Anda di halaman 1dari 18

Format Tugas Laporan Tutorial

I. Nama : Hayatun Nufus


Nim : 19171057
Kelompok :4
Tutor : dr. Farid Bastian, M.K.M
Skenario ke- :3
Blok :5

II. Seven Jumps

Langkah I : Identifikasi Istilah

1. Kuman

Kuman adalah organisme mikroskopis yang bisa menyebabkan penyakit dan infeksi bila
mereka masuk ke dalam tubuh. Kuman bisa menyebar melalui tangan manusia, yaitu dari tangan yang
menyentuh benda-benda kotor.

2. Aerob obligat

Bakteri aerob secara obligat adalah bakteri yang mutlak memerlukan oksigen bebas dalam
hidupnya, membutuhkan oksigen untuk melakukan respirasi sel aerobik. Misalnya, bakteri
Nitrosomonas. Contoh lain dari bakteri ini adalah bakteri Nitrobacter, Methanimonas, Acetobacter,
dan masih banyak lagi.

3. Traktus digestivus

Traktus digestivus adalah Sistem pencernaan (digestive) atau sistem gastroinstestinal (mulai
dari mulut sampai anus) merupakan sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk menerima
makanan, mencernanya menjadi zat-zat gizi dan energi, menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah
serta membuang bagian makanan yang tidak dapat dicerna atau merupakan sisa proses tersebut dari
tubuh. Proses pencernaan ini berlangsung dengan bantuan enzim dan zat cair mulai dari mulut sampai
anus.

4. Sel raksasa

Sel raksasa adalah sel yang mempunyai ukuran yang besar dan memiliki beberapa inti
biasanya sering berbentuk granuloma. Sel raksasa juga disebut sel raksasa Langhans , sel besar
yang ditandai oleh busur inti menuju membran luar . Sel dibentuk oleh fusi sel epiteloid, yang berasal
dari sel imun yang disebut makrofag. Setelah menyatu, sel-sel ini berbagi sitoplasma yang sama , dan
nukleusnya tersusun dalam lengkungan di dekat tepi luar sel. Sel raksasa Langhans biasanya terbentuk
di pusat granuloma (agregat makrofag) dan ditemukan di tuberkel, atau fokus utama infeksi,
pada tuberkulosis , pada lesi sifilis , kusta , dan sarkoidosis., dan infeksi jamur.

5. Lesi eksudatif

Lesi eksudatif merupakan reaksi hipersensitif. Tipe eksudatif terdiri dari inflamasi yang akut
dengan edema, sel-sel leukosit polimorfonuklear dan menyusul kemudian sel-sel monosit yang
mengelilingi bakteri M. tubercolusis. Kelainan terlihat terutama pada jaringan paru dan mirip
pneumonia bakteri. Penyembuhan dapat terjadi secara sempurna sehingga seluruh eksudat
diabsorpsi atau berubah menjadi nekrosis yang luas atau berubah menjadi tipe 2 (tipe produktif).
Dalam masa eksudatif ini tuberkulin adalah positif (PDPI, 2011).

6. Sel RES

Sel Retikulo Endotel (RES) adalah Kelompok sel yang tidak bergerak dan tersebar diseluruh
jaringan. Biasanya melekat pada pembuluh darah dan pembuluh limfe. Sel Res atau retikuloendotelial
merupakan jaringan atau bagian sistem imun yang terdiri dari sel-sel fagosit yang terdapat pada
reticular connective tissue terutama adalah monosit dan makrofag.

7. Monosit

Monosit adalah jenis leukosit atau sel darah putih agranulosit yang berperan dalam fungsi
sistem kekebalan tubuh. Ini adalah leukosit terbesar, berukuran 18 μm, dan mewakili 2 hingga 8%
leukosit dalam darah. Sistem fagositosis mononuklear (SFM) terdiri dari monosit yang bersirkulasi dan
makrofag jaringan. Promonosit sumsum tulang, ketika matang, meninggalkannya, berdiferensiasi
menjadi monosit yang bersirkulasi, yang setelah 8 jam bermigrasi ke jaringan yang berbeda, di mana
mereka menjadi makrofag.
8. Cairan intra sel

Cairan intrasel adalah cairan didalam membran sel yang berisi substansi terlarut atau solut
yang penting untuk keseimbangan cairan dan elektrolit serta untuk metabolisme. Cairan intrasel
membentuk 40% berat tubuh dan banyak ditemukan ion k+.

9. Mukosa hidung

Mukosa hidung adalah suatu membran yang melapisi sebagian besar rongga hidung. Lapisan
ini berfungsi untuk membuat udara yang kita hirup menjadi lebih lembab dan hangat, selain itu
lapisan membran mukosa ini berfungsi sebagai penyaring udara. Hal ini memungkinkan udara yang
masuk ke paru-paru sudah dalam keadaan bersih.

Mukosa hidung merupakan selaput lendir yang berada dibagian atas rongga hidung, mukosa
hidung terdiri dari epitel bederet silindris dan tidak memiliki sel goblet. Pada mukosa hidung terdapat
berkas saraf n.olfaktorius (pada fila olfaltoria).
Langkah II : Identifikasi Masalah

1. Kuman apakah yang dimaksud pada pembahasan skenario kita hari ini?

2. Mengapa kuman tersebut susah diwarnai dan sulit dihapus dengan zat asam?

3. Bagaimana kuman atau bakteri tersebut menginfeksi aliran limfe, bronkus dan darah?

4. Bakteri apa saja yang termasuk bakteri aerob obligat?

5. Apakah port d'entree dari kedua bakteri tersebut sama?

6. Penyakit apa saja yang timbul akibat kuman di skenario ?

Langkah III : Analisis Masalah

Uraikan disini!

1. Kuman apakah yang dimaksud pada pembahasan skenario kita hari ini?

Dari skenario tersebut dapat disimpulkan kuman yang dimaksud adalah kuman tahan asam.
Dimana kuman pertama (aku) adalah Myobacterium Tuberculosis, dan kuman kedua (saudara nya)
adalah Myobacterium Leprae. Dimana kuman (aku) adalah myobacterium tuberculosis yang
merupakan bakteri batang tahan asam dan tidak termasuk kedalam bakteri jenis gram positif maupun
negatif. Sedangkan kuman kedua (saudaraku) adalah myobacterium leprae yang merupakan bakteri
jenis gram positif.

2. Mengapa kuman tersebut susah diwarnai dan sulit dihapus dengan zat asam?

Karena Penyusun utama dinding sel Mycobacterium tuberculosis adalah asam mikolat
merupakan asam lemak berantai panjang yang dihubungkan dengan arabinogalaktan oleh ikatan
glikolipid dan peptidoglikan oleh jembatan fosfodiester. Unsur lain yang terdapat pada dinding sel
bakteri tersebut adalah polisakarida. Struktur dinding sel yang kompleks tersebut menyebabkan
bakteri Mycobacterium tuberculosis bersifat tahan asam, yaitu apabila sekali diwarnai akan tahan
terhadap upaya penghilangan zat warna tersebut dengan larutan asam-alkohol. Bakteri
mycobakterium tuberculosis dapat diidentifikaai sebagai bakteri tahan asam dengan menggunakan
teknik pewarnaan merah ziehl neelsen.
3. Bagaimana kuman atau bakteri tersebut menginfeksi aliran limfe, bronkus dan darah ?

Pada infeksi pertama, basil tuberkel selalu menyebar dari tempat awalnya melalui aliran
limfatik menuju ke kelenjar getah bening regional. Basil dapat menyebar lebih jauh dan mencapai
aliran darah, yang selanjutnya akan menyebarkan basil ke semua organ (penyebaran milier). Aliran
darah juga dapat diinvasi oleh basil tuberkel melalui erosi vena oleh tuberkel kaseosa atau kelenjar
getah bening. Jika sebuah lesi kaseosa pecah dan mengeluarkan isinya ke dalam bronkus, Iesi tersebut
dapat diaspirasi dan menyebar ke bagian lain paru-paru atau tertelan dan masuk ke dalam lambung
dan usus.

Paru merupakan port d’entrée lebih dari 98% kasus infeksi TB. Karena ukurannya yang sangat
kecil, kuman TB dalam percik renik (droplet nuclei) yang terhirup, dapat mencapai alveolus. Masuknya
kuman TB ini akan segera diatasi oleh mekanisme imunologis non spesifik. Makrofag alveolus akan
menfagosit kuman TB dan biasanya sanggup menghancurkan sebagian besar kuman TB. Akan tetapi,
pada sebagian kecil kasus, makrofag tidak mampu menghancurkan kuman TB dan kuman akan
bereplikasi dalam makrofag. Kuman TB dalam makrofag yang terus berkembang biak, akhirnya akan
membentuk koloni di tempat tersebut. Lokasi pertama koloni kuman TB di jaringan paru disebut Fokus
Primer GOHN.

Dari focus primer, kuman TB menyebar melalui saluran limfe menuju kelenjar limfe regional,
yaitu kelenjar limfe yang mempunyai saluran limfe ke lokasi focus primer. Penyebaran ini
menyebabkan terjadinya inflamasi di saluran limfe (limfangitis) dan di kelenjar limfe (limfadenitis)
yang terkena. Jika focus primer terletak di lobus paru bawah atau tengah, kelenjar limfe yang akan
terlibat adalah kelenjar limfe parahilus, sedangkan jika focus primer terletak di apeks paru, yang akan
terlibat adalah kelenjar paratrakeal. Kompleks primer merupakan gabungan antara focus primer,
kelenjar limfe regional yang membesar (limfadenitis) dan saluran limfe yang meradang (limfangitis).

4. Bakteri apa saja yang termasuk bakteri aerob obligat?

Yang termasuk bakteri aerob obligat adalah

 Nocardia (Gram positif),

 Pseudomonas aeruginosa (Gram negatif)

 Mycobacterium tuberculosis (Acid Fast)


 Bacillus (Gram positif).

Salah satu bakteri aeorob obligat, Nocardiosis atau nocardia adalah infeksi yang disebabkan
oleh bakteri yang berasal dari tanah dan air. Bakteri ini mempengaruhi sistem saraf pusat (otak dan
sumsum tulang belakang), paru-paru, atau kulit. nocardia adalah penyakit serius dan bisa berakibat
fatal jika dibiarkan.

5. Apakah port d'entree dari kedua bakteri tersebut sama?

Port d’entree dari bakteri Tuberkulosis adalah paru, sedangkan pada skenario bakteri
saudaranya ini masuk lewat droplet cairan ingus dan lainnya yang menyerang saraf.

6. Penyakit apa saja yang timbul akibat kuman di skenario ?

Mycobacterium Tuberculosis menyebabkan penyakit Tuberculosis. Sedangkan,


Mycobacterium Leprae menyebabkan penyakit kusta.
Langkah IV : Strukturisasi

Mycobacterium

Mycobacterium
Mycobacyerium Leprae
Tuberculosis

Pewarnaan : Ziehl Neelsen Pewarnaan : Ziehl Neelsen

Bakteri batang tipis lurus Berbentuk pleomorf lurus


berukuran 0,4x3 mikron berukuran 1-8 mikron

Penyebaran : Aliran Tes tuberkulin penyakit ada 2 tipe


Lebih resisten terhadap limfatik -> kel.getah bening
-interprestasi tes (lepromatosa dan
bahan kimia -> Aliran darah ->Organ
tuberkulin tuberkuloid)
(penyebaran milier)

Komponennya: Lipid, Penyakit yang ditimbulkan


Penyakit : TBC
Protein, polisakarida yaitu Kusta atau lepra
Langkah V : Learning Objective

1. Jelaskan morfologi dan fisiologi dari bakteri mycobakterium tuberculosis dan mycobacterium
leprae!
2. Bagaimana tindakan pencegahan dari bakteri mycobacterium tuberculosis dan
mycobacterium leprae?
3. Jelaskan patogenesis dari mycobacterium tuberculosis dan mycobacterium leprae!
4. Jelaskan Virulensi/ perjalanan kuman M. Tuberkulosis di dalam tubuh
5. Jelaskan tes tuberkulin dan interprestasinya

Langkah VII : Sintesis hasil belajar mandiri sesuai LO

1. Jelaskan morfologi dan fisiologi dari bakteri mycobakterium tuberculosis dan


mycobacterium leprae!

 Morfologi dan Fisiologi Mycobacterium tuberculosis


Mycobacterium tuberculosis (mikobakterium) adalah bakteri berbentuk batang aerob yang
tidak membentuk spora. Pada jaringan, basil tuberculosis adalah bakteri batang tipis lurus berukuran
sekitar 0,4x3 μm. Mycobacterium tuberculosis pada umumnta tidak dapat diklasifikasikan menjadi
Gram-positif atau Gram-negatif. Basil tuberkulosis ditandai dengan “tahan asam”. Sifat tahan asam ini
tergantung pada integritas selubung yang terbuat dari lilin (Jawetz, 2008).
Mycobacterium tuberculosis kaya akan lipid yang terdiri dari asam mikolat (asam lemak rantai
panjang C78-C90), lilin, dan fosfat. Di dalam sel, lipid banyak terikat dengan protein dan polisakarida.
Muramil dipeptida (dari peptidoglikan) yang membuat kompleks dengan asam mikolat dapat
menyebabkan pembentukan granuloma fosfolipid penginduksi nekrosis kaseosa. Penghilangan lipid
dengan menggunakan asam yang panas menghancurkan sifat tahan asam bakteri ini, yang tergantung
dari integritas dinding sel dan adanya lipid-lipid tertentu (Jawetz, 2008).
Gambar Mikroskopis Mycobacterium tuberculosis.

Mycobacterium tubercuosis bersifat tahan asam, berbentuk batang halus, tidak bergerak,
tidak membentuk spora dan bersifat aerobic. Penguraian karbohidrat dilaksanakan melalui proses
oksidasi.
Klasifikasi Ilmiah dari Mycobacterium tuberculosis diantaranya:
Kingdom : Bacteria
Filum : Actinobacteria
Ordo : Actinomycetales
Sub ordo : Corynebacterineae
Famili : Mycobacteriaceae
Genus : Mycobacterium
Spesies : Mycobacterium tuberculosis

Sifat Pertumbuhan Mycobacterium tuberculosis


Mycobacterium tuberculosis bersifat aerob obligat dan mendapatakan energi dari oksidasi
banyak komponen karbon sederhana. Peningkatan CO2 mendukung pertumbuhan. Waktu replikasi
basilus tuberkulosis sekitar 18 jam. Bentuk saprofitik cenderung untuk tumbuh lebih cepat, untuk
berproliferasi dengan baik pada suhu 22-23oC, untuk memproduksi pigmen, dan tidak terlalu bersifat
tahan asam bila dibandingkan dengan bentuk patogennya (Jawetz, 2008).
Reaksi Terhadap Bahan Fisik dan Kimia

Mikobakterium cenderung lebih resisten terhadap bahan-bahan kimia dari pada bakteri
lainnya karena sifat hidrofobik permukaan sel nya dan pertumbuhannya yang berkelompok. Bahan
celup (misalnya, penisilin) yang bersifat bakteriostatik terhadap bakteri lain dapat dimasukkan ke
medium tanpa menghambat pertumbuhan basil tuberkulosis. Asam dan basa memungkinkan
beberapa basil tuberkel yang terpajan dapat hidup dan digunakan untuk membantu mengeleminasi
organisme pengontaminasi dan untuk “konsentrasi” spesimen klinik. Basil tuberkel tahan pengeringan
dan dapat hidup untuk waktu yang lama pada sputum yang dikeringkan.

Komponen Basil Tuberkel

Komponen berikut ini terutama ditemukan pada dinding sel. Dinding sel mikobakterium dapat
menginduksi hipersensitifitas lambat dan beberapa resistansi terhadap infeksi serta dapat
menggantikan seluruh sel mikobakterium hanya membangkitkan reaksi hipersensitifitas lambat pada
binatang yang sebelumnya disensitisasi.

A. LIPID

Mikobakterium kaya akan lipid, terdiri dari asam mikolat (asam lemak rantai panjang C78-
C90), lilin dan fosfat. Didalam sel, lipid banyak terikat dengan protein dan polisakarida. Muramil
dipeptida (dari peptidoglikan) yang membuat kompleks dengan asam mikolat dapat menyebabkan
pembentukan granuloma; fosfolipid penginduksi nekrosis kaseosa. Lipid pada beberapa hal
bertanggung jawab pada sifat tahan asamnya. Penghilangan lipid dengan menggunakan asam yang
panas menghancurkan sifat tahan asam bakteri ini, yang tergantung dari integritas dinding sel dan
adanya lipid-lipid tertentu. Sifat tahan asam juga dapat dihilangkan setelah sonikasi sel
mikobakterium. Analisis lipid oleh kromatografi gas menunjukkan pola yang dapat membantu
klasifikasi spesies yang berbeda.

B. PROTEIN

Setiap tipe mikobakterium mengandung beberapa protein yang membangkitkan reaksi


tuberkulin. Protein berikatan dengan wax fraction can, setelah injeksi, akan menginduksi sensitivitas
tuberkulin. Protein ini juga dapat merangsang pembentukan berbagai antibodi.
C. POLISAKARIDA

Mikobakterium mengandung berbagai polisakarida. Peran polisakarida dalam patogenesis


penyakit manusia tidak jelas. Polisakarida tersebut dapat menginduksi hipersensitifitas tipe cepat dan
dapat berperan sebagai antigen dalam reaksi dengan serum pasien yang terinfeksi.

 Morfologi dan Fisiologi Mycobacterium leprae


Mycobacterium leprae bukanlah bakteri penyebab infeksi saluran pernafasan kronis, namun
Mycobacteriumleprae dapat menyababkan penyakit kronis lainnya yaitu penyakit leprae.
Leprae (penyakit Hansen) adalah infeksi menahun yang terutama ditandai oleh adanya
kerusakan saraf perifer (saraf di luar otak dan medulla spinalis), kulit, selaput lendir hidung, buah zakar
(testis) dan mata.
Mycobacterium leprae, juga disebut Basillus Hansen, adalah bakteri yang menyebabkan
penyakit kusta (penyakit Hansen). Bakteri ini merupakan bakteri intraselular. Mycobacterium leprae
merupakan Gram-positif berbentuk batang. Mycobacterium leprae mirip dengan Mycobacterium
tuberculosis dalam besar dan bentuknya.
Klasifikasi Mycobacterium leprae secara taksonomi adalah sebagai berikut:
Kingdom: Bacteria
Filum: Actinobacteria
Ordo: Actinomycetales
Sub Ordo: Corynebacterineae
Famili: Mycobacteriaceae
Genus: Mycobacterium
Spesies: Mycobacterium leprae

Morfologi Mycobacterium leprae


Secara morfologi Mycobacterium leprae berbentuk pleomorf lurus dengan kedua ujung bulat
dengan ukuran panjang 1-8 mikron dan lebar 0,2 - 0,5 mikron, bersifat tahan asam, berbentuk batang
dan Gram positif, biasanya berkelompok dan ada yang tersebar satu-satu, hidup dalam sel terutama
jaringan yang bersuhu dingin seperti kulit, mukosa hidung, saraf tepi (terutama sel Schwann). Dengan
pewamaan Ziehl Neelsen termasuk golongan Basil Tahan Asam. Mycobacterium leprae tidak dapat
dikultur dalam media buatan. Kuman ini tumbuh lambat dan untuk membelah dirinya memerlukan
waktu sekitar 20-30 hari.
Gambar Pewarnaan tahan asam Mycobacterium leprae
Mycobacterium leprae ini mampu bertahan pada hembusan kering dari hidung selama 7 hari
pada suhu 20,6°C dengan kelembaban 43,7% dan 10 hari pada suhu 35,7° dengan kelembaban 77%.
M. leprae dikatakan mampu bertahan diluar tubuh manusia selama beberapa bulan pada kondisi yang
sesuai, misalnya: tanah, air. Ada juga yang mengatakan bahwa M. leprae bertahan selama beberapa
minggu (2-4 minggu) di lingkungan khususnya kondisi lembab. Kondisi ini ada di dan sekitar lingkungan
hidup pada area-area endemik. Reservoir M. leprae, selain manusia, dapat dijumpai pada hewan
armadillo, sejenis monyet dan tikus.
M. Leprae mempunyai 5 sifat khas yang banyak dikenal sebagai kriteria untuk diagnostik :
 Merupakan organisme obligat intraseluler yang tida bisa dibiakkan dalam media buatan,
 Sifat pengikat asamnya dapat diekstraksi dengan pyridine, sesuatu yang tidak pernah ditemukan
pada genus Mycobacterium lainnya,
 Merupakan satu-satunya jenis mikobakterium yang mampu mengoksidasi zat D-dihirodxy
phenylalanin,
 Merupakan satu-satunya mikobakterium yang menginvasi serta hidup dalam saraf tepi,
 Sediaan yang mengandung kuman yang utuh maupun ekstrak terlarutnya mengandung
komponen antigenik yang stabil terhadap panas, dengan aktivitas imunologik yang khas,
termasuk di antaranya dapat menimbulkan tes kulit yang positif pada penderita kusta tipe
tuberculoid dan negatif pada tipe lepromatous.

2. Bagaimana tindakan pencegahan dari bakteri mycobacterium tuberculosis dan


mycobacterium leprae?

 Pencegahan dari bakteri Mycobacterium Tuberculosis

(1) Pengobatan pasien tuberkulosis aktif dengan segera dan efektif serta tindak lanjut terhadap kontak
mereka melalui uji tuberkulin, foto rontgen sinar x, dan pengobatan yang sesuai secara seksama
adalah tujuan utama pengendalian tuberkulosis kesehatan masyarakat. Timbulnya kembali penyakit
tuberkulosis menunjukkan bahwa metode pengendallian ini belum dilakukan secara adekuat.

(2) Pengobatan obat pada orang asimtomatik yang di uji tuberkulinnya positif pada kelompok umur
yang paling rentan terhadap timbulnya komplikasi (misalnya, anak-anak) dan pada orang yang uji
tuberkulinnya positif yang harus menerima obat-obatan imunosupresif sangat mengurangi reaktivasi
infeksi.

(3) Resistansi seorang pejamu: faktor-faktor non spesifik dapat mengurangi resisstansi pejamu
sehingga membantu konfersi infeksi asimtomatik menjadi sebuah penyakit. Faktor-faktor tersebut
meliputi kelaparan, gastrektomi, dan supresi imunitas selular dengan obat (misalnya, kortikosteroid)
atau infeksi. Infeksi HIV adalah faktor resiko utama untuk tuberkulosis.

(4) imunisasi: berbagai macam basil tuberkel avirulen, terutama BCG (bacillus calmette-guerin),
organisme attenuated bovine, telah digunakan untuk menginduksi sejumlah tertentu resistansi pada
orang yang sangat terpajang dengan infeksi. Vaksinasi dengan organisme ini, sama dengan infeksi
primer dengan basil tuberkel virulen tanpa disertai bahaya dikemudian hari. Vaksin yang tersedia tidak
adekuat menurut banyak sudut pandang teknis dan biologis. Walaupun demikian, BCG diberikan
kepada anak-anak pada banyk negara. Di Amerika Serikat, BCG hanya diberikan pada orang dengan
hasil uji tuberkulin negatif yang sangat terpajan (anggota keluarga pasien tuberkulosis, petugas
kesehatan). Bukti statistik menunjukkan bahwa terjadi peningkatan resitansi untuk periode tertentu
yang muncul setelah vaksinasi BCG.

(5) eradikasi tuberkulosis pada sapi dan pasteurisasi susu telah sangat mengurangi infeksi M bivis.

 Pencegahan dari bakteri Mycobacterium Leprae

Identifikasi dan pengobatan pasien lepra adalah kunci dari pengendalian. Anak-anak dari
orangtua yang diduga dapat menularkan penyakit ini diberikan obat kemoprofilaksis sampai
pengobatan yang dibeikan kepada orangtuanya telah membuat mereka tidak menjadi infeksius. Jika
dalam suatu elompok lingkungan rumah ada yang menderita lepra lepromatosa, profilaksis seperti itu
harus diberikan pada anak-anak dalam kelompok tersebut. Vaksinasi BCG eksperimental dan vaksin M
leprae juga sedang diselidiki kegunaanya untu kontak keluarga dan mungkin untuk kontak komunitas
pada daerah endemik.
3. Jelaskan patogenesis dari mycobacterium tuberculosis dan mycobacterium leprae!

 Patogenesis Mycobacterium Tuberculosis

Mikobakterium dalam droplet berdiameter 1-5 um terhirup dan mencapai alveoli. Penyakit
disebabkan karena kehadiran dan proliferasi organisme virulen dan interaksinya dengan pejamu. Basil
avirulen yang disuntikkan (misalnya, BCG) dapat hidup hanya selama beberapa bulan atau tahun pada
pejamu normal. Resistansi dan hipersensitivitas pejamu sangat mempengaruhi perkembangan
penyakit.

 Patogenesis Mycobacterium Leprae

Awitan lepra bersifat perlahan-lahan dan tersembunyi. Lesi timbul pada jaringan tubuh yang
lebih dingin: kulit, saraf superfisial, hidung, faring, laring, mata, dan testis. Lesi kulit dapat muncul
sebagai lesi makular anestetik, pucat dan berdiameter 1-10 cm; eritema difus atau diskret, nodul
infiltrasi berdiameteer 1-5 cm, atau infiltrasi kulit difus. Gangguan neurologi terjadi karena infiltrasi
dan penebalan saraf, yang berakibat anestesia daerah yang terkena, neuritis, parestesia, ulkus tropik,
dan resorpsi tulang serta pemendekan jari-jari. Gangguan bentuk anatomi badan yang terkena terjadi
akibat adanyainfiltrasi kulit dan keterlibatan saraf pada kasus-kasus yang tidak diobati dapat menjadi
parah.

Penyakit ini dibagi menjadi dua tipe utama, lepromatosa dan tuberkuloid, dengan beberapa
stadium intermedia. Pada tipe lepromatosa, perjalanan penyakitnya progresif dan ganas, dengan lesi
kulit nodular; keterlibatan saraaf simetrik lambat; terdapat banyak basil tahan asam di lesi kulit;
bakteremia yangterus menerus; dan uji kulit lepromin yang negatif (ekstraksi jaringan lepromatosa).
Pada lepra lepromatosa, imunitas selular sangat menurun dan kkulit diinfiltrasi oleh sel T supresor.
Pada tipe tuberkuloid, perjalanan penyakitnya jinak dan tidak progresif, dengan lesi kulit makular,
keterlibatan saraf asimetrik yang parah dengan awitan yang mendadak dan pada lesi, terdapat sedikit
basil dan uji kulit lepromin yang positif. Pada lepra tuberkuloid, imunitas selularnya utuh dan kulit
diinfiltrasi dengan sel T helper.

4. Jelaskan Virulensi/ perjalanan kuman M. Tuberkulosis di dalam tubuh

Bakteri ini dikeluarkan melalui sputum dan saluran pernafasan. Infeksi terjadi melalui
muntahan atau saluran pernafasan. Lesion utama terjadi pada paru-paru dan limfoglandula.
Penyebaran penyakit TBC biasanya dimulai melalui udara yang tercemar dengan bakteri
Mycobacterium tuberculosis yang dilepaskan pada saat penderita TBC batuk. Bakteri akan masuk ke
dalam tubuh melalui inhalasi, apabila bakteri mencapai jumlah yang banyak, serta kondisi imunitas
tubuh yang lemah, maka bakeri ini akan berkembang biak di dalam paru-paru. Bakteri dapat
menginfasi ke seluruh jaringan tubuh seperti paru-paru, otak ginjal, saluran pencernaan, tulangm
kelenjar getah bening, dan jaringan tubuh lainnya melalui pembuluh darah.

Mycobacterium tuberculosis berhasil menginfeksi paru-paru, maka dengan segera akan


tumbuh koloni bakteri yang berbentuk globular (bulat). Biasanya melalui serangkaian reaksi
imunologis bakteri TBC ini akan berusaha dihambat melalui pembentukan dinding di sekeliling bakteri
itu oleh sel-sel paru. Mekanisme pembentukan dinding itu membuat jaringan di sekitarnya menjadi
jaringan parut dan bakteri TBC akan menjadi dormant (istirahat). Bentuk-bentuk dormant inilah yang
sebenarnya terlihat sebagai tuberkel pada pemeriksaan foto rontgen.

Adapun riwayat terjadinya tuberculosis dapat dibagi menjadi 2 tahap yaitu tahap infeksi
primer dan pasca primer. Infeksi primer terjadi saat seseorang terpapar pertama kali dengan kuman
TBC. Infeksi dimulai saat kuman TBC berhasil berkembang biak dengan cara pembelahan diri di paru-
paru, yang mengakibatkan peradangan di dalam paru, saluran limfe akan membawa kuman TBC ke
kelenjar limfe disekitar hilus paru, dan ini disebut sebagai kompleks primer. Kelanjutan setelah infeksi
primer tergantung kuman yang masuk dan besarnya respon daya tahan tubuh (imunitas seluler). Pada
umumnya reaksi daya tahan tubuh tersebut dapat menghentikan perkembangan kuman TBC.
Meskipun demikian, ada beberapa kuman akan menetap sebagai kuman persister atau dormant
(tidur). Kadang-kadang daya tahan tubuh tidak mampu mengehentikan perkembangan kuman,
akibatnya dalam beberapa bulan, yang bersangkutan akan menjadi penderita Tuberkulosis.

Tahap kedua yaitu Tuberkulosis Pasca Primer (Post Primary TB) biasanya terjadi setelah
beberapa bulan atau tahun sesudah infeksi primer, misalnya karena daya tahan tubuh menurun akibat
terinfeksi HIV atau status gizi yang buruk. Ciri khas dari pasca primer ini adalah kerusakan paru yang
luas dengan terjadinya kavitas atau efusi pleura. Penderita penyakit tuberculosis dapat mengalami
komplikasi dimana komplikasi ini sering terjadi pada penderita stadium lanjut. Pada tahap komplikasi,
bakteri dapat menyerang beberapa organ vital tubuh, di antaranya adalah tulang, usus, otak serta
ginjal. Bakteri TBC biasanya akan berkembang biak dengan pesat saat kondisi tubuh sedang lemah,
misalnya selagi anak terkena penyakit berat. Saat itu kekebalan tubuhnya menurun, sehingga bakteri
pun leluasa menjalankan aksinya.
Gambar 2.3.2 Penyebaran Mycobacterium tuberculosis

5. Jelaskan tes tuberkulin dan interprestasinya

Tes Tuberkulin

A. MATERIAL

Tuberkulin yang lama adalah konsentrasi filtrat kaldu tempat basil tuberkel ditumbuhkan
selama 6 minggu. Selain tuberkuloprotein reaktif, material ini mengandung berbagai macam unsur
pokok basil tuberkel lainnya dan medium pertumbuhan. Derivat protein yang dimurnikan (PPD)
diperoleh melalui fraksionasi kimiawi tuberkulin lama. PPD distandarisasi sesuai dengan reaktivitas
biologiknya sebagai “unit tuberkuln” (TU). Melalui kesepakatan internasional, TU didefinisikan sebagai
aktivitas yang terdapat didalam berat PPD Seibert yang dispesifikasi Lot No.49608 dalam bufer yang
spesifik. Ini adalah PPD-S, standart untuk tuberkulin yang harus dilawan oleh potensi semua produk
yang harus dibangun dengan assay biologik yaitu melalui ukuran reaksi pada manusia. Tuberkulin
dengan kekuatan pertama mempunyai 5 TU; dan kekuatan kedua mempunyai 250 TU. Bioequivalensi
produk PPD tidak berdasarkan pada berat material tetapi pada aktivitas perbandingan.

B. DOSIS TUBERKULIN

Tuberkulin dosis tinggi yang disuntikkan kedalam pejamu yang hipersensitif dapat
meningkatkan reaksi lokal yang berat dan timbulnya reaksi inflamasi dan nekrosis pada tempat utama
terjadinya infeksi (reaksi Lokal). Untuk alasan ini, uji tuberkulin pada survey memerlukan 5 TU; pada
orang-orang yang dicurigai mengalami hipersensitifitas yang ekstrem, uji kulit dimulai dengan 1 TU.
Material yang lebih pekat (250 TU) diberikan hanya jika reaksi terhadap 5 TU negatif. Volumenya
biasanya 0,1 ml yang disuntikkan secara intrakutan. Preparat PPD harus distabilkan dengan polisorbat
80 untuk mencegah penyerapannya pada kaca.

C. REAKSI PADA TUBERKULIN

Pada orang yang belum pernah kontak dengan mikobakterium, tidak terjadi reaksi terhadap
PPD-S, sedangkan pada orang yang mengalami infeksi primer dengan basil tuberkel, terjadi indurasi,
edema, eritema dalam waktu 24-48 jam, dan dengan reaksi yang sangat berat, bahkan terjadi nekrosis
sentral. Uji kulit harus dibaca dalam waktu 48 atau 72 jam. Dianggap positif, apabila injeksi 5 TU diikuti
dengan indurasi berdiameter 110 mm atau lebih. Hasil uji positif cenderung untuk menetap selama
beberapa hari. Reaksi yang lemah dapatmenghilang lebih cepat.

Uji tuberkulin menjadi positif dalam waktu 4-6 minggu setelah infeksi (injeksi basil avirulen).
Uji ini dapat menjadi negatif pada infeksi tuberkulosis, apabila terjadi “anergi” akibat tuberkulosis
yang sangat berat , campak, penyakit Hodgkin, sarkoidosis, AIDS atau imunosupresi. Uji tuberkulin
positif kadang-kadang dapat kembali menjadi negatif akibat pengobatan isoniazid, converter saat ini.
Setelah vaksinasi BCG, uji tuberkulin dapat menjadi positif, tetapi hal ini hanya berlangsung selama 3-
7 tahun. Hanya eliminasi basil tuberkel yang hidup yang dapat mengubah uji tuberkulin menjadi
negatif. Walaupun demikian, orang yang pernah positif PPD bertahun-tahun yang lalu dan sehat dapat
tidak memberikan hasil yang positif pada uji kulit. Ketika orang itu diuji ulang pada 2 minggu kemudian,
uji kulit PPD nya yang di “booster” dengan injeksi antigen saat ini akan memberikan ukuran positif
indurasi lagi.

D. INTERPRETASI UJI TUBERKULIN

Uji tuberkulin yang positif menandakan bahwa seorang individu pernah terinfeksi di waktu
yang lampau dan terus mengandung mikobakterium yang hidup dalam beberapa jaringan. Hal ini tidak
menandakan bahwa orang tersebut mengalami penyakit atau imunitas yang aktif terhadap penyakit.

Orang yang mempunyai hasil uji tuberkulin positif mempunyai resiko terjangkit penyakit
tuberkulosis akibat reaktivasi infeksi primer, sementara orang dengan tuberkulin negatif yang belum
pernah terinfeksi tidak mempunyai resiko seperti itu, meskipun mereka dapat terinfeksi dari sumber
eksternal.
Rubrik Penilaian Tutorial Online
2 1 0
Langkah I-IV seven jumps Langkah I-IV seven jumps Tidak membahas pokok
searah, sesuai pokok bahasan keluar dari pokok bahasan bahasan
tapi masih sesuai tema
Langkah V: Seluruh LO Langkah V; hanya memenuhi Langkah V; tidak mengenai LO
terpenuhi disertai 2-3 LO sama sekali
penambahan LO sesuai pokok
bahasan
Seluruh hasil sintesis valid, Hasil sintesis ada yang valid Seluruh sintesis tidak valid
sesuai referensi ada yang tidak atau tidak menyebutkan
referensi
Seluruh pembahasan sintesis Sebagian pembahasan Pembahasan sama sekali
sesuai LO sintesis sesuai LO tidak sesuai LO
Pembahasan sintesis tidak Dijumpai plagiat sebagian Plagiat total
plagiat dengan teman kelompok

Penilaian Tutorial : total poin x 10


Nilai :

Anda mungkin juga menyukai