Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kacang hijau (Vigna radiate L.) merupakan salah satu komoditas
tanaman kacang-kacangan yang banyak dikonsumsi rakyat Indonesia,
seperti: bubur kacang hijau dan isi onde-onde. Kecambahnya dikenal
sebagai tauge. Tanaman ini mengandung zat-zat gizi, antara lain: amilum,
protein, besi, belerang, kalsium, minyak lemak, mangan, magnesium,
niasin, vitamin (B1, A, dan E). Manfaat lain dari tanaman ini adalah dapat
melancarkan buang air besar dan menambah semangat hidup, juga
digunakan untuk pengobatan.
Tanaman kacang hijau masih kurang mendapat perhatian petani,
meskipun hasil tanaman ini mempunyai nilai gizi yang tinggi dan harga
yang baik. Dibandingkan dengan tanaman kacang-kacangan yang lain,
kacang hijau memiliki kelebihan ditinjau dari segi agronomi maupun
ekonomis, seperti: lebih tahan kekeringan, serangan hama penyakit lebih
sedikit, dapat dipanen pada umur 55 – 60 hari, dapat ditanam pada tanah
yang kurang subur, dan cara budidayanya yang mudah. Dengan demikian
kacang hijau mempunyai potensi yang tinggi untuk dikembangkan.
Masalah utama yang dihadapi adalah lamanya waktu yang
diperlukan biji untuk berkecambah. Hal ini disebabkan dari beberapa
faktor antara lain keadaan biji (keadaan khusus yang menghambat
perkecambahan biji kacang hijau adalah tidak mempunyai endosperm
sebagai cadangan makanan pada awal perkecambahan biji), permeabilitas
kulit biji, dan tersedianya air di sekeliling biji.
Jika ketiga faktor tersebut tidak mendukung biji untuk melakukan
perkecambahan maka biji memiliki kemampuan untuk mengundurkan fase
perkecambahannya yang disebut dengan dormansi. Peranan hormon
tumbuh di dalam biji yang mengalami dormansi adalah dapat
menstimulasi sintesis ribonuklease, amilase dan protease di dalam biji.

1
Air berperan penting dalam pertumbuhan suatu tanaman. Biji
membutuhkan air untuk melunakan kulit biji dan menyebabkan
pengembangan embrio dan endosperm. Selanjutnya embrio dan
endosperm akan membengkak sehingga mendesak kulit biji yang sudah
lunak sampai pecah.
Sinar matahari memang berguna bagi fotosintesis pada tumbuhan.
Namun efek lain dari sinar matahari ini menekan pertumbuhan sel
tumbuhan. Hal ini menyebabkan tumbuhan yang diterpa cahaya matahari
akan lebih pendek daripada tumbuhan yang tumbuh di tempat gelap.
Peristiwa ini disebut dengan Etiolasi. Dampak tanaman akibat etiolasi
adalah tanaman tidak dapat melakukan proses fotosintesis. Padahal proses
fotosintesis bertujuan untuk menghasilkan karbohidrat yang berperan
penting dalam pembentukan klorofil. Karena karbohidrat tidak berbentuk,
daun pun tanpa klorofil sehingga daun tidak berwarna hijau, melainkan
kuning pucat.
Kondisi gelap juga memacu produksi hormon auksin. Auksin
adalah hormon tumbuh yang banyak ditemukan di sel-sel meristem, seperti
ujung akar dan ujung batang. Oleh karena itu, tanaman akan lebih cepat
tumbuh. Produksi auksin akan terhambat pada tanaman yang sering
terkena sinar matahari.
Itulah sebabnya, pertumbuhan tanaman etiolasi selalu lebih cepat,
tapi batang tidak tegar karena mengandung banyak air. Akibat tidak ada
sinar matahari maka organ perbanyakan pada tanaman tanaman lama-lama
mengkerut lalu mati karena tidak mendapat sumber makanan.
Berdasarkan faktor air dan intensitas cahaya penulis tertarik untuk
meneliti “Pengaruh Air dan Intensitas Cahaya terhadap Pertumbuhan dan
Perkembangan Tanaman Kacang Hijau”. Yaitu dengan cara memberi
variasi cahaya dan air pada tanaman kacang hijau.

1.2 Rumusan Masalah

2
1. Bagaimana pengaruh air terhadap pertumbuhan dan perkembangan
tanaman kacang hijau?
2. Bagaimana pengaruh intensitas cahaya terhadap pertumbuhan dan
perkembangan tanaman kacang hijau?
3. Bagaimana pengaruh intensitas cahaya terhadap warna tanaman
kacang hijau?

1.3 Tujuan penulisan


Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membandingkan pertumbuhan dan
perkembangan tanaman kacang hijau di dua kondisi yang berbeda yaitu
tempat gelap dan terang serta kondisi diberi air dan tidak.

1.4 Manfaat penulisan


1. Menambah wawasan terhadap pengaruh air bagi pertumbuhan dan
perkembangan kacang hijau.
2. Mengetahui efek dari sinar matahari terhadap pertumbuhan tanaman,
baik efek positif maupun negatif.

1.5 Hipotesis
1. Tanaman biji kacang hijau yang ditanam pada media tanam tanpa air
tidak akan tumbuh.
2. Tanaman biji kacang hijau yang ditanam pada media tanam diberi air
akan tumbuh.
3. Tanaman biji kacang hijau yang ditanam di lokasi cukup cahaya akan
berwarna hijau.
4. Tanaman biji kacang hijau yang ditanam di lokasi kurang cahaya akan
berwarna kekuningan.
5. Tanaman biji kacang hijau yang ditanam di lokasi kurang cahaya akan
lebih cepat mengalami pertumbuhan dibandingkan tanaman biji
kacang hijau yang ditanam di lokasi cukup cahaya.
1.6 Rancangan Penelitian

3
Metode penelitian ini adalah penelitian eksperimen (true experiment),
diartikan sebagai metode yang digunakan untuk mencari pengaruh
perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan.
Dalam hal ini penulis menggunakan kelas kontrol sebagai pembanding
maka penelitian ini juga bisa disebut eksperimen murni. Metode ini
digunakan atas dasar pertimbangan bahwa sifat penelitian eksperimental
yaitu mencoba sesuatu untuk mengetahui atau akibat dari suatu perlakuan.
Disamping itu peneliti ingin mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap
variabel terikat yang diselidiki atau diamati yang diselidiki atau diamati.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Klasifikasi Tanaman Kacang Hijau


Kacang hijau (Vigna radiata) adalah sejenis palawija yang dikenal
luas di daerah tropika. Tumbuhan yang termasuk suku polong-polongan
(Fabaceae) ini memiliki banyak manfaat dalam kehidupan sehari-hari
sebagai sumber pangan berprotein nabati tinggi.
Kecambah atau tauge adalah tumbuhan (sporofit) muda yang baru
saja berkembang dari tahap embrionik di dalam biji. Tahap
perkembangannya disebut perkecambahan dan merupakan satu tahap
kritis dalam kehidupan tumbuhan. Kecambah biasanya dibagi menjadi
tiga bagian utama : radikula (akar embrio), hipokotil, dan kotiledon
(daun lembaga).
Klasifikasi tanaman kacang hijau sebagai berikut
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Magnoliopsida
Sub kelas : Rosidae

4
Ordo : Fabales
Famili : Fabaceae
Genus : Vigna
Spesies : V. radiate
2.2 Pengertian Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman
Pertumbuhan tanaman merupakan hasil dari berbagai proses
fisiologi, melibatkan faktor genotip yang berinteraksi dalam tubuh
tanaman dengan faktor lingkungan. Proses tersebut yaitu pertambahan
ukuran, bentuk dan jumlah. Pertumbuhan tanaman dalam arti terbatas
menunjuk pada pertambahan ukuran yang tidak dapat balik,
mencerminkan pertambahan protoplasma dan bobot kering pada
tanaman.
Menurut Loomis (dalam Gardner, 1991: 260) perkembangan
tanaman merupakan suatu kombinasi dari sejumlah proses yang
kompleks yaitu proses pertumbuhan dan diferensiasi yang mengarah
pada akumulasi berat kering. Proses diferensiasi mempunyai tiga syarat :
(1) hasil asimilasi yang tersedia dalam keadaan berlebihan untuk dapat
dimanfaatkan pada kebanyakan kegiatan metabolik, (2) temperatur yang
menguntungkan, dan (3) terdapat sistem enzim yang tepat untuk
memperantarai proses diferensiasi. Apabila ketiga persyaratan ini
terpenuhi, salah satu atau lebih dari ketiga respons diferensiasi ini akan
terjadi: (1) penebalan dinding sel, (2) deposit dari sebagian sel, dan (3)
pengerasan protoplasma untuk memperantarai proses diferensiasi.
Apabila ketiga persyaratan ini terpenuhi, salah satu atau lebih dari ketiga
respons diferensiasi ini akan terjadi: (1) penebalan dinding sel, (2)
deposit dari sebagian sel, dan (3) pengerasan protoplasma.
2.3 Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan dan Perkembangan
Tanaman
1. Gen
Setiap sel hidup yang terdapat di dalam organisme akan memperoleh
kelengkapan genetik yang diturunkan dari induknya dan merupakan
sumber informasi untuk melaksanakan pertumbuhan dan

5
perkembangan. Informasi genetik yang tepat perlu diterima oleh
setiap sel pada saat pembelahan sel terjadi, sehingga setiap organ
pada tumbuhan dapat berkembang pada jalur yang tepat. Dengan
demikian, pola pertumbuhan dan perkembangan dikendalikan oleh
gen.

2. Hormon
Hormon tumbuhan sering disebut fitohormon. Hormon tumbuhan
adalah senyawa organik yang dibuat pada suatu bagian tumbuhan dan
kemudian diangkut ke bagian lain, yang dengan konsentrasi rendah
menyebabkan suatu dampak fisiologis.
Hormon tumbuhan sebagai berikut
 Auksin : sebagai pengatur pembesaran sel dan memacu
pemanjangan sel di daerah belakang meristem ujung.
Pengaruh auksin yang lain adalah merangsang pembelahan
sel-sel kambium, meningkatkan perkembangan bunga dan
buah, merangsang perkembangan akar lateral, dan
menyebabkan pembengkokan batang. Auksin berperan dalam
membentuk akar adventif pada tanaman yang dibiakkan
dengan setek, membentuk buah partenokarpi, yaitu
pembentukan buah tanpa terjadi pembuahan, dapat dihasilkan
secara buatan dengan cara memberi auksin pada putiknya;
buah yang dihasilkan adalah buah tanpa biji, dan menghambat
pertumbuhan tunas samping (lateral). Jika suatu tunas ujung
tanaman, misalnya jeruk, kita pangkas, maka tunas-tunas
yang ada di ketiak daun akan berkembang. Pada awalnya,
pertumbuhan tunas-tunas ketiak atau tunas lateral itu
terhalang oleh tunas yang ada di ujung.
 Giberelin : ditemukan pada semua bagian tumbuhan misalnya
pucuk batang, ujung akar, bunga, buah, dan terutama pada
biji. Giberelin tidak mengakibatkan pucuk (koleoptil)
membengkok seperti auksin. Berfungsi merangsang

6
pemanjangan batang, merangsang aktivitas enzim amilase dan
proteinase yang berperan dalam mencerna cadangan
makanan, merangsang pertumbuhan tunas yang dorman,
menghilangkan dormansi biji untuk memacu perkecambahan,
dan merangsang perbungaan dan pertumbuhan buah secara
parthenogenesis.
 Sitokinin : umumnya, sitokinin terdapat pada organ muda
(biji, buah, dan daun) dan di ujung akar. Sitokinin dibuat di
akar, kemudian diangkut melalui xilem menuju daun dan
buah. Fungsi sitokinin adalah merangsang pembelahan sel
(sitokinesis) dan pertumbuhan sel, merangsang pembentukan
tunas lateral atau ketiak pada batang dikotil maupun pada
kalus, menghambat dominansi apikal oleh auksin, menunda
penuaan (senescence), memacu perkembangan kloroplas dan
pembentukan klorofil, dan mempertahankan kesegaran
jaringan.
 Gas Etilen : Etilen adalah gas yang dikeluarkan terutama oleh
buah yang sudah tua yang menyebabkan terjadi percepatan
pamasakan buah. Selain itu etilen juga menyebabkan
pertumbuhan batang menjadi tebal dan menahan
pemanjangan batang, dan untuk menahan pengaruh angin.
Kombinasi etilen dengan hormon lain dapat memberikan efek
menguntungkan. Misal, etilen dengan auksin dapat memacu
pembungaan pada mangga dan nanas. Kombinasi etilen
dengan giberelin dapat mengatur tumbuhnya bunga jantan dan
bunga betina.
 Asam Absisat : hormon menghambat pertumbuhan. Zat ini
memiliki kemampuan untuk mendorong absisi (rontoknya
daun, buah, dan bunga pada tumbuhan). Secara umum fungsi
hormon ini adalah menghambat pembelahan dan
pemanjangan sel, menunda pertumbuhan dan dormansi
sehingga membantu tumbuhan bertahan dalam kondisi yang

7
buruk, merangsang penutupan mulut daun pada musim kering
sehingga mengurangi aktivitas transpirasi (penguapan), dan
membantu peluruhan daun pada musim kering sehingga
tumbuhan tidak kekurangan air melalui transpirasi.
 Asam Traumatin : dianggap sebagai hormon luka karena
merangsang pembelahan sel-sel di bagian jaringan tumbuhan
yang luka. Dengan demikian, bagian yang terluka akan
tertutup.
 Kalin : berfungsi merangsang pembentukan organ tumbuhan.
Hormon ini dibedakan atas rizokalin untuk merangsang
pembentukan akar; kaulokalin merangsang pembentukan
batang; filokalin merangsang pembentukan daun; dan
antokalin atau florigen merangsang pembentukan bunga.

3. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan adalah faktor yang ada disekeliling tumbuhan
antara lain
 Nutrien : nutrien atau zat makanan terdiri dari unsur-unsur
atau senyawa senyawa kimia yang umumnya diambil dari
dalam tanah dalam bentuk ion, dan beberapa diambil dari
udara. Unsur-unsur yang dibutuhkan dalam jumlah banyak
disebut makronutrien yang terdiri dari : Karbon (C), Hidrogen
(H), Oksigen (O), Fosforus (P), Kalium (K), Nitrogen (N),
Sulfur (S), Kalsium (Ca), Magnesium (Mg). Sedangkan
unsur-unsur yang dibutuhkan dalam jumlah sedikit disebut
mikronutrien yang terdiri dari : Besi (Fe), Boron (B), Mangan
(Mn), Molibdenum (Mo), Zink (Zn), Tembaga (Cu), Klorin
(Cl).
 Air : dibutuhkan tumbuhan sebagai pelarut bagi kebanyakan
reaksi dalam tubuh tumbuhan dan sebagai medium reaksi
enzimatis. Pada tumbuhan, kekurangan air akan
meningkatkan sintesis asam absisat, yaitu suatu hormon yang

8
dapat menghambat pertumbuhan. Sedangkan sintesis hormon
lain seperti auksin, giberelin, dan sitokinin menjadi
terhambat. Air juga mempengaruhi kadar enzim dan substrat
sehingga secara tidak langsung mempengaruhi laju reaksi
metabolisme. Tumbuhan yang kekurangan air biasanya justru
cepat membentuk bunga dan biji. Tujuannya agar segera
menghasilkan biji untuk berkembang biak atau
mempersingkat siklus hidupnya.
 Cahaya : Dalam keadaan tidak ada cahaya, auksin
merangsang pemanjangan sel-sel sehingga tumbuhan tumbuh
lebih panjang. Sebaliknya, dalam keadaan banyak cahaya,
auksin mengalami kerusakan sehingga pertumbuhan
tumbuhan terhambat. Laju tumbuh memanjang pada
tumbuhan dengan segera berkurang sehingga batang lebih
pendek, namun tumbuhan lebih kokoh, daun berkembang
sempurna, dan berwarna hijau. Cahaya dibutuhkan dalam
fotosintesis. Dengan demikian, cahaya berpengaruh langsung
pada tersedianya makanan. Klorofil dibuat dari hasil-hasil
fotosintesis. Tumbuhan yang tidak terkena cahaya tidak dapat
membentuk klorofil sehingga daun menjadi pucat.
 Suhu Udara : Perubahan suhu dapat mempengaruhi
pertumbuhan yang meliputi reproduksi, fotosintesis, respirasi,
dan transpirasi. Suhu yang terlalu tinggi atau terlalu rendah
akan menghambat proses tersebut. Suhu optimum untuk
pertumbuhan adalah 10⸺38oC. Umumnya tumbuhan tidak
tumbuh pada suhu di bawah 0oC dan di atas 45oC.
 Oksigen : Oksigen mempengaruhi pertumbuhan bagian
tumbuhan di atas tanah maupun pertumbuhan akar yang
berada di dalam tanah. Tanah yang gembur mampu
menyimpan oksigen. Jika tanah mengandung banyak oksigen,
pertumbuhan akar akan semakin baik.

9
 Kelembapan : Kelembapan udara mempengaruhi proses
penguapan air yang berhubungan dengan penyerapan nutrien.
Jika kelembapan udara rendah, penguapan akan meningkat
sehingga penyerapan nutrien pun semakin banyak. Keadaan
ini akan memacu pertumbuhan tanaman. Kandungan zat
organik di dalam tanah juga dipengaruhi oleh kelembapan
tanah. Semakin tinggi kandungan bahan organik dalam tanah,
semakin banyak pula jumlah air yang dapat diikat tanah.
Keadaan ini dapat mengurangi kepadatan struktur tanah
sehingga porositas dan sirkulasi menjadi lebih baik. Tanaman
menjadi subur.

10

Anda mungkin juga menyukai