1. Antigen
Antigen adalah sebuah zat yang merangsang respon imun, terutama dalam
menghasilkan antibody.
2. Predisposisi
Predisposisi adalah kecenderungan khusus untuk menerima atau menolak sesuatu
berdasarkan pengalaman dan norma yang dimilikinya.
3. Flora Normal
Flora normal atau Mikroflora normal merupakan kumpulan mikroorganisme yang
secara alami terdapat pada tubuh manusia normal dan sehat. Umumnya berupa
bakteri, namun ada beberapa virus, jamur, dan protozoa dapat ditemukan pada orang
sehat.
4. Impetigo
Impetigo adalah salah satu contoh pioderma, yang menyerang lapisan epidermis kulit.
Impetigo berupa infeksi kulit menular yang menyebabkan terbentuknya lepuhan-
lepuhan kecil yang berisi nanah, biasanya disebabkan oleh bakteri Staphylococcus
aurus.
5. Morfologi
Morfologi adalah ilmu yang mempelajari bentuk organisme terutama hewan dan
tumbuhan yang mencakup bagian-bagiannya.
6. Bronkitis
Bronkitis yaitu peradangan yang terjadi pada saluran pernafasan/bronkus. Baik berupa
peradangan satu atau lebih bronkus dan dapat bersifat akut atau kronik.
7. Furunkel
Furunkel adalah peradangan kulit bentuknys seperti bisul, yang ditandai dengan
peradangan folikel rambut (folikulitis) yang kemudian menjalar ke jaringan bawahnya
dengan membentuk suatu abses. Bagian tubuh yang paling terkena furunkel, yaitu
wajah, leher, ketiak, bahu, bokong, dan paha.
8. Mikrobiologi
Mikrobiologi merupakan sebuah cabang ilmu biologi yang mempelajari
mikroorganisme. Objek kajiannya adalah semua makhluk hidup (organisme)
berukuran kecil untuk dapat dilihat dengan mata telanjang, khususnya bakteri, fungi,
algamikroskopik, protozoa, dan Archae.
9. Port d’etree
Port d’etree berasal dari bahasa Prancis yang berarti pintu, jalan masuk atau jalan
utama.
10. Kuman
Kuman merupakan organismemikroskopis yang bias menyebabkan penyakit dan
infeksi bila mereka masuk kedalam tubuh.
11. Bakteri
Kata bakteri berasal dari bahasa Yunani “bakterion” yang berarti batang kecil. Bakteri
merupakan mikroorganisme yang memiliki ratusan ribu spesies yang hidup pada suatu
kondisi atau daerah tertentu seperti di gurun pasir, salju/es, hingga lautan.
12. Erisipelas
Erisipelas adalah infeksi di lapisan atas kulit yang biasanya disebabkan oleh bakteri.
Infeksi ini berupa bercak di kulit yang biasanya muncul di tungkai kaki, tangan,
muka, dan jari-jari.
13. Enterotoksin
Enterotoksin merupakan toksin yang bekerja pada saluran pencernaan. Enterotoksin
adalah eksotoksin yang aktivitasnya memengaruhi usus halus, sehingga umumnya
menyebabkan sekresi cairan secara berlebihan ke dalan rongga usus, menyebabkan
diare dan muntah-muntah.
Bronkitis kronis membuat tubuh memproduksi dahak kental, dan memicu batuk
pada penderitanya. Batuk yang berlangsung terasa semakin parah, seiring rusaknya
rambut-rambut kecil (silia) pada penderita bronkitis akut. Peradangan bronkus terus-
menerus pada penderita bronkitis kronis dapat mengganggu sistem pernapasan.
Bronkitis yang semakin parah, akan menyulitkan penderitanya untuk bernapas.
- Gejala dan Penyebab Bronkitis
Gejala bronkitis adalah batuk, yang dapat disertai sesak napas dan sakit
tenggorokan. Pada kasus yang parah, batuk dapat menyebabkan nyeri dada bahkan
penurunan kesadaran. Bronkitis disebabkan oleh infeksi virus, dan lebih rentan
menyerang perokok dan orang dengan sistem kekebalan tubuh lemah.
Pertumbuhan bakteri dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik faktor biotik maupun
abiotik.
1) Faktor Biotik
Di alam, mikroba tidak dapat tumbuh dalam bentuk kultur murni melainkan tumbuh
bersama dengan mikroba lain dan membentuk suatu hubungan yang saling mempengaruhi
antar mikroba yang satu dengan lain. Hubungan yang terbentuk dapat bersifat mutualisme,
komensalisme, parasitisme, antagonisme, sinergisme, dan kompetisi.
2) Faktor Abiotik
a) Konsentrasi Nutrien
b) Temperatur
Mikroba termofilik (politermik): yaitu bakteri yang mampu tumbuh dengan batas
temperature minimum dan maksimum antara 400C sampai 800C sedangkan
temperature optimumnya 550C sampai 650C.
Mikroba mesofilik (mesotermik): yaitu bakteri yang mampu tumbuh dengan batas
temperatur antara 50C sampai 600C sedangkan temperature optimumnya antara
250C sampai 400C.
Mikroba psikrofil (oligotermik): yaitu bakteri yang mampu tumbuh pada temperature
antara 00C sampai 300C, sedangkan untuk temperature optimumnya antara 100C
sampai 200C.
c) pH
Enzim transpor elektron dan sistem transpor nutrien pada membran sel mikroba
sangat peka terhadap pH. Berdasarkan pH minimum, optimum dan maksimum untuk
pertumbuhannya, mikroba digolongkan kedalam:
d) Tekanan Osmosis
Konsentrasi zat terlarut akan menentukan tekanan osmosis suatu larutan . Semakin
tinggi konsentrasi zat terlarut maka semakin tinggi pula tekanan osmosis larutan tersebut,
demikian pula sebaliknya. Tekanan osmosis mempengaruhi sel mikroba karena berkaitan
dengan ketersediaan air bagi sel mikroba. Mikroba yang tahan dengan tekanan osmosis tinggi
disebut dengan mikroba osmofilik, sedangklan mikroba yang tahan dengan kadar garam
tinggi disebut dengan halofilik.
e) Oksigen (O2)
Banyak mikroba yang tidak dapat tumbuh bila tidak tersedia O2 tetapi ada pula
mikroba yang mampu tumbuh bila terdapat O2 bebas. Berdasarkan keperluan atas O2,
maka mikroba ada yang bersifat aerob, anaerob, anaerob fakultatif serta aerofil.
f) Senyawa Toksik
Ion-ion logam berat seperti Hg, Cu, Zn, Li, Pb walaupun pada keadaan yang
sangat rendah akan bersifat toksis terhadap mikroba karena ion-ion logam berat akan
bereaksi dengan gugusan senyawa selnya.
g) Radiasi
Cahaya mempunyai daya merusak kepada sel mikroba yang tidak mempunyai
pigmen fotosintesis. Jika energi radiasi diabsorpsi oleh mikrioba akan menyebabkan
terjadinya ionisasi komponen sel.
h) Bahan Antimikroba
Sejumlah enzim yang ada di dalam sel merupakan sasaran bagi bekerjanya suatu
penghambat. Banyak zat kimia yang dapat mengganggu reaksi biokimiawi.
Penghambatan ini dapat mengakibatkan terganggunya metabolisme sehingga sel akan
mati.
DNA, RNA, dan protein memegang peranan yang sangat penting di dalam proses
kehidupan sel. Dengan hadirnya zat antimikroba tersebut maka akan terjadi gangguan
pada pembentukan dan fungsi dari DNA, RNA, dan protein tersebut sehingga dapat
mengakibatkan kerusakan pada sel.
4. Jelaskan bagaimana bisa bakteri dan kuman menyebabkan salah satu penyakit
di skenario ?
Untuk salah satu penyakit seperti erisipelas terjadi ketika bakteri streptokokus
grup A menyerang kulit dan memasuki kulit. Bakteri ini secara normal memang ada di
kulit dan permukaan tubuh lain tanpa menyebabkan kerusakan. Namun, ketika terdapat
peradangan di kulit, bakteri ini masuk dan menyebabkan infeksi.
6. Jelaskan perbedaan antara bakteri gram positif dengan bakteri gram negatif ?
Perbedaan bakteri gram positif dan bakteri gram negatif adalah kandungan
senyawa peptidoglikan di dinding sel bakteri. Bakteri Gram positif memiliki dinding sel
tebal dan peptidoglikan tingkat tinggi, sehingga akan berwarna ungu saat diwarnai dalam
test Gram.
Bakteri Gram negatif memiliki dinding sel tipis dengan tingkat peptidoglikan
rendah, sehingga akan tidak berwarna saat diwarnai dalam test Gram. Perbedaan
keduanya didasarkan pada perbedaan struktur dinding sel yang berbeda dan dapat
dinyatakan oleh prosedur pewarnaan Gram. Prosedur ini ditemukan pada tahun 1884
oleh ilmuwan Denmark bernama Christian Gram dan merupakan prosedur penting dalam
klasifikasi bakteri.
Streptococcus Satifilococcus
↓
Pertumbuhan bakteri
dipengaruhi oleh
faktor biotik dan
faktor abiotik
b. Streptococcus
Streptokokus adalah bakteri sferis gram positif yang khasnya berpasangan atau
membentuk rantai selama pertumbuhannya. Organisme ini banyak terdapat di alam. Beberapa
kelompok streptokokus merupakan flora normal manusia; kelompok lainnya berhubungan
dengan penyakit-penyakit penting yang sebagian disebabkan oleh infeksi streptokokus dan
sebagian lagi karena Proses sensitisasi terhadap bakteri ini. Streptokokus menghasilkan
berbagai enzim dan substansi ekstraselular.
1) Ciri Khas Organisme
Kokus tunggal berbentuk batang atau ovoid dan tersusun seperti rantai. Kokus
membelah pada bidang yang tegak lurus sumbu panjang rantai. Anggota rantai tersebut sering
membentuk gambaran diplokokus, dan kadang-kadang terlihat bentuk seperti batang. Panjang
rantai bervariasi dan dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Streptokokus merupakan gram
positif. Namun, pada biakan lama dan bakteri yang mati, streptokoktts kehilangan gram
positifnya dan terlihat seperti gram negatif; keadaan ini dapat terjadi setelah inkubasi
semalaman.
Beberapa streptokokus menguraikan polisakarida kapsular, seperti pneumokokus.
Sebagian besar strain grup A, B, dan C menghasilkan kapsul yang terdiri dari asam
hialuronat. Kapsul paling mudah terlihat pada biakan yang masih sangat muda. Kapsul ini
mengganggu proses fagositosis. Dinding sel streptokokus mengandung protein (antigen M, T,
dan R), karbohidrat (spesifik untuk grup), dan peptidoglikan. Pili seperti rambut menonjol
menembus kapsul streptokokus grup A. Pili terdiri sebagian dari protein M dan diiapisi oleh
asam lipoteikoat. Asam lipoteikoat penting untuk perlekatan streptokokus ke sel epitel.
2) Biakan
Sebagian besar streptokokus padat sebagai koloni diskoid, biasanya berdiameter 1-
2 mm. Strain yang menghasilkan bahan kapsular sering membentuk koloni mukoid.
Koloni strain grup A yang mengilat atau suram akan dibahas di bawah. Peptostreptokokus
merupakan obligat anaerob.
3) Sifat Pertumbuhan
Energi terutama diperoleh dari penggunaan gula. Pertumbuhan streptokokus
cenderung kurang subur pada rnedium padat atau kaldu kecuali diperkaya dengan darah atau
cairan jaringan. Kebutuhan nutrisi sangat bervariasi untuk setiap spesies. Patogen manusia
paling banyak memerlukan bermacam-rnacam faktor pertumbuhan. Pertumbuhan dan
hemolisis dibantu dengan inkubasi dalam 10% CO2.
Pertumbuhan sebagian besar streptokokus hemolitik patogen paling baik pada suhu
37o C, sedangkan enterokokus grup D tumbuh paling baik pada suhu antara 15 o C dan 45o C.
Enterokokus juga dapat tumbuh pada agar dengan konsentrasi natrium klorida yang tinggi
(5,5%), dalam metilen biru 0,l%, dan dalam agar empedu-eskulin. Sebagian besar
streptokokus adalah fakultatif anaerob.
4) Variasi
Varian strain streptokokus yang sama dapat memperlihatkan bentuk koloni yang
berbeda. Keadaan ini terutama terlihat jelas pada strain grup A, yang membentuk koloni
suram atau mengilap. Koloni yang suram terdiri dari organisme yang menghasilkan banyak
protein M. Organisme ini cenderung virulen dan relatif tidak kebal terhadap fagositosis oleh
leukosit manusia. Kolor.ri yang mengilap cenderung menghasilkan sedikit protein M dan
sering tidak virulen.
b. Streptococcus
Struktur Antigenik Streptokokus hemolitik dapat dibagi menjadi grup serologik (A-H,
K-U), dan grup-grup tertentu dapat dibagi menjadi beberapa tipe. Ditemukan beberapa
substansi antigenik:
ANTIGEN DINDING SEL GRUP- SPESIFIK, Karbohidrat ini terdapat di dinding sel
banyak streptokokus dan merupakan dasar pengelompokan serologi (grup Lancefield A-
H, K-U). Ekstrak dari antigen spesifik-grup untuk pengelompokan streptokokus dapat
dibuat dengan mengekstraksi biakan yang telah disentrifugasi dengan asam hidroklorida
panas, asam nitrat, atau formamida; dengan proses lisis sel streptokokus secara enzimatik
(misalnya, dengan pepsin atau tripsin); atau dengan memasukkan substansi sel ke dalam
autoklave dengan tekanan 15 Ib selama 15 menit. Spesifisitas serologik pada karbohidrat
spesifik-grup ditentukan oleh gula amino. Untuk streptokokus grup A, gula amino
tersebut adalah ramnosa-N-asetilglukosamin ; untuk grup B polisakarida ramnosa-
glukosamin; untuk grup C ramnosa-N-asetilgalaktosamin; untuk grup D asam gliserol
teikoat yang mengandung D-alanin dan glukosa; dan untuk grup F, glukopiranosil-N-
asetilgalaktosamin.
PROTEIN M, Substansi ini merupakan faktor viruiensi S pyogenes grup A yang utama.
Protein-M terlihat seperti tonjolan mirip rambut pada dinding sel streptokokus.
Streptokokus bersifat virulen bila terdapat protein M, dan apabila tidak ada antibodi
spesifik-tipe M, organisme ini mampu bertahan terhadap proses fagositosis oleh leukosit
polimorfonukiear. Streptokokus grup A yang tidak memiliki protein M tidak bersifat
virulen. Kekebalan terhadap infeksi streptokokus grup A berkaitan dengan adanya
antibodi spesifik terhadap protein M. Karena terdapat lebih dari 80 tipe protein M,
seseorang dapat mengalami infeksi berulang oleh S pyogenes grup A dengan tipe M yang
berbeda. Baik streptokokus grup B dan C memiliki gen yang bersifat homolog terhadap
gen untuk protein M dari grup A, dan protein M telah ditemukan pada streptokokus grup
G.
Molekul protein M memiliki struktur seperti batang yang melingkar-lingkar
dan memisahkan bagian-bagian yang fungsional. Struktur ini memungkinkan
serangkaian perubahan yang besar sambil tetap memelihara fungsinya, sehingga
imunodeterminan protein M dapat berubah dengan mudah. Terdapat dua kelas
struktur utama protein M, yaitu kelas I dan kelas II.
Tampaknya protein M dan mungkin antigen dinding sel streptokokus lainnya
memiliki peran penting pada patogenesis demam rematik. Membran dinding sel
streptokokus yang telah dimurnikan menginduksi antibodi yang bereaksi dengan
sarkolema jantung manusia; karakteristik reaksi silang antigen masih belum jelas.
Komponen dinding sel tipe M tertentu menginduksi antibodi yang bereaksi dengan
jaringan otot jantung. Antigenik yang terdapat pada protein M kelas I berealaisilang
dengan otot jantung manusia, dan protein M kelas I mungkin merupakan penentu
viruiensi untuk demam re marik.
ZAT T, Antigen ini tidak berhubungan dengan virulensi streptokokus. Tidak seperti
protein M, zat T tidak tahan asam dan tidak tahan panas. Zat ini diperoleh dari
streptokokus melalui pencernaan proteolitik, yang merusak protein M secara cepat. Zat T
memungkinkan pembedaan tipe-tipe streptokokus tertentu melalui aglutinasi dengan
antiserum spesifik, sedangkan tipe-tipe lainnya memiliki zat T yang sama. Antigen
permukaan lainnya disebut protein R.
NUKLEOPROTEIN, Ekstraksi protein dengan basa lemah menghasilkan campuran
protein dan zat-zat lain dengan spesifisitas serologi yang rendah, dan disebut zat P. Zat
ini kemungkinan menyusun sebagian besar badan sel streptokokus.
C. Endokarditis Infektif
1) Endokarditis akut- selama bakteremia, streptokokus hemolitik, pneumokokus, atau
bakteri lain dapat menempel pada katup jantung yang normal atau yang sebelumnya telah
rusak dan mengakibatkan endokarditis akut. Destruksi cepat pada katup jantung sering
menyebabkan gagal jantung yang fatal dalam beberapa hari atau minggu kecuali prostesis
dapat dipasang selama terapi. antimikroba. S aureus dan basil gram negatif kadang-kadang
juga menimbulkan penyakit ini, terutama pada pengguna narkotika. Pasien dengan katup
jantung prostetik memiliki risiko khusus.
2) Endokarditis subakut- Endokarditis subakut sering mengenai katup yang abnormal
(deformitas kongenital dan lesi rematik atau aterosklerotik). Meskipun setiap organisme
yang masuk ke aliran darah dapat menetap pada lesi trombosis yang timbul pada endotel
yang cedera akibat stres sirkulasi, endokarditis subakut paling sering disebabkan oleh flora
normal saluran napas atau saluran cerna yang secara tidak sengaja masuk ke peredaran
darah. Setelah ekstraksi gigi, sedikitnya 30% pasien mengalami bakteremia streptokokus
viridans. Streptokokus ini, merupakan organisme yang paling banyak di saluran napas atas
dan juga merupakan penyebab tersering endokarditis bakterial subakut.
Streptococcus
Uji Laboratorium Diagnostik
A. SPESIMEN
Spesimen diambil sesuai asal infeksi streptokokus. Usapan tenggorok, pus, atau darah
diambil untuk biakan. Serum diambil untuk penentuan antibodi.
B. SEDIAAN APUS
Sediaan apus dari pus lebih sering memperlihatkan kokus tunggal atau berpasangan
daripada rantai yang jelas. Kokus kadang-kadang bersifat gram negatif karena organisme
tidak lagi aktif (non viable) dan kehilangan kemampuannya untuk menahan pewarnaan
biru (kristal violet) sehingga tidak menjadi gram-positif. Jika Sediaan apus
memperlihatkan streptokokus tetapi tidak tumbuh pada biakan, harus dicurigai organisme
anaerob. Sediaan usap tenggorok jarang membantu karena streptokokus (viridans) selalu
ada dan terlihat serupa dengan streptokokus grup A pada sediaan yang diwarnai.
C. BIAKAN
Spesimen yang dicurigai mengandung streptococcus dibiakkan pada lempeng adar
darah. Jika diduga ada organisme anaerob, medium anaerob yang sesuai juga harus
inokulasikan. Inkubasi dalam 10% CO, sering mempercepat hemolisis. Penggoresan
inokulum ke dalam agar darah juga memberikan efek serupa, karena oksigen tidak dapat
dengan mudah berdifusi menembus medium untuk mencapai tempat organisme tertanam
di dalamnya, dan oksigenlah yang menginaktivasi streptolisin O.
Biakan darah akan menumbuhkan streptokokus hemolitik grup A (misalnya pada
sepsis) dalam beberapa jam atau hari. Streptokokus α-hemolitik dan enterococcus tertentu
mungkin tumbuh secara lambat, sehingga biakan darah pada kasus yang dicurigai
endokarditis kadang-kadang tidak menunjukkan hasil positif dalam beberapa hari.
Derajat dan jenis hemolisis (dan bentuk koloni) dapat membantu meletakkan
organisme pada kelompok yang tepat. Streptokokus grup A dapat segera diidentifikasi
melalui tes fluoresens antibodi, tes PYR, dan tes spesifik yang cepat untuk antigen
spesifik-grup A. Pengelompokkan dan penentuan jenis secara serologi dengan tes
presipitin atau tes koagulasi harus dilakukan bila diperlukan klasifikasi yang pasti dan
untuk alasan epidemiologik. Streptokokus yang termasuk dalam grup A dapat juga
diidentifikasi secara perkiraan dengan menghambat pertumbuhannya menggunakan
basitrasin, tetapi hal ini sebaiknya hanya digunakan bila pemerilsaan definitif lain tidak
tersedia.
D. UJI DETEKSI ANTIGEN
Beberapa alat komersial tersedia untuk menguji antigen streptokokus grup A dari
usapan tenggorok secara cepat. Peralatan ini menggunakan metode enzimatik atau kimiawi
untuk mengekstraksi antigen dari usapan, lalu menggunakan EIA atau tes aglutinasi untuk
menunjukkan adanya antigen. Tes ini dapat selesai dalam beberapa menit atau jam setelah
spesimen diambil. Sensitivitas tes ini adalah 60-90% dan spesifisitasnya 98-99% bila
dibandingkan dengan metode biakan. Tes ini lebih cepat daripada biakan.
E. PEMERIKSAAN SEROLOGI
Peningkatan titer antibodi terhadap berbagai antigen streptokokus grup A dapat
dihitung. Antibodi tersebut antara lain adalah antistreptolisin O (ASO), khususnya pada
penyakit pernapasan; anti-Dnase dan antihialuronidase, khususnya pada infeksi kulit;
antistreptokinase; antibodi spesifik tipe anti-M; dan lain-lain. Di antara semua ini, yang
paling sering digunakan adalah titer anti-ASC).
6. Pengobatan bagi infeksi Streptococcus dan Stafilococcus
a) Streptococcus
Pengobatan Semua streptokokus β-hemolitik grup A sensitif terhadap penisilin-G, dan
paling sensitif terhadap eritromisin. Beberapa di antaranya resistan terhadap tetrasiklin.
Sensitivitas streptokokus α-hemolitik dan enterokokus terhadap obat antimikroba bervariasi.
Khususnya pada endokarditis bakterial, tes sensitivitas antibiotik berguna untuk menentukan
obat yang dapat digunakan agar pengobatan optimal. Aminoglikosida sering meningkatkan
daya bakterisidal penisilin terhadap streptokokus, terutama enterokokus.
Obat antimikroba tidak memberikan efek pada glomerulonefritis dan demam rematik
yang telah terjadi. Namun, pada infeksi streptokokus akut, setiap upaya harus dilakukan
untuk segera memberantas streptokokus dari pasien, menghilangkan rangsangan antigenik
(sebelum hari ke-8) sehingga dapat mencegah penyakit pascastreptokokus. Dosis penisilin
dan eritromisin yang menghasilkan kadar efektif di jaringan selama 10 hari biasanya dapat
memberantas streptokokus. Obat antimikroba juga sangat bermanfaat mencegah infeksi ulang
oleh streptokokus β-hemolitik grup A pada penderita demam rematik.
b) Stafilococcus
Pengobatan Sebagian besar orang memiliki stafilokokus pada kulit dan di dalam
hidung atau tenggorok. Bahkan jika kulit dapat dibersihkan dari stafilokokus (seperti pada
elaema), akan segera terjadi reinfeksi oleh droplet. Karena organisme patogen umumnya
menyebar dari satu lesi (rnisalnya furunkel) ke daerah kulit lain melalui jari tangan atau
pakaian, pemberian antiseptik lokal secara hati-hati sangat penting untuk mengontrol
rekurensi furunkulosis.
Infeksi kulit multipel yang serius (akne, furunkulosis) paling sering terjadi pada
para remaja. Infeksi kulit yang serupa terjadi pada pasien yang menggunakan
kortikosteroid dalam jangka panjang. Pada akne, lipase stafilokokus dan korinebakterium
melepaskan asam lemak dari lemak dan menimbulkan iritasi jaringan. Tetrasiklin
digunakan untuk terapi jangka panjang.
Abses dan lesi supuratif tertutup lainnya diobati dengan drainase, tindakan yang
penting, dan pemberian terapi antimikroba. Banyak obat antimikroba mempunyai
beberapa efek yang melawan stafilokokus secara in vitro. Namun, sulit untuk membasmi
stafilokokus patogen dari pasien yang terinfeksi, karena organisme ini sangat cepat
menjadi resistan terhadap berbagai obat antimikroba dan obat tersebut tidak dapat bekerja
pada bagian pusat nektotik lesi supuratif. S aureus pada keadaan carrier juga sangat sukar
dibasmi.
Osteomielitis hematogen akut memberikan respons yang baik terhadap obat
antimikroba. Pada osteomielitis kronik dan berulang, drainase bedah dan pengangkatan
tulang yang mati disertai dengan pemberian obat antimikroba yang sesuai dalam jangka
panjang, tetapi pembasmian stafilokokus tetap sulit dilakukan. Oksigen hiperbarik dan
penggunaan flap miokutan dengan vaskularisasi sangat membantu penyembuhan pada
osteomielitis kronik.
Rubrik Penilaian Tutorial Online
2 1 0
Langkah I-IV seven jumps Langkah I-IV seven jumps Tidak membahas pokok
searah, sesuai pokok keluar dari pokok bahasan bahasan
bahasan tapi masih sesuai tema
Langkah V: Seluruh LO Langkah V; hanya Langkah V; tidak mengenai
terpenuhi disertai memenuhi 2-3 LO LO sama sekali
penambahan LO sesuai
pokok bahasan
Seluruh hasil sintesis valid, Hasil sintesis ada yang valid Seluruh sintesis tidak valid
sesuai referensi ada yang tidak atau tidak menyebutkan
referensi
Seluruh pembahasan sintesis Sebagian pembahasan Pembahasan sama sekali
sesuai LO sintesis sesuai LO tidak sesuai LO
Pembahasan sintesis tidak Dijumpai plagiat sebagian Plagiat total
plagiat dengan teman kelompok