Anda di halaman 1dari 30

Format Tugas Laporan Tutorial

I. Nama : Hayatun Nufus


Nim : 19171057
Kelompok :4
Tutor : dr. Farid Bastian, M.K.M
Skenario ke- :1
Blok :5

II. Seven Jumps

Langkah I : Identifikasi Istilah

1. Antigen
Antigen adalah sebuah zat yang merangsang respon imun, terutama dalam
menghasilkan antibody.

2. Predisposisi
Predisposisi adalah kecenderungan khusus untuk menerima atau menolak sesuatu
berdasarkan pengalaman dan norma yang dimilikinya.

3. Flora Normal
Flora normal atau Mikroflora normal merupakan kumpulan mikroorganisme yang
secara alami terdapat pada tubuh manusia normal dan sehat. Umumnya berupa
bakteri, namun ada beberapa virus, jamur, dan protozoa dapat ditemukan pada orang
sehat.

4. Impetigo
Impetigo adalah salah satu contoh pioderma, yang menyerang lapisan epidermis kulit.
Impetigo berupa infeksi kulit menular yang menyebabkan terbentuknya lepuhan-
lepuhan kecil yang berisi nanah, biasanya disebabkan oleh bakteri Staphylococcus
aurus.

5. Morfologi
Morfologi adalah ilmu yang mempelajari bentuk organisme terutama hewan dan
tumbuhan yang mencakup bagian-bagiannya.

6. Bronkitis
Bronkitis yaitu peradangan yang terjadi pada saluran pernafasan/bronkus. Baik berupa
peradangan satu atau lebih bronkus dan dapat bersifat akut atau kronik.

7. Furunkel
Furunkel adalah peradangan kulit bentuknys seperti bisul, yang ditandai dengan
peradangan folikel rambut (folikulitis) yang kemudian menjalar ke jaringan bawahnya
dengan membentuk suatu abses. Bagian tubuh yang paling terkena furunkel, yaitu
wajah, leher, ketiak, bahu, bokong, dan paha.
8. Mikrobiologi
Mikrobiologi merupakan sebuah cabang ilmu biologi yang mempelajari
mikroorganisme. Objek kajiannya adalah semua makhluk hidup (organisme)
berukuran kecil untuk dapat dilihat dengan mata telanjang, khususnya bakteri, fungi,
algamikroskopik, protozoa, dan Archae.

9. Port d’etree
Port d’etree berasal dari bahasa Prancis yang berarti pintu, jalan masuk atau jalan
utama.

10. Kuman
Kuman merupakan organismemikroskopis yang bias menyebabkan penyakit dan
infeksi bila mereka masuk kedalam tubuh.

11. Bakteri
Kata bakteri berasal dari bahasa Yunani “bakterion” yang berarti batang kecil. Bakteri
merupakan mikroorganisme yang memiliki ratusan ribu spesies yang hidup pada suatu
kondisi atau daerah tertentu seperti di gurun pasir, salju/es, hingga lautan.

12. Erisipelas
Erisipelas adalah infeksi di lapisan atas kulit yang biasanya disebabkan oleh bakteri.
Infeksi ini berupa bercak di kulit yang biasanya muncul di tungkai kaki, tangan,
muka, dan jari-jari.

13. Enterotoksin
Enterotoksin merupakan toksin yang bekerja pada saluran pencernaan. Enterotoksin
adalah eksotoksin yang aktivitasnya memengaruhi usus halus, sehingga umumnya
menyebabkan sekresi cairan secara berlebihan ke dalan rongga usus, menyebabkan
diare dan muntah-muntah.

14. Tes Koagulasi


Tes koagulasi adalah pemeriksaan laboratorium yang menguji kelainan plasma. Tes
ini menilai faktor pe,bekuan seperti uji protombin, uji APTT, thombin, dan kadar
fibrinogen.

15. Tes Swab


Tes swab yaitu tes yang dilakukan untuk menguji dan menentukan pathogen dengan
sediaan seperti droplet.

Langkah II : Identifikasi Masalah

1. Apa yang terjadi dengan orang yang mengidap bronkhitis kronik ?


2. Jelaskan 2 jenis toksin pada bakteri !
3. Jelaskan faktor yang mempengaruhi pertumbuhan bakteri !
4. Jelaskan bagaimana bias bakteri dan kuman menyebabkan salah satu penyakit
di skenario?
5. Mengapa flora normal berada pada jaringan/organ tertentu ?
6. Jelaskan perbedaan antara bakteri gram positif dan bakteri gram negative !
7. Bakteri apa yang menyebabkan erisipelas?

Langkah III : Analisis Masalah

1. Apa yang terjadi dengan orang yang mengidap bronkhitis kronik ?

Bronkitis kronis membuat tubuh memproduksi dahak kental, dan memicu batuk
pada penderitanya. Batuk yang berlangsung terasa semakin parah, seiring rusaknya
rambut-rambut kecil (silia) pada penderita bronkitis akut. Peradangan bronkus terus-
menerus pada penderita bronkitis kronis dapat mengganggu sistem pernapasan.
Bronkitis yang semakin parah, akan menyulitkan penderitanya untuk bernapas.
- Gejala dan Penyebab Bronkitis

Gejala bronkitis adalah batuk, yang dapat disertai sesak napas dan sakit
tenggorokan. Pada kasus yang parah, batuk dapat menyebabkan nyeri dada bahkan
penurunan kesadaran. Bronkitis disebabkan oleh infeksi virus, dan lebih rentan
menyerang perokok dan orang dengan sistem kekebalan tubuh lemah.

2. Jelaskan 2 jenis toksin pada bakteri !

Endotoksin adalah suatu lipopolisarida protein complex (LPS) yg bertanggung jawab


membuat bagian dari dinding sel bakteri gram negatif yang kemudian dilepaskan pada saat
kematian sel atau lisis dari bakteri tersebut. Endotoksin dikeluarkan oleh kuman hidup
dengan konsentrasi yg sangat tinggi dalam medium cair, dengan sifat imunologisnya yang
sangat antigenik, menghasilkan antitoksin dalam jumlah banyak dan dengan toksisitasnya
yang sangat toksik, eksotoksin ini dapat menimbulkan kematian meskipun dalam dosis kecil.
sedangkan eksotoksin adalh protein yang di sekresikan oleh spesies bakteri tertentu yang
menyebar ke daerah sekitarnya. Toksin ini sebagai bagian integral dari dinding sel kuman
gram negatif dan bersifat kurang toksik tetapi jika dalam dosis besar dapat menimbulkan
kematian.

3. Jelaskan faktor yang mempengaruhi pertumbuhan bakteri ?

Pertumbuhan bakteri dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik faktor biotik maupun
abiotik.

1) Faktor Biotik

Di alam, mikroba tidak dapat tumbuh dalam bentuk kultur murni melainkan tumbuh
bersama dengan mikroba lain dan membentuk suatu hubungan yang saling mempengaruhi
antar mikroba yang satu dengan lain. Hubungan yang terbentuk dapat bersifat mutualisme,
komensalisme, parasitisme, antagonisme, sinergisme, dan kompetisi.

2) Faktor Abiotik

a) Konsentrasi Nutrien

Konsentrasi nutrien sangat menentukan kecepatan transport nutrien ke dalam sel.


Pada konsentrasi rendah transport lebih sulit dilakukan sehingga mepengaruhi ketersediaan
nutrien di dalam sel.

b) Temperatur

Temperatur mempengaruhi pertumbuhan mikroba karena enzim yang menjalankan


metabolisme sangat peka terhadap temperatur. Berdasarkan temperatur minimum, optimum
dan maksimumnya mikrobadapat digolongkan kedalam 3 kelompok yaitu:

Mikroba termofilik (politermik): yaitu bakteri yang mampu tumbuh dengan batas
temperature minimum dan maksimum antara 400C sampai 800C sedangkan
temperature optimumnya 550C sampai 650C.

Mikroba mesofilik (mesotermik): yaitu bakteri yang mampu tumbuh dengan batas
temperatur antara 50C sampai 600C sedangkan temperature optimumnya antara
250C sampai 400C.
Mikroba psikrofil (oligotermik): yaitu bakteri yang mampu tumbuh pada temperature
antara 00C sampai 300C, sedangkan untuk temperature optimumnya antara 100C
sampai 200C.

c) pH

Enzim transpor elektron dan sistem transpor nutrien pada membran sel mikroba
sangat peka terhadap pH. Berdasarkan pH minimum, optimum dan maksimum untuk
pertumbuhannya, mikroba digolongkan kedalam:

Mikroba asidofilik: pH antara 2,0-5,0

Mikroba mesofilik: pH antara 5,5-8,0

Mikroba alkalifilik: pH antara 8,4- 9,5

d) Tekanan Osmosis

Konsentrasi zat terlarut akan menentukan tekanan osmosis suatu larutan . Semakin
tinggi konsentrasi zat terlarut maka semakin tinggi pula tekanan osmosis larutan tersebut,
demikian pula sebaliknya. Tekanan osmosis mempengaruhi sel mikroba karena berkaitan
dengan ketersediaan air bagi sel mikroba. Mikroba yang tahan dengan tekanan osmosis tinggi
disebut dengan mikroba osmofilik, sedangklan mikroba yang tahan dengan kadar garam
tinggi disebut dengan halofilik.

e) Oksigen (O2)

Banyak mikroba yang tidak dapat tumbuh bila tidak tersedia O2 tetapi ada pula
mikroba yang mampu tumbuh bila terdapat O2 bebas. Berdasarkan keperluan atas O2,
maka mikroba ada yang bersifat aerob, anaerob, anaerob fakultatif serta aerofil.

f) Senyawa Toksik

Ion-ion logam berat seperti Hg, Cu, Zn, Li, Pb walaupun pada keadaan yang
sangat rendah akan bersifat toksis terhadap mikroba karena ion-ion logam berat akan
bereaksi dengan gugusan senyawa selnya.
g) Radiasi

Cahaya mempunyai daya merusak kepada sel mikroba yang tidak mempunyai
pigmen fotosintesis. Jika energi radiasi diabsorpsi oleh mikrioba akan menyebabkan
terjadinya ionisasi komponen sel.

h) Bahan Antimikroba

Antimikroba merupakan salah satu contoh bakteriosida (bahan pembunuh


bakteri). Bahan antimikroba ada yang memiliki spektrum luas tetapi ada pula yang
memiliki spektrum sempit. Efektifitas kerja dari zat antimikroba dipengaruhi oleh
beberapa factor antara lain: ukuran dan volume populasi mikroba, kadar air, panas,
konsentrasi antimikroba, pH dan kandungan bahan organik.

Kehadiran zat antimikroba akan dapat mengawali terjadinya perubahan-


perubahan yang menyebabkan kematian sel tersebut diantaranya:

(1) Kerusakan pada dinding sel

Struktur dinding sel dapat dirusak dengan cara menghambat pembentukkannya


atau mengubahnya setelah selesai dibentuk.

(2) Perubahan permeabilitas sel

Membran sitoplasma mengatur keluar masuknya baha-bahan tertentu ke dalam


sel serta memelihara integritas komponen-komponen seluler. Kerusakan pada membrane
ini akan mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan sel atau menyebabkan kematian sel.

(3) Perubahan protein dan asam nukleat

Kelangsungan hidup sel sangat tergantung pada molekul-molekul protein dan


asam nukleat. Suatu kondisi/substansi yang mengubah keadaan ini seperti mendenaturasi
protein dan asam nukleat dapat merusak sel tanpa dapat diperbaiki lagi. Suhu tinggi dan
konsentrasi pekat beberapa zat kimia dapat mengakibatka koagulasi (denaturasi)
irreversible (tidak dapat balik) komponen-komponen seluler yang penting.

(4) Penghambatan kerja enzim

Sejumlah enzim yang ada di dalam sel merupakan sasaran bagi bekerjanya suatu
penghambat. Banyak zat kimia yang dapat mengganggu reaksi biokimiawi.
Penghambatan ini dapat mengakibatkan terganggunya metabolisme sehingga sel akan
mati.

(5) Penghambatan sintesis DNA, RNA, dan protein

DNA, RNA, dan protein memegang peranan yang sangat penting di dalam proses
kehidupan sel. Dengan hadirnya zat antimikroba tersebut maka akan terjadi gangguan
pada pembentukan dan fungsi dari DNA, RNA, dan protein tersebut sehingga dapat
mengakibatkan kerusakan pada sel.

4. Jelaskan bagaimana bisa bakteri dan kuman menyebabkan salah satu penyakit
di skenario ?

Untuk salah satu penyakit seperti erisipelas terjadi ketika bakteri streptokokus
grup A menyerang kulit dan memasuki kulit. Bakteri ini secara normal memang ada di
kulit dan permukaan tubuh lain tanpa menyebabkan kerusakan. Namun, ketika terdapat
peradangan di kulit, bakteri ini masuk dan menyebabkan infeksi.

5. Mengapa flora normal berada pada jaringan/organ tertentu ?

Flora normal biasanya ditemukan dibagian-bagian tubuh manusia yang kontak


langsung dengan lingkungan misalnya, kulit, hidung, mulut, usus, mata, dan telinga.
Flora normal ini diduga tropisme (pada jaringan tertentu) karena dipengaruhi
kemampuan inang dalam menyediakan nutrisi esensial bagi pertumbuhan bakteri yang
bersangkutan.

6. Jelaskan perbedaan antara bakteri gram positif dengan bakteri gram negatif ?
Perbedaan bakteri gram positif dan bakteri gram negatif adalah kandungan
senyawa peptidoglikan di dinding sel bakteri. Bakteri Gram positif memiliki dinding sel
tebal dan peptidoglikan tingkat tinggi, sehingga akan berwarna ungu saat diwarnai dalam
test Gram.

Bakteri Gram negatif memiliki dinding sel tipis dengan tingkat peptidoglikan
rendah, sehingga akan tidak berwarna saat diwarnai dalam test Gram. Perbedaan
keduanya didasarkan pada perbedaan struktur dinding sel yang berbeda dan dapat
dinyatakan oleh prosedur pewarnaan Gram. Prosedur ini ditemukan pada tahun 1884
oleh ilmuwan Denmark bernama Christian Gram dan merupakan prosedur penting dalam
klasifikasi bakteri.

7. Bakteri apa yang menyebabkan penyakit erisipelas ?

Erisipelas melibatkan sistem limfatik dermal yang prominen. Biasanya


disebabkan oleh bakteri Streptococcus.
Langkah IV : Strukturisasi
Bakteriologi

Bakteri gram positif Bakteri gram negatif

Streptococcus Satifilococcus

Kokus tunggal berbentuk batang


Organisme ini paling cepat
dan tersusun seperti rantai yang
berkembang pada suhu 37o C.
merupakan gram positif. Pada
Kolonnya dapat berwarna kuning,
biakan lama, streptococcus
merah atau jingga.
terlihat seperti gram negatif.

Bakteri gram positif


dan gram negatif
memiliki antigen dan
toksin ( Endotoksin
dan eksotoksin)


Pertumbuhan bakteri
dipengaruhi oleh
faktor biotik dan
faktor abiotik

Langkah V : Learning Objective


Tuliskan disini!
1. Jelaskan morfologi dari bakteri gram positif
2. Jelaskan struktur antigen
3. Jelaskan gambaran klinik pemeriksaan lab pencegahan dari penyebab
streptococcus
4. Jelaskan patologi dari streptococcus
5. pemeriksaan laboratorium bagi kuman stafilococcus dan streptococcus
6. Pengobatan bagi infeksi stafilocccus dan streptococcus

Langkah VII : Sintesis hasil belajar mandiri sesuai LO

1. Jelaskan morfologi dari bakteri gram positif


a. Stafilokokus
Stafilokokus adalah sel sferis gram-positif biasanya tersusun dalam kelompok seperti
anggur yang tidak teratur. Stafilokokus tumbuh dengan mudah di berbagai medium dan aktif
secara metabolik, melakukan fermentasi karbohidrat dan menghasilkan pigmen yang
bervariasi dari putih hingga kuning tua. Beberapa tipe stafilokokus merupakan flora normal
kulit dan membran mukosa manusia; tipe lainnya dapat menimbulkan supurasi, membentuk
abses, berbagai infeksi piogenik, dan bahkan septikemia yang fatal. Stafilokokus patogen
dapat menyebabkan hemolisis darah, mengkoagulasi plasma, serta menghasilkan berbagai
enzim dan toksin ekstraselular.
1) Ciri Khas Organisme
Stafilokokus adalah sel sferis, berdiameter sekitar 1 pm tersusun dalam kelompok
yang tidak teratur. Kokus tunggal, berpasangan, tetrad, dan bentuk rantai juga terlihat di
biakan cairan. Kokus yang muda memberikan pewarnaan gram-positif yang kuat; akibat
penuaan, banyak sel menjadi gram-negatif. Stafilokokus tidak motil dan tidak membentuk
spora. Bila dipengaruhi obat-obat seperti penisilin, stafilokokus lisis.
Spesies mikrokokus sering menyerupai stafilokokus. Spesies tersebut ditemukan
hidup-bebas di lingkungan dan membentuk kelompok empat atau delapan kokus yang teratur.
Koloninya dapat berwarna kuning, merah, atau jingga.
2) Biakan
Stafilokokus mudah berkembang pada sebagian besar medium bakteriologik dalam
lingkungan aerobik atau mikroaerofilik. Organisme ini paling cepat berkembang pada suhu
37o C tetapi suhu terbaik untuk menghasilkan pigmen adalah suhu ruangan (20-25o C). Koloni
pada medium padat berbentuk bulat, halus, meninggi, dan berkilau. S aureus biasanya
membentuk koloni berwarna abu-abu hingga kuning tua kecoklatan. Koloni S epidermidis
biasanya berwarna abu-abu hingga putih pada isolasi pertama; banyak koloni hanya
menghasilkan pigmen setelah inkubasi lama. Pigmen tidak dihasilkan pada keadaan anaerob
atau pada kaldu. Berbagai derajat hemolisis disebabkan oleh S aureus dan kadang-kadang
oleh spesies lainnya. Spesies Peptostreptokokus, yang merupakan kokus anaerobik, sering
menyerupai morfologi stafilokokus.
3) Sifat Pertumbuhan
Stafilokokus memproduksi katalase, yang membedakannya dengan streptokokus.
Stafilokokus memfermentasikan banyak karbohidrat secara lambat, menghasilkan asam laktat
tetapi tidak menghasilkan gas. Aktivitas proteolitik pada masing-rnasing strain sangat
bervariasi. Stafilokokus patogen menghasilkan banyak substansi ekstraselular, yang akan
diuraikan di barvah ini.
Stafilokokus relatif resistan terhadap pengeringan, panas (tahan pada suhu 50 o C
selama 30 menit), dan natrium klorida 9% tetapi mudah dihambat oleh bahan kimia tertentu,
seperti heksaklorofen 3%.
Stafilokokus memiliki sensitivitas yang berbeda-beda terhadap obat antimikroba.
Resistensi stafilokokus dibagi menjadi beberapa kelas:
Sering memproduksi p-laktamase, dikendalikan oleh plasmid, dan membuat
organisme ini resistan terhadap berbagai penisilin (penisilin G, ampicilin, tikarsilin,
piperasilin, dan obat yang serupa). Plasmid ditransmisikan melalui transduksi dan
mungkin juga melalui konjugasi.
Resistansi terhadap nafsilin (dan terhadap metisilin dan oksasilin) tidak tergantung
pada produksi plaktamase. Gen mecA yang resistan terhadap nafsilin terletak di
dalam kromosom. Mekanisme resistansi nafsilin dikaitkan dengan kekurangan atau
tidak tersedianya protein pengikat penisilin (penicillin-binding protein; PBP) pada
organisme tersebut.
Di Amerika Serikat, S aureus dianggap sensitif terhadap vankomisin jika konsentrasi
penghambat minimumnya (minimum inhibitory consentration, MIC) kurang atau
sama dengan 4 µg/mL; kerentanan intermediat jika MIC 8-16 pg/ml; dan resistan
jika MIC > 16 pg/mL. Strain S aureus dengan kerentanan intermediate terhadap
vankomisin telah diisoiasi di Jepang, Amerika Serikat, dan beberapa negara lain.
Organisme ini juga disebut sebagai uancomycin-intermediate S aureus, atau "VISA".
Organisme tersebut umumnya diisolasi dari pasien-pasien dengan infeksi kompleks
yang mendapat terapi vankomisin lama. Kegagalan terapi vankomisin sering kali
terjadi. Mekanisme resistansi berhubungan dengan peningkatan sintesis dinding sel
serta perubahan dinding sel dan bukan sebagai akibat gen uan yang ditemukan pada
enterokokus. Strain S aureus dengan kerentanan intermediate terhadap vankomisin
biasanya resistan terhadap nafsilin tetapi umumnya sensitif terhadap oksazolidinon
dan quinupristin/dalfopristin.
Resistansi yang diperantarai plasmid (plasmid-mediated resistance) terhadap
tetrasiklin, eritromisin, aminoglikosida, dan obat-obat lain sering terjadi pada
stafilokokus.
"Toleransi" menunjukkan bahwa stafilokokus dihambat oleh suatu obat tetapi tidak
dibunuh-yaitu, terdapat perbedaan besar antara konsentrasi penghambat minimal dan
konsentrasi letal minimal obat antimikroba. Pasien dengan endokarditis yang
disebabkan oleh S aureus yang toleran dapat menunjukkan .perjalanan klinis yang
lebih lama dibandingkan dengan pasien yang menderita endokarditis akibat S aureus
yang masih sensitif. Toleransi kadang-kadang terjadi akibat kurangnya aktivasi
enzim autolitik di dinding sel.
4) Variasi
Biakan stafilokokus mengandung beberapa bakteri yang berbeda dari sebagian besar
populasi dalam membentuk karakteristik koloni (ukuran koioni, pigmen, hemolisis), elaborasi
enzim, resistansi obat, dan patogenitas. Secara in vitro, ekspresi karakteristik koloni
ditentukan oleh kondisi pertumbuhan: Bila S aureus yang resistan terhadap nafsilin
diinkubasi pada agar darah pada suhu 37 o C, satu dari 107 organisme menunjukkan resistansi
terhadap nafsilin; bila diinkubasi pada agar yang mengandung natrium klorida 2-5% pada
suhu 30o C, satu dari 103 organisme resistan terhadap nafsilin.

b. Streptococcus
Streptokokus adalah bakteri sferis gram positif yang khasnya berpasangan atau
membentuk rantai selama pertumbuhannya. Organisme ini banyak terdapat di alam. Beberapa
kelompok streptokokus merupakan flora normal manusia; kelompok lainnya berhubungan
dengan penyakit-penyakit penting yang sebagian disebabkan oleh infeksi streptokokus dan
sebagian lagi karena Proses sensitisasi terhadap bakteri ini. Streptokokus menghasilkan
berbagai enzim dan substansi ekstraselular.
1) Ciri Khas Organisme
Kokus tunggal berbentuk batang atau ovoid dan tersusun seperti rantai. Kokus
membelah pada bidang yang tegak lurus sumbu panjang rantai. Anggota rantai tersebut sering
membentuk gambaran diplokokus, dan kadang-kadang terlihat bentuk seperti batang. Panjang
rantai bervariasi dan dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Streptokokus merupakan gram
positif. Namun, pada biakan lama dan bakteri yang mati, streptokoktts kehilangan gram
positifnya dan terlihat seperti gram negatif; keadaan ini dapat terjadi setelah inkubasi
semalaman.
Beberapa streptokokus menguraikan polisakarida kapsular, seperti pneumokokus.
Sebagian besar strain grup A, B, dan C menghasilkan kapsul yang terdiri dari asam
hialuronat. Kapsul paling mudah terlihat pada biakan yang masih sangat muda. Kapsul ini
mengganggu proses fagositosis. Dinding sel streptokokus mengandung protein (antigen M, T,
dan R), karbohidrat (spesifik untuk grup), dan peptidoglikan. Pili seperti rambut menonjol
menembus kapsul streptokokus grup A. Pili terdiri sebagian dari protein M dan diiapisi oleh
asam lipoteikoat. Asam lipoteikoat penting untuk perlekatan streptokokus ke sel epitel.

2) Biakan
Sebagian besar streptokokus padat sebagai koloni diskoid, biasanya berdiameter 1-
2 mm. Strain yang menghasilkan bahan kapsular sering membentuk koloni mukoid.
Koloni strain grup A yang mengilat atau suram akan dibahas di bawah. Peptostreptokokus
merupakan obligat anaerob.
3) Sifat Pertumbuhan
Energi terutama diperoleh dari penggunaan gula. Pertumbuhan streptokokus
cenderung kurang subur pada rnedium padat atau kaldu kecuali diperkaya dengan darah atau
cairan jaringan. Kebutuhan nutrisi sangat bervariasi untuk setiap spesies. Patogen manusia
paling banyak memerlukan bermacam-rnacam faktor pertumbuhan. Pertumbuhan dan
hemolisis dibantu dengan inkubasi dalam 10% CO2.
Pertumbuhan sebagian besar streptokokus hemolitik patogen paling baik pada suhu
37o C, sedangkan enterokokus grup D tumbuh paling baik pada suhu antara 15 o C dan 45o C.
Enterokokus juga dapat tumbuh pada agar dengan konsentrasi natrium klorida yang tinggi
(5,5%), dalam metilen biru 0,l%, dan dalam agar empedu-eskulin. Sebagian besar
streptokokus adalah fakultatif anaerob.
4) Variasi
Varian strain streptokokus yang sama dapat memperlihatkan bentuk koloni yang
berbeda. Keadaan ini terutama terlihat jelas pada strain grup A, yang membentuk koloni
suram atau mengilap. Koloni yang suram terdiri dari organisme yang menghasilkan banyak
protein M. Organisme ini cenderung virulen dan relatif tidak kebal terhadap fagositosis oleh
leukosit manusia. Kolor.ri yang mengilap cenderung menghasilkan sedikit protein M dan
sering tidak virulen.

2. Jelaskan struktur antigen bakteri gram positif


a. Stafilococcus
Struktur Antigen Stafilokokus mengandung polisakarida antigenik dan protein serta
substansi penting lainnya di dalam struktur dinding sel. Peptidoglikan, polimer polisakarida
yang mengandung subunit-subunit yang terangkai, merupakan eksoskelet yang kaku pada
dinding sel. Peptidoglikan dihancurkan oleh asam kuat atau pajanan terhadap lisozim. Hal ini
penting pada patogenesis infeksi: Peptidoglikan memicu produksi interleukin-l (pirogen
endogen) dan antibodi opsonik oleh monosit, dan dapat menjadi chemoattractan untuk lekosit
polimorfonuklear, yang memiliki aktivitas mirip-endotoksin, dan mengaktifkan komplemen.
Asam teikoat, yang merupakan polimer gliserol atau ribitol fosfat, berhubungan
dengan peptidoglikan dan dapat menjadi antigenik. Antibod.i anti-asam-teikoat yang dapat
dideteksi dengan difusi jel dapat ditemukan pada pasien endokarditis aktif yang disebabkan
oleh S aureus.
Protein A adalah.komponen dinding sel pada banyak strain S aureus yang berikatan
dengan bagian Fc dari molekul IgG kecuali IgG3. Bagian Fab dari IgG yang terikat dengan
protein A bebas berikatan dengan antigen spesifik. Protein A menjadi reagen yang penting
dalam imunologi dan teknologi laboratorium diagnostik; misalnya, protein A yang berikatan
dengan molekul IgG yang berhadapan secara langsung dengan antigen bakteri spesifik akan
mengaglutinasi bakteri yang memiliki antigen tersebut ("koaglutinasi").
Beberapa strain S Aureus memiliki kapsul, yang menghambat fagositosis oleh lekosit
polimorfonuklear kecuali terdapat antibodi spesifik. Sebagian besar strain S aureus
mempunyai koagulase atau faktor penggumpal, pada permukaan dinding sel; koagulase
terikat dengan fibrinogen secara nonenzimatik, sehingga menyebabkan agregasi bakteri. Uji
serologi memiliki keterbatasan dalam mengidentifikasi stafilokokus.

b. Streptococcus
Struktur Antigenik Streptokokus hemolitik dapat dibagi menjadi grup serologik (A-H,
K-U), dan grup-grup tertentu dapat dibagi menjadi beberapa tipe. Ditemukan beberapa
substansi antigenik:
ANTIGEN DINDING SEL GRUP- SPESIFIK, Karbohidrat ini terdapat di dinding sel
banyak streptokokus dan merupakan dasar pengelompokan serologi (grup Lancefield A-
H, K-U). Ekstrak dari antigen spesifik-grup untuk pengelompokan streptokokus dapat
dibuat dengan mengekstraksi biakan yang telah disentrifugasi dengan asam hidroklorida
panas, asam nitrat, atau formamida; dengan proses lisis sel streptokokus secara enzimatik
(misalnya, dengan pepsin atau tripsin); atau dengan memasukkan substansi sel ke dalam
autoklave dengan tekanan 15 Ib selama 15 menit. Spesifisitas serologik pada karbohidrat
spesifik-grup ditentukan oleh gula amino. Untuk streptokokus grup A, gula amino
tersebut adalah ramnosa-N-asetilglukosamin ; untuk grup B polisakarida ramnosa-
glukosamin; untuk grup C ramnosa-N-asetilgalaktosamin; untuk grup D asam gliserol
teikoat yang mengandung D-alanin dan glukosa; dan untuk grup F, glukopiranosil-N-
asetilgalaktosamin.
PROTEIN M, Substansi ini merupakan faktor viruiensi S pyogenes grup A yang utama.
Protein-M terlihat seperti tonjolan mirip rambut pada dinding sel streptokokus.
Streptokokus bersifat virulen bila terdapat protein M, dan apabila tidak ada antibodi
spesifik-tipe M, organisme ini mampu bertahan terhadap proses fagositosis oleh leukosit
polimorfonukiear. Streptokokus grup A yang tidak memiliki protein M tidak bersifat
virulen. Kekebalan terhadap infeksi streptokokus grup A berkaitan dengan adanya
antibodi spesifik terhadap protein M. Karena terdapat lebih dari 80 tipe protein M,
seseorang dapat mengalami infeksi berulang oleh S pyogenes grup A dengan tipe M yang
berbeda. Baik streptokokus grup B dan C memiliki gen yang bersifat homolog terhadap
gen untuk protein M dari grup A, dan protein M telah ditemukan pada streptokokus grup
G.
Molekul protein M memiliki struktur seperti batang yang melingkar-lingkar
dan memisahkan bagian-bagian yang fungsional. Struktur ini memungkinkan
serangkaian perubahan yang besar sambil tetap memelihara fungsinya, sehingga
imunodeterminan protein M dapat berubah dengan mudah. Terdapat dua kelas
struktur utama protein M, yaitu kelas I dan kelas II.
Tampaknya protein M dan mungkin antigen dinding sel streptokokus lainnya
memiliki peran penting pada patogenesis demam rematik. Membran dinding sel
streptokokus yang telah dimurnikan menginduksi antibodi yang bereaksi dengan
sarkolema jantung manusia; karakteristik reaksi silang antigen masih belum jelas.
Komponen dinding sel tipe M tertentu menginduksi antibodi yang bereaksi dengan
jaringan otot jantung. Antigenik yang terdapat pada protein M kelas I berealaisilang
dengan otot jantung manusia, dan protein M kelas I mungkin merupakan penentu
viruiensi untuk demam re marik.
ZAT T, Antigen ini tidak berhubungan dengan virulensi streptokokus. Tidak seperti
protein M, zat T tidak tahan asam dan tidak tahan panas. Zat ini diperoleh dari
streptokokus melalui pencernaan proteolitik, yang merusak protein M secara cepat. Zat T
memungkinkan pembedaan tipe-tipe streptokokus tertentu melalui aglutinasi dengan
antiserum spesifik, sedangkan tipe-tipe lainnya memiliki zat T yang sama. Antigen
permukaan lainnya disebut protein R.
NUKLEOPROTEIN, Ekstraksi protein dengan basa lemah menghasilkan campuran
protein dan zat-zat lain dengan spesifisitas serologi yang rendah, dan disebut zat P. Zat
ini kemungkinan menyusun sebagian besar badan sel streptokokus.

3. Jelaskan gambaran klinik pemeriksaan lab pencegahan dari penyebab


streptococcus
Berbagai streptokokus (streptokokus viridans, enterokokus, dll.) merupakan bagian
flora normal pada tubuh manusia. Bakteri-bakteri ini menyebabkan penyakit hanya bila
berada di bagian tubuh yang normalnya tidak didiami bakteri-bakteri ini (misalnya katup
jantung). Untuk mencegah keadaan tersebut, terutama selama pembedahan saluran napas,
saluran cerna, dan saluran kemih yang dapat mengakibatkan bakteremia sementara, obat
antimikroba sering diberikan untuk profilaksis kepada orang yang diketahui memiliki
kelainan katup jantung dan pada orang yang memakai katup jantung atau sendi
Prosrerik.
Sumber utama streptokokus grup A adalah orang yang memiiiki banyak organisme
ini. Individu dapat mengalami infeksi klinis atau subklinis atau dapat menjadi carrier yang
menularkan streptokokus secara langsung ke orang lain melalui droplet dari saluran napas
atau kulit. Sekret hidung dari orang yang membawa streptokokus β-hemolitik adalah
sumber penyebaran organisme yang paling berbahaya. Penyebaran melalui seprai,
peralatan, atau pakaian yang terkontaminasi diragukan. Ambing sapi perahan yang
terinfeksi dapat menyebabkan penyebaran streptokokus β-hemolitik secara epidemik.
Pengelompokan dan penentuan tipe streptokokus secara imunologik merupakan alat yang
bermanfaat untuk melacak jejak rantai transmisi epidemiologi.
Tindakan pengendalian terutama ditujukan pada sumber manusia:
Deteksi dan terapi antimikroba dini pada infeksi saluran napas dan infeksi kulit oleh
streptokokus grup A. Pemberantasan streptokokus secara cepat pada infeksi awal dapat
secara efektif mencegah terjadinya penyakit pascastreptokokus. Diperlukan kadar
penisilin yang adekuat di jaringan selama 10 hari (misalnya, benzatin penisilin G yang
diberikan sekali melalui intramuskular). Eritromisin merupakan aiternatif obat pilihan.
Kemoprofilaksis antistreptokokus pada orang yang menderita serangan demam rematik.
Ini meliputi pemberian satu injeksi benzatin penisilin-G secara intramuskular, setiap 3-4
minggu, atau penisilin oral atau sulfonamid oral setiap hari. Serangan pertama demam
rematik jarang menyebabkan kerusakan jantung yang besar. Namun, orang tersebut
sangat rentan terhadap infeksi ulang oleh streptokokus yang mencetuskan kekambuhan
aktivitas rematik sehingga menimbulkan kerusakan jantung. Kemoprofil4ksis pada
individu ini, terutama anak-anak, harus dilanjutkan selama bertahun-tahun.
Kemoprofilaksis tidak diberikan pada glomerulonefritis karena jumlah streptokokus tipe
nefritogenik sedikit. Terdapat pengecualian untuk kelompok keluarga yang banyak
menderita nefritis pascastreptokokus.
Pemberantasan streptokokus grup A dari carrier. Hal ini sangat penting bila carrier
berada di ruangan seperti ruang bersalin, ruang operasi, bangsal, atau ruang perawatan.
Sayangnya, sering kali sulit untuk memberantas streptokokus β-hemolitik dari carrier
permanen, dan kadang-kadang individu harus dijauhkan dari area yang "sensitif” 'selama
beberapa waktu.
Pengendalian debu, ventilasi, penyaringan udara, sinar ultraviolet, dan semprotan aerosol
diragukan efisiensinya dalam mengendalikan transmisi streptokokus. Susu harus selalu
dipasteurisasi.
Streptokokus grup B paling banyak menyebabkan sepsis neonatus pada saat ini.
Organisme ini ditularkan dari traktus genitalia ibu, yang menjadi carrier asimtomatik.
Penyakit pada neonatus dapat disebabkan oleh defisiensi antibodi ibu. Penyakit akibat
streptokokus grup B pada neonatus dapat dicegah dengan memberikan obat profilaksis
pada ibu yang biakannya positif dan pada ibu yang mengalami persalinan prematur atau
ketuban pecah yang lama.

4. Jelaskan patologi dari streptococcus


A. Penyakit yang disebabkan oleh invasi streptococcus β- hemolitik grup A
Port d'entrie menentukan gambaran klinis utama. Namun, pada setiap kasus terjadi
penyebaran infeksi secara luas dan cepat yang mengenai jaringan dan menjalar sepanjang
jalur limfatik dengan supurasi lokal yang minimal. Dari sistem limfatik, infeksi dapat
menyebar ke aliran darah.
1) Erisipelas- Jika port d'entre berada di kulit, terjadi erisipelas, dengan edema masif
kecoklatan dan tepi infeksi yang cepat melebar.
2) Selulitis- Selulitis streptokokus merupakan infeksi kulit dan jaringan subkutan akut
yang cepat menyebar. Kelainan ini terjadi setelah infeksi akibat trauma, luka bakar,
luka, atau insisi bedah. Terdapat rasa nyeri, nyeri tekan, bengkak, dan eritema.
Selulitis dibedakan dari erisipelas dengan dua temuan klinis: Pada selulitis, lesi tidak
meninggi dan batas antara jaringan yang sakit dan yang sehar tidak jelas.
3) Necrotizing fasciitis ( gangren streptokokus)- Infeksi ini mengenai jaringan
subkutan dan fascia. Nekrosis menyebar luas dengan sangat cepat di kulit dan
jaringan subkutdn. Bakteri selain streptokokus grup A juga dapat menyebabkan
necrotizing fasciitis.
4) Demam puerperalis- Jika streptokokus masuk ke dalam uterus setelah persalinan,
terjadi demam puepuralis, yang pada dasarnya merupakan septikemia yang berasal
dari luka yang terinfeksi (endometritis).
5) Sepsis- Infeksi streptokokus pada luka operasi atau luka akibat trauma dapat
mengakibatkan sepsis atau demam scarlet bedah.
B. Penyakit yang disebabkan oleh infeksi lokal S Pyogenes grup A dan produk-
produknya
1) Nyeri tenggorok streptokokus- Infeksi tersering akibat streptokokus β-hemolitik
adalah nyeri tenggorok streptokokus. Streptokokus grup A yang virulen menempel pada
epitei faring dengan pili permukaan yang dilapisi oleh asam lipoteikoat. Fibronektin
glikoprotein (BM 440.000) pada sel epitel mungkin bertindak sebagai ligan asam lipoteikoat.
Pada bayi dan anak kecil, penyakit ini timbul sebagai nasofaringitis subakut dengan sekret
serosa yang encer dan demam ringan tetapi dengan kecenderungan terjadi penyebaran infeksi
ke telinga tengah, rnastoid, dan selaput otak. Pneumonia yang disebabkan oleh streptokokus
B-hemolitikus biasanya berkembang dengan cepat dan berat; pneumonia ini paling sering
terjadi sebagai sequela penyakit virus, contohnya, influenza atau campak, yang tampaknya
sangat me ningkatkan kerentanan.
2) Pioderma streptokokus- lnfeksi lokal pada lapisan kulit superfisial, khususnya
pada anak, disebut impetigo. Infeksi ini ditandai dengan lepuh superfisial yang mudah pecah
dan permukaan daerah yang mengalami erosi terbuka ditutupi oleh pus dan krusta. Penyakit
ini menyebar ke tempat yang berdekatan dan bersifat sangat menular, terutama di iklim yang
panas dan lembap. Infeiksi yang lebih meluas terjadi pada kulit yang terkena eksema atau
kulit yang terluka atau pada luka bakar, dan dapat berkembang menjadi selulitis. Infeksi kulit
akibat streptokokus grup A sering disebabkan oieh tipe M 49, 57 dan 59-6I dan dapat
mengakibatkan glomerulonefritis tapi jarang mengakibatkan demam rematik.

C. Endokarditis Infektif
1) Endokarditis akut- selama bakteremia, streptokokus hemolitik, pneumokokus, atau
bakteri lain dapat menempel pada katup jantung yang normal atau yang sebelumnya telah
rusak dan mengakibatkan endokarditis akut. Destruksi cepat pada katup jantung sering
menyebabkan gagal jantung yang fatal dalam beberapa hari atau minggu kecuali prostesis
dapat dipasang selama terapi. antimikroba. S aureus dan basil gram negatif kadang-kadang
juga menimbulkan penyakit ini, terutama pada pengguna narkotika. Pasien dengan katup
jantung prostetik memiliki risiko khusus.
2) Endokarditis subakut- Endokarditis subakut sering mengenai katup yang abnormal
(deformitas kongenital dan lesi rematik atau aterosklerotik). Meskipun setiap organisme
yang masuk ke aliran darah dapat menetap pada lesi trombosis yang timbul pada endotel
yang cedera akibat stres sirkulasi, endokarditis subakut paling sering disebabkan oleh flora
normal saluran napas atau saluran cerna yang secara tidak sengaja masuk ke peredaran
darah. Setelah ekstraksi gigi, sedikitnya 30% pasien mengalami bakteremia streptokokus
viridans. Streptokokus ini, merupakan organisme yang paling banyak di saluran napas atas
dan juga merupakan penyebab tersering endokarditis bakterial subakut.

D. Infeksi Streptococcus Grup A Invasif, Sindrom Syok Toksik Streptokokus, dan


Demam Scarlet
Infeksi streptokokus grup A yang invasif dan fulminan dengan sindrom syok toksik
streptokokus ditandai dengan syok, bakteremia, gagal napas, dan kegagalan multi-organ.
Terjadi kematian pada sekitar 30% pasien. Infeksi cenderung terjadi setelah traurma minor
tidak terkecuali pada orang yang sehat dengan beberapa infeksi jaringan lunak. Infeksi
tersebut dapat berupa nerotizing fasciitis, miositis, dan infelai pada jaringan lunak di tempat
lain.
E. Infeksi Lain
Berbagai streptokokus, khususnya enterokokus, dapat menyebabkan infeksi saluran
kemih. Streptokokus anaerob (peptostreptococcus) terdapat di traktus genitalia perempuan,
mulut, dan usus yang normal. Organisme tersebut dapat menimbulkan lesi supuratif, kadang-
kadang sendirian tetapi paling sering bersama-sama dengan organisme anaerob lain, terutama
Bacteroides. Infeksi seperti ini dapat timbul di dalam luka, payudara, endometritis
pascapartum, setelah ruptur viskus abdominal, atau supurasi kronik pada paru. Pus biasanya
berbau busuk. Berbagai streptokokus lain (grup C-L dan O) yang biasanya ditemukan pada
hewan lain kadang-kadang juga dapat menyebabkan infeksi pada manusia.
Streptokokus grup B merupakan bagian flora normal vagina pada 5-25% wanita.
Infeksi streptokokus grup B selama satu bulan pertama setelah kelahiran dapat menimbulkan
sepsis fulminan, meningitis, atau sindrom gawat napas. Pemberian ampisilin intravena pada
masa intrapartum tampaknya menghambat kolonisasi pada bayi dengan ibu carrier
streptokokus grup B.

5. Pemeriksaan laboratorium bagi kuman Stafilococcus dan Streptococcus


Stafilococcus
Uji Laboratorium Diagnostik
A. SPESIMEN, Usapan permukaan, pus, darah, aspirat trakea, cairan spinal untuk biakan,
tergantung pada lokalisasi proses.
B. SEDIAAN APUS
Stafilokokus yang khas terlihat pada pewarnaan apusan pus atau sputum. Tidak
mungkin membedakan organisme saprofitik (S epidermidis) dengan organisme patogen (S
aureus) berdasarkan sediaan apus.
C. BIAKAN
Spesimen yang ditanam di cawan agar darah membentuk koloni yang khas dalam
18 jam pada suhu 37o C, tetapi tidak menghasilkan pigmen dan hemolisis sampai beberapa
hari kemudian dan dengan suhu ruangan yang optimal. S aureus memfermentasikan
manitol, tetapi stafilokokus lainnya tidak. Spesimen yang terkontaminasi dengan flora
campuran dapat dibiakkan di medium yang mengandung NaCl 7,5%; garam menghambat
pertumbuhan sebagian besar flora normal tetapi tidak menghambat S Aureus. Agar garam
manitol digunakan untuk memindai S aureus yang berasal dari hidung.
E. UJI KATALASE
Setetes larutan hidrogen peroksida diletakkan di gelas objek, dan sedikit
pertumbuhan bakteri yang diletakkan di dalam larutan tersebut. Terbentuknya gelembung
(pelepasan oksigen) menandakan uji yang positif. Uji ini juga dapat dilakukan dengan
menuangkan larutan hidrogen peroksida di atas bakteri yang tumbuh subur di agar miring
dan meneliti gelembung yang muncul.
F. UJI KOAGULASE
Piasma kelinci (atau manusia) yang mengandung sitrat dan diencerkan 1:5,
dicampur dengan biakan kaldu atau pertumbuhan koloni pada agar dengan volume yang
sama dan diinkubasi pada suhu 37o C. Tabung plasma yang dicampur dengan kaldu steril
disertakan sebagai kontrol. Jika terbentuk bekuan dalam l-4 jam, tes ini positif.
Stafilokokus koagulase-positif dianggap patogen bagi manusia; namun, stafilokokus
koagulase-positif pada anjing (Staphylococcus intermedius) dan lumba-lumba
(Staphylococcus delphini) jarang menyebabkan penyakit pada manusia. Infeksi pada
peralatan protesis dapat disebabkan oleh organisme koagulase-negatif, kelompok S
epidermidis.
G. UJI SENSITIVITAS
Uji sensitivitas dengan menggunakan pengenceran mikro kaldu atau uji
sensitivitas lempeng difusi (disk diffision) seharusnya rutin dilakukan pada isolat
stafilokokus dari infeksi yang bermakna secara klinis. Resistansi terhadap penisilin G
dapat dilihat dengan uji β-laktamase yang positif; sekitar 90% S aureus menghasilkan β-
laktamase. Resistansi terhadap nafsilin (serta oksasilin dan metisiiin) terjadi pada sekitar
20% isolat S aureus dan sekitar 75% S epidermidis. Resitensi nafsiiin berkaitan dengan
adanya mecA, gen yang mengode protein pengikat penisilin (PBP 2a) tidak terpengaruh
oleh obat-obat tersebut. Gen ini dapat dideteksi dengan menggunakan teknik polymerase
chain reaction, tetapi teknik tersebut mungkin tidak perlu dilakukan karena stafilokokus
yang tumbuh pada agar Mueller-Hinton yang mengandung NaCl 4% dan 6 µg/ml okasilin
biasanya menunjukkan mecA-postrif dan resistan terhadap oksasilin. Seiain itu, terdapat
pemeriksaan untuk produk gen mecA, PBP 2a yang tersedia di pasaran dan lebih cepat
dibandingkan dengan pemeriksaan mecA yang menggunakan teknik PCR atau daripada
pemeriksaan resistansi yang menggunakan biakan pada agar garam yang mengandung
oksasilin.
H. UJI SEROLOGI DAN PENENTUAN TIPE
Uji serologi untuk mendiagnosis infeksi S aureus sangat tidak praktis. Pola
sensitivitas antibiotik membantu menelusuri infeki S aureus dan menentukan apakah
berbagai isolat S epidermidis dari biakan darah menunjukkan bakteremia akibat strain
yang sama, yang berasal dari suatu tempat infeksi. Teknik penentuan tipe secara molekular
telah digunakan untuk mendokumentasikan penyebaran penyakit epidemik-akibat klon S
aureus.

Streptococcus
Uji Laboratorium Diagnostik
A. SPESIMEN
Spesimen diambil sesuai asal infeksi streptokokus. Usapan tenggorok, pus, atau darah
diambil untuk biakan. Serum diambil untuk penentuan antibodi.
B. SEDIAAN APUS
Sediaan apus dari pus lebih sering memperlihatkan kokus tunggal atau berpasangan
daripada rantai yang jelas. Kokus kadang-kadang bersifat gram negatif karena organisme
tidak lagi aktif (non viable) dan kehilangan kemampuannya untuk menahan pewarnaan
biru (kristal violet) sehingga tidak menjadi gram-positif. Jika Sediaan apus
memperlihatkan streptokokus tetapi tidak tumbuh pada biakan, harus dicurigai organisme
anaerob. Sediaan usap tenggorok jarang membantu karena streptokokus (viridans) selalu
ada dan terlihat serupa dengan streptokokus grup A pada sediaan yang diwarnai.
C. BIAKAN
Spesimen yang dicurigai mengandung streptococcus dibiakkan pada lempeng adar
darah. Jika diduga ada organisme anaerob, medium anaerob yang sesuai juga harus
inokulasikan. Inkubasi dalam 10% CO, sering mempercepat hemolisis. Penggoresan
inokulum ke dalam agar darah juga memberikan efek serupa, karena oksigen tidak dapat
dengan mudah berdifusi menembus medium untuk mencapai tempat organisme tertanam
di dalamnya, dan oksigenlah yang menginaktivasi streptolisin O.
Biakan darah akan menumbuhkan streptokokus hemolitik grup A (misalnya pada
sepsis) dalam beberapa jam atau hari. Streptokokus α-hemolitik dan enterococcus tertentu
mungkin tumbuh secara lambat, sehingga biakan darah pada kasus yang dicurigai
endokarditis kadang-kadang tidak menunjukkan hasil positif dalam beberapa hari.
Derajat dan jenis hemolisis (dan bentuk koloni) dapat membantu meletakkan
organisme pada kelompok yang tepat. Streptokokus grup A dapat segera diidentifikasi
melalui tes fluoresens antibodi, tes PYR, dan tes spesifik yang cepat untuk antigen
spesifik-grup A. Pengelompokkan dan penentuan jenis secara serologi dengan tes
presipitin atau tes koagulasi harus dilakukan bila diperlukan klasifikasi yang pasti dan
untuk alasan epidemiologik. Streptokokus yang termasuk dalam grup A dapat juga
diidentifikasi secara perkiraan dengan menghambat pertumbuhannya menggunakan
basitrasin, tetapi hal ini sebaiknya hanya digunakan bila pemerilsaan definitif lain tidak
tersedia.
D. UJI DETEKSI ANTIGEN
Beberapa alat komersial tersedia untuk menguji antigen streptokokus grup A dari
usapan tenggorok secara cepat. Peralatan ini menggunakan metode enzimatik atau kimiawi
untuk mengekstraksi antigen dari usapan, lalu menggunakan EIA atau tes aglutinasi untuk
menunjukkan adanya antigen. Tes ini dapat selesai dalam beberapa menit atau jam setelah
spesimen diambil. Sensitivitas tes ini adalah 60-90% dan spesifisitasnya 98-99% bila
dibandingkan dengan metode biakan. Tes ini lebih cepat daripada biakan.
E. PEMERIKSAAN SEROLOGI
Peningkatan titer antibodi terhadap berbagai antigen streptokokus grup A dapat
dihitung. Antibodi tersebut antara lain adalah antistreptolisin O (ASO), khususnya pada
penyakit pernapasan; anti-Dnase dan antihialuronidase, khususnya pada infeksi kulit;
antistreptokinase; antibodi spesifik tipe anti-M; dan lain-lain. Di antara semua ini, yang
paling sering digunakan adalah titer anti-ASC).
6. Pengobatan bagi infeksi Streptococcus dan Stafilococcus
a) Streptococcus
Pengobatan Semua streptokokus β-hemolitik grup A sensitif terhadap penisilin-G, dan
paling sensitif terhadap eritromisin. Beberapa di antaranya resistan terhadap tetrasiklin.
Sensitivitas streptokokus α-hemolitik dan enterokokus terhadap obat antimikroba bervariasi.
Khususnya pada endokarditis bakterial, tes sensitivitas antibiotik berguna untuk menentukan
obat yang dapat digunakan agar pengobatan optimal. Aminoglikosida sering meningkatkan
daya bakterisidal penisilin terhadap streptokokus, terutama enterokokus.
Obat antimikroba tidak memberikan efek pada glomerulonefritis dan demam rematik
yang telah terjadi. Namun, pada infeksi streptokokus akut, setiap upaya harus dilakukan
untuk segera memberantas streptokokus dari pasien, menghilangkan rangsangan antigenik
(sebelum hari ke-8) sehingga dapat mencegah penyakit pascastreptokokus. Dosis penisilin
dan eritromisin yang menghasilkan kadar efektif di jaringan selama 10 hari biasanya dapat
memberantas streptokokus. Obat antimikroba juga sangat bermanfaat mencegah infeksi ulang
oleh streptokokus β-hemolitik grup A pada penderita demam rematik.

b) Stafilococcus
Pengobatan Sebagian besar orang memiliki stafilokokus pada kulit dan di dalam
hidung atau tenggorok. Bahkan jika kulit dapat dibersihkan dari stafilokokus (seperti pada
elaema), akan segera terjadi reinfeksi oleh droplet. Karena organisme patogen umumnya
menyebar dari satu lesi (rnisalnya furunkel) ke daerah kulit lain melalui jari tangan atau
pakaian, pemberian antiseptik lokal secara hati-hati sangat penting untuk mengontrol
rekurensi furunkulosis.
Infeksi kulit multipel yang serius (akne, furunkulosis) paling sering terjadi pada
para remaja. Infeksi kulit yang serupa terjadi pada pasien yang menggunakan
kortikosteroid dalam jangka panjang. Pada akne, lipase stafilokokus dan korinebakterium
melepaskan asam lemak dari lemak dan menimbulkan iritasi jaringan. Tetrasiklin
digunakan untuk terapi jangka panjang.
Abses dan lesi supuratif tertutup lainnya diobati dengan drainase, tindakan yang
penting, dan pemberian terapi antimikroba. Banyak obat antimikroba mempunyai
beberapa efek yang melawan stafilokokus secara in vitro. Namun, sulit untuk membasmi
stafilokokus patogen dari pasien yang terinfeksi, karena organisme ini sangat cepat
menjadi resistan terhadap berbagai obat antimikroba dan obat tersebut tidak dapat bekerja
pada bagian pusat nektotik lesi supuratif. S aureus pada keadaan carrier juga sangat sukar
dibasmi.
Osteomielitis hematogen akut memberikan respons yang baik terhadap obat
antimikroba. Pada osteomielitis kronik dan berulang, drainase bedah dan pengangkatan
tulang yang mati disertai dengan pemberian obat antimikroba yang sesuai dalam jangka
panjang, tetapi pembasmian stafilokokus tetap sulit dilakukan. Oksigen hiperbarik dan
penggunaan flap miokutan dengan vaskularisasi sangat membantu penyembuhan pada
osteomielitis kronik.
Rubrik Penilaian Tutorial Online
2 1 0
Langkah I-IV seven jumps Langkah I-IV seven jumps Tidak membahas pokok
searah, sesuai pokok keluar dari pokok bahasan bahasan
bahasan tapi masih sesuai tema
Langkah V: Seluruh LO Langkah V; hanya Langkah V; tidak mengenai
terpenuhi disertai memenuhi 2-3 LO LO sama sekali
penambahan LO sesuai
pokok bahasan
Seluruh hasil sintesis valid, Hasil sintesis ada yang valid Seluruh sintesis tidak valid
sesuai referensi ada yang tidak atau tidak menyebutkan
referensi
Seluruh pembahasan sintesis Sebagian pembahasan Pembahasan sama sekali
sesuai LO sintesis sesuai LO tidak sesuai LO
Pembahasan sintesis tidak Dijumpai plagiat sebagian Plagiat total
plagiat dengan teman kelompok

Penilaian Tutorial : total poin x 10


Nilai :

Anda mungkin juga menyukai