidikan
Sunah Rosul menggunakan media pendidikan kesehatan
audio visual (video) kesehatan 1 = Setelah
yang disusun oleh diberikan
peneliti dan dilihat pendidikan
oleh siswa yang kesehatan
masuk dalam kriteria
inklusi

2 Variabel Tindakan peserta didik Data diperoleh Ditentukan dengan Interval


intervening sehubungan dengan dengan lembar perhitungan interval
(perantara): materi pendidikan sleep self = a-b/c
Pola kebiasaan yang diberikan yaitu report yaitu =40-10/2=15
penerapan atau adab tidur sehat Sunah lembar pola Keterangan:
memperaktikan Rosul, diharapkan kebiasaan a: Nilai tertinggi
Adab Tidur siswa Mi dipondok penerapan adab b: Nilai Terendah
Sehat Sunah Pesantren Al-mukhtar tidur sehat c: Kelompok
Rosul akan melaksanakan sunah Rosul sehingga adab tidur
atau mempraktekan sebelum dan digunakan
apa yang diketahui setelah kepentingan
atau disikapinya dan diberikan deskripsi
dinilai baik. intervensi dekelompokan
dengan 10 menjadi 2:
pertanyaan, a. Jumlah skor 25-
cara 40 = rutin
pengukuran melakukan adab
menggunakan tidur
skala Likert b. Jumlah Skor 10-
yang terdiri 24= tidak rutin
dari: melakukan adab
Tidak pernah = tidur
skor 1 Untuk keperluan
Kadang-kadang analisis data, Skor
= skor 2 berdasarkan total
Sering = skor perhitungan masing-
3 Selalu = skor masing item dalam
4 Skor total lembar sleep self
antara 10 report yaitu pola
sampai 40 kebiasaan penerapan
adab tidur sunah
Rosul dengan nilai
10-40
3 Variabel Kualitastidur Data untuk Kualitas tidur Interval
Dependen: seseorang dapat dilihat mengukur digunakan
Kualitas Tidur dari aspek kuantitas kualitas tidur kepentingan
dan kualitas tidurnya diperoleh deskripsi
Kuantitas tidur adalah dengan dekelompokan
waktu atau jumlah menggunakan menjadi 2:
tidur seseorang yang lembar a. Jumlah skor 0-5=
biasanya dihitung kuisioner PSQI kualitas tidur baik
dengan jumlah waktu yang telah b. Jumlah skor 6-21=
kualitas tidur
(jam). Sedangkan dimodiikasi,ter
buruk
kualitas adalah dapat 7 aspek Diperoleh dari hasil
kepuasanseseorang yang terdiri 20 data asli atau angka
terhadap tidur, pertanyaan: kualitas tidur dengan
sehingga seseorang 1. Kualitas tidur total skor (∑ skor) =
tersebut merasa secara
nilai terendah 0 dan
segardan tidak subyektif (1
pertanyaan) nilai tertinggi 21
mengalami masalah
2. Kesulitan
dalam tidurnya. Baik dalam
buruknya kualitas memulai
tidur dapat diukur tidur (2
dengan kuisioner pertanyaan)
Pitsburgh Sleep 3. Durasi
Quality Index (PSQI) tidur (1
pertanyaan)
4. Kebiasaan
sebelum
tidur (3
pertanyaan)
5. Adanya
gangguan
tidur (11
pertanyaan)
6. Penggunaan
obat tidur (1
pertanyaan)
7. Kebiasaan
tidur sehari-
hari dari
bulan lalu (2
pertanyaan)
Kuisioner
diberikan untuk
mengetahui
kualitas tidur
sebelum
diberikan
intervensi
(pretest) dan
setelah 2
minggu
diberikan
kuisioner
(posttest)

E. DESAIN PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode Pre-Eksperimental Design. Desain

yang digunakan adala One Group Pretest-Posttest Design dan teknik sampling

yang digunakan adalah Total Sampling. Jenis penelitian Pre-eksperimental

design adalah metode peneitian yang belum merupakan eksperimen sungguh-

sungguh, karena masih terdapat variabel luar yang ikut berpengaruh terhadap

terbentuknya variabel dependent. Jadi hasil eksperimen yang merupakan

variabel dependent itu bukan semata-mata dipengaruhi oleh variabel

independent. Desain penelitian one group pretest-posttest design adalah desain

yang didalamnya terdapat pretest dan posttest, pada penelitian jenis ini bisa

membandingkan pengaruh keadaan sebelum perlakuan dan keadaan setelah

perlakuan (Sugiyono, 2010). Bentuk rancangan penelitian ini sebagai berikut:

Bagan 3.3
Desain Penelitian

Pre Perlakuan Post

01 02

03 04
Keterangan rancangan penelitian one group pretest-posttest design:

1 : Pola kebiasaan penerapan adab tidur sehat sunah Rosul Siswa MI Di

Pondok Pesantren Adipala Cilacap Sebelum Diberikan Intervensi.

2 : Pola kebiasaan penerapan adab tidur sehat sunah Rosul Siswa MI Di

Pondok Pesantren Adipala Cilacap Setelah diberikan Intervensi.

(01 X 02) : Perbandingan Pola kebiasaan penerapan adab tidur sehat sunah

Rosul MI Di Pondok Pesantren Adipala Cilacap Sebelum dan Setelah

diberikan Intervensi.

3 : Kualitas Tidur Siswa MI Di Pondok Pesantren Adipala Cilacap

Sebelum Diberikan Intervensi.

4 : Kualitas Tidur Siswa MI Di Pondok Pesantren Adipala Cilacap

Setelah Diberikan Intervensi.

(03 X 04) : Perbandingan Kualitas Tidur Siswa MI Di Pondok Pesantren Adipala

Cilacap Sebelum dan Setelah diberikan Intervensi.

(01 X1 02 X 03 X2 04) = Hubungan perubahan selisih sebelum dan sesudah pola

kebiasaan penerapan adab tidur sunah Rosul dengan perubahan selisih

kualitas tidur sebelum dan sesudah

X : Pendidikan Kesehatan Yang Diberikan Kepada Siswa MI Di Pondok

Pesantren Adipala Cilacap yaitu Video Audio Visual Adab Tidur

Sehat Sunah Rosul.

X1 : Selisih Skor Pre Post Perubahan Pola kebiasaan penerapan Adab

tidur Sehat Sunah Rosul

X2 : Selisih Skor Perubahan Pre Post Kualitas Tidur


F. POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek

yang mempunyai kuantitas dan kerakteristik-karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan

(Sugiyono, 2010). Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa MI

Kelas IV, Kelas V dan Kelas VI yang tinggal di Pondok Pesantren Adipala

Cilacap tahun 2017 sejumlah 27 siswa.

2. Sampel

Sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian

jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Nursalam 2008).

Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah non

probability sampling dengan jenis total sampling yaitu semua anggota

populasi dijadikan sebagai sampel penelitian yaitu sejumlah 26 siswa dari

27 siswa, karena ada 1 siswa yang tidak bersedia untuk menjadi responden.

3. Kriteria Sampel

a. Kriteria inklusi

Kriteria inklusi merupakan kriteria atau ciri-ciri yang perlu dipenuhi

oleh setiap anggota populasi yang dapat diambil sebagai sampel

(Notoatmodjo, 2010). Kriteria inklusi penelitian ini adalah:

1) Siswa MI Kelas IV, Kelas V dan Kelas VI tinggal di Pondok

Pesantren Adipala Cilacap tahun 2017 (Usia 9-12 tahun).

2) Dapat membaca,menulis dan mendengar dengan baik.

3) Bersedia menjadi responden (kooperatif)


b. Kriteria eksklusi

Kriterisa ekslusi adalah menghilangkan/ mengeluarkan subyek yang

tidak memenuhi kriteria inklusi dari studi karena berbagai sebab

(Nursalam, 2008). Kriteria ekslusi dalam penelitian ini adalah:

1) Siswa MI kelas I, II, IIIdi Pondok Pesantren Adipala Cilacap tahun

2017 (Usia 6-8 tahun).

2) Tidak dapat membaca, menulis dan tidak mendengar dengan baik.

3) Anak berkebutuhan khusus

4) Tidak bersedia menjadi responden

G. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN

Penelitian dilakukan di Pondok Pesantren Adipala Cilacap yang telah

dilaksanakan pada tanggal 30 April sampai 14 Mei 2017.

H. ETIKA PENELITIAN

Etika penelitian mempunyai tujuan untuk melindungi hak dan kewajiban

responden maupun penelitian. Penelitian akan menjamin kerahasiaan data

responden pada saat pengumpulan data dan pada hasil penelitin. Sebelum

dilakukan penelitian, peneliti meminta perijinan kepada Ketua STIKES AL-

Irsyad Al-Islamiyyah Cilacap, kemudian melalui tembusan Badan Kesatuan

Bangsa dan Politik (BAKESBANGPOL), merekomendasikan untuk ke Badan

Perencana Daerah (BAPPEDA),kemudian direkomendasikan kepada Pengasuh

Pondok Pesantren Adipala Cilacap untuk menjadi tempat penelitian.

Notoatmodjo (2010) mengemukakan setelah mendapatkan persetujuan

baru dilakukan penelitian dengan etika penelitian sebagai berikut :


1. Informed consent (Lembar Persetujuan)

Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dan

subjek penelitian dengan memberikan lembar persetujuan untuk menjadi

subjek penelitian yang diberikan sebelum penelitian dilakukan. Tujuan

Informed consent adalah agar subjek mengerti maksud dan persetujuan

penelitian serta mengetahui dampaknya. Jika subejek bersedia maka meraka

harus menandatangani lembar persetujuan. Sebaliknya, jika subjek

penelitian tidak bersedia, maka peneliti harus menghormati hak pasien.

Lembar persetujuan diberikan kepada responden yang setuju berpartisipasi

dalam penelitian ini untuk ditandatangani, sebelum responden

menandatangani lembar pesetujuan, peneliti memberikan informasi

responden tentang tujuan dan sifatnya sukarela mengikuti penelitian ini.

2. Anonymity (Kerahasiaan nama)

Anonimity merupakan jaminan dalam penggunaan subjek penelitian

dengan cara tidak memberitahukan atau mencantumkan nama subjek

penelitian pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar

pengumpulan data hasil penelitian yang disajikan.

3. Confidentialy (Kerahasiaan penelitian).

Confidentialy merupakan jaminan kerahasiaan penelitian, baik informasi

maupun masalah-masalah lainya. Semua informasi yang telah dikumpulkan

dijamin kerahasiaanya oleh peneliti, peneliti tidak mencantumkan nama.

4. Privacy (Pribadi)

Privacy merupakan jaminan dalam penggunaan subjek penelitian yang

akan mempunyai hak untuk meminta bahwa data yang diberikan harus
dirahasiakan. Peneliti menjamin kerahasiaan data responden, data tersebut

hanya digunakan untuk kepentingan penelitian.

5. Fair treatment (Perlakuan Adil)

Fair treatment merupakan jaminan yang diberikan kepada subjek agar

diperlakukansecara adil baik sebelum, selama dan sesudah keikutsertaanya

dalam penilaian tanpa adanya diskriminasi apabila mereka tidak bersedia

atau dropped out sebagai responden. Semua responden mengikuti penelitian

dan tidak ada responden yang drooped out.

6. Self determination (Penentuan Nasib Sendiri)

Self determination merupakan jaminan yang diberikan kepada subjek

penelitian secara manusiawi. Peneliti tidak melakukan paksaan terhadap

responden untuk mngikuti penelitian ini, penelitian ini sifatnya sukarela.

I. ALAT PENGUMPULAN DATA

1. Instrumen Penelitian

Alat pengumpulan data pada penelitian kuantitatif adalah instrumen

penelitian. Notoatmodjo (2010) menjelaskan bahwa instrument penelitian

adalah alat-alat yang digunakan untuk mengumpulkan data. Pada penelitian

ini, penulis menggunakan lembar kuisioner. Arikunto (2010) menjelaskan

bahwa kuisioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk

memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya

atau hal-hal yang diketahui. Kuisioner dalam penelitian ini teridiri dari 2

bagian yaitu:
a. Kuisioner A yaitu lembar sleep self riport untuk mengetahui perilaku

pola kebiasaan penerapan adab tidur sehat sunah Rosul pada siswa MI di

Pondok Al-Mukhtar Adipala Cilacap yang diperoleh menggunakan 10

pertanyaan kebiasaan pola kebiasaan penerapan adab tidur sehat sunah

Rosul menggunakan skala Likert, untuk jawaban Tidak pernah diberi

skor 1, Kadang-kadang diberi skor 2, Sering diberi skor 3, Selalu diberi

skor 4 dan skor total antara 10 sampai 40.

b. Kuisioner B yaitu kuisioner PSQI (Pittsburg Sleep Quality Index) yang

telah dikombinasi peneliti yaitu berisi pertanyaan untuk mengetahui

kualitas tidur pada siswa MI di pondok pesantren Al-Mukhtar Adipala.

Kuisioner PSQI (Pitsburgh Sleep Quality Index), yang diadaptasi dari

teori yang dikemukakan oleh Buyse (1889) dalam penelitian Agustin,

2012. PSQI mengukur kualitas tidur dalam 7 aspek yaitu kualitas tidur

subyektif, latensi tidur, gangguan saat tidur, durasi tidur, efisiensi dalam

kebiasaan tidur, penggunaan obat tidur, dan gangguan dalam aktivitas

disiang hari.

Tabel 3.3
Distribusi Aspek Penilaian Dalam Kuisioner Kualitas Tidur

Nomor Jumlah Cara Penilaian


No Indikator Pertanyaan

Dilihat dari pertanyaan 6


0= sangat baik
Kualitas 1 1=baik
1 tidur 9
2=kurang
subyektif
3=sangat kurang

Dilihat dari pertanyaan 2,5a

2 Latensi 2  Perta menit


Tidur 2,5a
nyaan 2
0= ≤15
menit
1= 16-
30
menit
2=31-60
menit
3= > 60
 Pertanyaan 5a 0= Tidak pernah 1= 1x
seminggu 2= 2x seminggu 3= ≥3x seminggu
73

Jumlahkan skor pertanyaan 2 dan 5a,


hasil akhir menggunakan skor dibawah
ini:
Skor 0 = 0
Skor 1-2 = 1
Skor 3-4 = 2
Skor 5-6 = 3

Dilihat dari pertanyaan 5b sampai 5l


 Pertanyaan 5b-5l dinilai dengan skor
dibawah ini
0= Tidak pernah
1= 1x seminggu
5b, 5c, 5d, 5e, 2= 2x seminggu
3 Gangguan 5f, 5g, 5h, 5i, 11 3= ≥3x semingu
saat tidur
5j, 5k, 5l, Jumlahkan skor pertanyaan 5b-5l, hasil
akhir menggunakan skor dibawah ini:
Skor 0 = 0
Skor 1-11 = 1
Skor 12-22= 2
Skor 23-33 = 3

Dilihat dari pertanyaan 4


0= 10-11 jam
4 Durasi 1 1= 8-9 jam
tidur 4
2= 5-7 jam
3= <5 jam

Dilihat dari pertanyaan 1, 3, 4


Menghitung efisiensi tidur dengan
rumus: lama tidur/lama ditempat tidur
Keterangan:
 Lama tidur= pertanyaan no 4
 Lama ditempat tidur = kalkulasi
Efisisensi respon dari pertanyaan nomor 1 dan
5 dalam 3 (jumlahkan waktu mulai tidur
kebiasaan 1, 3,
2 sampai bangun)
tidur 4
 Jika didapat hasil berikut, maka
skonya:
85% = 0
75-84% = 1
65-74% = 2
<65% = 3

Dilihat dari pertanyaan 6


Pengguna 0= Tidak pernah
an obat 1= 1x seminggu
6 6
tidur 1 2= 2x seminggu
3= ≥3x seminggu

Dilihat dari pertanyaan 7 dan 8



Pertanyaan 7Pertanyaan 0= Tidak pernah0= Besar
Gangguan dalam aktivitas di siang hari 1= 1x seminggu1= Kecil
2= 2x seminggu2= Sedang
7 7, 8 2 3= ≥3x seminggu3=Tidak ad
Jumlahkan skor pertanyaan 7 dan 8, hasil
akhir menggunakan skor dibawah ini:
Skor 0 = 0
Skor 1-2 = 1
Skor 3-4 = 2
Skor 5-6 = 3

Jumlah 21 Total Skor 0-21

Proses penilaian PSQI didasarkan pemberian skor 0 (untuk kategori

jawaban “tidak sulit”) sampai dengan pemberian skor 3 (untuk kategori

jawaban “sulit sekali’). Nilai per aspek dijumlahkan (berkisar dari skor skala

0-21) untuk menghasilkan sebuah nilai, semakin tinggi nilai mengindikasikan

seseorang memiliki kualitas tidur buruk. Skor kualitas tidur baik adalah 0-5,

dan skor kualitas tidur buruk 6-21 (Boltz, 2012 dalam Agustin, 2012).

2. Uji Instrumen Penelitian

Notoatmodjo (2010) menjelaskan bahwa agar instrument valid dan reliabel

maka sebelum digunakan perlu diuji coba (pretest) terlebih dahulu. Intrumen

pada penelitian ini terdiri dari kuisioner sleep self report dan kuisioner

Pittsburg Sleep Quality Index (PSQI).

Kuisioner Pittsburg Sleep Quality Index (PSQI) untuk menilai kualitas

tidur merupakan kuesioner internasional berbahasa Inggris yang sudah

diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia. PSQI ini memiliki konsistensi

internal dan koefisien reliabilitas (alfa cronbach) sebesar 0,83 (Buyse et al,

1889 dalam Agustin, 2012). Instrumen PSQI terdiri dari 18 pertanyaan dan

dimodifikasi oleh peneliti dengan merubah bahasa yang disesuaikan untuk

anak usia sekolah dan menambahkan pernyataan berdasarkan studi pustaka

yang mencakup faktor-faktor gangguan tidur yaitu terdiri 3 pertanyaan,

sehingga total soal berjumlah 21 pertanyaan. Sehingga peneliti perlu

melakukan uji validitas dan reliabilitas terhadap instrumen kualitas tidur


75

yaitu kuisioner PSQI. Sedangkan kuisioner sleep self report pola kebiasaan

penerapan adab tidur tidak diuji validitas dan reliabilitasnya karena bersifat

seperti lembar ceklist tetapi lembar tersebut diisi sendiri oleh responden.

a. Validitas

Validitas merupakan ketepatan atau kecermatan pengukuran, valid artinya

alat tersebut mengukur apa yang ingin diukur. Suatu kuisioner dikatakan

vaslid kalau pertanyaan pada suatu kuisiner mampu mengungkapkan

sesuatu yang akan diukur oleh kuisioner tersebut (Riyanto, 2011).

Pengujian validitas penelitian ini mengenai butir-butir instrumen,

diujicobakan peneliti kepada 20 responden pada anak MI Al-Muktar

Adipala Cilacap kelas IV, V dan VI yang tidak berada di pondok pesantren

untuk memenuhi asumsi kurve normal. Pemilihan di sekolah MI Al-Muktar

Adipala Cilacap sebagai tempat uji validitas karena terdapat kesamaan

karakteristik dengan anak MI di pondok Al-Mukhtar Adipala Cilacap yang

berada di pondok pesantren sebagai tempat penelitian. Setelah data

terkumpul, peneliti melakukan uji validitas untuk mengukur validitas

kuesioner intrumen kualitas tidur yaitu Pittsburg Sleep Quality Index (PSQI)

dengan memakai rumus korelasi pearson product moment dengan rumus

sebagai berikut :

Keterangan :

N = banyaknya responden
X = skor yang diperoleh subyek dari seluruh item
Y = skor total yang diperoleh dari seluruh item
Item instrumen dianggap valid dengan membandingkannya dengan rhitung

dengan rtabel. Jika r hitung > r tabel maka instrumen dikatakan valid.

Berdasarkan uji coba instrumen yang dianalisa dengan bantuan komputer

program SPSS statistic 24 for windows menghasilkan adanya 1 pertanyaan

yang tidak valid atau gugur dan mempunyai nilai r hitung <r tabel yaitu 0,236

sedangkan 20 pertanyaan signifikan mempunyai r hitung >r tabel, maka butir

pertanyaan yang gugur terdapat 1 pertanyaan pada nomor 5b. Sehingga dari

jumlah soal semula 21 menjadi 20 pertanyaan.

b. Reliabilitas

Reliabel artinya kestabilan pengukuran, alat dikatakan reliabel jika

digunakan berulang-ulang nilainya sama. Sedangkan pertanyaan dikatakan

reliabel jika jawaban seseorang terhadap pertanyaann konsisten dan stabil

dari waktu ke waktu (Riyanto, 2011).Uji reliabilitas dilakukan peneliti,

dengan menggunakan rumus Cronbach Alpha yang digunakan untuk

mengukur reliabilitas kuesioner intrumen Pittsburg Sleep Quality Index

(PSQI) adalah sebagai berikut:

Ket :
r = nilai reliabilitas
k = banyaknya butir soal
N = banyaknya responden
σt2= total varian
Σσb2= total varian butir (Arikunto, 2010).
Reliabilitas suatu konstruk variabel dikatakan baik jika memiliki nilai

Alpha Cronbach’s > 0,60. Jadi pengujian reliabilitas instrument dalam

penelitian dilakukan karena instrumen berkaitan dengan ketetapan dan taraf

kepercayaan terhadap instrumen penelitian tersebut (Sugiyono, 2010).

Hasil reliability pada penelitian ini, pada kuisioner B (variabel

dependent) yaitu tetang kualitas tidur, hasil uji reliabilitas diketahui dengan

nilai a = 0,890 artinya pembatasan interaksi tersebut memiliki reliabilitas

tinggi karena nilai alpha croanbach melebihi angka kritik dan mendekati

nilai 1 yaitu > 0,60.

J. PROSEDUR PENGUMPULAN DATA

1. Jenis Data

Menurut Sugiyono (2010) , data dibedakan menjadi dua jenis, yaitu :

a. Data primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari subyek

penelitian dengan menggunakan alat pengukuran atau alat pengambilan

data, langsung pada subyek sebagai sumber informasi yang dicari

(Suyanto, 2011). Data primer dalam penelitian ini didapat dari

wawancara dan lembar kuisioner yang di isi oleh responden untuk

menilai pola kebiasaan penerapan adab tidur Rosul dan kualitas tidur

siswa MI kelas IV,V dan VI di Pondok Pesantren Adipala Cilacap.

Prosedur pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan

beberapa tahap sebagai berikut :


1) Tahap persiapan

Tahap persiapan penelitian, peneliti melakukan perijinan penelitian.

Pada tanggal 24 Februari 2017, peneliti mengajukan surat dari kampus

untuk diberikan kepada pengasuh pondok pesantren al-Mukhtar Adipala

Cilacap. Setelah peizinan penelitian disetujui oleh pihak pondok

pesantren Al-Mukhtar Adipala Cilacap, peneliti terlebih dahulu

melakukan studi pendahuluan penelitian yang akan dilakukan.

Kemudian pada minggu ke-3 bulan April 2017 setelah sidang seminar

proposal peneliti meminta perijinan penelitian kepada Ketua STIKES

AL-Irsyad Al-Islamiyyah Cilacap, kemudian melalui tembusan Badan

Kesatuan Bangsa dan Politik (BAKESBANGPOL), merekomendasikan

untuk ke Badan Perencana Daerah (BAPPEDA), kemudian

direkomendasikan kepadaPengasuh Pondok Pesantren Adipala Cilacap

untuk menjadi tempat penelitian. Dilanjutkan pada tanggal 26 April

peneliti melakukan survey jadwal pembelajaran ke pondok al-Muktar

dan sekolah MI Al-Mukhtar dan pengambilan data sekunder yaitu

jumlah siswa MI kelas IV,V dan VI di Pondok Pesantren Adipala

Cilacap. Tanggal 29 April 2017 melakukan kontrak waktu dengan

Pondok Pesantren Adipala Cilacap terkait pelaksanaan pengumpulan

data serta memilih responden sesuai kriteria inklusi sebanyak 27 siswa

MI di Pondok Pesantren Adipala Cilacap.

2) Tahap Pelaksanaan pengumpulan data

Pada penelitian ini, pengumpulan data dilakukan pada bulan awal

bulan Mei, rangkaian pengumpulan data sebagai berikut:


Bagan 3.4
Mekanisme pengumpulan data
Siswa/ Siswi Kelas IV, V dan VI MI
Dipondok Pesantren Al-Mukhtar Adipala Cilacap Tahun
2017

Informed Consent

Ya Tidak

Pemberian Kuisioner Pola kebiasaan Penerapan Adab Tidur Sehat Sunah Rosul dan Kualitas Tidur (pre-test)
30 April 2017

Pendidikan Kesehatan Adab Tidur sehat Menurut Sunah Rosul 30 April 2017

Pemberian KuisionerAdab Tidur sehat Sunah Rosul danKualitas Tidur (post-test)


14 Mei 2017 ( 2 minggu setelah pemeberian Penkes)

Pengolahan Data

Analisis Data

Hasil Penelitian

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari pihak lain, tidak langsung

diperoleh dari subyek penelitiannya. Biasanya berupa data dokumentasi atau

data laporan yang telah tersedia (Saryono, 2010). Dalam penelitian ini, data

sekunder diperoleh dari ketua penguurus santri putri atas ijin pengasuh

pondok pesantren Al-Mukhtar Adipala Cilacap berupa data jumlah anak

siswa MI kelas IV,V dan VI di Pondok Pesantren Adipala Cilacap.


K. PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA DATA

Analisa data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data

yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi

dengan mengorganisasian data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-

unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting

dan yang dipelajari dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh

diri sendiri maupun orang lain. Analisa data dilakukan secara bertahap dan

melalui proses komputerisasi.

1. Pengolahan Data

Menutut Notoatmodjo (2012), pengolahan data dilakukan dengan

menggunakan computer dengan program system pengolahan data computer.

Adapun langkah-langkah pengolahan data dilakukan sebagai berikut:

a. Editing

Mengedit merupakan upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data

yang diperoleh atau dikumpulkan. Editing dilakukan pada tahap

pengumpulan data atau setelah data terkumpul Notoatmodjo (2012)..

Peneliti akan memeriksa kebenaran dan kelengkapan data berupa

identitas, pola kebiasaan penerapan adab tidur Rosul dan kualitas tidur

responden. Tujuan daripada editing adalah untuk mengurangi kesalahan

atau kekurangan yang ada didalam daftar pertanyaan yang sudah

diselesaikan sampai sejauh mungkin (Achmad & Narbuko 2007).

b. Scoring

Tahap ini dilakukan setelah ditetapkan kode jawaban atau hasil

observasi setiap jawaban responden atau hasil observasi dapat diberi


skor. Tidak ada pedoman buku untuk scoring, namun scoring harus

diberikan secara konsisten. Skoring dalam penelitan ini dilakukan

terhadap kuisisoner A dan kuisioner B yaitu:

1) Kuisioner A lembar sleep self report pola kebiasaan penerapan adab


tidur sehat sunah Rosul
a) Jumlah skor 10-24= Menunjukan tidak rutin melakukan adab tidur
b) Jumlah skor 25-40 =Menunjukan rutin melakukan adab tidur

2) Kuisioner BPSQI (Kualitas Tidur) yaitu:


a) Jumlah Skor 0-5= Menunjukan kualitas tidur baik
b) Jumlah Skor 6-21= Menunjukan kualitas tidur buruk

c. Tabulating

Achmad & Narbuko (2007) berpendapat bahwa pekerjaan tabulasi

adalah pekerjaan membuat tabel. Jawaban-jawaban yang sudah diberi

kode kategori jawaban kemudian dimasukan dalam tabel. Pada penelitian

data akan dikelompokan sesuai dengan kategori yang telah ditentukan.

d. Data Entry

Peneliti memasukan data yang telah dikumpulkan kedalam table atau

database computer. Data atau jawaban dari masing-masing responden

yang dalam bentuk kode numeric dimasukan dalam program (software).

e. Processing

Dalam tahap ini jawaban dari responden yang telah diterjemahkan

menjadi bentuk angka, selanjutnya diproses agar mudah dianalisis.

f. Cleaning

Mengecek kembali untuk mendeteksi kesalahan kode, lengkap atau

tidaknya data yang sudah dimasukan dan lain sebagainya. Setelah itu

dilakukan pengoreksian atau pembenaran.


2. Analisa Data

Langkah terakhir dalam penelitian adalah melakukan analisa data.

Analisa data dilakukan secara bertahap dan dilekukan melalui proses

komputerisasi (Notoatmodjo 2010).

a. Analisa Univariat

Analisa univariat dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian

(Notoatmodjo, 2010). Analisa data bertujuan untuk menjelaskan

karkteristik masing-masing variabel yang diteliti. Bentuk analisa data

tergantung dari jenis datanya, untuk data numeric digunakan nilai mean,

median, standar deviasi (SD), inter kuartil range (CI), serta minimal

maksimal (Priyo, 2007). Pada penelitian ini pola penerapan kebiasaan adab

tidur sehat Rosul dan kualitas tidur sebelum dan sesudah pemberian

pendidikan kesehatan adab tidur sehat Rosul dianalisis dengan nilai mean,

standar deviasi (SD), inter kuartil range (CI), minimal, maksimal.

b. Analisa Bivariat

Analisa bivariat adalah analisa yang dilakukan terhadap dua variabel

yang diduga berhubungan atau berkorelasi (Notoatmodjo, 2010). Tujuan

analisis bivariate ini adalah diagnosis data dan uji hipotesis dua variable.

Analisis bivariate penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pendidikan

kesehatan adab tidur sehat sunah Rosul terhadap kualitas tidur melalui pola

kebiasaan penerapan adab tidur Rosul siswa MI di Pondok Pesantren Al-

Mukhtar Adipala Cilacap Tahun 2017.


Tabel 3.4
Uji Statistik yang digunakan untuk Analisis Bivariat

Variabel Independen Variabel Perantara VariabelDependen Cara Analisis

Pendidikan Kategorik Pola Numerik Kualitas Numerik  Test T-Dependent


Kesehatan (Nominal) kebiasaan (Interval) Tidur (Interval) (Uji T dependen
adab tidur penerapan atau uji pasangan)
Sehat Adab dan alternatifnya
Sunah Tidur dengan Uji
Rosul Sehat Wilcoxon
Rosul  Korelasi Pearson
( Korelai Perason
Product Moment)
1) Uji Normalitas

Pengujian normalitas dilakukan untuk mengetahui normal atau tidaknya

suatu distribusi data. Penggunaan statistik parametris mensyaratkan bahwa

data setiap variabel yang akan dianalisis harus berdistribusi normal. Oleh

karena itu sebelum pengujian hipotesis dilakukan, maka terlebih dulu akan

dilakukan pengujian normalitas data (Supardi, 2013).

Pengujian Normalitas data pada penelitian ini menggunakan uji liliefors.

Uji normalitas liliefors dilakukan apabila data merupakan data tunggal atau

data frekuensi tunggal, bukan data distribusi frekuensi kelompok yaitu

menggunakan pendekatan pemeriksaan data individu dalam keseluruhan atau

kelompok (Supardi, 2013). Uji lilifors prosedurnya akan jadi rumit apabila

jumlah data cukup banyak. Karena itu, teknik Liliefors biasanya digunakan

untuk rentang data yang relatif sedikit yaitu data sampel yang kurang dari 30.

Kelebihan uji liliefors adalah penggunaan/perhitungannya yang sederhana,

serta cukup kuat sekalipun dengan ukuran sampel kecil (Sudjana, 2005).

Uji normalitas ini bertujuan untuk menguji apakah variabel pola

kebiasaan penerapan adab tidur sehat Rosul dan variabel kualitas tidur

memiliki distribusi normal atau tidak. Menurut Salamun (2012) hasil dari
perhitungan uji normalitas data yaitu Ho artinya data berdistribusi normal

(pv > α = 0,05) dan H1 artinya data berdistribusi tidak normal (pv < α =

0,05). Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan uji lilifors dengan

menggunakan taraf signifikan 5% (0,05). Data dinyatakan berdistribusi

normal jika dilihat nilai (kolmogorov-smirnov) sign. lebih besar dari 0,05.

2) Uji Hipotesis

a) Uji T dependen (Test T-Dependent) atau Uji T paired / Related atau

pasangan.

Teknik penelitian ini menggunakan analisis uji hipotesis komparatif

numeric berpasangan karena skala yang digunakan pada penelitian ini

adalah interval dan data yang dihasilkan yaitu dua data dari satu kelompok

yang sama untuk variable yang sama. Untuk mengetahui pengaruh antara

dua variabel yaitu pendidikan kesehatann adab Tidur Sehat Sunah Rosul

terhadap kualitas tidur dan pendidikan kesehatann adab Tidur Sehat Sunah

Rosul terhadap pola kebiasaan penerapan adab tidur sehat Rosul. Oleh

karena itu berdasarkan hipotesisnya maka uji yang digunakan adalah Uji T

Berpasangan (Test-T Dependent) atau Uji Wilcoxon sebagai uji alternatif.

Uji T dependent seringkali disebut uji T Paired / Related atau pasangan.

Uji T dependent sering digunakan pada analisis data penelitian

eksperimen. Disebut kedua sampel bersifat dependen jika kedua kelompok

sampel dibandingkan mempunyai subyek yang sama. Dengan kata lain

disebut dependen bila responden diukur dua kali/ diteliti dua kali, sering

orang mengatakan penelitian pre dan post (Priyo H, 2007). Sehingga Uji T

berpasangan digunakan untuk membandingkan rata-rata dua variable


untuk satu grup sampel tunggal. Kriteria data untuk Uji t sampel

berpasangan:

(1)Data untuk tiap pasangan yang diuji dalam skala interval atau rasio atau

jenis variable nya numeric dan kategorik (dua kelompok)

(2)Data berdistribusi normal

(3)Nilai variannya dapat berupa sama atau tidak

Formula T Paired Test =

Keterangan:

d = Rata-rata deviasi/ selisih sampel 1 (pre) dengan sampel 2 (post)

S_d = Standar deviasi dari nilai deviasi / selisish sampel (rata-rata beda

antara nilai sampel 1 (pre) dan sampel 2 (post))

n = Jumlah Sampel

Tingkat signifikan dalam penelitian ini adalah 5 % (0,05). Dimana jika

angka probabilitas signifikan > 5% (0,05), maka Ho ditolak, jika angka

probabilitas signifikan < 5% (0,05) maka Ho diterima (Ghozali, 2011).

Bila sebaran data tidak normal atau syarat tidak terpenuhi maka uji

alternatifnya yang digunakan adalah Uji Wilcoxon (uji non parametric)

(Dahlan, 2011).

Statistik Uji Wilcoxon : Z=

Keterangan:

T = Jumlah ranking dari nilai selisih yang negative (apabila banyaknya

selisih yang positif lebih banyak dari banyaknya selisih negative)

= Jumlah rangking dari nilai selisih yang positif (apabila banyaknya

selisih yang negative lebih banyak dari banyaknya selisih positif)


Menurut Sutanto & Sabri (2010) pengambilan keputusan dari uji

wilcoxcon pada taraf signifikasi 5% (0,05) adalah:

a. Ho diterima apabila p-value > 0,05 artinya tidak ada pengaruh

pendidikan kesehatan adab tidur sehat sunah Rosul terhadap pola

kebiasaan penerapan adab tidur sehat sunah Rosul siswa MI di Pondok

Pesantren Al-Mukhtar Adipala Cilacap 2017 atau tidak ada pengaruh

pendidikan kesehatan adab tidur Sehat Sunah rosul terhadap kualitas

tidur siswa MI di Pondok Pesantren Al-Mukhtar Adipala Cilacap 2017.

b. Ho ditolak apabila p-value < 0,05 artinya ada pengaruh pendidikan

kesehatan adab tidur sehat sunah Rosul terhadap pola kebiasaan

penerapan adab tidur sehat sunah Rosul siswa MI di Pondok Pesantren

Al-Mukhtar Adipala Cilacap 2017 atau ada pengaruh pendidikan

kesehatan adab tidur Sehat Sunah rosul terhadap kualitas tidur siswa MI

di Pondok Pesantren Al-Mukhtar Adipala Cilacap 2017.

b) Analisis Korelasi (Perason Product Moment)

Korelasi dapat mengetahui derajat / keeratan hubungan, korelasi dapat

juga mengetahui arah hubungan dua variable numeric. Misalnya, dalam

penelitian ini apakah hubungan pola kebiasaan penerapan adab tidur sehat

sunah Rosul dan kualitas tidur mempunyai derajat yang kuat atau lemah,

dan juga apakah variable tersebut berpola positif atau negative. Penelitian

ini akan menguji pengaruh tidak langsung antara variabel independen

terhadap variabel dependen, melalui intervening yaitu untuk menganalisis

pengaruh pola kebiasaan penerapan adab tidur sehat Rosul terhadap

Kualitas tidur.
Secara sederhana atau visual hubungan dua variabel dapat dilihat dari

diagram tebar/ pencar (Scatter Plot). Diagram tebar adalah grafik yang

menunjukan titik-titik potongan nilai dari dua variabel (X dan Y). pada

umumnya dalam grafik, variabel independen (X) diletakan pada garis

horizontal sedangkan variabel dependen (Y) pada garis vertikel.

Dari diagram tebar dapat diperoleh informasi tentang pola hubungan

antara dua variabel X dan Y, selain memeberi informasi pola hubungan

dari kedua variabel diagram tebar juga dapat menggambarkan keeratan

hubungan kedua variabel tersebut.

Hubungan dua variabel dapat berpola positif maupun negativ.

Hubungan positif terjadi bila kenaikan variabel lain, misalnya dalam

penelitian ini semakin bertambah skor pola kebiasaan penerapan adab tidur

semakin tinggi skor kualitas tidur. Sedangkan hubungan negativ dapat

terjadi bila kenaiakn satu variabel diikuti penurunan variabel lain,

misalnya semakin bertambah skor pola kebiasaan penerapan adab tidur

semakin rendah skor kualitas tidur.

Menurut Colton (dalam Priyo, 2007), kekuatan hubungan dua variabel

secara kualitatif dapat dibagi dalam 4 area, yaitu:

a. r= 0,00 – 0,25 = Tidak ada hubungan/ Hubungan Lemah

b. r = 0,26-0,50 = hubungan sedang

c. r = 0,51-0,75 = hubungan kuat

d. r = 0,76 – 1,00 = hubungan sangat kuat (sempurna)

Uji hipotesisi koefisien yang telah dihasilkan merupakan langkah

pertama untuk menjelaskan derajat huungan linear antara dua variabel.


Selanjutnya perlu dilakukan uji hipotesis untuk mengetahui apakah

hubungan antara dua variabel terjadi secara signifikan atau hanya karena

factor kebetulan dari random sample (by Chance). Uji hipotesis dapat

dilakukan dengan dua cara, yaitu pertama: membandingkan nilai r hitung

dengan r tabel, kedua: menggunakan pengujian dengan pendekatan

distribusi t. Pendekatan yang digunakan menggunakan pendekatan

distribusi t, dengan formula: Df = n-2 (n = jumlah sampel)

Tampilan analisis korelasi matrik antar variabel yang dikorelasi,

informasi yang muncul terdapat 3 baris, baris pertama berisi nilai korelasi

( r ), baris ke 2 menampilakan nilai p-value, dan baris ketiga menampilkan

N (jumlah data).
BAB IV

HASIL PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di Pondok Pesantren Al-Mukhtar Adipala Cilacap

dengan waktu penelitian tanggal 30 April sampai 14 Mei 2017. Data diperoleh

dari lembar kuisioner kualitas tidur dan pola kebiasaan penerapan adab tidur sehat

sunah Rosul yang diisi sendiri oleh responden dan didampingi oleh peneliti dan

asisten peneliti. Responden berjumlah 26 siswa dari 27 siswa kelas IV, V dan VI

MI di Pondok Pesantren Al-Mukhtar Adipala Cilacap karena 1 responden tidak

hadir dan tidak bersedia menjadi responden.

Pelaksanaan penelitian dimulai tanggal 26 April 2017 untuk survei jadwal

pelajaran dan pengambilan data sekunder yaitu jumlah siswa kelas IV, V dan VI

MI di Pondok Pesantren Al-Mukhtar Adipala Cilacap dan di sekolah MI Al-

Mukhtar dan sekaligus melakukan uji istrumen yaitu uji validitas dan reliabilitas

kuisioner kualitas tidur pada perwakilan 20 siswa di sekolah MI Al-Mukhtar,

tanggal 29 April 2017 melakukan kontrak waktu dengan Pondok Pesantren Al-

Mukhtar Adipala Cilacap untuk melaksanakna penelitian pada tanggal 30 April

2017. Pelaksanaan Pendidikan Kesehatan Adab Tidur Sehat Sunah Rosul pada

siswa MI di Pondok Pesantren Al-Muktar Adipala Cilacap di lakukan pada

tanggal 30 April 2017 yang diikuti oleh 26 responden siswa kelas IV, V dan VI

MI di Pondok Pesantren Al-Mukhtar Adipala Cilacap, sebelum diberikan

pendidikan kesehatan, peneliti mengambil data pretest yaitu data kualitas tidur

dan pola kebiasaan penerapan adab tidur sehar Rosul, sementara pada tanggal 14

Mei 2017 di lakukan pengambilan data kembali yaitu data kualitas tidur dan pola

89
90

kebiasaan penerapan adab tidur Sehat Rosul di Pondok Pesantren Al-Mukhtar

Adipala Cilacap pada responden yang sama sebagai data posttest.

A. ANALISA UNIVARIAT

1. Pola Kebiasaan Penerapan Adab Tidur Sunah Rosul Anak MI Di

Pondok Pesantren Al-Mukhtar Adipala Cilacap Sebelum Dan Setelah

Diberikan Pendidikan Kesehatan Adab Tidur Sehat Sunah Rosul.

Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Pola Kebiasaan Penerapan Adab Tidur Sunah Rosul
Anak MI Di Pondok Pesantren Al-Mukhtar Adipala Cilacap Sebelum Dan
Setelah Diberikan Pendidikan Kesehatan Adab Tidur Sehat Sunah Rosul

Pola Kebiasaan Penerapan Adab Tidur Sunah N Mean SD Min- 95% CI


Rosul Sebelum Dan Setelah Diberikan Max
Pendidikan Kesehatan
Pretest 26 23,69 4,145 15-31 22,02-25,37
Postest 26 26,88 5,631 17-38 24,61-29,16
Sumber : Data Primer tahun 2017

Berdasarkan tabel 4.1 didapatkan hasil analisisa rata-rata skor pola

kebiasaan pola penerapan adab tidur sunah Rosul sebelum diberikan

pendidikan kesehatan adalah 23,69 merupakan termasuk kelompok yang

tidak rutin melakukan adab tidur, karena menurut perhitungan interval yang

peneliti lakukan bahwa pengelompokan skor pola kebiasaan penerapan adab

tidur dibagi menajdi dua yaitu, rutin melakukan adab tidur adalah 25-40,

dan tidak rutin melakukan adab tidur 10-24. Hasil penelitian ini diperoleh

standar deviasi 4,145 skor yang paling rendah 15 dan skor yang paling

tinggi 31. Dari hasil estimasi interval dapat disimpulkan bahwa 95%

diyakini rata-rata skor pola kebiasaan penerapan adab tidur sunah Rosul

diantara skor 22,02 sampai 25,37.


Berdasarkan tabel 4.1 didapatkan hasil analisisa rata-rata skor pola

kebiasaan pola penerapan adab tidur sunah Rosul setelah diberikan

pendidikan kesehatan adalah 26,88 merupakan termasuk kelompok yang

rutin melakukan adab tidur dengan standar deviasi 5,631, skor yang paling

rendah 17 dan skor yang paling tinggi 38. Dari hasil estimasi interval dapat

disimpulkan bahwa 95% diyakini rata-rata skor pola kebiasaan penerapan

adab tidur sunah Rosul diantara 24,61 sampai 29,16.

2. Kualitas Tidur Anak MI Di Pondok Pesantren Al-Mukhtar Adipala

Cilacap Sebelum Dan Setelah Diberikan Pendidikan Kesehatan Adab

Tidur Sehat Sunah Rosul.

Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Kualitas Tidur Anak MI Di Pondok Pesantren Al-
Mukhtar Adipala Cilacap Sebelum Dan Setelah Diberikan Pendidikan
Kesehatan Adab Tidur Sehat Sunah Rosul

Kualitas Tidur Sebelum Dan Setelah Diberikan n Mean SD Min- 95% CI


Pendidikan Kesehatan Max
Pretest 26 7,65 2,622 3-13 6,59-8,71
Postest 26 6,23 1,925 2-11 5,45-7,01
Sumber : Data Primer tahun 2017

Berdasarkan tabel 4.2 didapatkan hasil analisisa rata-rata skor kualitas

tidur sebelum diberikan pendidikan kesehatan adalah 7,65 merupakan

termasuk kelompok yang kualitas tidur buruk, karena menurut Boltz (2012

dalam Agustin, 2012) mengkategorikan atau mengelompokan skor kualitas

tidur dibagi menajdi dua yaitu, kualitas tidur baik adalah 0-5, dan skor

kualitas tidur buruk 6-21. Hasil penelitian ini diperoleh standar deviasi

2,622 dengan skor yang paling rendah 3 dan skor yang paling tinggi 13.
Dari hasil estimasi interval dapat disimpulkan bahwa 95% diyakini rata-rata

skor kualitas tidur diantara skor 6,59 sampai 8,71.

Berdasarkan tabel 4.2 didapatkan hasil analisisa rata-rata skor kualitas

tidur setelah diberikan pendidikan kesehatan adalah 6,23 merupakan

termasuk kelompok kualitas tidur buruk dengan standar deviasi 1,925, skor

yang paling rendah 2 dan skor yang paling tinggi 11. Dari hasil estimasi

interval dapat disimpulkan bahwa 95% diyakini rata-rata skor kualitas tidur

diantara skor 5,45 sampai 7,01.

B. ANALISA BIVARIAT

1. Uji Prasyarat (Uji Normalitas)

Langkah awal yang ditempuh peneliti sebelum melakukan pengujian

hipotesis adalah melaukan uji normalitas. Uji normalitas data dilakukan

dengan tujuan agar dapat memeperoleh informasi mengenai data tersebut

berdistribusi normal atau tidak. Selain itu, uji normalitas data juga akan

menentukan langkah selanjutnya, yaitu analisis statistic apa yang harus

digunakan, apakah statistic parametric atau non-parametrik. Menurut

Salamun (2012) hasil dari perhitungan uji normalitas data yaitu Ho artinya

data berdistribusi normal (pv > α = 0,05) dan H 1 artinya data berdistribusi

tidak normal (pv < α = 0,05). Uji normalitas dalam penelitian ini

menggunakan uji lilifors dengan menggunakan taraf signifikan 5% (0,05).

Data dinyatakan berdistribusi normal jika nilai (kolmogorov-smirnov) sign.

lebih besar dari 0,05.


a. Uji Normalitas Data Pola Kebiasaan Penerapan Adab Tidur Sunah

Rosul Sebelum Dan Setelah Diberikan Pendidikan Kesehatan Adab

Tidur Sehat Sunah Rosul.

Tabel 4.3
Uji Normalitas Data Pola Kebiasaan Penerapan Adab Tidur Sunah Rosul
Sebelum dan Setelah Diberikan Pendidikan Kesehatan Adab Tidur Sehat
Sunah Rosul

Variabel N Sig. 2 tailed (Kolmogorov-Smirnova)


Pola Kebiasaan Adab Tidur (pre) 26 0,200*
Pola Kebiasaan Adab Tidur (post) 26 0,200*

Analisis uji normalitas data didasarkan pada nilai sig. yang

dibandingkan dengan derajat kebesaran α 0,05. Dari tabel di atas

diperoleh hasil bahwa untuk uji normalitas dengan menggunakan lilifors

nilai sig. dilihat dari nilai Kolmogorov-Smirnov pola kebiasaan penerapan

adab tidur sehat sunah Rosul sebelum diberikan pendidikan kesehatan

adab tidur sehat sunah Rosul yaitu 0,200 artinya nilai sig. > α 0,05

artinya data dinyatakan berdistribusi normal. Dan pola kebiasaan

penerapan adab tidur sehat sunah Rosul setelah diberikan pendidikan

yaitu 0,200 artinya nilai sig. > α 0,05 artinya data dinyatakan

berdistribusi normal.

b. Uji Normalitas Data Kualitas Tidur Sebelum Dan Setelah Diberikan

Pendidikan Kesehatan Adab Tidur Sehat Sunah Rosul.

Tabel 4.4
Uji Normalitas Data Kualitas Tidur Sebelum dan Setelah Diberikan
Pendidikan Kesehatan Adab Tidur Sehat Sunah Rosul

Variabel N Sig. 2 tailed (Kolmogorov-Smirnova)


Kualitas Tidur (pre) 26 0,200*
Kualitas Tidur (post) 26 0,009
Analisis uji normalitas data didasarkan pada nilai sig. yang

dibandingkan dengan derajat kebesaran α 0,05. Dari tabel di atas

diperoleh hasil bahwa untuk uji normalitas dengan menggunakan lilifors

nilai sig. dilihat dari nilai Kolmogorov-Smirnov kualitas tidur sebelum

diberikan pendidikan kesehatan adab tidur sehat sunah Rosul yaitu 0,200

artinya nilai sig. > α 0,05 artinya data dinyatakan berdistribusi normal.

Dan kualitas tidur setelah diberikan pendidikan kesehatan adab tidur

sehat sunah Rosul yaitu 0,009 artinya nilai sig. < α 0,05 artinya data

dinyatakan berdistribusi tidak normal.

c. Uji Normalitas Perubahan Pola Kebiasaan Penerapan Adab Tidur

Sunah Rosul Dan Perubahan Kualitas Tidur Pada Anak MI Di

Pondok Pesantren Al-Mukhtar Adipala Cilacap

Tabel 4.5
Uji Normalitas Perubahan Pola Kebiasaan Penerapan Adab Tidur Sehat
Sunah Rosul dan Perubahan Kualitas Tidur pada Anak MI Di Pondok
Pesantren Al-Mukhtar Adipala Cilacap

Variabel N Sig. 2 tailed (Kolmogorov-Smirnova)


Selisih Pre Post Perubahan Pola
26 0,200
Kebiasaan
Penerapan Adab Tidur
Selisih Pre Post Perubahan Kualitas Tidur 26 0,156

Analisis uji normalitas didasarkan pada nilai sig. yang dibandingkan

dengan derajat kebesaran α 0,05. Dari tabel di atas diperoleh hasil bahwa

untuk uji normalitas data selisih pre dan post pola kebiasaan penerapan

adab tidur sunah Rosul dengan menggunakan lilifors nilai sig. dilihat dari

nilai Kolmogorov-Smirnov yaitu 0,200 yaitu nilai sig. > α 0,05 artinya

data dinyatakan berdistribusi normal. Dan data uji normalitas data selisih
pre dan post kualitas tidur diperoleh hasil bahwa nilai sig. dilihat dari

nilai Kolmogorov-Smirnov yaitu 0,156 nilai sig. > α 0,05 artinya data

dinyatakan berdistribusi normal.

2. Pengujian Hipotesis

a. Perbedaan Pola Kebiasaan Penerapan Adab Tidur Sehat Sunah

Rosul Anak MI Di Pondok Pesantren Al-Muktar Adipala Cilacap

Sebelum Dan Setelah Diberikan Pendidikan Kesehatan Adab Tidur

Sehat Sunah Rosul.

Tabel 4.6
Analisa Perbedaan Pola Kebiasaan Penerapan Adab Tidur Sunah Rosul
Anak MI Di Pondok Pesantren Al-Mukhtar Adipala Cilacap Sebelum dan
Setelah Diberikan Pendidikan Kesehatan Adab Tidur Sehat Sunah Rosul

Perbedaan Pola Kebiasaan penerapan N Mean SD SE P Value α


Adab Tidur Sehat Sunah Rosul
Pretest 26 23,69 4,145 0,813
0,002 0,05 (5%)
Postest 26 26,88 5,631 1,104
Keterangan: Uji Paired Samples test

Berdasarkan tabel 4.6 dapat diketahui bahwa rata-rata skor perbedaan

pola kebiasaan penerapan adab tidur sehat sunah Rosul sebelum

diberikan pendidikan kesehatan adab tidur sehat sunah Rosul adalah

23,69, diperoleh standar deviasi 4,145 dengan standar eror 0,813,

sedangkan untuk rata-rata skor perbedaan pola kebiasaan penerapan adab

tidur sehat sunah Rosul setelah diberikan pendidikan kesehatan adab

tidur sehat sunah Rosul adalah 26,88 diperoleh standar deviasi 5,631

dengan standar eror 1,104.

Hasil analisa menggunakan Paired Samples Test diperoleh pv = 0,002

< α = 0,05 (5%), Maka Ho = ditolak dan Ha = diterima atau dengan kata
lain, terdapat perbedaan pola kebiasaan penerapan adab tidur sehat sunah

Rosul sebelum dan setelah diberikan pendidikan kesehatan adab tidur

sehat Sunah Rosul artinya terdapat pengaruh signifikan pendidikan

kesehatan terhadap pola kebiasaan penerapan adab tidur sehat sunah

Rosul anak MI di pondok pesantren Al-Mukhtar Adipala Cilacap.

b. Perbedaan Kualitas Tidur Anak MI Di Pondok Pesantren Al-

Mukhtar Adipala Cilacap Sebelum Dan Setelah Diberikan

Pendidikan Kesehatan Adab Tidur Sehat Sunah Rosul.

Tabel 4.7
Analisa Perbedaan Kualitas Tidur Anak MI Di Pondok Pesantren Al-
Mukhtar Adipala Cilacap Sebelum Dan Setelah Diberikan Pendidikan
Kesehatan Adab Tidur Sehat Sunah Rosul

Perbedaan Kualitas Tidur Pre Mean Sum of P


N Z α
Post Pendidikan Kesehatan Rank Rank Value
Negative Rank 17a 11,35 193,00
Positive Rank 4bc 9,50 38,00 -2,716b 0,007 0,005
(5%)
Ties 5
Total 26
Ket: a. Post KT< Pre KT
b. Post KT > Pre KT
c. Post KT = Pre KT
Keterangan: Uji Wilcoxon

Berdasarkan tabel 4.6 dapat diketahui bahwa perbandingan skor

kualitas tidur responden sebelum dan setelah diberikan pendidikan

kesehatan adab tidur sehat sunah Rosul adalah terdapat 17 anak dengan

hasil skor kualitas tidur setelah diberikan kesehatan lebih rendah daripada

sebelum diberikan pendidikan kesehatan yaitu dengan peringkat rata-

ratanya adalah 11,35 dengan jumlah dari peringkat negativnya adalah

193,00, kemudian 5 orang mempunyai skor kualitas tidur yang lebih baik

dari sebelum diberikan pendidikan kesehatan yaitu dengan peringkat


rata-ratanya adalah 9,50 dengan jumlah dari peringkat positifnya adalah

38,00, dan 4 orang mempunyai skor kualitas tidur yang tetap dari

sebelum dan setelah diberikan pendidikan kesehatan.

Hasil analisa menggunakan Uji Wilcoxcon diperoleh nilai Z -2,716

dengan pv = 0,007 < α = 0,05 (5%), maka Ho = ditolak dan Ha =

diterima atau dengan kata lain, terdapat perbedaan kualitas tidur sebelum

dan setelah diberikan pendidikan kesehatan adab tidur sehat Sunah Rosul

artinya terdapat pengaruh signifikan pendidikan kesehatan adab tidur

sehat sunah Rosul terhadap kualitas tidur. anak MI di pondok pesantren

Al-Mukhtar Adipala Cilacap.

c. Hubungan Perubahan Pola Kebiasaan Penerapan Adab Tidur

Sunah Rosul Dengan Perubahan Kualitas Tidur Pada Anak MI Di

Pondok Pesantren Al-Mukhtar Adipala Cilacap.

Tabel 4.8
Analisa Hubungan Perubahan Pola Kebiasaan Penerapan Adab Tidur Sunah
Rosul Dengan Perubahan Kualitas Tidur Pada Anak MI Di Pondok
Pesantren Al-Mukhtar Adipala Cilacap
Pearson
Variabel N Sig. (2-tailed)
Correlation (r) α
(p value)
Selisih Data Perubahan Pola Kebiasaan
Penerapan Adab Tidur dan Selisih 26 -0,087 0,674 0,05
Data Perubahan Kualitas tidur (5%)
Keterangan: Uji Korelasi Pearson Product Moment

Berdasarkan tabel 4.8 dapat diketahui bahwa hubungan perubahan

pola kebiasaan penerapan adab tidur sunah Rosul dengan perubahan

kualitas tidur diperoleh hasil analisa menggunakan korelasi pearson

product moment diperoleh pv = 0,674 > α = 0,05 (5%), maka Ho =

diterima atau dengan kata lain, tidak terdapat hubungan antara perubahan
pola kebiasaan penerapan adab tidur sehat sunah Rosul dengan

perubahan kualitas tidur pada anak MI di pondok pesantren Al-Mukhtar

Adipala Cilacap. Hasil tersebut mempunyai hubungan yang lemah dan

berpola negative dengan nilai pearson coreelation yaitu r = -0,087

artinya hubungan yang terjadi dari kenaiakan satu variabel diikuti

penurunan variabel lain yaitu semakin bertambah skor pola kebiasaan

penerapan adab tidur semakin rendah skor kualitas tidur.


BAB V

PEMBAHASA

Pembahasan penelitian ini meliputi hasil analisis univariat, yaitu variabel pola

kebiasaan penerapan adab tidur sunah Rosul sebelum dan setelah pendidikan

kesehatan adab tidur sehat sunah rosul dan variabel Kualitas tidur sebelum dan

setelah pendidikan kesehatan adab tidur sehat sunah rosul. Analisis bivariat yang

meliputi pengaruh antara pendidikan kesehatan adab tidur sehat sunah Rosul

terhadap pola kebiasaan penerapan adab tidur sunah Rosul, pengaruh antara

pendidikan kesehatan adab tidur sehat sunah Rosul terhadap Kualitas tidur, dan

hubungan perubahan pola kebiasaan penerapan adab tidur sunah Rosul dengan

perubahan kualitas tidur anak MI dipondok Pesantren Al-Mukhtar Adipala

Cilacap Tahun 2017.

A. INTERPRETASI DAN DISKUSI HASIL

1. ANALISIS UNIVARIAT

a. Pola Kebiasaan Penerapan Adab Tidur Sunah Rosul Anak MI Di

Pondok Pesantren Al-Mukhtar Adipala Cilacap Sebelum Dan Setelah

Diberikan Pendidikan Kesehatan Adab Tidur Sehat Sunah Rosul.

Berdasarkan tabel 4.1 didapatkan hasil analisisa rata-rata skor pola

kebiasaan penerapan adab tidur sunah Rosul sebelum diberikan intervensi

adalah 23,69 merupakan termasuk kelompok yang tidak rutin melakukan

adab tidur tetapi hampir mendekati skor pengelompokan rutin melakukan

adab tidur, karena menurut perhitungan interval yang peneliti lakukan

bahwa pengelompokan skor pola kebiasaan penerapan adab tidur dibagi

menajdi dua yaitu, rutin melakukan adab tidur adalah 25-40, dan tidak rutin

99
100

melakukan adab tidur 10-24. Hasil penelitian ini diperoleh standar deviasi

4,145 dengan skor yang paling rendah 15 dan skor yang paling tinggi 31.

Dari hasil estimasi interval dapat disimpulkan bahwa 95% diyakini bahwa

rata-rata skor pola kebiasaan penerapan adab tidur sunah Rosul diantara skor

22,02 sampai 25,37.

Hasil penelitian ini kemungkinan disebabkan karena pentingnya adab

tidur yang telah diajarkan oleh guru di sekolah, madrasah mengaji atau

lembaga pendidikan islam lainnya semenjak anak duduk di bangku taman

kanak-kanak (TK) sehingga menjadi kebiasaan dan pendidikan adab tidur

sunah Rosul yang dilatih oleh orang tua atau orang yang mengasuh anak

tersebut, dimana orang tua atau orang terdekat yang berada dilingkungan

hidupnya merupakan pendidik paling pertama.

Hasil ini sejalan dengan pendapat Estu (2011) bahwa masa pra

pendidikan formal dan masa pendidikan dasar menjadi periode emas untuk

membentuk dan menanamkan banyak hal, salah satunya Perilaku Hidup

Bersih dan Sehat (PHBS). Informasi PHBS diantaranya tentang perilaku

menjaga kesehatan dan kebersihan tidur seperti kebiasaan menerapkan adab-

adab tidur dengan benar sehingga hal baik tersebut bisa menjadi kebiasaan

ketika anak-anak tumbuh semakin dewasa.

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) yaitu salah satunya cara adab

tidur sunah Rosul seperti menggosok gigi, cuci tangan, cuci kaki, berwudhu

dan membersihkan tempat tidur sebelum dan setelah bangun tidur, hal itu

telah diajarkan oleh guru di sekolah atau lembaga dimana anak menuntut
ilmu agama, akan tetapi telah diajarkan terlebih dahulu oleh orang tua di

rumah, karena orang tua atau orang yang mengasuhnya merupakan pendidik

pertama. Seperti halnya yang diungkapkan oleh Purnawati (2005), salah satu

tugas orang tua adalah mendidik keturunannya dengan kata lain relasi antara

anak dan orang tua itu secara kodrati tercakup unsur pendidikan untuk

membangun kepribadian dan mendewasakannya, karena orang tua

merupakan pendidik paling pertama dan utama bagi anak. Dalam penelitian

ini yang membimbing anak-anak selain orang tua ketika dirumah adalah

lingkungan pondok pesantren yaitu kyai, pengasuh pondok atau beberapa

pengurus santri yang membimbing mereka. Sebuah lingkungan tempat

tinggal dan yang mengasuh anak, sangat mempengaruhi dalam terbentuknya

kepribadian anak sejak usia kanak-kanak sampai ketika tumbuh dewasa.

Berdasarkan tabel 4.1 didapatkan hasil analisisa rata-rata skor pola

kebiasaan pola penerapan adab tidur sunah Rosul setelah diberikan

intervensi adalah 26,88 merupakan termasuk kelompok yang rutin

melakukan adab tidur dengan standar deviasi 5,631, skor yang paling rendah

17 dan skor yang paling tinggi 38. Dari hasil estimasi interval dapat

disimpulkan bahwa 95% diyakini bahwa rata-rata skor pola kebiasaan

penerapan adab tidur sunah Rosul diantara 24,61 sampai 29,16. Hal ini

dapat dipahami karena dengan mendapatkan pendidikan kesehatan adab

tidur sehat sunah Rosul pada anak MI di pondok pesantren Al-Mukhtar

Adipala Cilacap maka pengetahuan dan perilaku mereka dalam pola

kebiasaan menerapkan adab tidur dengan rutin dan benar menjadi


meningkat, hal ini dimungkinkan karena media yang dipakai dalam

pendidikan kesehatan. Media audiovisual merupakan media yang

mempunyai kemampuan lebih baik daripada media audio atau media visual

saja (Setiawan, 2008). Hal ini didukung dengan penelitian yang dilakukan

Haryoko (2009) bahwa media audio visual dipilih sebagai alternatif dalam

mengoptimalkan proses pembelajaran karena media audio visual dapat

dikemas dalam proses pembelajaran, lebih menarik, dan dapat diedit

(diperbaiki) setiap saat. Menggunakan media audio visual sebagai media

pembelajaran didapatkan hasil bahwa pembelajaran menjadi lebih baik

dibandingkan dengan pembelajaran melalui pendekatan konvensional.

Nasution (2004) menjelaskan pendidikan kesehatan merupakan salah satu

faktor untuk meningkatkan perilaku kesehatan yang baik. Menurut Depkes

RI (2007) pendidikan merupakan proses komunikasi yang dapat dipahami

karena stimulasi yang berwujud pesan kemudian menjadi sensasi dan

dipersepsikan oleh penerima pesan untuk disimpan dimemori sebagai modal

untuk berfikir dalam berprilaku. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari

Muninjaya (2010) bahwa tujuan pendidikan kesehatan adalah mengubah

prilaku masyarakat ke arah prilaku sehat sehingga tercapai derajat kesehatan

masyarakat yang optimal.

Hal ini sesuai dengan pendapat Gallen dalam soebroto (2007) yang

menyatakan bahwa pendidikan meningkatkan pengetahuan dan berpengaruh

terhadap perilaku kesehatan. Beberapa hasil penelitian ini menurut peneliti

dikarenakan anak usia sekolah telah mengikuti pendidikan kesehatan. Anak


usia sekolah yang mendapatkan pendidikan kesehatan mengenai adab tidur

sunah Rosul maka akan meningkatkan informasi anak. Hal ini dikarenakan

anak telah mendapatkan pendidikan kesehatan tersebut, sehingga anak yang

telah mendapatkan informasi sehingga dapat dijadikan acuan kerangka fikir

dalam menentukan sikap dan prilaku dalam menerapakan adab tidur sehat

sunah Rosul. Sesuai dengan yang dikemukakan oleh Mubarok (2007) yang

menyatakan bahwa pembinaan yang dilakukan untuk perubahan sikap dapat

diberikan dengan pendidikan kesehatan, karena pendidikan kesehatan dapat

meningkatkan pengetahuan sehingga respon dapat bersikap dan mengarah

kepada perilau yang lebih baik.

b. Kualitas Tidur Anak MI Di Pondok Pesantren Al-Mukhtar Adipala

Cilacap Sebelum Dan Setelah Diberikan Pendidikan Kesehatan Adab

Tidur Sehat Sunah Rosul.

Berdasarkan tabel 4.2 didapatkan hasil analisisa rata-rata skor kualitas

tidur sebelum diberikan intervensi adalah 7,65 merupakan termasuk

kelompok yang kualitas tidur buruk, karena menurut Boltz (2012 dalam

Agustin, 2012) mengkategorikan atau mengelompokan skor kualitas tidur

dibagi menajdi dua yaitu, kualitas tidur baik adalah 0-5, dan skor kualitas

tidur buruk 6-21. Hasil penelitian ini diperoleh standar deviasi 2,622 dengan

skor yang paling rendah 3 dan skor yang paling tinggi 13. Dari hasil

estimasi interval dapat disimpulkan bahwa 95% diyakini bahwa rata-rata

skor pola kebiasaan penerapan adab tidur sunah Rosul diantara skor 6,59

sampai 8,71. Hasil ini kemungkinan disebabkan karena kurang seimbangnya


antara waktu istirahat anak-anak yang berada dipondok pesantren dengan

rutinitas mereka, dimana mereka harus mengaturnya sebaik mungkin

sehingga pola tidur mereka dapat teratur dengan baik karena dengan

istirahat yang berkualitas dapat memulihkan kondisi tubuh untuk

beraktivitas sehari-harinya.

Mendidik anak dalam kedisiplinan untuk istirahat teratur merupakan salah

satu didikan para pengurus santri. Pada usia anak sekolah seharusnya

membutuhkan waktu 10 jam untuk tidur dalam sehari guna memenuhi

kewajiban sebagai pelajar. Anak usia sekolah tidur antara 8-12 jam per

malam tanpa tidur siang, anak usia 8 tahun minimal memerlukan 10 jam

tidur setiap malam. Saat anak mendekati usia 11-12 tahun dibutukan tidur

yang lebih sedikit dan waktu tidur dapat telat sampai jam 10 malam (Kozier,

2010). Memanfaatkan sedikit waktu pada siang hari juga dapat membuat

kondisi tubuh menjadi netral. Waktu tidur dan bangun berdasarkan waktu

sekolah dan kehidupan social akan mengkontribusi penggunaan waktu tidur

pada anak. Namun, dalam pondok pesantren al-mukhtar Adipala cilacap,

santriwan dan santriwati ibtidaiyyah (anak-anak usia SD) mayoritas

diwajibkan untuk tidur pukul 20.00 dan bangun pukul 04.00 pagi untuk

segera melakukan aktivitas rutin mulai dari solat subuh berjamaah dan

dilanjutkan dengan aktivitas lainnya, walaupun peraturan itu sudah ada

tetapi salah satu pengurus putri mengatakan bahwa anak-anak ibtidaiyyah di

ponpes Al-Muktar Adipala Cilacap kebanyakan mereka tidur pukul 22.00

karena dengan berbagai alasan misalnya karena belum mengantuk, main


dengan teman-teman nya, mengukuti jadwal tidur kaka kelas yang

sekamarnya, dll. Sehingga, santri dipondok pesantren memiliki waktu tidur

kurang dari 8 jam setiap harinya. Kebiasaan seperti itu apabila dibiarkan

maka kualitas tidur anak dapat terganggu dan berdapak pada masalah

kesehatan nya. Karena anak dengan kualitas tidur yang buruk akan

berdampak pada masalah pertumbuhan, perkembangan, psikologi dan

konsentrasinya (Sacker, 2013).

Penelitian epidemiologi berbasis sekolah menunjukkan bahwa gangguan

tidur sering dijumpai pada anak. Kesulitan untuk memulai tidur atau

mempertahankan tidur terjadi pada sekitar 10% hingga 20% anak

berusia 8-9 tahun, gangguan tidur yang berhubungan dengan pernafasan

terjadi pada sekitar 1%-3% anak usia sekolah, dan mengantuk yang

berlebihan di siang hari tampaknya menyebabkan masalah nyata pada

sekitar 10% anak usia sekolah (Chervin R dkk, 2001). Prof William C dan

Dement seorang pakar kesehatan tidur, percaya bahwa untuk menjaga

kesehatan, seseorang harus memeperhatikan tiga komponen yang disebut

The Triumvirate of Healt, meliputi: kesehatan fisik, keseimbangan nutrisi

dan tidur yang sehat (Prasadja, 2009).

Berdasarkan tabel 4.2 didapatkan hasil analisisa rata-rata skor kualitas

tidur setelah diberikan intervensi adalah 6,23 merupakan termasuk

kelompok kualitas tidur buruk dengan standar deviasi 1,925, skor yang

paling rendah 2 dan skor yang paling tinggi 11. Dari hasil estimasi interval

dapat disimpulkan bahwa 95% diyakini bahwa rata-rata skor kualitas tidur
diantara skor 5,45 sampai 7,01 artinya hasil tersebut menunjukan anak Mi di

pondok pesnatren AL-Mukhtar Adipala Cilacap hampir mendekati kualitas

tidur baik .

Hal ini dapat dipahami karena dengan mendapatkan pendidikan

kesehatan adab tidur sehat sunah Rosul pada anak MI di pondok pesantren

Al-Mukhtar Adipala Cilacap maka pengetahuan dan perilaku mereka dalam

pola kebiasaan menerapkan adab tidur dengan rutin dan benar menjadi

meningkat dan salah satunya berpengaruh terhadap kualitas tidur mereka.

Pemeberian pendidikan kesehatan dapat meningkatkan perilaku mereka atau

keinginan mereka dalam menerapkan adab tidur yang dapat memepengaruhi

kualitas tidur. Seperti pernyataan disini bahwa pendidikan kesehatan yang

diselenggarakan guna meningkatkan pengetahuan, kesadaran, kemauan, dan

kemampuan masyarakat untuk hidup sehat, sehingga diharapkan

peningkatan pengetahuan masyarakat khususnya kalangan anak usia sekolah

dalam peningkatan kualitas tidur dengan pola kebiasaan penerapan adab

tidur Rosul menjadi baik dan rutin dilakukan. Hal ini diungkapkan oleh

Ircham (2009) bahwa pendidikan kesehatan secara umum adalah untuk

mengubah perilaku yang kurang sehat menjadi sehat. Menurut Nasution

(2004) menjelaskan pendidikan kesehatan merupakan salah satu faktor

untuk meningkatkan perilaku kesehatan yang baik.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pendidikan kesehatan dapat

meningkatkan pengetahuan dan perilaku anak usia sekolah dalam penerapan

pola kebiasaan adab tidur Rosul terutama dalam meningkatkan kualitas


tidur. Upaya anak usia sekolah berprilaku atau mengadopsi perilaku

kesehatan dengan cara diberi informasi melalui pendidikan kesehatan,

perilakunya bersifat langgeng dibanding dengan cara tekanan, paksaan

(coertion). Perilaku seseorang atau masyarakat tentang kesehatan ditentukan

oleh pengetahuan, sikap, nilai, persepsi, kepercayaan, tradisi, dan

sebagainya dari orang atau masyarakat yang bersangkutan. Disamping itu

ketersediaan fasilitas, sikap, keterampilan dan perilaku para petugas

kesehatan terhadap kesehatan juga akan mendukung dan memperkuat

terbentuknya perilaku (Notoatmodjo, 2012).

2. ANALISIS BIVARIAT

a. Perbedaan Pola Kebiasaan Penerapan Adab Tidur Sunah Rosul Anak

MI Di Pondok Pesantren Al-Mukhtar Adipala Cilacap Sebelum Dan

Setelah Diberikan Pendidikan Kesehatan Adab Tidur Sunah Rosul.

Berdasarkan tabel 4.6 dapat dikatahui bahwa hasil uji statistik diperoleh

pv = 0,002 (dengan α = 0,05), yang artinya pv < α. Dengan demikian Ho =

ditolak dan Ha = diterima . Hal ini menunjukkan terdapat perbedaan pola

kebiasaan penerapan adab tidur sehat sunah Rosul pada anak Mi di Pondok

Pesantren Al-Muktar Adipala Cilacap sebelum dan sesudah diberikan

pendidikan kesehatan adab tidur Sehat Sunah Rosul. Hasil penelitian ini

diketahui rata-rata skor perbedaan pola kebiasaan penerapan adab tidur

sehat sunah Rosul sebelum diberikan pendidikan kesehatan adab tidur sehat

sunah Rosul adalah 23,69, diperoleh standar deviasi 4,145 dengan standar

eror 0,813, sedangkan untuk rata-rata skor setelah diberikan pendidikan


kesehatan adalah 26,88 diperoleh standar deviasi 5,631 dengan standar eror

1,104. Peningkatan skor rata-rata penelitian ini menunjukkan bahwa

pendidikan kesehatan adab tidur sehat sunah Rosul dengan efektif untuk

meningkatkan perilaku pola kebiasaan penerapan adab tidur sehat sunah

Rosul. Dengan demikian hasil penelitian ini sesuai dengan tujuan

pendidikan kesehatan.

Nopiyanti dkk (2008) menjelaskan bahwa pendidikan kesehatan dengan

model interaktif diharapkan siswa akan lebih mudah untuk menentukan

dengan apa dan bagaimana siswa untuk dapat menyerap informasi secara

cepat dan efisien. Seseorang dapat mempelajari sesuatu dengan lebih baik

apabila menggunakan lebih dari satu indera ketika menerima penyuluhan,

apa yang diingat dari isi penyuluhan adalah 50% dari apa yang didengar dan

dilihat. Semakin banyak menggunakan pengindraan dalam belajar maka

akan semakin baik, panca indera yang paling banyak menyalurkan

pengetahuan ke otak adalah mata (±87%), 13% pengetahuan manusia

diperoleh atau disalurkan melalui indra lainnya (Depkes RI, 2008). Hal ini

didukung penelitian Haryoko (2009) bahwa media audio visual dipilih

sebagai alternatif dalam mengoptimalkan proses pembelajaran karena media

audio visual dapat dikemas dalam proses pembelajaran, lebih menarik, dan

dapat diedit (diperbaiki) setiap saat. Menggunakan media audio visual

sebagai media pembelajaran didapatkan hasil bahwa pembelajaran menjadi

lebih baik dibandingkan melalui pendekatan konvensional.


Berdasarkan hasil penelitian ini maka dapat dilihat juga bahwa

pemberian pendidikan kesehatan dapat meningkatkan perilaku pola

kebiasaan penerapan adab tidur sehat sunah Rosul. Menurut Sinamora

(2010), perubahan sikap dan tingkah laku tersebut melalui proses dan proses

memerlukan sumber daya, baik tenaga pengajar atau orang yang mampu

memberikan informasi, sarana dan prasaran, maupun waktu yang diperlukan

untuk berlangsungnya proses. Perilaku merupakan suatu tindakan yang

memiliki frekuensi, lama, dan tujuan khusus. Tiga factor penting yang

memepengaruhi prilaku yaitu, factor predisposing, factor enabling dan

factor renforcement. Factor predisposing dapat berupa tingkat pengetahuan,

pengalaman, nilai-nilai, sikap, budaya. Factor enabling atau factor

pendukung meliputi biaya, jarak, ketersediaan fasilitas, informasi. Factor

renforcing atau penguat adalah dukungan dari keluarga, tokoh masyarakat,

petugas kesehatan (Green et.al 2000 dalam Notoatmodjo, 2012).

Menurut Shenandu (2009) menyatakan bahwa selain tiga factor tersebut

diatas ada beberapa bagian prilaku yang berfungsi untuk mengubah perilaku

menjadi lebih baik. Bertitik tolak bahwa perilaku ini merupakan fungsi dari:

niat seseorang untuk bertindak sehubungan dengan kesehatan atau

perawatan kesehatan (behavuour intension), dukungan social dari

masyarakat sekitarnya (social support), ada atau tidaknya informasi tentang

kesehatan atau fasilitas kesehatan (accessibility of information), otonomi

pribadi orang yang bersangkutan dalam hal mengambil tindakan atau


110

keputusan (personal autonomy) dan situasi yang memungkinkan untuk

bertindak atau tidak bertindak (action situation).

Hasil penelitian ini didukung dengan penelitian yang dilakukan Farida

(2010) tentang pengaruh penkes terhadap tingkat pengetahuan dan perilaku

responden dalam melakukan pemeriksaan payudara sendiri dimana perilaku

setelah diberikan penkes responden memiliki rata-rata sebesar 25,33 nilai ini

lebih baik daripada sebelum diberikan penkes yaitu dengan rata-rata 21,17

dan dengan p value 0,001<0,05. Penelitian lain yang dilakukan oleh Arumi

(2009) yang menyatakan bahwa pendidikan kesehatan memiliki pengaruh

yang signifikan terhadap praktik anak sekolah dalam melakukan sikat gigi

dengan p value 0,027. Peningkatan perilaku pola kebiasaa penerapan adab

tidur Rosul dalam penelitian ini dimungkinkan juga karena responden yang

telah memiliki informasi yang lebih banyak tentang adab tidur sehat sunah

Rosul sehingga responden lebih mengetahui manfaat dan resiko jika tida

melakukan adab tidur Rosul. Praktik adab tidur ini akan dilakukan dengan

baik dan konsisten oleh responden jika responden telah memperoleh

pengetahun sebelumnya tentang adab tidur sehat sunah Rosul, sehingga

responden yang mendapatkan penkes akan praktik melakukan adab tidur

lebih rutin.
b. Perbedaan Kualitas Tidur Anak MI Di Pondok Pesantren Al-Mukhtar

Adipala Cilacap Sebelum Dan Setelah Diberikan Pendidikan Kesehatan

Adab Tidur Sehat Sunah Rosul.

Berdasarkan tabel 4.7 dapat dikatahui bahwa hasil uji statistik diperoleh

pv = 0,007 (dengan α = 0,05), yang artinya pv < α. Dengan demikian Ho =

ditolak dan Ha = diterima . Hal ini menunjukkan terdapat perbedaan kualitas

tidur pada anak MI di ponpes Al-Muktar Adipala Cilacap sebelum dan

sesudah diberikan pendidikan kesehatan adab tidur sehat sunah Rosul.

Secara deskriptif dapat diketahui bahwa perbedaan kualitas tidur sebelum

dan setelah diberikan pendidikan kesehatan adab tidur sehat sunah Rosul

mengalami peningkatan. Diketahui bahwa perbandingan skor kualitas tidur

responden sebelum dan setelah diberikan pendidikan kesehatan adab tidur

sehat sunah Rosul adalah 5 orang mempunyai skor kualitas tidur yang lebih

baik dari sebelum diberikan pendidikan kesehatan yaitu dengan peringkat

rata-ratanya adalah 9,50 dengan jumlah dari peringkat positifnya adalah

38,00, dan 4 orang mempunyai skor kualitas tidur yang tetap dari sebelum

dan setelah diberikan pendidikan kesehatan. Hal ini menunjukkan bahwa

pendidikan kesehatan adab tidur sehat sunah Rosul meningkatkan kualitas

tidur. Penyampaian pendidikan kesehatan adab tidur sehat sunah Rosul pada

anak-anak harus dibuat semenarik mungkin, melalui pendidikan yang

atraktif tanpa mengurangi isi pendidikan, demonstrasi secara langsung,

program audio visual (Indah, 2012). Indera yang paling banyak

menyalurkan pengetahuan ke dalam otak adalah indera pandang. Kurang


lebih 75%-87% dari pengetahuan manusia diperoleh atau disalurkan melalui

indera pandang. Sedangkan 13% melalui indera dengar dan 12% lainnya

melalui indera yang lain (Maulana, 2009). Penggunaan media pendidikan

dengan audio visual dipandang baik karena dapat menggabungkan dua

indera sekaligus merupakan alat bantu yang tepat dan sangat baik digunakan

untuk pendidikan kesehatan anak sekolah dasar (SD) (Notoatmodjo, 2010).

Tugas utama dari pendidik kesehatan dalam bidang kesehatan adalah

meningkatkan kesadaran akan kesehatan, pencegahan penyakit,

penyembuhan dan rehabilitasi. Peningkatan pengetahuan dan perilaku

setelah pelaksanaan pendidikan kesehatan melalui media audiovisual dan

diakhiri dengan evaluasi maka dari itu dapat menambah informasi bagi

responden tentang manfaat dan dampak dari penerapan adab tidur sehat

sunah Rosul sehingga responden diarahkan untuk bersikap dan berprilaku

sesuai dengan pola hidup sehat yang dianjurkan dalam teori, dalam hal ini

adalah pola kebiasaan penerapan adab tidur sehat sunah Rosul yang

diharapakan dapat mempengaruhi kualitas tidur yang baik untuk seluruh

santri. Dengan demikian bahwa pendidikan kesehatan adalah suatu kegiatan

untuk mengubah pengetahuan, sikap dan prilaku individu atau masyarakat

agar mampu mengambil keputusan yang berhubungan dengan kesehatan

dirinya sebagai tanggung jawab pribadi dalam rangka mencapai tingkat

kesehatan yang lebih baik (Siswanto, 2010).

Pendidikan kesehatan itu sendiri pada dasarnya ialah suatu proses

mendidik individu atau masyarakat supaya mereka dapat memecahkan


masalah–masalah kesehatan yang dihadapinya sehingga diharapakan akan

berusaha belajar merubah perilakunya kearah lebih baik (Azwar, 2010). Hal

ini juga sesuai dengan pendapat Ircham (2009) yang menyatakan bahwa

faktor-faktor yang mebedakan respons terhadap stimulus yang berbeda

disebut determinan prilaku. Determinan perilaku ini dapat dibedakan

menjadi 2 yaitu faktor internal yaitu karakteristik orang bersangkutan yang

bersifat bawaan. Misalnya tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis

kelamin, dan faktor ekstrnal yaitu lingkungan, baik lingkungan fisik, sosial,

budaya, ekonomi, dan sebagainya. Faktor lingkungan ini sering merupakan

faktor dominan yang mewarnai prilaku seseorang.

Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa perubahan kualitas tidur sebelum

dan setelah pendidikan kesehatan adab tidur sehat sunah Rosul tidak semata-

mata karena perubahan perilaku individu namun kemungkinan juga

dipengaruhi dampak kondisi lingkungan karena lingkungan memepengaruhi

kondisi tidur seseorang. Salah satu faktornya merupakan cahaya dan

kegelapan ketika waktu tidur. Keseimbangan impuls di otak yang

memepngaruhi mekanisme tidur bangun individu didukung oleh kondisi

ruangan gelap dan terang (Potter & Perry, 2006). Lingkungan pondok

dengan kebiasaan dari masing-masing kamar dalam menghidupkan atau

mematikan sumber cahaya merupakan salah satu factor yang mempengaruhi

kondidi tidur anak-anak penghuni kamar tersebut karena ada yang menyukai

kegelapan dan ada yang takut dengan kegelapan.


Faktor lain mempengaruhi kondisi tidur seseorang adalah lingkungan

suhu. Lingkungan yang tidak nyaman seperti lembab juga dapat

memepngaruhi tidur (Potter & Perry, 2006). Lingkungan pondok dengan

kebiasaan tidur sebagian santri yaitu sebagian ada yang jarang

menggunakan alat tidur (kasur atau karpet) dan sebagian yang lain ada yang

harus menggunakan alas tidur, maka hal tersebut akan mempengaruhi

kenyamanan tidur santri tersebut, karena setiap karakter kebiasaan tidur

masing-masing individu berbeda-beda. Lingkungan tidur anak pondok baik

lingkungan cahaya maupun tempat tinggal dan kebiasaan ketika tidur

merupakan factor yang berpengaruh terhdap tidur mereka. Semua faktor

tersebut merupakan suatu hal yang mungkin sudah menjadi kebiasaan

walaupun bisa saja ada sebagian anak yang merasa hal tersebut sulit untuk

menjadi sebuah kebiasaan, yaitu kebiasaan yang baik bagi mereka dan

berdampak baik untuk kesehatan dirinya. Karena faktor kebiasaan tidur

yang baik atau positif diharapkan akan mempengaruhi kualitas tidur

seseorang menjadi lebih baik.

c. Hubungan Perubahan Pola Kebiasaan Penerapan Adab Tidur Sunah

Rosul Dengan Perubahan Kualitas Tidur Pada Anak MI Di Pondok

Pesantren Al-Mukhtar Adipala Cilacap

Penentuan ada atau tidaknya hubungan antara variabel perubahan pola

kebiasaan penerapan adab tidur sunah Rosul dengan perubahan kualitas

tidur berdasarkan tabel 4.8 dapat dikatahui bahwa hasil uji statistik

diperoleh pv = 0,674 (dengan α. = 0,05), yang artinya pv > α. Dengan


demikian Ho = diterima dan Ha = ditolak. Hasill penelitian ini menunjukkan

tidak terdapat hubungan atau hubungan lemah antara perubahan pola

kebiasaan penerapan adab tidur sehat sunah Rosul dengan perubahan

kualitas tidur anak MI di ponpes Al-Mukhtar Adipala Cilacap. Hasil

penelitian terkait yang sejalan dengan hasil penelitian ini dilakukan oleh

Yang (2008) dengan hasil penelitian yaitu tidak ada hubungan yang berarti

anatara kualitas tidur terhadap aktivitas spiritual dan religius.

Hasil penelitian ini menunjukan tidak ada hubungan antara perubahan pola

kebiasaan penerapan adab tidur sunah Rosul dengan perubahan kualitas

tidur, hal tersebut dimungkinkan karena pola kebiasaan penerapan adab

tidur menimbulkan dampak untuk masing-masing individu berbeda yaitu

ada yang berdampak positif dan ada yang berdampak negativ terhadap

kualitas tidur anak pondok pesantren Al-Mukhtar Adipala Cilacap dalam

waktu 2 minggu. Merubah suatu sikap menjadi sebuah kebiasaan dalam

waktu singkat bagi sebagian orang justru dapat menganggu aktvitasnya.

Tidak adanya hubungan antara dua variabel dalam hasil penelitian ini

juga bisa saja terjadi karena faktor kebetulan dari random sampel (by

Chance), mungkin juga terjadi karena perbedaan karakteristik responden

dalam melakukan kebiasaan adab tidur sehat sunah Rosul sehingga hasilnya

kurang representif dan kualitas tidur responden yang memang dipengaruhi

oleh berbagai faktor yang lainnya. Faktor yang mempengaruhi kualitas tidur

bersifat internal maupun ekternal. Faktor internal berasal dari dalam

individu seperti usia, penyakit, keadaan emosional, dll sedangkan faktor


ekternal berasal dari luar individu seperti suhu, cahaya, suara, dll. Faktor-

faktor yang mempengaruhi kualitas tidur menurut Potther dan Perry (2006)

diantaranya usia, penyakit fisik, stress emosional, latihan fisik , medikasi,

diet, kebiasaan dan lingkungan. Sedangkan menurut Ibrahim (2013),

Widodo (2000) dalam Putri (2015) ada beberapa faktor yaitu seperti

kebiasaan, konsumsi makanan dan minuman, sress, penyakit, lingkungan.

Kualitas tidur sesorang salah satunya dipengaruhi oleh tempat tinggal

seseorang tersebut. Hal ini berhubungan dengan factor lingkungan, dalam

penelitian ini yaitu lingkungan pondok pesantren. Lingkungan fisik tempat

seseorang tidur berpengaruh penting terhadap kemampuan untuk tertidur

dan tetap tertidur (Potter & Perry, 2006). Lingkungan pondok pesantren,

asrama, kost, dan kontrakan berbeda dengan lingkungan rumah. Lingkungan

ini relative lebih ramai dan terdapat banyak penghuni dalam setiap

kamarnya, disinilah salah satu tugas pengurus santri ketika menjelang tidur,

mereka menertibkan anak kamarnya untuk membuat kondusif lingkungan

kamar supanya lebih tenang. Berbeda dengan kondisi rumah yang hanya

terdiri dari keluarga inti dan relativ sepi sehingga anak dapat tertidur lebih

tenang karena didukung lingkungan yang kondusif dan adanya kontrol dari

orang tua dirumah. Bagi sebagian orang yang berada dipondok pesantren

yang biasa tidur pada waktu larut malam, ketika dianjurkan tidur diawal

waktu maka hal itu akan menjadi sesuatu yang dianggap mengganggu

kebiasaannya artinya hal tersebut berdampak negative dan berbanding

terbalik dengan sebagian orang yang biasa tidur diawal malam, maka
mereka akan menganggap nya suatu hal yang menyenangkan untuknya

artinya hal itu berdampak positif.

Hal lainnya bahwa sebagian orang tertidur dengan kebiasaan

memadamkan sumber cahaya (lampu), maka hal itu akan membuat nyaman

istirahat orang tersebut, karena tindakan untuk memadamkan sumber cahaya

merupakan anjuran yang dicontohkan Rosululloh dan dibuktikan oleh para

peneliti ahli kesehatan memiliki beberapa pengaruh untuk kesehatan. Secara

medis bahwa ketika tidur dengan lampu menyala atau tidak, berpengaruh

pada produksi melantonin dan otak manusia. Menurut ahli biologi, Joan

Robert mengatakan bahwa tubuh baru bisa memproduksi hormon

melantonin ketika tidak ada cahaya yaitu mampu memerangi dan mencegah

berbagai penyakit termasuk kanker payudara dan kanker prostat menurun

dan sistem kekebalan tubuhnya melemah (Prabowo, 2013). Tetapi berbeda

dengan sebagian orang yang tidak menyukai kegelapan, maka akan

mengganggu waktu mereka untuk bisa tertidur dikarenakan takut kegelapan

dan menjadi dampak negativ bagi mereka yang tidak menyukai kegelapan.

Karna kebiasaan setiap malamnya dari setiap kamar berbeda-beda di pondok

pesantren Al-Mukhtar dalam memadamkan atau mematikan sumber cahaya.

Faktor lain yang mempengaruhi kualitas tidur seperti penggunaan

medikasi (obat tidur), dalam pengambilan data ketika peneliti melakukan

editing yaitu memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh atau

dikumpulkan. Peneiti menemukan 2-3 responden menjawab menggunaan

obat tidur selama 1x seminggu, itu artinya bisa saja dimungkinkan kualitas
tidur baik dan buruk mereka karna penggunaan obat tersebut. Terdapat juga

beberapa data responden bahwa mereka merasa tidak nyaman dan pegal

dibadan ketika waktu tidur, merasa mudah lelah, merasa pusing (hal tersebut

bukan dikarenakan mereka mempunyai penyakit penyerta), dan bahkan ada

yang mersa kedinginan dan ada yang merasa kepanasan dan mungkin masih

terdapat faktor lainya dimana peneliti tidak dapat mengontrolnya, hal itu

semua dimungkinkan yang mempengaruhi baik-buruk nya kualitas tidur

anak pondok pesantren Al-mukhtar Adipala Cilacap.

Hasil analisa data penelitian ini secara deskriptif dapat diketahui bahwa

setelah dilakukan pola kebiasaan penerapan adab tidur sunah Rosul rata-rata

skor kualitas tidur mereka sebesar 6,23 nilai ini lebih baik daripada sebelum

dilakukan pola kebiasaan penerapan adab tidur sunah Rosul yaitu dengan

rata-rata 7,65. Hasil tersebut menunjukan bahwa terjadi peningkatan jumlah

siswa yang rutin melakukan adab tidur sunah Rosul. Kualitas tidur yang baik

yang dialami belum tentu berkaitan langsung dengan perubahan pola

penerapan adab tidur sunah Rosul yang dilakukan oleh anak, karena banyak

sekali factor yang mempengaruhi kualitas tidur seorang anak. Hasil

penelitian ini didiukung dengan penelitian Bahammam, dkk (2011) kepada

dua kelompok responden muslim yang kembali tidur dan tidak tidur setelah

menegerjakan shalat shubuh yaitu tidak terdapat perbedaan yang signifikan

terhadap dua kelompok tersebut baik mengenai efisiensi tidur, distribusi

tahapan tidur, dan rasa mengantuk berlebihan di siang hari.


Rutin atau tidaknya dalam menjalankan kebiasaan adab tidur sunah Rosul

dalam penelitian ini karena anak tersebut sudah terbiasa melakukannya dan

sudah menjadi kebiasaan yang harus dilakukan, atau bisa saja karena selalu

di ingatakan dan diajak oleh orang yang berada dilingkungan mereka tinggal

yaitu dalam penelitian ini lingkungan pondok pesantren yang didalamnya

terdapat beberapa pengurus yang selalu membimbing anak-anak dalam

kehidupan sehari-harinya, hal tersebut mendorongnya untuk mengikuti

peraturan dan kebiasaan yang telah ada dan harus menjadi sebuah kebiasaan.

Kebiasaan tidur dan kebiasaan sebelum tidur sangat mempengaruhi pola dan

kualitas tidur seseorang. Kebiasaan tidur individu yang efektif dapat

menurunkan waktu terbangun seseorang disela tidurnya (Craven & Hirnle,

2000). Perspektif lain kenapa anak-anak rutin dalam melaksanakan

kebiasaan adab tidur sunah Rosul yang diyakini umat islam yaitu sebelum

mulai tidur maka diawali dulu dengan berdoa agar terlindung dari gangguan

makhluk jahat dan mungkin disebabkan factor lainnya.

Hasil uji hubungan dalam penelitian ini apabila ditelaah lebih dalam lagi

menunjukan fenomena yang seharusnya, berbeda dari yang sudah dijelaskan

pada teori dan sumber tinjauan pustaka dijelaskan bahwa kebiasaan adab

tidur ini dapat mempengaruhi kualitas tidur menjadi lebih baik. Hasil

penelitian ini berbeda dari penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya oleh

Emma, dkk (2009) yang melaporkan bahwa adanya peningkatan kualitas

tidur yang lebih baik berhubungan dengan aktivitas berdoa. Hasil penelitian

lainnya yang berbeda dari penelitian ini dilakukan oleh Bahammam (2010)
120

yang menunjukan adanya perubahan dalam irama sikardian tubuh sering

dengan aktivitas berdoa dan beribadah pada waktu malam hari. Hasil

penelitian lain dilakukan oleh Wiyono, dkk (2015) bahwa terdapat

perbedaan kualitas tidur remaja putri yang menggunakan lampu dan tidak

menggunakan lampu di Pondok Pesantren El Jasmeen Singosari Malang.

Hasil penelian lain yang berbeda dengan hasil penelitian ini bahwa salah

satu pengaruh posisi tidur bagi tubuh, penelitian yang dilakukan Supadi

(2008) bahwa hasil penelitiannya menunjukan adanya pengaruh antara posisi

tidur semifowler terhadap kualitas tidur klien gagal jantung. Terdapat hasil

penelitian lainnya yang juga berbeda dari penelitian ini yaitu penelitian

seorang ilmuan Belanda, David Williams tahun 1967 (dalam Syawqi, 2013),

menemukan banyak debu yang sangat kecil yang mengandung parasit, yang

menempel pada kasur dan seprei (tungau). Tungau yang masih hidup

ataupun sudah mati, apabila masuk ke paru-paru melalui udara yang

terhirup, akan menyebabkan alergi pada rongga dada, seperti asma, alergi di

sekujur tubuh, seperti articaria (bersin-bersin) dan penyakit kulit akibat

alergi. Menjaga kebersihan tempat tidur berarti menjaga diri dan orang lain

dari bahaya penyakit yang ditimbulkan oleh tempat tidur yang kotor. Tempat

tidur yang bersih dan nyaman merupakan salah satu hal yang dapat

mempengaruhi kualitas tidur, karena tempat tidur yang bersih dan nyaman

membuat tidur orang yang menempatinya menjadi nyenyak dan

menyehatkan.
B. KETERBATASAN PENELITIAN

Dalam melaksanakan penelitian ini terdapat keterbatasan-keterbatasan

penelitian, yaitu:

1. Responden dalam penelitian ini adalah siswa siswi MI yang masih labil

sehingga pada saat melakukan penelitian, responden susah dikendalikan

sehingga peneliti harus lebih aktif mengajak dan mengingatkan responden

untuk memperhatikan materi yang ada divideo yang diputarkan peneliti

dengan waktu 29:58 menit.

2. Peneliti harus menyesuaikan waktu dari sekolah dan pondok pesantren

karena masih dalam satu lingkup yayasan dan harus menegejar sebelum

ujian disekolah, ujian dipondok, libur sekolah, acara tahunan pondok

pesantren, acara menyambut bulan suci ramadhan, dsb, sehingga peneliti

harus mempersiapkan lebih awal jika ada perubahan jadwal penelitian.

3. Jumlah respon yang standar untuk penelitian eksperimen yaitu 27 siswa

yang berada di Pondok Pesantren Al-Mukhtar Adipala Cilacap Tahun 2017,

dan yang menjadi responden penelitian ini hanya 26 responden karena ada 1

responden yang tidak lolos dalam kriteria inklusi dengan alasan tidak

bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.

4. Pada proses pengambilan data, penyebaran kuisioner dilakukan pada siswa

sekolah dasar kelas IV, V dan VI di pondok pesantren Al-Mukhtar Adipala

Cilacap. Dalam aplikasinya, kuisioner dibagikan kepada masing-masing

siswa untuk diisi sendiri dengan diawasi oleh peneliti dan 2 orang

mahasiswa untuk semua responden di dalam satu ruangan. Kemungkinan


dapat terjadi bias yang dapat mempengaruhi hasil penelitian karena

responden dapat saja tidak percaya dengan diri sendiri sehingga melihat

jawaban temannya atau mengisi tidak sesuai dengan keadaan pada dirinya

sendiri (bohong). Dan beberapa pertanyaan di dalam intrumen penelitian

(kuisioner) yang digunakan dalam penelitian ternyata kurang dapat

dipahami oleh responden sehingga selam proses pengambilan data, peneliti

sering mendapat pertanyaan dari responden dan membimbing mereka dalm

proses pengisian.

5. Pengambilan data untuk pola kebiasaan penerapan adab tidur dan kualitas

tidur tidak dilakukan dengan observasi secara langsung oleh peneliti, tetapi

dari menanyakan kepada responden melalui beberapa pertanyaan yang telah

terlampir dalam kuisioner.

6. Pada penelitian ini, peneliti menilai tentang pola kebiasaan penerapan adab

tidur sehat sunah Rosul dan kualitas tidur yang hanya dilakukan pemantauan

2 minggu saja karena keterbatasan waktu penelitian yang dijadwalkan dari

kampus, penelitian ini akan lebih baik jika dilakukan dalam jangka waktu

lebih panjang yaitu sekitar satu bulan agar hasil penilaian lebih maksimal.

C. IMPLIKASI TERHADAP PELAYANAN DAN PENELITIAN

Berdasarkan hasil penelitian ini, implikasi pelayanan dan penelitian adalah

sebagai berikut :

1. Hasil penelitian ini dapat memberikan dampak positif bagi para perawat

agar dapat memberikan pendidikan kesehatan tentang adab tidur Sehat


Sunah Rosul sehingga peran perawat dalam meningkatkan kesehatan tubuh

yaitu pada kebutuan tidur, kualitas tidur dan adab adab tidur.

2. Hasil penelitian ini dapat memberikan dampak positif bagi pondok

pesantren dan sekolah yang belum melakukan pemberian informasi

khususnya tentang adab tidur sehat sunah Rosul dapat merubah cara

penyampaiannya dengan media audiovisual sehingga diharapakan pola

kebiasaan penerapan adab tidur dan kualitas tidur anak-anak pondok

meningkat. Pendidikan kesehatan ini memberikan dampak positif dalam

membimbing anak santrinya untuk menerapakan adab tidur. Dan

memberikan panduan jelas tentang Adab tidur yang benar dan dapat

mengantarkan pada kesehatan. Kemudian diarapkan pengetahuan yang

diperoleh akan mengasilkan keberkahan hidup yang salah satunya dapat

meningkatkan kualitas tidur dan membentuk kepribadian anak mulia

melalui penerapan adab tidur.

3. Hasil penelitian ini dapat memberikan dampak positif pada peneliti

selanjutnya yang melakukan penelitian sejenis agar melakukan penelitian

tentang tingkat pola penerapan dari masing-masing adab tidur sunah Rosul

terhadap kualitas tidur siswa dan memperhatikan faktor-faktor yang

mempengaruhi kualitas tidur sehingga tidak menimbulkan bias, dan untuk

penggunaan media dapat digunakan kembali yaitu media audio visual karna

sudah dibuktikan oleh beberapa peniliti bahwa media audio visual lebih

mengoptimalkan dalam proses pembelajaran dibandingkan media audio atau

visual saja.
BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

A. SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan

bahwa :

1. Pola kebiasaan penerapan adab tidur Rosul pada anak MI di pondok

Pesantren Al-Mukhtar Adipala Cilacap sebelum diberikan pendidikan

kesehatan adab tidur sehat sunah Rosul rata-rata skor pola kebiasaan pola

penerapan adab tidur sunah Rosul adalah 23,69 merupakan termasuk

kelompok yang tidak rutin melakukan adab tidur, dan setelah diberikan

pendidikan kesehatan adab tidur sehat sunah Rosul rata-rata skor pola

kebiasaan pola penerapan adab tidur sunah Rosul adalah 26,88 merupakan

termasuk kelompok yang rutin melakukan adab tidur.

2. Kualitas tidur pada anak MI di pondok Pesantren Al-Mukhtar Adipala

Cilacap sebelum diberikan pendidikan kesehatan adab tidur sehat sunah

Rosul rata-rata skor kualitas tidur adalah 7,65 merupakan termasuk

kelompok yang kualitas tidur buruk dan setelah diberikan pendidikan

kesehatan adab tidur sehat sunah Rosul rata-rata skor kualitas tidur adalah

6,23 merupakan termasuk kelompok yang kualitas tidur buruk.

3. Terdapat perbedaan pola kebiasaan penerapan adab tidur Rosul pada anak

MI di pondok pesantren Adipala Cilacap setelah diberikan pendidikan

kesehatan dengan nilai pv = 0,002 < α = 0,05 (5%) menggunakan analisa

Paired Samples Test.


4. Terdapat perbedaan kualitas tidur pada anak MI di pondok pesantren

Adipala Cilacap setelah diberikan pendidikan kesehatan dengan nilai pv =

0,007 < α = 0,05 (5%) menggunakan analisa Wilcoxon.

5. Tidak terdapat hubungan perubaham pola kebiasaan penerapan adab tidur

Rosul dengan perubahan kualitas tidur pada anak MI di pondok pesantren

Adipala Cilacap dengan nilai pv = 0,674 < α = 0,05 (5%)dan nilai r = -087

menggunakan analisa korelasi pearson product moment.

B. SARAN

1. Pondok Pesantren, Sekolah dan Sosial

Diharapkan setelah penelitian ini pondok pesantren, sekolah, dan

lingkungan sosial dapat mengaplikasikan pendidikan kesehatan adab tidur

sehingga siswa dapat meningkatkan kualitas tidur dengan menerapkan adab

tidur Rosul dengan rutin dalam kehidupan sehari-hari dan mendatangkan

keberkahan hidup yang salah satunya dapat meningkatkan kualitas tidur dan

membentuk kepribadian anak mulia melalui penerapan adab tidur.

2. Peneliti lain

a. Bagi peneliti yang akan melakukan penelitian sejenis, disarankan untuk

menggunakan kelompok kontrol atau pembanding dan dengan jumlah

sampel yang maksimal agar penelitian benar-benar akurat, mengontrol

atau meneliti semua faktor yang dapat mempengaruhi kualitas tidur.

b. Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan dapat meneliti dari masing-masing

adab tidur sehat sunah Rosul terhadap kualitas tidur.


DAFTAR PUSTAKA

Achmad, Narbuko. 2007. Metodologi Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara.

Agustin, D. 2012. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Tidur Pada


Pekerja Shift di PT Krakatau Tirta Industri Cilegon. Jakarta: Fakultas
Keperawatan Unipersitas Indonesia. http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/
20313608-S43780-Faktor-faktor yang.pdf.

Ardiyanti. 2007. Perawatan Gigi Pada Balita Dan Anak, http://www.melistory.


wordpress.com/php/html.

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktik.


Cetakan Kelimabelas. Jakarta: Rineka Cipta.

Ashila R, Ahmad. 2015. Studi Kritik Hadis-Hadis Amalan Menjelang Tidur.


Semarang : Fakultas Ushuludin UIN Walisongo Semarang

BaHammam, dkk. 2010. Circadian Patern of Sleep, Energy Expenditure, and


Body Temperature of Young Healty Men During The Intermittent Fasting on
Ramadan. Appetite.

. 2011. Sleep from An Islamic Perspective. Annals of Thoracic Medicine.

Bashori, K. 2003. Problem Psikologis tentang Kaum Santri: Resiko Insekuritas


Kelekatan. Yogyakarta: Forum Kajian Budaya dan Agama.

Craven, R F dan Hirnle, C J. 2000. Fundamental of Nursing: Human Health and


Function. 3rd. Ed. Philadelphia: Lippincott Williams dan Wilkins

Dahlan Sopiyudin, M. 2011. Besar Sampel Dan Cara Pengambilan Sampel


Dalam Penelitian Keokterandan Kesehatan. Edisi 3. Jakarta: Salemba Medika.

. 2010. Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel dalam Penelitian


Kedokteran dan Kesehatan. Edisi 3. Jakarta : Salemba Medika.

Departemen Kesehatan RI 2007, Profil Kesehatan Indonesia 2007.


<http://www.depkes.go.id> di akses 27 Mei 2017

Effendy, Onong Uchjana. 2009. Komunikasi teori dan praktek. Bandung : PT


Remaja Rosdakarya.

Elzaky, Jamal M. 2011. Buku Induk Mukjizat Kesehatan Ibadah. Jakarta: Zaman.

Estu, kinanti. 2011. Gaya hidup sehat dimulai dari sekolah. Internet:
http://edukasi.kompasiana.com/2011/07/22/gaya-hidup-sehat-dimulai-dari-
sekolah/
Fauzi, Ilham. 2012. Pedoman Dzikir dan Do’a. Jakarta: PT Grafika Putra.

Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS.


Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Haningsih, Sri. 2008. Peran Strategis Pesantren, Madrasah dan Sekolah Islam di
Indonesia. Jakarta : Dosen Fakultas Ilmu Agama Islam Universitas Islam
Indonesia. http://jurnal.uii.ac.id/index.php/Tarbawi/article/viewFile/186/175.

Hamdani. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Bandung : Pustaka Setia.

Hammam H bin Ahmad. 2008. Terapi dengan Ibadah. Terjemahan: Syahirul


Alim Al Adib. Solo: PT Aqwam.

Haryoko, S. 2009. Efektivitas Pemanfaatan Media Audio-Visual Sebagai


Alternatif Optimalisasi Model Pemeblajaran. Makasar: UNM.

Hidayat, A. 2008. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia: Aplikasi Konsep dan


Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

.2005. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Hidayat A & Uliyah M. 2012. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia (KDM)
Pendekatan Kurikulum Berbasis Kompetensi. Surabaya: Health Books
Publishing.

Hidayatullah F. 2010. Pendididkan Karakter: Membangun Peradaban Bangsa.


Surakarta: UNS Press & Yuma Pustaka.

Ibrahim. 2013. Misteri Tidur. Penerjemah : S.A. Rizal Zaman. Edisi 1. Jakarta:
Zaman.

Indah, F. T. N. 2012. Kejadian Pruritus Vulvae Saat Menstruasi Pada Remaja


Puteri (studi pada siswi SMAN 1 Ngimbang Kabupaten Lamongan).
http://journal.unair.ac.id/filerPDF/prutitus%20vulve.pdf

Ircham, M. 2009. Pendidikan Kesehatan Bagian Dari Promosi Kesehatan.


Yogyakarta: Fitramaya

Kozier, B. 2010. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses Dan


Praktek. Jakarta: EGC.

Majdi Asy Syahawi Muhammad. 2011. Berobat dengan Al Quran dan Madu.
Jakarta : Gema Insani.

Maryunani, A. 2010. Ilmu Kesehatan Anak dalam Kebidanan. Jakarta: CV. Trans
Info Media.
Maulana, H. 2009. Promosi Kesehatan. Jakarta: EGC.

Mednick, Sara C. 2011. Misteri Tidur Siang (Tidur Sejenak, Rasakan


Manfaaatnya). Surabaya: Liris.

Muallifah. 2013. Keajaiban Shalat Tahajud. Jakarta: Starbooks.

Mubarok, Iqbal Wahid. 2007. Promosi Kesehatan Sebuah Pengantar Proses


Belajar Mengajar Dalam Pendidikan. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Muhaddam F, Achmad. 2015. Pendidikan Pesantren: Pola Pengasuhan,


Pembentukan Karakter, dan Perlindungan Anak. Jakarta: P3DI Setjen DPR
RI dan Azza Grafika.

Muninjaya, AA. Gde. 2010. Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan. Jakarta:


Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Nasution, Siti khatidijah. 2004. Meningkatkan Status Kesehatan Melalui


Pendidikan Kesehatan Dan Penerapan Pola Hidup Sehat. Internet:
Http://library.usu.ac.id/download/fkm/fkm-Siti%20 khadijah.pdf, diakses
tanggal 29 juni 2017.

Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

. 2010. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasinya. Cetakan 2. Jakarta :


Rineka Cipta.

. 2012. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasinya.. Jakarta: Rineka Cipta.

Nursalam. 2003. Konsep & Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan:


Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta : Info
Media.

. 2008. Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Keperawatan.


Jakarta : Salemba Medika.

Potter P. A, Perry A.G. 2006. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Volume 2,


Edisi 7. Jakarta: EGC.

Prabowo R. 2013. Sehari Bersama Nabi, Mengulik Kebiasaan Sehari-Hari


Bersama Rasulullah Secara Medis. Yogyakarta: Katahati.

Prakoso, Adi. 2007. Pengertian Komunikasi dalam Sehari-hari – Pengertian,


Arti, Definisi, manfaat, dan Masalah.
[online]. :http://organisasi.org/pentingnya- komunikasi-dalam-kehidupan-
sehari-hari-pengertian-arti-definisi-manfaat-dan- masalah.
Prasadja. 2009. Ayo Bangun dengan Bugar karena Tidur yang Benar. Jakarta
Selatan: PT Mizan Publika.

Priyo H, Sutanto. 2007. Ananlisis Data Kesehatan : Basic data Analysis For
Health Research Training. Jakarta: Raja Grafindo Persada Fakultas Kesehatan
Mayarakat UI.

Purnawati. 2005. Aspirasi dan Partisipasi Orang Tua Terhadap Pendidikan.


Redrivedmay20, 2013. From: Http: //diglid.UNNES.ac.id//

Putri H. 2015. Studi Deskriptif Gangguan Tidur Pada Anak Usia 9-12 Tahun di
SD Negeri Pisangan 1 Ciputat Tahun 2015. Jakarta: FK UIN Syarif
Hidayatullah.http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29498/
1/Hilmiana Putri-fkik.pdf.

Qomar M. 2005. Pesantren Dari Transformasi Metodologi Menuju


Demokratisasi Institusi. Jakarta: Erlangga.

Raharjo Ahmad R. 2014. Rahasia Keajaiban Sehat Nabi. Yogyakarta: PT.


Araska.

Rakhmat J. 2008. Psikologi Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Rinawati, Mei. 2012. Pengaruh Terapi Wudhu sebelum tidur terhadap kejadian
Insomnia pada usia lanjut di Dusun Tilaman Wukirsari Imogiri Bantul
Yogyakarta. Yogyakarta: STIKES ‘Aisyiyah. http://opac.say.ac.id/845/1/
NASKAH PUBLIKASI_MEY RINAWATI.pdf.

Riyanti E, Saptarini R. 2012. Upaya Peningkatan Kesehatan Gigi dan Mulut


melalui Perubahan Perilaku Anak. http://pustaka.unpad.ac.id/wp-
content/uploads/2011/09/pustaka_unpad_Upaya-Peningkatan-Kesehatan-Gigi-
dan-Mulut-Melalui-Perubahan.pdf.

Riyanto A. 2011. Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Nuha


Medika.

Rusmiyati, R S. 2015. Pengaruh Penggunaan Lampu Pada Saat Tidur Terhadap


Kualitas Tidur Remaja Di Madrasah Aliyah Negeri 2 Pontianak. Pontianak:
FK Tanjungpura Pontianak. http://jurnal.untan.ac.id/index.php/ jmkeperawatan
FK/article/view/11005.

Sacker. 2013. Pengaruh Jam Tidur Pada Otak Anak dalam


M.bbc.co.uk/indonesia/majalah.

Saifudin, Ery. 2012. Hubungan Antara Sress Dengan Pola Tidur Pada Siswa
SMP Pndok Pesantren Modern MBS di Bokoharjo, Prambanan, Sleman.
Yogyakarta: STIKES ‘Aisyiyah. http://opac.unisayogya.ac.id/921/1/Naskah
Publikasi Umar Saifudin.pdf
Saiful Amin Al Ghofur. 2012. Rahasia Dzikir Dan Doa. Yogyakarta:
Darulhikmah.

Saryono. 2010. Metologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Alfa Beta.

Sekartini R. 2011. Perekembangan tidur normal pada anak. Jakarta: Sari Pediatri.

Sentika R. 2007. Peran Ilmu Kemanusiaan Dalam Meningkatkan Mutu Manusia


Indonesia Melalui Perlindungan Anak Dalam Rangka Mewujudkan Anak
Indonesia Yang Sehat, Cerdas Ceria, Berakhlak Mulia dan Terlindungi. Jurnal
Sosioteknologi.http://download.portalgaruda.org/article.php?article=311671&v
al=7388&title=.

Setiawan S, & Darmawan. 2008. Proses Pembelajaran dalam Pendidikan


Kesehatan. Jakarta: Trans Info Media.

Shenandu, I. 2009. Pendidikan Kesehatan Bikin Anak Cerdas dan Mandiri.


http://www.indomedia.com/intisari/2000/februari/as

Sholechah M. 2016. Posisi Tidur dalam Tinjauan Hadist (Keajaiban Ma’anil


Hadits). Palembang: Fakultas Usuludin Dan Pemikiran Islam UIN Raden Fatah
Palembang.http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/intelektualita/article/downlo
ad/752/665.

Slamet, Juli Soemirat. 2002. Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta: Gadjah Mada


University Press.

Smaldino, Sharon, E. et al. 2011. Instructional Technology & Media For


Learning Teknologi Pembelajaran dan Media Untuk Belajar. Edisi ke-9.
Jakarta : Kencana Prenada Media Group.

Soebroto. 2007. Sumber Informasi dan praktek Mencucui tangan pada Anak
Sekolah. http://situs.kesehatansekolah.info/referensi35.htm

Solikhah W. 2015. Perbedaan Pengaruh Pendidikan Gizi Seimbang Dengan


Media Audio Visual Terhadap Pengetahuan SiswaSD Negeri Pajang III
Surakarta. Surakarta: Universitas Muhamadiyah Surakarta. http://eprints.ums.
ac.id/38059/.

Supardi, 2013. Aplikasi Statistika dalam Penelitian Konsep Statistika yang Lebih
Komprehensif. Jakarta: Change Publication.

Sudjana, 2005. Metode Statistika. Edisi ke-6. Bandung : Tarsito

Sugiyono. 2014. Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R&D. Bandung:


Alfabeta.
. 2010. Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.

Sulistyoningsih. 2011. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Supraptini Y. 2004. Buku Ajar Konsep dasar Keperawatan Anak. Jakarta: EGC.

Sutanto, Sabri L. 2010. Statistik Kesehatan. Jakarta: Rajawali Pers.

Suyanto S. 2011. Analsis Regresi Untuk Uji Hipotesis. Yogyakarta: Caps.

Syawqi A. 2013. Misteri Tidur. Jakarta: PT Zaman.

Wartonah, Tarwoto. 2006. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan.


Jakarta: Salemba Medika.

Wavy. 2008. The Relationship Between Time Management, Perceived


Stress,Sleep Quality and Academic Performance among University Students,
http://libproject.hkbu.edu.hk/trsimage/hp/06636306.pdf.

Wiyono J, dkk. 2015. Perebdaan Kualitas Tidur Pada Remaja Puteri Yang
Menggunakan Lampu Dan Tidak Menggunakan Lampu.
http://jurnal.poltekkes-malang.ac.id/berkas/e91d-60-66.pdf.

Wong, D,L. 2009. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Vol 1. Jakarta: EGC.

Yang, Y, C. 2011. A Study On The Sleep Quality Of Incoming University


Students. Psyhiatry Research.

Yanuar M. 2016. Pola Asuh Anak Di Pondok Pesantren Roudhotul Qur’an Sirau
Kemranjem Banyumas. Purwokerto: Fakultas Dakwah Islam Institut Agama
Islam Negeri Puwokerto. http://repository.iainpurwokerto.ac.id.

Zaghlul, An-Najar. 2011. Sains dalam Hadis: Mengungkap Fakta Ilmiah dari
Kemukjizatan Hadis Nabi, terjemahan: Zainal Abidindkk. Jakarta: Amzah.
Lampiran 1

(Surat Ijin Penelitian)


Lampiran 2

PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh


Dengan Hormat,
Peneliti yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Nova Mutawaroh
NIM 108 113 074
Judul Penelitian : Pengaruh Pendidikan Kesehatan Adab Tidur Sehat Sunah
Rosul Terhadap Kualitas Tidur Siswa MI di Pondok
Pesantren Al-Mukhtar Adipala Cilacap Tahun 2017
Bermaksud akan melakukan kegiatan penelitian sebagai rangkaian studi
saya pada Progam Studi Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Al
Irsyad Al Islamiyyah Cilacap. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui
pengaruh pendidikan kesehatan adab tidur sehat sunah Rosul terhadap kualitas
tidur Siswa MI di Pondok Pesantren Al-Mukhtar Adipala Cilacap Tahun 2017.

Peneliti memohon kesediaan adik-adik untuk menjadi partisipan dalam


penelitian ini dengan melakukan pengisisan lembar kuisioner yang akan
dibagikan. Lembar kuisioner ini semata-mata hanya untuk kepentingan pola
pkebiasaan penerapan adab tidur Sehat sunah Rosul dan Kualitas tidur tanpa
maksud lain dan akan dijaga kerahasiaanya oleh peneliti. Atas bantuan dan peran
adik-adik, peneliti ucapkan terima kasih.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Peneliti

Nova Mutawaroh
NIM 108113074
INFORMED CONSENT

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama :

Umur :
Jenis Kelamin :
Kelas :
Alamat :

Menyatakan bersedia untuk berpartisipasi sebagai subyek penelitian yang

dilaksanakan oleh mahasiswa Progam Studi Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi

Ilmu Kesehatan Al Irsyad Al Islamiyyah Cilacap yang bernama Nova Mutawaroh

dengan judul penelitian “Pengaruh Pendidikan Kesehatan Adab Tidur Sehat

Sunah Rosul Terhadap Kualitas Tidur Siswa MI di Pondok Pesantren Al-Mukhtar

Adipala Cilacap Tahun 2017”

Demikian surat pernyataan ini saya buat untuk digunakan sebagaimana mestinya.

Cilacap, Mei 2017


Partisipan

(.........................................)
Lampiran
4

LEMBAR KUISIONER
“Pengaruh Pendidikan Kesehatan Adab Tidur Sehat Sunah Rosul Terhadap
Kualitas Tidur Siswa MI di Pondok Pesantren Al-Mukhtar Adipala Cilacap
Tahun 2017”

Identitas siswa / siswi MI di Pondok Pesantren Al-Mukhtar Adipala


Cilacap Tahun 2017:
1. Nama :
2. Umur :
3. Jenis kelamin :
4. Kelas :

Petunjuk Pengisian
1. Pertanyaan-pertanyaan ini semata-mata untuk keperluan akademis dan
data yang tertera dilaporan bersifat anonym (tidak tercantum identitas
responden), mohon diisi dengan jujur.
2. Baca dan jawablah semua pertanyaan dengan teliti tanpa ada yang telewati
dan isilah sesuai kemampuan dan kebiasaan adik-adik semua tentang pola
kebiasaan penerapan adab tidur dan kualitas tidur adik-adik yang
sebnarnya selama satu minggu yang lalu.
3. Berilah tanda silang (x) pada pertanyaan pilihan ganda dan beri tanda
centang (√) pada soal tabel dan pilih jawaban yang menurut adik tepat
berdasarkan pada kebiasaan yang adik lakukan dan rasakan selama ini.

A. Kuisioner Sleep Self Report Pola Kebiasaan Penerpan Adab Tidur Sunah
Rosul
No Pertanyaan Selalu Sering Kadang- Tidak
Kadang Pernah
1. Apakah adik-adik tidur diawal
malam?
2. Apakah adik-adik ketika akan
tidur berwudu dahulu?
3. Apakah adik-adik sebelum tidur
membersikan tempat tidur
dahulu?
4. Apakah adik-adik sebelum tidur
membaca doa?
5. Apakah adik-adik sebelum tidur
berdikir?
6. Apakaha dik-adik sebelum tidur
membaca Al-Quran (Al-Iklas Al-
alakdan An-Nas)?
7. Apakah adik-adik ketika akan
tidur mematikan lampu kamar?
8. Apakah adik-adik posisi ketika
tidur miring kekanan?
9. Apakah adik-adik stelah bangun
tidur membaca doa?
10. Apakah adik-adik bangun tidur
diawal pagi?

B. Kuesioner Kualitas Tidur


1. Pukul berapa adik tidur di malam hari?
a. 21.00 WIB (Sembilan Malam)
b. 22.00 WIB (Sepuluh Malam)
c. 23.00 WIB (Sebelas Malam)
d. 24.00 WIB (Duabelas Malam)
2. Berapa lama waktu yang adik butuhkan untuk tidur di malam hari?
a. >10 jam (Lebih dari 10 jam)
b. 8-9 jam
c. 5-7 jam
d. <5 jam (Kurang dari 5 jam)
3. Pukul berapa adik bagun tidur di pagi hari?
a. 03.00 WIB
b. 04.00 WIB
c. 05.00 WIB
d. 06.00 WIB
4. Berapa lama waktu yang dibutuhkan adik untuk dapat tertidur di malam
hari?
a. <15 menit (Kurang dari 15 menit)
b. 16-30 menit
c. 31-60 menit
d. >60 menit (Lebih dari 60 menit)
5. Seberapa sering masalah-masalah dibawah ini mengganggu tidur adik?

No Pertanyaan Tidak 1x 2x ≥3x


pernah seminggu seminggu seminggu
5a Tidak mampu tertidur selama
30 menit (setengah jam) sejak
berbaring ditempat tidur
5b Pergi ke kamar mandi
dimalam hari (ingin Buang
Air Kecil atau Buang Air
besar)
5c Tidak mampu bernafas
dengan leluasa (merasa sesak
nafas)
5d Batuk – batuk atau mengorok
5e Merasa kedinginan dimalam
Hari
5f Merasa kepanasan dimalam
Hari
5g Mimpi buruk
5h Terasa nyeri (rasa tidak
nyaman atau pegal-pegal di
badan)
5i Merasa pusing
5j Merasa mudah lelah
5k Suara bising (berisik) dari
lingkungan sekitar
5l Cahaya lampu ruangan yang
terlalu terang

6. Seberapa sering adik menggunakan obat tidur?


a. Tidak pernah
b. 1x seminggu
c. 2x seminggu
d. ≥3x seminggu
7. Seberapa sering adik mengantuk ketika melakukan aktivitas di siang hari?
a. Tidak pernah
b. 1x seminggu
c. 2x seminggu
d. ≥3x seminggu (sering)
8. Seberapa besar keinginan adik ingin menyelesaikan masalah yang adik
hadapi?
a. Besar
b. Sedang
c. Kecil
d. Tidak ada keinginan
9. Bagaimana kualitas tidur adik selama dua minggu yang lalu? (Posttest)
a. Sangat baik
b. Baik
c. Kurang baik
d. Sangat kurang baik
10. Bagaimana kualitas tidur adik selama satu bulan yang lalu? (Pretest)
a. Sangat baik
b. Baik
c. Kurang baik
d. Sangat kurang baik

Jumlah Score : ............................................


Kesimpulan : Kualitas Tidur Baik / Kualitas Tidur Buruk
Lampiran 5

Mekanisme Pengumpulan Data


Waktu Kegiatan
30 April 2017 Perkenalan dan penjelasan tujuan penelitian serta mekanisme
09.30 - 10.00 kegiatan

10.00 – 10.20 Membagikan lembar infromed consent kepada responden.

10.20 - 10.35 Melakukan pretest (penilaian awal). Cara penilaiannya sebagai


berikut:
(1) Peneliti menentukan responden yang sesuai dengan kriteria
inklusi
(2) Peneliti menjelaskan maksud dan tujuan dilakukan penelitian dan
melakukan kontrak dengan responden
(3) Penilaian dilakukan oleh peneliti dengan membagi lembar
kuisoner A dan B pada responden untuk di isi oleh responden
atau (pretest). Kuisioner diisi disesuaikan dengan pertanyaan
mengenai identitas responden, pola kebiasaan penerapan adab
tidur sehat Sunah Rosul dan kualitas tidur berdasarkan kebiasaan
setiap malam dan 1 bulan yang lalu pada masing-masing
responden
(4) Responden melakukan pngisian lembar kuisoner A dan B secara
jujur dan akan dinilai oleh peneliti.

10.35 – 11.25 Melakukan intervensi. Intervensi yang dilakukan adalah pendidikan


kesehatan adab tidur sehat menurut sunah Rosul dengan metode
audio visual. Perlengkapan yang diperlukan adalah LCD, proyektor,
laptop, speaker dan roll kabel. Pelaksanaan pendidikan kesehatan
adab tidur sehat menurut sunah Rosul dilakukan dengan menonton
video yang sudah dipersiapkan, peneliti bertugas menampilkan atau
memutar video tanpa memberikan tambahan atau penguatan
terhadap video tersebut, video tersebut diputar sebanyak 2 kali guna
pengulangan agar dapat lebih dipahami oleh responden.

11.25 - 11.35 Melakukan Evaluasi dan Tanya Jawab tentang materi adab tidur
sehat menurut sunah Rosul dalam bentuk pertanyaan langsung.

11.35 - 11.40 Penutup

14 April 2017 Melakukan posttest (penilaian akhir). Mekanisme penilaian pada


08.00-09.15 posttest sama dengan penilaian saat pretest. Kuisioner dibagian dan
diisi oleh responden setelah 2 minggu yang akan datang karena
untuk mengetahui perubahan kualitas tidur pada siswa anak MI
setelah dilakukan intervensi.
Lampiran 6

Hasil Validitas dan Rehabilitas Kuisioner PSQI

PENGUJIAN VALIDITAS KONSTRUK (VARIABEL DEPENDENT / KUALITAS TIDUR)


JAWABAN PERTANYAAN KE
NO RESP TOTAL
1 2 3 4 5a 5b 5c 5d 5e 5f 5g 5h 5i 5j 5k 5l 5m 6 7 8 9
1 1 0 0 3 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 3 0 0 13
2 1 1 1 0 2 1 1 0 2 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 3 0 14
3 0 1 1 0 1 1 0 1 3 1 1 2 0 1 0 0 0 0 2 2 0 17
4 0 2 3 0 0 1 1 0 1 1 2 0 1 2 0 1 1 0 0 1 0 17
5 2 2 1 1 0 1 2 0 1 1 1 3 1 1 0 1 0 0 0 0 1 19
6 1 1 0 0 1 2 1 0 2 1 2 0 0 1 0 2 1 0 1 0 1 17
7 0 1 3 3 1 2 2 0 1 1 1 2 0 1 1 1 0 0 3 1 0 24
8 2 2 2 3 2 1 2 3 2 2 3 2 3 2 1 0 1 0 1 3 1 38
9 3 3 2 0 2 1 3 0 3 3 2 0 0 3 3 3 2 3 3 3 1 43
10 0 0 2 1 2 0 2 1 2 3 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 16
11 2 2 3 2 2 1 1 0 1 1 2 1 1 0 1 1 2 2 1 2 2 30
12 1 0 0 0 2 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 8
13 0 3 1 0 1 2 1 0 3 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 15
14 2 2 3 3 1 2 2 1 2 1 2 3 1 2 0 1 1 1 1 1 1 33
15 0 2 2 3 3 3 3 1 2 1 2 3 1 1 2 1 1 0 3 2 2 38
16 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 2 0 6
17 1 1 2 1 2 1 2 2 1 2 1 3 1 2 1 2 1 0 2 0 1 29
18 2 1 0 3 0 3 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 2 0 1 0 2 15
19 2 0 3 0 0 0 1 1 1 3 2 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 16
20 3 3 2 2 3 1 3 3 3 3 2 3 2 1 0 2 2 2 1 2 1 44
r tabel = 0, 444
UJI VALIDITAS INSTRUMEN KUALITAS TIDUR
Correlations
P1 P2 P3 P4 P5a P5b P5c P5d P5e P5f P5g P5h P5i P5j P5k P5l P5m P6 P7 P8 P9 TSkor
P1 Pearson 1 ,346 ,102 ,199 ,161 -,045 ,313 ,310 ,119 ,447* ,334 ,134 ,444* ,294 ,205 ,487* ,567* ,665* ,069 ,158 ,336 ,546*
* *
Correlation
Sig. (2-tailed) ,135 ,670 ,399 ,497 ,852 ,179 ,184 ,617 ,048 ,150 ,572 ,050 ,209 ,385 ,030 ,009 ,001 ,773 ,506 ,148 ,013
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
P2 Pearson ,346 1 ,299 ,079 ,311 ,311 ,476* ,203 ,562* ,082 ,264 ,388 ,400 ,441 ,359 ,450* ,593* ,501* ,037 ,549* ,443 ,667**
* *
Correlation
Sig. (2-tailed) ,135 ,200 ,739 ,181 ,182 ,034 ,390 ,010 ,731 ,261 ,091 ,081 ,051 ,120 ,047 ,006 ,024 ,876 ,012 ,050 ,001
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
P3 Pearson ,102 ,299 1 ,180 ,188 -,169 ,433 ,301 ,164 ,485* ,593* ,285 ,457* ,303 ,198 ,344 ,088 ,249 ,135 ,262 ,067 ,517*
*
Correlation
Sig. (2-tailed) ,670 ,200 ,447 ,426 ,475 ,057 ,196 ,491 ,030 ,006 ,223 ,043 ,194 ,403 ,138 ,713 ,289 ,570 ,264 ,779 ,020
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
P4 Pearson ,199 ,079 ,180 1 ,145 ,499* ,289 ,310 -,109 -,019 ,150 ,524* ,385 ,100 ,203 -,088 ,206 -,011 ,460* ,009 ,455* ,446*
Correlation
Sig. (2-tailed) ,399 ,739 ,447 ,541 ,025 ,217 ,184 ,648 ,936 ,529 ,018 ,094 ,674 ,390 ,711 ,384 ,963 ,041 ,971 ,044 ,049
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
P5A Pearson ,161 ,311 ,188 ,145 1 ,106 ,610** ,509* ,478* ,375 ,419 ,322 ,314 ,189 ,328 ,289 ,403 ,451* ,193 ,465* ,378 ,641**
Correlation
Sig. (2-tailed) ,497 ,181 ,426 ,541 ,656 ,004 ,022 ,033 ,103 ,066 ,166 ,177 ,425 ,158 ,217 ,078 ,046 ,415 ,039 ,100 ,002
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
P5B Pearson -,045 ,311 -,169 ,499* ,106 1 ,035 -,141 ,077 - -,101 ,290 -,075 ,087 ,244 ,069 ,403 -,087 ,340 -,041 ,540* ,236
Correlation ,450*
Sig. (2-tailed) ,852 ,182 ,475 ,025 ,656 ,884 ,554 ,746 ,046 ,673 ,215 ,752 ,715 ,301 ,772 ,078 ,715 ,142 ,864 ,014 ,316
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
P5C Pearson ,313 ,476* ,433 ,289 ,610* ,035 1 ,450* ,386 ,574* ,513* ,508* ,433 ,501* ,466* ,596* ,231 ,434 ,339 ,287 ,289 ,777**
* * *
Correlation
Sig. (2-tailed) ,179 ,034 ,057 ,217 ,004 ,884 ,047 ,093 ,008 ,021 ,022 ,057 ,024 ,038 ,006 ,326 ,056 ,144 ,221 ,216 ,000
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
P5D Pearson ,310 ,203 ,301 ,310 ,509* -,141 ,450* 1 ,365 ,573* ,525* ,557* ,792* ,279 -,010 ,155 ,180 ,069 ,096 ,237 ,167 ,602**
* *
Correlation
Sig. (2-tailed) ,184 ,390 ,196 ,184 ,022 ,554 ,047 ,113 ,008 ,017 ,011 ,000 ,233 ,968 ,515 ,447 ,772 ,687 ,315 ,481 ,005
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
P5E Pearson ,119 ,562* ,164 -,109 ,478* ,077 ,386 ,365 1 ,445* ,325 ,280 ,154 ,389 ,061 ,306 ,151 ,300 ,202 ,480* ,129 ,533
*
Correlation
Sig. (2-tailed) ,617 ,010 ,491 ,648 ,033 ,746 ,093 ,113 ,049 ,162 ,232 ,517 ,090 ,800 ,189 ,525 ,199 ,394 ,032 ,589 ,016
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
P5F Pearson ,447* ,082 ,485* -,019 ,375 - ,574** ,573* ,445* 1 ,619* ,112 ,398 ,363 ,167 ,525* ,080 ,363 ,229 ,139 ,036 ,556
* *
Correlation ,450*
Sig. (2-tailed) ,048 ,731 ,030 ,936 ,103 ,046 ,008 ,008 ,049 ,004 ,640 ,082 ,116 ,482 ,017 ,738 ,116 ,331 ,558 ,881 ,011
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
P5G Pearson ,334 ,264 ,593* ,150 ,419 -,101 ,513* ,525* ,325 ,619* 1 ,214 ,653* ,405 ,186 ,459* ,312 ,341 ,105 ,206 ,278 ,650**
* * *
Correlation
Sig. (2-tailed) ,150 ,261 ,006 ,529 ,066 ,673 ,021 ,017 ,162 ,004 ,366 ,002 ,077 ,431 ,042 ,181 ,142 ,659 ,385 ,234 ,002
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
P5H Pearson ,134 ,388 ,285 ,524* ,322 ,290 ,508* ,557* ,280 ,112 ,214 1 ,530* ,333 ,040 ,220 ,043 ,009 ,340 ,087 ,287 ,580**
Correlation
Sig. (2-tailed) ,572 ,091 ,223 ,018 ,166 ,215 ,022 ,011 ,232 ,640 ,366 ,016 ,151 ,868 ,350 ,858 ,969 ,143 ,716 ,220 ,007
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
P5I Pearson ,444* ,400 ,457* ,385 ,314 -,075 ,433 ,792* ,154 ,398 ,653* ,530* 1 ,333 ,031 ,172 ,284 ,116 -,045 ,293 ,269 ,628**
* *
Correlation
Sig. (2-tailed) ,050 ,081 ,043 ,094 ,177 ,752 ,057 ,000 ,517 ,082 ,002 ,016 ,152 ,897 ,468 ,225 ,627 ,850 ,209 ,252 ,003
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
P5J Pearson ,294 ,441 ,303 ,100 ,189 ,087 ,501* ,279 ,389 ,363 ,405 ,333 ,333 1 ,399 ,584* ,216 ,298 ,425 ,373 -,021 ,616**
*
Correlation
Sig. (2-tailed) ,209 ,051 ,194 ,674 ,425 ,715 ,024 ,233 ,090 ,116 ,077 ,151 ,152 ,081 ,007 ,359 ,202 ,061 ,105 ,931 ,004
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
P5K Pearson ,205 ,359 ,198 ,203 ,328 ,244 ,466* -,010 ,061 ,167 ,186 ,040 ,031 ,399 1 ,442 ,432 ,435 ,580* ,468* ,423 ,545
*
Correlation
Sig. (2-tailed) ,385 ,120 ,403 ,390 ,158 ,301 ,038 ,968 ,800 ,482 ,431 ,868 ,897 ,081 ,051 ,057 ,055 ,007 ,037 ,063 ,013
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
P5L Pearson ,487* ,450* ,344 -,088 ,289 ,069 ,596** ,155 ,306 ,525* ,459* ,220 ,172 ,584* ,442 1 ,475* ,584* ,393 ,083 ,246 ,636**
* *
Correlation
Sig. (2-tailed) ,030 ,047 ,138 ,711 ,217 ,772 ,006 ,515 ,189 ,017 ,042 ,350 ,468 ,007 ,051 ,034 ,007 ,086 ,728 ,295 ,003
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
P5M Pearson ,567* ,593* ,088 ,206 ,403 ,403 ,231 ,180 ,151 ,080 ,312 ,043 ,284 ,216 ,432 ,475* 1 ,680* ,096 ,217 ,670* ,580**
* * * *
Correlation
Sig. (2-tailed) ,009 ,006 ,713 ,384 ,078 ,078 ,326 ,447 ,525 ,738 ,181 ,858 ,225 ,359 ,057 ,034 ,001 ,686 ,358 ,001 ,007
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
P6 Pearson ,665* ,501* ,249 -,011 ,451* -,087 ,434 ,069 ,300 ,363 ,341 ,009 ,116 ,298 ,435 ,584* ,680* 1 ,191 ,399 ,269 ,591**
* * *
Correlation
Sig. (2-tailed) ,001 ,024 ,289 ,963 ,046 ,715 ,056 ,772 ,199 ,116 ,142 ,969 ,627 ,202 ,055 ,007 ,001 ,421 ,081 ,251 ,006
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
P7 Pearson ,069 ,037 ,135 ,460* ,193 ,340 ,339 ,096 ,202 ,229 ,105 ,340 -,045 ,425 ,580* ,393 ,096 ,191 1 ,145 ,113 ,479
*
Correlation
Sig. (2-tailed) ,773 ,876 ,570 ,041 ,415 ,142 ,144 ,687 ,394 ,331 ,659 ,143 ,850 ,061 ,007 ,086 ,686 ,421 ,543 ,635 ,032
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
P8 Pearson ,158 ,549* ,262 ,009 ,465* -,041 ,287 ,237 ,480* ,139 ,206 ,087 ,293 ,373 ,468* ,083 ,217 ,399 ,145 1 ,048 ,499
Correlation
Sig. (2-tailed) ,506 ,012 ,264 ,971 ,039 ,864 ,221 ,315 ,032 ,558 ,385 ,716 ,209 ,105 ,037 ,728 ,358 ,081 ,543 ,839 ,025
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
P9 Pearson ,336 ,443 ,067 ,455* ,378 ,540* ,289 ,167 ,129 ,036 ,278 ,287 ,269 -,021 ,423 ,246 ,670* ,269 ,113 ,048 1 ,517*
*
Correlation
Sig. (2-tailed) ,148 ,050 ,779 ,044 ,100 ,014 ,216 ,481 ,589 ,881 ,234 ,220 ,252 ,931 ,063 ,295 ,001 ,251 ,635 ,839 ,020
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
TSkor Pearson ,546* ,667* ,517* ,446* ,641* ,236 ,777** ,602* ,533* ,556* ,650* ,580* ,628* ,616* ,545* ,636* ,580* ,591* ,479* ,499* ,517* 1
* * * * * * * * * *
Correlation
Sig. (2-tailed) ,013 ,001 ,020 ,049 ,002 ,316 ,000 ,005 ,016 ,011 ,002 ,007 ,003 ,004 ,013 ,003 ,007 ,006 ,032 ,025 ,020
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
UJI RELIABILITAS INSTRUMEN KUALITAS TIDUR

Case Processing Summary

N %
Cases Valid 20 100.0
a
Excluded 0 .0
Total 20 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.

Reliability Statistics
Cronbach's
AlphaN of Items
.89020

Item-Total Statistics
Corrected Item- Cronbach's
Scale Mean if Scale Variance Total Alpha if Item
Item Deleted if Item Deleted Correlation Deleted
P1 20.20 116.589 .489 .886
P2 19.95 114.892 .599 .883
P3 19.75 116.513 .463 .887
P4 20.10 117.884 .311 .894
P5A 20.10 114.832 .585 .883
P5C 19.85 113.608 .753 .879
P5D 20.70 115.695 .564 .884
P5E 19.80 117.537 .468 .886
P5F 20.05 115.734 .535 .884
P5G 20.05 115.524 .619 .882
P5H 20.15 113.818 .483 .887
P5I 20.75 117.355 .598 .883
P5J 20.40 116.989 .567 .884
P5K 20.80 119.326 .480 .886
P5L 20.55 116.471 .590 .883
P5M 20.55 119.524 .509 .886
P6 20.90 117.253 .553 .884
P7 20.20 118.063 .377 .890
P8 20.20 116.800 .430 .888
P9 20.60 121.305 .434 .888
Lampiran 7

Hasil Tabulating Lembar Kuisioner


Lampiran 8

Hasil Olah Data SPSS Univariat

ANALISA UNIVARIAT

ANALISA DATA POLA KEBIASAAN PENERAPAN ADAB TIDUR


SEBELUM DAN SETELAH DIBERIKAN PENDIDIKAN KESEHATAN

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Skor Adab Tidur Pre Penkes 26 100.0% 0 0.0% 26 100.0%
Skor Adab Tidur Post Penkes 26 100.0% 0 0.0% 26 100.0%

Descriptives
Statistic Std. Error
Skor Adab Tidur Mean 23.69 .813
Pre Penkes 95% Confidence Interval for MeanLower Bound 22.02
Upper Bound 25.37
5% Trimmed Mean 23.78
Median 23.50
Variance 17.182
Std. Deviation 4.145
Minimum 15
Maximum 31
Range 16
Interquartile Range 7
Skewness -.274 .456
Kurtosis -.515 .887
Skor Adab Tidur Mean 26.88 1.104
Post Penkes 95% Confidence Interval for MeanLower Bound 24.61
Upper Bound 29.16
5% Trimmed Mean 26.87
Median 27.00
Variance 31.706
Std. Deviation 5.631
Minimum 17
Maximum 38
Range 21
Interquartile Range 9
Skewness -.093 .456
Kurtosis -.758 .887
Percentiles
Percentiles
5 10 25 50 75 90 95
Weighted Skor Adab Tidur Pre 15.35 18.10 21.00 23.50 28.00 29.00 30.30
Average Skor Adab Tidur Post 17.00 19.10 22.50 27.00 31.25 34.00 36.60
(Definition 1)
Tukey's Hinges Skor Adab Tidur Pre 21.00 23.50 28.00
Skor Adab Tidur Post 23.00 27.00 31.00

Skor Adab Tidur Pre Penkes


Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 15 1 3.8 3.8 3.8
16 1 3.8 3.8 7.7
19 3 11.5 11.5 19.2
21 3 11.5 11.5 30.8
22 2 7.7 7.7 38.5
23 3 11.5 11.5 50.0
24 1 3.8 3.8 53.8
25 3 11.5 11.5 65.4
26 2 7.7 7.7 73.1
28 4 15.4 15.4 88.5
29 2 7.7 7.7 96.2
31 1 3.8 3.8 100.0
Total 26 100.0 100.0

Skor Adab Tidur Post Penkes


Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 17 2 7.7 7.7 7.7
20 3 11.5 11.5 19.2
21 1 3.8 3.8 23.1
23 2 7.7 7.7 30.8
24 1 3.8 3.8 34.6
26 3 11.5 11.5 46.2
27 2 7.7 7.7 53.8
28 1 3.8 3.8 57.7
29 2 7.7 7.7 65.4
30 1 3.8 3.8 69.2
31 2 7.7 7.7 76.9
32 1 3.8 3.8 80.8
33 2 7.7 7.7 88.5
34 2 7.7 7.7 96.2
38 1 3.8 3.8 100.0
Total 26 100.0 100.0
ANALISA DATA KUALITAS TIDUR SEBELUM DAN SETELAH
DIBERIKAN PENDIDIKAN KESEHATAN

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Skor Kualitas Tidur Pre Penkes 26 100.0% 0 0.0% 26 100.0%
Skor Kualitas Tidur Post Penkes 26 100.0% 0 0.0% 26 100.0%

Descriptives
Statistic Std. Error
Skor Kualitas Tidur Pre Mean 7.65 .514
Penkes 95% Confidence Interval for Mean Lower 6.59
Bound
Upper 8.71
Bound
5% Trimmed Mean 7.60
Median 8.00
Variance 6.875
Std. Deviation 2.622
Minimum 3
Maximum 13
Range 10
Interquartile Range 3
Skewness .266 .456
Kurtosis -.336 .887
Skor Kualitas Tidur Post Mean 6.23 .377
Penkes 95% Confidence Interval for Mean Lower 5.45
Bound
Upper 7.01
Bound
5% Trimmed Mean 6.20
Median 6.00
Variance 3.705
Std. Deviation 1.925
Minimum 2
Maximum 11
Range 9
Interquartile Range 2
Skewness .484 .456
Kurtosis .617 .887
Percentiles
Percentiles
5 10
Weighted Skor Kualitas Tidur Pre 3.35 4.00
Average Skor Kualitas Tidur Post 2.70 4.70
(Definition 1)
Tukey's Hinges Skor Kualitas Tidur Pre
Skor Kualitas Tidur Post

Skor Kualitas Tidur Pre


Pendidikan Kesehatan

Frequency Percent Valid Perce


Valid 3 1 3.8
4 2 7.7
5 3 11.5 1
6 4 15.4 1
7 2 7.7
8 3 11.5 1
9 6 23.1 2
10 2 7.7
11 1 3.8
13 2 7.7
Total 26 100.0 10

Skor Kualitas Tidur Post


Pendidikan Kesehatan

Frequency Percent Valid Perce

Valid 2 1 3.8
4 1 3.8
5 10 38.5 3
6 4 15.4 1
7 4 15.4 1
8 2 7.7
9 3 11.5 1
11 1 3.8
Total 26 100.0 10
Lampiran 9

Hasil Olah Data SPSS Uji Normalitas Data

UJI NORMALITAS
DATA POLA KEBIASAAN PENERAPAN ADAB TIDUR

Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Skor Adab Tidur Pre Penkes .120 26 .200* .970 26 .634
Skor Adab Tidur Post Penkes .091 26 .200* .971 26 .661
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction
UJI NORMALITAS
DATA KUALITAS TIDUR

Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Skor Kualitas Tidur Pre Penkes .121 26 .200* .962 26 .433
Skor Kualitas Tidur Post Penkes .200 26 .009 .922 26 .050
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction
DATA PERUBAHAN PRE POST POLA KEBIASAAN PENERAPAN
ADAB TIDUR DAN PERUBAHAN PRE POST KUALITAS TIDUR

Descriptives
Statistic Std. Error
Selisish Perubahan Skor Mean -3.19 .900
Adab Tidur 95% Confidence Interval for Lower Bound -5.05
Mean Upper Bound -1.34
5% Trimmed Mean -3.17
Median -3.00
Variance 21.042
Std. Deviation 4.587
Minimum -12
Maximum 5
Range 17
Interquartile Range 8
Skewness -.079 .456
Kurtosis -.584 .887
Selisih Perubahan Skor Mean 1.42 .471
Kualitas Tidur 95% Confidence Interval for Lower Bound .45
Mean Upper Bound 2.39
5% Trimmed Mean 1.34
Median 1.00
Variance 5.774
Std. Deviation 2.403
Minimum -3
Maximum 8
Range 11
Interquartile Range 3
Skewness .543 .456
Kurtosis 1.234 .887

Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Selisish Perubahan Skor .089 26 .200* .977 26 .817
Adab Tidur
Selisih Perubahan Skor .147 26 .156 .953 26 .275
Kualitas Tidur
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction
Lampiran 10

Hasil Olah Data SPSS Bivariat

ANALISA BIVARIAT

ANALISA DATA PERBEDAAN POLA KEBIASAAN PENERAPAN ADAB


TIDUR SEBELUM DAN SETELAH DIBERIKAN PENDIDIKAN
KESEHATAN

Paired Samples Statistics


Mean N Std. Deviation Std. Error Mean
Pair 1 Skor Adab Tidur Pre 23.69 26 4.145 .813
Pendidikan Kesehatan
Skor Adab Tidur Post 26.88 26 5.631 1.104
Pendidikan Kesehatan

Paired Samples Correlations


N Correlation Sig.

Pair 1 Skor Adab Tidur Pre 26 .597 .001


Pendidikan Kesehatan & Skor
Adab Tidur Post Pendidikan
Kesehatan

Paired Samples Test


Paired Differences

Sig.
(2-
t df tailed)
95%
Confidence
Std. Interval of the
Std. Error Difference
Mean Deviation Mean Lower Upper
Pair 1 Skor Adab Tidur
Pre Pendidikan
Kesehatan –
-3.192 4.587 .900 -5.045 -1.340 -3.549 25 .002
Skor Adab Tidur
Post Pendidikan
Kesehatan
ANALISA BIVARIAT

ANALISA DATA PERBEDAAN KUALITAS TIDUR SEBELUM DAN


SETELAH DIBERIKAN PENDIDIKAN KESEHATAN

NPar Tests

Wilcoxon Signed Ranks Test


Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks
a
Skor Kualitas Tidur Post Negative Ranks 17 11.35 193.00
Pendidikan Kesehatan - Skor Positive Ranks 4b 9.50 38.00
Kualitas Tidur Pre Pendidikan Ties 5c
Kesehatan Total 26

a. Skor Kualitas Tidur Post Pendidikan Kesehatan < Skor Kualitas Tidur Pre Pendidikan Kesehatan
b. Skor Kualitas Tidur Post Pendidikan Kesehatan > Skor Kualitas Tidur Pre Pendidikan Kesehatan
c. Skor Kualitas Tidur Post Pendidikan Kesehatan = Skor Kualitas Tidur Pre Pendidikan Kesehatan

Test Statisticsa
Skor Kualitas Tidur Post Pendidikan Kesehatan -
Skor Kualitas Tidur Pre Pendidikan Kesehatan
Z -2.716b
Asymp. Sig. (2-tailed) .007
a. Wilcoxon Signed Ranks Test
b. Based on positive ranks.
ANALISA DATA PERUBAHAN PRE POST POLA KEBIASAAN
PENERAPAN ADAB TIDUR UNAH ROSUL DENGAN PERUBAHAN PRE
POST PERBEDAAN KUALITAS TIDUR

Correlations
Correlations
Selisih Perubahan
Selisih Perubahan Skor Kualitas
Skor Adab Tidur Tidur

Selisih Perubahan Skor Adab Pearson Correlation 1 -.087


Tidur Sig. (2-tailed) .674
N 26 26
Selisih Perubahan Skor Kualitas Pearson Correlation -.087 1
Tidur Sig. (2-tailed) .674
N 26 26
Lampiran 11

Dokumentasi Pelaksanaan Penelitian


Lampiran 12

SURAT PERNYATAAN LAYAK UJI SKRIPSI


DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Nova Mutawaroh

Tempat, Tanggal Lahir : Cilacap, 19 Desember 1994

Nama Bapak : Mad Narsidin

Nama Ibu : Kaswi

Alamat : Dusun Panimbang RT 03 / RW I Desa Mandala


Kecamatan Cimanggu Kabupaten Cilacap

Riwayat Pendidikan : 1. SD Negeri Mandala 02 (2001–2006)

2. SMP Negeri 1Cimanggu (2007–2009)

3. MAN 2 Ciamis jurusan IPA (2010–2012)

4. STIKES Al Irsyad Al Islamiyyah Cilacap Prodi


S 1 Keperawatan(2013–sekarang)

Pengalaman Organisasi :

1. Anggota PMR WIRA MAN 2 Ciamis

2. Anggora IRMA (Ikatan Remaja Masjid Al-Hidayah) Ciamis

3. Pengurus Santri Angkatan 2010-2011 Pondok Pesantren Al-Hasan Ciamis

4. Sekretaris MAPALANSI YAKIN Plus (Mahasiswa Penyayang Lansia


Miskin Yatim Miskin Plus Kaum Duafa) STIKES Al Irsyad Al Islamiyyah
Cilacap (2014–2016)

5. Koordinator Devisi Keagamann HIMAS1K (Himpunan S-1 Keperawatan)


STIKES Al Irsyad Al Islamiyyah Cilacap (2013–2015)

6. Koordinator Divisi Keagamaan KDA STIKES Al Irsyad Al


IslamiyyahCilacap (2014–2015)

7. Pengurus Asrama Siti Aisyah STIKES Al Irsyad Al Islamiyyah Cilacap


(2014–2015)

8. Komisi II Aspirasi Dan Riset SENAT Mahasiswa STIKES Al Irsyad Al


Islamiyyah Cilacap (2017–sekarang)
Lembar Konsul

Anda mungkin juga menyukai