Anda di halaman 1dari 98

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa perubahan hampir

di semua aspek kehidupan manusia, sehingga berbagai permasalahan yang ada akan

dapat dipecahkan jika mampu menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi.

Terjadinya berbagai perubahan dalam setiap kehidupan tersebut, di satu sisi sangat

bermanfaat bagi kehidupan manusia, akan tetapi di sisi lain perubahan tersebut telah

membawa manusia ke dalam persaingan global yang semakin ketat. Oleh karena

itu agar dapat berperan dalam persaingan, sebagai bangsa kita harus mampu

mengembangkan danmeningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM).

Menurut Bangun (2012;6) “Manajemen sumber daya manusia dapat

didefinisikan sebagai suatu proses perencanaan, pengorganisasian, penyusunan

staf, penggerakan dan pengawasan, terhadap pengadaan, pengembangan,

pemberian kompensasi, pengintegrasian, pemeliharaan, dan pemisahan tenaga kerja

untuk mencapai tujuan organisasi.

Setiap bangsa selalu berusaha meningkatkan kualitas dalam segala bidang

kehidupan. Agar hal tersebut dapat terwujud, peningkatan sumber daya manusia

secara sistematis, terarah, intensif, efektif dan efisien merupakan hal yang paling

utama yang harus dilakukan, karena hal itu persyaratan mutlak untuk bisa mencapai

tujuan pembangunan.

Dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia, pendidikan memegang

peranan yang sangat penting. Oleh karena itu, secara otomatis kualitas pendidikan

1
2

juga harus senantiasa ditingkatkan melalui berbagai program pendidikan yang

dilaksanakan secara sistematis dan terarah berdasarkan kepentingan yang mengacu

pada kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) dan dilandasi dengan

keimanan dan ketaqwaan (IMTAQ).

Dalam proses pembangunan, pendidikan memberikan kontribusi yang

sangat besar terhadap kemajuan suatu bangsa, karena pendidikan merupakan sarana

dalam membangun watak bangsa. Masyarakat yang cerdas akan memberikan

nuansa kehidupan yang cerdas pula dan secara progresif akan terbentuk sifat

mandiri. MenurutSagala (2010;172) Mutu pendidikan harus diupayakan untuk

mencapai kemajuan yang dilandasi oleh suatu perubahan terencana. Peningkatan

mutu pendidikan diperoleh melalui dua strategi yaitu peningkatan mutu pendidikan

yang beriorientasiakademisuntukmemberidasar minimal dalam perjalanan yang

harus ditempuh mencapai mutu pendidikan yang dipersyaratkan oleh tuntutan

zaman, dan peningkatan mutu pendidikan yang berorientasipadaketerampilan hidup

yang esensial yang dicakupi oleh pendidikan yang berlandaskan luas, nyata dan

bermakna. Dalam kaitan dengan strategi yang akan ditempuh, peningkatan mutu

pendidikan sangat terkait dengan relevansi pendidikan dan penilaian berdasarkan

kondisi actual mutu pendidikan tersebut. Telaah terhadap situasi aktual merupakan

titik berangkat dalam menempuh perjalanan kesituasi yang ideal yang didahului

oleh suatu batas ambang sebagai landasan minimal, dan mencakup mutu pendidikan

yang dipertanggung jawabkan serta yang ditandai oleh suatu tolak ukur sebagain

orang ideal.
3

Dalam Al-Qur’an disebutkan bahwa bumi ini membutuhkan seorang

pemimpin. Dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 30, yang artinya :

Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: "Sesungguhnya Aku

hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa

Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat

kerusakan padanya dan menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih

dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman:

"Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."

Ayat tersebut menjelaskan bahwa Allah telah menciptakan seorang

pemimpin di bumi ini. Yaitu seorang pemimpin yang adil dan bertanggung jawab.

Begitu juga dalam pelaksanaan manajemen di perusahaan, seorang pemimpin

mempunyai fungsi yang sangat menentukan kualitas suatu perusahaan.

Salah satu upaya dalam memperbaiki, yaitu dengan melaksanakan

manajemen dengan sebaik mungkin., yang salah satunya yaitu manajemen

kepemimpinan darisekolahan tersebut. Kepemimpinan merupakan suatu hal yang

sangat penting dalam peranSekolahan.

Melalui Pendidikan, siswa dipersiapkan menjadi masyarakat yang

berwawasan luas, berdaya saing baik serta cerdas sehingga kelak bias menjadi

generasi bangsa yang bermutu, berguna bagi bangsa dan negara. Mengingat

pentingnya Pendidikan maka telah banyak usaha yang dilakukan pemerintah untuk

meningkatkan mutu Pendidikan di Indonesia.

Perilaku pemimpin harus dapat mendorong kinerja para bawahannya

dengan menunjukkan rasa bersahabat, dekat dan penuh pertimbangan terhadap para
4

bawahannya, baik sebagai individu dan sebagai kelompok. Perilaku instrumental

merupakan tugas-tugas yang diorientasikan dan secara langsung diklarifikasikan

dalam peranan dan tugas-tugas para bawahannya, sebagai individu dan sebagai

kelompok. Perilaku pemimpin yang positif dapat mendorong kelompok dalam

mengarahkan dan memotivasi individu untuk bekerja sama dalam kelompok dalam

rangka mewujudkan tujuan organisasi secara efektif dan efisien.

Hal tersebut menunjukkan bahwa kepemimpinan sedikitnya mencakup tiga

hal yang saling berhubungan, yaitu adanya pemimpin dan karakteristiknya, adanya

pengikut serta adanya situasi kelompok tempat pemimpin dan pengikut

berinteraksi.

Kemampuan pemimpin untuk bisa berperan menjadi pemimpin sekaligus

manajer merupakan hal yang tidak dapat ditawar-tawar lagi, jika menginginkan

terciptanya kualitas kerja yang benar-benar berkualitas. (Hasibuan,2009).

Kepemimpinan (leadership) yang ditetapkan olehseorang manajer dalam organisasi

dapat menciptakan integrasi yang serasi dan mendoronggairah kerja pegawai untuk

mencapai sasaran yang maksimal. Pelaksanaan kepemimpinannyacenderung

menumbuhkan kepercayaan, partisipasi , loyalitas dan internal motivasi para

bawahandengan cara persuasif. Hal ini semua akan diperoleh karena kecakapan,

kemampuan danperilakunya.

Secara singkat dapat disimpulkan bahwa pemimpin merupakan pihak yang

paling berperan dalam menentukan arah kebijakan suatu lembaga oleh karena itu

profil seorang pimpinan yang profesional dalam meningkatkan mutu kualitas

lembaga pendidikan adalah sebuah kewajiban yang harus terpenuhi. Dapat


5

dikatakan bahwa apabila pimpinan baik maka baik pula perusahaantersebut, begitu

juga sebaliknya. Oleh karena itu mengutamakan manajemen kepemimpinan itu

sangat penting,

Sekolah Menengah Atas (SMA) Kanjeng Sepuh SidayuGresik, memiliki

kelebihan dalam pelaksanaan kurikulum yaitu adanya sistem Muhadhoroh yang

dilakukan setiap hari Jum’at pagi dari jam 08.00 s/d 10.00. Sedangkan sebelum

pembelajaran berlangsung, pembacaan ayat suci Al-Qur’an yang biasanya dipimpin

oleh perwakilan dari murid-murid tersebut. Selain itu sekolah tersebut juga

memadukan antara materi agama Islam dengan materi pembelajaran umum.

Sekolah tersebut juga menerapkan pembelajaran multimedia yaitu dengan

disediakan laboratorium-laboratorium seperti laboratorium sains, bahasa dan

komputer. Sistem pembelajaran dengan mengenalkan berbagai bahasa merupakan

kelebihan dari sekolah tersebut yaitu bahasa Indonesia, Inggris, dan Bahasa Arab.

Para guru juga menerapkan pembelajaran dengan alat peraga.Sekolah Menengah

Atas (SMA) Kanjeng Sepuh Sidayu Gresik tersebut mempunyai output yang

berkualitas.

Sekolah Menengah Atas (SMA) Kanjeng Sepuh Sidayu Gresik merupakan

suatu lembaga pendidikan yang mempunyai kualitas yang bagus di wilayah Sidayu.

Hal tersebut dapat dilihat dari beberapa indikasi, yaitu kurikulum pendidikan,

output, kualitas guru, minat orang tua, bangunan gedung serta fasilitas yang ada di

sekolah tersebut.Tenaga pengajar yang ada di Sekolah Menengah Atas (SMA)

Kanjeng Sepuh Sidayu Gresik merupakan tenaga yang cukup

berkualitasdilihatdarigambardibawahini, hal ini dapat dilihat bahwa guru yang ada


6

rata-rata lulusan sarjana S1, bahkan S2. Dilihat dari minat orang dalam

menyekolahkan anaknya di sekolah tersebut dapat dilihat bahwa tiap tahun ajaran

baru pendaftar yang ada selalu dalam jumlah yang tinggi dibandingkan dengan

sekolahan swasta lainnya. Namun dari pendaftar yang ada tidak semuanya diterima.

Penerimaan siswa baru dilakukan melalui tes yaitu tes potensi akademik meliputi

pelajaran umum dan tes lisan yang meliputi pembacaan ayat-ayat Al-Qur’an. Hal

ini dilakukan karena sekolah tersebut menginginkan siswa-siswa yang berkualitas

dibidang mata pelajaran umum dan agama.

60
50
40
30
20
10
0
SMA S1 S2

Jenjang pendidikan

Sumber :SmaKanjengSepuhSidayu (Data Diolah)

Gambar 1.1
JumlahGuru SesuaiMasing-Masing
Jenjang Di SmaKanjengSepuhSidayu

Sekolah Menengah Atas (SMA) Kanjeng Sepuh Sidayu Gresik dapat

dikatakan maju dapat dilihat dari bangunan fisiknya dan terutama fasilitas yang ada,

Bangunan sekolah tersebut sudah dapat dikatakan baik. Fasilitas yang ada juga

cukup memadai, misalnya tersedianya laboratorium, perpustakaan, UKS, audio


7

visual yaitu berupa speker dan LCD di setiap kelas, juga yang tidak kalah lagi

dengan adanya area Hostpot yang bisa di akses oleh para siswa dan para pengajar

di SMA tersebut.

Penelitian ini dilakukan karena sekolah tersebut menjadi rujukan bagi

sekolah-sekolah lainnya khususnya di wilayahSidayu. Untuk itu sekolah tersebut

selalu berusaha meningkatkan kualitas prestasi belajar siswa agar output lulusan

tersebut dapat mengimbangi dan bersaing di era globalisasi terutama dalam dunia

pendidikan, karena pendidikan tidak lepas dari kualitas prestasi yang didapat siswa

itu sendiri, jadi prestasi pembelajaran siswa perlu ditingkatkan dan diperhatikan

agar tujuan dari pendidikan nasional bisa terwujud.

Dari penelitian ini, peneliti mengambil obyek di Sekolah Menengah Atas

(SMA) Kanjeng Sepuh Sidayu pada kelas XI dikarenakan jumlah ketidak lulusan

Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) pada mata pelajaran Bahasa Indonesia di

kelas XI sangatlah tinggi dibandingkan di kelas X dan kelas XII

Dari sudut pandang penelitijugadiketahuibahwasannya dilingkungan

Sekolah Menengah Atas (SMA) Kanjeng Sepuh Sidayu Gresik. Adapun gaya

kepemimpinan yang dilakukan kepala sekolah terhadap bawahannya dan para siswa

terlihat ramah dan menunjukan kepedulian akan kebutuhan bawahan. Iajuga

memperlakukan semua bawahan sama dan menunjukkan tentang keberadaan

mereka, status dan kebutuhan-kebutuhan pribadi sebagai usaha untuk

mengembangkan hubungan interpersonal yang menyenangkan.


8

Tabel 1.1
Perbandingan Nilai Siswa XI Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Smester
Genap Siswa SMA Kanjeng Sepuh Sidayu Kabupaten Gresik Tahun Ajaran 2016-
2017
Nama Jumlah Belum Tuntas Tuntas
Mata Pelajaran KKM
Sekolah siswa Jumlah % Jumlah %
B. Indonesia 136 >75 26 19% 110 81%
Sma Kanjeng
Sepuh Sidayu
Matematika 136 >75 20 15% 116 85%
B. Inggris 136 >75 17 13% 119 88%
Jumlah 408 63 15% 345 85%
Sumber :Guru SmaKanjengSepuh (Data Diolah)

Tabel 1.2
Perbandingan Nilai Siswa XI Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Smester
Ganjil Siswa SMA Kanjeng Sepuh Sidayu Kabupaten Gresik Tahun Ajaran 2016-
2017

Nama Jumlah Belum Tuntas Tuntas


Mata Pelajaran KKM
Sekolah siswa Jumlah % Jumlah %
B. Indonesia 136 >75 30 22% 106 78%
Sma Kanjeng
Matematika 136 >75 17 13% 119 88%
Sepuh Sidayu
B. Inggris 136 >75 23 17% 113 83%
Jumlah 408 70 17% 338 83%
Sumber :Guru Sma Kanjeng Sepuh (Data Diolah)

Dari data table diatas menunjukan bahwa beberapa siswa masih belum bias

menuntaskan Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) dalam mata pelajaran Bahasa

Indonesia dan pada semester ganjil prosentase Kriteria Ketuntasan Minimum

(KKM) pada mata pelajaran Bahasa Indonesia bertambah sebesar 3% dari 19% naik

sebesar 22%, dan pada mata pelajaran Matematika menurun sebesar 2% dari 15%

turun menjadi 13%, dan selanjutnya pada mata pelajaran Bahasa Inggris terdapat

kenaikan prosentasi sebesar 4% dari 13% naik sebesar 17%. Dari data tersebut

prosentase Ketuntasan Belajar (KB) dalam mata pelajaran Matematika dan Bahasa

Inggris masih tergolong rendah akan tetapi pada mata pelajaran Bahasa Indonesia
9

masih ada beberapa siswa yang belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimum

(KKM) dan bertambah 3% dari semester sebelumnya yang hanya 19% naik menjadi

22% di semester selanjutnya

Menurut Winkel dalam Ghullam (2011;83) mengatakan bahwa “prestasi

belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seseorang siswa

dalam melakukan kegiatan belajar sesuai dengan bobot yang dicapainya.

Dan fenomena selanjutnya peneliti mengetahui pada mata pelajaran Bahasa

Indonesia siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) Kanjeng Sepuh Sidayu

Gresikyang terdapat di Jl. Pemuda No 75 Sidayu Gresik, hasil belajar juga

diharapkan dapat mencapai kompetensi yang diharapkan yaitu tercapainya

ketuntasan belajar minimal sebesar 75. Akan tetapi berdasarkan hasil ujian tengah

semester siswa Sma Kanjeng Sepuh Sidayu Gresik pada semester ganjil tahun

pelajaran 2016-2017 terlihat masih ada beberapa siswa yang masih belum mencapai

ketuntasan belajar minimal yang telah ditetapkan, sebagaimana terlihat dalam tabel

berikut.
10

Tabel 1.3
Rata-Rata Nilai Ulangan Harian Siswa Kelas XI Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
Smester Genap Siswa SMA Kanjeng Sepuh Sidayu Kabupaten Gresik Tahun
Ajaran 2016-2017

Nama Jumlah Belum Tuntas Tuntas


Kelas KKM
Sekolah siswa Jumlah % Jumlah %
XI-IPA 1 26 >75 5 19% 21 81%
Sma
XI-IPA 2 27 >75 7 26% 20 74%
Kanjeng
XI-IPS 1 30 >75 5 17% 25 83%
Sepuh
XI-IPS 2 34 >75 6 18% 28 82%
Sidayu
XI-BAHASA 19 >75 3 16% 16 84%
Jumlah 136 26 19% 110 81%
Sumber :Guru Mata PelajaranBahasa Indonesia SmaKanjengSepuh (Data Diolah)
Tabel 1.4
Rata-Rata Nilai Ulangan Harian Siswa Kelas XI Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
Smester Ganjil Siswa SMA Kanjeng Sepuh Sidayu Kabupaten Gresik Tahun
Ajaran 2016-2017

Nama Jumlah Belum Tuntas Tuntas


Kelas KKM
Sekolah siswa Jumlah % Jumlah %
XI-IPA 1 26 >75 7 27% 19 73%
Sma
XI-IPA 2 27 >75 6 22% 21 78%
Kanjeng
XI-IPS 1 30 >75 6 20% 24 80%
Sepuh
XI-IPS 2 34 >75 7 21% 27 79%
Sidayu
XI-BAHASA 19 >75 4 21% 15 79%
Jumlah 136 30 22% 106 78%
Sumber :Guru Mata PelajaranBahasa Indonesia SmaKanjengSepuh (Data Diolah)

Dari data diatas terlihat bahwa nilai ulangan pada mata pelajaran Bahasa

Indonesia pada siswa Kelas XI Sma Kanjeng Sepuh Sidayu Gresik masih terdapat

beberapa siswa dari setiap kelas XI yang belum mencapai KriteriaKetuntasan

Minimum (KKM) yang diharapkan, yaitu nilai sebesar 75. Sehingga siswa-siswa

tersebut masih harus mengikuti ulangan perbaikan atau remedial.

Tabel 1.5
11

Data perbandingan mata pelajaran dalam Prosentase pada kelas X, XI, XII siswa
Sekolah Menengah Atas Kanjeng Sepuh Sidayu Gresik di Smester 1 dan 2 tahun
ajaran 2016-2017

(Sumber: Diperoleh dari Sekolah Menengah Atas Kanjeng Sepuh Sidayu)

Fenomena yang terjadi di Sekolah Menengah Atas (SMA) Kanjeng Sepuh

Sidayu Kabupaten Gresik menunjukkan bahwa masih terdapat beberapa siswa yang

prestasi belajar mata pelajaran Bahasa Indonesia masih dibawah Kriteria

Ketuntasan Minimum (KKM). Mata pelajaran Bahasa Indonesia oleh sebagian

siswa masih dianggap sulit karena materi yang harus dikuasai siswa berkaitan

dengan realitas dalam kehidupan sehari-hari, seperti tata karama berbicara,

berprilaku dan sebagai alat Integrasi untuk beradaptasi terhadap lingkungan sosial,

dan selama ini materi-materi tersebut masih dijelaskan dalam tahapan pengertian

dan teori sehingga siswa masih sulit menghubungkan teori-teori tersebut dengan

realitas yang ada dalam masyarakat. Masih belum tercapainya nilai siswa sesuai

dengan Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yang ditetapkan dipengaruhi oleh

beberapa factor baik faktor internal maupun factor eksternal. Sebagaimana

pendapat sardiman (2011;38) bahwa prestasi belajar dipengaruhi oleh banyak faktor

“prestasi belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu: 1)
12

faktor dari dalam diri siswa, meliputi kemampuan yang dimilikinya, motivasi

belajar, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, sosial

ekonomi, faktor fisik dan psikis; 2) faktor yang datang dari luar diri siswa atau

faktor lingkungan, terutama kualitas pengajaran”.

Menurut Sardiman (2011;39) Faktor yang mempengaruhi Prestasi Belajar

dibagi menjadi dua yaitu Faktor Internal dan Faktor Ekstenal. Faktor Internal yang

meliputi Aspek Pisiologis (Kondisi Tubuh) dan Aspek Psikologis (Intelegensi,

Sikap, Bakat, Minat, dan Motivasi) dan Faktor Eksternal yang meliputi Faktor

Keluarga (Relasi Antar Aggota Keluarga, Pengertian Orang Tua, dan Latar

Belakang Kebudayaan), Faktor Sekolah (Metode Mengajar, Kurikulum, Relasi

Guru Dengan Siswa, Relasi Siswa Dengan Siswa, Disiplin Sekolah, Alat Pelajaran,

Waktu Sekolah, Standar Pelajaran Di Atas Ukuran, Keadaan Gedung, Metode

Belajar, Dan Tugas Rumah), dan Faktor Masyarakat (Kegiatan Siswa Dalam

Masyarakat,Media Massa, Teman Bergaul, Dan Bentuk Kehidupan Masyarakat).

Menurut Suryadi Dan M.Y. Tiyas Tinov (2013)

dalammengimplementasikan kepemiminannya kepala sekolah juga sangat

memberikan dukungan dan spirit yang penuh terhadap prestasi belajar siswa.baik

dibidang akademis, olah raga, ahklak dan budi pekerti yang baik. Dan salah satu

tugas pemimpin adalah memberikan motivasi kepada bawahan agar bawahannya

termotivasi dan mendorong para siswa untuk lebih giat lagi dalam belajar, sehingga

kemampuan para siswa dalam berprestasi tidak terlepas dari peran serta kepala

sekolah yang memotivasi guru mata pelajara umtuk mendorong siswa untuk tekun

dan giat dalam belajar.


13

Melihat fenomena bahwa masih terdapat beberapa siswa yang belum

mencapai criteria ketuntasan yang ditetapkan menjadi menarik untuk diteliti karena

dari data pada table diatas terlihat pada semester ganjil dan genap. Di smester ganjil

dan genap dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia masih banyak yang belum

menuntaskan Kriteria Kelulusan Minimum (KKM) dengan jumlah yang berbeda

dari semester sebelumnya.

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti ingin meneliti bagaimana

manajemen kepemimpinan dan bagaimana motivasi dari seorang guru terhadap

para siswa di SMA Kanjeng Sepuh Sidayu Gresik sehingga sekolah tersebut

menjadi salah satu sekolah swasta yang maju dan unggul di Wilayah Sidayu,

SedangkanPeneliti juga tertarik untuk meneliti sekolah tersebut, maka peneliti

mengambil judul penelitian “Pengaruh Gaya Kepemimpinan, Motivasi, Disiplin

Belajar Terhadap Prestasi Belajar Bahasa Indonesia Kelas XI SMAKanjeng

Sepuh Sidayu Gresik”.

1.2. Rumusan Masalah

Setelah diketahui latar belakang masalah tersebut, penulis dapat merumuskan

masalah sebagai berikut :

1. Apakah Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah Berpengaruh Terhadap

Prestasi Belajar Bahasa Indonesia Kelas XI SMA Kanjeng Sepuh Sidayu

Gresik?

2. Apakah Motivasi Berpengaruh Terhadap Prestasi Belajar Bahasa Indonesia

Kelas XI SMA Kanjeng Sepuh Sidayu Gresik?


14

3. Apakah Disiplin Belajar Berpengaruh Terhadap Prestasi Belajar Bahasa

Indonesia Kelas XI SMA Kanjeng Sepuh Sidayu Gresik?

4. Apakah Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah, Motivasi, Dan Disiplin

Belajar Berpengaruh Secara Simultan Terhadap Prestasi Belajar Bahasa

Indonesia Kelas XI SMA Kanjeng Sepuh Sidayu Gresik?

1.3. Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk Mengetahui Ada Tidaknya Pengaruh Gaya Kepemimpinan Kepala

Sekolah Berpengaruh Terhadap Prestasi Belajar Bahasa Indonesia Kelas XI

SMA Kanjeng Sepuh Sidayu Gresik.

2. Untuk Mengetahui Ada Tidaknya Pengaruh Motivasi Berpengaruh

Terhadap Prestasi Belajar Bahasa Indonesia Kelas XI SMA Kanjeng Sepuh

Sidayu Gresik.

3. Untuk Mengetahui Ada Tidaknya Pengaruh Disiplin Belajar Berpengaruh

Terhadap Prestasi Belajar Bahasa Indonesia Kelas XI SMA Kanjeng Sepuh

Sidayu Gresik.

4. Untuk Mengetahui Ada Tidaknya Pengaruh Gaya Kepemimpinan Kepala

Sekolah, Motivasi, Dan Disiplin Belajar Berpengaruh Secara Simultan

Terhadap Prestasi Belajar Bahasa Indonesia Kelas XI SMA Kanjeng Sepuh

Sidayu Gresik.

1.4. ManfaatPenelitian

Sedangkan manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
15

1. Secara Teoritis

Menambah pengetahuan dalam dunia pendidikan khususnya mengenai

manajemen kepemimpinan sekolah.

2. Secara praktis

a. Bagi penulis, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai sebuah rujukan

yang dianggap lebih konkrit apabila nantinya penulis berkecimpung

dalam dunia pendidikan, khususnya dalam hal kepemimpinan.

b. Bagi sekolah, dapat menjadi bahan masukan, khususnya dalam

pengelolaan sekolah oleh pimpinan sekolah.

c. Bagi stakeholder pendidikan, khususnya kepala sekolah dan pimpinan

sekolah lainnya, maka hasil penelitian ini dapat menjadi sebuah acuan

dalam penyelesaian masalah, serta dapat pula dijadikan sebagai bahan

pertimbangan dalam pengambilan keputusan dengan tujuan terciptanya

pendidikan yang berkualitas.


16

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Sebelumnya

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Ratna Sari Agustina 2014 yang berjudul

“Hubungan Gaya kepemimpinan Guru Terhadap Prestasi Siswa Kelas V Sekolah

Dasar Segugus Minomartani Yogyakarta Tahun Ajaran 2013/2014” Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui hubungan gaya kepemimpinan

situasional guru dalam pembelajaran terhadap prestasi belajar siswa kelas V

Sekolah Dasar Se Gugus Minomartani, Yogyakarta tahun ajaran 2013/2014.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Gaya Kepemimpinan Situasional guru

berhubungan signifikan dengan prestasi siswa. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai

sig yaitu 0,000 < 0,05. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat

ditarik kesimpulan bahwa gaya kepemimpinan situasional guru dalam

pembelajaran ada hubungan positif terhadap prestasi belajar siswa kelas V Sekolah

Dasar Se Gugus Minomartani, Yogyakarta tahun ajaran 2013/2014

Sedangkan untuk perbedaan dari penelitian yang dilakukan oleh Ratna Sari

Agustina. Menggunakan 2 variabel, satu variabel (X) Gaya Kepemimpinan Guru

dan satu variable (Y) Prestasi Siswa Sedangkan yang diteliti penulis sekarang

adalah Gaya Kepemimpinan, Motivasi, Disiplin Belajar (X) dan Prestasi Belajar

(Y)

Selanjutnya pada penelitian yang dilakukan oleh Ghullam Hamdu Dan Lisa

Agustin (2013) dengan judul “Pengaruh Motivasi Belajar Siswa Terhadap Prestasi

Belajar IPA Di Sekolah Dasar” bertujuan untuk menggambarkan level dari


17

pengaruh motivasi siswa terhadap prestasi belajar IPA. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa secara umum motivasi belajar dan prestasi belajar tergolong

baik. Analisis juga menunjukkan bahwapengaruh motivasi belajar besar

pengaruhnya terhadap prestasi belajar IPA.

Penelitian sejenis juga pernah dilakukan oleh Fanny Violita (2013) dengan

judul “Pengaruh Lingkungan Keluarga Dan Fasilitas Belajar Terhadap Prestasi

Belajar Siswa Kelas X Administrasi Perkantoran Di Smk N 1 Payakumbuh”.

Dengan tujuan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh lingkungan keluarga

dan fasilitas belajar terhadap prestasi belajar siswa kelas X administrasi perkantoran

di SMK N 1 Payakumbuh.Dengan menggunakan analisisdeskriptif dan asosiatif

hasilnya lingkungan keluarga berupa perhatian dan pengawasan dalam belajar

mempunyai pengaruh terhadap peningkatan prestasi siswa. Begitu juga dengan

fasilitas belajar yang dimiliki dan dimanfaatkan oleh siswa dalam belajar akan

berpengaruh terhadap prestasi siswa.

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Kepemimpinan

2.2.1.1.Pengertian Kepemimpinan

Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi atau memberi contoh oleh pemimpin

kepada pengikutnya dalam upaya mencapai tujuan organisasi. Cara alamiah

mempelajari kepemimpianan adalah “melakukannya dalam kerja” dengan praktek

seperti pemagangan pada seorang seniman ahli, pengrajin atau praktisi. Dalam

hubungan ini sang ahli diharapkan sebagai bagian dari perannya memberikan

pengajaran atau intruksi


18

Menurut Indra (2012;02) pemimpin adalah orang yang menggunakan

wewenang dan kepemimpinannya guna mengarahkan bawahannya untuk

mengerjakan sebagiankerjanya agar tercapainya suatu tujuan organisasi.

Mulyanto (2013;05) pengertian pemimpin dan kepemimpinan dibedakan,

bahwa pemimpin itu adalah yang memimpin kelompok dua orang atau lebih, baik

organisasi atau keluarga. Kepemimpinan adalah kemampuan seseorang pemimpin

untuk mengendalikan, memimpin, mempengaruhi pikiran, perasaan atau tingkah

laku orang lain, untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.

2.2.1.2.Gaya kepemimpinan

Setiap pemimpin pada dasarnya memiliki prilaku yang berbeda dalam mempin para

pengikutnya, prilaku para pemimpin itu disebut gaya kepemimpinan. Gaya

kepemimpinan merupakan suatu cara pemimpin untuk mempengaruhi bawahannya

yang dinyatakan dalam bentuk pola tingkah laku atau kepribadian. Seorang

pemimpin merupakan seseorang memiliki program dan yang berprilaku secara

bersama-sama dengan anggota-anggota kelompok dengan mempergunakan cara

atau gaya tertentu, sehingga kepemimpinan mempunyai perana sebagai kekuatan

dinamik yang mendorong, memotivasi dan mengkordinasikan perusahaan dalam

mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Menurut Thoha (2010;49) Pengertian Gaya Kepemimpinan merupakan

norma prilaku yang digunakan oleh seseorang pada saat orang tersebut mencoba

mempengaruhi prilaku orang lain atau bawahan.


19

Menurut (Robbins dan Timothy 2015;249).Gaya Kepemimpinan adalah

model seorang pemimpin yang mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi

suatu kelompok menuju pencapaian sebuah visi atau tujuan yang ditetapkan.

Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kepemimpnan

merupakan kemampuan mempengaruhi orang lain, bawahan atau kelompok,

kemampuan mengarahkan tingkah laku bawahan atau kelompok, memiliki

kemampuan atau keahlian khusus dalam bidang yang diinginkan oleh

kelompoknya, untuk mencapai tujuan organisasi atau kelompok.

Macam – macam gaya kepemimpinan menurut Suwanto (2011;157) antara lain :

1. Gaya Kepemimpinan Direktif

Gaya kepemimpinan ini membuat bawahan agar tau apa yang diharakan

pemimpin dari mereka, menjadwalkan kerja untuk dilakukan, dan memberi

bimbingan khusus mengenai bagaimana menyelesaikan tugas.

2. Gaya Kepemimpinan Yang Mendukung

Gaya kepemimpinan ini bersifat ramah dan menunjukan kepedulian akan

kebutuhan bawahannya.

3. Gaya Kepemimpinan partisipatif

Gaya kepemimpinan ini berkonsultasi dengan bawahan dan menggunakan saran

mereka sebelum mengambil suatu keputusan.

4. Gaya kepemimpinan Berorientasi Prestasi

Gaya kepemimpinan ini menetapkan tujuan yang menantang dan

mengharapkan bawahannya untuk berprestasi pada tingkat tertinggi mereka.


20

2.2.1.3.Teori Kepemimpinan Menurut Para Ahli

Dalam perkembangannya, studi tentang kepemimpinan berkembang sejalan dengan

kemajuan zaman yang dikategorikan Yulk dalam Alfani (2012) menjadi 5

pendekatan yaitu :

1. Teori Genetik (Genetic Theory)

Teori ini mengatakan bahwa pemimpin besar (great leader) dilahirkan, bukan

dibuat (leader are born, not made).Teori ini dilandasi oleh keyakinan bahwa

pemimpin merupakan orang yang memiliki sifat-sifat luar biasa dan dilahirkan

dengan kualitas istimewa yang dibawa sejak lahir, dan ditakdirkan menjadi

pemimpin.Orang yang memiliki kualitas tersebut diatas adalah pemimpin yang

sukses, disegani bawahannya, dan menjadi “pemimpin besar”.Pemimpin di

bidang politik yang masuk daam kategori ini antara lain Gandhi, Churcill, dan

Mandela.

2. Teori Sifat (Trait Theory)

Teori ini mengasumsikan bahwa manusia yang mewarisi sifat-sifat tertentu dan

sifat-sifat yang membuat mereka lebih cocok untuk menjalankan fungsi

kepemimpinan.Teori sifat tertentu sering mengidentifikasi karakteristik

kepribadian atau perilaku yang dimiliki oleh pemimpin. Teori ini menempatkan

sejumlah sifat atau kualitas yang dikaitkan dengan keberadaan pemimpin, yang

memungkinkan pekerjaan atau tugas kepemimpinannya akan sukses atau

efektif. Pemimpin akan efektif dan berhasil jika memiliki sifat-sifat seperti

berani, berkemauan kuat, memiliki stamina lebih, mempunyai sifat empati,

berani mengambil keputusan, cermat dalam waktu, berani bersaing, percaya


21

diri, bersedia berperan sebagai pelayan orang lain, loyalitas tinggi, hubungan

interpersonal baik, track record bagus, intelegensi tinggi dan lain sebagainya.

3. Teori Prilaku (The Behavioral Theory)

Disebut juga teori sosial, dan merupakan sanggahan terhadap teori

genetis.Pemimpin itu harus disiapkan,dididik dan dibentuk, tidak dilahirkan

begitu saja(leaders are made, not born). Setiap orang bisa menjadi pemimpin,

melalui usaha penyiapan dan pendidikan, serta didorong oleh kemauan

sendiri.Teori ini tidak menekankan pada sifat-sifat atau kualitas yang harus

dimiliki pemimpin, tetapi memusatkan pada bagaimana cara aktual pemimpin

berperilaku dalam mempengaruhi orang lain, dan hal ini dipengaruhi oleh gaya

keemimpinan masing-masing. Gaya tersebut bisa berkembang menjadi model

human relationship atau task oriented.

4. Teori Situasional (Situasional Theory)

Teori ini muncul sebagai reaksi terhadap teori perilaku yang menempatkan

perilaku pemimpin dalam dua kategori yaitu otokratis dan demokratis.Teori ini

menyebutkan bahwa pemimpin memilih tindakan terbaik berdasarkan variabel

situasional. Keefektifan kepemimpinan tidak tergantung pada gaya tertentu

pada suatu situasi, tetapi tergantung pada ketepatan pemimpin berperilaku

sesuai dengan situasinya. Jadi, pemimpin yang efektif adalah “on the right

place, the right time, and fulfill the needs and expectation of the follower.”

5. Teori Transformasional (Transformasional Theory)


22

Disebut juga sebagai teori-teori relasional kepemimpinan.Teori ini berfokus

pada hubungan yang terbentuk antara pemimpin dan pengikutnya.Pemimpin

memotivasi dan menginspirasi orang dengan membantu anggota memahami

potensinya untuk kemudian ditransformasikan menjadi perilaku nyata dalam

rangka penyelesaian tugas pokok dan fungsi dalam kebersamaan.Pemimpin

transformasional biasanya memiliki etika yang tinggi dan standar moral. Untuk

menjadi pemimpin transformasional, ada dua tugas yang harus dilakukan, yaitu

membangun kesadaran pengikutnya akan pentingnya meningkatkan

produktivitas organisasi, dan mengembangkan komitmen organisasi dengan

mengembangkan kesadaran ikut memiliki organisasi dan kesadaran tanggung

jawab pada organisasi.

2.2.1.4.Indikator Kepemimpinan

Kepemimpinan Kepala Sekolah yang sedikitnya harus mengetahui, menyadari dan

memahami 3 hal: (1) mengapa pendidikan yang berkualitas diperlukan di

sekolahan, (2) apa yang harus dilakukan untuk meningkatkan mutu dan

produktifitas sekolah, dan (3) bagai mana mengelola sekolah secara efektif untuk

mencpai prestasi yang tinggi. Dan indikator-indikator kepemimpinan kepala

sekolah sebagai berikutMenurut Mulyasa (2011;19):

1. Menekankan kepada guru dan seluruh warga sekolah untuk memenuhi norma-

norma pembelajaran dengan disiplin yang tinggi.

2. Membimbing dan mengarahkan guru dalam memecahkan masalah-masalah

kerjanya, dan bersedia memberikan bantuan secara proporsional dan

professional.
23

3. Memberikan dukungan kepada para guru untuk menegakkan disiplin peserta

didik.

4. Menunjukan sikap dan prilaku teladan yang dapat dicontoh dan dapat menjadi

panutan atau model bagi guru, peserta didik, dan seluruh warga sekolah.

5. Membangun kelompok kerja aktif, kreatif, dan produktif.

6. Memberikan ruang pemberdayaan sekolah kepada seluruh warga sekolah.

2.2.2. Motivasi

Setiap siswa memiliki kebutuhan yang berbeda, maka dari itu motivasi yang

dibutuhkan oleh para siswa juga berbeda.Tetapi jika sudah berada pada satu

instansi, pasti ada satu kebutuhan yang harus dipenuhi oleh para siswa

tersebut.menurut Bangun (2012;312) mengatakan bahwa “Motivasi adalah suatu

kondisi yang mendorong orang lain untuk dapat melaksanakan tugas – tugas sesuai

dengan fungsinya dalam organisasi.”

Menurut Jerald Greenberg dan Robert dalam Wibowo (2012;379)

menyatakan bahwa motivasi merupakan serangkaian proses yang membangkitkan,

mengarahkan dan menjaga perilaku manusia menuju pada pencapaian tujuan

2.2.2. Pengertian Motivasi

Menurut Mulyasa (2003;112) motivasi adalah tenaga pendorong atau penarik yang

menyebabkan adanya tingkah laku ke arah suatu tujuan tertentu. Peserta didik akan

bersungguh-sungguh karena memiliki motivasi yang tinggi. Seorang siswa akan

belajar bila ada faktor pendorongnya yang disebut motivasi.


24

Menurut Kadarisma (2012;278), Motivasi kerja adalah penggerak atau

pendorong dalam diri seseorang untuk mau berperilaku dan bekerja dengan giat

dan baik sesuai dengan tugas dan kewajiban yang telah diberikan kepadanya.

Menurut Hasibuan (2012;141), Motivasi mempersoalkan bagaimana

caranya mengarahkan daya dan potensi bawahan, agar mau bekerja sama secara

produktif berhasil mencapai dan mewujudkan tujuan yang telah ditentukan.

Dengan demikian motivasi tentunya ditentukan oleh setiap individu

termasuk seorang pemimpin. Motivasi kerja merupakan salah satu faktor yang turut

menentukan kinerja seseorang.Besar atau kecilnya pengaruh motivasi pada kinerja

seseorang tergantung pada seberapa banyak intensitas motivasi yang diberikan.

2.2.2.1.Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Motivasi

Menurut Slameto (2010;26), motivasi terhadap siswa dipengaruhi oleh tiga

komponen, yaitu:

1. Dorongan kognitif, yaitu kebutuhan untuk mengetahuhi, mengerti, dan

memecahkan masalah. Dorongan ini timbul di dalam proses interaksi antara

siswa dengan tugas/ masalah.

2. Harga diri, yaitu ada siswa tertentu yang tekun belajar dan melaksanakantugas-

tugas bukan terutama untuk memperoleh pengetahuan atau kecakapan, tetapi

untuk memperoleh status dan harga diri.

3. Kebutuhan berafiliasi, yaitu kebutuhan untuk menguasai bahan pelajaran/

belajar dengan niat guna mendapatkan pembenaran dari orang lain/ teman-

teman. Kebutuhan ini sukar dipisahkan dengan harga diri.


25

Selain itu, Arden N. Frandsen yang dikutip oleh Sumardi Suryabrata

(2011;236-237), menyebutkan ada beberapa hal yang mendorong motivasi belajar,

yaitu:

1. Adanya sifat ingin tahu untuk belajar dan menyelidiki dunia yang lebihluas.

2. Adanya sifat yang kreatif pada manusia dan berkeinginan untuk terus maju.

3. Adanya keinginan untuk mendapatkan simpati dari orang tua, guru, dan teman-

teman.

4. Adanya keinginan untuk memperbaiki kegagalan yang lalu dengan usaha yang

baik melalui kooperasi maupun dengan kompetisi.

5. Adanya keinginan untuk mendapatkan kenyamanan bila menguasai pelajaran.

6. Adanya ganjaranatauhukuman sebagai akhirkegiatan pembelajaran.

2.2.2.3.Jenis Motivasi

Menurut Hasibuan (2012;150), Mengatakan bawah jenis-jenis motivasi adalah

sebagai berikut:

1. Motivasi Positif

Motivasi positif maksudnya manajer memotivasi (merangsang) bawahan

dengan memberikan hadiah kepada mereka yang berprestasi di atas prestasi

standar. Denagn motivasi positif, semangat kerja bawahan akan meningkat

karena umumnya manusia senang menerima yang baik-baik saja.

2. Motivasi Negatif

Motivasi negatif maksudnya manajer memotivasi bawahan dengan standar

mereka akan mendapat hukuman. Dengan motivasi negatif ini semangat


26

bekerja bawahan dalam jangka waktu pendek akan meningkat karena mereka

takut dihukum, tetapi untuk jangka waktu panjang dapat berakibat kurang baik.

2.2.2.4. Asas – Asas Motivasi

Pemberian motivasi sangat berpengaruh terhadap naik turunnya kinerja pegawai,

Malayu S.P. Hasibuan (2012;146) mengemukakan asas-asas motivasi sebagai

berikut:

1. Asas mengikutsertakan

Asas mengikutsertakan maksudnya mengajak bawahan untuk ikut berpartisipasi

dan memberikan kesempatan kepada mereka yang mengajukan ide-ide,

rekomendasi dalam proses pengambilan keputusan. Dengan cara ini, bawahan

merasa ikut bertanggung jawab atas tercapainya tujuan perusahaan sehingga

moral dan gairah kerjanya akan meningkat.

2. Asas Komunikasi

Asas komunikasi maksudnya menginformasikan secara jelas tentang tujuan

yang ingin dicapai, cara mengerjakannya, dan kendala yang dihadapi. Dengan

asas komunikasi, motivasi bawahan akan meningkat. Sebab semakin banyak

seseorang mengetahui soal, semakin besar pula minat dan perhatiannya

terhadap hal tersebut.

3. Asas Pengakuan

Asas pengakuan maksudnya memberikan penghargaan dan pengakuan yang

tepat serta wajar kepada bawahan atas prestasi kerja yang dicapainya. Bawahan

akan bekerja keras dan semakin rajin jika mereka terus-menerus mendapat
27

pengakuan dan kepuasan dari usaha-usahanya. Dalam memberikan

pengakuan/pujian kepada bawahan hendaknya dijelaskan bahwa dia patut

menerima penghargaan itu, karena prestasi kerja atau jasa-jasa yang

diberikannya. Pengakuan dan pujian harus diberikan secara ikhlas dihadapan

umum supaya nilai pengakuan/pujian itu besar.

4. Asas Wewenang yang Didelegasikan

Yang dimaksud dengan asas wewenang yang didelegasikan adalah

mendelegasikan sebagian wewenang serta kebebasan karyawan untuk

mengambil keputusan dan beraktivitas untuk melaksanakan tugas-tugas atasan

atau manajer.

5. Asas Perhatian Timbal Balik

Asas perhatian timbal balik adalah memotivasi bawahan dengan

mengemukakan keinginan atau harapan perusahaan disamping berusaha

memenuhi kebutuhan-kebutuhan yangdiharapkan karyawan dari perusahaan.

Berdasarkan uraian di atas maka dengan menerapkan asas-asas tersebut apabila

dapat diterapkan dengan baik maka akan berpengaruh baik juga terhadap

kinerja pegawai, begitu juga sebaliknya apabila diterapkannya belum maksimal

maka akan berpengaruh terhadap naik turunnya kinerja pegawai.

2.2.2.5. Teori Motivasi Menurut Para Ahli

Seberapa kuat motivasi yang dimiliki individu akan banyak menentukan terhadap

kualitas prilaku yang ditampilkannya, baik dalam konteks belajar, bekerja maupun

dalam kehidupan lainnya.


28

1. Teori Motivasi Abraham Maslow

Kebutuhan adalah salah satu aspek psikologis yang menggerakan mahluk hidup

dalam aktivitas-aktivitasnya dan menjadi dasar (alasan) bagi setiap individu

untuk berusaha.Pada dasarnya, seseorang bekerja mempunyai tujuan tertentu,

yaitu memenuhi kebutuhan.Kebutuhan tidak terlepas dari kehidupan sehari-

hari.Selama hidup seseorang membutuhkan bermacam-macam

kebutuhan.Seperti : makan, pakaian, perumahan, pendidikan, keamanan, dan

kesehatan. Abraham Maslow dalam Aini (2013;34), menjelaskan bahwa

individu mempunyai 5 jenjang kebutuhan untuk hidup :

a. Kebutuhan Fisiologis (Physicological Needs)

Kebutuhan paling dasar pada setiap orang adalah kebutuhan fisiologis yakni

kebutuhan untuk mempertahankan hidupnya secara fisik. Kebutuhan-

kebutuhan itu seperti kebutuhan akan makanan, minuman, tempat berteduh,

seks, tidur dan oksigen. Kebutuhan-kebutuhan fisiologis adalah potensi

paling dasar dan besar bagi semua pemenuhan kebutuhan di atasnya.

Manusia yang lapar akan selalu termotivasi untuk makan, bukan untuk

mencari teman atau dihargai.Manusia akan mengabaikan atau menekan

dulu semua kebutuhan lain sampai kebutuhan fisiologisnya itu

terpuaskan.Di masyarakat yang sudah mapan, kebutuhan untuk memuaskan

rasa lapar adalah sebuah gaya hidup. Mereka biasanya sudah memiliki

cukup makanan, tetapi ketika mereka berkata lapar maka yang sebenarnya

mereka pikirkan adalah citarasa makanan yang hendak dipilih, bukan rasa
29

lapar yang dirasakannya.Seseorang yang sungguh-sungguh lapar tidak akan

terlalu peduli dengan rasa, bau, temperatur ataupun tekstur makanan.

b. Kebutuhan Rasa Aman (Savety/Scurity Needs)

Setelah kebutuhan-kebutuhan fisiologis terpuaskan secukupnya, muncullah

apa yang disebut Maslow sebagai kebutuhan-kebutuhan akan rasa aman.

Kebutuhan-kebutuhan akan rasa aman ini diantaranya adalah rasa aman

fisik, stabilitas, ketergantungan, perlindungan dan kebebasan dari daya-

daya mengancam seperti perang, terorisme, penyakit, takut, cemas, bahaya,

kerusuhan dan bencana alam.Kebutuhan akan rasa aman berbeda dari

kebutuhan fisiologis karena kebutuhan ini tidak bisa terpenuhi secara

total.Manusia tidak pernah dapat dilindungi sepenuhnya dari ancaman-

ancaman meteor, kebakaran, banjir atau perilaku berbahaya orang lain.

c. Kebutuhan Rasa Memiliki Dan Kasih sayang

Jika kebutuhan fisiologis dan kebutuhan akan rasa aman telah terpenuhi,

maka muncullah kebutuhan akan cinta, kasih sayang dan rasa memiliki-

dimiliki. Kebutuhan-kebutuhan ini meliputi dorongan untuk bersahabat,

keinginan memiliki pasangan dan keturunan, kebutuhan untuk dekat pada

keluarga dan kebutuhan antarpribadi seperti kebutuhan untuk memberi dan

menerima cinta. Seseorang yang kebutuhan cintanya sudah relatif terpenuhi

sejak kanak-kanak tidak akan merasa panik saat menolak cinta.

d. Kebutuhan Penghargaan

Setelah kebutuhan dicintai dan dimiliki tercukupi, manusia akan bebas

untuk mengejar kebutuhan akan penghargaan. Maslow menemukan bahwa


30

setiap orang yang memiliki dua kategori mengenai kebutuhan penghargaan,

yaitu kebutuhan yang lebih rendah dan lebih tinggi. Kebutuhan yang rendah

adalah kebutuhan untuk menghormati orang lain, kebutuhan akan status,

ketenaran, kemuliaan, pengakuan, perhatian, reputasi, apresiasi, martabat,

bahkan dominasi.Kebutuhan yang tinggi adalah kebutuhan akan harga diri

termasuk perasaan, keyakinan, kompetensi, prestasi, penguasaan,

kemandirian dan kebebasan.Sekali manusia dapat memenuhi kebutuhan

untuk dihargai, mereka sudah siap untuk memasuki gerbang aktualisasi diri,

kebutuhan tertinggi yang ditemukan Maslow.

e. Kebutuhan aktualisasi diri

Tingkatan terakhir dari kebutuhan dasar Maslow adalah aktualisasi diri.

Kebutuhan aktualisasi diri adalah kebutuhan yang tidak melibatkan

keseimbangan, tetapi melibatkan keinginan yang terus menerus untuk

memenuhi potensi. Maslow melukiskan kebutuhan ini sebagai hasrat untuk

semakin menjadi diri sepenuh kemampuannya sendiri, menjadi apa saja

menurut kemampuannya.Awalnya Maslow berasumsi bahwa kebutuhan

untuk aktualisasi diri langsung muncul setelah kebutuhan untuk dihargai

terpenuhi.

2.2.2.6.Indikator Motivasi

Dalam kegiatan belajar motivasi dapat dikatakan sebagaikeseluruhan daya

penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkankegiatan belajar, sehingga tujuan

yang dikehendaki oleh subjek belajaritu dapat tercapaiSardiman A. M(2010;75)


31

Hamzah B. Uno (2011;23) mengklasifikasikan indikator motivasi belajar

sebagai berikut:

1. Adanya Hasrat dan Keinginan Berhasil

Hasrat dan keinginan untuk berhasil dalam belajar dan dalam kehidupan sehari-

hari pada umumnya disebut motif berprestasi, yaitu motif untuk berhasil dalam

melakukan suatu tugas dan pekerjaan atau motif untuk memperolah

kesempurnaan. Motif semacam ini merupakan unsur kepribadian dan prilaku

manusia, sesuatu yang berasal dari ‘’dalam’’ diri manusia yang bersangkutan.

Motif berprestasi adalah motif yang dapat dipelajari, sehingga motif itu

dapat diperbaiki dan dikembangkan melalui proses belajar. Seseorang yang

mempunyai motif berprestasi tinggi cenderung untuk berusaha menyelesaikan

tugasnya secara tuntas, tanpa menunda-nunda pekerjaanya. Penyelesaian tugas

semacam ini bukanlah karena dorongan dari luar diri, melainkan upaya pribadi.

2. Adanya Dorongan dan Kebutuhan Dalam Belajar

Penyelesaian suatu tugas tidak selamanya dilatar belakangi oleh motif

berprestasi atau keinginan untuk berhasil, kadang kala seorang individu

menyelesaikan suatu pekerjaan sebaik orang yang memiliki motif berprestasi

tinggi, justru karena dorongan menghindari kegagalan yang bersumber pada

ketakutan akan kegagalan itu.

Seorang anak didik mungkin tampak bekerja dengan tekun karena kalau

tidak dapat menyelesaikan tugasnya dengan baik maka dia akan mendapat malu

dari dosennya, atau di olok-olok temannya, atau bahkan dihukum oleh orang
32

tua. Dari keterangan diatas tampak bahwa ‘’keberhasilan’’ anak didik tersebut

disebabkan oleh dorongan atau rangsangan dari luar dirinya.

3. Adanya Harapan dan Cita-cita Masa Depan

Harapan didasari pada keyakinan bahwa orang dipengaruhi oleh perasaan

mereka tantang gambaran hasil tindakan mereka contohnya orang yang

menginginkan kenaikan pangkat akan menunjukkan kinerja yang baik kalau

mereka menganggap kinerja yang tinggi diakui dan dihargai dengan kenaikan

pangkat.

4. Adanya Penghargaan Dalam Belajar

Pernyataan verbal atau penghargaan dalam bentuk lainnya terhadap prilaku

yang baik atau hasil belajar anak didik yang baik merupakan cara paling mudah

dan efektif untuk meningkatkan motif belajar anak didik kepada hasil belajar

yang lebih baik. Pernyataan seperti ‘’bagus’’, ‘’hebat’’ dan lain-lain disamping

akan menyenangkan siswa, pernyataan verbal seperti itu juga mengandung

makna interaksi dan pengalaman pribadi yang langsung antara siswa dan guru,

dan penyampaiannya konkret, sehingga merupakan suatu persetujuan

pengakuan sosial, apalagi kalau penghargaan verbal itu diberikan didepan orang

banyak.

5. Adanya Kegiatan yang Menarik Dalam Belajar

Baik simulasi maupun permainan merupakan salah satu proses yang sangat

menarik bagi siswa. Suasana yang menarik menyebabkan proses belajar

menjadi bermakna. Sesuatu yang bermakna akan selalu diingat, dipahami, dan
33

dihargai. Seperti kegiatan belajar seperti diskusi, brainstorming, pengabdian

masyarakat dan sebagainya.

6. Adanya Lingkungan Belajar yang Kondusif

Pada umumnya motif dasar yang bersifat pribadi muncul dalam tindakan

individu setelah dibentuk oleh lingkungan. Oleh karena itu motif individu untuk

melakukan sesuatu misalnya untuk belajar dengan baik, dapat dikembangkan,

diperbaiki, atau diubah melalui belajar dan latihan, dengan perkataan lain

melalui pengaruh lingkungan Lingkungan belajar yang kondusif salah satu

faktor pendorong belajar anak didik, dengan demikian anak didik mampu

memperoleh bantuan yang tepat dalam mengatasi kesulitan atau masalah dalam

belajar.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat dua aspek

yang menjadi indikator pendorong motivasi belajar siswa, yaitu (1) dorongan

internal: adanya hasrat dan keinginan berhasil, adanya dorongan dan kebutuhan

dalam belajar, adanya harapan dan cita-cita masa depan, faktor fisiologis dan

(2) dorongan eksternal: adanya kegiatan yang menarik dalam belajar, adanya

lingkungan belajar yang kondusif.

2.2.3. Disiplin Belajar

Disiplinmerupakan bagian dari fungsi operasional MSDM yang terpenting, karena

semakin disiplin maka semakin tinggi prestasi yang dapat dicapainya.Tanpa disiplin

sulit bagi siswa untuk mencapai hasil prestasi yang optimal.

MenurutMoenir(2010;94-96) “Disiplin adalah suatu bentuk ketaatan

terhadap aturan,baik tertulis maupun tidak tertulis yang telah ditetapkan. Ada
34

duajenis disiplin yangsangat dominan sesuai dengan apa yangdikehendaki individu.

Pertama disiplin dalam hal waktu dan disiplinkerja atau perbuatan”.

2.2.3.1. Pengertian Disiplin Belajar

Kata disiplin berasal dari bahasa latin disibel yang berarti pengikut. Seiring dengan

perkembangan zaman, kata tersebut mengalami perubahan menjadi discipline yang

artinya kepatuhan atau yang menyangkut tata tertib. Sejalan dengan hal tersebut

Rahman (2011;64) mengungkapkan bahwa “disiplin berasal dari bahasa Inggris

discipline yang mengandung beberapa arti. Diantaranya adalah pengendalian diri,

membentuk karakter yang bermoral, memperbaiki dengan sanksi, serta kumpulan

beberapa tata tertib untuk mengatur tingkah laku. Dalam proses belajar sangatlah

diperlukan sikap disiplin.

Slameto (2013;2) mengungkapkan bahwa “belajar merupakan suatu proses

perubahan yang diperoleh dari usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh

suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil

pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”

Darmawan (2013;41) menyatakan disiplin diartikan sebagai suatu sikap,

tingkah laku, dan perbuatan yang sesuai peraturan dari organisasi dalam bentuk

tertulis maupun tidak.

2.2.3.2. Faktor Disiplin Belajar

Permasalahan disiplin belajar siswa biasanya tampak jelas dari menurunnya kinerja

akademik atau hasil belajarnya. Permasalahan-permasalahan tersebut dipengaruhi

oleh beberapa faktor, pada umumnya berasal dari faktor intern yaitu dari siswa itu
35

sendiri maupun faktor ekstern yang berasal dari luar. Beberapa faktor yang

mempengaruhi disiplin adalah sebagai berikut:

1. Kesadaran diri, berfungsi sebagai pemahaman diri bahwa disiplin dianggap

penting bagi kebaikan dan keberhasilan dirinya. Selain kesadaran diri menjadi

motif sangat kuat bagi terbentuknya disiplin.

2. Pengikut dan ketaatan, sebagai langkah penerapan dan praktik atas peraturan-

peraturan yang mengatur perilaku individunya. Hal ini sebagai kelanjutan dari

adanya kesadaran diri yang dihasilkan oleh kemampuan dan kemauan diri yang

kuat.

3. Alat pendidikan, untuk mempengaruhi, mengubah, membina dan membentuk

perilaku yang sesuai dengan nilai yang ditentukan dan diajarkan.

4. Hukuman, sebagai upaya menyadarkan, mengoreksi dan meluruskan yang salah

sehingga orang kembali pada perilaku yang sesuai dengan harapan (Tu’u,

2004;48-49).

Sedangkan menurut pendapat Suradi (2011) bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi disiplin belajar dibagi menjadi 3 yaitu:

1. Faktor Eksterinsik

Faktor eksterinsik ini di bagi menjadi 2 antara lain ialah:

a. Faktor non-sosial

Lingkungan nonsosial dalam penelitian ini dibagi menjadi dua, meliputi

keadaan ruang belajar dan peralatan mengajar. Keadaan ruang belajar

dijabarkan menjadi kondisi udara yang baik, pencahayaan yang cukup, dan

keadaan ruang belajar yang nyaman. Peralatan mengajar dapat dibedakan


36

menjadi keadaan ruang kelas, fasilitas di dalam ruang kelas, kurikulum dan

peraturan yang telah dibuat.

b. Faktor sosial

Lingkungan sosial mempengaruhi aktivitas belajar siswa. Hubungan yang

baik antar lingkungan sosial sekolah yang terdiri dari guru, dengan teman -

teman sekelas, serta administrasi mampu memberikan dorongan yang baik

bagi siswa untuk belajar lebih giat. Lingkungan sosial masyarakat

merupakan lingkungan dimana siswa berinteraksi dengan warga sekitar

rumahnya. Siswa harus dapat membatasi diri dari pengaruh lingkungan

yang buruk. Lingkungan sosial yang terakhir berasal dari keluarga, peran

serta orangtua dalam proses belajar anaknya sangatlah dibutuhkan. Aturan

-aturan yang ada di dalam lingkungan keluarga hendaknya dilaksanakan

dengan baik guna menjalin hubungan yang baik antar anggota keluarga.

2. Faktor Instrinsik

Secara sederhana minat (interest) berarti kecenderungan dan kegairahan

yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu (Baharuddin,

2008;24). Seseorang yang tidak mempunyai minat untuk belajar dapat

membuat gairah ataupun semangat belajar yang kurang. Munculnya minat

belajar yang baik biasanya akan disertai dengan aktivitas belajar yang baik

pula.

2.2.3.3. Indikator Disiplin Belajar


37

Mengenai disiplin belajar seperti yang diungkapkan Moenir (2010;96) indikator-

indikator yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat disiplin belajar siswa

berdasarkan ketentuan disiplin waktu dan disiplin perbuatan, yaitu:

1. Disiplin Waktu, meliputi :

a. Tepat waktu dalam belajar, mencakup datang dan pulang sekolah tepat

waktu, mulai dari selesai belajar di rumah dan di sekolah tepat waktu

b. Tidak meninggalkan kelas atau membolos saat pelajaran

c. Menyelesaikan tugas sesuai waktu yang ditetapkan.

2. Disiplin Perbuatan, meliputi :

a. Patuh dan tidak menentang peraturan yang berlaku

b. Tidak malas belajar

c. Tidak menyuruh orang lain bekerja demi dirinya

d. Tidak suka berbohong

e. Tingkah laku menyenangkan, mencakup tidak mencontek, tidak membuat

keributan, dan tidak mengganggu orang lain yang sedang belajar.

Berdasarkan pendapat para ahli diatas peneliti meyimpulkan indikator

disiplin belajar berdasarkan ketentuan disiplin waktu dan disiplin perbuatan sebagai

berikut, yaitu:

1. Disiplin di lingkungan sekolah (luar kelas)

2. Disiplin di dalam kegiatan belajar di kelas

3. Disiplin di rumah

2.2.4. Prestasi Belajar


38

Kegiatan belajar merupakan proses pendidikan di sekolah. Ini berarti bahwa

berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung kepada

bagaimana pencapaian taksonomi pendidikan yang dialami siswa yang mencakup

aspek kongnitif, afektif dan psikomotorik. Dalam suatu lembagapendidikan

keberhasilan proses belajarmengajar dapat di lihat juga dari prestasi belajar yang

dicapai oleh peserta didik.Pendapat ini diungkapkan Fatimah (2011;95) dalam

majalah ilmiah mengatakan dalamkonteks pembelajaran ada beberapa tolak ukur

yang dapat digunakan untukmengetahuiprestasi belajar siswa.Salah satu tolak ukur

yang digunakan adalah prestasi belajar yangmengacu pada pencapaian taksonomi

pendidikan yang mencangkup aspekkognitif,afektif, dan psikomotorik

Poerwanto dalam Ghullam (2011;83) memberikan pengertian bahwa

“prestasi belajar yaitu hasil yang dicapai oleh seseorang dalam usaha belajar

sebagaimana yang dinyatakan dalam rapot”. Pernyataan tersebut diperkuat oleh

Winkel dalam Ghullam (2011;83) mengatakan bahwa “prestasi belajar adalah suatu

bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seseorang siswa dalam melakukan

kegiatan belajar sesuai dengan bobot yang dicapainya.

2.2.4.1. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Berhasil atau tidaknya proses belajar seorang individu juga dipengaruhi oleh

banyak faktor baik itu faktor yang berasal dari dalam (internal), maupun faktor

yang berasal dari luar (eksternal). Prestasi belajar siswa pada hakekatnya

merupakan interaksi dari beberapa faktor.

Menurut Rifa’i (2009;97) menyatakan bahwa faktor-faktor yang

memberikan kontribusi terhadap proses dan prestasi belajar adalah kondisi internal
39

dan eksternal peserta didik. Kondisi internal mencakup kondisi fisik, seperti

kesehatan organ tubuh; kondisi psikis seperti kemampuan intelektual, emosional;

dan kondisi sosial, seperti kemampuan bersosialisasi dengan lingkungan. Sama

kompleksnya pada kondisi internal adalah kondisi eksternal yang ada di lingkungan

peserta didik. Beberapa faktor eksternal seperti variasi dan tingkat kesulitan materi

belajar (stimulus) yang dipelajari (direspon), tempat belajar, iklim, suasana

lingkungan, dan budaya belajar masyarakat akan mempengaruhi kesiapan, proses,

dan prestasi belajar.

Menurut Sardiman (2011;39) menjelaskan bahwa “faktor-faktor yang

mempengaruhi prestasi belajar dapat dibedakan menjadi tiga macam, yakni:

1. Faktor Internal

Menurut Sardiman (2011;39) faktor internal merupakan faktor atau penyebab

yang berasal dari dalam diri setiap individu tersebut, seperti aspek pisiologis dan

aspek psikologis.

a. Aspek Pisiologis

Aspek pisiologis ini meliputi kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan

otot) yang menunjukan kebugaran organ-organ tubuh dapat mempengaruhi

semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran. Kondisi tubuh

yang lemah akan berdampak secara langsung pada kualitas penyerapan

materi pelajaran, untuk itu perlu asupan gizi yang dari makanan dan

minuman agar kondisi tetap terjaga. Selain itu juga perlu memperhatikan

waktu istirahat yang teratur dan cukup, tetapi harus disertai olahraga ringan

secara berkesinambungan. Hal ini penting karena perubahan pola hidup


40

akan menimbulkan reaksi tonus yang negatif dan merugikan semangat

mental.

b. Aspek Psikologis

Aspek Psikologis banyak faktor yang masuk dalam faktor psikologis yang

dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas pembelajaran, berikut faktor-

faktor dari aspek psikologis seperti intelegensi, sikap, bakat, minat, dan

motivasi.Tingkat intelegensi atau kecerdasan (IQ) tak dapat diragukan lagi

sangat menentukan tingkat keberhasilan belajar. Semakin tinggi

kemampuan intelegensi siswa maka semakin besar peluang meraih sukses.,

akan tetapi sebaliknya semakin rendah kemampuan intelegensi siswa maka

semakin kecil peluang meraih sukses.

2. Faktor Eksternal

Menurut Sardiman (2011;42)faktor eksternal dibagi menjadi 3 macam, yaitu

meliputi:

a. Faktor keluarga terdiri dari cara orang tua mendidik, relasi

antaranggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga,

pengertian orang tua, dan latar belakang kebudayaan.

b. Faktor sekolah terdiri dari metode mengajar, kurikulum, relasi guru

dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat

pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan

gedung, metode belajar, dan tugas rumah.

c. Faktor masyarakat terdiri dari kegiatan siswa dalam masyarakat,

mass media, teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat.


41

2.2.4.2. Indikator Prestasi Belajar

Fatimah (2011;95) Pengungkapan hasil belajar meliputi segala ranah psikologis

yang berubah sebagai akibat pengalaman dan proses belajar siswa”. Namun

demikian pengungkapan perubahan tingkah laku seluruh ranah, khususnya ranah

afektif sangat sulit. Hal ini disebabkan perubahan hasil belajar itu ada yang bersifat

intangible (tidak dapat diraba). Berikut adalah table indikator prestasi belajar dari

Rana Kognitif, Afektif Dan Psikomotor

Table 2.1
Jenis, indikator dan cara evaluasi prestasi belajar

Ranah / Jenis
Indikator Cara Evaluais
Prestasi
Ranah Kognitif
1. Dapat menunjukan
Tes lisan, tertulis,
Pengamatan 2. Dapat membandingkan
dan observasi
3. Dapat menghubungkan
1. Dapat menyebutkan Tes lisan, tertulis,
Ingatan
2. Dapat menunjukkan kembali dan observasi
1. Dapat menjelaskan
Pemahaman 2. Dapat mendefinisikan dengan Tes lisan, tertulis
lisan sendiri
1. Dapat memberikan contoh Tes tertulis,
Penerapan 2. Dapat menggunakan secara Pemberian tugas,
tepat dan observasi
Analisis dan 1. Dapat menguraikan
Tes tertulis dan
pemeliharaan 2. Dapat mengklasifikasikan /
pemberian tugas
secara teliti memilah-milah
1. Dapat menghubungkan
Sintesis Tes tertulis dan
2. Dapat menyimpulkan
pemberian tugas
3. Dapat mengeneralisasikan
Ranah Afektif
Tes tertulis, skala
1. Menunjukan sikap menerima
Penerimaan sikap, dan
2. Menunjukan sikap menolak
observasi
1. Kesediaan berpatisipasi / Tes skala sikap,
Sambutan terlibat pemberian tugas,
2. Kesediaan memanfaatkan dan observasi
42

1. Menganggap penting dan


Tes kala sikap,
bermanfaat
Apresiasi pemberian tugas,
2. Mengnggap indah dan harmonis
dan observasi
3. Mengagumi
Tes skala sikap,
Internalisasi 1. Mengakui dan menyakini pemberian tugas
(Pendalaman) 2. Mengingkari ekspresi, dan
observasi
1. Melembagakan atau
Pemberian tugas,
meniadakan
Karakterisasi ekpresi proyektif,
2. Menjelmakan dalam pribadi dan
dan observasi
prilaku sehari hari
Ranah Psikomotor
Ketrampilan 1. Mengkoordinasikan gerak mata,
Observasi dan tes
bergerak dan tangan, kaki dan anggota tubuh
tindakan
bertindak lainnya
Kecakapan 1. Mengucapkan Tes lisan,
ekspresi verbal dan 2. Membuat mimik dan gerakan observasi, dan tes
nonverbal jasmani tindakan

2.3. Hubungan Masing-masing Variabel

2.3.1. Hubungan Kepemimpinan (X1) Dengan Prestasi Belajar (Y)

Kepemimpinan adalah cara mengajak bawahannya agar bertindak benar, mencapai

komitmen dan memotivasi mereka untuk mencapai tujuan bersama (Sudarmanto

2009;133).Keberhasilan prestasi belajar siswa siswi di Sekolah didukung dan

dipengaruhi oleh berbagai faktor eksternal maupun faktor internal siswa. Kedua

faktor tersebut salah satunya adalah faktor Kepala Sekolah dan kinerja mengajar

guru, dari kedua faktor tersebut sangat menentukan terhadap peningkatan prestasi

belajar siswa di sekolah tersebut. Jadi Kepemimpinan Kepala sekolah dan kinerja

guru mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pencapaian prestasi belajar

siswa di sekolah. Penelitian ini dipusatkan pada tingkat pengaruh kepemimpinan

Kepala sekolah terhadap prestasi belajar siswa.Denan demikian Kepemimpinan

Dengan Prestasi Belajar bersifat positif.


43

2.3.2. Hubungan Motivasi Dengan Prestasi Belajar

Menurut Oemar Hamalik Dalam Bukunya Psikologi Belajar (2009;175) Dalam

kegiatan belajar mengajar akan berhasil baik kalau siswa tekun

belajar, mengerjakan tugas, ulet dalam memecahkan masalah danhambatan secara

mandiri serta mampu mempertahankan pendapatnyakalau sudah yakin dan

dipandangnya cukup rasional, sesuai dengan kekuatan kebutuhan seseorang akan

prestasi. Dengan demikian hubungan motivasi dengan prestasi belajar bersifat

positif. Murray sebagaimana dikutip oleh winardi merumuskan kebutuhan akan

prestasi tersebut sebagai keinginan : “melaksanakan sesuatu tugas atau pekerjaan

yang sulit. Menguasai, memanipulasi, atau mengorganisasi obyek-obyek fisik

manusia, atau ide-ide melaksanakan hal-hal tersebut secepat mungkin dan

seindependen mungkin, sesuai kondisi yang berlaku. Mengatasi kendala-kendala,

mencapai standar tinggi. Mencapai performa puncak untuk diri sendiri. Mampu

menang dalam persaingan dengan pihak lain. Meningkatkan kemampuan diri

melalui peranan bakat secara berhasil.

2.3.3. Hubungan Disiplin Belajar Dengan Prestasi Belajar

Pada dasarnya prestasi belajar setiap orang itu berbeda, antara orang yang satu

dengan yang lainnya itu tidak sama. Hal ini terjadi disebabkan karena adanya faktor

yang ada dalam diri individu (faktor intern) dan faktor di luar individu (faktor

ekstern). Dengan adanya kedua faktor tersebutlah yang dapat mempengaruhi

tingkat prestasi seseorang. Djamarah (2011;38) menyatakan bahwa aktivitas belajar

ituberhubungan dengan masalah belajar menulis, mencatat,


44

memandang,Berdasarkan hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa ketika

belajarseseorang melakukan berbagai aktivitas yang melibatkan raganya,bahkan

seseorang bisa melakukan lebih dari satu aktivitas secaralangsung. Berbagai

aktivitas tersebut adalah mendengarkan,memandang, meraba, membau, hingga

berupa latihan atau praktekmembaca, mengingat, berpikir, latihan atau praktek dan

sebagainya.Dalam belajar atau mempelajari sesuatu itu tidak hanya dalam waktu

yang singkat dan cepat, tetapi perlu untuk meluangkan waktu sedikit setiap hari

untuk belajar dan itu juga harus konsisten. Dengan demikian, maka dapat membuat

seseorang menjadi disiplin waktu dalam belajar.

Sedangkan siswa yang tidak memiliki disiplin diri dalam belajar, biasanya

hal ini akan membuat mereka menjadi orang yang lamban dalam menangkap

pelajaran yang diajarkan. Tanpa adanya disiplin dalam belajar, hal ini akan

membuat siswa menjadi kurang semangat dalam belajar. Dan tanpa disiplin dalam

belajar tentu akan membuat siswa mengalami kesulitan dalam mengikuti proses

belajar mengajar. Sehingga keadaan ini akan berakibat pada prestasi belajarnya

yang akan menunjukkan hasil yang kurang memuaskan.

Sehingga dapat dikatakan bahwa, siswa yang memiliki kedisiplinan dalam

belajar, mereka cenderung memiliki prestasi belajar yang lebih baik. Sedangkan

siswa yang tidak memiliki kedisiplinan dalam belajar, mereka cenderung memiliki

prestasi belajar yang kurang atau rendah dibandingkan dengan siswa yang memiliki

kedisiplinan dalam belajar. Oleh karena hubungan disiplin belajar terhadap prestasi

belajar siswa bersifat positive.

2.4. Kerangka Konseptual


45

Kepemimpinan
H1

H2 Prestasi Belajar Bahasa


Motivasi Indonesia

H3
Disiplin Belajar

H4
Keterangan:
Berpengaruh Parsial (Sendiri-sendiri)
Berpengaruh Simultan (Bersama-sama)

Gambar 2.1
Kerangka Konseptual

2.5. Hipotesis

Berdasarkan kerangka teoritis yang dibuat maka dalam penelitian ini dapat

dirumuskan hipotesis alternatif untuk menguji pengaruh gaya kepemimpinan

terhadap motivasi positif, motivasi negatif dalam prestasi belajar siswa adalah

sebagai berikut :

H1 : Diduga ada pengaruh gaya kepemimpinan terhadap prestasi belajar Bahasa

Indonesia kelas XI SMA Kanjeng Sepuh Sidayu.

H2 : Diduga ada pengaruh motivasi terhadap prestasi belajar Bahasa Indonesia

kelas XI SMA Kanjeng Sepuh Sidayu.


46

H3 : Diduga ada pengaruh disiplin terhadap prestasi belajar Bahasa Indonesia kelas

XI SMA Kanjeng Sepuh Sidayu.

H4 : Diduga ada pengaruh gaya kepemimpinan, motivasi, dan disiplin

belajarterhadap prestasi belajar Bahasa Indonesia kelas XI SMA Kanjeng

Sepuh Sidayu.
47

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Pendekatan Penelitian

Jenis metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

Kuantitatif yang digunakan untuk meneliti pada populasi dan sempel tertentu,

teknik pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat

statistik atau kuantitaif dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah

ditetapkan, Sugiyono (2013;31).

3.2. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di Sekolah Menenah Atas (SMA) Kanjeng Sepuh

Sidayu Jl. Pemuda No.75, Bunderan, Gresik, Kabupaten Gresik, Jawa Timur.

3.3. Populasi Dan Sampel

3.3.1. Populasi Penelitian

Menurut Sugiyono (2013;80) Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri

atas: obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya.Populasi dari penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI SMA

Kanjeng sepuh Sidayu tahun pelajaran 2016/ 2017 yang berjumlah 136 siswa.
48

3.3.2. Sampel Penelitian

Sampel Menurut Sugiyono (2013;81) menyatakan bahwa sampel adalah bagian dari

jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasitersebut. Dalam penelitian ini,

pengambilan sampel menggunakan teknikProbability Sampling jenisCluster

Random Samplingadalah cara pengambilan sampel yang berdasarkan pada cluster-

cluster tertentu. teknik ini digunakan bilamana populasi tidak terdiri dari individu-

individu, melainkan terdiri dari kelompok-kelompok individu atau cluster. Teknik

sampling ini digunakan untuk menentukan sampel bila objek yang akan diteliti atau

sumber data sangat luas, misalnya penduduk dari suatu negara, propinsi atau

kabupaten . (Sugiyono, 2013;85).

Menurut Sugiyono (2013;86) menyatakan bahwa penentuan jumlah sampel dari

populasi tertentu dengan menggunakan tabel krejcie dengan taraf kesalahan

1%, 5% dan 10%, jika populasi 136 orang dan tingkat kesalahan menggunakan

taraf 5% maka sampel yang digunakan adalah 100 responden sebagaimana

penentuan jumlah sampel dari populasi dengan taraf kesalahan 5%

sebagaimana pada tabel 3.1 berikut :

Tabel 3.1
Tabel Krecji

S S S
N N N
1% 5% 10% 1% 5% 10% 1% 5% 10%
10 10 10 10 280 197 155 138 2800 537 310 247
15 15 14 14 290 202 158 140 3000 543 312 248
20 19 19 19 300 207 161 143 3500 558 317 251
25 24 23 23 320 216 167 147 4000 569 320 254
30 29 28 27 340 225 172 151 4500 578 323 255
35 33 32 31 360 234 177 155 5000 586 326 257
40 38 36 35 380 242 182 158 6000 598 329 259
49

45 42 40 39 400 250 186 162 7000 606 332 261


50 47 44 42 420 257 191 165 8000 613 334 263
55 51 48 46 440 265 195 168 9000 618 335 263
60 55 51 49 460 272 198 171 10000 622 336 266
65 59 55 53 480 279 202 173 15000 635 340 267
70 63 58 56 500 285 205 176 20000 642 342 268
75 67 62 59 550 301 213 182 30000 649 344 269
80 71 65 62 600 315 221 187 40000 653 345 269
85 75 68 65 650 329 227 191 50000 655 346 270
90 79 72 68 700 341 233 195 75000 658 346 270
95 83 75 71 750 352 238 199 100000 659 347 270
100 87 78 73 800 363 243 202 150000 661 347 270
110 94 84 78 850 373 247 205 200000 661 347 270
120 102 89 83 900 382 251 208 250000 662 348 270
130 109 95 88 950 391 255 211 300000 662 348 270
140 116 100 92 1000 399 258 213 350000 662 348 270
150 122 105 97 1100 414 265 217 400000 662 348 270
160 129 110 101 1200 427 270 221 450000 663 348 270
170 135 114 105 1300 442 275 224 500000 663 348 270
180 142 119 108 1400 451 279 227 550000 663 348 270
190 148 123 112 1500 460 283 229 600000 663 348 270
200 154 127 115 1600 469 286 232 650000 663 348 270
210 160 131 118 1700 477 289 234 700000 663 348 270
220 171 135 122 1800 485 292 235 750000 663 348 270
230 176 139 125 1900 492 294 237 800000 663 348 271
240 182 142 127 2000 498 297 238 850000 663 348 271
250 187 146 130 2200 510 301 241 900000 663 348 271
260 190 149 133 2400 520 304 243 950000 663 348 271
270 192 152 135 2600 529 307 245 1000000 663 348 271
~ 664 349 272

Sedangkan rincian populasi dan sampel sebagaimana dalam tabel 3.2 berikut :

Tabel 3.2
Distribusi Sampel Kelas XI SMA Kanjeng Sepuh Sidayu Gresik

Perhitungan
Nama Jumlah Sampel
NO Kelas Populasi Sampel Dari
Sekolah Sampel Sekolahan
Tiap Kelas
XI (19/136) x
19 14
SMA Bahasa 100
Kanjeng (26/136) x
XI Ipa 1 26 19 100
1 Sepuh 100
Sidayu (27/136) x
Gresik XI Ipa 2 27 20
100
50

(30/136) x
XI Ips 1 30 22
100
(34/136) x
XI Ips 2 34 25
100
Jumlah
Jumlah Populasi 136 100
Sampel
Sumber: Pengolahan Data

Berdasarkan perhitungan sampel diatas, dari populasi sebanyak 136 siswa,

maka jumlah sampel yang dibutuhkan hanya sebanyak 100 siswa/siswi dari SMA

Kanjeng Sepuh Sidayu Gresik

3.4. Jenis Dan Sumber Data

3.4.1. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif. Data adalah

sesuatu yang belum mempunyai arti bagi penerimanya dan masih memerlukan

adanya suatu pengolahan. Data kuantitatif, yaitu data yang dapat dihitung dan

berupa angka-angka seperti data hasil dari angket (kuesioner) pada obyek yangakan

diteliti.

3.4.2. Sumber Data

3.4.2.1.Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dikumpulkan oleh peneliti

dari lapangan atau obyek penelitian sesuai dengan variabel yang diteliti kemudian

diolah. Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah jawaban responden atas

pernyataan yang diajukan kepada responden, Sugiyono (2013;137)dalam hal ini

data diperoleh langsung dari sumber data yaitu dari SMA Kanjeng Sepuh Sidayu

Gresik melalui penyebaran angket (kuesioner) tentang pernyataan responden

terhadap kepemimpinan, motivasi, dan prestasi belajar.


51

3.5. Teknik Pengambilan Data

Dalam penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data dengan menggunakan

angket (kuesioner), Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan

dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada

responden untuk dijawabnya. Sugiyono (2013;80). yakni memperoleh data dengan

cara mengajukan daftar pertanyaan tertulis secara lengkap tentang masalah yang

akan dibahasmengenai Pengaruh Gaya Kepemimpinan, Motivasi, Disiplin Belajar

Terhadap Prestasi Belajar Bahasa Indonesia Kelas XI SMA yang akan disebarkan

kepada siswa kelas XI SMA Kanjeng Sepuh Sidayu.

3.6. Identifikasi Dan Definisi Operasional Variabel

3.6.1. Identifikasi Variabel

Dalam penelitian ini digunakan 4 variabel, yang terdiri dari variabel bebas dan 1

variabel terikat, yaitu : variabel bebas (X) yang terdiri dari Kepemimpinan (X 1),

dan Motivasi (X2),disiplin belajar (X3) variabel terikat (Y) yaitu Prestasi Belajar

Bahasa Indonesia (Y).

3.6.2. Definisi Operasional Variabel

Definisi oprasional merpakan penjelasan tentang bagaimana suatu variabel diukur

sehingga peneliti dapat mengetahui baik buruknya pengukran tersebut. berikut ini

penjelasan mengenai variabel yang digunkan dalam penelitian ini.yaitu :

1. Gaya Kepemimpinan (X1)


52

Gaya Kepemimpinan diartikan sebagai penilaian responden terhhadap ketaatan

dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang

diberikan.Adapun indikator Gaya Kepemimpinan menurut Mulyasa (2011;19)

7. Menekankan kepada guru dan seluruh warga sekolah untuk memenuhi

norma-norma pembelajaran dengan disiplin yang tinggi.

8. Membimbing dan mengarahkan guru dalam memecahkan masalah-masalah

kerjanya, dan bersedia memberikan bantuan secara proporsional dan

professional.

9. Memberikan dukungan kepada para guru untuk menegakkan disiplin

peserta didik.

10. Menunjukan sikap dan prilaku teladan yang dapat dicontoh dan dapat

menjadi panutan atau model bagi guru, peserta didik, dan seluruh warga

sekolah.

11. Membangun kelompok kerja aktif, kreatif, dan produktif.

12. Memberikan ruang pemberdayaan sekolah kepada seluruh warga sekolah.

2. Motivasi (X2)

Motivasi diartikan sebagai penilaian responden terhadap keseluruhan daya

penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkankegiatan belajar, sehingga

tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajaritu dapat tercapai Sardiman A. M

(2010;75). Adapun indikator motivasi menurut Sardiman A.M yang telah

diklasifikasikan oleh Hamzah B. Uno (2011;23).

1. Adanya Hasrat dan Keinginan Berhasil


53

2. Adanya Dorongan dan Kebutuhan Dalam Belajar

3. Adanya Harapan dan Cita-cita Masa Depan

4. Adanya Penghargaan Dalam Belajar

5. Adanya Lingkungan Belajar yang Kondusif

3. Disiplin Belajar (X2)

Disiplin Belajar diartikan sebagai penilaian responden terhadap ketaatan dalam

melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan.Adapun

indikatorDisiplin Belajar Menurut Moenir (2010;96).

1. Tepat waktu dalam belajar

2. Tidak keluar dan membolos saat jam pelajaran berlangsun

3. Menyelesaikan tugas sesuai waktu yang ditetapkan

4. Patuh dan tidak menentang peraturan

5. Tidak malas belajar

4. Prestasi Belajar (Y)

Disiplin Belajar diartikan sebagai penilaian responden terhadap Pengungkapan

hasil belajar meliputi segala ranah psikologis yang berubah sebagai akibat

pengalaman dan proses belajar siswa Fatima (2011;95)

Indikator prestasi belajar dalam penelitian ini adalah :

1. Hasil Belajar Kognitif

Hasil belajar kognitif yang mana diantaranya meliputi antara lain sebagai

berikut:

a. Pengamatan

b. Ingatan
54

2. Hasil Belajar Efektif

Hasil belajar efektif yang mana diantaranya meliputi antara lain sebagai

berikut :

a. Apresiasi (sikap menghargai)

b. Internalisasi (pendalaman)

c. Karakterisasi (pengahayatan)

3. Hasil Belajar Psikomotor

Hasil belajar psikomotor yang mana diantaranya meliputi antara lain sebagai

berikut :

a. Keterampilan bergerak dan bertindak

b. Kecakapan ekspresi verbal dan non-verbal

3.7. Pengukuran Variabel

Pengukuran variable, penelitian ini perlu diukur menggunakan alat penelitian.

Pengukuran tiap variable dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan

skala likert munurut sugiyono (2013;134) “skala likert digunakan untuk mengukur

sikap, pendapat dan presepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena

sosial. Skala likert yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala likert 1-5

dengan keterangan sebagai berikut:

1. Apabila responden menjawab SS (sangat setuju) maka diberi nilai 5

2. Apabila responden menjawab S (setuju) maka diberi nilai 4

3. Apabila responden menjawab R (ragu-ragu) maka diberi nilai 3

4. Apabila responden menjawab TS (tidak setuju) maka diberi nilai 2

5. Apabila responden menjawab STS (Sangat tidak setuju) maka diberi nilai 1
55

3.8. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian ini menggunakan kuisioner dalam pengumpulan data primer,

sebelum digunakan untuk analisis selanjunya, kuisener ini harus terlebih dahulu di

lakukan uji validitas dan uji reliabilitas dengan menggunakan program SPSS

(SocialProductofSocialScience).

3.8.1. Uji Validitas

Uji Validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner.

Satu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk

mengungkap suatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Untuk menguji

validitas dalam penelitian ini adalah dengan menghitung korelasi diantara masing-

masing pernyataan dengan skor total yang menggunakan korelasi Product Moment.

Valid tidaknya suatu item, diketahui dengan membandingkan indeks koefisien

korelasi Product Moment (r) dengan nilai hitung kritisnya, dimana r dapat diperoleh

dengan rumus (Sugiyono ,2005;212) sebagai berikut :

𝑟 = 𝑁(Σ𝑋𝑌) − (Σ𝑋. Σ𝑌)


√[NΣ𝑋 2 − (Σ𝑋)2 ] [NΣ 𝑌 2 − (Σ𝑋)2 ]

N = Banyaknya variable

X = Skor item x

Y = Skor item y

Jika r hitung > r tabel(Uji 2 sisi dengan tingkat signifikansi 5%) maka butir

pernyataan atau indikator tersebut dinyatakan valid

3.8.2. Uji Reliabilitas


56

Uji reliabilitas merupakan uji kehandalan yang bertujuan untuk mengetahui

seberapa jauh alat ukur tersebut dapat dipercaya. Suatu kuesioner dikatakan reliabel

atau handal jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil

dari waktu ke waktu. Suatu data dikatakan reliabel adalah jika variabelnya memiliki

nilai Cronbach alpha (α) lebih besar dari 0,6 (Ghozali, 2011;16).

∝ = koefisien reliabilitas
k = jumlah item per variabel
r = mean korelasi antar item

Untuk mengukur variable jawaban responden dikatakan reliabel jika

masing-masing pertanyaan dijawab secara konsisten. Pengujian reliabilitas

dilakukan dengan menggunakan Cronbach Alpha. Koefisien Cronbach Alpha

apabila ini > 0.60 menunjukan kehandalan (reliabilitas) instrument (apabila

dilakukan penelitian ulang dengan waktu dan dimensi yang berbeda akan

menghasilkan kesimpulan yang sama).

a. Apabila hasil koefisien Alpha > taraf signifikansi 60% atau 0.6 maka

kuesioner tersebut reliabel.

b. Apabila hasil koefisien Alpha < taraf signifikansi 60% atau 0.6 maka

kuesioner tersebut tidak reliabel.

3.9. Uji Asumsi Klasik

3.9.1. Uji Autokorelasi

Autokorelasi artinya terdapat pengaruh dari variabel dalam model melalui tenggang

waktu. Hal ini berarti bahwa nilai variabel saat ini akan berpengaruh terhadap nilai

variabel lain pada masa yang akan datang. Jika dalam suatu model regresi terdapat

autokorelasi maka akan menyebabkan varians sampel tidak dapat menggambarkan


57

varians populasinya dan model regresi yang dihasilkan tidak dapat digunakan untuk

menaksir nilai variabel independen tertentu. Untuk mendiagnosis ada atau tidaknya

autokorelasi dalam suatu model regresi dapat dilakukan dengan cara melakukan

pengujian terhadap nilai Uji DW atau Durbin Watson.

Pengambilan keputusan tidak ada autokorelasi adalah sebagai berikut:

1. Bila nilai DW terletak antara batas atas (du) dan (4-du), maka koefisien

autokorelasi sama dengan nol, berarti tidak ada autokorelasi.

2. Bila nilai DW lebih rendah dari pada batas bawah (dl), maka koefisien

autokorelasi lebih besar dari pada nol, berarti ada autokorelasi positif

3. Bila nilai DW lebih besar pada (4-dl), maka koefisien autokorelasi lebih kecil

daripada nol berarti ada autokorelasi negative

4. Bila nilai DW terletak antara batas atas (du) dan batas bawah (dl) atau DW

terletak antara (4-du) dan (4-dl), maka hasilnya tidak dapat disimpulkan.

3.9.2. Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan

adanya korelasi antara variabel bebas (independen). Model regresi yang baik

seharusnya tidak menjadi korelasi diantara variabel independen. Variabel ortogonal

adalah variabel independen yang nilai korelasi antara sesame variabel independen

sama dengan nol.

3.9.3. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas dilakukan untuk mengetahui apakah variabel pengganggu

dalam persamaan regresi mempunyai varian yang sama atau tidak. Uji
58

heteroskedastisitas menggunakan koefisien korelasi Sperman dengan ketentuan

jika signifikansi < 0,05 maka terdapat heteroskedastisitas dan jika signifikansi

>0,05 maka tidak terdapat heteroskedastisitas dalam regresi (Hasan dalam Meka,

2011;73).

3.9.4. Uji Normalitas

Cara yang sering digunakan dalam menentukan apakah suatu model distribusi

normal atau tidak, hanya dengan melihat pada histogram residulal apakah memiliki

bentuk gambar pola pada histogram atau dengan melihat apakah penyebaran data

membentuk garis lurus diagonal, dan ploting data residual akan dibandingkan

dengan garis diagonal. Jika data menyebar disekitar garis diagonal, maka model

regresi memenuhi asumsi normalitas. Cara ini akan menjadi fatal Karena

pengambilan keputusan menjadi subyektif. Uji normalitas dimaksudkan untuk

mengetahui apakah residual model regresi ang diteliti berdistribusi normal atau

tidak. Metode yang digunakan untuk menguji normalitas adalah dengan

menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov, jika nilai signifikansi dari hasil uji

Kolmogorov-Smirnov > 0,05 maka asumsi normalitas terpenuhi (Nurjannah

2012;9).
59

3.10. Teknik Analisis Data

3.10.1. Analisis Regresi Linear Berganda

Analisis regresi pada dasarnya adalah studi yang mengenai ketergantungan variabel

terika dengan satu atau lebih variabel bebas dengan tujuan untuk memprediksi nilai

rata-rata variabel terikat berdasarkan nilai variabel yang diketahui (Maghfiroh,

2015;41).

Dalam rangka menganalsis pengaruh variabel independen dengan variabel

tergantung agar sesuai dengan tujuan penelitian maka digunakan pendekatan

regresi linear berganda. Dapat dirumuskan sebagai berikut :

𝑌 = ∝ +𝛽1 X1 + 𝛽2 X2 + 𝛽3 X3 + e

Keterangan :

Y = Variabel bebas
∝ = Konstansa
𝛽1 X1 + 𝛽2 X2 + 𝛽3 = Koefisien Regresi
X1, = Variabal Bebas
X2, = Variabal Bebas
X3 = Variabal Bebas
E = Eror

3.10.2. Koefisien Determian R2

Ghazali (2011;97) koefisien determianasi (R2) pada intinya mengukur seberapa

jauh model dalam menerangkan variasi variabel depende. Nilai koefisien

determinasi suatu persamaan regresi. Maka semakin kecil pula pengaruh semua

variabel independen (kepemimpinan, motivasi) terhadap nilai variabel dependen

(Prestasi Belajar Sisea). Sebaliknya semakin mendekati satu besarnya koefisien

determinasi suatu persamaan regresi, maka semakin besar pula pengaruh semua
60

variabel independen (kepemimpinan, motivasi) terhadap variabel dependen

(prestasi belajar siswa).

Kelemahan mendasar penggunaan koefisien determinasi adalah bias

terhadap jumlah variabel independen yang dimasukkan dalam model. Setiap

tambahan satu variabel dependen maka R 2 pasti meningkat tidak peduli apakah

variabel tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap variabel. Oleh Karena itu

banyak peneliti menganjurkan untuk menggunakan Adjusted R2pada saat

mengevaluasi mana model regresi yang terbaik. Tidak seperti R, nilai Adjusted R2

dapat naik dan turun apabila satu variabel independenditambbahkan kedalam model

(Setiadi, 2015;59).

3.10.3. Uji Hipotesis

Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh pengaruh variable bebas terhadap

variable terikat maka dilakukan pengujian terhadap hpotesis yang diajukan

dilakukan secara parsial (t) dan secara simultan (F)

Perhitungan statistic disebut signifikan secara setatistik apabila nilai uji

statistiknya berada dalam daerah kritis (daerah dimana HO ditolak), sebaliknya

disebut tidak signifikan apabila nilai uji statistiknya berada berada dalam daerah

dimana HO diterima (Ghozali, 2001). Uji hipotesis dalam penelitian ini yaitu :

3.10.4. Uji t (Parsial)

Pengujian terhadap koefisien regresi secara parsial dilakukan dengan Uji t.

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui signifikansi peran secara parsial antara
61

variable independen terhadap variable dependen dengan mengasumsikan bahwa

variable independen lain dianggap konstan.

1. H0 : βi = 0 artinya secara parsial tidak terdapat pengaruh variabel bebas

(X)terhadap variabel terikat (Y). Menenukan tingkat signifikansi sebesar 5%

(a=0,05) dilakukan uji dua sisi sebesar (a/2) 0,05.2 = 0,025 jika nilai signifikan

maka thitung > ttabel maka Ho ditolak dan Ha di terima, artinya secara parsial ada

pengaruh nyata secara (positif), jika t hitung < ttabel maka Ho diterima dan Ha

ditolak, artinya secara parsial tidak ada pengaruh nyata (negatif).

2. H1 : β ≠ 0 artinya secara parsial terdapat pengaruh variabel bebas (X) terhadap

variabel terikat (Y)

𝑡 𝛽𝑖
ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔
𝑠𝑒(𝛽𝑖)

Keterangan :

Βi = koefisien regresi
Se = standar rror

Tingkat signifikansi α = 5% : 2 = 2,5% (uji dua sisi) dengan drajat kebebasan

(df) n-k-1 (Priyanto, 2012:91)

3. Kriteria Pengujian

Gambar 3.1
Distribusi penerimaan atau penolakan Uji t
62

Kriteria Pengujian :

a. Jika t hitung > t tabel dengan tingkat signifikan 5% maka H0 ditolak dan

H1 diterima yang artinya variabel bebas (X) berpengaruh terhadap

variabel terikat (Y)

b. Jika t hitung < t tabel dengan tingkat signifikan 5% maka H0 diterima

dan H1 ditolak yang artinya variabel bebas (X) tidak berpengaruh

terhadap variabel terikat (Y)

3.10.5. Uji f (Simultan)

Uji F dilakukan untuk mengetahui apakah variabel-variabel bebas (X) secara

bersama-sama memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat

(Y)yaitu prestasi belajar. Model hipotesisnya adalah :

1. Merumuskan hipotesis untuk masing-masing kelompok.

H0 : b1,b2,b3 = 0 (artinya variabel bebas secara bersama-sama tidak berpengaruh

terhadap variabel terikat (Y).

H1 : b1,b2,b3 = 0 (gaya kepemimpinan, motivasi, disiplin belajar secara bersama-

sama berpengaruh terhadap prestasi belajar Bahasa Indonesia Kelas XI SMA

Kanjeng Sepuh Sidayu Gresik

2. Menentukan tingkat signifikan sebesar 5% (α = 0,05)

3. Membandingkan tingkat signifikan (α = 0,05) dengan tingkt signifikan F yang

diketahui secara langsung dengan menggunakan program SPSS dengan

kriteria:
63

Apabila Fhitung > Ftabel dengan tingkat signifikan 5% maka H0 diterima dan H1

ditolak, yang artinya variabel bebas (X) secara simultan berpengaruh terhadap

veriabel terikat (Y).

Apabila Fhitung < Ftabel dengan tingkat signifikan 5% maka H0 ditolak dan H1

diterima, yang artinya variabel bebas (X) secara simultan tidak berpengaruh

terhadap variabel terikat (Y).

f Table

Gambar 3.2
Distribusi Penerimaan Atau Penolakan Uji f
64

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN INTREPRESTASI HASIL

4.1. Gambaran Umum dan Obyek Penelitian

4.1.1. Sejarah Sekolah Madrasah Aliyah Kanjeng Sepuh Sidayu

SMA KANJENG SEPUH berdiri pada tahun 1987, yang melatar belakangi

berdirinya SMA KANJENG SEPUH adalah banyaknya usulan dari sebagian

besar wali murid untuk mendirikan Sekolah Menengah Atas (SMA) untuk

menampung anak-anak yang tidak berminat masuk ke Madrasah Aliyah

Kanjeng Sepuh Sidayu.Pada Tahun 1986, para pengurus taman pendidikan

kanjeng sepuh merespon usulan wali muris yang ingin mendirikan sekolah

menengah atas. Serta mengingat pada tahun 1986 di sidayu telah berdiri SMA

Budi Utomo, SMA Muhammadiyah, dan SMAN Sidayu melalui rapat pengurus

dan guru taman pendidikan Kanjeng Sepuh yang dipimpin ketua pegurus TPKS

H. Ahsan Adelan menetapkan, menyetujui berdirinya SMA Kanjeng Sepuh

untuk pelajaran Tahun 1987.

Proses pengurusan berdirinya SMA KANJENG SEPUH terus dilakukan

dengan mengajukan permohonan kepada Kepala Kantor Pendidikan dan

Kebudayaan Kabupaten Gresik pada bulan Mei 1987, permohonannya di

rekomendasikan Kepala Kantor Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Kabupaten Gresik pada 1 Juli 1987.Pada tahun 1987 SMA KANJENG SEPUH
65

telah mulai menerima pendaftaran siswa baru dengan perolehan siswa sebanyak

24 siswa dengan menempati gedung taman pendidikan kanjeng sepuh unit 1 di

jalan kanjeng sepuh no. 2 sidayu. Proses pembelajaran dilakukan pada siang

hari dengan kepala sekolahnya Drs. Moh. Fudloil pada tahun 1996 dan Ah.

Yahmum pada tahun 2001. Setelah meluluskan siswa angkatan pertama dengan

program IPS tahun pelajaran 1989-1990. Setahun kemudian pada 1991 SMA

KANJENG SEPUH mengikuti akreditasi yang pertama dengan status DIAKUI,

pada tahun 1991 SMA KANJENG SEPUH menempati gedung baru Taman

Pendidikan Kanjeng Sepuh unit II di jalan Pemuda No. 75 Sidayu Gresik.

Proses pembelajaran dilakukan pada siang harinya dengan program IPA

dan IPS, pada pagi harinya gedung SMA KANJENG SEPUH yang baru

digunakan untuk pembelajaran SD NU KANJENG SEPUH yang juga baru

berdiri. Dalam perkembangannya gedung TPKS Unit II digunakan untuk

pembelajaran Madrasah Aliyah dan SMA KANJENG SEPUH.Pada tahun 1996

SMA KANJENG SEPUH kembali mengikuti akreditasi yang kedua dengan

status DIAKUI, dan pada akreditasi ke-3 yang dilaksanakan pada tahun 2005

dengan hasil status TERAKREDITASI A sampai sekarang.

4.1.2. Visi Dan Misi Sekolah Madrasah Kanjeng Sepuh Sidayu

1. Visi

Terwujudnya Kehidupan Sekolah yang Agamis, Demokratis, Berprestasi dan

Berbudaya Mulia
66

2. Misi

1. Menumbuhkan budaya islami di lingkungan sekolah

2. Membudayakan prilaku akhlaqul karimah

3. Menciptakan suasana sekolah yang disenangi warga sekolah dan diminati

orang tua / wali siswa

4. Menumbuhkan budaya disiplin dan rasa tanggung jawab

5. Melengkapi sarana prasarana pendidikan memadahi

6. Menumbuhkan semangat belajar siswa dengan tertib dan terarah

7. Membina bakat dan kreatifitas siswa melalui kegiatan ekstra dan ekstensi

8. Meraih prestasi dengan mengikuti berbagai event lomba, baik akademik

maupun non akademik

4.2. Deskripsi Hasil Penelitian

4.2.1. Karakteristik Responden

Responden yang di tentukan sebagai sampel adalahsebanyak 100 orang.Setiap

responden diberi lembar kuesioner untuk memberikan jawaban atas pernyataan

yang telah disediakan. Penelitian ini akan mengidentifikasi karateristik

responden berdasarkan Jenis kelamin dan jurusan

4.2.2. Diskripsi Responden

1. Jenis Kelamin

Deskripsi responden berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel 4.1

berikut ini :
67

Tabel 4.1

Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin


Jumlah
Jenis kelamin Presentase (%)
Orang / Responden
Laki – laki 63 63
Perempuan 47 47
Total 100 100%
Sumber : Hasil Penelitian, 2019 (Data Diolah)

Berdasarkan tabel 4.1 bahwa jumlah persentase jenis kelamin yang paling

tinggi adalah Laki-laki yaitu 63 responden atau 63%, dan jumlah persentase jenis

kelamin Perempuan yaitu 47responden.

Tabel 4.2

Karekteristik Berdasarkan Jurusan

Jumlah
Jurusan Presentase %
Orang

XI Bahasa 14 14

XI IPA 1 19 19

XI IPA 2 20 20

XI IPS 1 22 22

X1 IPS 2 25 25

Total 100 100%

Sumber : Hasil Penelitian, 2019 (Data Diolah)


68

Dari tabel 4.2 dapat dijelaskan bahwa mengenai karakteristik responden

berdasarkan Jurusan mayoritas yaitu sebanyak 25 orang atau sebanyak 25 %

Jurusan XI IPS 2.

4.3.Tanggapan Responden

Langkah-langkah dalam menentukan tanggapan responden sebagai berikut:

Skor tertinggi – skor terendah

(5 x 100) – (1 x 100) = 500 – 100 = 440

P = 400
5

= 80

Tabel 4.3

Tanggapan Responden
No Skala Kriteria
1 100 – 180 Sangat Tidak Setuju
2 181 – 261 Tidak Setuju
3 262 – 342 Ragu-ragu
4 343– 423 Setuju
5 424– 504 Sangat Setuju
Sumber : Data primer diolah 2019

Berikut ini hasil dari pengamatan kuisioner tentang

Kepemimpinandiambil dari data yang diolah sesuai dengan tabel berikut:

4.3.1. Kepemimpinan (X1)

Kepemimpinan diukur berdasarkan penilaian SMA Kanjeng Sepuh

Sidayuterhadap beberapa indicatorKepemimpinan. Berikut ini hasil tanggapan


69

responden dari kuesioner yang didistribusikan kepada 100 responden dan telah

diolah sesuai dengan tabel 4.4 sebagai berikut :

Tabel 4.4

Tanggapan Dan Penilaian Responden Kepemimpinan (X1)

Sangat tidak
Tidak Setuju Setuju Sangat
Setuju Ragu-Ragu
Item Setuju
(1) (3)
(2) (4) (5)

 Skor  Skor  Skor  Skor  Skor

X1.1 0 0 9 18 23 69 49 196 19 95

X1.2 0 0 5 10 34 102 40 160 21 105

X1.3 0 0 3 6 37 111 38 152 22 110

X1.4 0 0 4 8 24 72 55 220 17 85

X1.5 0 0 2 4 38 114 40 160 20 100

X1.6 0 0 5 10 35 105 45 180 15 75

Rata-rata

Sumber : Lampiran 3 (2019)

Berdasarkan tabel 4.4, dapat dijelaskan bahwa jawaban responden terhadap

disiplin belajarberikut :

1. Berdasarkan kuesioner pada item pertama, pendapat responden diperoleh total

skor 378, yang berarti sebagian besar responden setuju

2. Berdasarkan kuesioner pada item kedua, pendapat responden diperoleh total

skor 377, yang berarti sebagian besar responden setuju.


70

3. Berdasarkan kuesioner pada item ketiga, pendapat responden diperoleh total

skor 379, yang berarti sebagian besar responden setuju.

4. Berdasarkan kuesioner pada item keempat, pendapat responden diperoleh total

skor 385, yang berarti sebagian besar responden setuju.

5. Berdasarkan kuesioner pada item kelima, pendapat responden diperoleh total

skor 378, yang berarti sebagian besar responden setuju.

6. Berdasarkan kuesioner pada item kelima, pendapat responden diperoleh total

skor 370, yang berarti sebagian besar responden setuju.

7. Berdasarkan kuisioner variabel disiplin belajardiperoleh rata-rata tanggapan

dengan total skor 377, yang berarti disimpulkan bahwa secara umum responden

memiliki tanggapan yang baik setuju dengan variabel Kepemimpinan.

4.3.2. Motivasi (X2)

Motivasi diukur berdasarkan penilaian responden Berikut ini hasil tanggapan

responden dari kuesioner yang didistribusikan kepada 100 responden dan telah

diolah sesuai dengan tabel 4.5 sebagai berikut :

Tabel 4.5

Tanggapan Dan Penilaian Responden Motivasi (X2)

Sangat tidak
Tidak Setuju Setuju Sangat
Setuju Ragu-Ragu
Item Setuju
(1) (3)
(2) (4) (5)

 Skor  Skor  Skor  Skor  Skor


71

X1.1 0 0 7 14 25 75 48 192 20 100

X1.2 0 0 4 8 28 84 43 172 25 125

X1.3 0 0 7 14 27 81 46 184 20 100

X1.4 0 0 8 16 30 90 50 200 12 60

X1.5 0 0 5 10 32 96 42 168 21 105

Rata-rata

Sumber : Lampiran 3 (2019)

Berdasarkan tabel 4.5, dapat dijelaskan bahwa jawaban responden terhadap

Motivasi sebagai berikut :

1. Berdasarkan kuesioner pada item pertama, pendapat responden diperoleh total

skor 381, yang berarti sebagian besar responden setuju.

2. Berdasarkan kuesioner pada item kedua, pendapat responden diperoleh total

skor 389, yang berarti sebagian besar responden setuju.

3. Berdasarkan kuesioner pada item kedua, pendapat responden diperoleh total

skor 379, yang berarti sebagian besar responden setuju.

4. Berdasarkan kuesioner pada item ketiga, pendapat responden diperoleh total

skor 366, yang berarti sebagian besar responden setuju.

5. Berdasarkan kuesioner pada item ketiga, pendapat responden diperoleh total

skor 379, yang berarti sebagian besar responden setuju.

6. Berdasarkan kuesioner variabel Motivasi diperoleh rata-rata tanggapan dengan

total skor 379 yang berarti disimpulkan bahwa secara umum responden

memiliki tanggapan yang baik atau dengan kata lain responden setuju dengan

variabel Motivasi.
72

4.3.3. Disiplin Belajar (X3)

Disiplin belajar diukur berdasarkan penilaian respondenterhadap beberapa

indikator. Berikut ini hasil tanggapan responden dari kuesioner didistribusikan

telah diolah sesuai dengan tabel 4.6 sebagai berikut :

Tabel 4.6

Tanggapan Dan Penilaian Responden Disiplin Belajar (X3)

Sangat tidak
Tidak Setuju Setuju Sangat
Setuju Ragu-Ragu
Item Setuju
(1) (3)
(2) (4) (5)

 Skor  Skor  Skor  Skor  Skor

X1.1 0 0 7 14 28 84 46 184 19 95

X1.2 0 0 4 8 37 111 40 160 19 95

X1.3 0 0 3 6 35 105 45 180 17 85

X1.4 0 0 4 9 35 105 43 172 18 90

X1.5 0 0 6 12 29 87 47 188 18 90

Rata-rata

Sumber : Lampiran 3 (2019)

Berdasarkan tabel 4.6, dapat dijelaskan bahwa jawaban responden terhadap

Disiplin Belajar sebagai berikut :

1. Berdasarkan kuesioner pada item pertama pendapat responden diperoleh total

skor 4,22 yang berarti sebagian besar responden setuju.

2. Berdasarkan kuesioner pada item kedua, pendapat responden total skor 430,

yang berarti sebagian besar responden setuju.


73

3. Berdasarkan kuesioner pada item ketiga, pendapat responden diperoleh total

skor 415 yang berarti sebagian besar responden setuju.

4. Berdasarkan kuesioner variabel Prestasi Belajar diperoleh rata-rata tanggapan

dengan total skor 422 yang berarti disimpulkan bahwa secara umum responden

memiliki tanggapan yang baik atau dengan kata lain responden setuju dengan

variabel Prestasi Belajar.

4.3.4. Prestasi Belajar (Y)

Prestasi belajardiukur berdasarkan penilaian respondenterhadap beberapa

indikator. Berikut ini hasil tanggapan responden dari kuesioner didistribusikan

telah diolah sesuai dengan tabel 4.7 sebagai berikut :

Tabel 4.7

Tanggapan Dan Penilaian Responden Prestasi Belajar (Y)

Sangat tidak
Tidak Setuju Setuju Sangat
Setuju Ragu-Ragu
Item Setuju
(1) (3)
(2) (4) (5)

 Skor  Skor  Skor  Skor  Skor

Y1 0 0 3 6 29 87 51 204 17 85

Y2 0 0 3 6 31 93 54 216 12 60

Y3 0 0 2 4 33 99 50 200 15 75

Y4 0 0 1 2 34 102 48 192 17 85

Y5 0 0 6 12 29 87 53 212 12 60

Y6 0 0 6 12 35 96 43 172 19 95
74

Y7 0 0 6 12 38 114 36 144 20 100

Rata-rata

Sumber : Lampiran 3 (2019)

Berdasarkan tabel 4.7, dapat dijelaskan bahwa jawaban responden terhadap

Prestasi Belajar sebagai berikut :

1. Berdasarkan kuesioner pada item pertama pendapat responden diperoleh total

skor 382 yang berarti sebagian besar responden setuju.

2. Berdasarkan kuesioner pada item kedua, pendapat responden total skor 375,

yang berarti sebagian besar responden setuju.

3. Berdasarkan kuesioner pada item ketiga, pendapat responden diperoleh total

skor 378 yang berarti sebagian besar responden setuju.

4. Berdasarkan kuesioner pada item pertama pendapat responden diperoleh total

skor 381 yang berarti sebagian besar responden setuju.

5. Berdasarkan kuesioner pada item kedua, pendapat responden total skor 371,

yang berarti sebagian besar responden setuju.

6. Berdasarkan kuesioner pada item ketiga, pendapat responden diperoleh total

skor 375 yang berarti sebagian besar responden setuju.

7. Berdasarkan kuesioner pada item ketiga, pendapat responden diperoleh total

skor 370 yang berarti sebagian besar responden setuju.

8. Berdasarkan kuesioner variabel Prestasi Belajar diperoleh rata-rata tanggapan

dengan total skor 376 yang berarti disimpulkan bahwa secara umum responden

memiliki tanggapan yang baik atau dengan kata lain responden setuju dengan

variabel Prestasi Belajar.


75

4.4. Uji Instrumen

4.4.1. Uji Validitas

Berikut ini hasil dari pengamatan kuesioner tentang uji validitasdiambil dari

data yang diolah melalui aplikasi SPSS, hasil dari data yang sudah diolah sudah

tampak seperti pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.8

Rekapitulasi Hasil Uji Validitas Instrumen Penelitian


N

o Keteran

. Butir r r Sig gan

Pertanyaan Hitung Tabel

. X1

X1.1 0,622 0,1966 0,000 Valid

X1.2 0,611 0,1966 0,000 Valid

X1.3 0,662 0,1966 0,000 Valid

X1.4 0,665 0,1966 0,000 Valid

X1.5 0,602 0,1966 0,000 Valid

X1.6 0,513 0,1966 0,000 Valid

. X2

X2.1 0,682 0,1966 0,000 Valid

X2.2 0,675 0,1966 0,000 Valid


76

X2.3 0,711 0,1966 0,000 Valid

X2.4 0,637 0,1966 0,000 Valid

X2.5 0,624 0,1966 0,000 Valid

. X3

X3.1 0,768 0,1966 0,000 Valid

X3.2 0,686 0,1966 0,000 Valid

X3.3 0,681 0,1966 0,000 Valid

X3.4 0,509 0,1966 0,000 Valid

X3.5 0,470 0,1966 0,000 Valid

4 0,1966

. Y1 0,634 0,000 Valid

Y2 0,581 0,1966 0,000 Valid

Y3 0,614 0,1966 0,000 Valid

Y4 0,566 0,1966 0,000 Valid

Y5 0,483 0,1966 0,000 Valid

Y6 0,752 0,1966 0,000 Valid

Y7 0,642 0,1966 0,000 Valid

Sumber: Lampiran 4 (2019)


77

Dari hasil uji validitas instrumen semua variabel didapatkan r hitung>

rtable0,1966. Jadi seluruh butir pernyataan dari variabel independen maupun

dependen terbukti valid.

4.4.2. Uji Reliabilitas

Suatu kuesioner dikatakan reliable atau handal jika jawaban seseorang terhadap

pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Pengujian

dilakukan dengan cara mencobakan instrument sekali saja, kemudian data yang

diperoleh dari analisis dengan teknik tertentu, dalam hal ini teknik yang

digunakan adalah teknik Cronbach Alpha (a). Suatu variable dikatakan reliable

jika memberikan nilai alpha >0,60 Berdasarkan hasil perhitungan yang

dilakukan dengan aplikasi SPSS, pengujian reliabilitas pada penelitian ini

ditunjukan pada tabel berikut :

Tabel 4.9

Rekapitulasi Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian


Item Alpha Kriteria Keterangan

Gaya
0,666 0,60 Reliabel
Kepemimpinan
Motivasi 0,687 0,60 Reliabel
Disiplin Belajar 0,606 0,60 Reliabel
Prestasi Belajar
0,721 0,60 Reliabel
Siswa
Sumber:Lampiran 4 (2019)
78

Berdasarkan tabel 4.9 menunjukkan bahwa masing-masing variabel nilai

nilai Cronbach Alpha lebih besar dari 0,60. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah

reliabel.

4.5 .5. Uji Asumsi Klasik

4.5.1. Uji Autokorelasi

Untuk mendiagnosis adanya autokorelasi dalam suatu model regresi dilakukan

dengan pengujian terhadap nilai uji Durbin Watson.Jika nilai Durbin Watson

berada dintara Du dan 4-Du maka tidak terjadi autokoelasi.Dari tabel Durbin

Watson diketahui jumlah variabel bebas K = 3 sedangkan jumlah pengamatan

100 maka di peroleh dl = 1.6131 dan du = 1.7364


79

Tabel 4.10

Nilai Durbin Watson

Nilai Keterangan

Tidak ada
Durbin Watson 1.809
autokorelasi

Sumber: Lampiran 6 (2019)

Berdasarkan tabel 4.10diatas menunjukkan bahwa nilai Durbin Watson 1.809

terletak antara batas atas du (1.6131) dan 4-du (2,3869), maka dapat di

simpulkan tidak terdapat autokorelasi pada model regresi ini.

Tidak Terjadi

Autokorelasi
dl du 1,809 4- 4-dl

1.7364 1.6131 du 2.2636

Gambar 4.1

Kurva Durbin Watson

4.5.2. Uji Multikolinearitas


80

Uji multikolineritas dalam penelitian ini dengan menggunakan dasar

pengambilan keputusan, Jika nilai Variance Inflation Factor (VIF) tidak lebih

dari 10 dan nilai Tolerance (TOL) tidak kurang dari 0,1, maka model dapat

dikatakan terbebas dari multikolineritas, (Ghozali,2013;106).Berdasarkan

hasil perhitungan yang dilakukan dengan aplikasi SPSS, pengujian

multikolineritas pada penelitian ini ditunjukan pada table 4.11 berikut :


81

Tabel 4.11

Koefisien tolerance value dan VIF Masing – masing variabel

Toleran
Variabel Bebas ce VIF Keterangan
Value
Gaya Kepemimpinan Nonmultikolinierit
0,761 1.315
as
Motivasi Nonmultikolinierit
0,620 1.612
as
Disiplin Belajar Nonmultikolinierit
0,646 1.549
as
Sumber: Lampiran 4 (2019)

Dari hasil pengelolaan data diperoleh nilai tolerance value lebih kecil

dari 10 dan VIF lebih besar dari 0,1, maka dapat disimpulkan bahwa model

regresi tidak memiliki masalah multikolinearitas.

4.5.3. Uji Heteroskedastisitas

Untuk melihat adanya heteroskedastisitas adalah dengan menggunakan uji

statistik. Uji statistik yang dipilih adalah uji Glejser, dasar pengambilan

keputusan uji heteroskedastisitas melalui uji Glejser adalah apabila hasil sig >

0,05 maka tidak terdapat gejala heteroskedastisitas, (Ghozali, 2013;143).

Tabel 4.12

Nilai Uji Glejser

VARIABEL Sig. Kesimpulan


82

tidak terdapat gejala


Gaya
Kepemimpinan 0,092 heteroskedastisitas

tidak terdapat gejala


Motivasi
0,153 heteroskedastisitas

tidak terdapat gejala


Disiplin Belajar
0,58 heteroskedastisitas

Sumber:Lampiran 4 (2019)

Berdasarkan tabel 4.13 diatas menunjukkan bahwa Nilai Uji GlejserGaya

Kepemimpinan(X1 ) 0,092, Motivasi(X2 ) 0,153 dan Disiplin Belajar(X3) 0,58

hal tersebut menunjukan tidak terdapat gejala heteroskedastisitas karena hasil

sig.

> 0,05.

4.5.4 Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel

pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Kalau nilai residual tidak

mengikuti distribusi normal, uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah

sample kecil” (Ghozali, 2013;160). Salah satu cara untuk menguji normalitas

residual adalah dengan uji statistik non-parametrik Kolmogorov-Sminov (K-S).

Uji K-S dilakukan dengan membuat hipotesis:

H0 :Jika nilai signifikansi > 0,05 data residual berdistribusi normal

Ha :Jika nilai signifikansi < 0,05 data residual tidak berdistribusi normal

Tabel 4.13
83

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardi
zed
Residual

N 100

Normal Parametersa Mean .0000000

Std. Deviation 2.27310078

Most Extreme Differences Absolute .051

Positive .051

Negative -.047

Kolmogorov-Smirnov Z .511

Asymp. Sig. (2-tailed) .956

a. Test distribution is Normal.


Sumber:Lampiran 4 (2019)

Berdasarkan output tabel 4.14, diketahui bahwa nilai signifikansi

sebesar 0,956 lebih besar dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa data

yang di uji berdistribusi normal dan Ho diterima.Jadi maknanya adalah semua

variabel bebas apabila ada ketidaksamaan dari residual untuk semua

pengamatan pada model regresi linier.

4.6. Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linier berganda

dengan Prestasi Belajar (Y) sebagai variabel dependen.Variabel-variabel

independennya adalah Gaya Kepemimpinan (X1), Motivasi (X2) dan Disiplin

Belajar (X3).

4.6.1. Analisis Regresi Linier Berganda


84

Analisis ini digunakan untuk mengetahui apakah variabel Gaya Kepemimpinan,

Mortivasi dan Disiplin Belajar berpengaruh Terhadap Prestasi Belajar siswa.

Analisis ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel independen

(X) terhadap variabel dependen (Y).

Y = a + b1X1 + b2X2+ b3X3+e

Keterangan :

Y= kepuasan Konsumen

a = Nilai konstanta

X1 = Gaya Kepemimpinan

X2 = Motivasi

X3 = Disiplin Belajar

b1 = Koefisien regresi dari X1

b2 = Koefisien regresi dari X2

b3 = Koefisien regresi dari X3

e = Error

Pengujian dilakukan dengan bantuan SPSS didapatkan hasil sebagai

berikut:
85

Tabel 4.14

Uji Regresi Linier Berganda

Coefficientsa

Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 5.1
2.144 2.398 .019
33

Gaya Kepemimpinan .25


.090 .233 2.869 .005
8

Motivasi .27
.107 .227 2.524 .013
0

Disiplin Belajar .54


.115 .418 4.738 .000
5

a. Dependent Variable: Y
Sumber : Lampiran 4 (2019)

Dari tabel 4.12, persamaan regresi linier berganda diatas dapat

dijelaskan sebagai yaitu:

Y = 5,133+ 0,258X1 + 0,270X2+0,545X3+e

1. Nilai 5,133 menunjukan apabila Gaya Kepemimpinan (X1)Motivasi (X2), dan

Disiplin Belajar (X3), bernilai 0,maka prestasi belajar siswa

IPSMadarasahAliyah Negeri 2 Gresik (Y) adalah sebesar 5,133 Hal ini berarti

tanpa adanya atau sebelum variabel Gaya Kepemimpinan (X1), Motivasi (X2)

dan Disiplin Belajar (X3)dalam perusahaan maka besarnya prestasi belajar

siswa Madarasah Kanjeng Sepuh Sidayu (Y)adalah sebesar 5,133.

2. Jika Gaya Kepemimpinan (X1) berubah dengan satu satuan nilai, maka Y akan

berubah sebesar 0,258, dengan anggapan nilai Motivasi (X2) dan nilai Disiplin

Belajar (X3) tetap.


86

3. Jika Motivasi (X2) berubah dengan satu satuan nilai, maka Y akan berubah

sebesar 0,270, dengan anggapan nilai Gaya Kepemimpinan (X1) dan nilai

Disiplin Belajar (X3) tetap.

4. Jika Disiplin Belajar (X3) berubah dengan satu satuan nilai, maka Y akan

berubah sebesar 0,545, dengan anggapan nilai Gaya Kepemimpinan (X1) dan

nilai Motivasi (X2) tetap.

4.6.2. Koefisien determinasi ( R2 ) dan koifisien korelasi ganda

Koefisien korelasi (R) digunakan untuk mengetahui hubungan antar variabel

bebas (X) terhadap variabel terikat (Y) secara bersama. Koefisien determinasi

(R2 ) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam

menerangkan variasi variabel independen. Koefisien determinasi (R2 ) dapat

dilihat pada tabel 4.13 berikut ini :

Tabel 4.13

Hasil Analisis Koefisien determinasi (𝐑𝟐 )

Model Summary
Mod Adjusted R Std. Error of

el R R Square Square the Estimate

1
.536a .287 .274 1.964
Sumber : Lampiran 4 (2019)

Berdasarkan tabel 4.13 dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Diperoleh nilai Adjusted R Square 0,274 dapat dikatakan bahwa, perubahan

variabel terikat prestasi belajar (Y) sebesar 27,4% disebabkan oleh variabel
87

Gaya Kepemimpinan (X1), Motivasi (X2) dan Disiplin Belajar (X3) sedangkan

selebihnya dijelaskan oleh faktor-faktor lain diluar variabel tersebut.

2. Diperoleh nilai R Square 0,287 artinya bahwa perubahan dalam variabel terikat

prestasi belajar siswa (Y) dapat dijelaskan oleh perubahan-perubahan dalam

variabel Gaya Kepemimpinan (X1), Motivasi (X2) dan Disiplin Belajar (X3)

sebesar 28,7 % sedangkan selebihnya dapat dijelaskan oleh faktor-faktor lain

diluar variabel tersebut.

3. Berdasarkan tabel diatas maka diperoleh nilai R 0,536 artinya kuatnya

hubungan antar variabel independen (X) bersama-sama terhadap variabel (Y)

yaitu 53,6%.

4.7. Uji Hipotesis

Hipotesis penelitian ini adalah ada pengaruh secara parsial variabel lingkungan

Gaya Kepemimpinan (X1), Motivasi (X2) dan Disiplin Belajar (X3) terhadap

prestasi belajar siswa (Y).Pengujian hipotesis dilakukan dengan teknik statistik

uji t (parsial).

4.7.1. Uji t (Parsial)

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dengan beberapa tahap

antara lain :

1. Merumuskan hipotesis statistik

H0 :b1 = 0 artinya variabel Gaya Kepemimpinan (X1 ) tidak ada pengaruh

terhadap Prestasi Belajar(Y).


88

Ha :b1 ≠ 0 artinya variabel Gaya Kepemimpinan (X1 ) ada pengaruh terhadap

Prestasi Belajar (Y).

Ho :b2 = 0 artinya variabel Motivasi (X2 ) tidak ada pengaruh terhadap

Prestasi Belajar (Y).

Ha :b2 ≠ 0 artinya variabel Motivasi (X2 ) ada pengaruh terhadap Prestasi Belajar

(Y).

Ho :b2 = 0 artinyavariabel Disiplin Belajar (X 3 ) tidak ada pengaruh terhadap

Kinerja Pegawai (Y).

Ha :b2 ≠ 0 artinyavariabel Disiplin Belajar (X3 ) ada pengaruh terhadap Kinerja

Pegawai(Y).

2. Menentukan taraf signifikansi

Penelitian ini menggunakan taraf signifikansi (α) sebesar 5% (0,05) dengan

pengujian dua arah (2-tailed) dengan derajat bebas atau degree off reedom (df)

menggunakan rumus berikut :

df = n

-2

Keterangan :

n = jumlah sampel

2 = two tail test

3. Menentukan kriteria pengambilan keputusan


89

a. Apabila t hitung>t tabel dengannilai signifikansi <α(0,05) maka Ho ditolak

danHa diterima, artinya secara parsial variabel Gaya Kepemimpinan (X1),

Motivasi (X2) dan Disiplin Belajar (X3) terhadap prestasi belajar siswa (Y).

Tabel 4.14
Hasil Analisis Uji Koefisien Parsial (Uji t)
Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant)
5.133 2.144 2.398 .019

Gaya
.258 .090 .233 2.869 .005
Kepemimpinan

Motivasi .270 .107 .227 2.524 .013

Disiplin Belajar .545 .115 .418 4.738 .000


Sumber : lampiran 4 (2019)

Berdasarkan Tabel 4.14 variabel kepemimpinan (X1) hasil

penghitungan t hitung sebesar 2.896 > t tabel sebesar 1.985 dengan tingkat

signifikansi 5%, maka Ho ditolak dan Ha diterima, yang artinya variabel

kepemimpinan (X1) berpengaruh signifikan terhadap variabel prestasi belajar

(Y). Hal ini untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 4.3 berikut ini.

Daerah Penolakan
Daerah
Daerah Ho
Penerimaan Ho
Penolakan

Ho
90

-1,985 0 1,985 2,896

Gambar 4.3

Kurva Daerah Penerimaan dan Penolakan Ho Uji t

(Gaya Kepemimpinan)

Berdasarkan Tabel 4.14 variabel motivasi (X2) hasil penghitungan t

hitung sebesar 2.524 > t tabel sebesar 1.985 dengan tingkat signifikansi 5%,

maka Ho ditolak dan Ha diterima, yang artinya variabel motivasi (X2)

berpengaruh signifikan terhadap variabel prestasi belajar (Y). Hal ini untuk

lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 4.4 berikut ini.


91

Daerah
Daerah
Daerah
Penolakan Ho
Penolakan
Penerimaan Ho
Ho

-1,985 0 1,985 2,524


Gambar 4.4

Kurva Daerah Penerimaan dan Penolakan Ho Uji t

(Motivasi)

Berdasarkan Tabel 4.14 variabel disiplin belajar (X3) hasil

penghitungan t hitung sebesar 4.738 < t tabel sebesar 1.985 dengan tingkat

signifikansi 5%, maka Ho diterima dan Ha ditolak, yang artinya variabel disiplin

belajar (X3) tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel prestasi belajar (Y).

Hal ini untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 4.5 berikut ini.

Daerah
Daerah Daerah
Penolakan Ho
Penolakan Penerimaan Ho

Ho

-1,985 0 1,985 4,738


Gambar 4.5

Kurva Daerah Penerimaan dan Penolakan Ho Uji t

(Disiplin Belajar)
92

4.7.2. Uji f ( Uji Simultan )

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dengan beberapa tahap

antara lain :

1. Merumuskan hipotesis statistik

H0 :b1 = b2 =0 artinya variabel Gaya Kepemimpinan (X1), Motivasi (X2)

dan Disiplin Belajar (X3) Secara simultan tidak ada pengaruh terhadap

prestasi belajar siswa (Y).

Ha :b1 ≠ b2 ≠0 artinya variabel Gaya Kepemimpinan (X1), Motivasi (X2)

dan Disiplin Belajar (X3) secara simultan ada pengaruh terhadap Kinerja

Pegawai (Y).

2. Menentukan taraf signifikansi

a. Penelitian ini menggunakan taraf signifikansi (α) sebesar 5% (0,05)

dengan pengujian dua arah (2-tailed) dengan derajat bebas atau degree

offr eedom (df) menggunakan rumus berikut :

df 1 = k df 2 = n – k

Keterangan : -1

k = jumlah variabel

n = jumlah sampel

3. Menentukan kriteria pengambilan keputusan

a. Apabila F hitung > F tabel atau nilai signifikansi <α (0,05) maka Ho

ditolak dan Ha diterima, artinya secara simultan ada pengaruh nyata


93

Gaya Kepemimpinan (X1), Motivasi (X2) dan Disiplin Belajar (X3),

terhadap Prestasi Belajar Siswa (Y).

b. Apabila F hitung < F tabel atau nilai signifikansi >α (0,05) maka Ho

diterima dan Ha ditolak, artinya secara simultan tidak ada pengaruh

nyata antara Gaya Kepemimpinan (X1), Motivasi (X2) dan Disiplin

Belajar (X3), terhadap Prestasi Belajar Siswa (Y)

Tabel 4.14

Uji Secara Simultan ( Uji f )

ANOVAb

Sum of Mean Sig


Model Squares Df Square f .
1 Regressi 34.
.00
on 548.228 3 182.743 29
0a
6
Residua
511.532 96 5.328
l
Total 1059.760 99

a. Predictors: (Constant) X2, X1

b. Dependent Variable: Y

Sumber: Lampiran 4 (2019)

Dari Tabel 4.14 diatas terlihat bahwa nilai regresi memiliki tingkat

signifikansi 0,000 nilai ini lebih kecil dari 0,05 atau nilaisignifikansi <α dan

Fhitung memiliki nilai 34.296 sedangkan f tabel memiliki nilai 2.699 ini berarti

Fhitung>Ftabel, sehingga Ho ditolak dan Ha diterima,artinya secara simultan

Gaya Kepemimpinan (X1), Motivasi (X2) dan Disiplin Belajar (X3), terhadap
94

Prestasi Belajar Siswa (Y) hal ini untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada

Gambar 4.6 berikut ini.

Ho diterima Ho Ditolak

0 2.699 34.296
Gambar 4.6

Kurva Daerah Penerimaan dan Penolakan Ho Uji f


95

4.8. Interprestasi Hasil Analisis

Berdasarkan penelitian dan analisis yang peneliti olah dengan menggunkan alat

bantuan SPSS maka peneliti dapat menginterprestasikan hasil sebagai berikut :

1. Variabel Gaya Kepemimpinan (X1 ) memiliki t hitung sebesar 2,869 > t tabel

1,985 dengan tingkat signifikansi 5%, maka terbukti bahwa variable

kepemimpinan (X1) berpengaruh signifikan terhadap Prestasi Belajar Siswa

(Y). Hal ini sejalan dengan pendapat Sudarmanto (2009;133) Kepemimpinan

adalah cara mengajak bawahannya agar bertindak benar, mencapai komitmen

dan memotivasi mereka untuk mencapai tujuan bersama Keberhasilan prestasi

belajar siswa siswi di Sekolah didukung dan dipengaruhi oleh berbagai faktor

eksternal maupun faktor internal siswa.

2. VAriabel Motivasi (X2 ) memiliki t hitung sebesar 2,524 > t tabel 1,985 dengan

tingkat signifikansi 5%, maka terbukti bahwa variabel Motivasi (X2 )

berpengaruh signifikan terhadap Prestasi Belajar Siswa (Y). Menurut Oemar

Hamalik Dalam Bukunya Psikologi Belajar (2009;175) Dalam kegiatan belajar

mengajar akan berhasil baik kalau siswa tekun belajar, mengerjakan tugas, ulet

dalam memecahkan masalah danhambatan secara mandiri serta mampu

mempertahankan pendapatnyakalau sudah yakin dan dipandangnya cukup

rasional, sesuai dengan kekuatan kebutuhan seseorang akan prestasi.

3. Variable Disiplin Belajar (X3 ) memiliki t hitung sebesar 4.738 < t tabel sebesar

1.985 dengan tingkat signifikansi 5%, maka bahwa variabel Disiplin Belajar

(X3 ) berpengaruh parsial terhadap Prestasi Belajar Siswa. Hal tersebut sejalan

dengan pendapat Amalia (2016) yang menyimpulkan bahwa menunjukkan


96

hubungan yang kuat antara Disiplin Belajar dan lingkungan terhadap minat

berwirausaha serta berpengaruh positif, dan menurut teoriyang dikemukan

Hendro (2011;61-62) Orang yang memiliki tingkat akademis tinggi keinginan

menjadi seorang wirausaha juga semakin tinggi ini terbukti kebenarannya.

4. Hasil pengujian hipotesis secara simultan dengan menggunakan uji f, diperoleh

nilai regresi memiliki tingkat signifikansi 0,000 nilai ini lebih kecil dari 0,05

atau nilai signifikansi < α dan f hitung memiliki nilai 34.296 sedangkan f tabel

memiliki nilai 2.699 ini berartif hitung >f tabel, sehingga Ho ditolak dan Ha

diterima, artinya secara simultan terbukti berpengaruh signifikan Gaya

Kepemimpinan (X1), Motivasi (X2) dan Disiplin Belajar (X3), terhadap

Prestasi Belajar Siswa (Y).


97

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengolahan data dalam penelitian ini dapat ditarik

kesimpulan sebagai berikut :

1. Gaya Kepemimpinan (X1 ) berpengaruh signifikan secara parsial terhadap

prestasi belajar siswa.

2. Motivasi (X2 ) berpengaruh signifikan secara parsial terhadap prestasi belajar

siswa.

3. Disiplin belajar (X2 ) berpengaruh signifikan secara parsial terhadap prestasi

belajar siswa.

4. Hasil uji hipotesis melalui uji F (simultan) menyatakan bahwa variabel gaya

kepemimpinan, motivasi dan disiplin belajar secara simultan berpengaruh

signifikan terhadap prestasi belajar siswa.

5.2. Rekomendasi

Berdasarkan hasil analisis, pembahasan, dan kesimpulan penelitian, maka

rekomendasi dari peneliti dapat diberikan sebagai berikut :

5.2.1. Bagi Aspek Manajerial


98

13. Berdasarkan pada variabel gaya kepemimpinan mengingat hasil t hitung

terendah pada indikator maka bagi pihak sekolah harus lebih meningkatkan

dalam aspek kepemimpinan didalam lingkingan sekolahan

14. Berdasarkan pada variabel motivasi mengingat hasil t hitung terendah pada

indikator maka bagi sekolah seharusnya dapat meningkatkan motivasi

belajar siswa dengan membuat program metode belajar yang lebih inovatif

dan membuat Susana belajar mengajar yang menyenangkan bagi siswa.

15. Berdasarkan pada variabel disiplin belajar mengingat hasil t hitung terendah

pada indikator maka bagi sekolah seharusnya dapat memaksimalkan

pembinaan disiplin siswa menjadi perhatian khusus bagi guru dan pihak

sekolah melalui manajemen kelas. Guru dapat membina hubungan yang

lebih dekat dengan siswa, missal membuat aturan kelas yang disepakati oleh

siswa dan guru yang bersangkutan. Kesepakatan ini ada baiknya dilakukan

guru pada awal pertemuan dikelas. Aturan tersebut harus diimbangi dengan

adanya punishmen / hukuman yang benar-benar dijalankan untuk mendidik

(bukan sekedar formalitas) kepada siswa yang kurang / tidak disiplin demi

terciptanya perubahan pada siswa yang kurang / tidak disiplin.

5.2.2. Bagi Peneliti Selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi bagi

peneliti selanjutnya dengan memperbanyak jumlah-jumlah variabel-variabelnya

dan menggunakan teknik analisis yang berbeda.

Anda mungkin juga menyukai